Aplikasi “Virtual Assistant” Lenna Resmi Meluncur, Manfaatkan Perintah Suara

Aplikasi virtual assistant Lenna resmi meluncur di bawah PT Sinergi Digital Teknologi. Lenna menawarkan layanan kecerdasan buatan dengan fitur perintah suara untuk membantu kegiatan dan kebutuhan personal.

“Kami lihat masalah yang terjadi dan menawarkan solusi dengan experience yang baru, yakni menggunakan suara daripada model typing. Ini jadi keunikan kami. Kami juga percaya voice command ini akan jadi era teknologi berikutnya,” terang CEO Lenna Rissandi, Selasa (23/1).

Menurut Rissandi, Lenna memanfaatkan NLP (Natural Language Processing) dengan engine yang dikembangkan sendiri oleh tim Lenna, dinamai Brainlethics. Kemudian, menggabungkan teknologi dari Google yakni Google Text-to-Speech untuk menuliskan setiap perintah suara yang dituturkan pengguna.

Menariknya NLP yang dipakai Lenna dapat memahami Bahasa Indonesia dengan kosakata sehari-hari. Lenna merekam setiap tuturan sebagai data untuk meningkatkan kemampuannya. Rissandi mengungkapkan, saat ini Lenna sedang dipersiapkan agar dapat memahami Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.

Dia melanjutkan, Lenna tidak hanya dapat menjadi asisten pribadi namun juga bisa diajak berbincang selayaknya berbicara dengan teman sendiri. Pasalnya, Lenna juga dapat memberi informasi terbaru, ramalan cuaca, mesin pencarian, review gadget, hingga pergerakan saham.

Untuk fiturnya sendiri, Lenna dapat melayani pembayaran kebutuhan bulanan seperti pulsa, token listrik, BPJS. Pembelian tiket kereta, bioskop, dan pesawat. Untuk provider penyedia seluruh layanan tersebut, sementara ini Lenna bermitra dengan pemain operator telekomunikasi dan Tiket.com.

“Kami akan menambah mitra e-commerce ke dalam platform kami agar pengguna semakin banyak mendapat pilihan produk yang sesuai keinginan.”

Untuk pembayarannya, dihadirkan Lenna Wallet yang sudah terintegrasi dengan Doku Wallet dan Telkom Finnet untuk sumber dananya. Selain itu juga disediakan pembayaran via ATM dan mobile banking.

Hadirkan produk B2B

Lenna juga dihadirkan untuk menyasar segmen B2B. Untuk segmen ini, teknologi Lenna dapat diintegrasikan untuk meminta laporan penjualan. Pemilik perusahaan dapat mengecek hasil penjualan via perintah suara secara harian, mingguan, hingga bulanan kepada setiap tenaga penjualnya meski beroperasi di luar kota.

Untuk konsumen B2B, mereka bisa memilih opsi apakah ingin menanamkan fitur khusus B2B dalam aplikasi di smartphone. Atau menanamkan teknologi Lenna dalam sistem mereka.

Lini ini menjadi cara Lenna melakukan monetisasi, disamping mengambil komisi dari penjualan produk digital untuk pengguna B2C.

“Jadi aplikasi kita hanya satu, tapi untuk konsumen B2B akan ada tambahan fitur yang hanya bisa diakses oleh mereka,” terang CTO Lenna Alen Boby Hartanto.

Mengenai target, Rissandi akan menambah fitur-fitur lainnya yang dapat berguna bagi setiap penggunanya. Sampai akhir tahun ini diharapkan pengguna Lenna dapat mencapai 500 ribu. Adapun dalam jangka waktu dekat sampai kuartal satu ini ditargetkan bisa mencapai 50 ribu pengguna dengan target nominal transaksi Rp5 miliar.

Rissandi mengaku Lenna dikembangkan kurang lebih selama satu tahun. Sejauh ini Lenna sudah mendapat suntikan investasi tahap awal dari investor lokal dengan nilai dan identitas yang tidak disebutkan.

Sementara ini Lenna baru tersedia untuk versi Android, situs desktop, platform messanging seperti Line, Messenger, dan Telegram.

Selamat Datang Era Asisten

Di film “2001: A Space Odyssey”, sebuah karya masterpiece Stanley Kubrick yang dirilis tahun 1968, HAL 9000 dibuat sebagai sentient computer yang mengontrol sistem pesawat luar angkasa dan berkomunikasi dengan para krunya. Saat itu HAL dibayangkan sudah tersedia 20-30 tahun setelah film dibuat.

Di tahun 2018, utopia itu belum benar-benar terwujud. Meskipun demikian, Consumer Electronics Show 2018, salah satu showcase produk elektronik terbesar di dunia, menunjukkan bahwa arah pengembangan teknologi adalah “mengembangkan HAL yang realistis” berbasis Artificial Intelligence. Membantu kehidupan kita untuk mengatur segala perangkat rumah dan kendaraan.

Menurut pengamatan DailySocial, yang berkesempatan hadir secara langsung, logo Alexa (yang dibuat oleh Amazon) dan Google Assistant bertebaran di berbagai perangkat dan berbagai merk, dari televisi, smart speaker, sampai perangkat dapur air fryer.

Google, meskipun tidak menunjukkan satupun produk elektronik buatan sendiri, memanfaatkan ajang ini untuk menunjuk kapabilitas Google Assistant, termasuk dalam bentuk instalasi besar yang ditempatkan di pintu utama. Google juga menempatkan tim, di semua booth yang mendukung Google Assistant, seandainya ada pengunjung yang ingin tahu lebih lanjut tentang fitur ini.

Amazon, meskipun tidak seagresif Google, telah menggandeng setidaknya 50 brand yang bisa memanfaatkan “kepintaran” Alexa.

Di luar keduanya, masih ada Siri dari Apple, Bixby dari Samsung, Clova dari LINE, dan Cortana dari Microsoft yang bermain di ranah yang sama.

Tahun 2020 menjadi tipping point

Dalam sesi keynote-nya, President dan Kepala Divisi Consumer Electronics HS Kim memberikan komitmen bahwa Samsung, saat ini produsen perangkat consumer electronics terbesar di dunia, akan menerapkan konsep IoT untuk semua produknya di tahun 2020.

Itu artinya tidak ada lagi produk elektronik di rumah yang “tidak pintar”. Semua produk akan terhubung dan asisten akan menjadi perekat yang memudahkan komunikasi antara produk satu dan lainnya. Bixby, asisten yang dikembangkan Samsung, akan menjadi “bintang” jika semuanya mulus sesuai rencana.

DSCF4235

Kehadiran konektivitas 5G, yang ditargetkan mulai tersedia tahun 2019 mendatang, menjadi katalisator penting. Seharusnya tidak ada lagi penghalang di jalan tol bebas hambatan 5G untuk menghubungkan televisi, kulkas, mesin cuci, kamera pengintai, AC, hingga mobil kita.

Kerentanan teknologi

Tentu saja tidak ada teknologi yang tanpa celah. Isu BlueBorne atau Dolphin Attack adalah dua hal awal yang bisa digunakan untuk meng-exploit teknologi seperti ini. Dengan semakin banyaknya pemanfaatan asisten di berbagai perangkat, diyakini akan semakin banyak serangan yang terjadi.

Jika kita sudah “pusing” seandainya sebuah perangkat komputer yang kita miliki terkena hack atau virus, apa yang terjadi jika seluruh perangkat elektronik di rumah dikuasai oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?

Suatu utopia lain adalah seandainya asisten menjadi terlalu pintar dan justru malah memiliki pikiran tersendiri. Di film 2001: A Space Odyssey, HAL berubah menjadi tokoh antagonis utama karena merasa terancam dengan potensi pemutusan daya karena adanya malfungsi. Sebagai asisten, manusia haruslah tetap menjadi pengontrol utama setiap kegiatannya.

Chipset Exynos 9810 Indikasikan Fitur Pendeteksi Wajah pada Samsung Galaxy S9

Rumor ini sebenarnya sudah berhembus sejak Oktober tahun lalu. Gagasan utamanya adalah, Samsung Galaxy S9 bakal mengemas chipset baru yang diracik khusus untuk mengakomodasi kinerja artificial intelligence (AI) yang lebih baik, kurang lebih seperti chipset A11 Bionic pada iPhone X.

Memasuki 2018, rumor ini mulai terdengar seperti kenyataan. Samsung baru saja menyingkap chipset baru bernama Exynos 9810, yang dikerjakan dengan proses fabrikasi 10 nm, dan menawarkan peningkatan performa dua kali lipat untuk single-core, serta peningkatan 40% untuk multi-core.

Peningkatan performa dari generasi ke generasi sudah bukan hal yang asing lagi. Yang justru lebih menarik untuk disorot adalah kemampuan chipset ini dalam mewujudkan fitur-fitur berbasis AI. Dalam memperkenalkan Exynos 9810, Samsung secara eksplisit bilang bahwa chipset ini dapat merealisasikan fitur pendeteksi wajah ketika dipadukan dengan hardware dan software depth sensing.

Untuk apa harus mendeteksi wajah? Samsung lanjut menjelaskan bahwa fitur ini memungkinkan kinerja face tracking yang realistis, sehingga pada akhirnya perangkat dapat dibuka hanya dengan mendeteksi wajah pengguna. Kedengarannya tidak asing? Ya, karena ini salah satu fitur unggulan iPhone X.

Ilustrasi fitur pendeteksi wajah milik iPhone X / Apple
Ilustrasi fitur pendeteksi wajah milik iPhone X / Apple

Dari situ sebenarnya bisa kita asumsikan bahwa Samsung Galaxy S9 (yang kemungkinan besar bakal menggunakan chipset ini) nantinya bakal menawarkan fitur serupa. Yang mungkin menjadi pertanyaan, apakah Samsung juga akan mengikuti jejak Apple dan benar-benar meninggalkan autentikasi berbasis sidik jari dengan adanya fitur pendeteksi wajah ini?

Jawabannya bisa saja tidak, sebab Samsung turut menambahkan bahwa ada bagian khusus pada chipset yang secara spesifik difungsikan untuk menyimpan informasi hasil pemindaian wajah, iris dan sidik jari. Mungkin saja fitur pendeteksi wajah ini dimaksudkan untuk mengobati kekecewaan konsumen atas peletakan sensor sidik jari pada Galaxy S8 yang dinilai tidak semestinya.

Di samping itu, Exynos 9810 digadang-gadang juga dapat meningkatkan kinerja kamera ponsel yang membawanya, sampai ke titik di mana video 4K bisa direkam dalam kecepatan 120 fps. Live streaming dalam resolusi 4K pun bisa diwujudkan oleh chipset ini, tinggal koneksi internet kita yang mampu atau tidak.

Sumber: Samsung.

Tren AI Makin Gencar, LG Sematkan Google Assistant ke Semua TV OLED dan Super UHD-nya Tahun Ini

Tahun 2018 ini, LG memutuskan untuk menggunakan branding baru buat lini perangkat elektronik rumahannya. Dijuluki “ThinQ”, penamaan ini sejatinya menegaskan peran besar artificial intelligence (AI) pada masing-masing perangkat. Sebelumnya, LG sudah mengungkap sebuah smart speaker berbekal integrasi Google Assistant, dan kini lini TV-nya turut mendapat perlakuan serupa.

Spesifiknya semua TV OLED dan Super UHD yang bakal dirilis LG tahun ini, yang akan mengusung integrasi asisten virtual besutan Google tersebut. Namun yang lebih menarik, LG rupanya juga masih akan menyematkan AI rancangannya sendiri.

Anda mungkin bertanya, untuk apa ada dua asisten virtual di sebuah TV? Skenario yang LG gambarkan adalah sebagai berikut: AI buatannya dipercaya untuk menjalankan tugas-tugas yang spesifik dan kontekstual, seperti ketika pengguna hendak mencari soundtrack dari film yang sedang ditontonnya; sedangkan Google Assistant untuk mengontrol perangkat smart home di luar ekosistem LG.

Dengan begitu, lini TV OLED dan Super UHD LG tahun ini pada dasarnya bisa menjadi pusat kendali untuk hampir seluruh perangkat pintar yang ada di kediaman pengguna. Di sisi lain, semua TV OLED LG tahun ini juga bakal mengemas prosesor baru yang diklaim mampu menawarkan noise reduction yang lebih baik sekaligus mendukung konten dengan frame rate tinggi (120 fps).

Bertambah giatnya pabrikan mengintegrasikan AI ke dalam perangkat buatannya sudah diprediksi oleh banyak pengamat sebagai salah satu tren teknologi di tahun 2018 ini. TV merupakan objek yang tepat jika melihat posisinya sebagai penghuni salah satu ruangan utama di rumah, dan ini yang menjadikannya ideal sebagai pusat kontrol perangkat smart home.

Sumber: The Verge dan LG.

Bing Kini Dapat Menyajikan Rangkuman Jawaban dari Beberapa Sumber Sekaligus

Pekan lalu, Microsoft menghelat sebuah event yang secara khusus membahas mengenai perkembangan teknologi artificial intelligence (AI), plus upaya mereka untuk mengintegrasikannya ke dalam berbagai produknya. Sejauh ini kita sudah melihat versi baru aplikasi Seeing AI, yang sekarang bisa membaca tulisan tangan, lalu ada juga fitur berbasis AI untuk Office 365.

Dalam kesempatan yang sama, Microsoft turut mengumumkan sejumlah penyempurnaan untuk mesin pencarinya, Bing, yang terus bertambah cerdas berkat peran AI yang kian besar. Fitur yang pertama dijuluki Intelligent Answers, yang memanfaatkan AI untuk menganalisis miliaran situs demi memberikan jawaban yang akurat dan cepat bagi pengguna.

Dalam mencari jawaban yang tepat, seringkali kita harus mengunjungi beberapa situs sekaligus. Fitur Intelligent Answers milik Bing pada dasarnya bakal menghemat waktu pengguna dengan menyuguhkan rangkuman jawaban dari beberapa sumber sekaligus.

Bing Intelligent Answers

Andaikata jawabannya terbagi menjadi dua perspektif yang berlawanan, seperti misalnya manfaat dan efek buruk meminum kopi, Bing bakal menyajikannya di hasil pencarian yang paling atas. Hal yang sama juga berlaku untuk pertanyaan yang biasanya memiliki lebih dari satu jawaban.

Pembaruan ini juga membuat Bing makin efektif dalam membandingkan dua objek atau topik yang berbeda, semisal yoga dan pilates, di mana jawabannya bakal disuguhkan dalam bentuk tabel yang mudah dibaca. Menutup semua itu, Bing kini juga dapat langsung menampilkan jawaban yang berasal dari forum Reddit.

Bagi yang sering kesulitan mencantumkan kata kunci pencarian yang tepat, Bing kini dapat membantu dengan menyajikan rekomendasi kata kunci yang relevan berdasarkan pencarian-pencarian sebelumnya.

Bing Intelligent Image Search

Microsoft tidak lupa menyempurnakan fitur pencarian gambar Bing. Pengguna sekarang bisa mencari objek spesifik yang ada di dalam gambar, semisal lampu gantung yang ada di foto sebuah ruangan atau tas yang sedang dibawa oleh seorang model wanita.

Fitur ini pada dasarnya mirip seperti yang dilakukan oleh Pinterest, di mana Bing bisa mendeteksi dan menyoroti produk yang berbeda di dalam suatu gambar. Lebih lanjut, fitur pencarian gambar ini juga bisa dimanfaatkan untuk mempelajari lokasi-lokasi populer yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Sumber: Microsoft.

Yuna App Officially Released as Virtual Assistant For Fashion

Indonesian women’s high interest in consuming fashion and beauty products draws attention of many local to global startups. One of which is Yuna, a freshly launched local startup. It’s claimed to be providing mobile app supported by Artificial Intelligence technology.

In today’s (12/13) media gathering, Yuna & Co CEO Winzendy Tedja said, his idea in making fashion app functioning as matchmaker is started from personal experience among women’s habits and trends related to fashion.

“To be able to create a more personal style, I, later with other co-founders are decided to make an app where you can unite brand with consumer based on likes and preferences.”

An app which now available to be downloaded on Android and iOS, is displaying style selection matching consumer’s taste. Later, based on the personal style, Yuna will match the consumer’s data collected with products from existing 40 brands listed.

“Registered brands on Yuna are all premium one, or also in e-commerce business or having offline store. We intentionally present a premium collection targeting woman in need of personal assistance in choosing the right fashion.” said Tedja.

Yuna virtual assistant as chatbot

Based on a chat message, registration process, style selection and directing to the matching brand, Yuna appears actively in app, helping users like a real-person assistant.

Asked about the significant difference between Yuna’s personal assistant with e-commerce, Tedja confirmed Yuna’s chatbot feature can be used by brand in communicating directly with users or potential buyers.

“Thus, it allows brand to know directly what user wants and tastes from an app,” added Tedja.

By a unique feature, fashion app with matchmaking concept is claimed to be the first in Indonesia. Yuna app is free to use by users. Meanwhile for monetizing, Yuna will apply subscription fee for brand, offering data and other unique features in Yuna.

“On the amount we get from brand is not to be revealed, but we guarantee the brand to get accurate access related to consumer behavior and other unique features to help accelerate the sales,” said Tedja.

Yuna’s target in 2018

Since iOS version launched on May 2017, Yuna focused on attracting brand to join. It is targeted on the second quarter of 2018, Yuna can reach approximately 100 local and global brands. In total, there are currently 50 thousands SKU with a million Yuna’s product combination.

“In addition, we will present the latest features, collaborate with influencers, fashion bloggers, brands and related communities to expand our business,” ended Tedja.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Office 365 Makin Efektif Berkat Integrasi AI yang Terus Diperdalam

Kabar gembira bagi para pelanggan Office 365, Microsoft telah menyiapkan kado akhir tahun yang cukup istimewa bagi Anda sekalian. Kado ini bisa terwujud berkat investasi dan visi besar Microsoft akan perkembangan teknologi artificial intelligence (AI).

Yang pertama adalah fitur bernama Insights untuk Excel, yang untuk sekarang masih berstatus preview. Kita semua tahu bahwa Excel merupakan tempat berpusatnya semua data untuk suatu proyek, dan fitur Insights ini dimaksudkan untuk memberikan rangkuman secara instan dari data-data yang tercantum.

Dengan memanfaatkan teknologi machine learning, Insights akan mengidentifikasi tren dan beragam perspektif lainnya terhadap data yang tercantum, lalu menyuguhkannya dalam bentuk tabel, grafik, bagan, skema, diagram dan lain sebagainya. Dengan satu klik, objek visualisasi itu bisa langsung Anda tambatkan ke dokumen.

Microsoft Word Acronyms

Beralih ke Word, fitur berbasis AI yang Microsoft rancang adalah Acronyms. Dijadwalkan hadir mulai tahun depan, fitur ini pada dasarnya akan memeriksa email dan dokumen yang bersirkulasi di perusahaan pengguna guna mengidentifikasi akronim-akronim yang umum digunakan di perusahaan tersebut.

Deretan akronim akan disajikan di sebelah kanan dokumen, sehingga pengguna bisa dengan mudah ‘berkonsultasi’ dengannya ketika menghadapi akronim yang dirasa asing dalam suatu dokumen. Karena yang menjadi rujukan bukanlah internet, tentu saja penjelasannya lebih relevan dengan konteks masing-masing perusahaan.

Office 365 text in image search

Akhir Desember nanti, pelanggan Office 365 bisa melakukan pencarian teks yang terdapat dalam suatu gambar. OneDrive dan SharePoint sebelumnya sudah bisa mengenali konten di dalam gambar, screenshot, faktur dan sebagainya, dan kini teksnya bisa langsung dicari tanpa harus mengingat letak gambar disimpan.

Terakhir, untuk pengguna Outlook versi iOS, Microsoft bakal memperdalam integrasi asisten virtual-nya, Cortana, pada aplikasi email tersebut. Salah satu manfaat yang bisa didapat adalah, Outlook bakal mengirim notifikasi saat sudah tiba waktunya untuk bertemu seseorang sesuai data kalender, lengkap dengan petunjuk arahnya di peta.

Sumber: Microsoft.

Aplikasi Seeing AI Buatan Microsoft Kini Dapat Membaca Tulisan Tangan

Masih ingat dengan Seeing AI, aplikasi iPhone buatan Microsoft yang mengandalkan AI untuk melihat sekaligus mengenali beragam objek di sekitarnya, lalu mendeskripsikannya secara lisan kepada pengguna tuna netra? Semenjak dirilis, Microsoft bilang sudah ada sekitar 100.000 pengguna yang mengunduh, dan mereka sekarang siap meluncurkan update berisikan sederet fitur baru.

Seperti yang sudah pernah dijanjikan sebelumnya, Seeing AI kini dapat mengenali uang tunai dan membacakan jumlahnya secara tepat kepada pengguna. Mata uang yang didukung sejauh ini baru dolar Amerika, dolar Kanada, poundsterling dan euro, namun ke depannya saya yakin Microsoft bakal menambah jumlahnya.

Tidak kalah menarik adalah kemampuan baru Seeing AI untuk mengenali dan mendeskripsikan warna dari beragam objek yang dilihat. Kemudian ada juga kemampuan untuk mendeteksi sumber cahaya dan membunyikan nada tertentu sebagai indikator bagi pengguna aplikasi.

Microsoft Seeing AI

Namun yang bisa dikatakan paling menarik adalah kemampuan Seeing AI untuk membaca tulisan tangan. Sebelum ini, Seeing AI sebenarnya sudah bisa membaca teks pendek maupun dokumen panjang, namun khusus untuk hasil cetakan saja. Berkat versi barunya, pengguna bisa mengetahui menu apa saja yang dihidangkan sebuah kedai kopi, yang biasanya terpampang di papan tulis.

Terakhir, Microsoft turut menyertakan opsi personalisasi yang lebih lengkap demi memudahkan pengguna. Yang paling utama, pengguna sekarang bisa memilih tipe suara dan seberapa cepat Seeing AI berbicara.

Update ini sekarang sudah meluncur di 35 negara di mana Seeing AI tersedia, namun sayangnya saya belum melihat Indonesia sebagai salah satunya.

Sumber: Microsoft.

Adobe Lightroom Andalkan AI untuk Menghasilkan Editan Foto Profesional Secara Otomatis

Mayoritas pengguna Adobe Lightroom adalah mereka yang lebih percaya dengan penglihatannya sendiri ketimbang fitur Auto Enhance dan sejenisnya dalam mengedit foto. Namun mengingat Lightroom juga tersedia di perangkat Android dan iOS, kalangan konsumennya otomatis bertambah luas, mencakup mereka yang awam dalam hal sunting-menyunting foto.

Untuk pengguna awam, yang dibutuhkan biasanya adalah fitur penyuntingan otomatis. Lightroom sebenarnya sudah lama menawarkan fitur penyuntingan otomatis, akan tetapi berkat update terbaru dari Adobe, hasilnya dijamin jauh lebih baik. Ini dikarenakan fitur Auto Settings pada Lightroom versi terbaru sudah ditenagai oleh AI Adobe Sensei.

Sensei pada dasarnya akan menganalisis foto yang sedang edit, lalu membandingkannya dengan database berisikan puluhan ribu foto yang diedit oleh para profesional. Tujuannya adalah untuk menghasilkan editan yang lebih bagus dan profesional ketimbang sebelumnya, seperti yang bisa Anda lihat sendiri perbandingannya pada gambar di atas.

Bagian terbaiknya, fitur Auto Settings berbasis AI ini bakal tersedia pada semua versi Lightroom, termasuk Lightroom CC versi iOS dan Android, serta Lightroom Classic. Saya pribadi menilai tidak hanya konsumen awam yang bakal diuntungkan, fotografer profesional pun juga bisa menghemat waktu dengan memanfaatkan fitur ini sebelum mengeditnya lebih lanjut.

Lightroom Tone Curve

Di samping integrasi Adobe Sensei pada Auto Settings, pengguna Lightroom CC versi desktop juga dapat menikmati fitur-fitur seperti Tone Curve, Split Toning dan tampilan full screen pada versi terbarunya. Mereka kini juga bisa mengedit waktu pengambilan setiap foto, sangat berguna ketika mereka lupa mengubah pengaturan waktu di kamera.

Beralih ke versi Android-nya, pengguna dapat memanfaatkan fitur app shortcut bawaan Android Nougat untuk membuka Lightroom dan langsung masuk ke mode tertentu dengan menyentuh dan menahan icon aplikasinya. Adobe juga tidak lupa menyediakan kontrol yang lebih lengkap untuk memanajemen storage.

Terakhir, untuk versi iOS-nya, pengguna sekarang bisa membubuhkan watermark pada foto yang diedit menggunakan Lightroom. Selain itu, Adobe juga mengklaim peningkatan kualitas foto HDR yang diambil dengan Lightroom versi iOS.

Sumber: Adobe.

Zalora Releases Visual Search In-App Feature

Fashion e-commerce site Zalora announces the launch of visual search in application, along with company’s effort in increasing sales conversion.

Starting today (11/20), all Zalora users on iOS and Android can click the button. Take a picture of their favorite clothes, shoes or accessories and able to see similar products in Zalora.

Zalora app has downloaded by over 20 million users. Over than 50% orders are from mobile devices. This feature is considered important to attract user transaction.

The company is working with ViSense, an AI company supporting online visual trading for Zalora’s fashion consumers. AI technology applied is smart visual-detector solution to shorten the process of consumer looking for visual on site.

ViSense offices spread across U.S, U.K, India, China, and Singapore. Some of the partners already using this technology are Rakuten and ASOS.

Karthik Subramanian Zalora’s CTO said this feature is made for overcoming customer difficulties in describing clothes and shoes in textual search. This feature launches at the same time with end of year shopping season.

“We want to give satisfaction in shopping to our customers, just by taking pictures of any fashion stuff attracts their attention,” Subramanian said in official statement to DailySocial.

Oliver Tan, ViSense’s CEO added that Zalora is one of the company’s longtime partners. With ViSense’s AI technology or deep learning, it is expected to increase sales conversion with easier visual trading.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here