Kaskus Berikan Investasi kepada KontrakHukum

Hari ini (14/11) Kaskus mengumumkan investasinya ke KontrakHukum, sebuah platform digital yang menyediakan berbagai jasa di bidang hukum. Tidak disebutkan mengenai detail dan nominal investasi yang diberikan. Investasi ini diharapkan bisa menghadirkan sinergi, terutama berbentuk dukungan dan bantuan hukum terhadap komunitas pelaku usaha dan content creator di Kaskus.

“Kerja sama ini merupakan bentuk dukungan kami agar para Kaskuser bisa mendapatkan edukasi tentang hukum dari sumber yang kredibel dan terpercaya. Harapannya, Kaskuser yang juga pelaku usaha ataupun content creator sudah tidak ragu lagi untuk mengamankan karya ataupun bisnis mereka dari sisi hukum ke depannya,” terang CEO Kaskus, Edi Taslim.

KontrakHukum sendiri merupakan platform digital yang didirikan oleh Rieke Caroline. Dengan latar belakang dan pengalaman hukum yang dimiliki founder-nya, KontrakHukum mengusung misi untuk mengedukasi pengusaha kecil menengah dan startup agar mengenal hukum sejak dini.

Beberapa jasa hukum yang ditawarkan KontrakHukum antara lain pembuatan kontrak, pembuatan badan usaha, pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual, perizinan usaha, konsultasi hukum, jasa notaris dan lainnya. Jasa tersebut bisa diakses melalui platform KontrakHukum secara online. Sejauh ini KontrakHukum sudah melayani ratusan klien.

“Kekuatan komunitas Kaskus di 58 regional Indonesia akan sangat strategis dalam membantu kami untuk menjangkau masyarakat di daerah untuk melek hukum dan mulai melibatkan aspek hukum dalam menjalankan bisnis atau mengamankan karya mereka. Melalui layanan yang terintegrasi secara digital, kami dapat memberikan pelayanan hukum dengan cepat, mudah, dan tentunya harga yang terjangkau,” tutur Founder KontrakHukum, Rieke Caroline.

Kaskus sendiri tahun ini cukup aktif dalam mengembangkan bisnis dan layanan mereka. Sejumlah investasi juga menjadi strategi mereka, salah satunya investasi ke perusahaan pengembang NLP Bahasa Indonesia Prosa.ai. Strategi Kaskus lainnya dengan menambahkan beberapa layanan baru seperti luncurkan Kaskus TV dan Kaskus Podcast.

Application Information Will Show Up Here

Gandeng Telkom, Layanan Adtech Infomo Tawarkan Kegiatan Beriklan Alternatif

Facebook dan Google saat ini masih menjadi platform pilihan untuk brand, advertiser, dan publisher melancarkan kegiatan pemasaran. Selain sifatnya yang viral, kedua platform tersebut banyak digunakan masyarakat untuk melihat konten berita, video, dan media lainnya.

Besarnya peluang dan potensi tersebut dianggap tidak dibarengi dengan target pasar yang tepat hingga proses tracking yang akurat. Sifatnya yang memaksakan pengguna untuk melihat iklan juga dinilai kurang personal dan ‘mengganggu’ kegiatan browsing pengguna.

Melihat kekurangan tersebut, Infomo yang merupakan ekosistem iklan dan promosi mobile yang memanfaatkan kekuatan dan jangkauan jaringan seluler dengan komunitas pelanggan mereka, hadir dan siap membantu brand dan advertiser untuk melancarkan kegiatan pemasarannya.

Infomo hadir dengan sebuah ekosistem sebagai alternatif programmatic processes sebagai platform iklan dan promosi seluler berbasis reward yang dirancang khusus untuk operator jaringan seluler maupun mobile application publisher. Pengiriman iklan permission based atau non-intrusive dan sesuai permintaan dimana konten iklan sangat interaktif. Adapun kemunculan iklan dipancing panggilan telepon, SMS, notifikasi, lokasi maupun waktu, serta tidak membutuhkan koneksi internet.

“Kita ingin membantu perusahaan telekomunikasi memanfaatkan data yang mereka miliki sekaligus meningkatkan revenue yang saat ini sudah semakin sulit didapatkan, dengan adanya media sosial seperti Facebook dan Google untuk kegiatan beriklan,” kata Founder dan CEO Infomo Ananda Rao.

Menggandeng Telkom Indonesia, startup, dan media lokal

Untuk langkah awal, Infomo menjalin kolaborasi dengan Telkom Indonesia. Selain itu Infomo juga menggandeng partner lainnya, seperti Uzone.id dari PT Metranet Indonesia, dan Anterin, sebuah perusahaan ride hailing berbasis aplikasi.

Dengan teknologi yang dimiliki, Infomo mengklaim mampu menyediakan ekosistem iklan mobile yang jauh lebih simpel untuk pengiklan, operator, pengguna smartphone, bisa mengurangi biaya beriklan, meningkatkan transparansi, serta mengurangi terjadinya penipuan (fraud).

Infomo berharap dapat membantu operator meningkatkan pendapatannya serta mengoptimalisasi investasi aset infrastruktur mereka. Selain itu, Infomo juga memberikan hasil yang menarik dan menguntungkan bagi setiap pihak dalam value chain iklan digital.

“Infomo ingin mempermudah proses tersebut dengan fokus kepada brand dan agensi melalui publisher memasarkan iklan di aplikasi mobile atau situs langsung ke konsumen. Dengan proses ini diharapkan konsumen semakin tertarik untuk melihat iklan, dan dari sisi brand menjadi pendekatan menarik untuk kegiatan pemasaran,” kata Ananda.

GDP Venture dan Go-Ventures Beri Investasi ke Narasi TV

GDP Venture dan Go-Ventures, yang terakhir adalah perusahaan investasi Go-Jek, mengonfirmasi investasi terbaru ke platform media online Narasi TV. Narasi TV didirikan oleh Najwa Shihab, jurnalis profesional yang kini terjun sebagai pendiri startup media. Nilai investasi yang dikucurkan belum bisa diumumkan, menunggu peluncuran resmi Narasi TV dua pekan mendatang.

“GDP Venture dan Go-Jek [Go-Ventures] kini sudah jadi strategic partner kami. Prosesnya diskusinya sudah lama, tapi detil informasi belum bisa diberikan, rencananya dua minggu lagi nanti saat launch resmi Narasi TV,” terang Founder Narasi TV Najwa Shihab di sela-sela acara The ICON 2018, Selasa (13/11).

Menurut Najwa, investasi perdana ini kebanyakan bakal digunakan untuk merekrut lebih banyak talenta, membangun teknologi, membuat acara, dan sisanya untuk operasional perusahaan. Dia menyebut saat ini Narasi TV tumbuh cukup pesat dari segi penambahan karyawan. Kini perusahaan sudah memiliki 110 orang yang mengelola berbagai konten online dan membina komunitas sendiri meski baru 10 bulan beroperasi.

Narasi TV memproduksi konten dan menyebarnya ke berbagai platform digital dan televisi. Tema konten yang dibuat berdasarkan visi misi Narasi TV yakni anti korupsi, toleransi, dan partisipasi yang dikemas sesuai target penonton berasal dari generasi milenial.

Terdapat 12 program eksklusif yang dibuat Narasi TV. Beberapa di antaranya sudah memiliki sponsor untuk monetisasinya, seperti Mata Mata, Narasi People, Buka Mata, dan lainnya.

Tim Narasi TV / Narasi TV
Tim Narasi TV / Narasi TV

Ada pula satu program yang khusus tayang di TV, yakni Mata Najwa, hasil kerja sama dengan stasiun TV swasta Trans7. Khusus program terakhir, sudah mengudara sejak sembilan tahun sehingga memiliki pangsa pasar yang cukup kuat di Indonesia.

“Tahun depan mau tambah tiga konten lagi. Rencananya bakal ada puluhan program yang mau kita produksi di Narasi TV.”

Najwa menambahkan, pihaknya juga memperkuat komunitas offline yang disebut Mata Kita. Komunitas ini sudah hadir di seluruh Indonesia, mengajak masyarakat untuk membuat konten mereka sendiri yang mencerminkan daerah masing-masing.

“Narasi TV siap perkuat peluang kolaborasi dengan berbagai pihak agar presence kami bisa lebih kuat di Indonesia,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Pemerintah Buka Peluang Startup Unicorn Filipina “Revolution Precrafted” Masuki Indonesia

Menkominfo Rudiantara membuka kesempatan startup unicorn asal Filipina, Revolution Precrafted, memasuki Indonesia untuk membantu menyelesaikan Program 1 Juta Rumah yang dibuat pemerintah. Sebagai gantinya, pemerintah meminta Pemerintah Filipina memperbolehkan Go-Jek mengaspal di sana.

Revolution Precrafted merupakan startup properti (proptech) yang memasok kebutuhan rumah prefabrikasi (precrafted) mewah edisi terbatas ke pasar sebagai opsi hunian berkonsep modular. Diklaim perusahaan dapat membangun rumah dalam 2-3 bulan, dari kondisi yang ada saat ini hingga 2 tahun.

Perusahaan ini bekerja sama dengan berbagai biro arstitek ternama, seperti Zaha Hadid Architects, Jean Nouvel Design, Ron Arad Architechts, dan lainnya untuk mendesain rumah prefabrikasi edisi terbatas.

Di Asia Tenggara, Revolution Precrafted berharap bisa membangun rumah modular dengan harga lebih terjangkau. Diestimasikan properti seluas 23 m2 yang  dikembangkan Revolution Precrafted senilai $10.000 (sekitar 140-an juta Rupiah dengan kurs hari ini).

Rudiantara menyebut startup ini diperbolehkan masuk dan menggarap pasar properti di Indonesia, khususnya membantu mempercepat realisasi Program 1 Juta Rumah yang tiap tahunnya belum pernah tercapai sejak dicanangkan sejak 2015. Semangat dari program ini adalah memudahkan orang Indonesia untuk memiliki rumah, baik bersubsidi maupun non subsidi.

“Saya sudah bicara dengan Robbie [Antonio, Founder dan CEO Revolution Precrafted] untuk masuk ke sini. Di ASEAN ada 7 unicorn. Empat dari Indonesia, 1 dari Malaysia, 1 dari Singapura, dan 1 dari Filipina. Yang dari Malaysia dan Singapura sudah di hadir di Indonesia,” kata Rudiantara di acara The ICON 2018, kemarin (13/11).

“Nanti kita carikan mitra lokalnya, kita butuh karena kita ini ada Program 1 Juta Rumah. Kalau bergantung sama tukang semen, tukang pasir, kapan 1 jutanya jadi? But in return, saya minta Go-Jek untuk bisa masuk ke Filipina. Saya sudah bicara dengan Menterinya,” tambahnya.

Secara terpisah, kepada DailySocial, Rudiantara menambahkan, wacana ini masih dalam tahap diskusi awal sehingga masih banyak hal yang harus dibicarakan. Namun dia memastikan bahwa dirinya telah bicara langsung dengan menteri yang berhubungan dan founder Revolution Precrafted itu sendiri.

“Masih tahap awal. Saya sudah bicara dengan Menteri counterpart saya dan juga dengan founder-nya.”

Pemerintah mengambil keputusan tersebut lantaran keputusan Kementerian Transportasi di Filipina yang melakukan moratorium perizinan untuk pemain ride hailing yang ingin beroperasi di wilayahnya. Alhasil, Go-Jek masih berstatus “pending” untuk mengaspal di negara tersebut.

Selain Grab, ada sejumlah pemain lokal di sektor ride hailing di Filipina, yakni Hype Transport, GoLag, iPara Technologies and Solutions, E-Pick Me Up, Hirna Mobility Solutions, dan Micab Systems.

Perkembangan ekspansi Go-Jek

Di ajang yang sama yang digagas GDP Venture, CEO dan Founder Go-Jek Nadiem Makariem menuturkan perkembangan saat ini Go-Jek sudah menghadirkan layanan Go-Food dalam Go-Viet baru-baru ini. Dia mengklaim Go-Viet telah mengambil pangsa pasar sampai 35%.

“Go-Food sudah ada di Vietnam, baru dua hari diluncurkan. Kita ingin jadi pemain global, sudah di Vietnam, Thailand, dan Singapura tunggu ya,” katanya.

Dalam visi misinya, Go-Jek tidak lagi hanya ingin besar di Indonesia namun ingin jadi pemain terbesar di Asia Tenggara. Semua layanannya diharapkan bisa dinikmati semua orang hanya lewat aplikasi Go-Jek.

“Awalnya kita ini bermain di transportasi, tapi dari situ banyak layer yang bisa dilakukan sampai akhirnya jadi snowball effect. Kita ingin jadi super app di mana semua transaksi harus lewat komponen kita, itu kan aspirasi. Untuk capai itu bisa lewat efisiensi yang bisa meningkatkan UKM dan di-solve lewat aplikasi kita, enggak cuma di Indonesia saja, tapi mau sampai ke Asia Tenggara,” pungkas Nadiem.

Application Information Will Show Up Here

Foody Hentikan Bisnis di Indonesia, Operasional Dialihkan ke PergiKuliner

Startup asal Vietnam berbasis media kuliner dan restaurant listing, Foody, per akhir Oktober lalu secara resmi sudah tidak beroperasi lagi di Indonesia. Hadir sejak akhir tahun 2015 lalu, layanan online Foody Indonesia kini secara operasional dikelola oleh PergiKuliner.

Foody, startup yang didirikan oleh Minh Dang, sebelumnya memiliki sejumlah rencana yang cukup agresif di Indonesia dengan layanan seperti food delivery, social media management, dan kegiatan promosi lainnya untuk restoran.

Menurut informasi yang diperoleh DailySocial, kantor Foody Indonesia sudah tidak aktif dan semua pegawainya sudah dibebastugaskan. PergiKuliner mengelola user base dan media sosial (Facebook, Instagram, dan YouTube) Foody Indonesia. Pengambilalihan akun media sosial dan user base Foody Indonesia oleh PergiKuliner dinilai sebagai aset tersendiri bagi perusahaan.

Menurut info dari sumber terpercaya, langkah tersebut dipengaruhi Sea Limited (Sea), dahulu bernama Garena, yang masuk ke perusahaan saat pendanaan Seri B. Sea dirumorkan kini memiliki saham mayoritas di Foody. Sumber kami menolak memberikan informasi keterkaitan antara Sea dan PergiKuliner.

Application Information Will Show Up Here

Negara Anggota ASEAN Sepakati Skema E-commerce

Guna memaksimalkan dan meningkatkan ekonomi digital, negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk membentuk kerangka kerja sama dalam bentuk skema e-commerce. Kesepakatan ini disebut akan memfasilitasi transaksi e-commerce lintas batas dan diharapkan mendorong negara anggota mempromosikan paperless transactions.

“Perjanjian ini akan membantu meningkatkan keyakinan dan kepercayaan di kalangan konsumen ASEAN dalam e-commerce. Kami akan memungkinkan bisnis-bisnis ASEAN tumbuh di dalam negeri, regional dan global,” terang Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing.

Kesepakatan ini dirumuskan dengan tiga tujuan, yakni untuk memfasilitasi transaksi e-commerce lintas batas, untuk menciptakan kepercayaan dan keyakinan dalam penggunaan e-commerce, dan memperdalam kerja sama di antara negara-negara anggota ASEAN dalam mengembangkan dan mengintensifkan penggunaan e-commerce.

Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh para Menteri Perdagangan ASEAN, termasuk Menteri Perdagangan Indonesia Enggarsito Lukita. Penandatanganan berlangsung di tengah KTT ke 33 ASEAN Summit yang berlangsung di Singapura.

Memudahkan akselerasi bisnis e-commerce

Kesepakatan tersebut bisa jadi langkah selanjutnya bagi industri e-commerce Asia Tenggara untuk masuk ke tahap selanjutnya. Dalam beberapa tahun terakhir mungkin industri e-commerce di Asia Tenggara berkembang, tapi masih tertinggal dengan industri e-commerce di Tiongkok maupun Amerika. Ada beberapa hambatan yang coba diselesaikan dengan kesepakatan yang dijalin.

Transaksi e-commerce lintas batas ada di salah satu tujuan kesepakatan ini. Dengan menghilangkan batasan-batasan regional bukan tidak mungkin pemain e-commerce lokal dan UMKM di Indonesia bisa lebih mudah mendapat konsumen dari luar negeri, demikian pula dari negara-negara lainnya.

Poin kesepakatan yang bisa berdampak positif bagi industri e-commerce lokal lainnya adalah kesepakatan untuk mendorong transaksi paperless untuk mempercepat transaksi dan juga perlindungan data pribadi konsumen yang lebih baik.

Kesepakatan ini memiliki semangat yang sama dengan roadmap e-commerce di Indonesia. Poin-poin penting seperti kemudahan transaksi, perlindungan data dan konsumen, infrastruktur dan lain-lain terlihat di keduanya. Harapannya jika seluruh negara ASEAN sepakat untuk berkolaborasi mempermudah industri e-commerce di Asia Tenggara tidak hanya pemain e-commerce yang berdampak tetapi juga bisnis UMKM yang bisa lebih berkembang.

Survei MarkPlus: Shopee Jadi Platform E-commerce Paling Populer Saat ini

Kendati tidak sedinamis beberapa tahun sebelumnya, industri e-commerce di Indonesia tetap menarik untuk diikuti. Potensi pangsa pasar yang besar, membuat para pemain berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin pasar. Berbagai strategi dan dukungan modal besar menghiasi persaingan bisnis jual beli online tersebut. Di Indonesia saja, dua “unicorn” hadir dari kategori e-commerce.

Untuk melihat tren terkini, MarkPlus Inc mengadakan sebuah survei terkait brand awareness pemain e-commerce di Indonesia. Daru responden yang mengaku menggunakan e-commerce minimal 4x dalam 3 bulan terakhir, didapatkan data bahwa Shopee (31%) menjadi top of mind brand. Disusul oleh Lazada (20,3%) dan Tokopedia (17,9%). Temuan ini tidak jauh berbeda dengan hasil riset DailySocial yang diterbitkan beberapa waktu lalu.

Ada tiga hal yang menjadi pertimbangan utama oleh responden saat memilih layanan e-commerce. Pertama ialah promo yang disajikan (61,3%), kedua terkait dengan harga produk yang lebih murah, dan ketiga reputasi dari brand e-commerce tersebut (53,8%). Sementara itu hampir seluruh responden (91,3%) lebih suka mengakses platform melalui ponsel pintarnya.

“Strategi seperti banyak promo, harga murah, reputasi baik, sampai gratis biaya kirim adalah alasan mengapa konsumen memilih berbelanja di platform e-commerce. Ini juga yang membuat brand-brand ternama bertahan,” ungkap Associate of High Tech, Property and Consumer Industry of MarkPlus, Irfan Setiawan.

Dalam survei turut memaparkan bagaimana popularitas e-commerce di tiap daerah. Tokopedia menjadi yang paling sering diakses di Jakarta. Sementara Shopee menjadi yang paling sering diakses di Bandung, Surabaya, Semarang dan Makassar. Lazada mendapatkan tempat pertama di konsumen Medan.

“Pemain-pemain seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan Bukalapak adalah nama-nama pemain e-commerce yang paling sering disebut responden. Shopee, yang menjadi e-commerce paling banyak diakses oleh responden dalam tiga bulan terakhir,” sebut Irfan.

AwanTunai Kantongi 64 Miliar Rupiah di Putaran Pendanaan Seri A

Platform teknologi finansial AwanTunai berhasil mengantongi pendanaan Seri A senilai $4,3 juta atau setara dengan Rp64 miliar. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Insignia Venture Partners dan AMTD Group. Terlibat juga dalam putaran pendanaan kali ini Global Brains, Fenox Venture Capital, dan beberapa pihak terkait lainnya. Dengan dana segar yang didapat, AwanTunai berharap akan memperkuat posisinya di pasar Indonesia dengan sejumlah strategi dan inovasi yang disiapkan.

Didirikan oleh Dino Setiawan, Windy Natriavi, dan Rama Notowidigdo, AwanTunai telah membangun distribusi digital ke ribuan pedagang mikro-retail untuk memudahkan ke akses modal kerja dan penerimaan pembayaran dari kredit konsumen AwanTunai. Sebagai platform AwanTunai sendiri menawarkan kepada perbankan Indonesia dan perusahaan multi-finance kemampuan untuk menjangkau pelanggan yang tidak bisa dijangkau oleh kantor cabang mereka. Dengan digitalisasi biaya peminjaman bisa dipangkas dan memberikan akses kepada mereka yang selama ini belum terlayani.

Per Oktober 2018 AwanTunai sudah melayani 300.000 aplikasi pinjaman dan di Q4 tahun ini perusahaan menargetkan bisa melayani permintaan permodalan untuk 5.000 micro merchant.

“Kami menyadari bahwa kekuatan fintech adalah membantu lembaga keuangan yang ada untuk mendapatkan distribusi yang lebih luas ke pasar yang kurang terlayani dan biaya organisasi yang rendah. Kami berharap dapat memungkinkan bank-bank di Indonesia untuk menyediakan akses untuk seluruh negara ke layanan kredit berkualitas yang terjangkau,” terang CEO AwanTunai Dino Setiawan.

Menanggapi investasi ini, Managing Partner Insignia Ventures Partners Yinglan Tan menyampaikan bahwa pihaknya sangat yakin bahwa masa depan layanan keuangan ada pada bank digital.

“Investasi kami di AwanTunai mencerminkan kemampuan mereka untuk menjadi enabler bank incumbent mengadopsi teknologi yang diperlukan untuk menyebarkan produk perbankan digital,” terang Yinglan.

Pihak AMTD Group melalui Chairman AMTD Group Calvin Choi menambahkan mereka tertarik dengan potensi yang cukup besar di ASEAN dan investasi mereka di AwanTunai merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan wawasan yang luas mengenai pasar Indonesia.

“Kami berharap untuk meningkatkan jejak kita di Indonesia serta di kawasan sekitarnya dan yang berarti kemitraan dengan AwanTunai di bidang solusi keuangan digital termasuk insurtech dan wealthtech,” terang Calvin.

Rencana dan Fokus Bisnis Kalla Group dengan Semangat “Going Digital”

Di usianya yang ke-66 tahun, Kalla Group mulai melakukan pembaruan di berbagai sektor. Jika sebelumnya fokus ke sektor unggulan seperti otomotif, transportasi dan logistik, pembangunan dan konstruksi, hingga manufaktur dan energi, kini Kalla Group mulai mengadopsi bisnis digital dengan meluncurkan inisiatif pengembangan aplikasi hingga program inkubator.

Kepada DailySocial, Presiden Direktur Kalla Group Solihin Jusuf Kalla menyebutkan, langkah ini sengaja diambil Kalla Group melihat makin banyaknya pegawai yang didominasi kalangan milenial saat ini.

“Kita juga telah mengganti logo Kalla Group yang sebelumnya dengan tampilan baru yang lebih segar dan modern, sesuai dengan visi dan misi Kalla Group saat ini.”

Berdiri sejak tahun 1952 di Makassar, Sulawesi Selatan, selama ini fokus Kalla Group adalah pembangunan dan bisnis di Indonesia Timur, terutama di Makassar. Dengan sumber daya yang ada, Kalla Group pun siap mengadopsi teknologi dan digital ke dalam jajaran group perusahaan.

“Jika dibilang terlambat sepertinya tidak ya, karena kita memang sengaja terjun ke bisnis digital sekarang. Tujuannya untuk mengembangkan ekosistem entrepreneurship dan mendukung bisnis yang ada di dalam Kalla Group,” kata Solihin.

Menggelar Kalla Youth Fest dan meresmikan Saoraja Hub

Untuk kedua kalinya, Kalla Group menggelar Kalla Youth Fest 2018 (KYF). Tidak berbeda jauh dengan acara sebelumnya, kegiatan ini digelar Kalla Group sebagai wadah mempertemukan calon entrepreneur dengan pelaku bisnis hingga pakar di dunia startup, teknologi, industri kreatif dan masih banyak lagi dalam satu acara.

Selain menggelar KYF, Kalla Group juga telah resmi meluncurkan program inkubator Saoraja Hub menggandeng partner lokal, mulai dari venture capital sehingga perusahaan teknologi seperti WIR Group.

“Yang membedakan program inkubator seperti Saoraja Hub dengan program inkubator lainnya adalah di Saoraja Hub kita memastikan semua produk dan layanan yang dimiliki oleh pemilik startup adalah fokus kepada intellectual property,” kata CEO dan Co-Founder WIR Group Daniel Surya kepada DailySocial.

Daniel menambahkan, Saoraja Hub dibentuk bukan hanya untuk mencari dan mengembangkan karya intelektual dari Indonesia, tapi juga untuk mendaftarkannya di tingkat nasional serta internasional sehingga dapat memberikan hasil komersil bagi para inovator dan kreator.

WIR Group merupakan salah satu partner program inkubator yang diinisiasi Saoraja Hub. Selama dua bulan ke depan (pendaftaran berakhir Desember 2018), Saoraja Hub membuka pendaftaran untuk kemudian disaring menjadi 5 startup terpilih yang berhak mendapatkan program inkubasi selama 6 bulan.

“Bukan cuma dengan perusahaan teknologi, Saoraja Hub juga akan menggandeng perusahaan ritel, finansial, hingga venture capital untuk melakukan mentoring hingga coaching kepada startup terpilih,” kata Solihin.

Untuk memastikan ide dan model bisnis startup lulusan Saoraja Hub mencapai target, program yang diusung akan membantu startup melakukan validasi hingga menemukan pasar yang tepat. Jika model bisnis dan teknologi yang ditawarkan relevan, bisa jadi startup tersebut bisa berkolaborasi atau bergabung dengan bisnis yang ada di Kalla Group.

Dukungan Jusuf Kalla

Dalam kesempatan terpisah, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyampaikan dukungannya terkait dengan rencana Kalla Group mulai mengadopsi teknologi ke dalam bisnis.

Menyadari bahwa selama ini dunia startup, layanan e-commerce, hingga teknologi sudah mulai mendominasi bisnis di tanah air, Jusuf Kalla menyambut baik sejumlah rencana yang akan diluncurkan perusahaan. Sebelumnya, mengawali semangat Kalla Group “Going Digital”, Kalla Toyota Makassar telah mengembangkan aplikasi mobile.

“Saya melihat apa yang terjadi dengan Go-Jek cukup luar biasa ya, meskipun merugi namun valuasi perusahaan rintisan tersebut makin meningkat nilainya. Hal ini tentu saja karena mereka memiliki big data yang saat ini menjadi sangat berharga,” kata Jusuf Kalla.

Meskipun tidak terlalu banyak terlibat dalam bisnis yang sudah memasuki generasi keempat saat ini, Jusuf Kalla mendukung sepenuhnya semua rencana mengembangkan teknologi ke dalam group dan program lainnya.

“Kini pertumbuhan sektor ekonomi kreatif semakin masif. Oleh karenanya tak bisa dipandang sebelah mata potensi yang ada di Indonesia, khususnya di bagian Timur. Karena kita punya semua, keberagaman. Tak hanya sumber daya alam, tapi potensi sumber daya manusia pun masih bisa dikembangkan,” tutup Solihin.

Bentuk Liga Esports Sendiri Bisa Perkuat Ekosistem di Indonesia

Salah satu topik menarik yang dibawakan di sesi World Conference of Creative Economy (WCCE) di Nusa Dua Bali, beberapa waktu lalu adalah soal pentingnya pengembangan ekosistem esports bagi pasar Indonesia.

Dalam paparannya Chief Marketing Officer GDP Ventures Danny Oei Wirianto menyebutkan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial bagi pertumbuhan esports. Pasalnya Indonesia memiliki 34 juta gamer dan esports sendiri telah menjamur di Tanah Air.

Indonesia berpeluang untuk menciptakan ekosistem yang kuat mengingat nilai bisnis esports di dunia mencapai $1,1 miliar di 2018 dan diperkirakan naik menjadi $1,3 miliar di 2019.

Ini belum termasuk nilai industri game secara keseluruhan yang nilainya mencapai $10 miliar. Salah satunya disumbang dari penjualan aksesori game, seperti mouse dan headset. Apabila digarap dengan serius, ekosistem akan tercipta karena ada perputaran rantai bisnis dari game publisher, player, brand, hingga audiensi.

“Esports dapat bantu membangun ekosistem game development. Ini adalah multi billion business, tidak cuma game saja ada aksesoris game, komputer, gadget. Sayang, belum banyak perusahaan involve di Indonesia karena masih menganggap Esports sebelah mata,” ujar Danny.

Danny, yang juga menjadi Penasihat Indonesia E-Sports Premier League (IESPL), menilai Indonesia perlu membentuk liga esports sendiri untuk memperkuat ekosistem dan membangun bisnis yang sustainable. Liga nasional juga penting untuk menghindari ketergantungan dengan game publisher.

“Kita mau buat our agent league sendiri, that’s our goal. Tapi ini step by step karena beberapa negara belum punya their own league yet. They don’t have league, we’re the first one. Lagipula, saat ini yang ada kan hanya tim yang main di turnamen kecil, semua dikontrol sama game publisher, tapi tidak ada yang obyektif,” jelas Danny.

Ditemui pada kesempatan sama, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sejak awal menegaskan bahwa pemerintah di era digital mulai menyesuaikan diri menghadapi perubahan, yakni menjadi fasilitator dan akselerator. Dalam hal ini, ia menilai esports tidak perlu punya aturan khusus.

“Bukan regulasi, yang harus dilakukan adalah [menjadi] self-regulatory organization. Jadi pemain esports ini bikin kebijakan sendiri, bicara dengan saya, nanti saya fasilitas. Pemerintah memberikan koridor saja, jangan terlalu detail,” papar Rudiantara kepada DailySocial.

Menjadi self-regulatory organization, menurutnya menjelaskan bahwa industri digital memiliki dinamika yang sangat cepat. Apabila esports diatur, pemerintah dinilai akan repot dalam menetapkan sebuah kebijakan.

“Pemerintah ingin menjadi less regulator, dan menjadi fasilitator. Di dunia digital itu, hari ini ada apa, besoknya bisa berubah. Tidak mudah itu menetapkan aturan.” tambahnya.

Mendorong daya saing game lokal untuk ajang esports

Danny mengungkapkan bagaimana cara agar game lokal dapat dipertandingkan di ajang esports, yakni meningkatkan kualitas dari berbagai aspek, termasuk dalam hal pemasaran.

“Kita bisa bikin game tetapi tidak jago dalam memasarkannya,” ungkap Danny.

Ia menilai bahwa pengembang game lokal belum serius dalam merancang business plan yang baik. “[Mengembangkan game] itu requires a lot of money untuk marketing, hire script writer, story liner, story board yang bagus. Jadi tidak menggampangkan, saya lihat banyak game yang asal jadi,” lanjutnya.

Selain itu, menurutnya Indonesia minim game publisher yang bagus, dan kalaupun ada masih bisa dihitung dengan jari. Ia menilai Indonesia membutuhkan lebih dari sepuluh game publisher agar dapat saling berkompetisi.

Ia berharap misinya mengembangkan ekosistem esports dapat membantu nurture game publisher di Indonesia lebih baik. Dengan audiens yang lebih luas, ini akan mendorong game publisher untuk mengambil pangsa pasar lebih besar.