Rangkuman Agenda Kunjungan CEO Apple di Indonesia

CEO Apple Tim Cook mengunjungi Indonesia, kemarin (17/4) setelah menyelesaikan kunjungannya di Vietnam dan bertemu dengan para petinggi negara. Ada dua agenda besar yang ia bawa, yakni meningkatkan kerja sama dan investasi Apple di kedua negara tersebut.

Di Indonesia, Apple menambah kehadiran Apple Developer Academy dan mulai mempertimbangkan pembangunan pabrik manufaktur di Indonesia. Sementara di Vietnam, komitmennya lebih serius karena mereka berjanji untuk mengeluarkan ekstra koceknya untuk membeli komponen dan aksesori untuk produk Apple dari penyuplainya.

Berikut rangkumannya:

  1. Membangun Apple Developer Academy keempat

Apple akan membangun Apple Developer Academy keempat di Bali. Total investasi yang dikuncurkan untuk ini mencapai Rp1,6 triliun. Bila dirunut, Apple Developer Academy telah tersedia di Binus BSD (Tangerang); Universitas Ciputra (Surabaya); Infinite Learning (Batam).

Akademi ini memberikan kesempatan bagi pengembang, pelajar, dan pengusaha yang ingin merintis kariernya di industri aplikasi iOS di Indonesia.

“Kami sangat antusias dengan komunitas pengembang yang berkembang di Indonesia, dan kami berharap dapat berinvestasi dalam kesuksesan lebih banyak pengode dengan akademi keempat kami di negara ini,” ujar Cook, dikutip dari laman resmi Apple.

  1. Pemenuhan TKDN

Sementara itu, hingga kini Apple belum memenuhi aturan tentang peredaran Handphone, Komputer, dan Tablet (HKT) di Indonesia adalah wajib memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 35%. Aturan tersebut sudah disahkan sejak 2021 melalui Peraturan Menteri Kominfo (Permenkominfo).

“Kami berbicara tentang keinginan Presiden untuk melihat ada manufaktur produk Apple di negara ini dan hal itu adalah sesuatu yang akan kami pertimbangkan,” kata Cook selepas bertemu dengan Presiden Joko Widodo mengutip dari Kompas.id.

Terkait itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyampaikan, poin ini menjadi yang utama karena untuk mendorong proses manufaktur produk Apple di Indonesia, dan sudah mendapat kesepakatan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menambahkan, proses membangun manufaktur Apple di Indonesia sudah disepakati. Langkah awalnya dengan menggunakan komponen-komponen yang sudah diproduksi di Indonesia.

“Nanti setelah dari sini, Kemenperin akan melakukan proses business matching. Kami sudah punya list-nya terhadap komponen-komponen apa saja,” kata dia seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Budi Arie mengatakan, dari 360 komponen produk perangkat mobile, cuma ada 2 yang berasal dari Indonesia. Angka itu kecil dibandingkan 72 komponen dari Vietnam.

“Pak Presiden juga minta kepada Tim Cook kalau bisa lebih banyak lagi komponen dari Apple ini untuk dibuat di Indonesia. Makanya itu isunya namanya global supply chain. Makin banyak komponennya makin bagus buat nilai tambah,” kata Budi Arie.

Agus mengatakan pada 2023 lalu, ada sekitar 49-50 juta HP yang diproduksi di Indonesia. Dari angka itu, impor hanya sekitar 2,79 juta unit. “Dari 2,79 juta unit itu boleh saya sampaikan 85% adalah produk Apple,” kata dia.

Kunjungan ke Vietnam

Melansir dari berbagai media, Di Vietnam, Cook menemui Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh di Hanoi. Cook berjanji akan mengoptimalkan pengeluaran untuk penyuplainya di Vietnam, dengan membeli komponen dan aksesori dalam jumlah yang lebih banyak untuk produk Apple.

Hal ini akan memberikan dorongan besar bagi Vietnam sebagai negara di Asia Tenggara yang sedang berkembang menjadi pusat elektronik global. Sementara itu, bagi Apple, langkah tersebut sebenarnya ditempuh karena Apple sedang berusaha mempelajari cara untuk memindahkan produksi gadget dari Tiongkok sebagai upaya untuk meminimalkan risiko geopolitik.

Sejauh ini Apple telah memilih Vietnam dan India, setelah sebelumnya Tiongkok, menjadi negara tujuan investasi favorit manufaktur ponsel pintar di kawasan Asia lainnya.

Maka dari itu, Cook menjelajahi beberapa negara, seperti India, Vietnam, dan Indonesia. Ketiga negara ini tercatat mengalami peningkatan sebanyak empat kali lipat jumlah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan produk Apple selama dekade terakhir.

Chinh turut menyampaikan rencananya untuk membentuk kelompok khusus untuk perluasan produk Apple di negaranya. Ia juga meminta bantuan Cook untuk mengembangkan tenaga kerja yang ahli di bidangnya dengan kualitas yang tinggi.

Pihak Apple menyampaikan perusahaannya telah menghabiskan dana sebanyak hampir 400 triliun dong atau sekitar $15,8 miliar di Vietnam sejak 2019 melalui mitra rantai pasoknya. Perusahaan ini memiliki 25 pemasok di Vietnam pada 2022, menurut daftar pemasok terbarunya. Pemasok tersebut termasuk Foxconn, GoerTek, Luxshare, Intel, Samsung Electronics dan Compal.

Jago Coffee Raih Pendanaan Seri A Sebesar 98 Miliar Rupiah

Jago Coffee memperoleh pendanaan seri A sebesar $6 juta (sekitar Rp98 miliar) dipimpin investor terdahulunya, yakni Intudo Ventures dan BEENEXT Accelerate, serta partisipasi dari ORZON Ventures dan D Global Ventures.

Sebelumnya, Jago Coffee meraih pendanaan pra-seri A sebesar Rp34,2 miliar pada 2022, dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT serta partisipasi dari CyberAgent Capital dan Arkblu Capital.

Perusahaan mengklaim telah mencapai profitabilitas yang stabil selama beberapa kuartal berturut-turut dan tumbuh lebih dari 13x pada 2023.

“Pendanaan ini bukan sekadar dorongan finansial, tetapi bentuk kepercayaan terhadap visi dan tim kami. Ini memberdayakan kami untuk menghadirkan pengalaman unik ke lebih banyak komunitas dan berinovasi lebih jauh, memastikan setiap cangkir yang kami sajikan memperkuat hubungan antara kualitas dan aksesibilitas,” kata Yoshua Tanu, Co-Founder dan CEO Jago Coffee.

Jago Coffee berencana memperluas cakupan layanan dan berinvestasi lebih lanjut pada teknologinya. Saat ini, Jago Coffee baru mencakup 7% dari keseluruhan wilayah Jakarta. Targetnya, Jago Coffee ingin mencakup 50% wilayah Jakarta pada akhir 2024, menambah jumlah depo menjadi 15, dan mengerahkan 1.500 armada dari 300 saat ini.

Sebagai informasi, Jago Coffee didirikan oleh Yoshua Tanu (juga pendiri Common Grounds), Christopher Oentojo (eks VP of Product di Gojek), dan Daniel Sidik. Jago Coffee meluncur pertama kali pada Juni 2020. Mereka menawarkan pendekatan hiperlokal kepada konsumen akhir yang berada di lingkungan radius 1-2 km untuk mengantarkan minuman segar dalam hitungan menit.

Produk kopi instan saat ini diketahui menguasai 90% dari total konsumsi kopi di Indonesia. Maka itu, kopinya dijual keliling dengan menggunakan gerobak listrik, juga dapat dipesan melalui aplikasi mobile.

Dengan metode ini, pihaknya dapat mempermudah akses kopi tanpa perlu membangun toko fisik yang perlu waktu dan biaya. Saat ini, Jago Coffee menawarkan sejumlah menu utama kopi, termasuk menu seasonal, juga menu non-kopi.

Ekosistem coffee chain saat ini diisi oleh sejumlah pemain, di antaranya Kopi Kenangan, Fore Coffee, dan Janji Jiwa. Rata-rata memanfaatkan outlet ritel untuk menjajakan produknya. Kopi Kenangan, salah satu pemain awal di ekosistem ini, telah memperluas bisnisnya dengan masuk ke produk kemasan siap minum (ready-to-drink).

Berdasarkan riset Statista, nilai pasar kopi dari penjualan di restoran/bar (termasuk kopi instan) di Indonesia diproyeksi mencapai $8,3 miliar pada 2024. Sementara, nilai penjualan kopi dari supermarket dan toko swalayan berkisar $2,8 miliar pada tahun yang sama.

Application Information Will Show Up Here

WasteX Kantongi Pendanaan Rp7 Miliar dari P4G Partnerships

Startup climate tech WasteX mengantongi pendanaan sebesar $450 ribu (sekitar Rp7,1 miliar) dari P4G Partnerships, inisiatif yang berfokus pada solusi mitigasi dan adaptasi iklim di sektor pangan, air, dan energi.

Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan dan mengoperasikan fasilitas produksi biochar di berbagai lokasi strategis di Indonesia melalui Kemitraan WasteX-Bina Tani pada fasilitas pengolahan padi, jagung, kayu, serta peternakan ayam. Sementara, mitranya akan memasok biomassa (limbah organik) yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi biochar.

WasteX baru memiliki dua fasilitas produksi biochar, yakni berlokasi di Tarlac, Filipina (2023), dan Pasuruan, Indonesia (2024). Saat ini, WasteX sedang memproduksi carbonizer untuk berbagai klien lokal dan internasional.

Founder dan CEO WasteX Pawel Kuznicki mengatakan, “Ini adalah pendanaan katalitik paling efektif yang ada, mengingat P4G tidak hanya menyediakan modal cukup untuk startup climate tech, tetapi juga mendukung penuh penerima funding untuk terlibat dalam proses pembuatan kebijakan nasional dan pengembangan pasar. Tujuannya adalah mendorong kondisi pasar dan regulasi yang mendukung pertumbuhan dan adopsi inovasi.”

WasteX merupakan portofolio pertama Wavemaker Impact (WMi), venture builder yang fokus pada solusi berdampak milik Wavemaker Partners. WasteX kini beroperasi di Indonesia dan Filipina. Misinya adalah mendukung petani memanfaatkan limbah pertanian menjadi produk bernilai tambah (biochar), meningkatkan pendapatan, dan mengurangi emisi karbon.

Solusi penggunaan biochar / WasteX

Penggunaan biochar diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk yang harganya tengah meroket di tengah kondisi menurunnya hasil panen. Biochar diyakini dapat membantu tanaman tumbuh lebih subur dan kuat.

Adapun, WasteX mengembangkan solusi untuk memudahkan penggunaan biochar di dunia pertanian dengan memanfaatkan carbonizer, aplikasi mobile, hingga insentif kredit karbon untuk petani. Teknologi yang dikembangkan WasteX bertumpu pada mesin carbonizer semi-otomatis skala kecil yang dilengkapi dengan burner berbahan bakar ganda.

Pihaknya menyebut telah melakukan percobaan penggunaan biochar pada tanaman jagung. Klaimnya, biochar telah meningkatkan hasil panen sebesar 95% dan mengurangi penggunaan pupuk hingga 50% dibandingkan tanpa pemakaian biochar. Pada percobaan tanaman padi, pihaknya mengklaim telah meningkatkan hasil panen sebesar 38% dan penggunaan pupuk 25%-50%.

“Perusahaan skala kecil dan menengah adalah mesin pertumbuhan perekonomian yang butuh modal katalitik untuk mengatasi risiko kegagalan bisnis/kebangkrutan. Kami berkomitmen mendukung bisnis seperti WasteX yang memberikan dampak positif jangka panjang bagi petani kecil dan berkontribusi dalam peningkatan ketahanan pangan dan pengurangan emisi karbon,” ujar Robyn McGuckin, Executive Director P4G dalam keterangan resminya.

FishLog Rampungkan Putaran Pra-Seri A, Perkuat Ekspansi di Amerika Serikat

Startup aquatech FishLog mengumumkan telah menyelesaikan pendanaan putaran ekstensi pra-seri A dengan nominal dirahasiakan. Investor yang berpartisipasi dalam putaran ini adalah Mandiri Capital Indonesia (MCI), BNI Ventures, Accel Partners, Insignia Ventures Partners, dan Saison Capital.

Putaran ini sudah berjalan sejak November 2022. Nominal yang diperoleh pada saat itu sebesar $3,5 juta dari BRI Ventures, Accel, Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, Indogen Capital, dan Triputra Agri Group.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memberdayakan dan meningkatkan bisnis perikanan dan pemangku kepentingan untuk memperkuat ekosistem rantai dingin FishLog. Fokus khususnya adalah distribusi produk perikanan yang dapat dilacak di Amerika Serikat (AS), didukung oleh inovasi milik FishLog: FishLog Trace dan FishLog Smart Contract, yang didukung oleh teknologi blockchain.

FishLog Trace menjamin makanan laut berasal dari sumber yang bertanggung jawab, memanfaatkan sistem yang dapat dilacak, dan memberikan perlindungan asuransi yang berkualitas. Sementara itu, FishLog Smart Contract menangani pembiayaan, meningkatkan transparansi, dan menumbuhkan kepercayaan global.

Dalam keterangan resmi, Co-founder dan CEO FishLog Bayu Mukti Anggara menyampaikan Amerika Serikat adalah salah satu pasar terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian AS, angka impor makanan laut AS melebihi angka ekspor sebesar $20,3 miliar pada tahun 2023. Data ini menunjukkan terdapat potensi besar yang terbuka bagi FishLog untuk memperkuat ekosistemnya di AS.

“Hal ini dapat mempercepat profitabilitas distribusi produk, seperti kepiting biru, tuna, udang, dan masih banyak lagi karena Indonesia mengimpor produk ke pembeli internasional B2B FishLog,” ujar dia, Selasa (2/4).

FishLog sudah melebarkan sayapnya ke AS sejak 2023 dengan mendirikan perusahaan yang khusus mengimpor dan mendistribusikan merek makanan lautnya sendiri “Sea Tracer”. Terhitung, perusahaan sudah mendistribusikan lebih dari 60 ribu kg produk makanan laut. FishLog menghubungkan lebih dari 60 pembeli domestik dan internasional dan membantu mereka mengembangkan bisnis mereka.

FishLog Sea Tracer

Co-founder dan COO FishLog Abdul Halim menambahkan, pihaknya berupaya mendukung industri perikanan yang lebih kompetitif secara global di Indonesia. Caranya dengan merangkul para pemangku kepentingan perikanan untuk membuka kunci pertumbuhan global.

FishLog telah membangun solusi teknologi untuk menghubungkan fasilitas penyimpanan dingin di seluruh negeri dengan tujuan meningkatkan transparansi, stabilitas, dan kematangan rantai pasokan perikanan.

“Kami bercita-cita untuk menjadi mitra bagi pengusaha perikanan dalam mendapatkan akses terhadap berbagai pemangku kepentingan seperti lembaga keuangan, pembeli dalam dan luar negeri, dan lain-lain,” kata dia.

Co-founder dan Partner Accel Partners Prashanth Prakash menyampaikan, meningkatnya kekuatan ekonomi global di Indonesia peningkatan Indonesia, terutama dalam industri perikanan, memberikan peluang sebesar $30 miliar.

“Dengan pasar ekspor yang berkembang dan konsumsi domestik yang kuat, lanskap perekonomian negara ini penuh dengan potensi dan kami sangat antusias untuk bermitra dengan FishLog dalam menjadikannya bagian penting dari pertumbuhan Indonesia,” terangnya.

Kolaborasi dengan ekosistem BUMN

Disampaikan lebih lanjut oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Ronald Simorangkir, FishLog telah menjadi kandidat yang menonjol sejak masuk ke dalam portofolio Indonesia Impact Fund yang dikelola MCI. Mereka mampu memberdayakan nelayan dan meningkatkan penghidupan mereka, serta berintegrasi dengan lancar ke dalam ekosistem Mandiri Group.

“Selain itu, status mereka sebagai finalis Zenith Accelerator menegaskan potensi dan inovasi mereka di industri. Kami sangat senang mendukung FishLog dalam perjalanan yang berdampak ini, mengingat kontribusi signifikan dan potensi sinergi dalam ekosistem kami,” kata Ronald.

Tak hanya itu, FishLog berkolaborasi dengan program BNI Xpora untuk mendukung UKM seafood Indonesia dalam memperluas ekspor. FishLog telah menyalurkan sekitar $950 ribu untuk memberdayakan mitra usaha perikanan ekspor.

CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro mengatakan, “BNI Ventures berinvestasi di FishLog untuk meningkatkan keuangan inklusif bagi nelayan. Melalui kegiatan investasi dan sinergi, BNI Ventures bertujuan untuk meningkatkan aktivitas transaksional dengan mengintegrasikan layanan transaksional, produk, dan jaringan BNI ke dalam ekosistem FishLog.”

Dalam kesempatan yang sama, FishLog memperkenalkan Dimas Wikan Pramudhito ke dalam tim manajemen sebagai Chief Financial Officer. Dimas memiliki latar belakang yang kaya di lembaga perbankan ternama, seperti Rabobank, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Standard Chartered Bank, NOBEL Capital Investment, termasuk tugas penting sebagai CFO di PT Antam Tbk dari 2015 hingga 2019.

“FishLog dan para co-founder memiliki tujuan mulia, yang telah dicoba oleh banyak orang namun tidak dapat mewujudkannya. FishLog bukan hanya sekedar komersialisme, melainkan sebuah gerakan, sebuah ekosistem melalui pemasok, pedagang, pemodal, dan mitra yang saling bergantung dan percaya bahwa harus ada cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, keselarasan yang mendukung untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. [..] Tujuan mulia ini telah membuat saya maju dan saya merasa terhormat menjadi bagian dari perjalanan besar ini,” kata dia.

Dalam rangka mendukung langkah keberlanjutan, FishLog telah membuat kemajuan signifikan, mencapai peningkatan produktivitas penyimpanan dingin sebesar 40% melalui pasokan dan teknologi yang berkelanjutan, mengelola lebih dari 4 ribu ton inventaris makanan laut per bulan. Selain itu, FishLog telah memberikan dampak positif kepada lebih dari 100 pemasok, memberdayakan lebih dari 800 pekerja, dan 38% di antaranya adalah perempuan.

Perusahaan juga baru-baru ini memperoleh dana hibah sebesar $100 ribu dari program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Dana hibah ini akan membantu meningkatkan literasi keuangan keluarga nelayan, memberikan pendidikan karakter bagi anak-anak nelayan, mendukung penanaman bakau untuk pelacakan karbon global dalam industri perikanan, dan masih banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here

HSBC Buat “Debt Fund” Khusus Startup ASEAN Senilai Rp15,8 Triliun

HSBC mengumumkan debt fund khusus startup “ASEAN Growth Fund” senilai $1 miliar (sekitar Rp15,8 triliun) untuk mengakselerasi ekspansi startup di kawasan Asia Tenggara yang tumbuh pesat. Dana ini dikhususkan pada startup/perusahaan digital, terutama di sektor new economy yang mengincar ekspansi ke Asia Tenggara.

“HSBC sangat antusias dengan berkembangnya ekonomi digital di ASEAN, termasuk Indonesia. Kami bersemangat untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan digital untuk mendukung merek memperluas ekspansi bisnis di kawasan ASEAN dan sekitarnya,” ucap Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt dalam konferensi pers, kemarin (27/3).

Managing Director, Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya melanjutkan, ticket size untuk tiap pinjaman ini dimulai dari $25 juta-$100 juta dengan tenor satu sampai tiga tahun. Bank akan menggunakan metriks saat penilaian dengan mempertimbangkan operasional bisnis terkait portofolio aset generatif arus kas perusahaan, termasuk piutang, dibandingkan hanya berpatokan pada metrik keuangan tradisional.

Hal menarik lainnya, untuk startup yang ingin ekspansi ke kawasan ASEAN dapat menggunakan limit yang mereka terima dan dicairkan sesuai mata uang negara di mana negara yang akan mereka sasar. Sebagai catatan, di kawasan ini HSBC beroperasi di enam negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

“Karena sebuah bisnis masuk ke region ASEAN, mereka kesulitan mendapatkan financing di masing-masing negara, jadi harus start pitching ke tiap bank di masing-masing negara. Tapi kalau lewat akses Growth Fund cukup dari satu negara, bisa expand ke lima negara di ASEAN. Ini merupakan ease of business yang sangat seamless dan nominalnya juga signifikan,” jelas Riko.

Pihak HSBC tidak membuat rinci untuk porsi di masing-negara untuk penyalurannya, namun diharapkan porsi dari startup Indonesia dapat menempati posisi mayoritas mengingat negara ini punya peluang ekonomi digital terbesar.

“Kita mencari startup yang scalable, juga bergerak di new economy. Sektor ini diestimasi bernilai $218 miliar dan diestimasi angkanya melambung sampai $600 miliar pada 2030 mendatang. Makanya sektor ini butuh funding khusus.”

Sebelum fund ini diumumkan secara resmi, Riko menyampaikan sejauh ini ada delapan pengajuan dari startup di kawasan ini yang sedang diproses. Nilai transaksinya diestimasi bernilai $500 juta dan diharapkan penyaluran dapat selesai paling lambat pada Q2 2024.

Sejumlah startup dari kawasan ini telah mendapat fasilitas pembiayaan dari HSBC, di antaranya Akulaku, Sea Group, eFishery, Atome, dan Funding Societies. Menurut Riko, startup tersebut menggunakan pinjaman tersebut untuk mengembangkan bisnisnya di masing-masing negara di mana mereka sudah beroperasi.

“eFishery ini menarik karena mereka ada social impact, lalu mereka juga berkembang di Singapura dan India. Jadi mereka kita hubungkan dengan network kita yang ada di sana untuk support bisnisnya di luar Indonesia. Nominalnya mencapai $30 juta, sekarang kita juga support mereka untuk ESG roadmap.”

Umumkan Venture Debt

Secara terpisah, di saat yang bersamaan, HSBC mengumumkan dana kelolaan lainnya, yakni Venture Debt khusus di pasar Singapura dengan mengalokasikan $150 juta (Rp2,3 triliun) untuk memberikan pembiayaan kepada perusahaan-perusahaan berskala besar dengan pertumbuhan tinggi di Singapura yang telah didukung oleh modal ventura atau investor ekuitas swasta.

Venture Debt ini memberikan solusi pembiayaan jangka panjang dan fleksibel bagi perusahaan, mendukung berbagai kebutuhan pendanaan, seperti belanja modal, perpanjangan runway, atau modal kerja dengan tenor hingga tiga tahun. Perusahaan dari sektor new economy juga dapat memperoleh akses ke struktur pembiayaan yang lebih terspesialisasi, termasuk yang melibatkan instrumen jaminan ekuitas.

Head of Commercial Banking for South and Southeast Asia HSBC Amanda Murphy menuturkan, “HSBC memiliki sejarah yang membanggakan dan warisan yang kuat di ASEAN dalam mendukung wirausaha dan meningkatkan skala bisnis. Pengenalan penawaran terbaru kami memungkinkan kami untuk lebih mendukung perusahaan-perusahaan new economy di ASEAN, baik yang baru berdiri maupun yang baru berkembang, seiring dengan ekspansi mereka di kawasan ini dan kemajuan sepanjang siklus hidup perusahaan.”

Dua fund di atas melengkapi fund yang sebelumnya sudah diumumkan HSBC, yakni New Economy Fund senilai $200 juta yang diluncurkan pada 2021 untuk mendukung kebutuhan modal kerja startup tahap awal di Singapura, menciptakan solusi pembiayaan komprehensif untuk klien ekonomi baru di berbagai tahap pertumbuhan.

Perdalam Bisnis di FMCG, KoinWorks Jadi Mitra Paylater Platform B2B IDH.ID

Startup fintech lending KoinWorks mengumumkan kemitraan strategis dengan platform e-commerce B2B IDH.ID untuk memberikan fasilitas produk Buy Now Pay Later (BNPL) ke sektor FMCG.

Kemitraan ini memungkinkan pemilik toko (kulakan) dan reseller menggunakan IDH PayLater untuk berbelanja kebutuhan bisnis secara online dengan sistem pembayaran jatuh tempo.

KoinWorks melalui KoinPayLater dan IDH.ID akan memfasilitasi pinjaman ke 380 ribu pelaku bisnis FMCG secara bertahap dengan limit pinjaman hingga Rp2 miliar. Layanan ini diharapkan dapat mendorong pengelolaan arus kas dan daya beli para pemilik toko secara signifikan.

“KoinWorks terus berkomitmen mendukung pertumbuhan ekosistem bisnis di Indonesia, khususnya di sektor FMCG yang terintegrasi secara menyeluruh dalam ekosistem penjualan dan distribusi. Kami memiliki kesempatan untuk memberikan dampak yang lebih luas, baik kepada distributor maupun UMKM pemilik toko,” ucap Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono.

Bagi KoinWorks, kerja sama tersebut sekaligus memperluas jangkauan penggunaan KoinPaylater ke sektor FMCG pada tahun ini. KoinPayLater adalah produk pembiayaan bagi UMKM yang meluncur sejak 2022. Adapun, KoinWorks telah menyalurkan total pinjaman di 2024 lebih dari Rp1,9 triliun dan penggunanya mencapai 2,5 juta.

Sebagai informasi, IDH.ID, bernaung di bawah PT Indonesia Distribution Hub, adalah platform e-commerce untuk distribusi produk FMCG. IDH.ID sebelumnya telah bekerja sama dengan Amerta Indah Otsuka, perusahaan multinasional yang bergerak dalam pengembangan dan produksi produk-produk FMCG.

IDH tercatat telah memiliki lebih dari 380 ribu toko aktif yang terdaftar dan 48.000 SKU yang dijual dari 320+ prinsipal dan 170+ distributor di 232 kota di Indonesia.

CEO IDH.ID Jack Ng menambahkan, perusahaan berupaya meningkatkan layanan dan opsi pembayaran yang lebih fleksibel guna memenuhi kebutuhan pasar yang semakin berkembang. “Kerja sama dengan KoinWorks sebagai mitra pertama kami untuk paylater juga mencerminkan komitmen bersama untuk memperluas layanan finansial kepada UMKM di tingkat lokal.”

Sejauh ini, IDH.ID memiliki distributor di seluruh Indonesia serta memasok ke seluruh pelanggan di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Pihaknya meyakini digitalisasi di sektor FMCG dapat mendorong produktivitas dan efisiensi bagi pelanggan.

FMCG adalah sektor yang produknya banyak dipasok dan dijual oleh pemilik usaha warung atau toko tradisional. Namun, segmen tersebut masih banyak yang belum tersentuh akses finansial, terutama oleh bank, dikarenakan aspek risiko dan jaminan.

Diketahui, saat ini baru sekitar 27% dari lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia telah mendapatkan akses pinjaman. Tantangan tersebut juga yang coba diatasi oleh startup fintech lending lainnya yang fokus di area UMKM dan FMCG. AwanTunai adalah salah satu pemain yang menawarkan solusi keuangan bagi pelaku UMKM dan pemasok FMCG.

Produk supplier financing AwanTunai memiliki limit pinjaman hingga Rp2 miliar dengan tenor bervariasi, mulai dari 7 hari, 14 hari, dan 30 hari.

Update 17.21: DailySocial.id melakukan pembaruan artikel pada paragraf keenam sesuai input dari KoinWorks.

Qoala Umumkan Pendanaan Seri C Rp713,3 Miliar Dipimpin PayPal Ventures dan MassMutual Ventures

Startup insurtech Qoala mengumumkan telah menutup pendanaan seri C senilai $45 juta atau setara Rp713,3 miliar. Putaran ini dipimpin PayPal Ventures dan MassMutual Ventures dengan dukungan MUFG Innovation Partners, Ohana Holdings, dan investor sebelumnya termasuk Flourish Ventures, Eurazeo, dan AppWorks.

Sebelumnya Qoala berhasil menutup pendanaan seri B tahun lalu dengan total nilai $70,5 juta (dalam dua putaran). Dengan tambahan dana segar yang baru didapat, kisaran pendanaan ekuitas yang telah dibukukan perusahaan mencapai $139,5 juta atau setara Rp2,2 triliun.

Melalui modal tambahan yang didapat, Qoala berkomitmen meningkatkan bisnis embedded insurance (B2B2C) di Asia Tenggara melalui percepatan pengembangan teknologi (penerapan AI di berbagai lini), meningkatkan pengalaman pelanggan, mitra, dan agen. Qoala juga ingin mengeksplorasi varian produk dan saluran baru di platform agennya dengan menjajaki akuisisi strategis dan kemitraan lintas sektor.

“Dipandu dedikasi yang tak tergoyahkan dari tim kami yang luar biasa dan kepercayaan yang diberikan oleh investor, pendanaan seri C ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap strategi dan misi kami. Misi kami untuk mendemokratisasi asuransi tetap teguh, dan dengan suntikan dana baru ini, kami lebih siap untuk mendorong inovasi dan memberikan dampak pada kehidupan dan penghidupan,” sambut Co-Founder & CEO Qoala Harshet Lunani.

Pertumbuhan bisnis Qoala

Disampaikan perusahaan, sejak tahun 2022 Qoala telah mencatat pertumbuhan premi bruto sebesar 2,5x dan telah memproses 60% dari total klaim secara internal. Pertumbuhan bisnis dini sebagian besar ditopang oleh terdiversifikasinya saluran kemitraan yang berimplikasi pada peningkatan pesat jumlah mitra bisnis. Metrik profitabilitas perusahaan juga diklaim terus mengalami tren peningkatan, melampaui pertumbuhan GWP, dan hal ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kinerja keuangan berkelanjutan.

Sepanjang 2023, Qoala berhasil memproses 115 ribu klaim dan menjangkau 45 ribu pelanggan baru. Ini juga didukung oleh ragam produk asuransi yang dijajakan pada portal marketplace yang dimiliki, dan didukung lebih dari 60 ribu+ mitra pemasar. Sejak awal, salah satu proposisi nilai penting Qoala pada sistem keagenan digital yang dimiliki. Lewat inovasi yang digulirkan, Qoala berhasil meningkatkan aksesibilitas asuransi dan proses klaim bagi masyarakat secara lebih efisien.

“Kami sangat terkesan dengan pertumbuhan Qoala yang luar biasa sejak investasi pertama kami pada tahun 2019. Kerja keras tim yang konsisten dan kinerja tinggi terbukti dalam posisi mereka sebagai pemimpin pasar. Kami bangga melanjutkan dukungan seiring mereka terus mendefinisikan ulang standar industri dan mendorong inklusi keuangan di wilayah ini,” ujar Managing Partner MassMutual Ventures Ryan Collins.

Di Indonesia, Qoala berhadapan dengan sejumlah kompetitor, di antaranya Fuse, Igloo, PasarPolis, dan Lifepal. Sepanjang tahun 2022, Fuse menerbitkan lebih dari 150 juta polis asuransi dan membukukan pendapatan premi bruto lebih dari Rp 3 triliun. Sementara Lifepal baru saja diakuisisi Roojai Group di awal tahun 2024 ini.

Rencana selanjutnya Qoala

Salah satu fokus pengembangan berikutnya adalah peningkatan pengalaman agen dan efisiensi operasional secara signifikan dengan lebih meningkatkan penggunaan AI generatif. Investasi ini akan memungkinkan Qoala untuk menyempurnakan dan memperluas platform insurtech yang sudah ada, memastikan tetap menjadi yang terdepan dalam teknologi dan mengurangi waktu pemasaran.

Selain itu, Qoala berdedikasi untuk mengembangkan alat yang mendukung mitra asuransinya dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam penjaminan, pemrosesan klaim, dan deteksi penipuan, sehingga memperkuat komitmennya terhadap inovasi dan keunggulan dalam industri.

“Dengan memosisikan dirinya sebagai solusi pilihan bagi platform yang melayani konsumen dan agen tradisional, Qoala menyediakan alat yang sangat dibutuhkan konsumen di seluruh Asia Tenggara untuk mengatasi kesenjangan perlindungan yang terus terjadi,” ujar Principal PayPal Ventures Alexandros Bottenbruch.

Selain di Indonesia, saat ini Qoala juga sudah beroperasi di Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Ekspansinya ini didukung dengan strategi kemitraan strategis dan akuisisi. Di Thailand, mereka beroperasi dengan mengakuisisi startup insurtech lokal Fairdee.

Di tengah kondisi perekonomian makro yang tak menentu, pada pertengahan tahun lalu Qoala juga sempat mengurangi jumlah tim 80 orang di Indonesia dan Malaysia. Disebutkan langkah ini diambil untuk meningkatkan sinergi di dalam dan di setiap departemen dan unit bisnis agar efisien dan berkelanjutan.

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Terima Pendanaan Strategis dari Mitsui

LinkAja mengumumkan perolehan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dengan nominal yang dirahasiakan. Ini merupakan investasi pertama yang diraih LinkAja dari perusahaan berskala global. Mitsui merupakan investor non-BUMN ketiga, setelah Grab dan Gojek di LinkAja.

Lewat aksi korporasi ini, Mitsui dapat mengembangkan bisnis keuangan digital, mempercepat kolaborasi strategis antara ekosistem BUMN dan Mitsui dalam bidang IT, ritel, dan bisnis lainnya. Kedua perusahaan juga dapat menggabungkan berbagai potensi dan unique competitive advantage untuk dapat berkontribusi pada ekonomi digital di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyambut baik komitmen investasi strategis dari Mitsui selaku investor global kepada LinkAja. Disampaikan juga, model bisnis LinkAja merupakan model bisnis yang dapat di buy in oleh pihak internasional.

Direktur Utama PT Mitsui Indonesia Shinichi Kikuchihara menambahkan, Mitsui sudah hadir di Indonesia sejak 1901 dengan membuka kantor di Surabaya. Seiring dengan terus berjalannya proses digitalisasi, pihaknya mulai perdalam fokusnya pada nilai ekonomi digital, termasuk keuangan digital.

“Sebagai perusahaan dengan fondasi bisnis yang kuat dengan ekosistem pemegang saham yang solid, kami yakin Mitsui dan LinkAja dapat saling berkontribusi dalam perkembangan industri keuangan digital di Indonesia,” ujarnya, Rabu (27/3).

Di Indonesia, Mitsui beroperasi di sektor-sektor strategis, seperti Infrastruktur & Energi, Mobilitas, Baja, Kimia Pangan & Ritel, dan Information & Communication Technology (ICT). Beberapa perusahaan yang diinvestasikan oleh Mitsui adalah Bussan Auto Finance (pembiayaan ritel sepeda motor) dan convertible bond subscription di CT Corp.

Direktur Utama LinkAja Yogi Rizkian Bahar menyampaikan, pihaknya memercayai kolaborasi strategis adalah kunci dalam bisnis digital. Mitsui telah berinvestasi di berbagai industri di Indonesia, sehingga mereka memiliki ekosistem yang besar dan beragam.

“Kami yakin bahwa investasi strategis Mitsui akan saling menguntungkan tidak hanya bagi kedua belah pihak, tetapi juga bagi para pengguna, pemangku kepentingan, serta berkontribusi terhadap perkembangan industri keuangan digital di Indonesia. Kepercayaan dari investor global ini, juga akan semakin menambah kepercayaan investor, termasuk kemungkinan masuknya investor lain,” ungkap Yogi.

Sebelumnya disampaikan, setelah pivoting model bisnis dan strategi efisiensi biaya, LinkAja berhasil mencapai perbaikan kinerja bisnis secara signifikan dengan EBITDA positif selama dua kuartal berturut-turut di akhir 2023. Pada tahun ini, perusahaan masih berfokus pada sinergi BUMN.

Pada Februari 2023, sebagai bagian dari penguatan peran strategisnya sebagai platform pembayaran, LinkAja meluncurkan Program Pertukaran Poin Loyalti dalam ekosistem BUMN, melalui AKHLAK Point.

Sejumlah perusahaan BUMN yang bergabung dalam pengembangan bersama kerja sama pertukaran loyalitas tersebut di antaranya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Pertamina Patra Niaga, PT Garuda Indonesia (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero).

Langkah ini merupakan kelanjutan dari aplikasi LinkAja skin khusus BUMN, yang digunakan sebagai saluran media komunikasi terpadu bagi karyawan BUMN serta penyaluran dana insentif ke lebih dari 200 ribu karyawan. Hal itu dilakukan untuk memperkuat fokus Business to Business to Consumer (B2B2C).

Inisiatif di atas merupakan komitmen kuat terhadap sinergi kolaboratif antara LinkAja dan BUMN, sekaligus meningkatkan ekosistem digital demi efisiensi dan efektif, serta memberikan nilai tambah bagi perjalanan konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Menilik Alasan Quick Commerce Kurang Berkembang di Indonesia

Indonesia adalah pasar e-commerce terbesar dengan kontribusi GMV 52% di Asia Tenggara. Pesatnya pertumbuhan e-commerce di wilayah ini memunculkan permintaan terhadap pembelian barang online secara kilat dengan opsi pengiriman instan atau same day.

Quick commerce umumnya sering diasosiasikan dengan layanan e-grocery yang menawarkan jasa pembelian bahan pangan dan segar. Namun, platfrom penyedia quick commerce juga menawarkan produk kebutuhan sehari-hari dan kategori produk lainnya sehingga Average Order Value (AOV) bisa lebih unggul dari layanan grocery.

Terlepas dengan potensi pasarnya, quick commerce di Indonesia kenyataannya masih belum menemukan formula yang tepat untuk memenangkan pasar. Dalam analisis yang diungkap oleh firma konsultan Redseer, penyedia quick commerce di Indonesia dihadapkan pada tipisnya margin, komisi produk rendah, serta biaya pengelolaan dark store dan pengiriman barang mahal.

Untuk menaikkan margin, produk-produk habis pakai (FMCG) juga sulit itu dijual dengan biaya premium. Produk yang tersedia kurang variatif, belum lagi pengguna umumnya hanya mengincar diskon.

Kebanyakan pemain quick commerce bermain di mass market saja alih-alih fokus di segmen kelas atas, pekerja profesional, atau segmen GenZ dan milenial yang cenderung mengincar kenyamanan dan kecepatan transaksi. Namun, Redseer juga menggarisbawahi bahwa pandemi justru menjadi reality check bagi pemain mengingat orang-orang mulai kembali belanja di toko fisik.

“Para pemain quick commerce di dunia gagal karena berbagai alasan, yakni terlalu berfokus pada pengiriman bahan makanan. Biaya rantai pasokan yang tinggi menyebabkan margin yang sangat tipis, dan kurangnya target pasar pelanggan yang tepat,” tulis Partner Redseer Roshan Behera dilansir dari Redseer.com.

Sayurbox tak hanya bermain di e-grocery, tetapi juga masuk ke quick commerce

Sebagai gambaran, saat ini ekosistem quick commerce dan e-grocery di Indonesia hanya menyisakan sedikit pemain yang masih bertahan antara lain Astro, AlloFresh, Titipku, Segari, dan Sayurbox. Beberapa platform lainnya, seperti Bananas telah menghentikan bisnisnya dikarenakan sulitnya bersaing di ranah B2C.

Namun, ada juga yang pivot ke vertikal bisnis lain, seperti Dropezy (sekarang Sekilo) yang beralih ke hilirisasi unggas dan Brambang (sekarang Brambang Elektronik) yang menjadi marketplace smartphone.

Resep sukses quick commerce di India

Sebaliknya, ungkap Roshan, quick commerce justru banyak diminati dan terbukti sukses di India. Membangun supply-side yang tepat adalah kunci untuk memenangkan pasar quick commerce di India. Hal ini mencakup tiga strategi utama.

Pertama, operasional dark store harus berjalan cepat untuk dapat menghasilkan keuntungan. Dark store harus memproses setidaknya 1000+ pesanan setiap hari, atau setara dengan jumlah transaksi yang diperoleh warung tradisional. Agar bisa berhasil, pemain quick e-commerce perlu memiliki turnaround times (TAT) selama 1-2 bulan untuk mengevaluasi penyimpanan di dark store.

Kedua, manajemen inventori perlu diperhatikan untuk memastikan ada siklus pengisian ulang stok barang setiap hari demi mengurangi modal kerja. Ketiga, pengambilan barang langsung dari pemasok/produsen/prinsipal untuk menghindari potensi berkurangnya keuntungan dan memungkinkan pemilik merek untuk bernegosiasi langsung harga produknya.

Lebih lanjut, Roshan juga menyoroti strategi yang dilakukan TikTok untuk mendominasi e-commerce di India, itu juga yang dilakukan oleh Zepto dan Blinkit; dua platform yang menguasai pasar quick commerce di sana. Antarmuka yang didukung AI prediktif menjadi strategi mereka untuk menarik engagement pengguna, terutama transaksi pembelian yang bersifat impulsif.

Berkat itu dan portofolio produk yang lebih banyak–terutama yang punya Average Selling Price (ASP) tinggi seperti ponsel–keduanya mampu mengantongi pertumbuhan GMV yang signifikan. Strategi ini disebut dapat mendorong margin mereka. Blinkit saat ini tercatat menguasai quick commerce di India dengan 38% pangsa pasar, sedangkan Zepto mengambil 30% pangsa.

Rekomendasi playbook quick commerce / Sumber: Redseer

“Dengan melihat contoh kasus di India, salah satu pasar yang justru quick commerce-nya berkembang pesat, kita dapat menarik hipotesis bahwa mengoperasikan quick commerce secara terpisah akan sulit berhasil, apalagi jika cuma fokus pada bahan makanan dan produk FMCG,” tambahnya.

Redseer menambahkan beberapa rekomendasi strategi untuk dapat memenangkan pasar quick commerce, di antaranya adalah (1) memperluas kategori produk, serupa dengan horizontal e-commerce serta (2) menargetkan segmen mass market dan premium yang bersedia membayar demi kenyamanan.

Advance.AI Angkat Dua Petinggi Lokal untuk Seriusi Bisnis Verifikasi Digital di Indonesia [UPDATED]

Advance.AI, penyedia solusi verifikasi identitas digital dan manajemen risiko, hari ini (26/3) mengumumkan penunjukan dua bos baru untuk pimpin bisnisnya di Indonesia. Mereka ialah Fuenny Liwang sebagai Director Growth Accounts dan Anggraini Rahayu sebagai Director Strategic Accounts.

Keduanya sama-sama memiliki pengalaman yang mendalam di berbagai industri. Sebelumnya Fuenny menjabat posisi manajemen senior di PT T Systems Indonesia (afiliasi Deutsche Telekom), VMWare, Microsoft, dan Telkom di Indonesia. Sementara Anggraini menjabat posisi manajemen senior di PT SAS Institute, Diebold Nixdorf, dan IBM Indonesia.

Fuenny menyampaikan, dalam lanskap yang didominasi oleh ponsel pintar saat ini, verifikasi identitas digital sangat dibutuhkan. Di luar layanan keuangan, banyak industri yang mengalami transformasi digital menghadapi tantangan dalam memverifikasi identitas pelanggan.

Tentunya hal ini membuat seluruh proses pendaftaran pelanggan e-KYC (Know Your Customer) secara digital dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi bisnis, meningkatkan pengalaman pelanggan sekaligus menurunkan biaya operasional. Hal ini juga berfungsi sebagai pertahanan krusial terhadap akses terlarang dan penipuan yang dapat menyebabkan kerugian keuangan maupun kerusakan reputasi yang signifikan.

“Saya sangat bersemangat dalam memimpin inisiatif ini untuk mendukung dan agenda transformasi digital di Indonesia,” ucapnya.

Anggraini menambahkan dari sisi tantangan transformasi yang saat ini dihadapi berbagai industri, mulai dari penipuan identitas dan risiko kredit hingga kepatuhan dan ancaman dari kemajuan terbaru dalam konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau AI-generated content (AIGC).

“Saya yakin pengalaman industri yang saya miliki dapat membantu klien kami memahami tantangan saat ini serta meningkatkan inklusi digital dan keuangan di Indonesia,” kata dia.

Manajemen Advance.AI berharap penunjukan Fuenny dan Anggraini dapat memperkuat komitmen perusahaan dalam memberikan solusi verifikasi identitas digital dan manajemen risiko terdepan untuk memajukan agenda transformasi digital Indonesia.

“Penunjukan Ibu Fuenny dan Anggraini membawa gabungan pengalaman industri selama 60 tahun di industri digital dan memperkuat kedalaman tim kepemimpinan senior kami di Indonesia,” ucap manajemen Advance.AI saat dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Disampaikan lebih lanjut, pada tahun ini fokus perusahaan adalah mendukung berbagai industri, mulai dari perbankan, multifinance, telekomunikasi, layanan kesehatan, dan e-commerce, untuk mengadopsi verifikasi identitas digital mutakhir yang dapat membantu lebih banyak pelanggan hanya dengan ponsel cerdas dan dokumen identitas mereka. Sekaligus mencegah penipuan dan meningkatkan tingkat inklusi digital dan keuangan di seluruh Indonesia.

Perkembangan Advance.AI

Didirikan pada 2016, Advance.AI berbasis di Singapura telah bermitra dengan lebih dari 500 klien perusahaan di sektor perbankan, jasa keuangan, fintech, pembayaran, ritel, dan e-commerce. Advance.AI baru masuk Indonesia sejak 2020, bersamaan dengan sejumlah negara lainnya, seperti Tiongkok, India, Vietnam, dan Filipina. Di Indonesia, Advance.AI menempatkan Ronald Molenaar sebagai Country Manager.

Perusahaan menyediakan empat solusi yang menggabungkan solusi verifikasi identitas digital, KYC/AML, kepatuhan dan manajemen risiko. Diklaim, perusahaan memroses 120 juta kueri API per bulan dengan akurasi 99,4% dalam pengenalan karakter optik (OCR) dan pengenalan ras karena telah dilatih untuk wajah-wajah Asia Tenggara, dapat beroperasi dengan kamera ponsel beresolusi rendah, dalam kondisi cahaya redup, terutama yang relevan dalam kondisi Indonesia.

“Setiap kueri ini adalah untuk membantu melakukan onboarding secara digital, menilai dan/atau menjamin profil/risiko pelanggan, memfasilitasi keputusan kredit dan peminjaman serta akses terhadap layanan keuangan digital dasar (misalnya pinjaman usaha UKM, pinjaman pendidikan, pembiayaan kendaraan roda dua, tagihan medis, data telekomunikasi isi ulang, belanja e-commerce).”

Disampaikan, teknologi liveness detection 3D milik Advance.AI memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90% terhadap serangan presentasi palsu yang mendalam.

Para penggunanya mayoritas dari institusi keuangan dan teknologi. Di Indonesia saja, beberapa di antaranya adalah Bank Jago, Bank BTPN, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, MNC Bank, Bank Mega, Standard Chartered, Gojek, Nanovest, dan Allo Bank.

“Kami telah membantu bank dan lembaga keuangan menjangkau 160 juta konsumen (misalnya membuka rekening bank, akses terhadap pembiayaan kendaraan roda dua), yang sebagian besar berada di Indonesia.”

Solusi Advance.AI juga dapat melindungi institusi keuangan dan industri e-commerce dari penipuan identitas, termasuk penggunaan konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan secara semakin canggih oleh penipu untuk meluncurkan serangan deepfake, serta penipuan sintetis, pembayaran, dan rekayasa sosial.

Sebanyak 6 dari 10 orang di Asia Tenggara masih belum memiliki atau memiliki keterbatasan dalam akses perbankan, Advance.AI mendukung institusi keuangan terbesar di kawasan ini untuk mempercepat inklusi sosial, digital, dan keuangan. Di balik itu, muncul risiko penipuan identitas dan ancaman siber yang meningkat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan insiden penipuan keuangan telah meningkat sebesar 25% dalam setahun terakhir, menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi manajemen risiko yang andal.

Sebagai catatan, Advance.AI merupakan bagian dari Advance Intelligence Group. Ada tiga produk di bawahnya: Atome Financial (Atome, Kredit Pintar, ND Finance), Advance.AI (platform SaaS untuk identitas digital perusahaan), dan Ginee (omnichannel e-commerce).

Grup ini didukung oleh investor papan atas SoftBank Vision Fund 2, Warburg Pincus, Northstar, Vision Plus Capital, Gaorong Capital, Pavilion Capital, GSR Ventures, dan investor global yang berbasis di Singapura, EDBI. Putaran pendanaan terakhir yang diraih sebesar $80 juta untuk putaran Seri D, diumumkan pada Mei 2023.

*) Kami menambahkan pernyataan dari manajemen Advance.AI mengenai penjelasan solusi dan target perusahaan