Cara Tepat Memilih Program Akselerator Startup

Saat ini sudah banyak program akselerator yang menawarkan dana, mentorship hingga networking kepada startup. Dari sekian banyak pilihan program akselerator yang ada, hanya beberapa saja yang sesuai dengan kriteria dan tujuan akhir dari startup. Idealnya ketika startup sedang bersiap untuk menjalani program akselerator, jangan sebarkan “aplikasi” ke semua program akselerasi yang ada, coba pilih program akselerator yang sesuai dengan produk, visi dan misi dari startup.

Cara lain yang bisa diterapkan saat berniat untuk menjalankan program akselerator startup, jangan mengikuti program akselerator saat startup sudah mulai menunjukkan penurunan dan tidak berhasil mengalami pertumbuhan. Program akselerator tidak akan mampu untuk membantu startup saat sudah mulai collapse. Jalankan program akselerator, ketika startup mulai mengalami pertumbuhan atau bersiap untuk scale-up. Artikel berikut akan membahas dua kategori program akselerator startup yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan startup.

Program akselerator privat

Biasanya program akselerator yang satu ini lebih memfokuskan kepada startup baru yang masih memerlukan validasi dan pembuktian keberhasilan konsep atau model bisnis yang dimiliki. Program akselerator privat bisa membantu pemilik startup baru untuk fokus menemukan product market fit dan membangun jaringan bisnis.

Program akselerator korporasi

Program akselerator yang satu ini memfokuskan kepada startup yang sudah mulai memasuki tahap scale-up atau startup yang sudah mampu mendatangkan profit, stabil dan memiliki potensi untuk berkembang. Program ini akan membantu startup untuk meningkatkan bisnis dengan memberikan mentorship, informasi tentang manajemen dan bisnis hingga pengetahuan teknik yang dibutuhkan.

Dengan dukungan dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan tersebut, memberikan kesempatan untuk startup melakukan kegiatan pemasaran, branding hingga memanfaatkan akses tidak terbatas milik perusahaan tersebut.

Daftar Program Inkubator dan Akselerator Startup Indonesia

Program akselerator dan inkubator memang sangat lekat dengan dunia startup. Kendati keduanya memiliki misi yang sama –yakni memperlancar laju startup—namun terdapat perbedaan antara akselerator dan inkubator. Secara umum perbedaan akselerator dan inkubator ialah pada jangkauannya.

Akselerator mencoba mempercepat atau mengakselerasi laju bisnis startup yang sudah berjalan. Bisanya dengan memberikan investasi, pendampingan ataupun konsultasi. Sedangkan inkubator lebih kepada proses pembinaan pada startup di tahap awal, mulai dari mematangkan model bisnis, konsep produk hingga pangsa pasar. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk sebuah startup prosesnya adalah membentuk tim, mengikuti program inkubator lalu mematangkan bisnis melalui program akselerator.

Di Indonesia, saat ini sudah mulai banyak program inkubator dan akselerator startup. Mulai yang dikelola oleh perusahaan modal ventura, korporasi hingga pemerintah. Berikut daftar program inkubator dan akselerator yang dapat diikuti oleh startup Indonesia. Untuk program inkubator ditandai dengan (i), sedangkan program akselerator ditandai dengan (a).

1000 Startup (i)

Diinisiasi oleh Kominfo dan Kibar, program inkubasi ini terbagi menjadi lima fase, yakni Ignition penanaman pola pikir kewirausahaan, Workshop pembekalan keahlian dasar startup, Hacksprint pembentukan tim untuk membuat prototipe, Bootcamp pembinaan bersama mentor, dan Incubation pembinaan lanjutan hingga siap diluncurkan. Ditargetkan tahun 2020 akan tercetak sebanyak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Diadakan di berbagai kota, kegiatan ini menjadi sebuah jembatan bagi individu yang berminat mengembangkan karier di dunia kewirausahaan digital. Pasalnya jika dirunut dari awal hingga akhir, kegiatan yang ada dalam Gerakan Nasional 1000 Startup ini memang mempersiapkan talenta dari nol, hingga siap untuk menjadi bagian dari ekosistem startup digital di tanah air. Hingga saat ini program 1000 startup masih terus berjalan dan membuka kesempatan kepada semua anak muda di Indonesia.

Alpha Startup (a)

Program ini akselerasi ini merupakan hasil kemitraan strategis antara 1337 (Leet) Ventures, Convergence Ventures, Baidu Indonesia, dan Gobi Partners. Batch pertama program ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2016 lalu. Tidak ada spesifikasi khusus untuk kategori startup yang dapat masuk ke program ini. Alpha Startup juga memberikan fasilitas berupa program bimbingan dan beragam fasilitas, termasuk ruang bekerja, fasilitas pendukung produktivitas dari AWS, dan juga suntikan investasi senilai Rp 325 juta.

Namun sejatinya jika melihat materi yang disampaikan, Alpha Startup ini masuk dalam skala pre-accelerator. Mereka berada di antara startup yang sudah memiliki ide namun sedang tahap validasi. Proses pembinaan di dalamnya membantu startup melakukan validasi, terkait produk dan pangsa pasar. Bahkan salah satu outcome yang dihasilkan dari program ini ialah pematangan MVP (Minimum Viable Product).

Bekraf for Pre-Startup (i)

Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) adalah program yang dirancang khusus untuk mematangkan integrasi ekosistem startup dari hulu sampai ke hilir, yaitu pematangan calon-calon sumber daya manusia yang akan membangun startup di tanah air. Kegiatannya berupa workshop, baik terkait manajemen bisnis maupun teknis pengembangan produk. Program BEKUP lebih cocok ditempatkan pada fase pre-incubation, pasalnya kegiatan ini memfokuskan pada pembinaan individu dari 0, hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Tidak melepas begitu saja startup pemula yang menjadi lulusan di program ini, melainkan BEKUP menghubungkannya dengan kanal inkubasi lanjutan melalui koneksi Bekraf. Termasuk membawa startup pemula yang dilahirkan ke dalam program inkubator dan akselerator lain yang telah bekerja sama dengan Bekraf.

BNV Labs (i)

BNV Labs didirikan oleh Bank Bukopin bekerja sama dengan Kibar. Program tersebut terfokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim terbaik, melancarkan program inkubasi dan memfasilitasi co-working space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi. Fokusnya ialah untuk startup pada sektor finansial (fintech). Beberapa kegiatan pengembangan startup termasuk menghubungkan peserta terhadap ekosistem kewirausahaan digital, membuka akses pasar, dukungan bisnis, pembinaan, juga pengembangan kapasitas pelaku di dalamnya.

Founder Institute (a)

Masuk ke dalam kategori pre-accelerator, program ini sebenarnya bersifat global, namun demikian sudah ada di Indonesia dalam Jakarta Founder Institute (JFI). Founder Institute menyajikan program pelatihan yang berjalan selama empat bulan per batch-nya. Sesuai namanya, program ini melatih founder baru untuk membentuk generasi terbaik di perusahaan. Program ini memfasilitasi sesi mingguan yang diisi dengan mentor berpengalaman di bidangnya untuk membantu para founder mengembangkan dan meluncurkan bisnis mereka.

Di Indonesia, JFI didukung oleh berbagai mitra, mulai dari Indosat Ooredoo, Baidu, Kejora, Mountain Partners, Bakti Barito, dan lainnya. Beberapa kurikulum yang diajarkan termasuk bagaimana memvalidasi visi dan ide, riset dan pengembangan konsumen, penentuan model bisnis, pengembangan produk, branding hingga pendanaan.

Global Entrepreneurship Program Indonesia (i)

Dimulai sejak awal tahun 2011, Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) telah didukung oleh pemimpin bisnis terkemuka di Indonesia. Program ini memiliki visi untuk mengkatalisis strategi kewirausahaan Indonesia dengan bekerja sama dengan program yang ada dan menghubungkan calon pengusaha Indonesia dengan perkembangan global dan prospek investasi.

GEPI juga merupakan bagian dari inisiatif global yang lebih luas yang disebut Global Entrepreneurship Program (GEP), yang tumbuh dari sebuah inisiatif Presiden Obama dan sekarang menjadi program inti di Departemen Luar Negeri AS, untuk mempromosikan kewirausahaan sebagai sebuah pilar utama pembangunan ekonomi di antara negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia beberapa mitra strategis dengan beberapa mitra seperti ANGIN.

GnB Accelerator (a)

Ini merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sekitar Rp666 juta, fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

Dari sisi materi, GNB Accelerator lebih fokus pada market-fit dan penyiapan tim untuk lebih siap dalam pendanaan. Kendati tidak menyasar kategori spesifik, startup health-tech, e-commerce, on-demand, dan fintech menjadi sasaran utama.

Google Launchpad Accelerator (a)

Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup  terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Prosesnya startup yang lolos seleksi akan diterbangkan langsung ke markas Google untuk dibina secara intensif. Selain bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup berpotensi. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Ideabox (a)

Ideabox merupakan program gabungan yang dimotori Indosat Ooredoo, Mountain Partners, dan Kejora yang bertujuan mengangkat potensi startup Indonesia melalui bantuan dana investasi tahap awal dan memberikan penghargaan khusus untuk startup yang bergerak di sektor internet dan telekomunikasi. Ideabox menonjolkan pada empat hal, yakni penguatan market-size, penguatan model bisnis dan operasional, penguatan produk, dan growth. Hingga pada akhirnya mempersiapkan startup untuk pitching pendanaan.

IDX Incubator (i)

IDX Incubator merupakan program inkubasi inisiatif Bursa Efek Indonesia (BEI). Visinya untuk membantu mengembangkan startup digital Indonesia, dari segi bisnis, legal, hingga membantu startup untuk melenggang ke lantai bursa saham atau melakukan IPO. Program inkubator ini terselenggara berkat kerja sama BEI dan Bank Mandiri.

BEI menjanjikan beberapa hal yang bisa didapatkan peserta, mulai fasilitas co-working space, program pengembangan bisnis, akses ke permodalan, dan workshop atau event lainnya yang tentunya bermanfaat bagi pengembangan bisnis startup, lengkap dengan beberapa mentor yang siap membina.

Indigo Creative Nation (i)

Indigo merupakan program pembinaan startup yang diselenggarakan Telkom untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, melalui fasilitas kreatif digital, pendanaan dan akses pasar untuk mempercepat industri kreatif digital Indonesia. Program Indigo merupakan penggabungan program sebelumnya yang sudah ada yakni Indigo Incubator, Indigo Accelerator, dan Indigo Venture. Program ini memberi kesempatan bagi para startup untuk merealisasikan karya kreatif mereka, baik yang masih dalam bentuk ide, produk yang sudah memiliki pengguna, bisnis yang sudah mendatangkan pendapatan, serta bisnis yang membutuhkan akselerasi dan pendanaan lebih lanjut.

Program inkubasi diselenggarakan oleh Telkom Group bersama MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia) ditujukan bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang digital. Startup yang terpilih akan mendapat dukungan inkubasi dari 1 bulan sampai dengan 18 bulan tergantung tahapannya dan mendapatkan berbagai fasilitas seperti, akses pasar melalui kanal pemasaran.

Inkubator Parama (i)

Untuk turut mengambil andil di pengembangan startup digital, Lima Ventura mendirikan program inkubasi bernama Parama Indonesia. Beberapa program unggulan yang ingin disajikan oalah terkait dengan strategi branding dan peningkatan valuasi oleh startup melalui kemitraan bisnis. Aktivitasnya ialah mengadakan kompetisi dan membina startup yang terjaring melalui kegiatan tersebut.

Kolaborasi.co (i)

Dimotori oleh empat orang dari startup berbeda, yakni Yohan Totting, Moon Leoma, Sutansyah  Marahakim, dan Adryan Hafizh, Kolaborasi.co berusaha menjadi sebuah wadah berkumpulnya startup, khususnya di wilayah Bandung, untuk belajar bersama. Tidak hanya untuk pebisnis di dunia online, Kolaborasi.co juga mengakomodasi startup yang bergerak dalam sektor offline. Tidak seperti program lain yang memfokuskan pada fasilitas atau pendanaan, sesuai namanya, konsep kolaborasi lebih ditekankan. Kelompok inkubasi startup ini sudah berdiri sejak tahun 2013.

Mandiri Capital (i)

Sebuah inkubator besutan Bank Mandiri yang memiliki visi untuk mendorong hadirnya startup di bidang teknologi finansial. Dalam prosesnya, program ini bekerja sama dengan Indigo Inkubator dan ActionCoach. Dari kategori fintech pun inkubator ini masih membaginya ke dalam tiga fokus utama, yakni payment, lending dan enterprise solution. Ketiga segmen ini dinilai dapat bersinergi langsung dengan Bank Mandiri Group. Mandiri Capital Indonesia (MCI) berfokus untuk membantu startup dalam empat hal, mulai dari investasi, mentoring, membantu startup dalam memperkuat jaringan, dan program inkubator eksklusif.

Plug and Play (a)

Plug and Play Indonesia (PNP Indonesia) adalah bagian dari PNP Tech Center, yakni sebuah akselerator startup global dengan misi membantu pada suksesi dalam teknologi digital. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, fintech, Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. PNP Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

Skystar Ventures (i)

Skystar Ventures didirikan oleh grup Kompas Gramedia (KG) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Keuntungan yang ditawarkan bagi startup yang terpilih mengikuti program ini adalah seed funding, mentoring yang intensif, fasilitas Skystar Ventures yang terdiri atas tempat kerja, serta paparan dengan jaringan Kompas Gramedia dan para investor.

Program ini menyasar startup segmen e-commerce, pendidikan, mobile, sosial, SaaS, media, dan infrastruktur, meskipun mereka tidak menutup kemungkinan bagi startup yang bergerak di segmen lain untuk mendaftarkan diri. Startup tersebut sebaiknya masih berada di tahap awal (early stage) dan sudah memiliki traksi, konsumen, dan pertumbuhan.

Start Surabaya (i)

Didirikan oleh pemerintah kota Surabaya, program ini berbentuk inkubasi untuk perusahaan startup di bidang teknologi. Misinya untuk memberdayakan anak muda di Surabaya agar meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Program ini menjadi salah satu inkubator tingkat kota pertama di Indonesia. Untuk kegiatannya, pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan Kibar dan beberapa mitra lainnya.

Startup Weekend (i)

Konsep Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan open mic, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Acara ini terbuka bagi siapa saja yang tertarik mengembangkan startup. Mulai dari mahasiswa, pengusaha, programer, desainer dan lainnya. Beberapa mentor yang dihadirkan adalah pelaku startup sukses dan managing partner dari perusahaan venture capital. Nantinya ide yang terpilih menjadi pemenang, karena dalam acara tersebut juga akan didadakan kompetisi, akan mendapatkan sesi privat berdiskusi dengan para mentor.

Visio (i)

Visio adalah program inkubator berbasis di Kota Padang. Dimotori oleh Hendriko Firman dan Ogy Winenriandhika, program ini memiliki visi untuk menumbuhkan ekosistem bisnis digital di kawasan Sumatera Barat. Program ini menginkubasi startup selama 3 bulan, hingga startup matang untuk mempresentasikan karyanya di depan investor.

Program Inkubasi BNVLabs Gandeng 8 Startup Mitra (UPDATED)

Program inkubasi Bank Bukopin dan Kibar, BNVLabs, mengumumkan delapan startup mitra yang beberapa di antaranya akan mengikuti mentoring selama tiga bulan. Mereka berpeluang menjadi mitra bisnis bank dalam jangka panjang. Delapan startup tersebut adalah eFishery, 8Villages, Iwak, Riliv, Jojonomic, Reblood, Olride, dan Pasienia.

Selama masa inkubasi, peserta dapat bekerja di coworking space BNVLabs dan menerima berbagai bentuk dukungan dari Bank Bukopin. Bentuk dukungan berupa bantuan jaringan dari mitra-mitra bank.

Dalam sesi mentoring, peserta akan dibantu Agent of Change untuk memperkenalkan kepada mereka mengenai regulasi seputar perbankan yang kemungkinan besar bakal bersentuhan dengan model bisnis mereka. Agent of Change adalah tim khusus yang dipilih dari berbagai divisi Bank Bukopin, bertugas menjembatani dunia perbankan dengan startup mitra agar tetap sinkron.

Sebelum pemilihan startup, tim BNVLabs melakukan roadshow ke beberapa kota di antaranya Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya selama dua bulan.

Bila diperhatikan, startup mitra ini belum terfokus di segmen fintech, menyesuaikan bisnis Bank Bukopin itu sendiri. Mereka bergerak di segmen pertanian, pariwisata, kesehatan dan pendidikan, serta sistem pembayaran.

“Keempat segmen startup ini untuk sementara akan jadi fokus BNVLabs. Kami menilai seluruh startup ini memiliki potensi besar untuk dorong bisnis Bukopin dengan memberikan nilai lebih kepada nasabah kami,” terang Direktur Pengembangan Bisnis dan TI Bank Bukopin Adhi Brahmantya, Kamis (20/7).

CEO Pasienia Fadli Wilihandarwo mengatakan bergabungnya Pasienia sebagai mitra BNVLabs menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk menjaring mitra bisnis yang kuat, sekaligus upaya Pasienia dalam menjalankan startup yang berkesinambungan.

“Mencari mitra adalah hal yang penting untuk dilakukan saat ingin berbisnis startup. Bermitra dengan Bukopin adalah nilai lebih yang bisa kami dapatkan karena banyak peluang yang bisa dilakukan. Tentunya ini juga bernilai dibandingkan hanya memberi suntikan dana saja,” ucapnya.

Pasienia adalah aplikasi yang menghubungkan antar pasien yang tengah menjalankan proses pengobatan. Mereka dapat berbagi informasi terkait penyakit yang diderita berdasarkan pengalaman masing-masing dan menghubungi dokter untuk berkonsultasi. Diklaim saat ini Pasienia sudah menjaring 8 ribu pengguna.

Menurut Fadli, salah satu bentuk kolaborasi dengan Bank Bukopin yang kemungkinan terjadi adalah menghadirkan layanan dompet elektronik. Fitur tersebut selama ini belum ada di dalam aplikasi dan diharapkan akan membantu bisnis Pasienia ke depannya.

Program Akselerator muru-D Singapura Umumkan Pendaftaran Gelombang Ketiga

muru-D Singapura, program akselerator startup global yang didukung Telstra, umumkan pembukaan pendaftaran program untuk gelombang ketiga. muru-D akan memilih sepuluh startup digital untuk berpartisipasi dalam program selama enam bulan, dimulai pada September 2017 mendatang.

Fasilitas yang disiapkan muru-D untuk 10 startup terpilih di antaranya bantuan modal awal sebesar 60 ribu dolar Singapura, akses ke berbagai dukungan bisnis selama enam bulan, fasilitas ruang kerja kolaboratif di pusat distrik bisnis Singapura, perjalanan ke Silicon Valley, hingga kesempatan berkenalan dengan sejumlah mentor pembimbing dan investor kelas dunia serta ahli dari Telstra.

“Komunitas startup di Asia Tenggara terus berkembang dan ketika pemerintah lokal terus meningkatkan investasi di sektor-sektor penting seperti kecerdasan buatan, analisis data, teknologi pengobatan, dan manufaktur dengan teknologi terkini. Maka kami memiliki misi untuk berinvestasi di ekosistem lokal, yang memungkinkan para talenta digital untuk berkembang,” terang Entrepreneur in Residence muru-D Singapura Craig Dixon dalam keterangan resmi.

Sedikit berbeda dari gelombang sebelumnya, muru-D akan mengadopsi instrumen pendanaan terbaru yaitu Simple Agreement for Future Equity (SAFE). Instrumen tersebut dapat memudahkan syarat pengumpulan dana dan memastikan muru-D akan terus menarik talenta digital terbaik. muru-D diklaim sebagai akselerator pertama yang mengadopsi SAFE di Asia Tenggara.

SAFE adalah sistem keuangan dengan ketentuan yang lebih sederhana dan lebih ramah terhadap startup. Sistem ini menyediakan investasi kepada perusahaan yang dikonversi menjadi ekuitas ketika startup telah menyelesaikan program pertamanya, tentunya hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri.

Dixon menilai, lewat perjanjian model baru ini memosisikan struktur pendanaan muru-D sejalan dengan praktik terbaik di dunia. Serta memastikan startup lulusan muru-D bisa mendapatkan penawaran terbaik, sehingga mereka dapat fokus pada pengembangan bisnis berkesinambungan berskala global.

“SAFE notes akan memungkinkan muru-D untuk menarik perhatian, baik itu startup fase awal atau akhir dan kami percaya bahwa program kami akan terus menambahkan nilai untuk mereka.”

Pada gelombang kedua di tahun lalu, tiga startup asal Indonesia berhasil menyelesaikan program pelatihan selama enam bulan setelah melalui proses seleksi ketat oleh muru-D dan Indigo. Adapun ketiga startup tersebut adalah amtiss, Teman Usaha, dan Zelos.

amtiss adalah startup yang membantu perusahaan tambang untuk meningkatkan uptime dan masa ketahanan alat berat lewat standardisasi proses pemeliharaan dan optimasi konsumsi sumber daya. Sedangkan Teman Usaha adalah aplikasi yang memungkinkan UKM lokal untuk membandingkan dan mengajukan pinjaman secara cepat.

Terakhir, Zelos adalah startup perekrutan talenta berbakat generasi millennial lewat konten visual dan tes yang sudah disesuaikan dengan budaya saat ini.

Hingga saat ini, muru-D telah meluluskan 17 startup dari seluruh Asia Tenggara sejak gelombang pertama. Sebanyak delapan startup dari gelombang kedua telah menyelesaikan program, secara keseluruhan telah menambah 12 ribu pelanggan baru dan meningkatkan pendapatan lebih dari 300 ribu dolar Singapura selama prosesnya.

Kegiatan Plug and Play Indonesia Masuki Tahap Seleksi Akhir Penjurian

Setelah melakukan rangkaian acara, termasuk melakukan sosialisasi di beberapa daerah, akhirnya kegiatan Plug and Play (PNP) Indonesia telah memilih 25 startup terbaik. Para startup tersebut nantinya harus mempresentasikan karya terbaiknya di hadapan beberapa pihak, termasuk dari PNP US, PNP APAC dan perwakilan perusahaan pendukung kegiatan PNP Indonesia, dalam hal ini Astra dan BNI.

Sebelumnya dari hasil tur di Jakarta, Tangerang, Bandung dan Bali, PNP Indonesia berhasil menerima ratusan submisi startup, baik dalam negeri maupun startup luar negeri yang hendak melakukan ekspansi ke pasar Indonesia. Dari ratusan startup tersebut telah dilakukan presentasi tahap 50 besar, hingga akhirnya separo dari mereka dieliminasi dan terpilih 25 besar yang ada saat ini.

Tahap seleksi akhir 25 besar ini akan diadakan pada 12 April 2017 mendatang. Dan pengumuman peserta lolos akan disampaikan pada akhir bulan April ini. Startup yang terpilih akan dapat menikmati fasilitas coworking space gratis selama 3 bulan yang bertempat di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan. Di samping itu, Plug and Play juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan penyedia jasa yang diharapkan dapat mendukung operasional sehari-hari mulai dari konsultasi hukum sampai harga khusus untuk pembelian perlengkapan kantor.

Di penghujung program yang dijadwalkan berlangsung selama 3 bulan ini, PNP Indonesia juga akan mengadakan Demo Day guna menjembatani startup lulusannya dengan investor lokal maupun internasional. Tidak kalah penting, startup lulusan PNP Indonesia juga akan memiliki akses ke dalam komunitas teknologi di Silicon Valley Amerika Serikat.

“Salah satu tujuan utama dari accelerator program ini adalah menyiapkan startup terbaik untuk lebih mudah mendapatkan investasi di putaran berikutnya. Kami tidak melihat venture capital sebagai pesaing, melainkan kami saling melengkapi dalam ekosistem ini,” tutur Wesley Harjono selaku President Direktur Plug and Play Indonesia.

Sesuai dengan slogan yang diusung oleh Plug and Play “our passion is to see startup succeed”, PNP Indonesia terus bekerja mempersiapkan berbagai workshop dan sesi mentoring bagi para startup yang akan berpartisipasi selama 3 bulan dalam program akselerator mulai bulan Mei 2017. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 65 mentor dari berbagai bidang dan keahlian yang sudah berkomitmen untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia melalui Plug and Play.

“Dengan dukungan yang menyeluruh seperti ini, diharapkan para startup yang mengikuti akselerator program di Plug and Play Indonesia dapat fokus pada pengembangan dan pemasaran produk mereka,” tutur Direktur Akselerator di Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono.

Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk kegiatan akselerator Plug and Play Indonesia.

Pendaftaran Google Launchpad Accelerator Kembali Dibuka

Google kembali membuka kesempatan untuk startup di Indonesia untuk mengikuti program Launchpad Accelerator. Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup-startup terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Pendaftaran Launchpad Accelerator sudah dibuka mulai hari ini hingga tanggal 27 April 2017.

Program Launchpad Accelerator ini juga disebut akan membantu pemerintah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara. Untuk kelas ke empat ini rencananya akan diselenggarakan di Launcpad Space, sebuah arena Google di San Francisco yang nantinya akan menjadi tempat para developer dan startup bisa mendapatkan pelatihan teknis gratis dan bimbingan individual untuk menyukseskan pembuatan aplikasi startup mereka.

Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Untuk syarat, Google masih mencari startup yang menargetkan pasar lokal untuk solusi atau aplikasi yang diusung di negara masing-masing. Selain itu Google juga masih menjadikan market fit, solusi yang coba dipecahkan, value yang akan diberikan untuk pengguna dan beberapa hal lain sebagai pertimbangan pendaftar untuk lolos dan berhak mengikuti program ini.

Hingga saat ini, Google telah mengirimkan 20 startup Indonesia ke kantor pusatnya di Mountain View, California. Nama-nama seperti iGrow, Mapan, PicMix, Qlue, Jojonomic, Kakatu, HarukaEdu, Setipe, Kerjabilitas, Kurio, eFishery, dan beberapa nama lain menjadi alumni dari kelas-kelas Google Launcpad Accelerator sebelumnya.

Startup Medan Perlu Penekanan pada “Capacity Building”

Minggu lalu, tepatnya pada tanggal 17 dan 18 Februari 2017, pagelaran Clapham Startupfest 2017 diadakan di Kota Medan. Beberapa pemateri keynote dihadirkan dalam acara tersebut untuk memberikan insight tentang pengembangan startup untuk para inovator di ibu kota provinsi Sumatera Utara tersebut. Di sela-sela sesi keynote, tim DailySocial mencoba menggali pendapat pemateri tentang ekosistem startup di Kota Medan.

“Ekosistem startup di Medan saat ini seperti perkembangan startup di Jakarta lima tahun lalu, tapi Medan mempunyai talenta dan jiwa startup yang cukup bagus. (Pesan saya) tingkatkan lagi capacity buliding. Jangan terlalu banyak memfokuskan pada fitur, tapi lebih baik fokus di produk dan market [terlebih dahulu],” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengomentari keadaan startup di Medan saat ini.

Wilson melanjutkan, dari percakapannya dengan beberapa founder startup yang turut hadir dalam acara, kesannya mereka sangat takut idenya disalin oleh pihak lain. Ia menekankan bahwa kecakapan startup akan terukur ketika ide-ide tersebut berhasil diterapkan dengan baik dalam proses eksekusi.

Terkait perkembangan ekosistem startup yang cepat, Managing Director Kejora Ventures Andy Zain memiliki pendapat yang sama. “Terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun lalu, di mana tahun lalu masih banyak startup yang belum fokus dan masih belum matang di Medan.”

Kuncinya pada perubahan pola pikir

Startupfest 2017 berhasil mengumpulkan 20 startup yang siap melakukan pitching di hadapan investor. Setelah diseleksi melalui beberapa tahapan, terdapat 14 startup yang layak memamerkan konsep bisnisnya. Kendati beberapa masih ada yang perlu diperbaiki, dari sisi market fit dan kematangan produk, tak sedikit yang tampak siap untuk diakselerasi dengan pendanaan. Begitu dipaparkan Community & Space Manager Clapham Cindy Lailani selaku penyelenggara acara Startupfest 2017.

Cindy memaparkan bahwa Medan memiliki potensi sebagai pusat pengembangan startup. Sudah ada startup yang berhasil mendapatkan pendanaan, contohnya Otten Coffee. Dari interaksinya dengan startup di sana, Cindy menyimpulkan hal yang sama dengan Willson. Salah satu pola pikir yang harus diubah adalah kemauan untuk membagikan ide yang mereka miliki karena ide yang telah dipilih juga perlu divalidasi. Jangan khawatir dicuri, karena kuncinya pada eksekusi.

Networking juga menjadi salah satu hal yang digarisbawahi. Jika dibandingkan dengan Jakarta atau Bandung, akses para startup ke kanal inkubasi atau pendanaan lebih minim. Acara seperti Startupfest ini perlu menjadi agenda rutin untuk terus menjaga pertumbuhan startup di kota Medan, sekaligus menjadi pembuktian bahwa di luar Jawa pun startup tetap bisa bermanuver dengan baik.


DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2017

Plug and Play Indonesia Buka Program Akselerator Batch Pertama

Sebagai perusahaan rintisan cara startup berkembang berbeda-beda satu sama lain. Masalah modal dan akses pasar sebagai salah satu alasan mendasar kecepatan startup tumbuh dan bekembang. Salah satu program akselerator yang ada di Indonesia adalah Plug and Play Indonesia.

Baru diluncurkan awal bulan ini program program akselerator dari Plug and Play Indonesia akan membantu startup untuk mengkselerasi binsisnya, membantu untuk lebih cepat menemukan pasar dan menaikkan penjualan. Rencananya tahun ini akan diadakan 2 batch dengan masing-masing batch terdiri dari 10 startup.

Accelerator Director Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono bercerita bahwa program akselerator ini akan membantu dan bermanfaat bagi banyak pihak. Pihak pertama yang akan terbantu adalah para startup, dengan program dan workshop yang sudah dirancang Plug and Play Indonesia startup diharapkan bisa lebih bisa mengembangkan produk dan dengan dikenalkannya para peserta akselerator ini dengan mitra korporat dari Plug and Play bisa membantu mereka mendapatkan segmen pasar baru dan kredibilitas.

Untuk mitra korporat, dengan adanya startup-startup ini mereka diharapkan terbantu dari segi inovasi. Sesuatu yang selama ini susah mereka dapatkan karena keterbatasan sumber daya yang mereka miliki. Korporat yang sejauh ini bermitra dengan Plug and Play antara lain Astra, BNI, BTN, dan beberapa lainnya.

Nayoko menjelaskan saat ini untuk batch pertama mereka mencari 10 startup yang setidaknya sudah memiliki produk MVP dan sudah teruji di pelanggan pertama mereka. Dengan masuk ke dalam program akselerator ini diharapkan produk mereka dapat lebih bisa dikembangkan dan dimudahkan untuk masuk ke pasar-pasar.

“Kita sekarang ada lebih dari 50 mentor, ada mentor yang full time dan mentor-mentor yang mengajar dan mengisi kelas-kelas yang akan kita adakan selama program akselerator yang akan kita jalankan,” papar Nayoko.

Selain program mentoring dan pelatihan, para peserta akselerator ini juga dijanjikan investasi sebesar $50.000 hingga $100.000 tergantung berada di mana posisi startup saat ini. Pendaftaran mulai dibuka awal Februari dan akan berakhir di akhir bulan Maret.

Nayoko menjelaskan bahwa untuk kriteria yang mereka cari sebenarnya ada berbagai macam. Ini disesuaikan dengan kebutuhan para mitra korporasi atau yang memiliki prospek. Sektor teknologi finansial dan perdagangan komoditi online menjadi dua sektor yang mereka cari, namun tidak menutup kemungkinan sektor atau jenis layanan lain yang potensial. Untuk pemilihannya sendiri Nayoko menjelaskan Plug and Play juga akan mempertimbangkan rekam jejak pendiri atau tim dalam startup tersebut.

Hadirnya program akselerator ini, dijelaskan Nayoko, berupaya membantu startup untuk lebih cepat mendapatkan akses ke pasar. Ia mengatakan program ini bisa membantu para lulusan inkubator untuk lebih cepat mengakselerasi bisnisnya, dengan meningkatkan penjualan hingga mendapatkan pendanaan baru.

“Di 10 startup ini kita harap kita bisa invest dalam satu tahun itu sekitar $1 juta totalnya. kita ingin startup-startup yang kita invest bisa fundraising dan bisa mendapatkan dana untuk stage berikutnya. Tapi juga yang paling penting juga mereka bisa mendapatkan penjualan atau business development dari korporat (mitra) kita. Membantu mereka menemukan pasar-pasar baru. Itu objective kita untuk bisa membantu startup lebih cepat masuk ke pasar, itu mengapa di sebut akselerator,” imbuh Nayoko.

Pencapaian GnB Accelerator Batch 2 dengan Keragaman Jenis Startup

Setelah sebelumnya menyukseskan batch pertamanya di pertengahan tahun 2016, GnB Accelerator kembali mengumumkan tujuh startup yang berhasil lolos untuk mengikuti agenda akselerasi batch kedua. Kepada DailySocial, SEA Regional Manager Fenox Venture Capital Jeff Quigley sebagai inisiator program akselerasi tersebut mengatakan bahwa yang menjadi pembeda signifikan di batch kedua ini ialah jenis startup yang makin beragam.

Dibanding batch pertama yang mayoritas berupa layanan on-demand, batch kedua menghadirkan startup dengan beragam model bisnis untuk menjawab berbagai permasalahan di tanah air. Mulai dari SaaS, on-demand platform, marketplace, IoT, on-board entertainment platform, direct marketing platform hingga big data analytics.

Tujuh startup yang terpilih untuk program akselerasi ini meliputi Bukapintu, Fitnesia, HaloHola, Paprika, PesanLab, PopLegal, dan TeleCTG. Jeff turut menceritakan beberapa hal yang menjadi kriteria utama dalam perekrutan di batch kedua. Di antaranya startup yang hendak mendaftar harus memastikan dirinya telah berbadan hukum.

GnB Accelerator juga tidak menerima startup yang baru di tahap pencetusan ide. Harus sudah ada produk yang berwujud. Bahkan Jeff mengatakan jika perlu mereka sudah mampu mendefinisikan MVP atau minimal mengeluarkan versi beta.

“Fokus utama dari GnB Accelerator ialah membantu para startup terpilih untuk menemukan product market fit. Selama program ini, kami mengundang mentor dari ekosistem startup untuk berbagi wawasan tentang beragam topik, mulai dari membahas bagaimana melakukan perekrutan hingga strategi ekspansi,” ujar Jeff.

Selain itu Fenox Venture Capital juga berusaha untuk memanfaatkan jaringan bisnisnya di kancah regional dan global untuk membantu setiap startup mampu menjalin kemitraan bisnis dan pengalaman dana di babak berikutnya.

“Kami ingin setiap startup yang lulus dari program ini siap untuk melakukan scale-up dan memberikan dampak di ekosistem startup. Sebagai VC, kami memiliki prioritas untuk memastikan setiap startup memenuhi kriteria untuk penggalangan dana di tahap berikutnya,” lanjut Jeff.

Untuk kegiatan GnB Accelerator tahap ketiga, laman registrasi kini telah dibuka hingga tanggal 30 April mendatang. Di batch ketiga ini kriterianya yang ditekankan pun masih sama, selama startup tersebut di bidang teknologi telah memiliki produk yang matang serta perizinan legal, maka GnB bisa menjadi tempat untuk meningkatkan kematangan startup.

Program GnB Accelerator sendiri merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sebesar $50 ribu (sekitar Rp666 juta), fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

“Kami sangat optimis melihat antusias anak muda Indonesia dalam membangun bisnis startup mereka. Startup yang mereka bangun benar-benar menjadi solusi untuk menjawab berbagai permasalahan yang beragam, khususnya di ibukota. Dengan jaringan global yang kita miliki di lingkungan investor dan perusahaan multinasional, kami yakin mampu menjadikan ketujuh startup tersebut sebagai game changer di Asia Tenggara” ujar Program Manager GnB Accelerator Kentaro Hashimoto.

Indiegogo Siapkan Solusi Jitu untuk Mencegah Proyek Crowdfunding Batal Terealisasikan

Di balik perusahaan-perusahaan sekelas Oculus misalnya, terdapat fakta bahwa mereka lahir dari sebuah proyek di situs crowdfunding. Pebble juga demikian, meski pionir segmen smartwatch tersebut pada dasarnya sudah tiada. Namun di balik kisah-kisah sukses tersebut, tidak sedikit juga cerita pahit yang selama ini membayang-bayangi tren crowdfunding.

Jumlah backer dan total perolehan pendanaan yang fenomenal ternyata bukan jaminan kalau suatu proyek crowdfunding mampu terealisasikan. Baru bulan lalu, beredar kabar bahwa drone unik bernama Lily Camera batal diproduksi dan perusahaannya akan ditutup. Padahal, selama berkampanye di Kickstarter, tim pengembangnya berhasil mengumpulkan sekitar $34 juta dari 60.000 backer.

Beruntung pengembang Lily masih berniat baik dan menawarkan refund kepada semua backer. Konsumen memang sangat kecewa, tapi setidaknya uang mereka bakal kembali. Pun begitu, tidak sedikit juga proyek crowdfunding yang batal dilanjutkan dan tidak menawarkan refund kepada konsumennya.

Sebagai salah satu platform crowdfunding terbesar selain Kickstarter, Indiegogo merasa tergerak untuk menyelesaikan problem yang melanda industri yang digelutinya ini. Mereka pada dasarnya punya rencana supaya para kreator tidak harus mengalami nasib yang sama seperti pengembang Lily Camera.

Menurut Indiegogo, salah satu alasan utama mengapa kreator gagal mewujudkan karyanya adalah mereka tidak punya gambaran jelas mengenai proses produksi dalam skala besar. Ide yang mereka miliki bagus dan menarik, prototipenya juga fungsional, tapi ketika harus memproduksinya hingga ribuan unit, mereka pun kelabakan.

Arrow Electronics berperan untuk memvalidasi suatu proyek crowdfunding berdasarkan mungkin-tidaknya tahap produksi dijalankan / Arrow
Arrow Electronics berperan untuk memvalidasi suatu proyek crowdfunding berdasarkan mungkin-tidaknya tahap produksi dijalankan / Arrow

Untuk itu, ketimbang hanya menjadi penghubung antara kreator dan konsumen, Indiegogo juga ingin menjadi fasilitator. Mereka berniat menghubungkan para kreator dengan sejumlah mitranya yang memiliki koneksi dengan perusahaan perakit di Tiongkok yang siap menerima order dalam skala masif.

Salah satu mitra yang dimaksud adalah Arrow Electronics. Arrow pada dasarnya ditunjuk oleh Indiegogo untuk memeriksa validitas suatu proyek crowdfunding, memastikan bahwa suatu produk dengan semua kompleksitasnya bisa diproduksi dan pada akhirnya dapat dipasarkan ke konsumen.

Mitra lain dari Indiegogo adalah Riverwood Solutions, yang bertugas memberikan arahan kepada para kreator terkait ke mana mereka harus pergi untuk memproduksi karyanya. Dengan bantuan dari mitra-mitra ini, diharapkan para kreator akhirnya bisa memiliki koneksi dengan pihak produsen atau perakit demi mewujudkan ide-ide briliannya.

Sejauh ini, apa yang dilakukan Indiegogo pada dasarnya merupakan salah satu peran dari sebuah accelerator. Ketika sebuah proyek crowdfunding mencapai target pendanaannya, mereka tidak akan tinggal diam begitu saja, terutama dengan para kreator yang hanya sebatas mahasiswa yang tidak punya pengalaman sama sekali di dunia bisnis.

Sumber: Digital Trends.