Mudahkan Komunikasi dengan Petani, RegoPantes Luncurkan Aplikasi untuk Pengguna

RegoPantes merupakan salah satu lini bisnis 8villages yang berfokus pada transaksi langsung antara petani ke konsumen. Untuk mudahkan akses pengguna, belum lama ini RegoPantes resmi meluncurkan aplikasi di platform Android.

Kepada DailySocial CEO & Co-Founder 8villages Sanny Gaddafi mengungkapkan, dengan diluncurkannya aplikasi ini diharapkan konsumen menjadi lebih mudah dalam bertransaksi dan berinteraksi langsung dengan petani mitra RegoPantes.

“Berbagai fitur di aplikasi RegoPantes saat ini sangat mudah digunakan dan hal ini berarti menunjukkan ada kesempatan besar untuk dapat sama-sama berpartisipasi dalam bertransaksi langsung dan membantu petani.”

Setelah mulai beroperasi akhir September 2017 lalu, RegoPantes sebagai marketplace yang menyasar sektor pertanian telah memperluas layanannya ke area Bodetabek. Sebelumnya RegoPantes hanya melayani wilayah Jakarta saja. Melalui situs resminya, RegoPantes mengklaim telah mendapatkan lebih dari 38.000 pengguna.

Dalam satu tahun berjalan, RegoPantes berfokus pada pengembangan produk, termasuk di dalamnya pengembangan aplikasi untuk petani dan situs untuk konsumen, serta menjangkau calon petani mitra yang memiliki kesiapan dan mampu untuk menggunakan teknologi informasi sebagai saluran pemasaran.

Cara kerja aplikasi RegoPantes

Serupa dengan aplikasi layanan e-commerce lainnya, aplikasi RegoPantes untuk konsumen memiliki berbagai fitur yang memudahkan pembeli berbelanja. Mulai dari kategori produk, notifikasi yang lebih terintegrasi untuk mengetahui promo, hingga sistem pembayaran menggunakan virtual account.

Beberapa keunggulan aplikasi RegoPantes adalah memudahkan konsumen menjangkau tiga value yang ditawarkan. Pertama adalah “Harga Pantas”, membandingkan harga di tingkat petani dan tingkat konsumen. Di setiap produk yang ditampilkan di aplikasi akan ada informasi mengenai social impact petani, yaitu seberapa besar pembelian yang dilakukan konsumen dapat membantu meningkatkan pendapatan petani.

Kedua adalah “Product Traceability”, memungkinkan konsumen mengetahui informasi produk mulai dari siapa petani yang membudidayakannya, ditanam dengan kualitas seperti apa (organik, khusus, atau kualitas biasa), hingga informasi detail mengenai budi daya produk yang dibeli seperti ketinggian tanah, jenis tanah dll.

Value ketiga adalah “Transparansi Proses”, memungkinkan konsumen mengetahui proses pengiriman produk yang dibeli, berapa biaya operasional yang ditanggung petani dan konsumen, serta berapa nilai bersih nominal yang didapatkan petani dari setiap pembelian yang dilakukan.

“Dengan adanya aplikasi RegoPantes untuk konsumen ini diharapkan semakin banyak konsumen yang dapat bertransaksi langsung dengan petani. Dengan semakin banyaknya konsumen yang bertransaksi, semakin banyak petani yang akan berdaya,” kata Sanny.

Fokus 8villages akuisisi konsumen

Hingga saat ini 8villages sedang fokus untuk menjangkau lebih banyak konsumen, dengan berbagai kampanye media sosial yang dibuat agar terasa lebih dekat dengan konsumen. Dengan semakin banyaknya konsumen yang terjangkau, diharapkan jumlah petani yang berdaya juga akan semakin bertambah.

Selain itu 8villages juga ingin mensosialisasikan platform teknologi informasi yang telah dibuat untuk lebih banyak dikenal oleh masyarakat pedesaan. Sesuai dengan komitmen mereka sejak awal, 8villages tetap dengan visinya ingin mempercepat modernisasi desa dengan teknologi informasi agar pemerataan informasi juga dirasakan petani, nelayan, peternak dan masyarakat desa pada umumnya. Dengan keterbukaan jaringan informasi yang luas, kesempatan masyarakat desa untuk lebih berdaya jadi terbuka lebih baik lagi.

“Saat ini dalam upaya untuk mengembangkan produk dan menjalankan visinya 8villages memang membutuhkan fundraising, namun masih belum berfokus pada sisi ini. Fokus 8villages saat ini sedang tertuju pada jangkauan konsumen yang lebih banyak,” tutup Sanny.

Application Information Will Show Up Here

DataHub.id Permudah Survei Pertanian, Lakukan Pendataan Lapangan Berbasis Aplikasi

Kegiatan riset untuk berbagai kebutuhan kini semakin mudah dengan solusi pendataan lapangan berbasis aplikasi. Setelah satu tahun berjalan, PT 8Villages Indonesia akhirnya meresmikan kehadiran DataHub yang menawarkan solusi pendataan lapangan secara real time.

PT 8Villages Indonesia merupakan startup yang bergerak di bidang TIK dengan visi memodernisasi dunia pertanian. Selain DataHub.id, perusahaan juga mengembangkan social network Layanan Informasi Desa (LISA) dan Rego Pantes yang merupakan layanan jual-beli produk pertanian.

Head of DataHub.id Gia Pratama mengatakan, saat ini DataHub.id fokus untuk sektor di riset pertanian. Sektor ini dipilih karena perusahaan memiliki visi untuk mendorong sektor pertanian di Indonesia. Apalagi, menurut data Badan Pusat Statistik periode 2003-2010, Indonesia telah kehilangan sebanyak 5,1 juta petani.

“Kami punya visi untuk memodernisasi sektor pertanian di Indonesia, maka itu perlu sentuhan teknologi dengan solusi pendataan lapangan DataHub.id,” ujar Gia ditemui di Media Briefing DataHub.id.

Gia memaparkan ada sejumlah masalah yang acap kali ditemui saat pendataan di lapangan terjadi. Misalnya, rendahnya kualitas data akibat manipulasi, validasi, dan salah input. Kendala lainnya adalah sulitnya memonitor kinerja tim di lapangan serta tingginya biaya dan yang dibutuhkan dalam mengolah data dalam bentuk digital.

Kehadiran DataHub.id diharapkan dapat mempermudah kegiatan riset karena pengumpulan data tidak lagi menggunakan material kertas. Semua informasi dicatat di aplikasi dan tanpa koneksi internet. Solusi ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan bisnis maupun studi akademis, mulai dari institusi, komunitas, hingga mahasiswa.

Keuntungan lainnya adalah tim yang melakukan riset dapat dimonitor, hasil riset dapat dilaporkan secara otomatis, serta DataHub.id dapat digunakan dengan kustomisasi (white label) baik dari sisi flow, laporan, fitur, hingga logo.

“Kami akan mengembangkan sistem cerdas yang dapat menjadi standar agar dapat di-push ke tim kapangan. Selain itu, kami juga membekali pelatihan aplikasi kepada 300 penyuluh lapangan dan administrasi dari pemerintah,” tambah Gia.

Perlu diketahui, pengumpulan data memang dilakukan menggunakan aplikasi (mobile-based). Sementara pengolahan data dapat diakses lewat situs web (web-based). Dalam mengakses pengeolahan data, DataHub.id menyediakan dashboard yang  juga dapat menunjukkan perkembangan distribusi data di lapangan secara real-time.

Saat ini, DataHub.id sudah digunakan Komunitas Lada di wilayah pertanian Bangka Belitung untuk memonitor standar pertanian yang berdampak terhadap pada kualitas hidup para petaninya dan juga untuk mengukur efektivitas asuransi petani jagung di Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Mencari model bisnis

Gia menuturkan, pihaknya masih mencari model yang tepat untuk bisa memonetisasi bisnisnya. Saat ini, DataHub.id menjalankan bisnisnya berbasis proyek yang diterima (project based). Ada insentif diberikan kepada para penyuluh dan surveyor.

Ia mencontohkan, untuk proyek dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), penyuluh mendapatkan insentif apabila mencapai target, meskipun mereka sebetulnya telah mendapat gaji dari pemerintah. Untuk non penyuluh, insentif yang diberikan berdasarkan per data yang masuk.

“Kami sedang mencari model bisnis yang tepat, makanya saat ini kami masih berjalan dari proyek. Apabila dari proyek-proyek ini, kami menemukan temuan baru, seperti fitur, kami mau kembangkan sistem yang independen,” tutur Gia.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Jakarta, RegoPantes Perluas Wilayah Layanan ke Bodetabek

Setelah meresmikan kehadirannya akhir September 2017 lalu, layanan marketplace yang menyasar sektor pertanian RegoPantes secara resmi memperluas wilayah layanannya ke Bodetabek. Sebelumnya Rego Pantes secara khusus hanya melayani wilayah Jakarta saja.

Kepada DailySocial COO 8Villages sekaligus penggagas RegoPantes Wim Prihanto mengungkapkan, salah satu alasan mengapa hanya Jakarta saja yang menjadi wilayah layanan adalah fokus dari RegoPantes untuk menjaga kesegaran sayuran yang akan dikirim kepada pembeli.

“Selama ini sebenarnya rencana untuk memperluas wilayah layanan sudah ada, namun dari mitra logistik masih banyak yang belum bisa menyanggupkan pengiriman cepat tersebut,” kata Wim.

Platform yang menghubungkan petani dan pembeli ini, memiliki perbedaan dari sisi harga yang ditawarkan kepada petani mulai dari proses awal hingga akhir. RegoPantes secara khusus berpihak kepada para petani dan memiliki misi untuk menghilangkan keberadaan tengkulak ”nakal”.

Melihat makin besarnya minat dan permintaan dari pembeli di luar wilayah Jakarta, akhirnya awal Oktober ini pengantaran di Bodetabek mulai dilakukan.

“Banyak konsumen RegoPantes yang tidak bisa pesan langsung karena lokasi pengiriman yang terbatas di Jakarta saja. Pengiriman perdana kami berhasil meyakinkan mitra logistik kami untuk memberikan layanan pengiriman yang lebih luas ke Jabodetabek dengan biaya yang sama. Maka berita gembira ini kami harus bagikan ke konsumen kami,” kata Wim.

Untuk melancarkan proses tersebut, saat ini hub yang dimanfaatkan oleh RegoPantes adalah pasar Rebo dan pasar Cilandak. Selanjutnya RegoPantes menargetkan hanya memanfaatkan satu hub saja untuk semua pengiriman.

Sebagai bagian dari kegiatan promosi, untuk pembeli yang membeli produk sayuran di situs RegoPantes tanggal 4-5 Oktober 2017 untuk wilayah Jabodetabek barang sudah bisa didapatkan tanggal 7 Oktober 2017 mendatang.

“Harga tersebut sudah termasuk ongkos kirim sampai rumah Anda. Percayalah sedikit kesempatan yang Anda berikan sangat berarti untuk petani,” kata Wim.

Application Information Will Show Up Here

Konsep Kurasi Harga dan Rencana “Go National” Rego Pantes

Setelah sempat diresmikan kehadirannya untuk petani di Jawa Tengah oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo 23 September lalu, layanan marketplace yang menyasar sektor pertanian Rego Pantes berencana untuk meresmikan kehadirannya untuk konsumen di Jakarta pertengahan bulan Oktober 2017 nanti. Rego Pantes merupakan salah satu produk 8Villages.

Mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan startup lain yang menawarkan layanan serupa, Rego Pantes secara khusus berpihak kepada para petani dan memiliki misi untuk menghilangkan keberadaan tengkulak saat ini.

Kepada DailySocial, COO 8Villages dan penggagas Rego Pantes Wim Prihanto mengungkapkan Rego Pantes ingin memberikan harga yang sesuai untuk petani juga konsumen dengan sistem kurasi harga yang dilakukan.

“Kami memiliki tim yang melakukan survei di pasar akhir hingga tengkulak terkait dengan harga cabe atau sayur lainnya, kemudian dari harga yang ada di Magelang digabung dengan harga pasaran di Jakarta dan dibagi dua. Harga tersebut yang kemudian kami tawarkan kepada petani,” kata Wim

Wim melanjutkan harga tersebut merupakan perhitungan yang paling adil untuk para petani yang biasanya hanya mendapatkan keuntungan sedikit jika menjual hasil taninya kepada tengkulak. Rego Pantes juga melakukan perhitungan biaya pengiriman yang secara keseluruhan tidak dibebankan kepada petani.

“Dari mulai sebelum panen hingga barang sudah dikirim kepada pembeli, secara langsung petani sudah bisa mendapatkan uangnya. Hal tersebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan cara konvensional yang membutuhkan waktu hingga 3 bulan bagi petani untuk mendapatkan uang,” ujarnya.

Saat ini Rego Pantes baru melakukan akuisisi petani di wilayah Magelang. Rencananya awal Desember 2017 ini akan mulai diperluas ke Jawa Tangah. Diharapkan hingga akhir tahun 2018 Rego Pantes sudah memiliki 1 juta petani yang bergabung dengan platform-nya

Aspek sosial

Untuk memastikan petani yang terdaftar adalah benar dan bisa dijamin keasliannya, Rego Pantes melakukan dua verifikasi kepada petani. Yang pertama setiap petani wajib memiliki kartu tani, yang kedua setiap petani wajib memberikan informasi tentang lahannya dan mengirimkan foto produk dengan latar belakang lahan yang dimiliki. Hal tersebut, menurut Wim, mampu memberikan kepastian bahwa petani tersebut adalah benar dan menghindari masuknya tengkulak yang mengatasnamakan petani.

“Saat ini para petani sudah mulai melek teknologi. Mereka sebagian besar adalah pengguna Android dan mengerti cara menggunakan smartphone. Permasalahan lebih kepada lemahnya koneksi di pelosok daerah,” kata Wim.

Untuk mempromosikan produk yang dimiliki hingga menerima pre-order bahan sayuran dari pembeli, petani bisa menggunakan aplikasi. Sementara untuk pengguna saat ini baru bisa melakukan pemesanan melalui situs. Selanjutnya Rego Pantes akan menyediakan aplikasi untuk pengguna.

“Intinya adalah jika petani tersebut melakukan postingan terkait dengan produk yang dimiliki akan langsung muncul di situs, jika pembeli mencari cabe akan banyak pilihan petani cabe yang bisa dipilih sesuai dengan selera,” kata Wim.

Hal tersebut memberikan kepastian petani untuk menjual hasil panennya kepada penjual sebelum waktu panen tiba. Petani juga bisa merawat lebih baik lagi hasil tani yang bakal dijual dengan kepastian pembelian.

“Kita bisa memastikan produk dari petani Rego Pantes adalah yang terbaik. Jika adanya perbedaan harga pun kami ingin mengingatkan kepada pembeli bahwa misi dari Rego Pantes adalah membantu petani, sehingga sisi sosial tersebut bisa memberikan impact kepada pembeli kami,” kata Wim.

Untuk pembayaran Rego Pantes menyediakan pilihan bank transfer dan nantinya akan dihadirkan pilihan pembayaran lainnya. Sementara untuk pengiriman Rego Pantes menjalin kemitraan dengan layanan logistik pihak ketiga.

Rencana go national Rego Pantes

Saat ini Rego Pantes hanya melayani pembeli di Jakarta dan belum ada rencana untuk melakukan ekspansi ke Bodetabek dan kota lainnya di Indonesia. Namun demikian, dengan konsep yang dimiliki, Rego Pantes mengklaim telah mendapatkan penawaran Menteri Pertanian untuk memberikan layanan secara nasional.

“Tentunya hal tersebut menjadi rencana jangka panjang kami karena misi kami yang berpihak kepada petani. Kementerian pertanian melihat perlu dinasionalisasikan layanan tersebut. Mudah-mudahan ke depannya rencana tersebut bisa diwujudkan,” tutup Wim.

Program Inkubasi BNVLabs Gandeng 8 Startup Mitra (UPDATED)

Program inkubasi Bank Bukopin dan Kibar, BNVLabs, mengumumkan delapan startup mitra yang beberapa di antaranya akan mengikuti mentoring selama tiga bulan. Mereka berpeluang menjadi mitra bisnis bank dalam jangka panjang. Delapan startup tersebut adalah eFishery, 8Villages, Iwak, Riliv, Jojonomic, Reblood, Olride, dan Pasienia.

Selama masa inkubasi, peserta dapat bekerja di coworking space BNVLabs dan menerima berbagai bentuk dukungan dari Bank Bukopin. Bentuk dukungan berupa bantuan jaringan dari mitra-mitra bank.

Dalam sesi mentoring, peserta akan dibantu Agent of Change untuk memperkenalkan kepada mereka mengenai regulasi seputar perbankan yang kemungkinan besar bakal bersentuhan dengan model bisnis mereka. Agent of Change adalah tim khusus yang dipilih dari berbagai divisi Bank Bukopin, bertugas menjembatani dunia perbankan dengan startup mitra agar tetap sinkron.

Sebelum pemilihan startup, tim BNVLabs melakukan roadshow ke beberapa kota di antaranya Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya selama dua bulan.

Bila diperhatikan, startup mitra ini belum terfokus di segmen fintech, menyesuaikan bisnis Bank Bukopin itu sendiri. Mereka bergerak di segmen pertanian, pariwisata, kesehatan dan pendidikan, serta sistem pembayaran.

“Keempat segmen startup ini untuk sementara akan jadi fokus BNVLabs. Kami menilai seluruh startup ini memiliki potensi besar untuk dorong bisnis Bukopin dengan memberikan nilai lebih kepada nasabah kami,” terang Direktur Pengembangan Bisnis dan TI Bank Bukopin Adhi Brahmantya, Kamis (20/7).

CEO Pasienia Fadli Wilihandarwo mengatakan bergabungnya Pasienia sebagai mitra BNVLabs menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk menjaring mitra bisnis yang kuat, sekaligus upaya Pasienia dalam menjalankan startup yang berkesinambungan.

“Mencari mitra adalah hal yang penting untuk dilakukan saat ingin berbisnis startup. Bermitra dengan Bukopin adalah nilai lebih yang bisa kami dapatkan karena banyak peluang yang bisa dilakukan. Tentunya ini juga bernilai dibandingkan hanya memberi suntikan dana saja,” ucapnya.

Pasienia adalah aplikasi yang menghubungkan antar pasien yang tengah menjalankan proses pengobatan. Mereka dapat berbagi informasi terkait penyakit yang diderita berdasarkan pengalaman masing-masing dan menghubungi dokter untuk berkonsultasi. Diklaim saat ini Pasienia sudah menjaring 8 ribu pengguna.

Menurut Fadli, salah satu bentuk kolaborasi dengan Bank Bukopin yang kemungkinan terjadi adalah menghadirkan layanan dompet elektronik. Fitur tersebut selama ini belum ada di dalam aplikasi dan diharapkan akan membantu bisnis Pasienia ke depannya.

Urban Farming Indonesia Edukasi Masyarakat Kota Mengenai Dunia Pertanian

Urban Farming Indonesia Edukasi Masyarakat Kota Tentang Dunia Pertanian / Shutterstock

Kehadiran aplikasi Urban Farming Indonesia minggu lalu adalah angin segar di tengah-tengah menyusutnya lahan pertanian akibat meluasnya wilayah perkotaan. Aplikasi yang hadir dari kerja sama PT. East West Seed Indonesia dan 8Villages ini pun bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat perkotaan bahwa bercocok tanam dapat dilakukan di mana saja, termasuk di tengah hingar bingarnya kota besar.

Continue reading Urban Farming Indonesia Edukasi Masyarakat Kota Mengenai Dunia Pertanian

East West Seed dan 8Villages Luncurkan Aplikasi Urban Farming Indonesia

Aplikasi Urban Farming Bantu Masyarakat Bertani diMana Saja / Shutterstock

Dengan mengemban visi “Everyone, Everywhere Can be A Farmer”, PT. East West Seed Indonesia bekerja sama dengan 8Villages secara resmi meluncurkan aplikasi Urban Farming Indonesia pada Kamis (9/4) lalu di kantornya yang bertempat di kota Purwakarta. Aplikasi yang saat ini hanya dapat berjalan di platform Android ini dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengguna untuk memperoleh informasi mengenai pertanian, khususnya urban farming.

Continue reading East West Seed dan 8Villages Luncurkan Aplikasi Urban Farming Indonesia

Sanny Gaddafi Berbisnis Sambil Membantu Kalangan Akar Rumput

Sanny Gaddafi adalah satu dari sekian nama yang tidak asing di lanskap digital Indonesia. Ia dikenal sebagai entrepreneur sekaligus Direktur program inkubator Jakarta Founder Institute. Debut kewirausahaannya dimulai sejak dini. Saat masih duduk di bangku kuliah, ia membuat media sosial FUPEI (Friends Uniting Program Especially Indonesian) yang dirilis pada tahun 2004.

Continue reading Sanny Gaddafi Berbisnis Sambil Membantu Kalangan Akar Rumput

Petani Facilitates Farmers to Share Their Farming Experience

It’s logical to see developers fight for users, thus seeing them promoting and socializing in big cities where most of users are familiar to digital world already isn’t something abnormal. But what if there’s a developer who targets people who live in rural areas instead of urban citizens? Take a look at 8Villages. It develops “Petani”, which is dedicated for farmers in rural areas. Continue reading Petani Facilitates Farmers to Share Their Farming Experience