Ovo PayLater Kini Bisa Dipakai untuk “Merchant Offline”

Ovo memperluas layanan pinjaman Ovo PayLater dan kini bisa dipakai untuk pembayaran merchant offline. Perluasan layanan ini diharapkan bisa memperluas akses kredit ke jutaan penduduk Indonesia, sekaligus mendukung pertumbuhan penjualan ritel.

Ovo PayLater sebenarnya pertama kali dihadirkan secara eksklusif di Tokopedia pada awal tahun 2019. Konsep ini sifatnya jadi terbatas, karena hanya bisa digunakan bertransaksi di dalam Tokopedia.

Head of Strategy and Innovation Lab Ovo Abraham Viktor menjelaskan, sekarang Ovo PayLater sudah hadir di aplikasi Ovo dan dapat dipakai untuk transaksi di merchant offline. PayLater yang berbentuk tile akan tersedia secara bertahap di aplikasi Ovo.

Abraham memastikan pada kuartal ketiga 2019 layanan ini dapat tersedia di seluruh perangkat pengguna. Dia berharap perluasan layanan Ovo PayLater ini dapat dimanfaatkan pengguna sebagai dana talangan untuk membayar transaksi sesuai limit yang diterima, mulai dari Rp10 ribu sampai Rp10 juta. Saat ini terdapat 115 juta perangkat yang telah terhubung dengan Ovo.

“Pengguna dapat memenuhi kebutuhan transaksi mereka, sambil mengelola cash flow menggunakan aplikasi Ovo. Layanan Ovo PayLater dapat digunakan di 200 ribu merchant modern,” terangnya, Jumat (10/5).

Untuk mengajukan Ovo PayLater, pengguna diharuskan memiliki akun Ovo dan sudah menjadi anggota Premier, lalu mengisi data diri sebelum submit ke pihak Ovo. Poses aktivasi diklaim hanya memakan waktu 5 menit dan untuk approval hanya 14 detik.

“Kami mendesain fitur ini dengan mengutamakan pengalaman konsumen tidak lebih dari 5 menit. Mulai dari aktivasi pertama sampai submit aplikasi. Lalu di bawah satu menit sudah ada approval-nya. Kami bisa cepat karena tidak ada intervensi manual untuk proses persetujuannya.”

Pengguna dapat memanfaatkan limit yang mereka terima untuk bertransaksi di merchant Ovo dan membayar seluruh tagihannya di tiap akhir bulan. Ketika akan memindai barcode di merchant, pengguna bisa mengganti opsi pembayaran ke Ovo PayLater.

Pada Juli 2019 mendatang, akan tersedia layanan cicilan dalam Ovo PayLater hingga 12 bulan. Bunga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan kartu kredit. Opsi pembayaran tagihan bisa melalui saldo Ovo atau transfer bank. Abraham juga mengungkapkan Ovo PayLater segera digulirkan untuk di Grab dalam dua bulan mendatang.

Abraham menyebutkan, Taralite masih beroperasi dan tetap membuka bisnis di luar ekosistem Ovo. Ia menyebut dirinya masih menjabat sebagai CEO di perusahaan. Rumor akuisisi terhadap Taralite sudah beredar sejak pertengahan Maret lalu. Tidak ada konfirmasi detail soal akuisisi ini, tapi semua karyawan Taralite kini sudah berkantor di Ovo.

“Dengan adanya Ovo, tentunya cakupan bisnis kami jadi lebih luas. Tapi kami tetap membuka bisnis di luar Ovo,” katanya kepada DailySocial.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi Bisnis JustCo Coworking Space di Indonesia

Setelah membuka dua lokasi coworking space di Jakarta, JustCo, coworking space asal Singapura, kembali membuka cabang ketiga di Sequis Tower, SCBD, Jakarta Selatan. Rencananya JustCo bakal menambah dua lokasi baru di Jakarta.

Dalam acara peresmian, Co-Founder dan COO JustCo Liu Lu menyebutkan, Indonesia dan kota Jakarta pada khususnya sudah menjadi pasar yang menarik untuk bisnis coworking space. Hal tersebut ditandai dengan makin banyaknya coworking space lokal dan asing yang hadir.

“JustCo sendiri melihat Indonesia memiliki pasar yang sudah mature dan digital nomads ditambah dengan masuknya VC hingga startup asing yang melebarkan bisnis di Indonesia. Kesempatan tersebut sangat relevan bagi kami untuk melancarkan bisnis di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.”

Saat ini JustCo telah memiliki sekitar 17 ribu pengguna aktif yang tersebar di 30 lokasi di 8 kota, mulai dari Singapura, Tiongkok, Thailand, Korea Selatan, Australia, dan Taiwan. Makin bertambahnya cabang JustCo seharusnya memudahkan para anggota untuk memanfaatkan lokasi di beberapa negara, terutama saat sedang melakukan perjalanan bisnis.

JustCo juga memiliki kegiatan mentoring untuk startup yang ingin mengembangkan bisnis, memanfaatkan mitra dan profesional yang bisa membantu pengembangan perusahaan.

“Didukung dengan partner kita yaitu Gunung Sewu, JustCo dirancang untuk memfasilitasi budaya interaksi. Dengan program yang melibatkan komunitas, kami menawarkan kesempatan kepada anggota untuk memanfaatkan jaringan profesional untuk berkolaborasi, bersinergi dalam bisnis, berbagi wawasan atau sekadar memperluas jangkauan profesional mereka. Upaya ini juga membantu membuat pekerjaan lebih baik untuk semua orang,” kata Liu.

Memanfaatkan analitik data

Dimulai di Singapura, JustCo ingin memberikan rekomendasi hingga penawaran yang lebih kepada anggota memanfaatkan big data analytics. Memanfaatkan teknologi IoT yang disematkan dalam jaringan Wi-Fi, JustCo akan melihat efisiensi ruangan, jam kerja yang paling banyak dipilih pengguna hingga penggunaan utilitas seperti lampu, AC, dan lainnya melalui smart home. Nantinya teknologi tersebut akan diterapkan di cabang JustCo di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Ke depannya Liu melihat, coworking space akan menjadi pilihan bekerja favorit bagi pengusaha dan korporasi. Untuk itu inovasi yang ditawarkan pun akan beragam, mulai dari menawarkan co-living, penyewaan waktu dan tempat yang makin fleksibel, hingga harga yang terjangkau. Hal tersebut didukung dengan mindset orang bekerja tidak lagi hanya di kantor biasa, tapi juga kantor nyaman dan dinamis dengan open space dan fleksibilitas sekaligus melakukan networking dan kolaborasi.

“Secara khusus saya tidak melihat perbedaan yang cukup besar di masing-masing negara, namun kami melihat saat ini demand coworking space bukan hanya untuk kalangan pengusaha saja, namun juga perusahaan besar yang membutuhkan temporary space untuk keperluan bisnis mereka,” kata Liu.

Application Information Will Show Up Here

Grab Tambah Fitur Pemesanan Kamar Hotel dari Agoda

Grab akhirnya merilis fitur pemesanan kamar hotel dari Agoda. Fitur ini baru digulirkan untuk sebagian penggunanya yang telah menjadi platinum dan gold. Fitur ini tersedia dalam bentuk tile, bersama dengan fitur unggulan Grab lainnya seperti Ride, Car, Food, dan Videos.

Untuk sementara, Grab baru menyediakan pemesanan dari Agoda. Pemesanan melalui Booking.com, sister company Agoda, disebutkan akan segera hadir dalam waktu dekat.

Tampilan UI/UX fitur ini persis seperti saat pengguna berkunjung ke situs Agoda. Sistem pembayaran bisa melalui kartu debit/kredit di berbagai jaringan lokal dan internasional, PayPal, atau melalui gerai Indomaret dan Alfamart. Belum disebutkan apakah Ovo akan segera terintegrasi dengan fitur ini.

Sebelumnya, pihak Grab memang sudah mewacanakan perilisan fitur ini sejak akhir tahun lalu berbarengan dengan fitur kesehatan pasca pendanaan strategis yang diterima perusahaan. Grab mendapat investasi strategis US$200 juta dari Booking Holdings, induk dari Agoda pada Oktober 2018.

Tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, Grab merilis sejumlah keuntungan melalui GrabRewards, salah satunya potongan harga untuk pemesanan dari Agoda dan Booking.com buat pengguna platinum dan gold.

Fitur lainnya yang baru dirilis Grab adalah pembelian tiket bus dan bioskop. Yang terakhir ini bersama BookMyShow. Kemarin (9/5), Grab baru merilis proyek uji coba skuter listrik GrabWheels bersama Sinar Mas Land di BSD City.

Kompetitor Grab, Gojek, juga merilis fitur pemesanan kamar hotel bernama Go-Travel bersama Tiket.com dan Reddoorz.

Application Information Will Show Up Here

Qlue Rambah Penjualan Solusi ke Luar Negeri

Qlue perluas penjualan solusi ke luar negeri dengan skema menggandeng mitra sebagai reseller. Strategi ini makin digencarkan pasca diperolehnya berbagai penghargaan yang diraih perusahaan di skala internasional.

Founder dan CEO Qlue Rama Raditya menjelaskan, ekspansi ke luar negeri ini bukan tergolong mendirikan perusahaan di sana, melainkan menggandeng mitra sebagai reseller. Mereka datang dari latar belakang yang sama dengan Qlue agar dapat mengimplementasikan, namun secara khusus dilatih. Menurutnya, ada beberapa potensial mitra yang akan digandeng perusahaan sebagai reseller di Asia Tenggara pada tahun ini.

“Kita lebih [pakai] partner untuk di pasar Asia Tenggara karena fokus kita masih buat Indonesia. Namun kita pikir ada foot print di luar negeri itu sudah bagus. Kalau di luar negeri itu kebanyakan untuk B2B jadi bukan dengan pemerintahnya. Di Indonesia justru kita lebih kuat dengan pemerintah,” terangnya, kemarin (9/5).

Strategi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun lalu, namun mitra mulai aktif berjualan pada tahun ini lantaran produk sudah semua terintegrasi dengan baik. Pasalnya, solusi yang dihadirkan Qlue lebih ditujukan untuk Indonesia sehingga sudah terlokalisasi sehingga saat mau dipasarkan ke luar negeri perlu ada beberapa penyesuaian fitur.

Solusi yang dimanfaatkan perusahaan melalui solusi Qlue, kurang lebih mirip dengan kondisi di Indonesia. Namun kebanyakan untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan, seperti penghitung orang, pelaporan warga, deteksi parkir ilegal dan dashboard untuk integrasi data.

Sejauh ini solusi Qlue telah dipakai perusahaan-perusahaan multi industri di Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Di Malaysia, Qlue hadir sebagai solusi di salah satu mall, real estate, dan pabrik.

Pengakuan solusi Qlue di mata internasional sebenarnya dimulai pasca perusahaan menerima penghargaan, salah satunya di Dubai untuk Best Mobile Goverment Service di kategori Public Empowerment dalam gelaran The 7th World Government Summit 2019. Rama mengklaim di acara itu banyak pihak yang tertarik dan takjub dengan ekosistem yang Qlue bangun di Indonesia.

“Kita sempat terpancing untuk ke luar [negeri], tapi akhirnya memutuskan untuk perbaiki di dalam negeri dulu. Makanya lebih pakai strategi gandeng mitra di luar negeri untuk menjualkan produk kita.”

Bergabung dalam Nvidia Inception Program

Dalam rangka mendukung bisnis Qlue, saat ini perusahaan bergabung dalam Nvidia Inception Program, program akselerator untuk teknologi deep learning dan artificial intelligence. Qlue menjadi salah satu dari 15 perusahaan lokal dari total 2 ribu perusahaan yang bergabung dalam program akselerator global tersebut.

Qlue mendapat berbagai keuntungan yang berkelanjutan mulai dari pelatihan dari para pakar, program hibah untuk perangkat keras serta dukungan pemasaran. Qlue memanfaatkan keuntungan tersebut untuk mengembangkan produk berbasis AI dan deep learning buat solusi-solusi analisis video yang sudah mereka kembangkan.

Beberapa di antaranya adalah teknologi pengenal wajah (facial recognition), penghitung kendaraan (vehicle counting), deteksi parkir liar (ilegal parking detection), penghitung orang yang melintas (people counting), dan pengenal pelat nomor kendaraan (license plat recognition). Seluruh solusi ini masuk ke dalam produk dinamai Qlue Vision.

Produk ini telah membantu berbagai pemerintah kota/kabupaten, badan pemerintah, dan perusahaan untuk bekerja lebih efisien dan mengurangi kesalahan manusia secara signifikan. Dengan perangkat keras dari Nvidia, seluruh solusi ini bisa bekerja lebih maksimal karena butuh GPU dengan kapasitas yang besar, sama halnya saat bermain game yang memakai grafis tinggi.

Hardware dari Nvidia membuat Qlue bisa langsung trial solusi baru yang bahkan belum tersedia di pasar untuk kita presentasikan di depan calon klien. Contohnya, dari license plat recognition bisa deduct ke akun e-wallet kalau ada pelanggaran.”

Senior Manager Channel dan Alliances (Pacific South) Nvidia Budi Harto menyampaikan, pihaknya memilih Qlue lantaran memiliki profil yang unik dalam memecahkan tantangan dengan AI dan deep learning. Solusi tersebut dibangun oleh talenta lokal menjadi nilai tambah.

“Kami bantu penyediaan teknologi, meski kami lebih dikenal sebagai gaming company. Tapi kami mulai mengembangkan AI sejak 7-8 tahun lalu karena kita tahu Indonesia adalah negara keempat dengan populasi yang besar, ditambah adopsi AI di sini adalah tercepat kedua untuk ASEAN,” kata Budi.

Tahun ini Qlue akan mempercepat adopsi smart city di Indonesia, rencananya menambah 20-30 kota baru. Ada tiga kota yang sudah siap memanfaatkan aplikasi Qlue yakni Bandung, Makassar, dan Kupang. Sekarang ada 15 kota yang sudah bekerja sama dengan Qlue. Pengguna Qlue lainnya juga datang dari institusi dan pemerintah dengan total lebih dari 50 institusi lintas industri, 17 kepolisian daerah, mall, rumah sakit, dan sebagainya.

Secara kontribusi terhadap bisnis, diklaim antara pemerintah dan pihak swasta seimbang 50%. Tahun lalu pertumbuhan bisnis perusahaan mencapai 300% dibandingkan tahun sebelumnya. Diharapkan tahun ini akan tembus di angka yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Sinar Mas Land Uji Coba Skuter Listrik GrabWheels di BSD City

Grab dan Sinar Mas Land merilis proyek uji coba skuter listrik GrabWheels di beberapa lokasi di BSD City. Ini adalah proyek perdana tindak lanjut kerja sama strategis antara kedua perusahaan sejak MoU di Maret 2019.

Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan menjelaskan, ada lima titik parkir dengan 50 unit skuter tersedia di lokasi ini. Pengguna dapat mencoba GrabWheels secara gratis selama masa uji coba hingga pertengahan tahun ini selama 30 menit.

Pada periode ini, perusahaan akan mengumpulkan data-data kebiasaan pengguna yang nantinya digunakan untuk perencanaan yang lebih baik. Misalnya, peletakan lokasi parkir yang diperbanyak atau diperluas, menentukan tarif, dan mencari lokasi baru untuk implementasi berikutnya.

“Senin kemarin (6/5) sebenarnya kita sudah soft launch dan animo cukup baik. Kita dapat pengguna hingga ratusan setiap harinya,” terang Ongki, Kamis (9/5).

Lokasi yang diperkirakan akan cocok untuk penerapan GrabWheels ini, sambungnya, seperti stasiun dengan tingkat kepadatan yang tinggi dan dekat dengan perkantoran, obyek wisata yang cukup luas, tempat tinggal, kampus, atau township juga dianggap menarik.

“Sinar Mas Land juga ada beberapa township lainnya, selain BSD City. Kita akan pantau pengembangan ke sana. Di obyek wisata itu sebenarnya ada kebutuhan mobilitas, dengan GrabWheels sifatnya menjadi entertaining. Sudah ada yang minta ke kita.”

Setelah GrabWheels, kedua perusahaan akan melanjutkan implementasi berikutnya untuk peluncuran Innovation Lab, pengembangan solusi lainnya di bidang konektivitas dan mobilitas.

Cara menggunakan GrabWheels

Untuk menggunakan skuter listrik ini, pengguna perlu mengunduh aplikasi GrabWheels versi beta melalui perangkat iOS dan Android. Setelah itu mengunjungi area parkir GrabWheels yang telah tersedia di lokasi terpilih di BSD City.

Pengguna dapat membuka kunci skuter listrik hanya dengan memindai barcode yang tersedia menggunakan aplikasi sebelum memulai perjalanan. Setelah pengguna sampai di lokasi yang dituju, aplikasi akan mengarahkan pengguna untuk mengembalikan skuter listrik ke tempat parkir terdekat.

Ongki membuka kemungkinan memperluas titik parkir dengan pihak ketiga, seperti minimarket. Nanti perusahaan akan membuat struktur model bisnis yang tepat untuk mereka.

“Untuk tempat parkir sebenarnya terbuka untuk pihak ketiga. Seperti di Singapura, kita bekerja sama dengan minimarket sebagai titik parkir GrabWheels.”

Pada kuartal ketiga tahun ini, GrabWheels segera tersedia di aplikasi Grab dalam bentuk tile sehingga pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi tambahan.

Demi menjaga keselamatan pengguna, perusahaan memberikan edukasi perilaku berkendara yang aman melalui pesan langsung di aplikasi GrabWheels. Pengguna diwajibkan memakai helm sebagai kelengkapan berkendara.

Skuter diklaim didesain cukup aman dengan kecepatan maksimal 15 km per jam dan waktu charge yang singkat untuk menjangkau jarak hingga 40 km. GrabWheels sudah dilengkapi lampu apabila berkendara di malam hari.

“Setelah scan barcode, nanti di tiap skuter akan diberitahu waktu tempuh yang tersisa sehingga pengguna bisa tahu kapan harus di-charge,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Grab Mulai Akomodasi Pembelian Tiket Bus

Grab kembali menambahkan fitur baru. Kali ini dengan menghadirkan layanan pemesanan tiket bus komuter di dalam aplikasi. Di masa awal, Grab bermitra dengan Lorena, Aoshuttle, dan AgraMas untuk melayani rute Cibubur, Cikarang, sejumlah kawasan di Jakarta, dan BSD.

Teknologi Grab memungkinkan pengguna memesan/membeli tiket bus langsung melalui aplikasi. Pengguna akan mendapatkan informasi real time mengenai bus, layaknya armada lainnya yang didukung Grab, termasuk memungkinkan pembayaran menggunakan Ovo. Setelah menyelesaikan transaksi pembeli tiket pengguna akan mendapatkan e-ticket yang bisa langsung ditunjukkan ketika menaiki bus.

Sepanjang tahun ini Grab telah menghadirkan fitur Tiket (bekerja sama dengan Bookmyshow), fitur Video (bermitra dengan Hooq), dan menjajaki penyewaan e-skuter GrabWheels yang segera hadir di BSD.

Segmen pembelian tiket bus secara digital saat ini mulai digarap sejumlah startup, seperti Redbus, Traveloka, Bukalapak, Bustiket, Bosbis, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Resmikan Layanan Donasi Online Go-Give

Gojek meresmikan layanan donasi online Go-Give, hasil kerja sama dengan platform penggalangan dana Kitabisa sebagai mitra eksklusif. Go-Give memungkinkan pengguna untuk berdonasi, zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), dan kalkulator zakat langsung dalam aplikasi Gojek dengan metode pembayaran Go-Pay.

Head of Third Party Platform Gojek Sonny Radhityo menerangkan, Go-Give adalah layanan yang menjawab kebutuhan masyarakat akan kemudahan dan kenyamanan dalam berdonasi. Layanan teranyar ini adalah bagian dari ambisi perusahaan menjadi super app, membuat pengguna bisa melakukan apapun lewat aplikasi Gojek.

“Sedari awal kita didorong untuk be scientist, biasanya eksperimen dulu mau lihat animo pengguna dalam menanggapi fitur atau layanan yang berpotensial. Akhirnya oke kita putuskan untuk buat jadi tile sendiri sebagai layanan official dari Gojek,” terang Sonny, kemarin (8/5).

Sebelum diresmikan jadi layanan resmi, Go-Give pertama kali diuji coba pada November 2018 lewat penggalangan dana untuk korban bencana alam bersama Kitabisa. Saat itu bentuknya masih shuffle card, yang harus di-scroll terlebih dahulu dalam tampilan muka aplikasi Gojek.

Dalam waktu enam bulan disebutkan layanan ini telah memfasilitasi 343 kampanye kebaikan dan mengumpulkan dana sejumlah Rp2,3 miliar dari 75 ribu donatur.

Versi tile dari Go-Give secara bertahap akan digulirkan ke seluruh pengguna. Nantinya fitur ini akan bersanding di antara 22 layanan resmi Gojek lainnya, seperti Go-Food, Go-Car, dan Go-Send.

Kitabisa menjadi mitra eksklusif yang akan menyortir seluruh kampanye yang dibuat, sehingga dipastikan seluruh dana masyarakat dapat tersalur dengan baik. Saat berdonasi pengguna akan dimintai nama lengkap dan email atau nomor WhatsApp. Minimal donasi di Go-Give mulai dari Rp1.000 sampai tidak terbatas.

“Email atau nomor WhatsApp itu dimaksudkan untuk memberi pengguna terkait progress dari penggalangan dana yang mereka pilih,” tambah CEO Kitabisa Alfatih Timur yang turut hadir.

Menurut laporan Kitabisa, tren donasi online meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2017-2018. Ramadan tahun lalu, jumlah donasi online yang terhimpun dengan memanfaatkan aplikasi Gojek tumbuh 12 kali lipat.

“Komitmen kita dari awal adalah memberikan social impact, regardless bagaimana performanya kita merasa ada kewajiban untuk permudah pengguna Gojek untuk berbagi. Sehingga Go-Give bakal terus ada ke depannya,” kata Sonny.

Layanan pihak ketiga lainnya

Layanan 3rd party Gojek yang telah dirilis / Gojek
Layanan third party Gojek yang telah dirilis / Gojek

Sonny membuka kemungkinan untuk membawa layanan bersama pihak ketiga lainnya untuk dibawa sebagai layanan resmi Gojek versi tile. Namun pihaknya belum menentukan layanan mana berikutnya yang akan dipilih.

“Kita bakal selalu berinovasi, kalau memang sesuatu yang kita tawarkan ini diinginkan oleh pengguna pasti bakal kita jadikan layanan resmi seperti Go-Give.”

Gojek semakin memperkaya diri sebagai open platform dengan menggandeng berbagai pihak untuk meramaikan ekosistemnya, dalam bentuk shuffle card. Terhitung saat ini ada Go-Mall (bersama JD.id dan Blibli), Go-News (bersama Kumparan), Go-Travel (bersama Tiket dan Reddoorz), Go-Komik (bersama para komika), dan aplikasi Umma dalam rangka menyambut bulan Ramadan.

Sonny tidak merinci seberapa banyak durasi kunjungan yang dihasilkan dari kehadiran berbagai konten baru tersebut. Diklaim seluruh layanan dengan pihak ketiga ini telah memberikan sentimen yang positif dari masyarakat.

“Sentimennya positif dari data internal kami, mereka terbantu dengan layanan kami sehingga dengan mudah bisa melakukan apapun dalam aplikasi Gojek,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Go-Ventures Terlibat Pendanaan untuk Platform Ride Hailing Uganda SafeBoda (UPDATED)

Startup ride hailing asal Uganda SafeBoda menerima pendanaan Seri B dari Allianz X dan Go-Ventures. Ini adalah kali kedua bagi Gojek terlibat pendanaan untuk layanan ride hailing yang berasal dari luar Asia Tenggara dan kali pertama Allianz berinvestasi untuk startup asal Afrika.

Selain menawarkan layanan transportasi, SafeBoda juga  menawarkan layanan logistik dan pembayaran. Pendanaan Seri B ini akan dimanfaatkan SafeBoda untuk mengembangkan layanannya, termasuk ekspansi.

“Investasi kami di SafeBoda menggarisbawahi komitmen berkelanjutan kami untuk pertumbuhan pasar. Kami sangat senang untuk berpartisipasi dalam pengembangan ride hailing ekosistem di Afrika. SafeBoda telah berhasil memantapkan posisinya dalam pasar ride hailing di Uganda dan kami berharap mendukung ekspansi perusahaan ke layanan dan negara lainnya,” terang Corporate Development Director Allianz X Oliver Ullrich.

Allianz X adalah salah satu investor Gojek. Tahun 2018 silam mereka ambil bagian dalam putaraan pendanaan yang diikuti Blibli, Astra, Google, Tencent, JD, Meituan, dan Temasek dengan total nilai pendanaan mencapai $1,5 miliar.

Beberapa bulan berselang setelah pendanaan tersebut, Gojek meresmikan Go-Ventures, perusahaan modal ventura yang mulai aktif mendanai startup. Startup yang masuk daftar portofolio mereka antara lain startup media Kumparan, Narasi.tv, dan dua startup asal India Rebel Foods dan MPL.

Keterlibatan Go-Ventures di SafeBoda menambah daftar startup ride hailing yang disuntik dananya oleh Gojek. Sebelumnya Gojek berinvestasi untuk startup ride hailing asal Bangladesh Pathao.

Juru bicara Gojek kepada DailySocial menjelaskan bahwa Go-Ventures melakukan investasi finansial di perusahaan-perusahaan yang dapat mengambil manfaat dari keahlian dan ekosistem Gojek. Pihak Gojek juga berharap bisa menjadi mentor yang memberikan arahan kepada Safeboda.

“Kami sendiri tidak memiliki rencana untuk memasuki pasar Afrika. Namun, kami selalu terbuka untuk bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang sejalan dengan visi dan misi kami untuk mengurangi friksi dan meningkatkan kualitas hidup pengguna melalui pemanfaatan teknologi,” terang Juru bicara Gojek.

Update : tambahan informasi dari juru bicara Gojek

Layanan OTA Rajakamar Hentikan Operasional

Sempat tenar sebagai platform Online Travel Agency (OTA) di “era Blackberry”, Rajakamar memutuskan untuk tutup layanan. Diumumkan melalui situsnya, perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 2007 tersebut telah menghentikan operasional pemesanan per hari ini (08/5). Adapun bagi konsumen yang masih memiliki pemesanan, masih bisa terlayani melalui kanal online yang disediakan.

Sebelumnya Rajakamar didukung oleh tiga perusahaan perjalanan ternama, yakni yaitu Smailing, Panorama dan Dwidaya. Tahun 2013 mereka sempat menggencarkan ekspansi, manargetkan pasar Asia Dan Australia. Puluhan ribu basis data hotel sudah dimiliki, termasuk kemitraan dengan berbagai pemilik properti di Australia, Jepang, Korea, Makau, Taiwan, Tiongkok dan Vietnam.

Seiring perkembangan OTA yang sangat masif, Rajakamar justru tidak bisa mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di Indonesia. Dalam survei yang dilakukan DailySocial, popularitas layanan OTA didominasi oleh pemain baru seperti Traveloka, Tiket, Pegipegi, Airy dan lainnya. Bahkan dalam survei tersebut Rajakamar tidak masuk ke dalam 10 besar.

Tahun 2018 digadang-gadang sebagai momentum layanan OTA untuk bertumbuh pesat. Menurut riset yang dilakukan Google-Temasek di pasar Asia Tenggara, online travel dinilai menjadi sektor digital dengan nilai terbesar di tahun 2018, angkanya mencapai $23 triliun.

Startup Fintech Syariah Alami Dapatkan Pendanaan Awal dari tryb Group

PT Alami Teknologi Sharia Group (Alami) sebagai platform fintech agregator syariah yang kini juga memulai layanan peer-to-peer (p2p) lending baru saja mendapatkan pendanaan dalam pra-seed round yang dipimpin oleh tryb Group. Tidak disebutkan mengenai besaran pendanaan yang didapatkan. Modal yang didapat akan dialokasikan untuk pengembangan produk dan teknologi agar semakin mudah digunakan oleh masyarakat.

“Kami sangat senang mengumumkan kemitraan kami dengan tryb dan investasi mereka ke Alami. Keahlian fintech di pasar Asia Tenggara yang dimiliki tryb memberikan validasi yang kuat terhadap model bisnis, sekaligus menjadi dukungan bagi pertumbuhan kami,” ujar Founder & CEO Alami Dima Djani.

Sementara itu Principal tryb Group Herston Powers menyampaikan, “Pasar fintech syariah sangat besar dan belum dioptimalkan di Indonesia. Indonesia memiliki populasi muslim terbesar di dunia, namun sektor keuangan syariah secara historis tertinggal ketimbang yang lain.”.

Dalam operasionalnya sebagai pemain fintech, Alami sudah mendapatkan perizinan dan pengawasan dari OJK. Dima turut menceritakan mengenai alasan Alami hadir di lanskap p2p lending. Di kalangan UKM, akses permodalan menjadi permasalahan yang cukup pelik, terlebih yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.

“Kami memiliki tujuan untuk menyediakan akses modal yang diatur oleh prinsip-prinsip syariah bersama dengan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan literasi keuangan untuk semua pelaku pasar. Dengan meningkatnya adopsi teknologi bagi UKM dan individu,” lanjut Dima.