Laporan DSResearch: Tren Inovasi dan Transformasi Digital di Korporasi 2020

Korporasi selalu dihadapkan dengan tantangan bisnis yang dinamis yang disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari kebiasaan konsumen yang berubah, relevansi produk/layanan, hingga disrupsi teknologi dari pemain baru. Kondisi tersebut membuat perusahaan harus gesit menyusun langkah-langkah transformatif kaitannya dengan strategi, model bisnis, tatanan organisasi, hingga digitalisasi.

Kondisi tersebut tentu juga dialami para korporasi di Indonesia. Untuk melihat bagaimana para perusahaan di Indonesia mengagendakan transformasi, DSResearch menyusun laporan bertajuk Laporan Transformasi Digital Korporasi 2020. Di dalamnya peneliti melakukan wawancara lebih dari 20 narasumber dari perusahaan berskala besar, baik di posisi C-Level maupun Mid-Level.

Adapun perusahaan yang disurvei dipilih lima sektor berbeda meliputi perbankan, keuangan non-perbankan, telekomunikasi, transportasi dan pariwisata, serta FMCG. Beberapa perusahaan tersebut termasuk BCA, Bank Mandiri, Zurich Insurance, Telkom, XL Axiata, Blue Bird, Garuda Indonesia, HM Sampoerna dll.

Selain membahas mengenai tren transformasi bisnis terkini, laporan ini banyak menampilkan studi kasus proses transformasi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi narasumber. Peneliti menggunakan tiga komponen identifikasi untuk menemukan pola-pola transformasi yang dilakukan, meliputi komitmen pemangku kebijakan, perjalanan inovasi, dan produk inovasi; dibungkus dengan kerangka kerja yang relevan untuk pengukuran.

Berikut ini beberapa poin menarik yang dirangkum dalam laporan:

  • Di tingkat korporasi, penempatan transformasi bisnis difokuskan untuk dua hal, yakni peningkatan pangsa pasar atau pelayanan konsumen; dan pengembangan produk atau aset bisnis. Dimulai dari meningkatkan sumber daya yang sudah dimiliki, dilanjutkan dengan eksplorasi dan membuka peluang-peluang baru.
  • Covid-19 memberikan pukulan untuk beberapa jenis bisnis, utamanya di sektor transportasi dan pariwisata. Namun beberapa celah masih bisa dioptimalkan dengan baik, misalnya untuk bisnis logistik. Sementara untuk sektor lain seperti perbankan, pandemi menjadi momentum untuk adaptif dengan implementasi teknologi.
  • Di sektor perbankan, beberapa tahun terakhir kegiatan transformasi mengarah pada realisasi “open banking platform”. Pendekatan digital juga terus dimaksimalkan untuk meningkatkan pengalaman pengguna yang lebih baik. Kolaborasi dengan fintech juga makin dioptimalkan – misalnya dengan membuka layanan API untuk diintegrasikan oleh para pengembang aplikasi.
  • Perusahaan telekomunikasi di Indonesia tidak lagi hanya terpaku pada bisnis utama mereka, tapi juga mulai banyak mengeksplorasi peluang lain khususnya terkait layanan OTT. Namun tidak sedikit yang gagal. Pendekatan kolaboratif akhirnya dipilih dengan membentuk CVC, lab inovasi, atau program akselerasi.
  • Perusahaan FMCG sudah merasakan adanya disrupsi, namun kebanyakan belum memiliki komitmen yang serius untuk melakukan transformasi digital. Ditandai dengan tidak adanya roadmap digital atau sumber daya khusus yang disiapkan untuk mengarah ke sana. Mereka merasa masih cukup mengandalkan kanal-kanal distribusi yang sifatnya “terbuka”, seperti dengan menghadirkan lapak di platform online marketplace.

Selain itu, dalam laporan turut dirangkum tentang kultur organisasi, perjalanan inovasi, hingga inovasi teknologi dari tiap perusahaan yang menjadi narasumber, dilengkapi dengan contoh-contoh yang relevan. Selengkapnya, unduh laporan: Laporan Transformasi Digital Korporasi 2020 (versi Bahasa Indonesia) dan Corporate Digital Transformation Report 2020 (English version).


Disclosure: Dalam penyusunan white paper ini, DSResearch bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo)

Laporan DSResearch: Inovasi Strategis dalam Teknologi Asuransi

Kendati penetrasinya belum besar, bisnis asuransi diproyeksikan akan memiliki nilai fantastis di waktu mendatang. Banyak faktor pendorongnya, misalnya kesadaran pengguna yang semakin meningkat untuk memiliki jaminan hidup yang lebih baik. Terlebih, produk-produk asuransi juga mulai menyasar segmen yang lebih terjangkau, contohnya saat ini mulai marak produk asuransi perlindungan gadget, asuransi perjalanan, dan lain sebagainya; dijajakan dengan harga yang relatif murah.

Dalam rangka mengakselerasi proses penetrasi tersebut, berbagai strategi dilakukan tak terkecuali melalui inovasi teknologi. Terminologi “insurtech (insurance technology)” menjadi ramai akhir-akhir ini, dibarengi dengan banyak pemain startup yang terjun menggarap sektor tersebut. Catatan menariknya, alih-alih mengganggu legasi bisnis yang sudah ada, insurtech berpeluang besar bersinergi dengan perusahaan asuransi untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih luas.

Guna melihat tren dan peluang sinergi tersebut, DSResearch berkolaborasi dengan Mandiri Capital Indonesia (MCI) merilis sebuah white paper bertajuk “Insurtech Strategic Innovation”. Di dalamnya merangkum banyak hal, berikut gambaran singkat untuk masing-masing dari tujuh bab yang menjadi pembahasan utamanya:

  1. Mendalami konsep dasar insurtech; menggali tentang apa saja yang dilakukan insurtech dalam upayanya mendemokratisasi bisnis asuransi melalui sentuhan digital. Termasuk melihat peranan berbagai stakeholder dalam perkembangan ekosistem insurtech secara global.
  2. Lanskap bisnis insurtech global; mencatat perkembangan produk teknologi asuransi di dunia dan tren produk terkini yang banyak dikembangkan. Secara spesifik menyusuri pasar di Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok, dan Asia Tenggara.
  3. Lanskap bisnis insurtech di Indonesia; perkembangan insurtech di Indonesia, termasuk mendalami pemahaman dan ketertarikan masyarakat terkait penggunaan teknologi untuk memenuhi kebutuhan asuransinya. Turut dipetakan juga beberapa startup teknologi di bidang asuransi yang sudah beroperasi di Indonesia dan model bisnis yang diaplikasikan.
  4. Modernisasi bisnis asuransi dengan teknologi; mengungkap urgensi transformasi digital dalam bisnis asuransi, termasuk menampilkan studi kasus mengenai kolaborasi yang mungkin dilakukan oleh perusahaan asuransi dan startup teknologi di Indonesia.
  5. Tantangan inovasi insurtech; berisi perspektif dari pemain industri mengenai tantangan yang mereka temui dalam mentransformasikan bisnis asuransi perusahaannya ke ranah digital.
  6. Gambaran inovasi terkini di bidan asuransi; memetakan inovasi teknologi asuransi yang ada di Indonesia untuk mengakomodasi berbagai proses bisnis; beserta bentuk-bentuk platformnya.
  7. Studi kasus sinergi perusahaan dengan startup; membahas berbagai kerja sama strategis yang berhasil dilakukan perusahaan asuransi dan startup teknologi di berbagai negara.

Untuk bahasan selengkapnya, silakan unduh laporan tersebut melalui tautan berikut ini: Insurtech Strategic Innovation 2020.

Disclosure: Dalam penyusunan white paper ini, DSResearch bermitra dengan Mandiri Capital Indonesia (MCI) yang merupakan corporate venture capital milik Bank Mandiri. MCI aktif berinvestasi ke startup digital di sektor fintech dan turunannya, termasuk insurtech.

Laporan DSResearch: Startup Report 2019

Startup digital saat ini menjadi elemen penting perekonomian bangsa. Dampaknya dirasakan oleh berbagai kalangan. Mulai dari UKM yang diakselerasi dengan online marketplace, akses pendidikan yang makin terjangkau lewat edutech, hingga sistem keuangan yang lebih luas berkat fintech. Selain itu, masih banyak sektor lain yang berhasil terbantu melalui demokratisasi teknologi produk startup.

Pun ditinjau dari sisi bisnis, berbagai peluang yang ada seperti pangsa pasar yang besar dan keterbukaan regulator terhadap investasi, membuat para founder mantap memulai bisnis digitalnya. Terbukti hingga tahun 2019 Indonesia telah miliki ribuan startup dengan 1 decacorn, 6 unicorn, dan 27 centaur.

Untuk meninjau mengenai perkembangan startup digital sepanjang tahun lalu, DSResearch mempersembahkan laporan riset bertajuk “Startup Report 2019: Scaling Through Technology Democratization”. Laporan ini berisi banyak empat bagian utama terkait pangsa pasar, tren startup, aksi korporasi, dan isu serta peluang yang masih terbuka lebar.

Beberapa pembahasan yang terangkup dalam laporan meliputi:

  1. Tahun 2019 tercatat ada 113 pendanaan startup yang disampaikan ke publik. Dari 59 transaksi yang diumumkan nominalnya, total yang berhasil dibukukan mencapai $2,9 miliar.
  2. Startup di sektor finansial mendominasi pendanaan startup sepanjang tahun 2019, disusul produk berbasis SaaS dan layanan e-commerce.
  3. East Ventures jadi investor yang paling banyak memberikan pendanaan, totalnya ada 19 transaksi sepanjang tahun 2019. Sementara MDI Ventures yang paling banyak menoreh exit, 4 melalui akuisisi dan 1 IPO.
  4. Sektor “New Retail” mendapatkan peluang besar untuk bertumbuh. Beberapa startup seperti GrabKios, Warung Pintar, Kopi Kenangan dan Fore Coffee berhasil merangkul jajaran investor yang kuat untuk membantu bisnisnya berkembang.

Selain empat poin di atas, masih banyak pembahasan lain yang ada di laporan. Termasuk daftar lengkap pendanaan startup, gambaran vertikal bisnis yang paling bertumbuh sepanjang tahun, hingga isu-isu yang masih banyak dihadapi ekosistem. Selengkapnya, unduh gratis Startup Report 2019.


Disclosure: DSResearch bermitra dengan Bank Mandiri dan Vidio dalam penerbitan laporan ini.

Laporan DSResearch: Fintech Report 2019

Teknologi finansial (fintech) masih menjadi model bisnis yang sangat populer di Indonesia. Perkembangan bisnis dan inovasi produk yang terus berlanjut makin menarik untuk diamati.

Demikian juga menurut pengamatan CEO BRI Ventures Nicko Widjaja, “Tahun 2019 merupakan pencapaian penting bagi kita semua, dengan memasuki babak baru di dunia digital. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia memiliki peran penting dalam era ekonomi digital ASEAN. Dengan terciptanya unicorn dari anak bangsa, pasar yang lebih matan dan konsumen digital yang terus bertambah baik dari segi skala dan kualitas. Begitu pula pencapaian di bidang teknologi finansial dan jendela kesempatan yang terbuka lebar bagi para entrepeneur yang memiliki solusi tepat bagi lajunya pertumbuhan ekonomi Indonesia.”

Melihat dinamika pasar dan minat yang tinggi terkait lanskap bisnis tersebut, DSResearch merilis laporan tahunan “Fintech Report 2019”. Bertajuk “Moving Towards a New Era in Indonesia’s Financial Industry”, laporan ini mencoba mencatat tren-tren baru yang dihasilkan fintech. Sembari mengamati adopsi berbagai layanan di masyarakat – mulai dari pembayaran, pinjaman, hingga investasi.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak hal disoroti dalam laporan ini, meliputi pergerakan industri, pemain fintech terkini, dan perspektif konsumen. Sudut pandang dari penyedia dan pengguna layanan yang dihadirkan diharapkan memberikan pengetahuan berharga bagi ekosistem fintech Indonesia.

Beberapa pembahasan yang dirangkum dalam laporan tersebut meliputi:

  • Fintech lending masih terus mengalami pertumbuhan. Tahun ini tercatat ada 47 pemain baru yang terdaftar di OJK. Sementara itu otoritas juga mulai menggulirkan status “izin usaha” untuk p2p lending, 11 pemain sudah mengantonginya.
  • Beleid mengenai Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) tahun ini diresmikan oleh BI. Dinilai akan berdampak signifikan pada bisnis pembayaran digital.
  • Digital wallet (82,7%) menjadi kategori produk fintech yang paling populer menurut responden, dilanjutkan investment (62,4%), paylater (56,7%), dan p2p lending yang mengakomodasi kebutuhan personal (40%).
  • Gopay (83,3%) masih menjadi aplikasi digital wallet yang paling banyak digunakan tahun ini. Sementara Ovo (99,5%) menjadi aplikasi digital wallet yang memiliki awareness masyarakat tertinggi.

Selain tiga poin di atas, masih banyak hal lain yang terangkum dalam laporan. Termasuk mengenai peran investor dalam mendukung fintech lokal, tren pendanaan startup fintech, hingga survei mengenai layanan fintech terfavorit untuk berbagai kategori.

Dapatkan laporan lengkapnya melalui tautan berikut ini: Fintech Report 2019.


Disclosure: DSResearch bermitra dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan unit bisnis ventura miliknya BRI Ventures dalam penerbitan laporan ini. Kedua perusahaan saat ini memiliki konsentrasi tinggi terhadap perkembangan fintech di Indonesia, termasuk memberikan dukungan dalam bentuk investasi dan kerja sama strategis.

Laporan DSResearch: Pemahaman Pasar Wellness di Jakarta 2019

Kesadaran masyarakat urban akan pola hidup sehat terus meningkat, menjadikan berbagai aktivitas kebugaran dan produk penunjang kesehatan makin diminati. Tren tersebut turut membuka peluang baru untuk industri yang dinamakan “wellness”, dengan pendekatan digital yang mengakomodasi kebiasaan masyarakat masa kini.

Definisi wellness cukup beragam, secara umum diartikan sebagai proses aktif yang mengarahkan pada pilihan, kegiatan, dan gaya hidup menuju kondisi kesehatan menyeluruh, baik kesehatan fisik, mental, maupun emosional. Aktivitas kebugaran, produk kecantikan, atau produk makanan sehat termasuk contoh elemen di dalamnya.

Untuk melihat perkembangan minat masyarakat terhadap wellness, sekaligus pemahaman mereka terhadap produk terkait, DSResearch meluncurkan laporan bertajuk “Penetrasi Gaya Hidup Aktif dan Sehat Kaum Urban”.

Beberapa temuan menarik dalam survei meliputi:

  • Dari total 600 responden survei dengan proposisi berimbang, kalangan perempuan (71%) lebih banyak yang mengetahui tentang layanan atau produk kesehatan ketimbang laki-laki (57,7%).
  • Produk obat-obatan (73,5%), suplemen kesehatan (70%), suplemen makanan (69,2%), dan layanan kebugaran (57%) menjadi produk wellness yang paling banyak diketahui responden.
  • Dari berbagai aplikasi yang menawarkan akses ke produk dan layanan kesehatan, Halodoc (57,7%) dan Alodokter (28,5%) menjadi yang paling populer di kalangan pengguna.

Selain tiga poin di atas, dalam laporan dibahas juga mengenai konsiderasi responden dalam pemilihan produk dan layanan wellness, preferensi harga, hingga tingkat kepuasan terhadap layanan dan produk yang pernah digunakan. Untuk informasi dan data selengkapnya, unduh gratis Pemahaman Pasar Wellness di Jakarta 2019.


Disclosure: DSResearch bermitra dengan FITCO, sebuah aplikasi buatan The FIT Company yang menyediakan akses menuju berbagai layanan gaya hidup aktif dan sehat. Layanan ini terdiri dari tiga pilar, yaitu Move (akses ke ruang olahraga dan kelas latihan), Eats (menu sehat dan lezat yang dirancang ahli gizi), dan Shop (produk konsumen yang mendukung gaya hidup aktif dan sehat).

Laporan DSResearch: Perkembangan Pangsa Pasar Esports 2019 di Indonesia

Bukan lagi sekadar komoditas hiburan, permainan digital atau game telah bertransformasi menjadi lanskap yang patut diperhitungkan. Esports dewasa ini santer diperbincangkan melalui berbagai media, sebagai ekosistem yang menaungi industri permainan digital tersebut. Antusiasmenya juga cukup terasa di Indonesia, baik dari kalangan pelaku, yaitu gamer, media, broadcaster, startup, hingga penikmat.

Untuk lebih jeli melihat perkembangan esports di Indonesia, DSResearch dan Hybrid.co.id, kanal media yang fokus memberitakan perkembangan seputar ekosistem esports, menginisiasi sebuah proyek riset bertajuk “Esports Market Trend 2019”. Berbagai perspektif coba ditangkap melalui kegiatan survei dan analisis. Melalui platform jajak pendapat Jakpat Mobile Survey, sebanyak 1445 orang penikmat esports terlibat sebagai responden.


Berikut ini beberapa hasil temuan menarik survei:

  • Mobile Legends adalah platform terpopuler, paling banyak dimainkan, dan paling banyak ditonton di Indonesia
  • Meskipun kebanyakan titel populer berada di ranah mobile, PUBG, FIFA, dan Dota 2 adalah judul-judul PC dan console game yang masih mendapatkan tempat khusus

Selain dua poin di atas, masih banyak temuan yang disajikan dalam laporan survei. Untuk informasi dan data selengkapnya, unduh gratis Esports Market Trend 2019.

[DSResearch] Survei Penggunaan Layanan Asuransi Digital di Indonesia

Insurtech (Insurance Technology) adalah bagian dari transformasi digital industri asuransi yang bertujuan meningkatkan jangkauan dan kemudahan akses oleh masyarakat. Di Indonesia bentuknya sudah bermacam-macam, mulai platform yang menjajakan produk asuransi, agregator pembanding produk asuransi, hingga sistem informasi dan klaim online asuransi.

Menurut berbagai sumber, termasuk dari OJK, penetrasi pengguna asuransi di Indonesia baru mencapai 3% dari total populasi yang ada. Untuk mengakselerasi peningkatannya maka dibutuhkan inovasi produk dan layanan secara berkelanjutan. Platform insurtech mungkin saja bisa menjadi bagian untuk meningkatkan penetrasi tersebut, dengan fleksibilitas akses yang diberikan.

Untuk melihat antusiasme masyarakat terhadap platform insurtech, DSResearch melakukan survei ini. Terdapat 2004 responden pengguna ponsel pintar yang terlibat dari berbagai wilayah di Indonesia dengan beragam tingkat ekonomi. Survei ini turut didukung JakPat, pengembang platform mobile survei online.


Berikut beberapa poin yang didapat dari survei:

  • Produk asuransi kesehatan menjadi yang paling banyak diminati, sebanyak 86% dari 1296 responden pengguna layanan asuransi menggunakannya.
  • Sebagian besar responden menilai bahwa layanan asuransi yang ada saat ini memiliki proses registrasi dan klaim yang cukup mudah. Didukung aturan dan pelayanan pelanggan yang dinilai baik.
  • Sebanyak 69% dari total responden yang berlangganan produk asuransi mengetahui tentang adanya insurtech.
  • Asuransiku, Axa MyPage, dan Asuransi88 menjadi platform insurtech paling populer menurut responden.

Masih banyak temuan lainnya, termasuk preferensi pengguna terhadap produk asuransi, dan fitur insurtech yang paling banyak digunakan yang dapat ditemukan di laporan DSResearch “Insurance Technology Survey 2019” yang dapat diunduh secara gratis.

Logo Jakpat Jajak Pendapat

JakPat (Jajak Pendapat) adalah open survey platform berbasis mobile yang menghubungkan pemasar dengan lebih dari 355 ribu responden dari berbagai wilayah di Indonesia dalam hitungan jam. Lebih lanjut mengenai JakPat, kunjungi situs resminya melalui https://jakpat.id.

Laporan DailySocial: Startup Report 2018

Dinamika startup digital Indonesia sangat menarik diikuti. Pasalnya saat ini berbagai layanan yang dihasilkan startup sudah menjadi bagian dari keseharian kiat. Sebut saja aplikasi untuk memesan jasa transportasi, layanan jual-beli, pendidikan, finansial hingga hiburan; semua diakomodasi dengan baik oleh para pemain startup.

Sebagai media yang berkonsentrasi meliput perkembangan startup Indonesia, DailySocial merilis laporan riset bertajuk “Startup Report 2018”, merangkum berbagai hal yang terjadi dalam ekosistem kewirausahaan digital selama setahun terakhir.


Tidak hanya sekadar berbincang tentang para unicorn, laporan ini turut membahas banyak hal lain, di antaranya:

  1. Tren startup di tahun 2018, mengenai kategori apa saja yang paling diminati oleh para pendatang baru.
  2. Catatan pendanaan startup digital sepanjang tahun 2018, mulai dari pendanaan awal hingga tahap lanjutan.
  3. Strategi “exit” melalui IPO atau kegiatan akuisisi & penggabungan perusahaan yang melibatkan startup lokal.
  4. Analisis mengenai isu dan kesempatan yang dapat disiasati untuk ekosistem digital yang lebih berkembang.

Selain empat poin di atas, dibahas juga mengenai kondisi ekonomi digital Indonesia saat ini sebagai bagian dari pangsa pasar utama startup. Selengkapnya unduh gratis Startup Report 2018.

Laporan DailySocial: Fintech Report 2018

Di antara beberapa kategori industri digital lainnya, fintech banyak dikatakan yang paling pesat pertumbuhannya dalam beberapa tahun terakhir. Dengan pangsa pasar dan model bisnis yang beragam, perkembangan fintech menjadi menarik untuk diikuti.

Tahun ini DailySocial kembali merilis signature report bertajuk “Fintech Report 2018“. Melanjutkan publikasi tahun lalu, laporan ini mencoba menyajikan tren perkembangan industri fintech di Indonesia selama tahun 2018.

Terdapat empat pembahasan utama di laporan ini, yakni mengenai dinamika industri, pemain fintech terkini, perspektif konsumen terhadap layanan fintech, dan perspektif industri terhadap ekosistem fintech.


Banyak temuan menarik yang coba dirangkum dalam laporan ini, beberapa di antaranya sebagai berikut:

  1. Fintech lending menjadi yang paling dominan mewarnai industri tahun ini. Dari $182,3 juta total pendanaan yang diumumkan untuk startup fintech tahun ini, 57% terkait dengan sub-sektor lending –mencakup p2p lending dan payday loan.
  2. Masyarakat semakin aware dengan pentingnya regulasi fintech. Hal ini dibuktikan dalam survei konsumen yang dilakukan bersama Jakpat Mobile Survey Platform. Dari 1419 responden, 98.03% menyatakan sepakat bahwa fintech harus terdaftar dan diawasi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
  3. Industri menilai saat ini pangsa pasar Indonesia cukup memadai untuk fintech. Separuh dari responden mengatakan literasi digital konsumen Indonesia sudah baik, namun sisanya menyatakan masih perlu edukasi lebih banyak.
  4. Dalam laporan juga disajikan layanan fintech populer berdasarkan kategorinya. Untuk e-money, Go-Pay (79,38%) masih berada di peringkat pertama, disusul OVO (58,42%) di posisi kedua.

Selain e-money, masih ada kategori lain yang dibahas dalam laporan, termasuk payday loan, p2p lending, insurtech, hingga credit loan. Dirangkum juga daftar pemain fintech yang ada saat ini, beserta regulasi baru yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Selengkapnya unduh gratis Fintech Report 2018.

Laporan DailySocial: Penggunaan Online Car Marketplace untuk Transaksi Jual Beli Mobil

Penjualan mobil di Indonesia memang fluktuatif, tapi trennya menuju ke arah positif seiring dengan meningkatnya jumlah kaum kelas menengah. Di Q1 2018, Gakindo mencatat ada sekitar 291.912 unit kendaraan yang dijual.

Selain menguntungkan industri otomotif, tren peningkatan tersebut juga menjadi kesempatan bisnis digital untuk bernaung, tak terkecuali car marketplace. DailySocial bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform melakukan riset ini untuk melihat ketertarikan masyarakat dengan layanan car marketplace.


Beberapa hasil survei yang didapat cukup menarik, di antaranya:

  1. Dari 1257 responden yang melakukan pencarian ataupun transaksi jual/beli mobil, 96% di antaranya telah memanfaatkan kanal online.
  2. Sebagian besar responden setuju (51%) bahwa platform online memudahkan dalam penjualan mobil.
  3. Sebagian besar lainnya juga setuju (52%) platform online memudahkan dalam pembelian mobil.

Masih banyak temuan lainnya yang diungkap dalam riset ini. Untuk laporan lengkapnya, silakan unduh Car Marketplace Survey 2018 secara gratis.