AFPI Ditunjuk OJK sebagai Asosiasi Resmi Penyelenggara Layanan P2P Lending

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menerbitkan surat penunjukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sebagai badan resmi yang mewadahi penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi (p2p lending) di Indonesia.

Dengan keluarnya surat dari OJK dan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 Bab XIII Pasal 48, maka seluruh p2p lending di Indonesia wajib mendaftarkan diri sebagai anggota AFPI. Sejauh ini, per tanggal 18 Januari 2019 tercatat ada 88 penyedia layanan telah terdaftar.

“Kami sangat mengapresiasi pihak OJK yang telah mendengarkan aspirasi para penyelenggara mengenai pentingnya kehadiran asosiasi untuk menjalankan fungsi pengawasan dan pengaturan kepada anggota. Hal ini sangat penting untuk menjaga industri agar dapat bertumbuh dengan sehat dan berkesinambungan, serta membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia yang selama ini belum memiliki akses jasa keuangan konvensional,” kata Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi.

Setelah penunjukan ini, AFPI akan menjadi mitra strategis OJK dalam menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan para penyelenggara yang menjadi anggotanya dan berperan dalam mendukung berbagai kegiatan edukasi dan perlindungan konsumen perusahaan fintech di Indonesia.

AFPI sendiri saat ini sudah memiliki beberapa agenda dan program kerja yang telah ditetapkan para pengurusnya, di antaranya program sertifikasi internal terhadap proses bisnis yang terkait dengan pelayanan kepada nasabah. Selain itu asosiasi juga akan melakukan pembentukan pusat data p2p lending sebagai inovasi yang mendukung kebutuhan manajemen dan penilaian risiko kredit.

Pusat data tersebut nantinya akan memiliki sistem kerja yang serupa dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan yang sebelumnya ada di OJK.

“Beberapa program kerja telah kami siapkan, namun prioritas kami saat ini adalah menyelenggarakan sertifikasi internal untuk menjaga standar minimum pelayanan kepada nasabah dan juga pembangunan pusat data tekfin pinjam meminjam uang.”

“Ini menjadi bentuk solusi nyata yang inovatif dari para penyelenggara atas banyaknya keluhan masyarakat yang merasa terjebak oleh pinjaman dari beberapa perusahaan tekfin sekaligus mencegah terjadinya praktik gali lubang tutup lubang oleh masyarakat,” terang Ketua Harian AFPI Kuseryansyah.

Investree Secures Series B Funding, Targeting Thailand for the Next Expansion

P2p lending startup Investree announces the acquisition of Series B funding with undisclosed value led by SBI Holdings Inc. The other participated investors are Mandiri Capital Indonesia, Persada Capital, Endeavor Catalyst, and 9F Fintech Holdings Group. Kejora Ventures, as existing investor, also involves

SBI Holdings Inc. is a Japan-based multinational company. Along with its subsidiaries, the company engaged in the financial service segment, such as banking, insurance, economic information, credit card investment, p2p lending, asset management, and biotechnology.

The fresh fund will be used to develop a new technology and product lines, expand the user base by launching some marketing strategies, and recruiting new talents. In addition, Investree is ready to take Thailand after its business operation started in Vietnam as eLoan brand.

Adrian Gunadi, Investree’s Co-Founder and CEO, said the new office in Thailand will be officially running by the end of this year. Currently, they’re still digging with local partners regarding regulation and other mechanisms.

“When Investree first came to Indonesia, connection with the regulators and deep understanding of the market were two critical issues. This is our asset for regional expansion,” he added on Tue (7/31).

Next Plan

Aside of regional expansion, Investree started to expand its business outside Java. North Sumatra is one of the target areas. The company creates diversification by channeling scheme to distribute funding with BPD (Regional Representative Council) or BPR (People’s Representative Council) as a partner. The first step is with North Sumatra’s BPD that shows its commitment by distributing Rp200 billion.

“Furthermore, we can be partner with Asbanda for loan distribution with BPD or BPR which good intention in supporting our expansion outside Java.”

In addition, the company seeks new lenders by boosting up marketing initiatives. The company will continue to multiply loan sources, not only retail lenders but also institutions as an effort for easy funds to be distributed as loans for the borrowers.

Gunadi said that institution is currently reached 10% of the total lenders in Investree. They come from financial institutions, domestic and international hedge fund, bank, and multifinance. He expects the lender parts of this group can reach 30% by next year.

Investree has 45,528 lenders and around 2,256 borrowers in July 2018. The distributed crowdfund has reached Rp1.04 trillion or up to 70% of Rp1.5 trillion as the total target during this year.

The total distribution is around 80%-90% which comes from financing invoice products. The rest is from other products, such as merchant cash advance, online seller financing, employee b2b loan, SBR 003 sales, and sharia-based products. In average, the tenor given is 59 days with 16.6% interest rate.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Investree Raih Pendanaan Seri B, Sasar Thailand untuk Ekspansi Selanjutnya

Startup p2p lending Investree mengumumkan perolehan pendanaan Seri B dengan nilai yang tidak disebutkan dipimpin SBI Holdings Inc. Investor baru lainnya yang turut bergabung adalah Mandiri Capital Indonesia, Persada Capital, Endeavor Catalyst, dan 9F Fintech Holdings Group. Kejora Ventures sebagai investor terdahulu turut bergabung dalam putaran ini.

SBI Holdings Inc. merupakan perusahaan multinasional berbasis di Jepang. Bersama anak-anak usahanya, perusahaan ini bermain di segmen jasa keuangan seperti perbankan, asuransi, informasi ekonomi, investasi, kartu kredit, p2p lending, manajemen aset, dan bioteknologi.

Dana segar tersebut akan digunakan Investree untuk mengembangkan teknologi dan lini produk baru, memperluas basis pengguna dengan melancarkan sejumlah strategi marketing, serta merekrut lebih banyak talenta baru. Di samping itu, Investree juga siap menyasar Thailand setelah pada awal tahun ini resmi beroperasi di Vietnam dengan brand eLoan.

CEO dan Co-Founder Investree Adrian Gunadi mengatakan kantor baru Investree di Thailand akan resmi beroperasi pada akhir tahun ini. Sekarang pihaknya masih melakukan proses pendalaman bersama mitra lokal perihal regulasi dan mekanisme lainnya.

“Saat pertama kali Investree hadir di Indonesia, hubungan dengan regulator dan pemahaman mendalam soal pasar adalah dua isu critical. Inilah yang menjadi bekal kami saat ekspansi ke regional,” terang Adrian, Selasa (31/7).

Rencana berikutnya

Tak hanya ekspansi regional, Investree juga mulai hadir di luar Pulau Jawa. Daerah yang akan disasar adalah Sumatera Utara. Kali ini perusahaan melakukan diversifikasi dengan skema channeling untuk penyaluran pembiayaannya menggandeng BPD atau BPR sebagai mitra. Untuk tahap awal bersama BPD Sumut yang sudah menunjukkan komitmen awal penyaluran sebesar Rp200 miliar.

“Berikutnya kita bisa bekerja sama dengan Asbanda untuk penyaluran pinjaman bersama BPD atau BPR yang memiliki potensi baik demi dukung ekspansi kami ke luar Pulau Jawa.”

Disamping itu, perusahaan berupaya mencari lender baru dengan menggiatkan sejumlah inisiatif pemasaran. Tak hanya lender ritel, perusahaan bakal terus perbanyak sumber pinjaman dari kalangan institusi sebagai upaya mencari dana murah untuk disalurkan berbentuk pinjaman kepada para borrower.

Menurut Adrian, saat ini lender institusi baru mencapai 10% dari total lender di Investree. Mereka berasal dari lembaga keuangan, hedge fund dari domestik dan luar negeri, bank, dan multifinance. Dia berharap tahun depan porsi lender dari golongan ini bisa mencapai 30%.

Investree memiliki 45.528 lender dan total borrower mencapai 2.256 orang sampai Juli 2018. Dana yang telah disalurkan Rp1,04 triliun, atau hampir 70% dari total target sepanjang tahun ini Rp1,5 triliun.

Total penyaluran tersebut sekitar 80%-90% di antaranya berasal dari produk invoice financing. Sisanya dari produk lainnya seperti merchant cash advance, online seller financing, employee b2b loan, penjualan SBR 003, dan produk berbasis syariah. Secara rerata, tenor yang diberikan adalah 59 hari dengan tingkat pengembalian bunga 16,6%.

Investree Salurkan Pinjaman 844 Miliar Rupiah di Semester Pertama 2018

Merayakan HUT-nya yang kedua, layanan peer-to-peer lending (P2P) Investree mengumumkan pencapaian perusahaan untuk semester pertama 2018. Selain jumlah borrower dan lender yang cukup signifikan, Investree juga menyampaikan rencana ekspansi ke Thailand akhir tahun ini dan finalisasi penggalangan dana tahap Seri B.

“Kami akan mengumumkan proses final fundraising Seri B pada bulan Juni ini. Berapa jumlahnya dan siapa saja VC yang terlibat [..], selengkapnya akan kami umumkan dalam waktu dekat,” kata CEO Investree Adrian Gunadi.

Didirikan pada tahun 2016, Investree telah memiliki 35 ribu lebih pemberi pinjaman (lender) dan berhasil membukukan catatan penyaluran pinjaman Rp844 miliar, nilai pinjaman tersalurkan Rp698 miliar, dan 16,4% rata-rata tingkat pengembalian.

“Selain ekspansi dalam waktu dekat ke Thailand, kami juga akan menambah lokasi di kota-kota besar di Indonesia. Salah satunya adalah Medan, Sumatera Utara, dalam hal ini Investree bermitra dengan Bank Sumut,” kata Adrian.

Saat ini Investree sudah hadir di Jabodetabek, Semarang, Surabaya dan Vietnam. Masih dalam tahap persiapan, diharapkan layanan Investree di Thailand dengan mitra lokal akan bisa diluncurkan akhir tahun 2018.

Pembiayaan untuk penjual online Investree Syariah

Setelah sebelumnya meluncurkan layanan P2P syariah, pada bulan April 2018 lalu, Investree juga telah menyediakan pilihan penambahan modal skema syariah kepada penjual online dari mitra layanan marketplace Investree. Di antaranya adalah Tokopedia, Bukalapak, Lazada, dan Doku per Mei 2018.

Hingga kini pendanaan syariah untuk penjual online di Investree berjumlah 87 peminjam (borrower) dengan jumlah modal yang sudah diberikan sekitar Rp5,1 miliar. Layanan ini merupakan pilihan baru dari Investree yang mengedepankan skema syariah untuk penjual online.

“Kami melihat setelah diluncurkannya layanan ini makin banyak jumlah merchant dari marketplace yang bergabung dengan Investree untuk mendapatkan penambahan modal usaha. Targetnya empat bulan ke depan kami sudah bisa membiayai hingga Rp15 miliar,” kata Adrian.

Investree juga menyampaikan perkembangan bisnis dan merincikan produk utama inisiatif Investree di semester pertama 2018, yaitu menjadi mitra distribusi instrumen investasi pemerintah Savings Bond Ritel seri SBR003 dan menjadi mitra distribusi SBR003 dengan nilai penjualan terbesar dari kategori nonbank, sebesar Rp 14,8 Miliar dari 563 investor yang terdapat dalam platform Investree. Hal ini mengalahkan tiga mitra distribusi lainnya dari kategori yang sama.

“Dengan adanya pencapaian kami yang melibatkan pihak pemerintahan, misi sosial kami, dan pastinya pengembangan secara eksternal seperti dukungan dari investor lokal maupun internasional yang terus menumbuhkan dedikasi kami untuk mewujudkan inklusi keuangan,” tutup Adrian.

Application Information Will Show Up Here

Tahun Ini Investree Terus Ekspansi ke Berbagai Daerah

Investree telah mengawali langkahnya masuk ke daerah-daerah di Indonesia dengan bekerja sama dengan Bank Sumut untuk penyaluran kredit dengan pemanfaatan teknologi informasi. Kerja sama ini pun diharapkan bisa terus berlanjut terutama kolaborasi dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) baik di dalam maupun luar pulau Jawa demi terciptanya pemerataan ekonomi sebenarnya.

Disampaikan CEO Investree Adrian Gunadi, rencana mereka untuk menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain selalu terbuka. Sebelum bekerja sama dengan Bank Sumut (Sumatera Utara), pihak Investree telah lebih dulu beerja sama dengan perbankan lainnya seperti Danamon, CIMB Niaga untuk Cash Management, dan Bank Woori Saudara dan Bank Ganesha untuk kemitraan penjualan bersama.

“Kemitraan ini merupakan kolaborasi kesekian yang dilakukan oleh Investree dengan sektor perbankan dan menjadi yang pertama kali dilakukan bersama BPD. Kali ini dengan Bank Sumut, kami melakukan kemitraan Penyaluran Kredit Berbasis Teknologi Informasi, di mana Bank Sumut akan berperan dalam memperkenalkan produk dan layaan Investree serta mengajak nasabahnya untuk mengajukan pinjaman atau melakukan pendanaan untuk pinjaman bisnis yang tersedia di platform Investree melalui kemudahan dan kenyamanan fintech peer to peer lending,” terang Adrian menganggapi kerja sama dengan Bank Sumut.

Di kesempatan berbeda, kepada DailySocial, Adrian menyampaikan bahwa setiap daerah memiliki karakteristik dan potensi masing-masing yang unik. namun ada satu kesamaan, yakni tingginya angka kebutuhan pembiayaan yang belum dapat difasilitasi oleh perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Adrian mengutip data Bank Dunia yang menyebutkan masih ada potensi Rp1000 triliun pada pembiayaan di Indonesia yang belum juga terpenuhi. Di sanalah Investree berusaha untuk memperkecil jurang perekonomian individu dan UMKM di Indonesia dengan memberikan akses pembiayaan yang aman, mudah, dan cepat.

“Pada tahun ini kami konsentrasi di wilayah sekarang yang kami sudah ada perwakilan, yaitu di Jawa Tengah, Jawa Timur dan melalui kerja sama dengan Bank Woori Saudara  juga kami bisa menggaet potensi di Jawa Barat, selain itu dengan berkolaborasi bersama Bank Sumut untuk di luar Jawa kami juga bisa mencakup Sumatera Utara serta Bank Ganesha untuk Wilayah cakupan lainnya,” terang Adrian.

Tumbuh signifikan

Sebagai salah satu layanan peer to peer lending di Indonesia yang aktif dalam mengembangkan layanan dan akuisisi pengguna, Investree melihat animo masyarakat terhadap industri ini cukup baik. Terlebih setelah terbit aturan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 dan semakin banyaknya penyedia layanan P2P lending yang terdaftar di OJK.

Adrian menyebutkan Investree sendiri memiliki pertumbuhan cukup signifikan. Pada Desember 2016 jumlah pinjaman yang berhasil didanai mencapai Rp53 miliar. Sedangkan di awal bulan Mei 2018 jumlah pinjaman yang terdanai telah mencapai Rp773 miliar atau terdapat peningkatan 13 kali lipat.

Adrian mengatakan, “Di awal tahun, Investree juga telah meluncurkan produk baru Investree Syariah dan juga Pembiayaan Online Seller Syariah dengan e-commerce besar seperti Lazada dan Tokopedia sebagai yang pertama dan satu-satunya di Indonesia fintech peer-to-peer lending yang memiliki produk syariah.”

“Di bulan April kemarin pun kami etlah memulai kerja sama strategis dengan Bank Ganesha dan Bank Sumut. Salah satu yang membanggakan pula, di bulan Mei ini kami telah lolos tes seleksi ketat sejak September 2017 yang diadakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagaisatu-satunya fintech lending yang terpilih untuk menjadi Mitra Distribusi Penjualan Surat Utang Negara secara online untuk seri Saving Bond Ritel SBR003 bersama 9 mitra distribusi lain yang mayoritas perbankan besar,” lanjutnya.

Application Information Will Show Up Here

Investree Galang Dana untuk Ekspansi Regional

Bertujuan mengembangkan produk dan ekspansi ke kota lain di Asia Tenggara, layanan peer-to-peer lending (P2P) Investree sedang dalam proses eksekusi penggalangan dana. Jika sesuai dengan target, dak pertengahan kuartal tahun ini.

Disinggung siapakah venture capital yang bakal menjadi investor di tahapan Seri B ini, Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengungkapkan nantinya pendanaan kali ini akan dipimpin financial services asing bersama dengan investor lainnya.

“Saat ini masih dalam tahap eksekusi dan belum final, jika sudah di-approve oleh OJK target kami pertengahan tahun 2018 sudah kami dapatkan pendanaan tersebut.”

Salah satu negara di Asia Tenggara yang diincar oleh Investree adalah Filipina, melihat adanya kesamaan behaviour pengguna dan sisi layanan keuangan seperti di Indonesia. Sebelumnya Investree juga telah meluncurkan teknologinya di Vietnam.

Kolaborasi dengan multifinance dan perbankan

Untuk mengembangkan model bisnis, Investree memiliki rencana scale up dengan menghadirkan marketplace P2P ke lender. Hal ini membuka kesempatan bagi Investree untuk menjalin kemitraan dengan bank dan multifinance.

“Kita lihat P2P akan makin berkembang jika adanya kolaborasi dengan sektor perbankan hingga instansi terkait. Kerja sama dengan multifinance sudah berjalan sementara dengan bank rencananya akan diluncurkan pada bulan April nanti,” kata Adrian.

Untuk implementasi proses akuisisi, inisiasi, dan collection borrower, Investree menyebutkan akan menerapkan cara yang biasa dilakukannya. Tidak ada penyaringan kembali dari bank dan multifinance untuk borrower.

“Meskipun Investree bermitra dengan sektor perbankan dan multifinance, namun proses akuisisi hingga collection akan disesuaikan dengan proses dari Investree. Dengan demikian dapat menekan pengeluaran dari bank dan multifinance,” kata Chief Risk Officer Investree Amalia Safitri.

Investree mengklaim proses pengajuan pinjaman hanya berkisar selama lima hari, sementara jika dilakukan di bank bisa mencapai hingga satu bulan. Selain bank lokal, Investree nantinya menghadirkan pilihan bank asing dan institusi keuangan asing sebagai lender Investree.

Platform alternatif untuk usaha kreatif

Saat ini Investree telah memiliki 16 ribu lender terdaftar, sementara jumlah lender aktif diklaim sudah mencapai 5 ribu. Lokasi lender pun diklaim telah tersebar hingga ke seluruh Indonesia.

Untuk jumlah borrower sendiri Investree telah memiliki sekitar 330 borrower yang kebanyakan berasal dari kalangan UKM. Pembagian kategori borrower adalah dari kalangan industri kreatif, jasa, dan outsourcing.

“Kami mencatat banyak event organizer, layanan katering, dan layanan jasa sekuriti yang melakukan peminjaman jangka pendek melalui Investree. Hal tersebut terjadi karena kemudahan dan cepatnya proses hingga uang dicairkan,” kata Adrian.

Borrower lain disebut banyak juga yang berasal dari merchant layanan e-commerce di Indonesia.

Secara akumulatif Investree sudah memfasilitasi penyaluran dana sekitar Rp 600 miliar hingga bulan Febuari 2018. Ditargetkan akhir tahun ini, Investree bisa memfasilitasi hingga Rp 1 triliun.

“Di Indonesia sendiri Investree sudah hadir di Jabodetabek, Semarang dan Surabaya. Namun untuk memperluas pasar kita juga akan terus melakukan edukasi sekaligus memperbanyak kemitraan dengan sektor perbankan, institusi keuangan, payment gateway, agregator dan masih banyak lagi,” tutup Adrian.

Application Information Will Show Up Here

Layanan P2P Lending Investree Luncurkan Investree Syariah

Layanan teknologi finansial peer-to-peer lending (P2P Lending) Investree (PT Investree Radhika Jaya) hari ini (30/01) meluncurkan layanan terbaru berupa layanan P2P lending Syariah. Kepada media, Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengutarakan, diluncurkannya layanan terbaru ini merupakan rencana dari Investree, usai terdaftar dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Kami juga melihat besarnya antusiasme dari masyarakat terhadap layanan fintech (Financial Technology) mendorong kami bersama dengan OJK dan Dewan Syariah Nasional (DSN) menggarap fatwa fintech financing  berbasis syariah yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat,” kata Adrian.

Nantinya bagi peminjam (borrower) dan pemberi pinjaman (lender) bisa menerapkan prinsip syariah dalam hal pembiayaan yang dihadirkan oleh Investree syariah. Investree juga telah melakukan koordinasi dengan pihak regulator seperti OJK dan DSN MUI untuk meluncurkan layanan Investree Syariah yang uji coba layanannya sudah dilakukan sejak bulan November 2017 lalu.

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, hingga bulan Januari 2018 jumlah pembiayaan Investree syariah telah mencapai Rp 2,7 miliar dengan 313 jumlah borrower dan 1340 lender syariah.

“Kami harapkan skema yang kami miliki bisa menjadi acuan bagi pemain layanan P2P lending lainnya yang ingin mengembangkan layanan syariah. Bukan hanya itu, Investree juga ingin menjalin kolaborasi dengan bisnis syariah lainnya,” kata Adrian.

Investree merupakan layanan fintech syariah pertama yang mendapatkan Surat Rekomendasi Penunjukkan Tim Ahli Syariah dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk turut merancang, memberi masukan, dan mengawasi berjalannya produk yang berbasis syariah, sebagai bagian dari proses hadirnya Fatwa Fintech Syariah dalam waktu dekat. Surat rekomendasi tersebut juga menempatkan Profesor AH Azharuddin Lathif M.Ag M.H, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai penasihat teknis syariah khusus untuk Investree.

Keuntungan bagi peminjam dan pemberi pinjaman mengusung prinsip syariah

Investree syariah merupakan layanan usaha syariah yang dijamin menggunakan tagihan atau invoice (invoice financing). Secara umum terdapat beberapa keuntungan yang diklaim akan didapat oleh peminjam dan pemberi pinjaman jika memanfaatkan pembiayaan bisnis dengan prinsip syariah. Bagi peminjam keuntungan di antaranya adalah fasilitas dan layanan sesuai dengan prinsip syariah, sehingga peminjam dapat mengajukan pembiayaan secara aman, menganut konsep tanpa riba dan dijamin pembiayaan bebas bunga dan biaya tambahan.

Sementara untuk pemberi pinjaman keuntungan yang bisa didapatkan adalah, pendanaan yang sesuai dengan prinsip syariah, peminjam akan langsung menerima pengembalian dana sekaligus pendapatan berupa imbah hasil atas jasa penagihan yang dibayarkan pemberi pinjaman tanpa bebas biaya apapun, pendanaan dengan resiko yang terukur dan dana pembiayaan yang ditawarkan mulai dari 5 juta Rupiah.

“Kami menjamin borrower akan dapat mengembangkan bisnisnya dengan pembiayaan usaha yang prosedurnya mudah, berdasarkan prinsip syariah dan credit scoring modern,” kata Adrian.

Layanan fintech membuka akses keuangan untuk masyarakat

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Muliaman D Haddad, praktisi dan pengamat ekonomi syariah serta Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah. Dalam sambutannya Muliaman mengungkapkan, layanan terbaru yang dihadirkan oleh Investree bukan hanya memberikan akses terbuka kepada masyarakat, namun juga sebagai acuan bagi pemain lainnya.

“Investree sudah memanfaatkan peluang yang tidak bisa dilakukan oleh bank, yaitu memberikan layanan pembiayaan secara online yang mudah dengan prinsip syariah, yang sebentar lagi akan dikeluarkan fatwanya oleh DSN MUI. Dengan demikian selanjutnya layanan ini bisa menjadi nasional,” kata Muliaman.

Sementara itu Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi mengungkapkan, sebagai salah satu layanan fintech lokal, Investree memiliki track record yang baik dalam hal inovasi keuangan digital. Diharapkan ke depannya, Investree syariah bisa memberikan porsi yang besar dan tidak kalah dengan layanan pembiayaan konvensional lainnya.

“Saya melihat Investree dengan rencana dan inovasinya mampu menggerakan kami dari OJK hingga Kementrian Keuangan (Kemenkeu) untuk mengeluarkan peraturan terbaru, mulai dari pengembangan sistem penjualan Surat Berharga Negara (SBN) untuk investor ritel secara online hingga fintech syariah,” kata Hendrikus.

Application Information Will Show Up Here

Investree Ditunjuk Kemenkeu Kembangkan Sistem Penjualan Surat Berharga Negara

Investree ditunjuk oleh Kementrian Keuangan (Kemenkeu) sebagai layanan teknologi finansial peer-to-peer lending (P2P Lending) untuk proyek percontohan pengembangan sistem penjualan Surat Berharga Negara (SBN) untuk investor ritel secara online. Rencananya hasil dari pilot project ini akan diimplementasikan pada tahun 2018 dan akan mendukung keuangan inklusif, memperluas basis  investor ritel domestik, dan mempermudah akses investasi ritel untuk masyarakat di Indonesia.

Terobosan yang dilakukan oleh pemerintah ini akan memanfaatkan teknologi jaringan internet dalam proses penjualan SBN ritel sekaligus memberikan alternatif atas mekanisme penerbitan SBN ritel yang ada saat ini. Dengan terobosan ini nantinya peminjam dan pemberi pinjaman dalam platform Investree akan mendapatkan akses membeli SBN melalui Investree.

[Baca juga: Investree Segera Ekspansi ke Vietnam dan Luncurkan Pembiayaan Syariah]

Menanggapi penunjukan ini CEO Investree Adrian Gunadi mengutarakan antusiasmenya. Menurutnya proyek yang dikembangkan oleh Kementerian Keuangan ini merupakan proyek yang berpotensi untuk mengembangkan investasi ritel di Indonesia dengan menambah aset kelas yang didistribusikan.

“Menurut Global Retail Development Index 2016, Indonesia berada di peringkat 5 negara dengan sektor bisnis ritel paling potensial di dunia dan kami yakin, melalui ini, keuangan Indonesia dapat terus tumbuh dan menjadi lebih kokoh,” terang Adrian.

Sementara itu dalam lansiran yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementrian Keuangan, Direktur Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR) Robert Pakpahan mengatakan bahwa perkembangan teknologi informasi yang cepat harus dapat dimanfaatkan pemerintah untuk memperluas jangkauan basis investor SBN di dalam negeri dengan mempermudah akses masyarakat untuk berinvestasi di SBN ritel.

Selain itu dengan adanya calon mitra distribusi baru, dalam hal ini layanan teknologi finansial, juga menjadi sarana dalam menjawab perkembangan teknologi.

[Baca juga: Survei DailySocial tentang P2P Lending 2017]

Investree sejauh ini menjadi salah satu layanan teknologi finansial P2P yang aktif berkolaborasi dan berekspansi. Terbaru, Investree mengumumkan akan melebarkan daerah operasionalnya  ke Jawa Tengah dengan beberapa kerja sama untuk penguatan ekspansi di lakukan. Dari segi fitur, Investree juga terus menambah sejumlah portofolio layanannya, beberapa yang terakhir adalah layanan Employee Loan.

Kerja Sama dengan Kadin, Investree Perkuat Kehadirannya di Jawa Tengah

Setelah ekspansi ke Vietnam dengan meluncurkan pembiayaan syariah pasca mendapat surat dari OJK, perusahaan peer-to-peer lending Investree mulai memantapkan kehadirannya di Jawa Tengah dengan menjalin kerja sama khusus dengan Kadin setempat.

Bentuk kolaborasi ini bertujuan untuk prospek pelayanan pengguna pinjam meminjam uang berbasis teknologi atau peer-to-peer lending yang disediakan Investree, khususnya untuk kalangan UMKM. Melalui kerja sama ini pula nantinya para anggota, mitra atau afiliasi Kadin Jateng dapat menjadi bagian dari Investree sebagai business borrower atau personal borrower.

Isu yang ada kaitannya dengan pinjaman UMKM di Jawa Tengah, tiap kali membutuhkan modal tambahan para pengusaha harus memberikan jaminan terlebih dulu untuk mendapatkan akses keuangan dengan mudah di institusi keuangan konvensional.

Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan adanya kerja sama strategis ini Investree semakin terdorong untuk menggencarkan jangkauan layanan di Jawa Tengah, agar dapat memperbaiki arus kas serta meraih tujuan finansial yang diinginkan bersama.

‘’Dari sisi kami, sangat berterima kasih karena keberadaan kami sebagai peer-to-peer lending bisa diterima secara positif, Investree merasa terhormat setelah dipercayai Kadin Jateng untuk mendapat tujuan bersama, sekaligus pemberdayaan UMKM di Jawa Tengah demi terciptanya inklusi keuangan,’’ imbuhnya.

Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat menjadi 60,34 persen dalam lima tahun terakhir. Maka dari itu ketua umum Kadin Jateng, Suryo Wicaksono mengutarakan rasa optimis dengan inovasi terbaru milik Investree dalam menghadirkan permodalan untuk UMKM yang dinilai lebih fleksibel.

Hingga akhir bulan Agustus 2017, Investree telah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp222 miliar untuk UMKM dengan 17 persen rata-rata tingkat pengembalian dan 0 persen untuk kredit macet diklaim tidak ada.

Dengan demikian target kerja sama ini dapat terbilang sesuai rencana atau memiliki visi misi yang sama. Investree dapat mencapai target lebih dari tahun lalu untuk mencapai lebih dari 626 UKM. Begitu pula dengan UKM yang mendapat pelayanan mudah, aman dan cepat tanpa prosedur yang rumit.

Marketplace P2P Lending Investree Ekspansi ke Jawa Tengah

Investree, startup penyedia marketplace peer-to-peer (P2P) lending hari ini meresmikan ekspansi bisnisnya ke wilayah Jawa Tengah. Untuk memantapkan langkah ini, Investree juga baru saja meresmikan kantor perwakilan di Kota Semarang.

Disampaikan Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi, ekspansi ke Jawa Tengah bukan tanpa alasan. Berdasarkan data dari BPS Jateng, terdapat peningkatan jumlah UMKM sebanyak lebih dari 40 ribu dan hal tersebut merupakan potensi yang besar untuk dieksplorasi. Seperti diketahui bahwa salah satu fokus Investree ialah memberikan pinjaman bagi UMKM di Indonesia.

“Hadirnya kantor perwakilan Investree yang berlokasi di Semarang akan memudahkan kami dalam menjangkau calon borrower yang mayoritas adalah pegiat UMKM di Jawa Tengah dan sekitarnya, sehingga transaksi dapat berjalan lebih efektif dan efisien,” ujar Adrian.

[Baca: Investree Segera Ekspansi ke Vietnam dan Luncurkan Pembiayaan Syariah]

Langkah serius untuk mengakomodasi pasar UMKM di Indonesia dilakukan pasca Investree resmi terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak bulan Mei 2017 lalu. Investree dinyatakan terdaftar sebagai Penyelenggara Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dan diatur dalam administrasi Direktorat Kelembagaan dan Produk Industri Keuangan Non-Bank (IKNB).

“Seluruh aktivitas atau transaksi pinjam meminjam di Investree dilakukan secara online, khususnya bagi lender. Setiap tahapan mulai dari registrasi, melihat daftar pinjaman di marketplace, hingga mentransfer pendanaan dijalankan melalui situs Investree. Untuk pengelolaan dana, kami juga telah bekerja sama dengan bank rekanan Danamon dalam hal sistem manajemen kas berupa fasilitas automatic payment dan automatic posting atau yang biasa disebut dengan host-to-host service, sehingga mempercepat proses pemberian pinjaman kepada borrower,” imbuh Adrian.

Saat ini Investree memiliki dua produk unggulan, yakni Pinjaman Bisnis (Business Loan) dan Pembiayaan Karyawan (Employee Loan). Pinjaman Bisnis adalah modal kerja untuk memperlancar arus kas (cashflow) dengan menjaminkan tagihan atau invoice. Sedangkan Pembiayaan Karyawan adalah pinjaman serbaguna yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di perusahaan yang bekerja sama dengan Investree.

[Baca juga: Investree: Tingkat Kepercayaan Konsumen terhadap Bisnis “P2P Lending” Mulai Meningkat]

Sampai dengan saat ini, Investree berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman sebesar Rp 237 Miliar, nilai pinjaman tersalurkan sebesar Rp 187 Miliar, dan nilai pinjaman lunas sebesar Rp 144 Miliar dengan tingkat pinjaman gagal bayar atau default 0%. Kebanyakan peminjam di Investree masih merupakan pemain bisnis kecil dan menengah dari kategori kreatif.