Induk Kredivo Umumkan Pendanaan Seri D Rp4 Triliun, Dipimpin Mizuho Bank

Kredivo Holdings (rebranding dari FinAccel) mengumumkan pendanaan seri D senilai $270 juta atau setara Rp4 triliun. Putaran ini dipimpin Mizuho Bank Ltd., anak perusahaan dari Mizuho Financial Group Inc. dari Jepang – turut disampaikan, perusahaan berpartisipasi $125 juta dalam putaran seri ini.

Selain itu investor terdahulu Kredivo juga terlibat, seperti Square Peg Capital, Jungle Ventures, Naver Financial Corporation, GMO Venture Partners, dan Openscape Ventures.

Evercore, perusahaan penasihat perbankan investasi independen global terkemuka, bertindak sebagai penasihat keuangan eksklusif dalam transaksi ekuitas seri D ini, dan Cooley LLP bertindak sebagai penasihat hukum.

Sebelumnya rumor mengenai pendanaan ini sempat santer diperbincangkan pada akhir tahun 2022 lalu.

Kendati memiliki kantor induk berbasis di Singapura, produk utama Kredivo Holdings dipasarkan untuk pengguna utama di Indonesia. Layanan utama mereka adalah platform paylater Kredivo, yang kini telah terintegrasi ke 1000+ ritel online dan offline di Indonesia. Perusahaan juga mengoperasikan KrediFazz, layanan fintech lending konsumer yang telah mendistribusikan sekitar dana Rp37 triliun ke lebih dari 4,8 juta pengguna.

Kini mereka juga mengoperasikan bisnis bank digital melalui merek Krom Bank Indonesia, ini merupakan tindak lanjut dari akuisisi perusahaan atas saham mayoritas Bank Bisnis Internasional.

“Kredivo memiliki rekam jejak yang luar biasa di Asia Tenggara, memanfaatkan kemitraan data yang mendalam untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara, sekaligus mempertahankan metrik risiko setara bank dan membangun model bisnis yang efisien secara modal,” sambut Group Executive Officer Deputy Head of Retail & Business Banking Company of Mizuho, Daisuke Horiuchi.

Target setelah pendanaan

Lewat suntikan dana ini, Kredivo ingin melakukan perluasan ekosistem layanan keuangan melalui paylater, pinjaman tunai, kartu fisik dan virtual, serta mendukung peluncuran neobank, Krom.

CEO Kredivo Holdings Akshay Garg mengatakan, “Ekspansi ke perbankan digital yang akan datang sangat sinergis dengan produk Kredivo yang ada dan juga membuka peluang yang sangat menjanjikan bagi kami untuk menjadi platform layanan keuangan digital pilihan bagi puluhan juta konsumen di Asia Tenggara. Oleh karena itu, kami sangat senang Mizuho bergabung sebagai investor dan mitra strategis kami yang berharga.”

Di segmen paylater, Kredivo berhadapan dengan sejumlah pemain di Indonesia. Salah satu yang terbesar – yang juga sudah berstatus unicorn seperti Kredivo–adalah Akulaku. Tahun lalu Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG) memberikan investasi sebesar $200 juta. Ini merupakan investasi strategis kedua yang diterima oleh Akulaku pada tahun tersebut. Sebelumnya, mereka memperoleh pendanaan sebesar $100 juta dari Siam Commercial Bank (SCB) pada awal 2022.

Sejumlah pemain paylater di Indonesia / DSInnovate (2021)
Sejumlah pemain paylater di Indonesia / DSInnovate (2021)

Sementara di segmen neobank, bisnis ini masih terus bertumbuh diisi oleh inovasi dari perusahaan digital. Terbaru ada superbank yang diinisiasi Grab, EMTEK, dan Singtel. Astra dan WeLab juga tengah menuju ke sana setelah mengakuisisi mayoritas saham Bank Jasa Jakarta.

Kendati demikian, sejak 2021 sebenarnya ekosistem bank digital mulai terbentuk di Indonesia dengan hadirnya puluhan produk menyasar segmen yang sama. Ini termasuk inovasi yang dilahirkan dari perusahaan perbankan itu sendiri.

Peta persaingan bank digital di Indonesia / DSInnovate (2021)
Peta persaingan bank digital di Indonesia / DSInnovate (2021)

Pendanaan ekuitas terbaru Kredivo Holdings jelas menjadi amunisi penting untuk membantu perusahaan menghadirkan proposisi nilai di tengah iklim persaingan industri yang kian ketat. Namun demikian peluangnya memang masih sangat besar.

Pada tahun 2021, penetrasi kartu kredit di Asia Tenggara baru berkisar 9,98% saja. Layanan paylater menjembatani kesenjangan tersebut, memudahkan konsumen mendapatkan fasilitas serupa dengan proses yang lebih mudah dan terdigitalisasi. Sementara layanan bank digital juga menyasar 51% unbanked dan 26% underbanked dari 181 juta masyarakat usia muda di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Induk Kredivo Resmi Menguasai 75% Saham Bank Bisnis Internasional

PT FinAccel Teknologi Indonesia atau dikenal dengan induk Kredivo, resmi menguasai 75% saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk (IDX: BBSI) setelah sebelumnya mengajukan penambahan kepemilikan saham ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut mereka, aksi korporasi ini menjadi langkah signifikan perusahaan untuk menawarkan produk keuangan digital yang lebih variatif, dari kredit digital dan paylater hingga pinjaman dengan plafon lebih tinggi di masa depan.

Diberitakan sebelumnya, FinAccel mengakuisisi saham Bank Bisnis secara bertahap. Akuisisi pertama dilakukan pada Mei 2021 sebesar 24% dan menjadi 40% pada Oktober 2021. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan porsi kepemilikannya sebesar 1,15 miliar lembar saham atau setara 35% pada Februari 2022.

Dengan demikian, struktur kepemilikan saham setelah pengambilalihan saham menjadi sebagai berikut; FinAccel Teknologi Indonesia memiliki 75% dengan kepemilikan 2,48 miliar lembar saham, Sundjono Suriadi memiliki 4,91% dengan 162,4 juta lembar saham, PT Sun Antarnusa 4,17% (138 juta lembar), dan publik 15,92% (526,3 juta lembar).

Dalam keterangan resminya, Group CEO & Co-founder FinAccel Akshay Garg menargetkan proses akuisisi rampung pekan ini. Semua persetujuan regulator untuk akuisisi Bank Bisnis, termasuk dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), telah diperoleh.

“Meski Kredivo telah memimpin penyedia kredit digital lewat bisnis paylater dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi layanan perbankan di Indonesia baru saja dimulai. Sejalan dengan misi kami untuk memberikan layanan keuangan dengan cepat, terjangkau, dan luas, kami siap melayani pengguna dengan produk perbankan bertaraf dunia ke depannya,” ungkap Akshay.

Sementara itu, perwakilan pemegang saham dari keluarga Suriadi menambahkan, “Bank Bisnis memiliki sejarah panjang dan membanggakan. Di saat sektor perbankan secara cepat mengarah ke digitalisasi, kami sangat senang menyambut FinAccel sebagai pemegang saham mayoritas baru Bank Bisnis. Kami mendukung visi mereka untuk membangun franchise digital bank terdepan di Indonesia,” demikian pernyataannya.

Fenomena fintech akuisisi bank

Sebagaimana dipaparkan pada artikel sebelumnya, akuisisi FinAccel akan memungkinkan Bank Bisnis untuk dapat memanfaatkan teknologi, data, dan customer base yang telah dimiliki oleh FinAccel untuk mengincar pasar yang selama ini belum terlayani oleh merchant-merchant online di Indonesia.

Saat ini, FinAccel menaungi produk paylater Kredivo dan lending Kredifazz. Kredivo tercatat punya 5 juta pengguna tahun lalu dengan ketersediaan layanan di lebih dari 1.000 merchant di Indonesia.

Dihubungi oleh DailySocial.id, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan ada sejumlah alasan mengapa startup fintech gencar mengakuisisi bank di Indonesia, terutama startup yang menyalurkan pinjaman, baik ke pengguna maupun modal bagi pelaku UMKM

Sebagai konteks, kami mencatat ada beberapa aksi serupa induk Kredivo, di antaranya Akulaku dan Bank Neo Commerce, WeLab dan Bank Jasa Jakarta, dan yang baru-baru ini diberitakan Amartha dan Bank Victoria Syariah (belum terkonfirmasi). Startup fintech di bidang investasi, Ajaib juga mengakuisisi Bank Bumi Artha pada November 2021.

Pertama, OJK mengatur batasan maksimum pinjaman oleh fintech lending sebesar Rp2 miliar. Apabila meminjam ke perbankan, plafon yang ditawarkan bisa lebih tinggi.

Fintech tidak bisa terus-menerus berharap pada lender ritel karena biaya bunga yang diberikan cukup mahal. Sementara, pendanaan fintech yang bersumber dari institutional lender dibatasi OJK. Maka itu, fintech mengakuisisi bank sehingga sumber pendanaan dari simpanan nasabah bank dapat mendorong penyaluran pinjaman fintech,” paparnya.

Jika dilihat, kebanyakan bank yang dicaplok adalah bank kecil. Selain lebih mudah untuk melakukan transformasi karena infrastruktur dan kantor cabangnya kecil, bank kecil dijual murah karena tidak mampu memenuhi syarat modal minimum yang ditetapkan OJK.

Dalam gambaran menyeluruh, aksi korporasi di atas bermuara pada satu misi yang sama, yakni mendorong inklusi keuangan ke segmen underbanked dan unbanked. “Perbankan selalu kesulitan mendorong pinjaman ke segmen mikro karena biaya operasional terlalu mahal. Sementara, fintech banyak menggarap segmen mikro. Jadi, bank tidak perlu report channeling pinjaman mikro ketika merger dengan startup.”

Application Information Will Show Up Here

Kredivo to Go-Public via SPAC, Aiming for 6.1 Trillion Rupiah Funding

Kredivo’s parent company FinAccel, announced to become a public company on the NASDAQ through SPAC. Kredivo is to merge with VPC Impact Acquisition Holdings II (NASDAQ: VPCB) shell company, an affiliate of Victory Park Capital (VPC), a global investment firm provided credit facilities to Kredivo several times.

Both FinAccel and VPCB have entered a definitive agreement for merger and filed documents with the US Securities and Exchange Commission (SEC). VPCB alone has completed its IPO in March 2021.

With this merger, FinAccel will have a pro-forma equity valuation around $2.5 billion, assuming no redemption. FinAccel will be the next unicorn startup from Indonesia once the transaction is finalized.

In a virtual press conference held by the company for several media (03/8), FinAccel’s Co-Founder and CEO, Akhsay Garg explained that the opportunity to become a public company arrived as FinAccel and VPC have a strong business relation. He values VPC as a quality and reputable firm.

Moreover, in terms of a huge fresh funds at one time is not possible for a company if it is only through private funding. Therefore, when this opportunity arrived, FinAccel wanted to make the most of it.

“We did not choose to IPO, but the best funding option. This is not a sudden decision, but an opportunity appeared at its finest,” Garg said.

Regarding the NASDAQ listing process, this transaction is expected to generate over $430 million (over 6.1 trillion Rupiah) in cash on the company’s combined balance sheet. The total funds represents a contribution of up to $256 million in cash sent into the account of the VPCB representative (assuming no PVCB shareholders redeem their shares).

Furthermore, $120 million in private placement (PIPE) led by Marshall Wace, Corbin Capital, SV Investment, Palantir Technologies, Maso Capital, and VPC sponsors, along with an additional $55 million equity commitment from former investor NAVER (via NAVER Financial) and Square Peg.

Garg explained that the market access opening on the US stock exchange creates opportunities for companies to get much greater liquidity. The United States Stock Exchange is indeed the “home” for many big tech companies worldwide. From Asia alone, Sea, Alibaba, and Grab ware to be listed in the near future.

He also stated dual listing is an option, by going public on the Indonesia Stock Exchange. Although the decision is yet to be further specified.

Furthermore, Garg explained that the merger’s fresh funds will later become the company’s ammo to strengthen its position in Southeast Asia, there will be regional expansion plans to Vietnam and Thailand, and the development of new business lines.

His comments on the unicorn status in the future, Garg confirms this. However, he said, unicorn and IPOs were not something the first company’s target since the establishment. He wants to continue the company’s vision of deepening the penetration of digital credit cards, which still have wide opportunities in Southeast Asia.

Kredivo’s growth

PayLater becomes a popular payment option for Indonesia’s e-commerce / Kredivo-Katadata

In its track record, Kredivo disburses instant credit financing to users for e-commerce purchases and offline as well as cash loans, based on real-time decisioning powered by self-made AI technology. The company’s total user has nearly reached 4 million and collaborates with 8 of the 10 leading e-commerce platforms in Indonesia.

Kredivo’s user base has doubled over the past 10 months and its annual revenue has also doubled over the past seven months. The company claims to lead the Buy Now, Pay Later (BNPL) industry, with a wallet share of at least 50% in the majority of e-commerce merchants in Indonesia.

In Indonesia, credit card user penetration from the middle class segment is less than 10%, through a partnership with Kredivo, merchants are able to increase the value of their consumer spending.

The surveyed Kredivo merchants were able to record an increase over two times up in average number of purchases (average basket size), up to three times increase in the frequency of transactions, with more than 50% of these merchants saying Kredivo could increase its cart conversion rate or the number of transactions they made. successful at checkout time.

SPAC trends

SPAC becomes a buzzword since the beginning of this year. Besides Kredivo, other local companies are also interested to use this scheme, including Tiket.com. The company, which is now valued at more than $1 billion, is reportedly considering SPAC to be its vehicle for listing on the stock exchange. Rumor has it that they will cooperate with the COVA Acquisition Corp. (COVA) blank check company, forming a combined company worth more than $2 billion.

In addition, in a statement quoted by Kumparan, GoTo CEO Andre Soelistyo said the Gojek-Tokopedia joint company is also targeted to be listed on the stock exchange before the end of 2021.

And as previously known, other unicorns Traveloka and Bukalapak have also reportedly started exploring the option of going public with SPAC vehicles.

SPAC popularity arises as the conventional IPO process is considered more complicated, expensive, and time-consuming for tech startups. In the United States, 2020 is a significant growth momentum for going public through blank check vehicles. There are more than 200 SPACs raising approximately $799 billion.

However, currently there is a decline in SPAC prices and institutional investors’ interest in entering PIPE; it is possible for startups to rethink going public through this mechanism.

Withersworldwide partner Joel Shen argues that the resurgence of SPAC’s popularity can be attributed to low interest rates, abundant liquidity in the market due to the stimulus from the US central bank system, and an increase in the number of acquisition targets, especially in the technology sector.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kredivo Segera Go-Public via SPAC, Bidik Dana Segar 6,1 Triliun Rupiah

FinAccel, induk dari Kredivo, mengumumkan langkahnya untuk menjadi perusahaan publik di NASDAQ melalui skema SPAC. Kredivo akan merger dengan perusahaan cangkang VPC Impact Acquisition Holdings II (NASDAQ: VPCB) yang merupakan afiliasi dari Victory Park Capital (VPC), firma investasi global yang sudah beberapa kali memberikan fasilitas kredit untuk Kredivo.

Baik FinAccel dan VPCB telah memasuki tahap perjanjian definitif untuk penggabungan bisnis mereka dan mengajukan dokumen kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US Securities and Exchange Commission/SEC). VPCB sendiri telah menyelesaikan IPO pada Maret 2021.

Dengan penggabungan ini, FinAccel akan memiliki valuasi pro-forma ekuitas di kisaran $2,5 miliar, dengan asumsi tidak ada penebusan. FinAccel akan menjadi startup unicorn berikutnya dari Indonesia setelah transaksi ini selesai.

Dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan perusahaan untuk sejumlah media pada hari ini (03/8), Co-Founder dan CEO FinAccel Akhsay Garg menjelaskan kesempatan untuk menjadi perusahaan terbuka ini datang karena FinAccel dan VPC punya hubungan bisnis yang kuat. Ia melihat VPC sebagai firma yang berkualitas dan reputasi baik.

Lagipula, untuk mendapatkan dana segar dalam jumlah banyak dan dalam satu waktu tidak memungkinkan bagi sebuah perusahaan bila dilakukan melalui pendanaan secara privat. Oleh karena itu, kesempatan ini datang dan ingin dimanfaatkan FinAccel sebaik mungkin.

“Jadi kita bukan memilih untuk IPO, tapi memilih opsi pendanaan yang terbaik. Keputusan ini pun tidak mendadak tapi ada kesempatan yang datang dengan sendirinya,” ujar Garg.

Terkait proses listing di NASDAQ, transaksi ini diharapkan akan menghasilkan dana segar lebih dari $430 juta (lebih dari 6,1 triliun Rupiah) dalam bentuk tunai pada neraca keuangan perusahaan gabungan. Dari total dana tersebut, menggambarkan kontribusi hingga $256 juta secara tunai yang telah masuk dalam rekening perwakilan VPCB (dengan asumsi tidak ada pemegang saham PVCB yang menebus sahamnya).

Kemudian, sebesar $120 juta dalam bentuk private placement (PIPE) yang dipimpin oleh Marshall Wace, Corbin Capital, SV Investment, Palantir Technologies, Maso Capital, dan sponsor VPC, bersamaan dengan tambahan komitmen ekuitas sebesar $55 juta dari investor terdahulu, yakni NAVER (melalui NAVER Financial) dan Square Peg.

Garg menjelaskan dengan terbukanya akses pasar di bursa Amerika Serikat membuka kesempatan bagi perusahaan untuk mendapatkan likuiditas yang jauh lebih besar. Bursa Amerika Serikat memang menjadi “rumah” untuk banyak perusahaan teknologi besar di seluruh belahan dunia. Dari Asia saja, terhitung sudah hadir Sea, Alibaba, dan Grab dalam waktu dekat.

Ia pun membuka opsi untuk dual listing, dengan ikut melantai di Bursa Efek Indonesia. Meski keputusan tersebut belum bisa dispesifikkan lebih lanjut.

Lebih lanjut, Garg menerangkan dana segar hasil merger ini nantinya akan menjadi amunisi perusahaan untuk memperkuat posisinya di Asia Tenggara, akan ada rencana ekspansi regional ke Vietnam dan Thailand, dan pengembangan lini bisnis baru.

Komentarnya mengenai label unicorn yang akan disandang perusahaan, Garg mengonfimasi hal tersebut. Tapi menurutnya, label unicorn dan IPO bukanlah hal yang ingin dibidik perusahaan sejak awal didirikan. Ia ingin melanjutkan visi perusahaan dalam memperdalam penetrasi kartu kredit digital yang masih begitu luas kesempatannya di Asia Tenggara.

Perkembangan Kredivo

Paylater jadi opsi pembayaran yang makin diminati untuk pengguna e-commerce di Indonesia / Kredivo-Katadata

Dalam rekam jejaknya, Kredivo menyalurkan pembiayaan kredit instan kepada pengguna untuk pembelian di e-commerce dan offline serta dana pinjaman tunai, berdasarkan real-time decisioning yang didukung oleh teknologi AI buatan sendiri. Total penggunanya hampir mencapai 4 juta orang dan kerja sama dengan 8 dari 10 platform e-commerce terdepan di Indonesia.

Basis pengguna Kredivo tumbuh dua kali lipat selama 10 bulan terakhir dan pendapatan tahunan yang juga tumbuh dua kali lipat selama tujuh bulan terakhir. Diklaim perusahaan, memimpin industri untuk kategori Buy Now, Pay Later (BNPL), dengan wallet share setidaknya 50% di mayoritas merchant e-commerce di Indonesia.

Di Indonesia, penetrasi pengguna kartu kredit dari segmen kelas menengah kurang dari 10%, melalui kemitraan dengan Kredivo, merchant mampu meningkatkan nilai pembelanjaan konsumennya.

Merchant Kredivo yang disurvei mampu mencatatkan peningkatan untuk rata-rata jumlah pembelian (average basket size) lebih dari dua kali lipat, peningkatan frekuensi transaksi hingga tiga kali lipat, dengan lebih dari 50% merchant tersebut mengatakan Kredivo dapat memperbesar cart conversion rate atau jumlah transaksi yang berhasil pada waktu checkout.

Tren SPAC

SPAC menjadi kata kunci yang ramai sejak awal tahun ini. Selain Kredivo, perusahaan lokal yang ikut tertarik ada Tiket.com. Perusahaan yang kini telah bervaluasi lebih dari $1 miliar tersebut dikabarkan juga mempertimbangkan SPAC untuk menjadi kendaraannya melantai ke bursa saham. Rumornya mereka akan menggandeng perusahaan cek kosong COVA Acquisition Corp. (COVA), membentuk gabungan perusahaan bernilai lebih dari $2 miliar.

Selain itu, dalam sebuah keterangan yang dikutip Kumparan, CEO GoTo Andre Soelistyo mengatakan perusahaan gabungan Gojek-Tokopedia juga ditargetkan bisa melantai ke bursa sebelum akhir tahun 2021.

Dan seperti diketahui sebelumnya, unicorn lain Traveloka dan Bukalapak juga sudah dikabarkan mulai menjajaki opsi go-public dengan kendaraan SPAC.

Popularitas SPAC muncul akibat proses IPO konvensional dinilai lebih rumit, mahal, dan memakan waktu lebih banyak bagi startup teknologi. Di Amerika Serikat, tahun 2020 menjadi momentum pertumbuhan signifikan go-public lewat kendaraan cek kosong. Ada lebih dari 200 SPAC mengumpulkan sekitar $799 miliar.

Kendati demikian, saat ini terlihat adanya penurunan harga SPAC dan minat investor institusi untuk masuk ke PIPE; berkemungkinan para startup berpikir ulang untuk go-public lewat mekanisme ini.

Partner Withersworldwide Joel Shen berpendapat, kebangkitan popularitas SPAC dapat dikaitkan dengan suku bunga rendah, likuiditas yang melimpah di pasar karena stimulus dari sistem bank sentral AS, dan peningkatan jumlah target akuisisi, terutama di bidang teknologi.

Kredivo Bags Series C Funding, Valuation Updates to 7 Trillion Rupiah

Kredivo announced Series C funding worth of $90 million (over 1.2 trillion Rupiah) led by Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund and Square Peg. This act brings the company’s valuation nearly $500 million (around 7 trillion Rupiah). It’s expected to hit 10 million users in the next few years.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund is a joint venture of Mirae Asset Financial Group with Naver Corporation. Both are Korean-based companies. Some of the Indonesian-based portfolios namely Bukalapak, Grab, HappyFresh, RedDoorz, and The Asian Parent.

In the official statement, the round is said to be closed and over-subscribed. Other investors who participated in this Series C round are Singtel Innov8, TMI, Cathay Innovation, Kejora, Intervest, Mirae Asset Securities, Reinventure, DST Partners, and many more.

During 2019, the company has raised fresh funding in total, either debt or equity, over $200 million (around 2.8 trillion Rupiah). In terms of debt, it comes in the form of a consortium lender consists of banks and credit funds. One of which is Bank Permata, channeling 1 trillion Rupiah to re-distribute by Kredivo.

“We’re very excited knowing the investors involved are having the same vision to build a series of financial services that is rapid, competitive, and accessible to millions of users in the region,” Kredivo’s CEO, Akshay Garg said on Tue (12/3).

Square Peg Partner, Tushar Roy said the company is fascinated by Kredivo’s growth since the first investment last year. “It’s not common to find a company driven by value and culture-centric in this region, they can further develop while improving the financial service ecosystem.”

Since it was founded three years ago, the company is claimed to process more than 3 million submissions and distribute around 30 million loans. The achievement is considered as one of the biggest numbers in the lending platform and Indonesia’s e-commerce.

In the previous year, the number of merchants and transaction value arose over 300% year on year. The result was also backed by increasing risk management metrics equivalent to banks.

Akshay also said the fresh money is to be used to double up the growth by expansion to new locations, not only Indonesia but also Southeast Asia, and for talent acquisition.

Soon, some new products are to launch, including the low-interest loan for education and health, the sharia-based loan in partnership with the financial institutions. Kredivo also presents as a partner of PayLater LinkAja which is to be launched this month.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Kantongi Pendanaan Seri C, Valuasi Tembus 7 Triliun Rupiah

Kredivo mengumumkan perolehan dana segar Seri C senilai $90 juta (lebih dari 1,2 triliun Rupiah) yang dipimpin Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund dan Square Peg. Pendanaan ini membawa valuasi perusahaan mendekati $500 juta (sekitar 7 triliun Rupiah). Diharapkan perusahaan dapat menjangkau 10 juta pengguna dalam beberapa tahun ke depan.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund adalah perusahaan patungan yang dibentuk Mirae Asset Financial Group dan Naver Corporation. Keduanya berbasis di Korea Selatan. Beberapa portofolionya yang hadir di Indonesia adalah Bukalapak, Grab, HappyFresh, RedDoorz, dan The Asian Parent.

Disebutkan dalam keterangan resmi, putaran ini telah ditutup dan over-subscribed. Investor lain yang turut berpartipasi dalam Seri C adalah Singtel Innov8, TMI, Cathay Innovation, Kejora, Intervest, Mirae Asset Securities, Reinventure, DST Partners, dan lainnya.

Total perolehan dana segar perusahaan sepanjang 2019, baik dalam bentuk debt maupun ekuitas, mencapai lebih dari $200 juta (sekitar 2,8 triliun Rupiah). Dana dalam bentuk debt ini berbentuk konsorsium lender yang terdiri dari bank dan credit funds. Salah satunya, Bank Permata yang menyalurkan 1 triliun Rupiah untuk disalurkan kembali oleh Kredivo.

“Kami sangat senang bahwa investor yang masuk punya kesamaan visi dengan kami untuk membangun serangkaian layanan keuangan yang cepat, terjangkau, dan dapat diakses oleh jutaan pelanggan di wilayah ini,” ujar CEO Kredivo Akshay Garg, Selasa (3/12).

Partner Square Peg Tushar Roy menuturkan, pihaknya terkesan dengan perkembangan Kredivo sejak diinvestasi pada tahun lalu. “Sangat jarang menemukan perusahaan yang dipimpin oleh nilai dan fokus budaya di wilayah ini, dapat tumbuh secara luar biasa sambil memperbaiki ekosistem layanan finansial.”

Sejak didirikan tiga tahun lalu, perusahaan diklaim telah memroses lebih dari 3 juta pengajuan pinjaman dan menyalurkan hampir 30 juta pinjaman. Pencapaian tersebut diklaim sebagai salah satu platform lending terbesar untuk e-commerce di Indonesia.

Setahun belakangan, pertumbuhan jumlah merchant dan nilai transaksi naik lebih dari 300% secara year on year. Kinerja ini turut dibantu oleh peningkatan metrik manajemen risiko yang setara dengan bank.

Akshay menyebutkan, dana segar akan dipakai untuk menggandakan pertumbuhan dengan perluas kehadiran di daerah baru tidak hanya di Indonesia, juga Asia Tenggara, dan merekrut talenta baru.

Dalam waktu dekat, beberapa produk baru akan segera meluncur, termasuk produk pinjaman pendidikan dan kesehatan dengan bunga rendah, pinjaman berbasis syariah dan kemitraan dengan institusi keuangan. Kredivo juga hadir sebagai salah satu mitra PayLater LinkAja yang segera diresmikan bulan ini.

Application Information Will Show Up Here

Bank Permata Jadi “Lender” Institusional Kredivo, Salurkan 1 Triliun Rupiah

Kredivo mengumumkan kerja sama dengan Bank Permata sebagai lender institusional terbarunya. Bank Permata akan menyalurkan pinjaman sebesar Rp1 triliun untuk konsumen Kredivo. Angka ini diklaim sebagai penyaluran terbesar oleh bank untuk fintech di Indonesia.

Kepada DailySocial, CEO Kredivo Akhsay Garg mengonfirmasi bahwa komitmen yang diberikan kepada Kredivo adalah sebagai lender institusional, bukan sebagai investor.

Sebagai perusahaan dengan produk kartu kredit digital, maka ada dua kantong pendanaan yang mereka terima. Pertama, pendanaan untuk disalurkan kembali (lender institusi). Kedua, pendanaan untuk pengembangan perusahaan.

“Kami ada 10 lender institusi, tiga di antaranya adalah bank dari Indonesia. Sisanya, adalah fund dari luar negeri, salah satunya adalah Partners for Growth,” kata dia, Rabu (27/11).

Secara bersamaan, Akhsay juga menolak berkomentar jauh tentang rumor pendanaan yang diterima dari Mirae Asset Management untuk putaran Seri C. Menurutnya itu hanya rumor, yang persentasenya sangat kecil bila benar terjadi.

Mendapatkan kepercayaan dari Bank Permata dengan nominal komitmen yang besar, tentu bukan barang mudah. Komisaris Kredivo Umang Rustagi menerangkan pihaknya selalu senantiasa meningkatkan kredibilitas dan sistem back end sesuai dengan standar bank.

“Semua standar kami harus align dengan standar bank. Kita bisa meyakini Bank Permata untuk menemui standar yang mereka pakai,” katanya.

Direktur Ritel Bank Permata Djumariah Tenteram mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sebagai intermediary, pihaknya melihat Kredivo punya platform digital yang bagus dan kerangka manajemen krisis yang kuat.

Menurutnya, kerja sama seperti ini adalah model bisnis baru bagi bank, bukan sekadar dorong performa yang bagus dan laba yang tumbuh saja. Bank harus tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, terutama saat memilih mitra fintech.

“Kami lakukan assessment yang cukup dalam, untuk melihat bagaimana mereka memroses, analisa, dan verifikasi. Dari situ kami dapat kesimpulan, bisa bekerja sama dengan Kredivo.”

Pengembangan produk berikutnya

Kepada DailySocial, Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan mengungkapkan perusahaan akan bekerja sama dengan pemain e-wallet terbesar untuk menghadirkan produk paylater. Nanti, pengguna e-wallet tersebut bisa menggunakan limit kredit mereka di Kredivo untuk pembayaran transaksi di manapun.

Di samping itu, perusahaan akan permudah akuisisi pengguna baru Kredivo tanpa harus mengunduh aplikasi buat registrasinya. Caranya dengan mendaftar langsung dari aplikasi merchant, misalnya dari situs e-commerce yang sudah bekerja sama.

“Nanti di aplikasi e-commercenya bisa langsung daftar Kredivo, nanti proses approval-nya di kita secara real time,” tutur Alie.

Alie masih enggan membeberkan lebih lanjut terkait dua produknya tersebut. Dia memastikan secara produk ini sudah live dan bisa dipakai, untuk pengumuman resminya akan dilakukan pada bulan Desember ini.

Pada kuartal akhir ini, dia mengaku perusahaan tetap memfokuskan pada penguatan sistem yang lebih seamless buat konsumen. Baik itu saat registrasi, transaksi, dan repayment.

“Tujuan kami bukan buat something cool, tapi buat user gampang pakai aplikasi kita. Sekarang registrasi di Kredivo hanya butuh 1 menit dari dua menit awalnya,” pungkas Alie.

Tidak disebutkan pencapaian teranyar untuk Kredivo sejauh ini. Dalam 18 bulan terakhir, nilai transaksi dan penyaluran pinjaman di Kredivo, masing-masing tumbuh 40% dan 35% untuk per kuartalnya. Diklaim perusahaan telah melayani jutaan pengguna di seluruh Indonesia.

Kredivo dapat dipakai untuk belanja lebih dari di 500 merchant online dan juga offline. Fitur merchant offline ini baru tersedia untuk pengguna yang berdomisili di Jabodetabek.

Application Information Will Show Up Here

Mirae Asset Capital Is Said to Contribute to Kredivo’s Series C Round

Kredivo, an online lending platform with no collateral (KTA), today (11/15) announced to secure funding from Mirae Asset Capital with an undisclosed amount. Based on DealStreetAsia‘s statement, this is still a part of the ongoing Series C round. As previously reported, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) and MDI Ventures have started this round last July.

FinAccel (Kredivo’s parent company) team avoids leaking any information to DailySocial.

The Series C funding aims to strengthen its business in Indonesia and create a new market share in the Philippines. The expansion plan has rumored since last year after they raised Series B investment worth of 435 billion Rupiah.

In early September 2019, the company led by Akhsay Garg also announced to receive debt funding/debt financing from Partners for Growth V, L.P (PFG) worth of 283 billion Rupiah. The smooth distribution cannot be separated from its business growth in Indonesia. Kredivo’s Commissioner, Umang Rustagi said during the last 18 months, their transactions have increased by 40%.

Regarding the expansion plan, Kredivo’s Co-Founder, Alie Tan said the Philippines was appointed due to similar market characteristics with Indonesia. In fact, the name Kredivo will also be used in there. In addition, there are two more countries for business expansion, Singapore and Thailand.

Although it’s a different LP, Mirae Asset used to participate in the previous rounds involving Indonesian startups. The recent one is Bukalapak and HappyFresh – they secured funding from Mirae Asset-Naver Asia GrowthFund, Mirae’s managed funds with Korea-Japan tech company, Naver.

In Indonesia, Kredivo competes with Akulaku. Earlier this year, Akulaku is reportedly raised Series D funding worth of 1.4 trillion Rupiah led by Ant Financial, a fintech company under the giant retail Alibaba Group.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

Mirae Asset Capital Dikabarkan Terlibat di Putaran Pendanaan Seri C Kredivo

Kredivo, startup pengembang layanan kredit tanpa agunan (KTA) online, hari ini (15/11) dikabarkan telah mengamankan pendanaan dari Mirae Asset Capital dengan nilai yang tidak disebutkan. Menurut pemberitaan DealStreetAsia, ini masih termasuk dalam putaran seri C yang tengah digalang. Seperti diberitakan sebelumnya, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan MDI Ventures telah membuka putaran ini pada Juli 2019 lalu.

Kepada DailySocial, pihak FinAccel (induk perusahaan Kredivo) masih enggan memberikan tanggapan.

Pendanaan seri C digalang FinAccel untuk menguatkan bisnisnya di Indonesia dan membuka pangsa pasar baru di Filipina. Rencana ekspansi ini memang sudah disampaikan sejak akhir tahun lalu, pasca membukukan investasi seri B senilai 435 miliar Rupiah.

Awal September 2019 lalu, perusahaan yang dinahkodai oleh Akshay Garg juga mengumumkan perolehan debt funding/debt financing dari Partners for Growth V, L.P (PFG) senilai 283 miliar Rupiah. Lancarnya penambahan modal ke Kredivo tidak terlepas dari pertumbuhan bisnisnya di Indonesia. Dalam sebuah kesempatan Komisioner Kredivo Umang Rustagi mengatakan selama 18 bulan terakhir transaksi meningkat 40%.

Terkait rencana ekspansi, Co-Founder Kredivo Alie Tan menyampaikan, pemilihan Filipina tidak terlepas dari karakteristik pasar yang mirip dengan Indonesia. Bahkan merek “Kredivo” juga akan digunakan di sana. Selain itu, ada dua negara lainnya yang sudah dipertimbangkan untuk perluasan bisnis, yakni Singapura dan Thailand.

Kendati bersama LP berbeda, nama Mirae Asset sendiri sebelumnya sudah terdengar di beberapa putaran investasi yang melibatkan startup di Indonesia. Salah satunya pada penggalangan dana terbaru Bukalapak dan HappyFresh — mereka mendapatkan pendanaan dari Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, dana kelolaan Mirae dan perusahaan teknologi Korea-Jepang Naver.

Di Indonesia, layanan Kredivo bersaing langsung bersama Akulaku. Awal tahun ini Akulaku dikabarkan memperoleh pendanaan seri D senilai 1,4 triliun Rupiah yang dipimpin oleh Ant Financial, perusahaan teknologi finansial di bawah naungan raksasa ritel Alibaba Group.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Luncurkan Fitur “Zero-Click Checkout” untuk Percepat Transaksi di E-commerce

Pengembang layanan kartu kredit virtual Kredivo merilis fitur Zero-Click Checkout. Tujuannya untuk memantapkan posisi perusahaan sebagai metode pembayaran paling cepat yang dapat diakses di platform e-commerce.

Transaksi dari e-commerce masih mendominasi peminjaman uang di Kredivo. CTO Kredivo Alie Tan mengatakan, fitur Zero-Click Checkout dibuat bukan karena motivasi kecepatan belaka, namun meminimalkan drop rate yang terjadi pada saat konsumen melakukan pembayaran di e-commerce.

“Jadi misalnya waktu user memasukkan OTP, user malas memasukkan nomor handphone atau lupa PIN. Kita ingin memecahkan masalah itu, kita ingin zero friction,” ujar Alie.

Sebelum fitur anyar ini diperkenalkan, proses pembayaran melalui Kredivo di e-commerce hanya melalui dua kali klik. Dengan Zero-Click Checkout ini, pengguna dapat menyelesaikan pembelian di e-commerce seketika mereka mengeklik Kredivo sebagai metode pembayarannya.

Fitur ini dimungkinkan karena Kredivo sudah menyimpan kredensial penggunanya sehingga pada saat pembayaran tak ada lagi permintaan mengisi sejumlah kolom. Kendati begitu, Kredivo menyebut kredensial itu kapan pun dapat dihapus oleh pengguna.

Perihal keamanan fitur ini, Head of Product Kredivo Iswara Gozali menjamin pihaknya punya mekanismen untuk mendeteksi kejadian yang tak diinginkan. Iswara mencontohkan jika ada orang yang tak berhak memakai dan bertransaksi menggunakan akun seseorang, sistemnya dapat membaca hal itu.

“Kita akan mendeteksi transaksi anomali dan akan mengujinya denga kode OTP yang dikirim ke nomor pemilik,” kata Iswara.

Kredivo berharap fitur baru ini dapat memangkas hambatan untuk checkout dan menggenjot penjualan merchant yang diklaim sudah naik 30 persen selama fitur diperkenalkan.

Untuk sementara waktu, Zero-Click Checkout ini hanya tersedia di Tokopedia dan berangsur-angsur muncul di e-commerce lain pada September besok. Mereka menargetkan fitur ini dapat meningkatkan pencapaian mereka yang saat ini sudah mengumpulkan 1 juta pengguna, 250 mitra merchant e-commerce, dan 3 juta transaksi per bulan.

“Ke depannya kita juga mau fokus ke growth 3-4 kali dan melakukan inovasi-inovasi lain,” pungkas Alie.

Application Information Will Show Up Here