Grab is Said to be In Talk to Merge Ovo and Dana

Reuters reports that Grab, one of Ovo’s backers, intends to spur the merger of Ovo and Dana. It is said to take part in Grab and Gojek’s competition for the payment platform. GoPay and Ovo are known as the two leading platforms of digital payment in Indonesia, followed by Dana as the closest competitor.

No official statement has been confirmed by the related parties.

Ovo was founded by Lippo Group and supported with Grab and Tokopedia. Ovo’s current CEO, Jason Thompson, was previously the Head of GrabPay.

Reuters also mentioned that the plan has been discussed with Softbank’s CEO, Masayoshi Son during his visit in Jakarta.

Softbank has been one of Grab’s significant investors. Alibaba, Softbank’s biggest porttfolio, created Dana through joint ventures with Emtek–which recently closed down BBM.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Disebut Dorong Ovo dan Dana untuk Merger

Reuters menyebutkan bahwa Grab, salah satu pendukung platform pembayaran digital Ovo, sedang mendorong terjadinya merger antara Ovo dan Dana. Disebutkan langkah ini merupakan bagian persaingan Grab dan Gojek, termasuk di platform pembayaran. GoPay dan Ovo kita kenal sebagai dua platform terpopuler untuk pembayaran digital di Indonesia, sementara Dana membuntuti sebagai pesaing terdekat keduanya.

Belum ada konfirmasi resmi dari semua pihak yang terlibat.

Ovo awalnya didirikan oleh Lippo Group dan telah memperoleh dukungan Grab dan Tokopedia. CEO Ovo saat ini, Jason Thompson, sebelumnya adalah Head of GrabPay.

Sumber Reuters menyebutkan rencana ini sudah didiskusikan dengan CEO Softbank Masayoshi Son saat kedatangannya ke Jakarta beberapa waktu lalu dan ia sudah memberikan persetujuannya.

Softbank adalah investor signifikan bagi Grab, sedangkan Alibaba, juga portofolio terbesar Softbank, memiliki separuh kepemilikan Dana melalui Ant Financial (Alipay)–separuhnya dimiliki oleh Emtek yang baru saja menutup BBM.

Merger Ovo dan Dana, jika terwujud, bakal menjadi amunisi yang luar biasa di sektor pembayaran, mengingat Dana digunakan oleh platform marketplace besar lainnya, Bukalapak, dan kini sedang menggencar melancarkan promosi di merchant offline.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Startup India dan Indonesia Jadi Fokus Penyaluran Dana BAce Capital

BAce Capital, perusahaan venture capital yang disokong Ant Financial, menargetkan bisa menyalurkan dana investasi untuk startup-startup India dan Asia Tenggara–khususnya Indonesia yang berorientasi pada konsumen dan bersifat mobile first.

BAce Capital sejauh ini sudah mengantongi komitmen modal senilai $100 juta (1,4 triliun Rupiah) dari Ant Financial dan juga investor individu dari sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India, dan Asia Tenggara. Perusahaan menargetkan bisa mengumpulkan hingga $150 juta (2,1 triliun Rupiah) untuk dana awal ini dengan Ant Financial menjadi limited partner terbesar.

Tim investasi BAce Capital sendiri terdiri dari mantan tiga eksekutif Alibaba dan Ant Financial, yakni mantan Managing Director Ant Financial India Benny Chen, mantan Senior Director India and Southeast Asia Strategic Investment Alibaba Group Kshitij Karundia, dan mantan CIO Lazada Indonesia dan Deputy Director Alibaba Group Mulyono.

Managing Partner BAce Capital Benny Chen menjelaskan, mereka menargetkan pendanaan untuk tahapan Seri A ke Seri B dengan peluang ticket size mulai dari $500.000 hingga $15 juta. India dan Indonesia akan menjadi area dengan fokus terbesar, mendapat alokasi 70-80% dari dana corpus.

Kepada DailySocial, Mulyono menjelaskan bahwa di Indonesia mereka akan fokus untuk startup mobile first dan consumer internet. Dua sektor ini dianggap masih memiliki peluang besar, baik di pasar India maupun Indonesia. Sementara untuk vertikal, BAce Capital akan bersifat industry agnostic dan akan lebih banyak fokus ke area yang dirasa cocok dengan use case mobile internet.

“Kami percaya bahwa sekarang level dari adoption and stickiness-nya internet indonesia masih sangat early stage. Masih sangat banyak potensi yang akan bisa dimaksimalkan. Kuncinya adalah bagaimana kita bisa menggunakan network effect dengan efisiensi paling tinggi  utk membuat nilai tambah ke customer,” jelas Mulyono.

Adalah rahasia umum bahwa Indonesia memiliki potensi besar di Asia Tenggara untuk urusan ekonomi digital atau yang berkaitan dengan aplikasi mobile dan internet. Dikutip dari DailySocial Startup Report 2018, pengguna internet di Indonesia diperkirakan sudah mencapai lebih dari 54% populasi, atau berada di angka 90 juta jiwa. Pertumbuhan internet economy di Indonesia pun diprediksi akan mencapai angka $100 miliar pada tahun 2025 atau sekitar 41% dari seluruh ekonomi digital Asia Tenggara.

Mengawali kiprah investasinya, BAce Capital telah memberikan investasi pertamanya untuk startup asal Bangalore, India, Healofy, yang merupakan platform informasi kehamilan dan parenting, khususnya untuk ibu-ibu.

Akulaku Dikabarkan Tengah Proses Pendanaan Seri D Lebih dari 1,4 Triliun Rupiah dari Alibaba (UPDATED)

Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, dikabarkan sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk pendanaan seri D senilai US$100 juta (lebih dari Rp1,4 triliun). Disebutkan Ant Financial, lini bisnis Alibaba yang bergerak di jasa keuangan, akan bergabung dalam putaran ini sebagai investor strategis.

Menurut sumber dari Momentum Works, Ant Financial dikabarkan berinvestasi sebanyak US$40 juta (sekitar Rp560 miliar) dari putaran pendanaan kali ini.

Dikutip dari KrAsia, pendanaan ini akan berdampak pada semakin dalamnya penetrasi bisnis Alibaba (lewat Ant Financial) dan portofolio perusahaan lainnya yang tergabung dalam Alibaba, terutama dari sisi layanan e-commerce di Indonesia.

Bila kabar ini terkonfirmasi, dapat dikatakan total pendanaan yang telah diterima Akulaku tembus ke angka US$220 juta (lebih dari Rp3,08 triliun). Pada Oktober 2017, perusahaan menerima pendanaan seri C senilai $70 juta (lebih dari Rp1,06 triliun) yang dipimpin oleh Fanpujinke Group, diikuti Sequoia India, BlueSky Venture Capital, dan Qimimng Venture Capital.

Asia Tenggara menjadi kawasan yang paling dilirik oleh perusahaan raksasa Alibaba dalam membangun jejak internasionalnya. Untuk lini e-commerce, Alibaba berinvestasi ke Lazada dan Tokopedia. Sementara dari sisi fintech, Alibaba hadir di sejumlah pemain lokal, seperti Dana (Indonesia), GCash (Filipina), TrueMoney (Thailand), TnGD (Malaysia).

Akulaku berdiri sejak 2014 dengan lini bisnis utama kartu kredit virtual dan menawarkan penjualan produk komputer, komunikasi, dan produk konsumer. Selain Indonesia, Akulaku juga beroperasi di Filipina, Vietnam, dan Malaysia.

Dalam konferensi pers beberapa waktu lalu, pihak Akulaku menyebut tahun ini akan ekspansi ke Kalimantan dan Sumatera untuk perluas cakupan nasabah, sebelumnya hanya melayani area Jawa saja.

Akulaku memiliki tiga lini bisnis di bawahnya, yakni Asetku yang bergerak di bidang p2p lending, Akulaku Silvrr (marketplace), Akugrosir (B2B e-commerce), dan Akulaku Finance bergerak di bidang pembiayaan (multifinance).

Produk terakhir yang baru dirilis Akulaku adalah Kredit Offline, memungkinkan pengguna dapat membayar di merchant offline dengan mencicil. Diklaim Akulaku memiliki 15 juta pengguna yang sudah terdaftar dan 2 juta di antaranya adalah pengguna aktif.

*Update: Kami menambahkan artikel tambahan dari Momentum Works

Application Information Will Show Up Here

DANA Rilis Aplikasi “Standalone” dan Mesin QR Code

Layanan pembayaran DANA merilis aplikasi standalone dalam versi beta dan mesin QR Code yang sudah didistribusikan secara terbatas ke merchant di Jabodetabek. Langkah awal ini sebagai bagian strategi DANA untuk menjadi pemain pembayaran terdepan di Indonesia.

VP of Products DANA Rangga Wiseno menegaskan, kehadiran aplikasi standalone ini bukan berarti menghentikan strategi DANA untuk hadir sebagai open platform di dalam layanan merchant. Sejak awal DANA memiliki konsep open platform, yang mendukung semua merchant baik online maupun offline.

“Jadi DANA akan senantiasa menjaga komitmen ini dan menyediakan jasa pembayaran terbaik bagi seluruh merchant,” ujarnya kepada DailySocial.

DANA Widget (sebutan DANA di dalam layanan merchant) didesain dengan pembatasan fitur per merchant dan UX-nya dikustomisasi sesuai use case per merchant. Alhasil pengguna tidak merasa pindah ke aplikasi lain saat melakukan pembayaran. Contohnya pembayaran tiket bioskop di TIX.id dan pembayaran transaksi di marketplace Bukalapak.

Berbeda dengan DANA Widget, sambungnya, aplikasi DANA ditujukan untuk aplikasi utama yang dapat digunakan pengguna dalam memonitor seluruh transaksi yang dilakukan di seluruh merchant yang sudah terhubung. Aplikasi ini memiliki fitur lain yang tidak ada di Widget, misalnya pembayaran QR, pengiriman uang, pembayaran tagihan atau beli pulsa.

“DANA mendukung fasilitas pembayaran via kartu debit dan kredit, sehingga pengguna tidak perlu lagi top up. Pengguna juga dapat mengatur kartu yang sudah terhubung dengan DANA via Widget di aplikasi ini.”

Mesin QR Code

Mesin QR Code dari DANA / DailySocial
Mesin QR Code dari DANA / DailySocial

Rangga melanjutkan, mesin QR Code ini dinamai “Litte White Box”. Mesin pemindai QR ini dikembangkan oleh salah satu mitra DANA. Perusahaan melakukan kustomisasi dan beberapa pengujian, seperti Penetration Testing atau Performance Testing, sesuai komitmen perusahaan dalam memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.

Ada dua pendekatan yang ingin disasar perusahaan dari mesin QR tersebut. Pertama untuk Merchant Scan User, jadi QR user bersifat dinamis, selalu berubah-ubah dalam setiap transaksi sehingga tidak bisa digandakan.

Untuk melakukan transaksi, pengguna cukup menampilkan QR mereka dari aplikasi tanpa perlu terhubung ke internet. Tidak perlu repot pula memasukkan harga karena pemindai dapat langsung terhubung ke POS merchant untuk mendeteksi nilai transaksi. Notifikasi status pembayaran dapat langsung diterima merchant secara realtime.

“Hal ini membuat kami yakin bahwa metode ini dapat memberikan kenyamanan yang lebih bagi pengguna DANA dibanding metode User Scan Merchant yang sudah banyak beredar di pasar.”

Rangga menyebut dari hasil riset internal, metode ini hanya membutuhkan waktu kurang lebih tiga detik (scan>memasukkan PIN>selesai) untuk menyelesaikan transaksi. Dibandingkan metode user scan merchant yang butuh waktu lebih dari 10 detik (scan>input amount>konfirmasi>PIN>notifikasi merchant>selesai).

“Jadi, metode ini sangat cocok bagi merchant yang memiliki pengunjung padat untuk meminimalisir antrean.”

Kedua, User Scan Merchant. Metode ini lebih diperuntukkan untuk pedagang mikro yang low tech sebab lebih simpel untuk diterapkan. Pedagang dapat mencetak QR statis melalui aplikasi DANA dan pengguna dapat memindai QR tersebut via aplikasi dan memasukkan nilai transaksi untuk melakukan pembayaran.

Merchant akan menerima notifikasi saat pembayaran berhasil. Metode ini sama seperti yang kebanyakan beredar di pasar saat ini.

Untuk sementara, uji coba QR Code masih terbatas di wilayah Jabodetabek untuk merchant KFC dan Ramayana. Menurut Rangga, hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat fokus menerima masukan dari pengguna DANA dan melakukan perbaikan sebelum meluncurkan versi full dalam waktu dekat.

“Nanti versi full akan memiliki jangkauan area ke seluruh Indonesia sesuai dengan lokasi merchant atau pedagang yang bekerja sama dengan DANA,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Boosts Annualized GMV to IDR 48 Trillion

In an interview with Bloomberg, Bukalapak’s Co-Founder and President M. Fajrin Rasyid revealed the company’s monthly Gross Merchandise Value (GMV) has reached IDR 4 trillion ($270 million) or Annualized GMV of IDR 48 trillion (around $3.2 billion).

In addition, Ant Financial (Alipay) and Singapore-based investment company GIC Pte Ltd are reportedly involved as Bukalapak investors, although Rasyid has confirmed to DailySocial that both aren’t participated in the last round addressing Bukalapak as a unicorn worth over $1 billion.

He said one-fifth (20%) of the GMV is a contribution from partners’ sales of the exceeding 300 kiosks.

“It’s expected, after receiving goods [transaction results], they’ll be happy doing their own online transaction [no need for agents] and Bukalapak becomes the platform they choose for the next transaction,” he said.

He also said, Bukalapak plans to raise new funding by earlier next year, they’re not rushing. IPO is said to be considered in 1 to 2 year later.

Furthermore, he mentioned the company is making some acquisition. We’ve got some news regarding Bukalapak acquisition of some software house (in the form of acquihire). He said the company is making progress for acquisition towards e-commerce players having a synergy with the company.

As one of the two Indonesian unicorn startups engaged in the e-commerce sector, Bukalapak is included in Indonesia’s top 5 e-commerce based on traffic and popularity. Some of their latest highlights are the launch of bus ticketing service, partners with DANA as their digital payment platform, and open the installment-based payment service with Akulaku called BukaCicilan.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GMV Tahunan Bukalapak Capai 48 Triliun Rupiah

Dalam wawancara dengan Bloomberg, Co-Founder dan President Bukalapak M. Fajrin Rasyid mengungkapkan bahwa Gross Merchandise Value (GMV) bulanan perusahaan mencapai 4 triliun Rupiah ($270 juta) per bulan atau Annualized GMV mencapai 48 triliun Rupiah (sekitar $3,2 miliar).

Selain itu terungkap bahwa Ant Financial (Alipay) dan perusahaan investasi negara Singapura GIC Pte Ltd termasuk dalam jajaran investor Bukalapak, meskipun Fajrin kepada DailySocial mengonfirmasi keduanya tidak masuk di putaran terakhir yang melambungkan Bukalapak sebagai startup unicorn bervaluasi lebih dari $1 miliar.

Menurut Fajrin, seperlima (20%) dari GMV tersebut disumbangkan dari penjualan melalui Mitra Bukalapak yang telah berjumlah lebih dari 300 ribu kios.

“Harapannya setelah menerima barang [hasil transaksi], mereka merasa nyaman melakukan transaksi online sendiri [tidak lagi melalui perantara agen] dan Bukalapak menjadi platform yang merek gunakan untuk transaksi berikutnya,” ujar Fajrin.

Fajrin mengungkapkan bahwa Bukalapak berencana mencari pendanaan baru awal tahun depan, meskipun tidak dalam posisi terburu-buru. IPO disebutkan bakal dipertimbangkan dalam 1-2 tahun ke depan.

Selain Fajrin juga menjelaskan bahwa pihaknya sudah mulai melakukan akuisisi. Kami mendapat informasi bahwa Bukalapak sudah mengakuisisi beberapa software house (dalam bentuk acquihire). Fajrin menyebutkan pihaknya sedang dalam tahap penjajakan akuisisi terhadap pemain e-commerce yang bersinergi dengan perusahaan.

Sebagai satu dari dua startup unicorn Indonesia yang bergerak di sektor e-commerce, Bukalapak termasuk dalam jajaran top 5 e-commerce di Indonesia berdasarkan traffic dan popularitas. Beberapa highlight Bukalapak sebulan terakhir adalah meluncurkan layanan pembelian tiket bus, menggandeng DANA sebagai platform pembayaran digital, dan membuka layanan pembayaran berbasis cicilan BukaCicilan bersama Akulaku.

Application Information Will Show Up Here

DStour #48: Konsep “Modern Indonesia” Versi DANA

DANA adalah layanan pembayaran hasil joint venture Ant Financial (Alipay) dan EMTEK Group. Berlokasi di bilangan Gatot Subroto, Jakarta, yang dekat dengan berbagai layanan institusi finansial lainnya, kantor DANA didominasi dengan balutan nuansa modern khas startup masa kini. Mereka menyebutnya “modern Indonesia”, menggabungkan unsur tradisional dan unsur-unsur yang banyak digunakan kantor startup saat ini.

Dipandu CEO DANA Vincent Iswara, simak liputan lengkap DStour berikut ini.

Bukalapak is now Receiving Payment through DANA

Bukalapak returns with new payment options. It’s through DANA, a payment platform from a joint venture of EMTEK and Ant Financial (Alipay). DANA has currently become the payment service for all transactions in BBM platform by EMTEK.

Previously, payment through DANA has been supported in Bukalapak, but only using the feature in BBM Discovery.

DANA integration with Bukalapak is a crucial breakthrough. It’s to boost the users’ growth of DANA, to not only depends on BBM platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bukalapak Kini Terima Pembayaran Melalui DANA (UPDATED)

Bukalapak kembali menambah metode pembayaran untuk transaksi mereka. Kali ini yang ditambahkan adalah metode pembayaran menggunakan DANA, platform pembayaran yang merupakan hasil joint venture EMTEK dan Ant Financial (Alipay). DANA saat ini menjadi payment service untuk seluruh pembayaran di platform BBM yang kini dikelola EMTEK.

Sebelumnya pembayaran melalui DANA sudah didukung Bukalapak, namun hanya menggunakan fitur Bukalapak yang ada di BBM Discovery.

Untuk pembayaran melalui DANA, pengguna akan mendapatkan one time password (OTP) melalui SMS dan PIN. Pembayaran tersebut akan diproses melalui halaman resmi DANA. DANA juga menyediakan alternatif menyediakan alternatif metode pembayaran menggunakan transfer virtual account dan kartu kredit jika saldo tidak mencukupi.

Integrasi DANA dengan layanan Bukalapak ini merupakan terobosan penting. Bagi DANA, hal ini merupakan untuk menggenjot pertumbuhan pengguna yang tak hanya bergantung dengan platform BBM.

Dalam keterangan terbarunya CEO DANA Vincent Iswaratioso menyebutkan keberadaan DANA sebagai metode pembayaran di Bukalapak merupakan langkah strategis untuk menguatkan kepercayaan masyarakat dalam mengoptimalkan penggunaan dombet digital.

“Dengan DANA, pelanggan Bukalapak dapat terjamin keamanan bertransaksinya, dapat melakukan transaksi dengan cepat, mudah, dan efisien, serta tidak perlu mengunduh aplikasi baru yang sering dikeluhkan mengurangi kinerja smartphone mereka. Selain itu, melalui kerja sama ini, pelanggan Bukalapak juga akan memperoleh manfaat dari program-program promosi yang kami hadirkan khusus di eCommerce terkemuka ini,” ungkap Vincent.

Update : Keterangan CEO DANA

 

Application Information Will Show Up Here