eFishery Boyong Tim DycodeX ke Perusahaan untuk Perkuat Lini Pengembangan Produk [UPDATED]

eFishery mengumumkan telah melakukan acquihire terhadap tim dari startup IoT DycodeX. Founder Andri Yadi dan timnya kini akan bergabung ke eFishery di Divisi Produk AIoT & Cultivation Intelligence.

Divisi tersebut menjadi kunci di balik pengembangan produk eFeeder, inovasi pemberian pakan otomatis untuk budidaya ikan dan udang. Dengan memanfaatkan teknologi IoT, eFeeder telah membuktikan kemampuannya untuk meningkatkan produktivitas pembudidaya serta petambak dan memungkinkan efisiensi penggunaan pakan hingga 30%, sambil memberikan wawasan berharga kepada pembudidaya dan petambak mengenai perencanaan pakan dan hasil panen.

Angkat Andri jadi VP

Andri Yadi juga diangkat menjadi VP Divisi Produk AIoT & Cultivation Intelligence di eFishery. Timnya akan ditempatkan sesuai dengan keahlian mereka dalam pengembangan perangkat keras IoT, firmware, kecerdasan buatan (AI), platform, dan aplikasi. Dalam struktur tim baru ini, ada rencana ambisius untuk mengembangkan produk AI & IoT dalam 2-3 tahun ke depan.

Rencana ini juga bertujuan untuk meluncurkan lebih dari 10 produk inovatif pada tahun 2024, termasuk perangkat IoT baru dan platformnya, produk berbasis GenAI, serta solusi kecerdasan aquaculture lainnya.

Keputusan strategis acquihiring ini bertujuan untuk memperkuat posisi eFishery di pasar, meningkatkan kemampuan perusahaan, dan mendorong pertumbuhan serta inovasi yang berkelanjutan

“Andri Yadi dan timnya dapat memperkuat dan mempercepat implementasi AI dan IoT dalam ekosistem eFishery, memungkinkan kami untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan di industri akuakultur melalui inovasi teknologi yang terus berkembang. Khususnya dalam bidang AI & IoT, kami berharap bahwa inovasi yang lahir dari kolaborasi ini dapat memberikan solusi yang tepat sasaran untuk keberlanjutan dan pertumbuhan industri akuakultur dan bisnis yang dihadapi oleh para pembudidaya dan petambak,” ujar Co-Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah.

Sekilas DycodeX

Andri Yadi dan tim sebelumnya fokus ke DycodeX, sebuah startup yang didirikan di Bandung sejak tahun 2015. Ada sejumlah produk yang dihasilkan, seperti SMARTernak, Smarterbike, DytraX, dan Smart Gallon — semua layanan ini memanfaatkan kapabilitas AI dan IoT untuk automasi. Jauh sebelum itu,  sejak 2007 Andri juga adalah Founder & CEO Dycode yang lebih fokus ke pengembangan aplikasi mobile.

Startup ini juga telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor dan angel dengan nilai tidak disebutkan. Terkhir mereka membukukan putaran seri A di tahun 2018.

“eFishery secara konsisten telah menemukan penerapan tepat guna untuk teknologi tersebut dalam bidang akuakultur. Saya yakin bahwa dengan bergabungnya kami ke eFishery, perusahaan akan lebih siap untuk pertumbuhan bisnis yang pesat, didukung oleh fondasi teknologi yang kuat. Dalam sinergi ini, baik AI maupun IoT, yang melebur menjadi AIoT, akan menjadi teknologi pendukung utama,” kata Andri Yadi.

Sejak menerima pendanaan seri D dan menjadi unicorn, eFishery terus bergerak lincak menggandakan pertumbuhannya. Akhir tahun lalu mereka juga sudah mantapkan ekspansinya ke India, dengan debut awal menjangkau 1000 hektar kolam dan 3000 metrik ton pakan.

Di Indonesia sendiri, eFishery mengklaim telah membantu lebih dari 200 ribu pembudidaya dan petambak. Adapun produk yang dimiliki juga semakin menyeluruh, mulai dari menyediakan akses terhadap pakan, pendanaan, hingga pasar untuk pembudidaya.

*Update: kami mengubah judul artikel, pihak eFishery mengatakan tidak mengakuisisi DycodeX secara perusahaan, hanya memboyong timnya

Application Information Will Show Up Here

Anak Usaha Bundamedik Akan Ambil Alih Mayoritas Saham Startup Biotech Asa Ren

Anak usaha Bundamedik Healthcare System, PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (IDX: DGNS) berencana mengambil alih sebanyak 97,97% kepemilikan saham milik Asa Ren Pte Ltd, pemilik PT Asa Ren Global Nusantara, melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD I).

Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, pengambilalihan saham ini akan dilakukan dalam bentuk inbreng dengan penyetoran 612.900 lembar saham Ordinary Shares serta 2.921.176 lembar saham Preferred Shares atau mewakili 88,17% yang dimiliki Pemegang Saham Asa Ren.

Diagnos akan melakukan PMHMETD I dengan menerbitkan saham baru sebanyak 921.000.000. Dari aksi tersebut, perseroan akan mendapatkan sebesar $24,1 juta atau setara Rp357,89 miliar. Harga pelaksanaannya sebesar Rp505 per saham baru.

Saat ini, kepemilikan saham Diagnos dikuasai oleh PT Bundamedik Tbk (IDX: BMHS) sebesar 41,2% saham dan PT Bunda Investama Indonesia sebesar 38,8%. Melalui pengalihan HMETD dari kedua pemegang saham utama ini, Diagnos akan mendapat sebanyak 88,17% saham Asa Ren.

“Perseroan akan melakukan akuisisi atas 3.534.076 saham atau setara dengan 88,17% saham Asa Ren dari Pemegang Saham Asa Ren dengan nilai transaksi sebesar $21,69 juta, yang mana saham Asa Ren akan diperhitungkan sebagai penyetoran modal oleh perseroan dalam bentuk lain selain uang (inbreng) sehubungan dengan Rencana PMDHMETD I,” demikian pernyataan manajemen,

Sebagai informasi, Diagnos adalah perusahaan pemilik jaringan laboratorium klinis, laboratorium homecare, hingga laboratorium genomik. Dalam kaitannya dengan Asa Ren, Diagnos beberapa kali terlibat dalam pendanaan startup pengembang data DNA tersebut.

Pada Januari 2023, Diagnos berinvestasi di Asa Ren melalui penyertaan saham seri A sebanyak 58,65% senilai $300 ribu atau setara Rp4,5 miliar. Selain Diagnos, beberapa investor lain yang terlibat dalam pendanaan Asa Ren adalah Kejora Capital, Northstar Ventures, dan Marcy Venture Partners.

Asa Ren mengklaim sebagai startup pengembang data DNA pertama di Indonesia. Didirikan pada 2016, Asa Ren memanfaatkan teknologi AI untuk menghadirkan laporan analitik dari tes DNA, mulai dari kesehatan, ancestry, hingga 360 Report.

Pengembangan genomik Bundamedik

Bundamedik diketahui tengah gencar mendorong pengembangan inovasi kesehatan dengan pendekatan bioteknologi dan genomik. Komisaris Utama Bundamedik dr. Ivan Rizal Sini sebelumnya menyatakan bahwa kecepatan diagnosis perlu diperbaiki mengingat industri kesehatan adalah rantai layanan yang panjang.

Rantai ini mencakup aspek edukasi, screening, deteksi dini, pengobatan kuratif, dan pengobatan paliatif. Sementara, kebanyakan RS di Indonesia lebih fokus pada pengobatan kuratif dan paliatif. Maka itu, produk bioteknologi dan genomik dinilai mampu memberikan layanan kesehatan yang dipersonalisasi kepada pasien.

We cannot tell what’s actually their needs. Orang tidak tahu apa yang sebetulnya diperlukan untuk membuat new demand. Saat ini, the gap is just too big for us to decide [sejauh mana kita menyelesaikan isu ini], baru sampai di sini saja. Penyakit ada banyak, belum bicara edukasi, proses pelayanan di RS, dan kecepatan diagnosis yang perlu ditingkatkan,” tutur dr. Ivan kepada DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Startup bioteknologi memang tengah berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, diikuti dengan tingginya minat pemangku kepentingan terkait untuk berinvestasi di bidang baru ini.

Dalam pengembangannya, Bundamedik terlibat dalam pendanaan dan pengembangan startup bioteknologi Asa Ren dan Nalagenetics. Sementara, Moosa Genetics adalah startup genomik untuk hewan yang didirikan (co-founded) oleh dr. Ivan Rizal Sini.

Asa Ren tak hanya menawarkan produk kepada konsumen, tetapi juga mengembangkan platform bioinformatika yang menggabungkan data kesehatan dan data DNA secara komprehensif melalui kolaborasi dengan ekosistem profesional medis. Sementara, Nalagenetics fokus terhadap pemberian rekomendasi untuk obat-obatan yang lebih terpersonalisasi melalui tes DNA.

Saat ini, Bundamedik tengah fokus mengintegrasikan channeling platform OneBunda ke ekosistem lainnya, termasuk jaringan RS dan laboratorium. Integrasi ini memungkinkan Bundamedik untuk membuka akses satu pintu terhadap pasien-pasien yang memiliki customer journey berbeda.

Application Information Will Show Up Here

Induk Danacita Akuisisi Startup Edtech Doyobi

ErudiFi, induk startup fintech lending yang fokus ke pembiayaan pendidikan Danacita, mengumumkan akuisisinya terhadap platform edutech Doyobi. Tidak disebutkan besaran nilai akuisisi yang digelontorkan. Diketahui, baik ErudiFi dan Doyobi adalah portofolio Monk’s Hill Ventures.

Berbasis di Singapura, Doyobi dikenal dengan produk edukasi berbasis gamifikasi yang ditujukan untuk anak usia 8-16 tahun. Pembelajar di dalamnya berupa aneka kompetensi abad ke-21, literasi, dan bahasa Inggris. Startup ini juga sempat menjadi salah satu pemenang MIT Solve Octava Social Innovation Challenge.

Kelas virtual interaktif yang dijajakan Doyobi / Doyobi
Kelas virtual interaktif yang dijajakan Doyobi / Doyobi

“John dan Penny [founder Doyobi] telah mendedikasikan beberapa tahun terakhir di Doyobi untuk menciptakan produk yang disukai pelanggan mereka—sebuah alat peningkatan keterampilan yang membantu penguasaan siswa terhadap keterampilan penting abad ke-21,” ujar ujar Co-Founder & CEO ErudiFi Naga Tan.

Ia melanjutkan, “Kami sangat senang menyambut mereka ke dalam tim ErudiFi saat kami berupaya untuk mencapainya memperdalam kemitraan sekolah kami dan menjembatani kesenjangan pendidikan-ke-pekerjaan bagi siswa peminjam kami. Keahlian mereka akan berperan penting dalam memajukan misi kami untuk memperluas akses terhadap pendidikan di wilayah ini dan mewujudkan tujuan jangka panjang kami dalam mendorong dampak antargenerasi.”

Sementara itu Co-Founder Doyobi John Tan menyampaikan, “Misi kami di Doyobi adalah menciptakan pengalaman pendidikan yang menarik dan berdampak bagi anak-anak. Bergabung dengan ErudiFi akan memungkinkan kami meningkatkan misi ini dengan menghubungkan penguasaan keterampilan penting abad ke-21 dengan kesiapan karier, memastikan bahwa setiap orang memiliki peluang untuk berkembang bersama akses yang tepat terhadap pendidikan.”

Selain Danacita, ErudiFi juga mengoperasikan platform fintech Bukas di Filipina. Dalam proses kerjanya, ErudiFi bekerja sama dengan universitas dan sekolah kejuruan untuk menawarkan paket cicilan biaya sekolah kepada siswa dan orang tua. Mengutip situsnya, Danacita telah melayani lebih dari 27 ribu pengguna, bekerja sama dengan 148 institusi pendidikan, dan menyalurkan dana lebih dari 404 miliar Rupiah.

Selain Naga, ErudiFi turut didirikan Ketty Lie dan Susli Lie. Namun per akhir 2020, Susli sudah tidak aktif lain menjadi founder dan beralih fokus ke VC dengan mendirikan Moonshot Ventures yang berfokus pada impact fund. Bersamaan itu, ia juga kini menjabat sebagai Partner di Monk’s Hill Ventures.

ErudiFi terakhir mengumumkan pendanaan seri A pada awal 2021. Putaran yang dipimpin oleh Monk’s Hill Ventures dan Qualgro ini membukukan nilai investasi $5 juta. Startup yang tergabung dalam program akselerator Y Combinator (W18) ini sempat membukukan pendanaan awal dari sejumlah investor, termasuk Monk’s Hill Ventures, Intudo Ventures, Y Combinator, Convergence Ventures, Patamar Capital, dan beberapa lainnya. Mereka debut tahun 2017 di Indonesia, baru mulai menjelajah pasar Filipina pada April 2019.

Di Indonesia ada beberapa startup pembiayaan untuk pendidikan. Selain Danacita, ada DANAdidik, Pintek, KoinWorks, JULO, dan EiduPay.

Application Information Will Show Up Here

Platform Jual-Beli Emas Tamasia Kini Jadi Bagian dari BPRS Attaqwa

Platform jual-beli emas Tamasia kini menjadi bagian dari PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Attaqwa atau BPRS Attaqwa, setelah tahun lalu sempat mengumumkan pivot menjadi pedagang emas fisik.

Dalam keterangan resminya, BPRS Attaqwa menyebut produk Tamasia akan menjadi Tabungan Emas Berencana Indonesia. Pengguna diminta untuk segera memperbarui aplikasinya dengan versi teranyar.

Dikatakan juga, BPRS Attaqwa berfokus pada inovasi lewat produk Tabungan Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, payment point online bank (PPOB), pembiayaan model kerja proyek, multiguna dan konsumtif.

“Menjadi bagian produk dari Bank Syariah Attaqwa merupakan komitmen Tamasia untuk berbenah menjadi lebih baik. Tujuannya agar semua pelanggan Tamasia dapat memperoleh kemudahan dalam bertransaksi dan kenyamanan ke berbagai macam layanan dan di masa mendatang,” tulisnya.

Sebagai informasi, BPRS Attaqwa adalah lembaga keuangan syariah yang berdiri sejak 1994, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Tampilan pembaruan aplikasi Tamasia / Tamasia

Namun, tidak disebutkan lebih lanjut apakah penggabungan produk ini berarti PT. Tamasia Global Sharia, entitas yang menaungi Tamasia, turut diakuisisi atau tidak. DailySocial.id sempat mencoba mengonfirmasi hal ini ke CEO Tamasia Dendy Dwi Putra, tetapi belum ada respons hingga artikel ini dimuat.

Sempat umumkan pivot

Sekadar informasi, Tamasia dikenal sebagai platform jual-beli emas digital yang beroperasi sejak 2017. Namun, Tamasia sempat ramai dikeluhkan sejumlah pengguna, dan OJK menyebutkan tahun lalu bahwa kegiatan usahanya dihentikan sejak Oktober 2018.

Pada awal 2023, Tamasia mengumumkan pivot bisnis menjadi pedagang emas fisik dikarenakan tidak memiliki izin dari BAPPEBTI sebagai pedagang emas digital. Dengan model bisnis baru tersebut, Tamasia mengatakan akan melakukan pembelian logam mulia/tamagold/emas fisik secara online dan akan dikirimkan ke pelanggan usai transaksi pembelian.

Kegiatan usaha perdagangan fisik emas digital telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No 119/2018 tentang Kebijakan Umum Perdagangan Pasar Fisik Emas Digital di Bursa Berjangka serta Peraturan BAPPEBTI No 4/2019 sebagaimana diubah dengan Peraturan BAPPEBTI No 13/2019 Tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Emas Digital di Bursa Berjangka.

Dalam aturan tersebut, BAPPEBTI memberikan persetujuan kepada pedagang fisik emas digital untuk melaksanakan kegiatan usaha selama memenuhi persyaratan terkait, seperti permodalan, penyimpanan emas, dan pencatatan. Berdasarkan data BAPPEBTI, saat ini hanya ada lima pedagang emas digital yang terdaftar antara lain Indogold, Treasury, LakuEmas, Pluang, dan Sakumas.

Application Information Will Show Up Here

Indosat Caplok Pelanggan MNC Play, Operator Kejar Sumber Pendapatan Baru di FTTH

Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) baru saja menyelesaikan akuisisi terhadap 300 ribu aset pelanggan milik PT MNC Kabel Mediacom (MNC Play). Pihaknya memastikan transisi penyediaan layanan internet MNC Play kepada Indosat, termasuk kontrak berlangganan dan data pelanggan, telah resmi berpindah ke Indosat.

“Dengan pengambilalihan pelanggan MNC Play, Indosat berharap dapat meningkatkan pendapatan dari bisnis Fiber-to-the-Home (FTTH) yang merupakan bagian dari segmen Multimedia, Data Communications, and Internet (MIDI). Per sembilan bulan 2023, segmen ini berkontribusi sekitar ~12.1% dari total pendapatan Indosat,” tulis SVP Head of Corporate Communications Indosat Steve Saerang dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Steve mengatakan bisnis FMC menjadi peluang pertumbuhan sektor telekomunikasi di masa depan. Langkah pengambilalihan ini bertujuan memperkuat penetrasi Indosat di lini bisnis FTTH. Apalagi, kombinasi layanan IPTV milik MNC Play akan memperkuat posisi Indosat dalam menawarkan layanan broadband. 

Menurut Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo sempat mengungkap bahwa terdapat dua transaksi yang disepakati pada akuisisi ini. Pertama, Indosat Ooredoo mengakuisisi pelanggan MNC Play untuk jaringan berbasis fiber optik. Transaksi kedua adalah akuisisi jaringan Fiber-to-the-Home (FTTH) milik MNC Play oleh Asianet (Lightstorm Group Company). Sementara, pelanggan IPTV masih berada dalam naungan MNC Play.

Indosat akan meningkatkan kapasitas Fiber-to-the-home (FTTH) melalui brand Indosat HiFi. Sementara, Asianet yang mengelola jaringan milik MNC Play, juga otomatis akan memiliki jaringan fiber lebih dari 15.000 kilometer dan lebih dari 1,5 juta home pass di sepuluh kota di Indonesia.

Pihaknya juga mengklaim bahwa akuisisi tersebut menjadikan Indosat sebagai salah satu operator FTTH dengan teknologi netral di Indonesia, dengan menggandeng Asianet sebagai mitra infrastrukturnya.

“Kami memastikan transisi yang mulus dan tetap memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh pelanggan. Tim, mitra bisnis, dan klien kami berjalan beriringan bersama MNC Play dan menawarkan layanan konten video terbaik, baik lokal maupun internasional kepada pelanggan IPTV di Indonesia,” tutur Presiden Direktur MNC Play Ade Tjendra dalam siaran resminya.

Genjot FMC dengan strategi anorganik

Kompetitornya, Telkomsel dan XL Axiata telah lebih dulu melakukan aksi korporasi serupa dengan strategi anorganik demi menggenjot bisnis FMC. Aksi ini menjadi babak selanjutnya untuk mengantisipasi persaingan Fixed-Mobile Convergence (FMC) di Indonesia.

XL Axiata mengakuisisi LinkNet yang tadinya dikuasai oleh taipan Grup Lippo. Layanan broadband berbasis fiber optic milik XL saat ini terdiri dari XL Home dan XL Satu Fiber (FMC). Per November 2023, XL menyebut penetrasi layanan FMC-nya telah menjangkau 69% di Indonesia.

Sementara, Telkomsel melebur dengan IndiHome yang awalnya adalah unit bisnis broadband Telkom. Peleburan ini menghasilkan Telkomsel One sebagai wajah baru layanan FMC. Perlu dicatat, migrasi IndiHome mencakup layanan internet, voice bundling, IPTV, OTT, dan layanan digital.

Seperti diketahui, industri telekomunikasi telah mengalami kondisi saturasi, di mana tingginya penetrasi mobile menyulitkan operator untuk mengakuisisi pengguna baru dan menggenjot ARPU. Jumlah pengguna seluler di Indonesia tercatat telah melampaui angka 340 juta.

Menurut analisis firma konsultan Oliver Wyman, konvergensi antara jaringan mobile dan fixed broadband dapat menjadi cara baru operator untuk mendongkrak ARPU, menekan tingkat churn rate, dan memaksimalkan tingkat retensi pelanggan.

Laporan Mason Research di 2021 mencatat penetrasi fixed broadband di Indonesia baru mencapai 14%, terendah dari negara-negara Asia Tenggara, seperti Singapura (87%), Malaysia (40%), dan Filipina (36%).

Application Information Will Show Up Here

Toge Productions Akuisisi Pengembang Gim Indie Mojiken Studio

Startup pengembang dan penerbit gim lokal Toge Productions resmi mengakuisisi pemain sejenisnya berasal dari Surabaya bernama Mojiken Studio. Setelah aksi ini, Mojiken akan tetap menggunakan brand utamanya.

Dalam pernyataannya pihak Toge menyampaikan, setelah bertahun-tahun bekerja sama, Mojiken Studio telah diakuisisi dan resmi menjadi bagian dari Toge Productions. “Kini tim telah berkembang lebih besar dan kami siap menciptakan lebih banyak game untuk dihadirkan ke dunia,” tulisnya.

Pihak Mojiken juga menambahkan, “Perjalanan kami sebagai pengembang dan penerbit dibangun atas dasar rasa saling percaya, nilai-nilai bersama, dan kerja tim yang dinamis. Ayo buat game lebih banyak lagi,” tulisnya.

Kedua perusahaan sebelumnya berkolaborasi dalam penerbitan gim: She and the Light Bearer (2019), When the Past Was Around (2020), dan A Space for the Unbound (2023). Seluruh gim ini dijajakan melalui Steam.

A Space for The Unbound masuk dalam nominasi ajang penghargaan gim terbesar, yakni The Game Awards 2023. Gim ini masuk dalam kategori Game for Impact, yakni gim dengan nilai-nilai khusus kepada banyak orang.

Sebelum mengakuisisi seluruh saham Mojiken, pada 2017, Toge sebetulnya sudah menjadi investor minoritas di Mojiken dan Gamechanger Studio (asal Tangerang). Tidak disebutkan transaksi untuk kedua perusahaan tersebut.

Akuisisi pertama Toge adalah Tahoe Games berasal dari Kediri dengan nilai Rp4 miliar. Tahoe tetap menggunakan brand-nya walau sudah diakuisisi penuh. Game studio ini terkenal dengan game buatannya Rising Hell (2019).

Proptech Asal Australia Digital Classifieds Group Akuisisi Lamudi Indonesia dan Filipina

Digital Classifieds Group (DCG), pengembang platform classifieds marketplace berbasis di Melbourne, Australia mengumumkan akuisisinya atas aset milik Dubizzle (sebelumnya bernama EMPG – Emerging Markets Property Group) di Indonesia dan Filipina, yakni Lamudi.co.id dan Lamudi.com.ph. Aksi korporasi ini disinyalir dilakukan sebagai upaya ekspansi agresif perusahaan menjelang rencana go-public di ASX.

Lamudi didirikan pada tahun 2013. Kemudian Lamudi diakuisisi Dubizzle pada tahun 2020, kala itu pengambilalihan mencakup platform yang beroperasi di Indonesia, Filipina, dan Meksiko.

Akuisisi bisnis Dubizzle oleh DCG sebenarnya sudah dimulai sejak awal tahun ini. Pada Januari kemarin, bisnis Bproperty terlebih dulu diakuisisi DCG untuk seriusi pasar Bangladesh.

“Lamudi telah menciptakan klasifikasi dominan dan platform transaksi properti di dua pasar paling menarik di Asia: Indonesia dan Filipina. Visi kami adalah membangun grup classifieds terkemuka di Asia Tenggara, sebuah wilayah dengan peluang luar biasa, dan akuisisi ini adalah pemicu untuk mewujudkan visi ini. Saya sangat bersemangat untuk memasuki pasar-pasar ini dan menyambut tim Lamudi ke keluarga DCG,” ujar CEO DCG Group Mathew Care.

Dalam dua tahun terakhir, bisnis Lamudi Indonesia diklaim bertumbuh dari 200 hingga 900 karyawan. Lamudi juga memiliki lebih dari 30 ribu jaringan agen, dipercaya lebih dari 400 pengembang, dan bermitra dengan 10 perbankan nasional.

Sebelumnya, pada awal tahun 2022, Lamudi.co.id mengumumkan akuisisi bisnis properti OLX Indonesia. Seluruh aset yang ada di kanal properti OLX Indonesia sepenuhnya dikelola Lamudi.co.id, sebagai strategi untuk mendominasi pasar proptech di wilayah tersebut.

Layanan yang disuguhkan Lamudi Indonesia / Lamudi
Layanan yang disuguhkan Lamudi Indonesia / Lamudi

Sementara itu, pada akhir 2022 lalu DCG baru membukukan pendanaan dari Tanncam Investment Pte. Ltd., perusahaan private equity dan venture capital asal Singapura. Dalam rilis resminya, CEO DCG Group Mathew Care mengatakan bahwa investasi ini datang di saat yang tepat, di tengah kembalinya pertumbuhan pesat bisnis proptech setelah pandemi.

Persaingan proptech di Asia Tenggara

Di kancah regional, sejumlah grup mendominasi pangsa pasar platform listing properti. Persaingan juga semakin mengerucut ketika PropertyGuru diakuisisi REA Group sejak 2016. Tahun 2019 bahkan REA Group bentuk perusahaan patungan bersama 99.co untuk bersama-sama mengoperasikan bisnis iProperty.

Grup Perusahaan Unit Bisnis Investor
99.co · Singapura: 99.co, SRX.com.sg, iProperty.com.sg

· Indonesia: 99.co/id, Rumah123.com

East Ventures, Sequoia, 500 Startups, Quest Ventures, Golden Gate Ventures, Mindowkrs, Allianz
Digital Classifieds Group · Kamboja: realestate.com.kh, Fazwaz

· Papua Nugini: hausples.com.pg, marketmeri.com

· Laos: yula.la, lanloa.la

· Fiji: property.com.fj

· Bangladesh: Bproperty

Belt Road Capital Management, Tanncam Investment, dan sejumlah investor yang tidak disebutkan ke publik
REA Group (PropertyGuru) · Singapura: PropertyGuru, CommercialGuru, Sendhelper

· Malaysia: PropertyGuru, iProperty

· Vietnam: Datdongsan, Dothi

· Thailand: DDProperty, Thinkofliving

· Indonesia: Rumah.com (tahun ini unit ini akan segera ditutup)

· REA Group juga mengoperasikan sejumlah platform di Australia dan Amerika Utara

IPO dengan kapitalisasi pasar: AUD20,91 miliar

Di sisi lain para startup Indonesia yang bermain di proptech mengambil pendekatan yang lebih hyperlocal, mereka mencoba menyuguhkan platform digital yang lebih spesifik. Baru-baru ini AMODA baru mendapatkan pendanaan awal dari East Ventures dan Living Lab Ventures, untuk mengembangkan layanan SaaS untuk memonitor proses konstruksi. Ada juga Ringkas yang menghadirkan layanan digital guna memfasilitasi kredit hunian (KPR).

Ditinjau dari trafik layanan, Pinhome menjadi salah satu startup lokal yang cukup moncer di area ini. Selain listing terkurasi, mereka juga menyajikan layanan penyewaan, KPR, keagenan, dan modal usaha untuk developer.

Peringkat situs proptech di SimilarWeb Indonesia / SimilarWeb
Peringkat situs proptech di SimilarWeb Indonesia / SimilarWeb

Menurut laporan Mordor Intelligence, Pasar properti Indonesia diperkirakan akan tumbuh dari $61,22 miliar di 2023 menjadi $81,24 miliar di 2028, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 5,82% (2023-2028). Dukungan proyek perumahan rakyat yang didukung pemerintah, investor asing, dan lembaga seperti Bank Dunia diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan pasar real estat di Indonesia selama periode tersebut.

Meskipun menghadapi tantangan seperti dampak ekonomi pasca-pandemi, perekonomian yang tumbuh stabil dan program seperti ‘Satu Juta Rumah’ mendukung pertumbuhan sektor properti di Indonesia. Tingginya permintaan akan properti karena pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi tinggi membuat pasar properti Indonesia menjadi salah satu sektor terkuat di wilayah regional.

IDN Media Kembali Lakukan Akuisisi, Kali Ini Caplok Boss Creator

IDN Media kembali melakukan akuisisi demi memperluas lini bisnisnya. Kali ini mereka mencaplok “Boss Creator”, sebuah promotor musik dan festival asal Indonesia. Aksi korporasi ini menjadi langkah strategis untuk memperdalam ekosistem hiburan IDN Media dan juga memberikan pengalaman  yang lebih lengkap kepada audiens.

“Bersama dengan pendiri serta seluruh tim Boss Creator, kami yakin bahwa kolaborasi bersama untuk menciptakan sebuah perusahaan musik dan festival masa depan akan tercapai. Untuk anak muda Indonesia, untuk masa depan Indonesia,” sambut Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo.

Didirikan oleh Kiki Ucup, Riandika Winandatama, dan Adi Praja, Boss Creator telah menjelma menjadi salah satu ikon di dunia hiburan Indonesia. Salah satu karya mereka adalah festival ‘Pestapora’.

Di tengah perkembangan dinamis yang terus berlangsung, dunia hiburan Indonesia saat ini sedang mengalami fase awal dari kebangkitan karya-karya kreatif pasca pandemi. Setelah menghadapi berbagai tantangan besar akibat situasi global, para pelaku di industri hiburan Indonesia kini mulai menunjukkan semangat dan tekad untuk menciptakan karya yang lebih unggul dari sebelumnya.

Fenomena ini tidak hanya menggembirakan para penggemar seni dan hiburan di dalam negeri, tetapi juga menjadi pertanda positif bahwa semangat kreativitas tidak pernah padam dalam segala kondisi.

“Langkah ini sangat penting bagi kami dalam mendorong perkembangan industri musik dan hiburan di Indonesia. Kami yakin bahwa bisnis hiburan, terutama di bidang musik dan festival, memiliki potensi sangat besar,” ujar Kiki Ucup.

Ia melanjutkan, “Harapan kami adalah menciptakan era baru hiburan di Indonesia dengan konten yang lebih kreatif, inspiratif, dan kolaboratif dengan unit bisnis lain di dalam ekosistem IDN Media. Ini barulah awal dari perjalanan kami.”

Strategi M&A IDN Media

Pertengahan tahun 2022 lalu, IDN Media baru mengumumkan perolehan pendanaan seri D dipimpin Mayapada Group dan KMIF dengan dukungan East Ventures, OCBC NISP Ventura, dan sejumlah investor lain. Dana segar ini tidak hanya akan membantu IDN Media untuk meningkatkan jumlah penggunanya melalui strategi superapp dan ekosistem, tetapi juga untuk mengembangkan teknologi, memperkuat tim, serta menjalankan berbagai akuisisi.

Sebagai bagian dari agenda perluasan bisnis, IDN Media telah melakukan sejumlah akuisisi. Berikut daftar akuisisi IDN Media yang diumumkan ke publik:

Periode Perusahaan Bidang
Agustus 2023 Saweria Pengembang platform kreator dan influencer
Mei 2022 Demi Istri Production Rumah produksi film/perusahaan film independen
Juli 2019 GGWP.id Media esports lokal

Selain akuisisi, IDN Media juga sempat terlibat dalam putaran investasi dua startup, berikut daftarnya:

Periode Perusahaan Tahap Pendanaan
September 2022 UENA Pendanaan Awal (bersama East Ventures dan sejumlah angel investor)
April 2018 Cetaku Pendanaan Awal

Kinerja IDN Media

Mengutip data VentureCap seperti diterbitkan Techinasia, sepanjang tahun 2022 IDN Media berhasil membukukan pendapatan Rp374 miliar, meningkat 38,6% yoy. Dari jumlah tersebut, perusahaan berhasil meraup laba Rp4 miliar, melanjutkan tren profitabel selama lima tahun berturut-turut. Kendati demikian, capaian profit ini menyusut 15,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan ekosistem bisnis online media yang dimiliki, IDN Media memiliki sekitar 80 juta pengguna aktif bulanan. Di lini digital media, mereka mengoperasikan 7 unit platform mulai dari IDN Times, Popbela, Popmama, GGWP, Duniaku, Fortune Indonesia, dan Yummy. Bisnis ini juga diperluas dengan platform creator economy, live streaming, hiburan, komersial, dan riset.

Application Information Will Show Up Here

Startup Open Finance Brick Akuisisi Perusahaan Remitansi Lokal

Brick, bersama dengan mitra strategisnya di Indonesia (tidak disebutkan), telah mengakuisisi saham mayoritas di PT Eastern Transglobal Remittance, pemilik lisensi Penyelenggara Jasa Pembayaran (PJP) Kategori 3 untuk layanan pengiriman uang dari Bank Indonesia. Setelah akuisisi ini, Brick akan meluncurkan tiga produk pembayaran bisnis untuk mendukung transaksi yang lebih efisien dan manajemen arus kas.

Sebelumnya, pada Maret 2023 lalu kompetitornya yakni Brankas, juga baru saja mendapatkan lisensi PJP 3 dari Bank Indonesia untuk meningkatkan produk pembayaran bisnis yang dimiliki.

Co-Founder & CEO Brick Gavin Tan mengatakan bahwa akuisisi ini merupakan langkah strategis perusahaan untuk menyediakan solusi pembayaran bisnis yang lebih inovatif.  “Kami akan memanfaatkan keunggulan dalam bidang teknologi dan infrastruktur pembayaran untuk memberikan pengalaman bertransaksi yang lebih mudah, cepat, dan terjangkau bagi para pelaku bisnis di Indonesia melalui teknologi.”

Saat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat, manajemen keuangan sering kali menjadi beban utama bagi pemilik bisnis yang ingin mentransformasi operasi mereka. Tantangan seperti proses administrasi yang berbelit-belit dan arus kas yang tidak menentu tak jarang menghambat kinerja dan membatasi ruang gerak untuk berinovasi.

“Kami ingin membantu mereka yang sering terbebani dengan administrasi keuangan yang berbelit belit untuk lebih fokus mengembangkan bisnis mereka dan mencapai aspirasi sebagai kekuatan ekonomi di masa depan. Hingga saat ini, Brick telah membantu bisnis di Indonesia memproses pembayaran sekitar $200 juta per tahun, dan kami berharap dapat meningkatkan jumlah ini secara eksponensial di tahun-tahun mendatang,” ujar Gavin.

Tiga produk tersebut di atas yang akan segera diluncurkan Brick adalah:

  • BrickPay; membantu proses pengiriman uang ke banyak tujuan sekaligus dengan satu klik.
  • BrickFlex; fasilitas paylater yang fleksibel, didukung oleh mitra berlisensi, yang memungkinkan pemilik bisnis untuk mempercepat pertumbuhan bisnis tanpa harus  khawatir tentang ketidakstabilan arus kas.
  • Brick Financial API; Application Programming Interfaces yang memungkinkan bisnis yang didukung teknologi untuk mengintegrasikan BrickPay ke dalam sistem dan proses bisnis mereka yang sudah ada dengan mulus.

Pengembangan inovasi di Brick tidak hanya berfokus pada pengintegrasian produk keuangan dalam satu ekosistem, tetapi juga memastikan bahwa pengalaman mengelola keuangan secara keseluruhan adalah pengalaman yang menenangkan dengan jaminan layanan yang terjangkau, stabil, dan memiliki keamanan yang tinggi.

Akuisisi lisensi PJP 3 ini menunjukkan komitmen Brick yang berkelanjutan terhadap kepatuhan dan komitmen untuk bekerja sama dengan regulator dalam meluncurkan produk-produk inovatif. Pada tahun 2022, PT Brick Teknologi Indonesia (juga dikenal sebagai BOIVA) berhasil tercatat dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam klaster Inovasi Keuangan Digital (IKD) untuk mendorong inklusi keuangan.

Sejak didirikan tahun 2020, Brick telah mendapatkan dukungan dari sejumlah investor dalam dua putaran investasi. Berikut detailnya:

Putaran Nilai Investor
Pre-Seed Undisclosed VC: Better Tomorrow Ventures, Prasetia Dwidharma, 1982 Ventures, Antler, Rally Cap Ventures.

Angel: Shefali Roy (TrueLayer), Kunal Shah (Cred), Reynold Wijaya (Modalku), Quek Siu Rui (Carousell), dan pendiri Nium, Xfers, Aspire, BukuWarung, ZenRooms, CareemPay.

Seed Undisclosed VC: Flourish Ventures, Antler, Trihill Capital, Better Tomorrow Ventures, dan Rally Cap Ventures

Angel: Sima Gandhi (Plaid, Creative Juice), Yan Wu (Bond), Brian Ma (Divvy Homes), Ooi Hsu Ken (Iterative), Amrish Rau (Pine Labs) dan Andrea Baronchelli (Aspire)

Industri Open Finance sendiri relatif masih baru dan bertumbuh di Indonesia. Dari sedikit pemain yang ada, Finantier justru dikabarkan segera menutup oeprasinya dalam waktu dekat. Sementara Brick terus memperdalam ke solusi pembayaran, dan Brankas meningkatkan cakupan ekspansinya ke wilayah regional.

Startup Pengembang Drone Pertanian Avirtech Diakuisisi Perusahaan Serupa Asal Jepang

Terra Drone Corporation, startup pengembang teknologi drone dan Urban Air Mobility (UAM) asal Jepang, mengumumkan akuisisi terhadap Avirtech, startup sejenis yang berfokus untuk keperluan pertanian di Asia Tenggara yang berbasis di Singapura.

Dalam tindak lanjut aksi korporasi ini, Terra Drone membentuk anak usaha Terra Drone Agri di Malaysia dan Indonesia dengan merek Terra Agri. Baik Terra Drone dan Avirtech memiliki cakupan bisnis di Asia Tenggara. Avirtech beroperasi di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Berdasarkan keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (21/9), semua pemangku kepentingan mengakui manfaat teknologi drone karena semakin banyak petani di seluruh dunia yang mengakuinya. Lantaran drone dapat meningkatkan keberlanjutan dengan penyemprotan pestisida yang efisien dan mengurangi jejak karbon.

Mengutip dari hasil riset yang diungkap oleh Drone Industry Insights, Terra Drone diakui sebagai salah satu penyedia layanan drone terkemuka di dunia. Terdapat lebih dari 3.000 proyek survei dan inspeksi yang berhasil diselesaikan di 10 negara. Anak usaha Terra Drone, Unifly, telah menciptakan solusi Unmanned Traffic Management (UTM) yang paling banyak digunakan di Amerika Utara, Eropa, dan Timur Tengah.

Selain Avirtech, di Indonesia sebenarnya ada sejumlah startup dengan solusi serupa, salah satunya ARIA.

Kembangkan drone penyemprot pestisida

Avirtech itu sendiri menyediakan sistem kecerdasan tanaman dan kontrol perkebunan untuk memantau kondisi situs melalui informasi udara dan darat, seperti topografi, kesehatan tanaman, kualitas tanah, curah hujan, aktivitas operasi pertanian, serta proses lain yang diperlukan untuk siklus produksi.

Melalui pertanian presisi dan wawasan berbasis data, Avirtech mempercepat digitalisasi perkebunan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan meningkatkan keberlanjutan jangka panjang. Solusi yang mereka berikan dinilai sangat membantu petani kelapa sawit dan perusahaan perkebunan dalam mengurangi kegagalan panen, serta menghemat biaya operasional hingga 30%.

Avirtech mengembangkan drone penyemprotan pestisida dengan teknologi gimbal yang diklaim pertama di dunia. Drone buatan Avirtech disebutkan mampu terbang hingga 4.000 kali dalam sehari. Perusahaan tersebut juga turut berkontribusi dalam pengembangan budidaya tanaman secara ilmiah untuk lebih dari 200 ribu hektar lahan yang tersebar di Indonesia dan Malaysia.

Kedua negara ini merupakan dua produsen terbesar untuk minyak kelapa sawit yang menguasai 80% dari produksi global. Meski begitu, masih terdapat serangkaian masalah serius yang dihadapi, misalnya deforestasi, dampak lingkungan, kesenjangan tenaga kerja, kelangkaan tenaga kerja, dan berbagai tantangan dalam bidang lingkungan.

“Lonjakan harga minyak kelapa sawit yang disebabkan oleh keterbatasan pasokan juga menjadi salah satu hambatan utama,” ujar manajemen Terra Drone.

Melalui lini bisnis Terra Drone, Avirtech berupaya mengatasi masalah keterbatasan tenaga kerja, meningkatkan keselamatan kerja, dan produktivitas di industri kelapa sawit. Avirtech juga berkomitmen untuk mendukung produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan, serta memberikan nilai tambah sebagai investasi dalam ESG (Environmental, Social, and Governance).

“Dengan menggabungkan kepakaran Terra Drone sebagai pemimpin global dalam Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dengan teknologi drone Avirtech dalam pertanian presisi, Terra Agri optimis mengalami pertumbuhan pesat di pasar Indonesia dan Malaysia,” pungkas manajemen.