Menyinkronkan Kualitas Lulusan SMK dan Industri Startup (UPDATED)

Industri digital di Indonesia bergeliat hebat dalam sepuluh tahun terakhir. Banyak bisnis digital mulai menjamur dengan berbagai macam konsep. Seperti e-commerce, layanan on demand, hingga fintech. Perkembangan industri digital ini seharusnya menjadi sesuatu kabar gembira bagi mereka yang berkecimpung di dunia IT. Utamanya SMK jurusan IT yang selama ini diharapkan memproduksi lulusan siap kerja di bidang IT . Dengan industri yang tumbuh harusnya semakin banyak lulusan yang terserap, tapi kenyataannya tidak demikian. Ada beberapa permasalahan yang lebih dulu diselesaikan.

Permasalahan kualitas lulusan

Mencari talenta berkompetensi merupakan permasalahan industri digital atau startup sekarang ini. Tak hanya untuk lulusan universitas ternyata masalah ini juga menimpa untuk lulusan SMK jurusan IT. Tidak sinkronnya kebutuhan industri dan kurikulum yang dijalankan menjadi salah satu permasalahan mendasar yang diakui banyak pihak.

Salah satu guru SMK, Muhammad Badriatul Anam yang mengampu di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta menilai terjadinya gap antara kualitas lulusan SMK (jurusan IT) dengan industri digital akibat tidak berimbangnya laju perkembangan industri dengan kurikulum ya diterapkan. Anam menjelaskan contoh sederhananya ada di sektor sertifikasi.

“Contoh paling gampang misalnya untuk sertifikasi keahlian tertentu, masih kita temui materi yang diujikan dalam sertifikasi tersebut adalah materi lawas, yang tentu saja tertinggal jauh dari industri digital sekarang ini. Dampaknya lulusan SMK kaget ketika terjun ke dunia kerja, apa yang dia dalami di sekolah ternyata tertinggal dengan apa yang terjadi di lapangan,” ungkap Anam.

Mengatasi hal ini, perlu banyak pihak yang berperan. Untuk sinkronisasi kurikulum dengan dunia industri perlu sumbangsih pemerintah selaku penyusun kurikulum dan standar juga peran serta sekolah dan guru untuk mengkondisikan apa yang didapat oleh anak didiknya sesuai dengan kebutuhan industri. Tidak hanya mengenai materi, tetapi juga semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran.

Selain sinkronisasi kurikulum dari pusat dan peran aktif sekolah dan guru untuk menyelaraskan lulusan dan dunia industri alternatifnya adalah adopsi skema teaching factory di sekolah-sekolah. Anam menjelaskan dari teaching factory tesebut kemudian akan muncul work based curriculum. Hal ini sudah banyak diterapkan di banyak SMK hanya saja porsi untuk jurusan IT masih sedikit.

“Contoh di luar IT di sekolah-sekolah sudah muncul Kelas Daihatsu, Kelas Mitshubishi, Kelas Honda, Kelas Yamaha, dan lain sebagainya. Di IT mungkin baru Kelas Mikrotik (Mikrotik Academy Class) sama Kelas Cisco,” ujar Anam.

Sementara itu Tokopedia, salah satu startup yang sudah banyak dikenal masyarakat dan tergolong dalam e-commerce mengungkapkan keterbukaan mereka dalam menerima lulusan SMK jika mereka memiliki kompetensi dan attitude yang baik.

“Pada dasarnya, kami selalu membuka kesempatan bagi talenta-talenta terbaik. Hal terpenting dalam proses hiring adalah skill, kompetensi dan attitude dari kandidat. Jika lulusan SMK tersebut memiliki skill, kompetensi & attitude yang sesuai dengan kebutuhan Tokopedia, kami tentu akan meng-hire kandidat tersebut, meskipun background pendidikannya masih SMK. Namun saat ini, fokus kami lebih kepada memberi pembekalan yang komprehensif kepada siswa dan siswi SMK agar lebih siap menghadapi dunia kerja di kemudian hari,” terang Head of People Tokopedia Pramesti Tyas Wibawanti.

Menyoal permasalahan pencarian talenta Tokopedia memandang hal tersebut sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi. Tyas menjelaskan bahwa hal tersebut dianggap sebagai tantangan dan screening awal dalam menjaring talenta-talenta berbakat yang memiliki kesamaan mimpi dengan Tokopedia.

“Awal berdiri, Tokopedia hanya memiliki 2 orang developer dan saat ini sudah berkembang menjadi lebih dari 300 engineer. Hal utama dalam membangun tim developer adalah menyamakan visi & misi demi menciptakan platform yang bermanfaat bagi orang banyak,” ungkap Tyas.

Tak jauh beda, Bukalapak yang notabene berasama Tokopedia menempati jajaran teratas e-commerce di Indonesia juga membuka kesempatan bagi lulusan SMK. Head of Human Capital Management Bukalapak Gema Buana Putra menjelaskan bahwa Bukalapak membuka dan memberikan kesempatan bagi lulusan SMK di hampir semua posisi yang ada, selama kompetensi yang dimiliki memenuhi standar minimal yang berlaku di Bukalapak.

Tak hanya itu Gema juga menjelaskan bahwa Bukalapak juga sudah terjun ke SMK untuk mencari developer berbakat melalui kompetisi.

“Bukalapak sudah terjun langsung ke SMK-SMK, seperti ke SMK IT Telkom Malang, pada awal tahun 2017. Bahkan di tahun 2016 Bukalapak mengadakan Bukalapak Programming Competititon di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Medan untuk mencari developer yang handal, selain itu Bukalapak Programming Competition ini diselenggarakan untuk terus mendukung dan mewadahi minat dan bakat mahasiswa di bidang teknologi, khususnya competitive programming,” ungkap Gema.

Mendirikan startup

Selain masuk sebagai karyawan di industri digital atau startup salah satu cara untuk lulusan SMK berkecimpung dalam industri tersebut adalah dengan menjadi creator atau sebagai pendiri startup. Toh pembelajaran di SMK juga menyelipkan materi kewirausahaan, tapi pertanyaannya seberapa besar peluang itu?

Jika menilik kompetensi dan pengalaman mungkin akan menjadi sesuatu yang berat. Salah satu pengalaman yang dimiliki lulusan SMK dalam dunia kerja mungkin didapat hanya pada masa PKL (Praktik Kerja Lapangan). Itu pun durasi setiap sekolah berbeda. Bisa dua sampai tiga bulan, bahkan di sekolah tertentu memberikan kesempatan siswanya untuk PKL selama satu tahun.

Peluang lulusan SMK mendirikan startup mungkin terbilang berat. Sangat berat. Disarankan sebaiknya lulusan SMK menimba ilmu di industri selama beberapa tahun terlebih dahulu, baru kemudian mulai merintis startup berbekal kemampuan, ketrampilan, dan mungkin modal yang didapat dari pengalamannya bekerja.

Update : Penambahan komentar dari pihak Bukalapak

Menentukan Arah E-Commerce Indonesia

Toko daring (e-commerce) yang merupakan wujud nyata pemanfaatan teknologi internet yang dipadukan dengan toko offline, terus menggurita di Indonesia. Menurut sensus BPS, jumlahnya mencapai 26,2 juta di 2016, tumbuh 17% dalam kurun waktu 10 tahun.

Besarnya angka ini, di satu sisi memperlihatkan pemain toko offline yang kini mulai sadar dengan potensi online sebagai alternatif jalur pemasaran yang ramah ongkos dalam rangka mendukung bisnis mereka.

Seiring berjalannya waktu, pemain e-commerce khususnya marketplace kini tak lagi menawarkan produk berbasis fesyen, gadget, atau elektronik. Coba perhatikan strategi dari lima pemain besar e-commerce di Indonesia versi iPrice berdasarkan segi kunjungan, seperti Lazada, Tokopedia, Elevenia, Bukalapak, dan Blibli. Semuanya kini mulai merambah ke luar segmen tiga kategori utama.

Tokopedia, dikenal sebagai pemain pionir yang menyediakan produk di luar segmen utama, makin melengkapi layanannya tak hanya pulsa, tapi juga sudah merambah ke pembelian tiket kereta api, voucher game, donasi, BPJS, angsuran kredit, hingga layanan fintech untuk pengajuan aplikasi kartu kredit, dan lainnya.

Lazada pun kini perlahan-lahan mulai merambah ke pengadaan kebutuhan sehari-hari dengan menjual pulsa dan paket data. Begitupula dengan Elevenia yang menyediakan tiket pesawat dengan menggandeng Tiket. Blibli pun juga demikian, baru-baru ini perusahaan menjual rambah segmen perjalanan dengan menyediakan tiket angkutan darat, laut, udara, paket perjalanan wisata, hingga voucher acara, dan lainnya.

Pengguna kini bisa pesan tiket kereta api via Bukalapak / Bukalapak

Bukalapak tak mau kalah. Selain tiket kereta api dan pesawat, Bukalapak juga menyediakan layanan fintech termutakhir, yakni investasi reksa dana. Yang terbaru, marketplace yang memiliki hubungan dengan Emtek ini juga menyediakan layanan kredit mobil, lewat BukaMobil.

Dari layanan yang dihadirkan pemain marketplace di atas, secara otomatis membuat peta persaingan dengan e-commerce tak lagi jadi horizontal, namun semakin vertikal. Akibatnya, ruang gerak bisnis e-commerce niche “terusik”, apalagi dengan toko offline.

Bila ditelisik lebih dalam, kondisi serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Ambil contoh terdekat adalah Amazon. Dalam perjalanannya, Amazon kini tidak hanya dikenal sebagai platform e-commerce untuk berjualan berbagai produk berbasis kebutuhan konsumen saja yang sudah diluncurkan sejak awal.

Dalam laporan keuangan Amazon di kuartal I 2017, perolehan pendapatan Amazon mencapai US$34,5 miliar, tumbuh 19% secara year-on-year (YOY). Beberapa kontributor yang turut mendongkrak kenaikan tersebut adalah kehadiran produk Amazon Web Service dan Amazon Prime.

Hal menarik yang bisa disimpulkan dari laporan kinerja Amazon adalah layanan e-commerce yang mulai beradaptasi menjadi peluang baru untuk terus berinovasi menambah layanan, bukan hanya mengandalkan produk berbasis kebutuhan konsumen saja.

Dengan makin ramainya layanan yang dihadirkan marketplace, seperti apa arah e-commerce Indonesia di masa mendatang? Lalu bagaimana tingkat persaingannya?

Menjadi bagian keseharian hidup

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menjelaskan masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun makin cerdas. Mereka tak lagi sekadar berburu diskon atau harga murah, namun menggunakan platform e-commerce untuk kemudahan hidup mereka. Tak hanya itu, sebagai destinasi untuk perbandingan harga, melihat tinjauan dari para pembeli sebelumnya.

Menurut William, dengan banyaknya penjual yang bergabung di marketplace akan memberikan fungsi transparansi harga dan kualitas kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai acuan riset pasar sebelum berbelanja.

Open marketplace juga akan menjadi rumah baru bagi para pemilik merek lokal maupun internasional untuk memasarkan produknya. Ini sangat wajar karena marketplace memiliki traffic kunjungan yang tinggi. Pengunjung marketplace memiliki intention to purchase, beda dengan social media, situs berita, atau mesin pencari,” kata William.

Dia juga memprediksi pada tahun ini, e-commerce akan semakin inklusif demi menjangkau masyarakat hingga pelosok dengan membuka kesempatan untuk bankable. Produk keuangan seperti dompet virtual akan tumbuh seiring dorongan pemerataan ekonomi secara digital, membuka kesempatan untuk masyarakat melakukan pembayaran meski tidak memiliki akun bank atau kartu kredit.

“Marketplace seperti Tokopedia pun sudah berubah menjadi platform, yang membuka kerja sama dengan para pelaku startup fintech, khususnya yang memiliki solusi untuk financial inclusion.”

Saat ini ada lebih dari 1,5 juta merchant yang bergabung dengan Tokopedia. William mengklaim setiap bulannya perusahaan bisa menghasilkan pendapatan hingga triliunan lewat 40 juta pilihan produk yang tersedia.

Menyambung ucapan William, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Aulia E. Marinto menambahkan berbagai layanan yang dihadirkan, secara otomatis membentuk suatu ekosistem yang menjadikan e-commerce sebagai one stop service.

“Mulai ditawarkannya berbagai produk dan layanan, sebenarnya sudah ada model bisnisnya di luar negeri. Ini bukan hal baru dan menjadi upaya mereka untuk leverage bisnis dari consumer base yang sudah dimiliki. Market [e-commerce] kita masih baru, banyak hal yang bisa di-online-kan,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan CFO Bukalapak M Fajrin Rasyid. Menurutnya, layanan e-commerce di Indonesia akan menjadi sebuah ekosistem dengan menawarkan jasa dengan nilai tambah, tak lagi jasa jual-beli saja. Hal inilah yang mendasari Bukalapak meluncurkan berbagai inisiatif baru.

“Kami yakin dengan pertumbuhan dan perkembangan Bukalapak sebagai ekosistem, kami mampu memutar roda perekonomian Indonesia bukan hanya dengan penjualan dan pembelian, tapi juga dengan kebiasaan menabung. Salah satu fitur kami, BukaReksa, memungkinkan pengguna kami untuk berinvestasi,” terang Fajrin.

Dia melanjutkan, “Kami yakin e-commerce di Indonesia akan menjadi sebuah ekosistem. Yang dimaksud ekosistem adalah [layanan] e-commerce yang mampu memberi kemudahan para penggunanya, tidak hanya wadah jual beli online, tetapi membantu mereka untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam satu platform.”

Kompetisi yang makin sengit, namun potensi tetap luas

Menjawab soal kompetisi, Aulia menambahkan di era teknologi internet yang makin berkembang memang menyebabkan tingkat kompetisi yang semakin ketat. Pasalnya perkembangan internet cukup dinamis. Ambil contoh, kompetisi yang terjadi antara operator telekomunikasi dengan layanan over-the-top (OTT). Kondisi sekarang ini, pengguna telko tidak harus menggunakan pulsanya untuk menelpon karena dapat memanfaatkan layanan telepon dari aplikasi pesan singkat.

CEO Blibli Kusumo Martanto mengatakan persaingan tetap selalu ada dan semakin sengit. Blibli melihat hal ini menjadi kesempatan untuk terus “agile” dan berinovasi untuk terus meningkatkan pelayanan baik dari sisi produk seleksi, kompetisi harga, pengiriman, metode pembayaran, customer care, maupun user experience di platform web dan mobile.

“Kami juga melihat ada tanda-tanda untuk terjadinya konsolidasi di market [e-commerce] ke depannya. Tapi kami cukup yakin untuk tetap bisa tumbuh dan menjadi one of the e-commerce market leaders di Indonesia,” ucap Kusumo.

Sekarang Blibli telah memiliki 15 kategori produk, beberapa yang terbaru diluncurkan tahun lalu adalah otomotif (aksesoris, mobil, dan motor); galeri Indonesia (produk lokal), mobile e-pulsa, dan groceries (non fresh products).

Peritel modern dituntut inovatif

Sementara itu, peritel modern yang merupakan bisnis petahana sebelum layanan e-commerce hadir, dituntut untuk terus inovatif. Meski secara penetrasi e-commerce terhadap total ritel masih sekitar 1% di 2016, namun potensinya diklaim masih sangat luas. Dikhawatirkan hal ini akan menjadi senjata makan tuan bagi peritel modern.

William menerangkan kondisi yang sedang dialami Indonesia di tahun lalu telah terjadi di Tiongkok pada 2008 silam. Tiongkok hanya membutuhkan lima tahun untuk mencapai penetrasi 10% terhadap total ritel di 2013.

“Jika saat ini dari 100 transaksi yang kita lakukan, baru 1 yang dilakukan secara online. Pertanyaan berikutnya seberapa cepat Indonesia akan mengikuti Tiongkok, di mana dari 10 transaksi yang dilakukan, setidaknya sudah 1 dilakukan secara online,” tutur William.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey menambahkan layanan e-commerce kini menjadi suatu bagian yang tidak bisa diingkari, sehingga harus dijadikan sebagai jalur distribusi pemasaran yang terbaru demi mendongkrak pendapatan.

“Kita harus liat e-commerce sebagai kritik yang membangun untuk menjawab situasi yang sedang terjadi. Harus ada kreativitas yang tersuguh di market untuk dihadirkan di offline, bila peritel tidak mau berubah tentu akan punah,” terang Roy.

Saat ini hampir 70% anggota Aprindo sudah mulai menggunakan transformasi dari bentuk toko fisik ke online. Sebelumnya peritel hanya memakai jalur online sebagai pemasaran, namun kini sudah bertambah menjadi saluran penjualan. Hal ini yang terjadi dalam MatahariMall, MAP Emall, Alfacart, KlikIndomaret, dan lainnya.

Kendati layanan e-commerce diprediksi menyimpan potensi yang sangat besar, kondisi ini dianggap tidak bisa menggeserkan eksistensi peritel modern. Pasalnya ritel modern memiliki nilai lebih yang tidak bisa digantikan oleh layanan e-commerce. Salah satunya adalah komunikasi yang satu arah dan keterbatasan untuk berinteraksi dengan barang yang diinginkan.

“Sedemikian maju suatu negara, toko offline akan tetap ada. Yang bakal tergerus itu yang tidak mau berubah. Intinya adalah inovasi yang dapat menghubungkan konsumen dengan teknologi, itu bisa dihadirkan dalam mengajak orang-orang untuk tetap datang ke toko.”


Yenny Yusra berkontribusi dalam pembuatan artikel ini

Mengupas Kendala Layanan Fintech dan Logistik E-Commerce di Indonesia

Hari terakhir kegiatan Global Ventures Summit 2017 membahas topik yang saat ini menjadi tren di Indonesia yaitu fintech dan e-commerce. Sebagai negara yang saat ini masih dikenal paling rendah literasinya terhadap finansial, hal tersebut masih menjadi kendala terbesar, terutama untuk layanan fintech lokal hingga asing yang ada di Indonesia.

Sesi diskusi yang dipandu Nayoko Wicaksono dari Plug n Play, Ninou Sarwono dari Capital Group, dan Simon Costello dari HaloMoney membahas tantangan yang dihadapi oleh layanan fintech di tanah air.

Kesulitan startup layanan fintech untuk scale-up

Tahun 2017 bisa dibilang merupakan tahun terbaik untuk layanan fintech di Indonesia. Makin maraknya layanan P2P lending, layanan keuangan dan lainnya hadir di Indonesia, menandakan potensi yang cerah bagi layanan fintech saat ini. Namun demikian bagi layanan fintech yang sudah menjalankan bisnisnya selama 1-2 tahun terakhir, saat ini mengalami kesulitan untuk melakukan scale up.

Selain scale up, kendala lainnya yang hingga kini masih dirasakan oleh semua layanan fintech di Indonesia adalah masih rendahnya rasa percaya atau trust dikalangan pengguna untuk melakukan pembayaran dan aktivitas keuangan lainnya melalui desktop dan aplikasi mobile. Di sisi lain Indonesia sendiri merupakan negara terbanyak yang masih belum memiliki akun rekening dan bank, dan minimnya kepemilikan kartu kredit.

“Saya melihat perbedaan tersebut terlihat dengan layanan fintech di AS yang lebih banyak didorong oleh pelaku startup, sementara di Indonesia operator telekomunikasi hingga bank, memiliki andil yang besar dan cukup agresif menghadirkan layanan fintech untuk pengguna,” kata Simon Costello.

Besarnya jumlah pengguna di operator telekomunikasi dan bank menjadi keuntungan lebih tentunya untuk memasarkan berbagai layanan yang ada. Simon menambahkan bahwa agar layanan fintech di Indonesia bisa eksis, harus fokus apakah ingin menjadi aggregator atau platform provider.

Dukungan pemerintah untuk layanan fintech

Layanan fintech selama ini selalu di asosiasikan dengan regulator, dalam hal ini OJK hingga Bank Indonesia. Agar semua pelaku startup yang menyasar layanan fintech bisa menjalankan bisnisnya dengan baik, dibutuhkan dukungan dan pengawalan yang cukup intensif dari regulator di Indonesia.

“Saat ini pemerintah Indonesia dan para regulator pada khususnya sudah mulai agresif membantu layanan fintech untuk menemukan formula dan regulasi yang tepat. Diharapkan nantinya akan lebih cepat dan aktif lagi regulator membuat keputusan serta kebijakan yang ada,” kata Ninou Sarwono.

Dilema layanan logistik di Indonesia

Muhamad Fajrin Rasyid dari Bukalapak, Loren Sanchez dari Linio, Krishnan dari Fabelio

Hari terakhir GVS 2017 juga menghadirkan pemain e-commerce dari Meksiko yaitu Loren Sanchez dari Linio, Krishnan dari Fabelio dan Muhamad Fajrin Rasyid dari Bukalapak. Dalam perbincangan tersebut masing-masing membicarakan tentang kendala terkait logistik di Indonesia dan Meksiko yang ternyata tidak jauh berbeda.

Luasnya wilayah di Indonesia terkadang menyulitkan layanan e-commerce untuk melakukan pengiriman barang ke pelosok di Indonesia. Kesamaan lain yang diklaim Loren Sanchez dari Linio adalah model kemitraan yang diterapkan Bukalapak dengan pihak logistik.

“Kami memiliki kemitraan dengan 10 perusahaan logistik di Indonesia. Hal tersebut memudahkan pengguna yang dengan bebas memilih perusahaan logistik mana yang ingin digunakan untuk pengantaran barang,” kata Fajrin.

Senada dengan Bukalapak, Linio juga melakukan kemitraan dengan beberapa perusahaan logistik serta memberikan kebebasan untuk pengguna melakukan pengantaran sesuai dengan perusahaan logistik pilihan.

“Karena luasnya Meksiko, terkadang para kurir kesulitan menemukan alamat karena tidak dilengkapi dengan alamat yang jelas dan kode pos. Hal tersebut yang hingga kini kasih menjadi kendala terbesar kami,” kata Loren.

Masalah lain yang kerap dihadapi Bukalapak adalah masih banyaknya penjual yang memanfaatkan media sosial. Kebanyakan dari penjual tersebut banyak yang palsu, namun berhasil menarik perhatian pembeli dengan iming-iming harga yang murah dan produk yang beragam.

“Karena penjual palsu tersebut makin rendah kepercayaan masyarakat Indonesia untuk melakukan pembelian secara online. Hal tersebut secara langsung merugikan kami sebagai layanan e-commerce yang sepenuhnya membutuhkan kepercayaan publik,” kata Fajrin.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Global Ventures Summit 2017

Setelah Traveloka, Giliran Bukalapak Sajikan Layanan Pemesanan Tiket Kereta Api

Setelah sebelumnya Traveloka yang mengumumkan kerja samanya dengan PT Kereta Api Indonesia, kini giliran Bukalapak. Tujuannya sama, untuk memperluas kanal penjualan, terutama untuk menyambut arus mudik lebaran. Di sisi segmen online marketplace, Tokopedia telah terlebih dulu memiliki kanal pembelian tiket kereta api. Di Bukalapak, calon penumpang dapat memilih tempat duduk sesuai ketersediaan dan juga dapat membeli tiket sejak H-90 hari sebelum tanggal keberangkatan.

“Lebaran adalah momen yang dinanti semua umat muslim dan mudik sudah menjadi bagian dari budaya di Indonesia. Untuk itu, Bukalapak berupaya mempermudah para pelanggan kami di lebaran kali ini dengan menyediakan tiket KAI lebih awal. Tiket mudik sudah dapat dipesan mulai tanggal 20 Maret 2017,” sambut Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky.

Salah satu yang ingin diunggulkan, pengguna bisa memanfaatkan BukaDompet untuk pembayaran, sebuah e-wallet untuk para konsumen dan pemilik merchant di layanan Bukalapak.

“Selain itu, membeli tiket kereta api di Bukalapak juga lebih mudah karena tersedianya berbagai metode pembayaran. Pengguna dapat menggunakan BukaDompet agar pembayaran lebih praktis dan terverifikasi, atau bisa juga dengan menggunakan transfer bank, kartu visa atau mastercard, BCA Klikpay, Mandiri Clickpay, Mandiri E-Cash, CIMB Clicks atau rekening ponsel, dan juga Alfamart,” lanjut Zaky.

Jika melihat tahun-tahun sebelumnya, ketika pemesanan tiket lebaran dibuka, konsumen pun langsung menyerbu habis. Dan yang paling parah, seringkali berbagai kanal online down karena lonjakan pengunjung yang signifikan di waktu bersamaan. Dengan bertambahnya kanal pemesanan ini, diharapkan dapat menjadi load balancer untuk menyiasati isu tersebut. Dan semoga dari sisi PT KAI juga bebarengan dengan peningkatan infrastruktur server backend yang digunakan.

Bukalapak Luncurkan Layanan Kredit Mobil Lewat Platform BukaMobil

Bukalapak semakin unjuk gigi untuk mewujudkan ambisinya sebagai marketplace terdepan dan terlengkap di Indonesia. Setelah meluncurkan BukaReksa untuk investasi reksa dana beberapa waktu lalu, kali ini Bukalapak meluncurkan BukaMobil untuk kredit mobil.

BukaMobil adalah platform online yang memberikan kesempatan kepada pengguna Bukalapak (baik Pelapak maupun pembeli) membeli mobil dengan cara cicilan ringan. Untuk penyedia supply mobil, Bukalapak menggandeng MobilKamu sebuah platform jual beli online mobil yang dipimpin oleh Wilton Halim sebagai co-founder, kebetulan adalah adik kandung dari COO Bukalapak Willix Halim. MobilKamu sudah resmi berdiri sejak Mei 2015.

BukaMobil dikhususkan untuk pengguna Bukalapak yang ingin membeli mobil baru tapi tidak ingin melalui prosedur yang ribet. Pengguna dapat memilih merk dan tipe mobil yang diinginkan, menentukan sendiri jangka waktu cicilan, uang muka, dan besar cicilan yang dibayar sesuai kemampuan.

Business Development Manager Bukalapak Gahayu Handari Ekaputri menjelaskan inisiasi awal peluncuran BukaMobil dikarenakan adanya keinginan tinggi masyarakat untuk memiliki mobil pribadi akan tetapi terhalang oleh sulitnya pengajuan proses kredit dan mahalnya harga mobil.

“Sebelumnya Bukalapak telah menjual unit mobil baru berupa produk listing, akan tetapi prosesnya kurang optimal. Maka, kami sediakan layanan pembelian mobil dengan proses yang lebih mudah melalui fitur BukaMobil,” katanya kepada DailySocial, Selasa (14/3).

Untuk pengajuan prosedur yang harus dilalui pengguna juga cukup mudah. Mereka hanya perlu mendaftarkan akun ke Bukalapak dan sudah memverifikasi email dan nomor telepon. Kemudian, masuk ke halaman BukaMobil dan klik ‘Pilih Mobil Impianmu’ untuk mengisi form data lebih lanjut.

Adapun pilihan merek mobil yang tersedia di antaranya Toyota, Honda, Suzuki, Mitsubishi, Nissan, dan Daihatsu. Pengguna juga dapat mendiskusikan rencana cicilan mobil lebih lanjut bersama tim Bukalapak.

Setelah itu, pengajuan cicilan akan segera diproses dan tim Bukalapak akan menghubungi pengguna untuk konfirmasi dan memberi tahu proses selanjutnya.

“Untuk pengembangan fiturnya, Bukalapak tentunya akan terus berupaya untuk meningkatkan kemudahan bagi para pengguna Bukalapak untuk mendapatkan mobil impian dengan menambah partner, variasi mobil yang diperjualbelikan hingga promo menarik untuk menjadi nilai tambah untuk pengguna.”

Gahayu berharap lewat BukaMobil, pengguna dapat merasakan kemudahan dalam pembelian mobil baru sesuai dengan jangka waktu cicilan pilihan pengguna dan tentunya meningkatkan penjualan mobil di Bukalapak.

Untuk layanannya ini, Bukalapak mengklaim harga mobil di BukaMobil lebih murah hingga 15% dibandingkan dengan harga mobil di diler dan persetujuan permohonan dijamin lebih tinggi dan cepat, serta ada garansi 100% uang kembali jika permohonan ditolak.

Untuk sementara, BukaMobil baru tersedia untuk pengguna Bukalapak yang berlokasi di Jabodetabek dan akan memperluas layanan ini ke kota lain berikutnya. BukaMobil juga baru bisa diakses lewat desktop.

Untuk pengadaan supply mobil, MobilKamu mengungkapkan sudah bermitra dengan semua showroom mobil besar di Jakarta. MobilKamu juga merupakan rekanan resmi dari Uber untuk keperluan rental atau kredit mobil buat mitra pengemudi dan partner Uber.

Marketplace Cakning Pertemukan Vendor dan Seller

Menggeliatnya industri e-commerce dan marketplace di Indonesia saat ini, banyak memunculkan model bisnis baru. Dengan target pasar yang serupa, layanan tersebut diharapkan bisa menjadi enabler dari layanan e-commerce dan marketplace yang telah eksis. Salah satu layanan marketplace B2B khusus untuk vendor dan seller adalah Cakning. Layanan marketplace yang telah berdiri sejak tiga tahun yang lalu ini berbasis di Jakarta dan Surabaya.

Kepada DailySocial, CEO Cakning Tara Kardha mengungkapkan kehadiran Cakning di tanah air bisa menjadi pendorong untuk masyarakat Indonesia berjualan dengan memanfaatkan layanan dan fitur yang tersedia di desktop dan aplikasi mobile Cakning.

“Cakning sebelumnya telah hadir di desktop dan aplikasi Android, namun bulan November 2016 lalu kami memutuskan untuk pivot. Bukan dari model bisnis namun lebih kepada aplikasi dan fitur yang bisa lebih applicable untuk pengguna Cakning. Saat ini versi iOS sudah tersedia untuk semua,” kata Tara.

Cara kerja Cakning

Dengan menggunakan platform Cakning, vendor yang ingin bergabung bisa menempatkan daftar produk mereka melalui Cakning. Seller atau penjual bisa memilih produk yang diinginkan melalui fitur Seller Zone. Dengan mudah semua kebutuhan mulai dari pembayaran, transfer dan fitur lainnya, bisa dikontrol melalui Seller Zone.

“Kami memiliki banyak keuntungan lebih untuk seller atau penjual, mulai dari Celengan yaitu produk yang cara kerjanya serupa dengan Escrow hingga Klepon yaitu poin yang secara organik didapatkan oleh seller sesuai dengan transkasi yang telah dilakukan. Klepon juga bisa didapatkan secara cepat dengan cara membeli di Cakning,” kata Tara.

Keuntungan lain yang ditawarkan oleh Cakning khusus kepada seller adalah harga istimewa. Dengan adanya ekosistem subsidi, seller bisa mendapatkan harga istimewa dari vendor melalui Cakning, sesuai dengan level seller.

“Di Cakning ada 5 level harga yang berbeda-beda. Semakin tinggi level semakin murah harga yang bisa didapatkan. Bagaimana level bisa naik dengan cara menukarkan level Klepon, yang bisa didapatkan secara organik yaitu melalui transksi atau dengan cara cepat yaitu membeli Klepon,” kata Tara.

Saat ini Cakning telah memiliki 58 ribu seller dengan pertumbuhan penjual setiap harinya sekitar 50 sampai 100 seller. Sementara produk yang tersedia saat ini berjumlah 13-15 ribu SKU. Produk favorit yang dibeli oleh seller saat ini adalah busana, elektronik hingga Vaporizer.

“Kebanyakan seller yang bergabung dengan Cakning adalah vendor pemula atau pekerja sambilan yang ingin berjualan di waktu luang. Untuk memudahkan pemasaran dan penjualan, Cakning juga menyediakan channel marketing ke marketplace umum yang ada,” kata Tara.

Salah satu pendekatan yang saat ini tengah dijajaki adalah kerja sama dengan Bukalapak. Selain Bukalapak, Cakning juga akan terus membukan channel kepada layanan e-commerce dan marketplace B2B dan B2C lainnya.

Fulfillment Center by Cakning (FBC)

Saat ini Cakning masih menjalankan bisnisnya dengan menggunakan dana yang didapatkan dari angel investor. Selain fokus ke branding dan akuisisi lebih banyak vendor juga seller, Cakning juga serius untuk menggarap layanan khusus untuk vendor. Selain vendor lokal. Cakning juga telah memiliki vendor asing asal Tiongkok.

“Untuk dua vendor lokal dan dua vendor asing saat ini kami menyediakan fulfillment center kepada mereka, mulai dari packaging hingga pengiriman dilakukan oleh Cakning. Kami masih belum membuka FBC untuk vendor lainnya,” kata Tara.

Tahun 2017 ini masih banyak rencana dan target yang ingin dicapai, termasuk menambah sekitar 100 brand lokal di situs dan aplikasi mobile Cakning.

“Kami ingin mengajak lebih banyak vendor dan seller untuk menggunakan Cakning sebagai platform jual beli yang memudahkan dan tentunya menguntungkan kedua belah pihak,” kata Tara.

Application Information Will Show Up Here

Ragam Pendekatan Pemasaran Startup

Tantangan dan persaingan lazim dalam sebuah bisnis. Sedikit berbeda jika kita berbicara mengenai bisnis startup. Sebagai bisnis rintisan ada tantangan awal yang harus dihadapi, yakni membangun produk berkualitas dan pemasarannya. Dua hal tersebut adalah hal utama. Untuk yang kedua, strateginya mungkin sedikit menarik. Pasalnya pengguna startup adalah mereka yang “melek” secara digital. Pendekatannya pun berbeda. Bertahap sesuai dengan target pasar masing-masing yang terus berkembang.

Di tahap awal misalnya, bisnis e-commerce, ride hailing, food delivery, teknologi finansial, dan beberapa segmen startup lain pasti akan memanfaatkan pendekatan ke arah digital untuk memasarkan produk atau layanan mereka. Posting blog, buzzer, posting berbayar di layanan media sosial, dan channel-channel pemasaran digital lain pasti akan dilakukan. Karena para “masyarakat digital” ini akan membantu menyebarkan informasi produk mereka secara lebih luas.

Dalam sebuah laporan berjudul “CMO Spend Survey 2016 – 2017” yang dikeluarkan Gartner, disebutkan bahwa digital advertising menjadi tiga hal teratas untuk alokasi dana dalam sebuah perusahaan. Kurang lebih ada 65% responden, yang merupakan pimpinan di sektor marketing menyebutkan akan menambah jumlah dana untuk digital advertising di tahun 2017 ini.

Dengan reach yang yang bisa ditentukan merupakan salah satu kelebihan pemasaran melalui channel digital. Hal ini dirasa lebih efektif karena bisa sampai tepat sasaran. Tren viralnya sebuah berita juga menjadi salah satu cara untuk mengenalkan dan memasukkan sebuah produk atau layanan untuk bisa dibicarakan lebih banyak orang baik di aktivitas digital maupun aktivitas sehari-hari.

Konvensional yang masih tetap bermanfaat

Meski tren digital terus tumbuh, strategi pemasaran konvensional masih tetap bisa mendulang manfaat. Dengan ceruk yang berbeda, strategi konvensional ditujukan untuk mengambil perhatian masyarakat yang sampai sekarang masih “non digital”, atau mempertebal informasi yang di dapat dari ranah digital karena media-media penyiaran seperti TV, radio, koran, baliho, dan media pemasaran offline lainnya masih memegang penting untuk penyebaran informasi yang luas.

Salah satu startup yang berbagi cerita mengenai strategi pemasarannya adalah Bukalapak. Senior Brand & Communication Manager Bukalapak Oci Ambrosia menjelaskan bahwa Bukalapak memanfaatkan beberapa strategi pemasaran baik offline maupun online. Untuk offline bisa dilihat dari aktifnya Bukalapak berpromosi melalui iklan di televisi, sedang untuk online bisa dilihat dari video YouTube atau melalui media sosial.

“Melalui media sosial media biasanya kampanye bisa lebih terukur, dan kita bisa cepat mengevaluasi jika kampanyenya kurang efektif. Dan ini juga tergantung juga dengan target consumer / demographic consumer yang berbeda. Penggunaan social media itu memiliki ketergantungan dari banyak faktor dan target audience menjadi salah satu faktor untuk keefektifan penyampaian brand/pesan. Tetapi secara keseluruhan, social media dan online presence sangatlah penting untuk sebuah perusahaan, maupun individu untuk menjangkau dan merangkul konsumen dan audience secara luas.”

Beberapa startup juga memiliki strategi serupa. Memanfaatkan online dan offline secara bersamaan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang produk mereka. Kebanyakan adalah mereka yang bergerak di sektor travel dan e-commerce.

Media sosial untuk membangun citra

Selain Bukalapak, dua bisnis e-commerce dengan niche yang berbeda yakni Wearinasia dan Tees juga membagikan cerita mengenai strategi pemasaran mereka. Bagi keduanya, media sosial memegang peran penting. Wearinasia misalnya, sebagai salah satu e-commerce yang memiliki niche cukup unik, menjual perangkat wearable, drone, dan camera, media sosial dijadikan tempat untuk membangun kredibilitas mereka di ranah digital.

“Media sosial kami gunakan sebagai medium untuk menambah kredibilitas secara online, misalnya dengan memberikan kode voucher bagi mereka yang foto saat pick up produk (layanan O2O). Dan kami gunakan juga untuk menginspirasi, misalnya dengan memberikan hasil-hasil photoshoot atau review produk,” ungkap CMO Wearinasia Andrew Gunawan.

Meski demikian, salah satu channel pemasaran yang cukup efektif bagi Wearinasia ada pada katalog di situs mereka. Dengan katalog yang informatif dan menjelaskan produk dengan detil pengguna bisa menjadi lebih tertarik.

Hal tidak jauh beda juga disampaikan Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa mengenai penggunaan media sosial. Menurutnya media sosial dan partnership bersama dengan Google Ads dan Facebook Ads menjadi salah satu cara paling efektif untuk pemasaran Tees.

“Untuk social media kami mengandalkan para creators untuk menyebarkan desain mereka ke social media, efeknya secara kolektif jauh lebih tinggi dari akun-akun social media Tees itu sendiri. Kami memudahkan mereka untuk share, dan meng-encourage mereka dengan menginformasikan promo dan benefit tambahan lebih dahulu ke mereka sehingga mereka bisa menyebarkan ke teman-teman mereka lebih awal. Untuk partnership, kami melakukan banyak cross promotion dengan sesama [layanan] e-commerce maupun channel-channel lainnya yang mempunya audience besar,” ungkap Aria menjelaskan.

Tees juga berusaha mencari beberapa strategi pemasaran baru, salah satunya dengan menambah niche produk baru di Tees yang rencananya akan diluncurkan tahun ini.

Bias offline dan online yang semakin tebal

Banyak yang mengenal istilah dunia maya, sebuah asosiasi untuk kehidupan di internet, baik media sosial, forum, atau aktivitas lainnya. Dari segi istilah sebenarnya “dunia maya” sudah tidak pas untuk digunakan. Pasalnya kehidupan digital, kehidupan media sosial, forum, dan lain-lainnya sudah bersentuhan langsung dengan kehidupan nyata. Apa yang dibicarakan di ranah online sebenarnya juga menjadi pembicaraan di ranah offline. Begitu juga sebaliknya. Sangat mungkin sesuatu yang viral di dunia online (media sosial terutama) menjadi perbincangan di kehidupan masyarakat. Ini yang membuat startup  berinvestasi untuk masuk ke pemasaran digital.

Hubungan antara offline dan online inilah yang dicari. Dana yang harus dikeluarkan untuk beriklan di TV atau baliho tentu berbeda dengan yang dihabiskan untuk memasang artikel berbayar atau sekelompok buzzer untuk memasarkan sebuah produk.

Dalam beberapa tahun ke depan, pemasaran digital akan memegang peran penting. Hanya saja iklan konvensional masih tetap digunakan, terutama untuk menyasar pengguna baru yang belum sepenuhnya atau sama sekali tidak tersentuh kehidupan digital.

Bukalapak dan Bareksa Resmikan Peluncuran BukaReksa

Hari ini, (19/1) Bukalapak dan Bareksa meresmikan peluncuran BukaReksa untuk menyasar pengguna Bukalapak yang kini jumlahnya mencapai 11,2 juta orang. Produk reksa dana ini dijamin oleh Bareksa adalah produk investasi yang diatur dan diawasi oleh OJK, baik dari agen penjual reksa dana maupun perusahaan pembuat produk reksa dana.

Ketua Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan produk ini merupakan inovasi yang baik dan berjalan searah dengan upaya regulator untuk terus meningkatkan kedalaman pasar modal di Indonesia. Menurut dia, kunci terpenting dalam meningkatkan jumlah investor adalah membuat terobosan inovasi dan sosialisasi yang masif.

Dalam hal ini kaitannya bagaimana membuat kerja sama dengan antar perusahaan untuk kemudahan akses saat membeli reksa dana. “Hari ini menjadi penting bagi perkembangan pasar modal bisa dapat lebih berkembang. Kami berharap bakal ada kerja sama berikutnya yang bisa dilakukan agar akses masyarakat untuk membeli reksa dana kian mudah,” ujarnya, Kamis (19/1).

Menurut data OJK, sepanjang tahun lalu total dana kelolaan (asset under management/AUM) industri reksa dana sebesar Rp338,6 triliun. Bila dibandingkan dengan nilai produk domestik bruto (PDB) di 2015 sebesar 11.540,8 triliun, nilai ini hanya sekitar 2,93% saja. Sementara, dari jumlah investor reksa dana di Indonesia juga masih sedikit, per 26 Agustus 2016 jumlahnya tercatat sebesar 340.869 orang, atau hanya sekitar 0,13% dari total populasi.

BukaReksa adalah instrumen investasi reksa dana berjenis pasar uang yang sengaja dibuat oleh PT CIMB-Principal Asset Management sebagai manajer investasi. Perusahaan akan menempatkan dana investasi dengan porsi di deposito sebesar 45%-50%, kas 5%-10%, dan obligasi 40%-50%.

Untuk mengakses fitur BukaReksa, calon investor hanya diharuskan memiliki akun Bukalapak dan memiliki saldo di BukaDompet dengan minimal investasi Rp 10 ribu. Pengguna bisa mengakses fitur BukaReksa di halaman BukaDompet atau menu MyLapak. Sebelum membeli reksa dana, pengguna harus melakukan pengisian formulir lalu mendapatkan notifikasi bahwa pembukaan rekening telah disetujui.

Untuk pembelian reksa dana, prosesnya hanya memakan waktu satu hari kerja. Sementara ini, BukaReksa baru bisa diakses lewat situs desktop Bukalapak saja. Diharapkan dalam waktu dekat pengguna sudah bisa mengaksesnya lewat aplikasi Bukalapak dengan tampilan yang lebih user friendly.

“Fitur BukaReksa sudah tayang di situs Bukalapak sejak kurang lebih dua minggu lalu. Responsnya positif, sudah menjaring lebih dari 6 ribu investor dengan dana kelolaan di bawah Rp10 miliar. Ke depannya kami akan sempurnakan tampilan sehingga bisa diakses melalui mobile web dan aplikasi,” terang Co-founder dan CFO Bukalapak Fajrin Rasyid.

Bagi Bukalapak, peluncuran fitur ini menjadi salah satu diversifikasi bisnis perusahaan di luar marketplace dengan menyasar layanan jasa keuangan (fintech). Sekaligus meningkatkan utilisasi fitur BukaDompet sebagai layanan dompet elektronik yang disediakan Bukalapak untuk menyimpan dana hasil penjualan dan dana hasil pengembalian transaksi.

Sejauh ini Bukalapak sudah memiliki beberapa layanan fintech lainnya, seperti BukaModal. BukaModal memungkinkan pelapak (istilah penjual di Bukalapak) untuk mendapatkan pinjaman modal dari Bank BTPN dan Modalku. Fitur ini khusus untuk pelapak yang sudah berjualan lebih dari enam bulan.

“Diversifikasi bisnis wajar untuk dilakukan, akan tetapi saat ini bisnis marketplace tetap jadi yang kontribusi bisnis terbesar di Bukalapak.”

Segera siapkan produk baru lainnya

Dalam satu bulan mendatang, Bukalapak akan terus memantau perkembangan BukaReksa dengan melakukan banyak penyempurnaan agar makin dapat menarik pengguna baru. Selain itu, Fajrin memastikan pihaknya terbuka untuk meluncurkan produk reksa dana lainnya dalam waktu mendekat.

“Kami lihat dulu progress BukaReksa. Tidak menutup kemungkinan kami akan luncurkan produk reksa dana lainnya dalam waktu mendekat, sudah ada diskusi dengan beberapa manajer investasi.”

Bareksa sebagai pemegang lisensi APRD juga akan terus menggandeng beberapa perusahaan teknologi untuk menjadi gerai perpanjangan tangan dalam penjualan instrumen reksa dana.

Co-founder dan Chairman Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengatakan pihaknya akan terus menambah kerja sama dengan perusahaan teknologi lainnya. Saat ini masih dalam tahap diskusi, sehingga belum bisa diungkap identitas perusahaannya.

Karaniya bilang perusahaan akan menangkap seluruh peluang kerja sama mulai dari perusahaan e-commerce, dompet elektronik, dan travel agent online (OTA). “Kami buka semua peluang agar akses membeli reksa dana jadi makin mudah,” pungkasnya.

Mencari Keunikan Marketplace di Indonesia

Bisnis marketplace di Indonesia sudah semakin menjamur, baik itu marketplace yang berbasis di Indonesia atau pun marketplace asing yang mencoba peruntungannya dengan masuk ke pasar Indonesia. Dari segi konsep, kebanyakan marketplace terlihat serupa bahkan sama persis. DailySocial mencoba menggali informasi marketplace tanah air tentang keunikan mereka dan bagaimana mereka menghadapi persaingan saat ini.

Tokopedia

Tokopedia secara umum memang sejenis dengan kebanyakan marketplace, namun dari keterangan yang kami terima Tokopedia tengah mengusung misi untuk pemerataan ekonomi secara digital. Untuk mencapainya Tokopedia tidak hanya fokus mengembangkan marketplace tetapi juga mengembangkan fitur untuk kebutuhan sehari-hari, seperti isi ulang pulsa, paket data, air, listrik, membayar BPJS, hingga berdonasi.

Tokopedia seolah ingin menjadikan kedekatan mereka dengan masyarakat sebagai identitas mereka. Selain fitur pembayaran berbagai macam tagihan (yang kemungkinan juga akan ada di marketplace lain), Tokopedia juga fokus untuk membantu produk-produk UKM agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Bukalapak

Senada dengan Tokopedia, Bukalapak juga memiliki visi dan misi yang sama untuk membantu UKM-UKM di Indonesia. Dengan memandang kekuatan komunitas dan inovasi sebagai peranan penting dalam pengembangan bisnisnya Bukalapak aktif dalam berbagai kegiatan temu komunitas dan iklan-iklan bernada komunitas.

Untuk keunikan, pihak Bukalapak mengedepankan fitur BukaIklan dan Negosiasi sebagai keunikan mereka. Fitur BukaIklan dan Negosiasi merupakan fitur baru. BukaIklan memungkinkan pengguna Bukalapak dengan mudah mempromosikan barang dagangannya di Facebook Ads dengan lebih sederhana. Hal ini disebut membantu para pelapak yang memang tidak memiliki background teknologi untuk bisa mengoptimalkan promosi barang mereka.

Fitur lain yang disebut sebagai keunikan Bukalapak adalah fitur Negosiasi. Fitur ini memungkinkan pembeli menegosiasikan harga atau menawar barang yang ingin dibeli, tentu dengan batasan jumlah penawaran. Fitur ini sementara ini belum ada di kebanyakan marketplace di Indonesia.

MatahariMall

Sedikit berbeda dengan dua marketplace sebelumnya, Mataharimall memiliki konsep O2O (online-to-offline). MatahariMall mengandalkan mall konvensional dalam jaringannya yang sudah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia sebagai channel untuk para pembelinya. Konsep O2O ini sebenarnya juga diusung Alfacart dengan jaringan Alfamart yang sudah tersebar luas di Indonesia. Sementara ini, konsep O2O ini tidak lantas membuat keduanya menjadi pemimpin pasar Indonesia.

Shopee

Sementara itu Shopee, yang lebih condong ke arah mobile marketplace, menyebutkan bahwa kecepatan dan mobilitas layanan menjadi salah satu fitur yang membedakan Shopee dengan yang lain. Di dalamnya disematkan fitur-fitur khas media sosial, seperti chat dan tagar, untuk menandai produk dan memudahkan pencarian produk.

Bisa disimpulkan ada beberapa jenis pendekatan yang dilakukan bisnis marketplace di Indonesia. Lazimnya jika mereka berangkat dari perusahaan digital, pendekatan ke pengguna dan penjual menjadi poin utama. Entah itu bekerja sama dengan komunitas, pemerintah, dan lembaga-lembaga lain. Selanjutnya untuk menarik minat pembeli, memperkaya fitur pembayaran adalah hal mutlak, termasuk pembayaran offline yang bermitra dengan gerai-gerai minimarket.

Sementara marketplace yang berangkat dari perusahaan konvensional cenderung berusaha mengoptimalkan keuntungan toko offline mereka. Meskipun demikian, inovasi pembayaran dan pengiriman tetap menjadi hal wajib untuk diperhatikan.

OJK Konfirmasi BukaReksa Tidak Salahi Aturan (UPDATED)

Teknologi yang tidak mengenai batasan wilayah membuatnya jadi abu-abu saat menentukan apakah aturan mainnya sesuai dengan regulasi yang berlaku. Dibandingkan industri lainnya, industri finansial termasuk yang paling ketat aturannya. Terkait hal ini, DailySocial berusaha memastikan kerja sama antara Bukalapak dan Bareksa dalam meluncurkan BukaReksa. Apakah langkah ini menyalahi Bareksa sebagai pemegang lisensi APRD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) dan Bukalapak sebagai pihak penjual efek reksa dana? Jawabannya ternyata tidak.

Hal ini diungkapkan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida. Dia mengatakan POJK Nomor 39/POJK.04/2014, tepatnya di Pasal 33, menyebutkan dalam melakukan penjualan efek reksa dana, agen APRD dapat membuka gerai penjualan dengan cara melakukan kerja sama dengan pihak lain yang memiliki jaringan lebih luas dalam kegiatan usahanya.

“APRD bisa bekerja sama dengan gerai-gerai untuk memperpanjang tangannya. Untuk [Bareksa dan Bukalapak] ada aturan yang memperbolehkan gerai-gerai itu jadi penjual. Tapi kontrak dan tanggung jawab terhadap penjualan itu tetap di APRD,” terang Nurhaida kepada DailySocial.

Pernyataan Nurhaida sejalan dengan jawaban perwakilan Bukalapak dan Bareksa. Pihak Bukalapak memastikan perusahaan adalah mitra Bareksa yang memiliki lisensi APRD resmi dari OJK. Produk BukaReksa yang menjual reksa dana ke publik adalah produk investasi yang diatur dan diawasi oleh OJK.

“Bukalapak sebagai salah satu perusahaan terdepan, sangat patuh terhadap aturan dan hukum yang berlaku. Kami menjunjung tinggi peraturan yang ada,” ungkap pihak Bukalapak dalam pernyataan resminya.

Bareksa juga mengeluarkan suaranya. Co-founder dan Chairman Bareksa Karaniya Dharmasaputra kepada DailySocial memastikan BukaReksa tidak menyalahi aturan yang diberlakukan oleh OJK. Platform BukaReksa tetap terhubung dengan engine Bareksa untuk proses know your customer (KYC) nasabah sebelum membeli produk reksa dana.

“Ini tidak melanggar aturan, kami sudah lapor ke OJK. Mereka dukung karena ini ‘kan bagian dari edukasi dan perluasan jalur pemasaran. Kami memang lebih memilih kolaborasi dengan perusahaan teknologi agar lebih pas dan cepat,” terangnya.

Karaniya menjelaskan BukaReksa adalah hasil kerja sama antara Bukalapak dan Bareksa dengan menunjuk CIMB Principal Asset Management untuk membuat produk Reksa Dana CIMB-Principal Bukareksa Pasar Uang.

BukaReksa dikhususkan untuk menyasar semua pengguna Bukalapak, baik itu pembeli maupun merchant yang sudah memiliki akun di Bukalapak dan saldo di BukaDompet.

“Ide awalnya ingin buat produk khusus untuk kerja sama dengan Bukalapak. Sebab, untuk jadi nasabah reksa dana butuh proses 2-3 hari karena ada proses di bank kustodian. Untuk layani nasabah Bukalapak yang merupakan merchant kan mereka butuh likuiditas, jadi kita bikin produk khusus dengan CIMB sehingga kita targetkan prosesnya jadi lebih cepat maksimal satu hari setelah transaksi.”

Nantinya, BukaReksa akan tersedia di berbagai platform yang dimiliki Bukalapak mulai dari situs website, aplikasi, hingga situs mobile. Dalam dashboard pengguna Bukalapak, akan ada button untuk investasi reksa dana di BukaReksa.

“Sekarang sudah final testing, semoga bisa luncur beberapa minggu ke depan.”

Sebelumnya, Bareksa juga sudah meresmikan kerja samanya dengan DOKU untuk menjual produk reksa dana kepada pengguna DOKU yang jumlahnya diklaim mencapai 1,3 juta orang.

Baik kerja sama antara Bareksa dengan Bukalapak maupun DOKU sasarannya sama, yakni pengguna masing-masing platform tersebut, termasuk merchant penjual di Bukalapak.

Adapun jumlah nasabah Bareksa kini sudah mendekati angka 7 ribu orang sejak pertama kali diluncurkan pada Januari 2015 silam. Total dana yang diinvestasikan lewat platform Bareksa sudah lebih dari Rp 80 miliar.

Sepanjang tahun ini, Bareksa akan kembali menggelar kerja sama lainnya dengan layanan e-commerce dan fintech.

“Namanya belum bisa kami disclose,” ujar Karaniya.

Terinspirasi dari Yuebao

Karaniya mengungkapkan kerja sama ini terjalin akibat terinspirasi dari Yuebao, sebuah produk reksa dana yang dikelola produk keuangan Alibaba, Alipay, yang diluncurkan sejak Juni 2013 silam.

Pada saat itu nilai imbal hasil (yield) yang ditawarkan Yuebao kepada nasabahnya mencapai 4%. Bahkan, angkanya pernah menembus hingga 6,76% per tahun pada awal 2014. Nasabah Yuebao hingga kini diklaim sebagai salah satu terbesar di dunia dengan total 260 juta nasabah.

“Kami terinspirasinya dari sana [Yuebao]. Bahkan, sekarang dia sudah bisa jadi perusahaan manajemen investasi. Insya Allah ke depannya [BukaReksa] bisa mengarah ke sana.”

Yang terpenting, sambungnya, hadirnya BukaReksa bisa menjadi lahan edukasi untuk merchant Bukalapak agar dapat beralih menggunakan reksa dana sebagai lahan investasi jangka pendek, ketimbang menyimpan uangnya di tabungan sederhana di bank.