Sejak Pivot Tahun Lalu, LinkAja Klaim Raihan Kinerja Positif

LinkAja mengungkapkan kinerja yang positif semenjak pivot bisnis tak lagi fokus ke konsumer langsung (direct consumer) pada tahun lalu. Kini LinkAja bermain di B2B2C yang mengandalkan ekosistem BUMN.

Dalam keterangan resmi, Direktur Keuangan & Strategi LinkAja Reza Ari Wibowo menyampaikan, perubahan model bisnis ini sejalan dengan kondisi di industri teknologi global yang sedang mengalami paradigm shifting. Sebelumnya selalu mengejar growth at-all-cost sekarang menjadi path to profitability dan sustainability.

“Di LinkAja, kami sudah melakukan shifting menuju profitability dan sustainability secara bertahap semenjak 2021 dengan membaca arah pergerakan industri. Salah satunya yakni dengan memperkuat model bisnis B2B2C kami yang berfokus pada ekosistem BUMN, yang terbukti sangat efektif dan efisien,” ujarnya.

Pada segmen B2C, LinkAja mengutamakan low-cost user acquisition & retention yang berfokus pada ekosistem BUMN. Hal ini diklaim efektif dan efisien bagi perusahaan. Pada tahun lalu, perusahaan mengimplementasikan solusi keuangan digital dengan Telkomsel, Pertamina, dan Himbara (Himpunan Bank Negara).

Di ekosistem Telkomsel, perusahaan mendigitalkan supply chain tradisional Telkomsel di lebih dari 300 ribu peritel dengan kenaikan pendapatan hampir 90%. Ke depannya, inisiatif tersebut akan dilanjutkan ke tingkat distributor.

Selanjutnya untuk ekosistem Pertamina, LinkAja memperkuat positioning aplikasi MyPertamina, yang berdampak pada pertumbuhan pendapatan eksponensial sebesar 1.600%. Terakhir, use case terkait Himbara memperlihatkan pertumbuhan pendapatan yang sangat signifikan sebesar 80%.

Adapun untuk segmen B2B perusahaan memfokuskan pada end-to-end value chain dari sisi tradisional dan digital, dengan masuk pembayaran, digital goods, dan bisnis lending.

Pada 2021, LinkAja mengakuisisi iGrow yang kini ditransformasi menjadi LinkAja Modalin. Ada tiga model pembiayaan yang disediakan, Invoice Financing, Retailer Financing, dan Agri Ecosystem Financing. Penggunanya adalah Telkomsel, SIG (Semen Indonesia), dan e-Fishery. Melalui lini bisnis ini, perusahaan akan meningkatkan kapabiltasnya untuk mendukung ekosistem BUMN secara closed-loop.

Kalah saing

LinkAja sedari awal tidak dibekali dengan dana jumbo seperti pemain sejenisnya di sektor pembayaran. Sementara bukan jadi rahasia di dunia bisnis digital, strategi bakar duit adalah jalan cepat untuk menjadi pemain yang dominan —apabila bermain di segmen ritel (konsumer) dan fokus mengejar pertumbuhan. Hal ini secara langsung berdampak pada biaya pemasaran membengkak dan menghambat profitablitas perusahaan.

Menurut riset yang dilakukan Populix pada pertengahan tahun lalu berjudul “Consumer Preference Towards Banking and E-Wallet Apps”, memperlihatkan 10 aplikasi e-wallet yang paling banyak digunakan masyarakat. LinkAja menempati urutan ke-5 (30%). Secara berurutan, GoPay berada di urutan pertama (88%); DANA (83%), OVO (79%), ShopeePay (76%).

Mengutip dari Investor.id, LinkAja disebut-sebut akan beralih ke bisnis lending dan menyasar ke ekosistem Pertamina dan Telkom. Untuk mendukung itu, bakal ada suntikan dana secara bertahap dari Telkom dan perusahaan pelat merah lainnya.

Menurut Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, pihaknya sedang mendorong beberapa investor untuk sudah memberikan komitmennya. Sekitar Maret atau April dana akan diberikan dari Telkom dan Himbara. “Maka dari itu kita dorong untuk lending, tapi di ekosistem retailer sama distributor Telkom sama Pertamina,” kata Kartika.

Kinerja keuangan

LinkAja memaparkan kinerja pada tahun lalu sebagai berikut:

  • Pendapatan operasional (revenue growth) tumbuh hampir 30% (dalam YOY)
  • Beban operasional (operational expense) turun lebih dari 50%
  • Biaya pemasaran (marketing expense) turun lebih dari 90%
  • Biaya operational and maintenance (O&M exspense) turun lebih dari 30%
  • Rasio pendapatan terhadap biaya promosi ditekan menjadi 0.1x dari 1.3x
  • Average Revenue per User (ARPU) naik 215%
  • Basket size ARPU naik 55%
  • Retention rate naik lebih dari 70%
  • EBITDA loss ditekan lebih dari 60%

Menurut Reza , dengan EBITDA loss yang mampu ditekan ini memperlihatkan bahwa perusahaan semakin on-track untuk merealisasikan komitmen mencapai EBITDA positif dalam waktu dekat.

Sebagai catatan, EBITDA berguna dalam menghitung arus kas bisnis. Jika EBITDA perusahaan negatif, ia memiliki arus kas yang buruk. Tetapi EBITDA positif tidak secara otomatis berarti bisnis memiliki profitabilitas yang tinggi.

Untuk target tahun ini, perusahaan akan melanjutkan sinergi dengan ekosistem BUMN yang lebih komprehensif dan berkesinambungan. Ditargetkan dapat mencetak pertumbuhan pendapatan lebih dari 80% dengan penurunan beban operasional sebesar 35%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Beberapa inisiatif strategis yang akan dilakukan adalah B2B2C approach —yang mana LinkAja akan menggandeng beberapa perusahaan di bawah kementerian BUMN untuk menjadi penyedia layanan disbursement insentif. Dengan demikian, LinkAja mampu mendapatkan user base besar yang bersifat captive tanpa biaya akuisisi dan retensi.

Reza melanjutkan, konsekuensi yang diambil saat memutuskan untuk fokus pada profitabilitas terkadang harus berani menutup layanan atau use case yang memiliki komponen biaya lebih tinggi dibandingkan pendapatan, dengan tetap menjaga kualitas layanan ke pengguna.

Diklaim keputusan tersebut mampu membuat LinkAja menjadi antitesis di industri digital, ditandai dengan kenaikan pendapatan yang signifikan dan penurunan biaya yang drastis, di tengah situasi industri teknologi yang menantang.

“Ke depannya kami berharap menjadi role model di industri teknologi di Indonesia melalui model bisnis yang lebih profitable dan sustainable, dengan tetap memberikan layanan transaksi digital terintegrasi yang aman dan nyaman [..],” tutup dia.

Dalam menjaga kinerja, perusahaan juga melakukan langkah efisiensi dengan merumahkan “PHK” sekitar 200 karyawannya pada Mei 2022. Pasca pengumuman tersebut, perusahaan mengaku beban operasional perusahaan turun lebih dari 50%.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Berkat Omnichannel, Blibli Klaim Pertumbuhan Positif di Kuartal III 2022

PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) mengungkapkan, kelanjutan inovasi untuk mendekatkan perseroan sebagai platform omnichannel perdagangan dan gaya hidup dinilai mampu mengkerek kinerja positif hingga kuartal III 2022. Salah satu indikatornya terlihat dari pertumbuhan TPV (Total Purchasing Value) konsolidasi sebesar 105% yoy menjadi Rp40,6 triliun.

Pendorong terbesar kenaikan TPV datang dari segmen 3P Ritel, yang dikontribusikan dari pemulihan pada sektor perjalanan (travel) di tiket.com. Pertumbuhan TPV juga diikuti oleh peningkatan Gross Profit Before Discount (GPBD) konsolidasi, menjadi Rp18 triliun atau naik 167% dari sebelumnya Rp679 miliar. Sehingga, Blibli berhasil mencatatkan peningkatan Take Rate menjadi 4,5% dari sebelumnya 3,4%.

Lebih lanjut dalam laporan keuangan perseroan, pertumbuhan TPV didukung dari pertumbuhan secara organik, terlihat dari Yearly Transaction Users (YTU) yang meningkat menjadi 4,3 juta pengguna dari 2,4 juta pengguna.

Secara keseluruhan, untuk pendapatan bersih (net revenue) konsolidasi tumbuh 98% menjadi Rp10,5 triliun, sementara persentase EBITDA terhadap TPV tercatat lebih baik meski masih negatif, menjadi -8,5% dari -11,3%. Hal ini didorong oleh peningkatan efisiensi beban operasional.

Ekspansi bisnis

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (22/12), perseroan memaparkan sepanjang tahun ini terus memperkuat kehadirannya di segmen Toko Fisik melalui pembukaan beberapa toko flagship, terdiri dari monobrand store, seperti Samsung Experience Store dan Hello (untuk brand Apple sebagai tier-1 partner), dan multibrand store, seperti Blibli Store dan toko Tukar Tambah.

Terhitung, saat ini Blibli telah mengoperasikan lebih dari 100 flagship stores, serta 70 gerai Ranch Market yang tersebar di seluruh Indonesia. Hingga September 2022, solusi omnichannel Blibli juga menjangkau lebih dari 27 ribu Click & Collect dan Blibli InStore, serta lebih dari 160 ribu Blibli Mitra yang merupakan pengusaha mikro dan toko kelontong.

Berkaitan dengan penguatan sinergi dengan entitas anak, tiket.com dan Ranch Market, melalui peluncuran unified ecosystem Blibli Tiket yang menawarkan Single Sign-On (SSO) serta Loyalty Parity untuk kedua platform tersebut. Strategi yang sama juga telah diselesaikan antara Blibli dengan tiket.com pada April 2022.

Anak usaha Blibli, tiket.com, pada awal bulan ini mengumumkan ekspansi ke Malaysia dengan mendirikan badan usaha bernama Global Tiket Malaysia Sdn Bhd (GTM). Dalam struktur kepemilikan saham, PT Global Tiket Network menjadi pemilik pengendali sebanyak 99,99%.

Kehadiran GTM dimaksudkan untuk melakukan kegiatan usaha sebagai agen perjalanan online dan kegiatan operasional agen tiket dalam industri travel, menjual, mengatur atau menyediakan komisi, tiket transportasi udara, air atau darat, tur, akomodasi, dan jasa terkait reservasi travel lainnya.

“Pendirian GTM ini tidak memiliki dampak merugikan terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan,” ujar Sekretaris Perusahaan Blibli Eric Winarta.

Application Information Will Show Up Here

Resep Amartha dan Kopi Kenangan Jaga Pertumbuhan Bisnis Selama Pandemi

Dalam sesi diskusi di acara #BUMNStartupDay2022, turut dihadirkan Co-Founder & CMO Kopi Kenangan Cynthia Chaerunnisa dan Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra. Keduanya sepakat bahwa pandemi telah mengakselerasi pertumbuhan bisnis mereka, di sisi lain juga turut menjaga dan meningkatkan produktivitas pegawai.

Untuk bisa terus tumbuh pasca-pandemi, masing-masing pimpinan tersebut juga mengungkapkan strategi dan keunggulan produk yang dimiliki, dan rencana ke depannya agar bisa menghadirkan produk yang relevan dan bermanfaat untuk target pengguna mereka.

Menerapkan konsep hybrid untuk pegawai

Topik yang dibahas dalam sesi tersebut adalah bagaimana perusahaan bisa mengelola produktivitas kerja pegawai  untuk bisa mendapatkan pertumbuhan bisnis yang positif. Salah satu cara yang kemudian diterapkan oleh Amartha  memberlakukan bekerja WFH kepada pegawai saat pandemi. Menurut Taufan, jika diterapkan dengan benar, konsep bekerja di rumah atau bekerja di kantor, bisa menumbuhkan produktivitas pegawai, jika sejak awal sudah ditentukan goals atau target yang ingin dicapai.

Perusahaan juga tidak membatasi kebebasan pegawai bekerja saat pandemi dan saat ini ketika kondisi sudah mulai pulih. Perusahaan sepakat bahwa konsep hybrid masih menjadi relevan dan ternyata terbukti mampu menumbuhkan produktivitas pegawai. Saat ini Amartha telah memiliki sekitar 5 ribu pegawai.

“Saat pandemi kami memberlakukan WFH semua, namun karena sejak awal goals sudah ditetapkan apa yang ingin dicapai dipastikan semua sejalan dengan misi perusahaan. Fokus kami adalah lebih mendorong kepada akuntabilitas dan kolaborasi dengan tim yang lainnya,” kata Taufan.

Hal senada juga diterapkan oleh manajemen dari Kopi Kenangan. Meskipun pegawai mereka terdiri dari para pegawai di outlet dan di kantor, namun untuk menjaga produktivitas bekerja semua, fleksibilitas dan pengawasan yang sesuai dengan SOP perusahaan terus diterapkan oleh perusahaan. Saat ini Kopi Kenangan telah memiliki sekitar 400an pegawai.

Fokus pada inovasi

Sejak awal berdiri tahun 2010 lalu, Amartha masih konsisten dengan misi awal mereka yaitu memberikan akses pembiayaan kepada kalangan yang masih belum mendapatkan akses tersebut. Kini di tahun 2022, perusahaan ingin mendigitalkan lebih banyak kawasan pedesaan, sekaligus membantu lebih banyak pelaku UMKM di pedesaan mendapatkan akses pembiayaan.

“Misi Amartha saat ini adalah bagaimana kita dapat membantu orang-orang yang masih underserved untuk bisa mendapatkan pembiayaan dan meningkatkan kesejahteraan. Di mulai dari tahun 2010 di Bogor, saat ini sudah 12 tahun Amartha berjalan,” kata Taufan.

Jika awalnya mereka belum fokus untuk mengembangkan teknologi, namun sejak tahun 2015 lalu perusahaan mulai fokus menjadi layanan microfinancing yang menghubungkan investor mulai dari kalangan institusi, perbankan, hingga individu sebagai mitra untuk bisa memberikan akses pembiayaan kepada UMKM.

Saat ini perusahaan mengklaim terus mengalami pertumbuhan di kawasan pedesaan, dan telah menjangkau sekitar 35 ribu desa. Ke depannya perusahaan memiliki target untuk bisa terus memberikan investasi ke lebih banyak lagi kawasan pedesaan di seluruh Indonesia, agar akses keuangan dan permodalan menjadi lebih merata.

“Harapannya nanti mereka yang tinggal di pedesaan juga bisa berpartisipasi di ekonomi digital. Sesuai dengan misi kami adalah selain memberikan akses finansial juga mendigitalkan pedesaan dan ekonomi informal,” kata Taufan.

Serupa dengan Amartha, Kopi Kenangan juga memiliki rencana untuk meningkatkan layanan mereka dengan menghadirkan varian produk yang lebih beragam. Bukan cuma fokus kepada minuman saja, namun perusahaan juga ingin menambah varian produk makanan dan produk lainnya. Selain produk minuman saat ini Kopi Kenangan telah memiliki produk makanan seperti Cerita Roti, Chigo dan Kenangan Manis.

“Waktu awal membuka Kopi Kenangan ibaratnya kita hanya sebagai ritel kopi biasa. Kemudian kita juga memiliki misi bagaimana untuk bisa menjadi tech enable company,” kata Cynthia.

Di tahun 2019 perusahaan telah meluncurkan aplikasi Kopi Kenangan. Melalui aplikasi tersebut pengguna bisa mendapatkan penawaran khusus yang hanya bisa dinikmati jika melakukan pemesanan melalui aplikasi. Meskipun masih memanfaatkan marketplace untuk layanan pemesanan dan delivery, namun saat ini perusahaan memiliki rencana untuk mendorong penggunaan aplikasi kepada target pengguna.

“Selain menawarkan promosi memanfaatkan aplikasi kita juga bisa melihat kebiasaan pengguna. Apakah mereka melakukan pembelian di pagi hari atau sore hari. Dari situ kita bisa melakukan targeting,  apa yang bisa di berikan kepada pengguna,” kata Cynthia.

Setelah menyandang status unicorn tahun 2021 lalu, perusahaan masih memiliki rencana untuk menambah beberapa lokasi baru di Indonesia dan juga melakukan ekspansi di luar negeri. Malaysia kemudian menjadi negara yang rencananya akan disasar oleh Kopi Kenangan.

Tahun ini, Kopi Kenangan juga masuk ke sektor FMCG dengan produk pertamanya Kopi Kenangan Hanya Untukmu. Adapun, Kopi Kenangan telah menjual sebanyak 40 juta cangkir di sepanjang 2021. Kini, perusahaan memiliki 672 outlet yang tersebar di 45 kota di Indonesia.

Rencana Seekmi Tambah Layanan Baru dan Fokus Sasar Segmen B2B [UPDATED]

Seekmi, platform yang menawarkan layanan dan jasa untuk pembersihan dan pemasangan AC, pipa ledeng, alat rumah tangga, kebersihan, dan laundry, saat ini terus memperluas kolaborasi strategis dan mulai fokus menyasar sektor B2B.

Kepada DailySocial.id, CEO Seekmi Clarissa Leung menceritakan perkembangan bisnisnya saat ini. Diceritakan ketika pandemi berlangsung, memang banyak orang yang segan untuk melakukan pemesanan pembersihan AC di rumah mereka, berakibat pada turunnya jumlah pemesanan dan traksi pengguna.

Untuk bisa terus menjalankan bisnis, Seekmi menghadirkan layanan jasa disinfeksi. Namun sayangnya hanya beberapa bulan saja pengguna yang kemudian melakukan pesanan. Ketika kondisi sudah mulai pulih dan banyak orang kemudian terbiasa untuk hidup berdampingan dengan pandemi, layanan jasa disinfeksi tersebut juga mengalami penurunan pemesanan.

“Namun saat ini kami sudah mulai melihat kondisi sudah mulai pulih dan permintaan dari pengguna juga makin banyak dengan mulai terbiasanya banyak orang dengan kondisi saat ini. Untuk pencegahan kami selalu menyiapkan tim sebelum memberikan layanan kepada pengguna,” kata Clarissa.

Dalam 18 bulan terakhir, kendati ekosistem tengah bergejolak, Clarissa mendapati minat investor yang tetap tinggi untuk berinvestasi di ruang layanan on-demand. Namun demikian, memang ada sinyal kehati-hatian dalam mereka melakukan analisis dan seleksi calon portofolio, khususnya di sektor bisnis yang terdampak operasionalnya akibat Covid-19.

Dari kalangan target pengguna juga saat pandemi kemudian menjadi waktu yang tepat bagi mereka untuk lebih fokus kepada kebutuhan sehari-hari hingga pengobatan. Sehingga layanan jasa seperti Seekmi tidak menjadi prioritas.

Kantongi pendanaan tahun 2019

Tahun 2019 lalu perusahaan telah mengantongi pendanaan dari sejumlah venture capital dan angel investor. Di antaranya adalah GDP Ventures, AddVentures, hingga Prasetia Dwidharma. Investor sebelumnya seperti Ventek Ventures, Convergence Ventures (sekarang AC Ventures), dan CyberAgent Capital juga terlibat dalam putaran pendanaan ini.

Tidak disebutkan lebih lanjut oleh Clarissa tahapan pendanaan yang diterima oleh perusahaan tahun 2019 lalu. Namun demikian dirinya menegaskan runway perusahaan saat ini masih sangat cukup dan perusahaan akan terus fokus untuk menghadirkan layanan dan produk yang menguntungkan. Sebelumnya Seekmi telah mendapatkan pendanaan awal dari sejumlah angel investor dan melanjutkan pendanaan putaran seri A.

Didukung oleh tim yang loyal, Seekmi mengklaim mampu bertahan saat pandemi meskipun harus mengurangi pengeluaran. Di sisi lain mereka juga kemudian menghadirkan inovasi baru dengan menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan besar dan ternama seperti IKEA, Panasonic, Coca Cola, dan Orang Tua Group. Mulai dari bantuan untuk pengiriman dan pemasangan hingga perbaikan dan pemeliharaan, dilancarkan oleh Seekmi kepada segmen B2B.

“Kami memilih untuk merahasiakan semua aktivitas kami terutama dari kompetitor. Saat ini kami sudah menjadi pemain B2B yang kuat dan kami memiliki hubungan baik dengan perusahaan besar tersebut,” kata Clarissa.

Ke depannya perusahaan juga sedang menyiapkan inovasi baru. Salah satunya adalah layanan pijat atau massage. Masih dalam persiapan, jika sesuai dengan target layanan ini akan segera diluncurkan oleh Seekmi dalam waktu dekat untuk kawasan terbatas. Inovasi lainnya juga akan di luncurkan oleh Seekmi.

Ketika sebelum pandemi dulu Seekmi fokus untuk melakukan ekspansi dan telah hadir di 8 kota, namun saat ini fokus Seekmi adalah hanya di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya.

Kolaborasi dengan Tokopedia

Untuk memperluas layanan mereka, Seekmi juga telah menjalin kerja sama strategis dengan Tokopedia dalam bentuk layanan Tokopedia Clean. Kerja sama ini menurut Clarissa menjadi sangat strategis, karena bisa digunakan oleh pengguna Tokopedia yang jumlahnya sudah sangat masif saat ini.

Sebelumnya tahun 2020 lalu kerja sama dengan e-commerce seperti ini juga telah dilangsungkan. Selain Tokopedia, waktu itu juga menggandeng Lazada. Hanya saja bentuknya masih berupa Official Store Seekmi di masing-masing e-commerce, belum menjadi fitur khusus yang terintegrasi.

Di sisi lain dirinya melihat, Tokopedia sebagai perusahaan teknologi juga menyadari bukan hanya layanan fintech saja yang kemudian bisa diberikan, namun juga layanan lain seperti yang ditawarkan oleh Seekmi.

“Kami sudah bekerja dengan Tokopedia dalam beberapa tahun terakhir dan kami telah menjadi mitra terdepan mereka untuk layanan kebersihan. Mereka cukup puas dengan hasilnya yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh pengguna untuk melakukan pemesanan layanan yang kami tawarkan,” kata Clarissa.

Selain pembersihan AC layanan yang juga banyak dipesan di Tokopedia adalah jasa untuk kebersihan rumah dan properti lainnya hingga layanan untuk laundry. Selain dengan Seekmi, Tokopedia Clean juga menggandeng platform serupa di antaranya adalah Klik N Clean.

Disclosure: Senin (19/9) kami melakukan pembaruan atas koreksi yang diberikan narasumber terkait beberapa informasi yang disampaikan

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Terus Lengkapi Ekosistem Layanan, Mulai Masuk ke Proptech sampai Car Marketplace

Seperti startup unicorn pada umumnya, Bukalapak (IDX: BUKA) menunjukkan ambisi untuk menjadi sebuah superapp guna mengakomodasi berbagai kebutuhan pengguna di dalam satu aplikasi. Belum lama ini, platform BukaTabungan diluncurkan sebagai layanan bank digital yang terintegrasi dengan aplikasi Bukapalak, bekerja sama dengan Standard Chartered.

Sebelumnya mereka juga mengumumkan kehadiran BukaBangunan sebagai B2B marketplace untuk pemenuhan bahan konstruksi di bawah naungan bisnis Mitra.

Ketika ditelisik lebih dalam, saat ini ada sejumlah layanan baru yang mulai diluncurkan ke aplikasi, menambah jumlah kategori fitur yang ada di dalamnya. Beberapa di antaranya adalah BukaRumah, BukaJualMotor, BukaJualMobil, Ajukan Kartu Kredit, dan lain sebagainya.

BukaRumah sendiri adalah sebuah layanan proptech, yang memungkinkan pengguna untuk menemukan hunian idaman. Tidak sebatas listing properti saja, di dalamnya ada fitur pengajuan KPR — dalam hal ini Bukalapak menggandeng Bank Mandiri sebagai mitra strategis untuk pembiayaan. Bank Mandiri melalui unit venturanya adalah pemegang saham Bukalapak, masuk dalam putaran pendanaan seri G.

Sementara BukaJualMotor adalah layanan marketplace otomotif yang memudahkan pengguna menjual motor bekas yang dimiliki. Ini melengkapi fitur BukaMotor yang sebelumnya sudah ada, sebagai kanal penjualan kendaraan bermotor baru di Bukalapak. Dalam merilis fitur anyar ini, secara khusus perusahaan menggandeng Otomoto.

Sejumlah fitur baru di aplikasi Bukalapak
Sejumlah fitur baru di aplikasi Bukalapak

Di lini lain seperti fintech, perluasan layanan juga digencarkan. Setelah meluncurkan Bukalapak Paylater bersama Kredivo, mereka kini juga hadirkan layanan marketplace produk finansial, salah satunya terkait kartu kredit dan asuransi — mirip apa yang disuguhkan Cermati.

Dalam sebuah kesempatan, pihak Bukalapak mengatakan bahwa saat ini mereka memang tengah memperbanyak cakupan vertikal bisnis. Sejumlah produk yang sudah dirilis akan diamati traksinya, untuk memastikan kesesuaian dengan kebutuhan pengguna, sebelum akhirnya dipromosikan secara masif ke ekosistem Bukalapak — termasuk konsumen, UMKM, sampai jaringan mitra.

Ambil pendekatan in-house dan partnership

Untuk menghadirkan berbagai variasi layanan, Bukalapak menggunakan dua pendekatan. Pertama, mereka mengembangkan layanan secara mandiri (in-house) memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Dicontohkan seperti fitur BukaBangunan yang memanfaatkan jaringan mitra yang sudah dibangun melalui Mitra Bukalapak.

Model kedua, mereka bekerja sama strategis dengan sejumlah mitra, baik yang terhubung melalui aksi investasi maupun kerja sama B2B. Ini sudah dilakukan sejak lama, seperti saat mereka menelurkan fitur Tiket Pesawat menggandeng platform Reservasi.com (PT Reservasi Global Digital).

Terkait kemitraan, strategi M&A juga menjadi opsi yang dikerjakan Bukalapak. Sejumlah pembelian saham secara masif dilakukan perseroan terhadap sejumlah bisnis, termasuk Ashmore untuk BukaInvestasi dan Lakupon (PT Online Pertama) untuk fitur Kupon. Selain itu, Bukalapak juga telah berpartisipasi dalam pendanaan startup edtech Bolu dan e-commerce fesyen Hijup — seperti tertuang dalam prospektus dan keterbukaan informasi yang disampaikan di BEI.

Diversifikasi produk untuk target profitabilitas

Presiden Bukalapak Teddy Oetomo dalam sebuah kesempatan public expose Juni 2022 lalu mengatakan, bahwa perseroan membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 44%-61% menjadi sebesar Rp2,7 triliun-Rp3 triliun pada tahun ini. Ini juga akan berdampak pada peningkatan Total Processing Value (TPV) sekitar 39%-47% — sebagai metrik utama Bukalapak.

Sampai paruh pertama (H1), mereka sudah membukukan separuh dari target yakni 1,6 triliun Rupiah.

Sumber pendapatan Bukalapak di H1 2022
Sumber pendapatan Bukalapak di H1 2022

Tujuan dari diversifikasi produk ini tidak lain untuk meningkatkan retensi pengguna, membuat basis konsumennya merasa nyaman dan terlayani melalui ekosistem fitur yang ada di aplikasi Bukalapak. Pada akhirnya akan mendongkrak nilai transaksi di dalamnya.

Namun tidak dimungkiri, bahwa kompetisi bisnis di semua lini yang digarap tersebut memang sangat ketat — di samping bisnis online marketplace yang mengharuskan Bukalapak bersaing dengan raksasa teknologi lain seperti Tokopedia, Blibli, Shopee, dan sebagainya.

Ambil contoh untuk layanan proptech, meskipun bisnis ini masih menyimpan peluang yang sangat besar, namun sejumlah pemain sudah hadir di lanskap ini. Pemain legasi seperti 99 Group telah memiliki basis bisnis yang cukup besar di Indonesia, dengan jutaan listing properti di berbagai kota. Model bisnis mereka juga turut berkembang, salah satunya dengan meningkatkan aksesibilitas di aspek pembiayaan.

Demikian pula untuk platform marketplace kendaraan bermotor. Carro, Carsome, Broom, sampai dengan Moladin tengah melakukan menggencarkan perluasan bisnis dengan menjalankan model C2B, B2B, dan B2B2C.

Bukalapak sebagai platform dengan basis pengguna besar tetap memiliki peluang untuk menghadirkan proposisi nilai. Misalnya, berbekal data transaksi yang dimiliki memungkinkan mereka untuk menghadirkan penilaian kredit yang lebih komprehensif guna mendukung bisnis pembiayaan yang terintegrasi di platform. Termasuk ekosistem Mitra yang dimiliki; Diketahui saat ini ada sekitar 14 juta warung dan pelaku UMKM yang bergabung sebagai Mitra Bukalapak. Mereka tersebar di lebih dari 200 kota di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

HappyFresh Racik Ulang Strategi Bisnis

HappyFresh dikabarkan tengah melakukan restrukturisasi bisnis guna menyusun strategi bisnis berkelanjutan. Seperti diberitakan Bloomberg, perusahaan merekrut firma konsultan Alvarez & Marsal untuk melakukan peninjauan terhadap kondisi finansialnya [Manas Tamotia menjabat sebagai Managing Director Alvarez & Marsal untuk; sebelumnya ia adalah CSO di HappyFresh hingga Juli 2022].

Di sisi lain, HappyFresh juga tengah berjuang untuk menghimpun pendanaan tahap selanjutnya. Sumber lain dari DealStreetAsia mengatakan, penggalangan dana tersebut akan difokuskan untuk melunasi kewajiban pembayaran kepada para mitranya — termasuk pemilik supermarket, mitra logistik, dan lainnya.

Bersamaan dengan ini, sumber mengatakan bahwa sejumlah pegawai HappyFresh mengalami PHK – kendati tidak disebutkan jumlah persentasenya. Bahkan beberapa eksekutif senior tengah berhenti untuk menangani pekerjaan hariannya [beberapa mengundurkan diri] sembari menunggu kejelasan tentang nasib perusahaan berikutnya. Operasional layanan di sejumlah wilayah di Jakarta juga dikabarkan terhenti — pelanggan tidak bisa memesan slot waktu pengiriman dan melakukan pembayaran via aplikasi.

Jelas ini mengindikasikan bahwa startup online grocery tersebut sedang tidak baik-baik saja. Sayangnya ini tidak hanya menimpa HappyFresh, di kancah regional sejumlah startup sejenis tengah meracik ulang strategi mereka untuk menjadi bisnis berkelanjutan. Startup food delivery & grocery Foodpanda salah satunya, mereka melakukan layoff ke sejumlah besar karyawan untuk menyesuaikan rencana induknya, Delivery Hero, untuk mencapai  EBITDA positif dengan mereduksi biaya operasional.

Foodpanda sempat hadir di Indonesia, lalu pada tahun 2016 memutuskan untuk menutup layanannya di wilayah ini.

Primadona saat pandemi

Dalam sebuah temu media di tahun 2021, Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini mengataka bahwa perubahan perilaku pelanggan selama pandemi telah berdampak pada pertumbuhan bisnis mereka secara menyeluruh 10-20x lipat.

Demi menunjang akselerasi bisnis, Juli 2021 HappyFresh mengumumkan perolehan pendanaan seri D senilai $65 juta  oleh Naver Financial Corporation dan Gafina B.V., sebelumnya mereka telah mengumpulkan pendanaan $20 juta. Investasi tersebut sempat melambungkan valuasi perusahaan di angka $200 juta.

Di vertikal ini juga terdapat sejumlah kompetitor langsung, startup online grocery yang fokus ke model B2C. Di antaranya HappyFresh, Sayurbox, KedaiSayur, PasarNow, Titipku, AlloFresh, Astro, Bananas, dan lainnya. Konsep quick commerce juga mulai populer, menjanjikan proses pengiriman dalam hitungan menit.

Ketika disinggung apakah HappyFresh akan beradaptasi dengan model quick commerce, Filippo mengatakan, “Berdasarkan pengalaman kami dalam pengamatan terhadap perilaku konsumen online grocery, kami mengetahui bahwa sebagian besar konsumen merencanakan pembelanjaan dengan memilih beragam produk dari berbagai kategori dan menyimpannya di keranjang belanja.”

Dari hipotesis tersebut, HappyFresh meyakini bahwa model yang diusung adalah yang paling relevan dengan kebutuhan pasar. Dan pada akhirnya fokus ke kualitas produk akan menjadi kunci utama kebertahanan layanan online grocery. Dengan kata lain, HappyFresh tidak akan turut andil dalam hingar-bingar quick commerce dulu.

Peritel tradisional seperti Indomaret juga telah bertransisi dengan strategi O2O. Memanfaatkan jaringannya yang sangat luas, kini masyarakat juga diberikan kemudahan untuk melakukan pemesanan dan pembayaran melalui aplikasi.

Menata ulang konsep online grocery

Model bisnis HappyFresh menjadi perantara antara konsumen dan modern trade seperti supermarket. Di tengah tingginya permintaan, tahun lalu mereka juga memperkenalkan “HappyFresh Supermarket“, tujuannya untuk memperluas akses terhadap produk kebutuhan harian dengan meningkatkan kehadiran toko virtual.

Langkah ini turut dijadikan sebagai salah satu strategi HappyFresh untuk mempererat kolaborasinya dengan jaringan supermarket nasional dan regional yang sejauh ini telah membantu menyediakan ragam produk.

“Dalam hanya beberapa bulan setelah peluncuran, kami melihat ketertarikan pelanggan yang luar biasa, melalui pertumbuhan pengguna sebesar 300% setiap bulannya,” ujar Co-founder & CEO HappyFresh Guillem Segarra.

Namun demikian jika melihat data, sebenarnya kanal penjualan produk grocery terbesar di Indonesia masih berada di ritel tradisional. Kendati toko modern juga terus memperluas cakupan wilayahnya.

Modern vs Traditional Trade in Indonesia / L.E.K Consulting
Modern vs Traditional Trade in Indonesia / L.E.K Consulting

Sementara itu laporan e-Conomy SEA 2021 mengatakan bahwa di tengah penetrasi e-commerce di Asia Tenggara, digitalisasi sektor grocery baru mencapai 2% saja. Jelas ini menjadi PR besar bagi ekosistem industri terkait untuk bisa meningkatkan cakupan pasarnya — termasuk melalui peningkatan infrastruktur supply chain, edukasi pasar, dan ekspansi bisnis di skala nasional.

Penetrasi grocery commerce di Asia Tenggara / e-Conomy SEA 2021
Penetrasi grocery commerce di Asia Tenggara / e-Conomy SEA 2021

Pandemi Covid-19 relatif bisa dikendalikan, seiring vaksinasi yang sudah merata di seantero nusantara. Hal ini berdampak pada pulihnya aktivitas offline, termasuk di sektor ritel. Pusat perbelanjaan mulai ramai, bebarengan dengan aturan bepergian yang sudah semakin longgar.

Dari survei yang dilakukan Katadata terhadap 2022 responden, menyatakan bahwa untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari mayoritas masih mengandalkan pembelian secara langsung di ritel terdekat, baik itu supermarket, pasar tradisional, warung kelontong, ataupun swalayan. Platform e-commerce mendapati peringkat terbawah.

Survei pemenuhan kebutuhan sehari-hari / Katadata
Survei pemenuhan kebutuhan sehari-hari / Katadata

Di titik ini mulai bisa ditarik kesimpulan, bahwa kebiasaan yang terbentuk selama pandemi ternyata tidak sepenuhnya bertahan pasca-pandemi. Khususnya dalam hal belanja, pengalaman datang ke toko tetap menjadi pilihan favorit — kendati ada beberapa aspek yang bisa diefisienkan dengan belanja online.

Pemain online grocery perlu menata ulang model bisnisnya, memberikan pengalaman pengguna yang lebih relevan dengan kondisi yang ada saat ini. Termasuk menata ulang kategori produk yang ada di rak belanja, sehingga menjadi relevan untuk dipenuhi secara online — di saat kecepatan saja belum sepenuhnya menjadi proposisi nilai yang membuat semua orang tertarik turut andil menjadi bagian dari basis konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Kiat SweetEscape dan SurveySensum Mempertahankan Laju Bisnis Selama Pandemi

Teknologi telah mengubah kebiasaan dan gaya hidup orang banyak. Bukan hanya membantu mereka memangkas waktu, namun juga memberikan pengalaman baru saat mengakses produk dan layanan secara online. Pandemi yang datang sejak tahun 2020 lalu juga telah mempercepat edukasi dan adopsi teknologi kepada orang banyak. Dan secara langsung telah memudahkan pekerjaan hingga proses belajar mengajar untuk semua.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, dibahas pentingnya peranan teknologi untuk mendukung pertumbuhan startup, bersama Co-Founder & CEO SweetEscape David Soong dan Co-founder & Head of Product SurveySensum Tanuj Diwan.

Pandemi dan inovasi

Sebagai platform yang selama ini fokus kepada segmen B2C, SweetEscape, online marketplace jasa fotografer, memiliki layanan baru untuk bisnis dijuluki “Fotto”. Strategi ini dipilih dalam rangka menyelamatkan bisnis perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19, permintaan industri perjalanan turun hingga 90%. Melalui lini baru ini, perusahaan mampu untuk tetap menjalankan bisnis, meskipun segmen utama mereka yaitu B2C terganggu karena adanya aturan pembatasan perjalanan.

Sebelumnya saat menawarkan layanan kepada segmen B2C, interaksi dengan pelanggan secara langsung tidak terlalu banyak terjadi. Kebanyakan pelanggan langsung menghubungi fotografer yang dipilih dalam platform. Namun saat pandemi dan dengan lini bisnis baru mereka yang menyasar B2B, interaksi dengan klien pun harus dilakukan secara langsung oleh tim SweetEscape.

Sementara itu bagi  SurveySensum yang selama ini fokus kepada segmen B2B, saat awal pandemi sempat mengalami kendala. Banyaknya pebisnis yang memangkas budget dan menunda proyek mereka, cukup menyulitkan bagi tim SurveySensum. Namun demikian saat ini ketika kondisi sudah semakin pulih, bisnis pun kembali menggunakan teknologi yang mereka miliki.

“Tujuan kita adalah memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi. Dimulai dengan feedback kita berharap klien bisa mengambil langkah selanjutnya berdasarkan survey dan feedback yang diterima,” kata Head of Product SurveySensum Tanuj Diwan.

Penerapan teknologi

Terkait dengan teknologi, platform seperti Sweet Escape mengklaim tidak terlalu banyak menerapkan teknologi yang rumit. Fungsi mereka sebagai platform pada dasarnya adalah memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk melakukan pemilihan photographer yang sesuai, melakukan reservasi dan pembayaran.

Untuk mengelola semua percakapan dalam satu platform, SweetEscape juga mengembangkan sendiri chat message internal dan menghindari penggunaan platform chat app/messenger. Sebagai open marketplace, SweetEscape juga melakukan proses kurasi photographer terbaik yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan.

Sementara itu sebagai platform yang mengedepankan teknologi SurveySensum menerapkan teknologi artificial intelligence (AI) di dalam platform. Dengan demikian secara otomatis bisa dikategorikan pertanyaan atau feedback yang masuk dari pelanggan secara langsung. Hal ini tentunya memudahkan perusahaan untuk mengelola masukan tersebut.

Melalui teknologi, SurveySensum ingin membantu pendiri startup yang tidak terlalu mengerti teknologi dengan edukasi dan proses yang fleksibel dan tentunya mudah dipahami.

Sejumlah Rencana Bisnis Xendit Setelah Menjadi Unicorn

Xendit resmi menjadi unicorn setelah merampungkan pendanaan C senilai $150 juta. Secara total, perusahaan berhasil mengumpulkan total dana ekuitas sejumlah $238 juta sejak ronde awal di tahun 2015 lalu. Ada sejumlah rencana yang akan dilakukan selanjutnya. Hal tersebut disampaikan Co-Founder Xendit Moses Lo dan Tessa Wijaya dalam sebuah kesempatan temu media terbatas.

Hal pertama yang akan digenjot ialah melanjutkan ekspansi regional yang telah dimulai dari Filipina sejak tahun 2020 lalu. Bahkan untuk meningkatkan penetrasi layanannya di Filipina, Xendit membangun kemitraan strategis dengan berinvestasi ke pemain fintech setempat Dragonpay.

Menanggapi tentang strategi M&A pasca-pendanaan, Tessa mengatakan, kemungkinan tersebut ada, terlebih saat ini perusahaan juga fokus ke pasar UMKM. Kalaupun akan melakukan aksi strategis seperti investasi, tujuannya masih dalam koridor mendukung ekspansi dan perluasan segmen pengguna.

Membuka pasar yang lebih luas

Didirikan sejak tahun 2014, awalnya Xendit merupakan penyedia platform payment gateway, membantu pebisnis digital menyediakan portal pembayaran untuk konsumennya. Seiring perkembangannya, layanan fintech di dalamnya berkembang mengakomodasi berbagai kebutuhan, termasuk layanan transfer dana untuk bisnis. Sebagian besar layanan Xendit berbasis API, penggunanya mengintegrasikan layanan tersebut melalui backend situs atau aplikasi.

Disampaikan Moses, salah satu alokasi pendanaan seri C untuk mengembangkan ekosistem layanan yang dimiliki. Ia menyebutnya sebagai “value added services”, berisi berbagai fitur pendukung untuk memungkinkan mitranya menghadirkan kapabilitas fintech secara lebih baik. Misalnya, mereka akan mengoptimalkan layanan manajemen risiko untuk membantu bisnis mencegah fraud. Kemudian juga akan menghadirkan platform lending untuk membantu bisnis lebih berkembang.

Data terbaru yang disampaikan, Xendit telah mencatatkan peningkatan total volume pembayaran 200% yoy di pasar Indonesia dan Filipina. Sebagian capaian tersebut didapat dari klien yang berasal dari perusahaan teknologi seperti e-commerce atau aplikasi konsumer lainnya. Untuk membuka potensi yang lebih besar, Moses mengatakan Xendit akan masuk ke pasar solusi digital berbasis “no-code”.

Layanan “no-code” umumnya berupa solusi digital siap pakai yang tetap bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan pengguna. Dengan pendekatan ini, Xendit juga mantapkan niat untuk merangkul pasar UKM sebagai target bisnis selanjutnya.  Dalam debutnya, beberapa solusi telah dihadirkan, misalnya dalam aplikasi “Xendit Business” di Playstore. Dengan layanan tersebut pemilik bisnis bisa membuat sebuah tautan khusus untuk dikirimkan ke pembelinya, memudahkan proses transaksi tanpa harus mengintegrasikan ke sebuah e-commerce.

Sebelumnya Xendit juga telah meluncurkan Xendit Inventory Sync. Platform tersebut berbentuk teknologi multi-kanal untuk membantu pebisnis mengelola stok inventaris produk yang dijual secara online di Tokopedia, Shopee, maupun situs seperti Shopify dan WooCommerce. Dengan demikian, pelaku bisnis dapat lebih mudah memantau jumlah stok di masing-masing kanal dalam satu dasbor yang rapi dan terintegrasi.

Belum ada rencana IPO

Ketika ditanya rencana go-public, baik melalui IPO tradisional ataupun SPAC, Moses mengatakan bahwa saat ini ada opsi lain yang masih sangat mendukung laju bisnis perusahaan, termasuk private market. Hingga saat ini, 100% konsentrasi manajemen untuk mengeksekusi rencana-rencana di atas, khususnya ekspansi perluasan bisnis. Dukungan investor yang didapat juga dilihat sebagai respons penting para stakeholder di tengah pertumbuhan dan kompetisi pasar.

Di Indonesia sendiri, saat ini ada beberapa pemain yang menyediakan layanan payment gateway. Sebagian dari mereka adalah pemain yang sudah masuk ke industri sejak lama. Adapun daftarnya sebagai berikut:

Platform Tahun Berdiri Pendanaan Terakhir
Xendit 2014 Series C, $150 juta
Midtrans 2011 Diakuisisi oleh Gojek
Durianpay 2021 Seed Round, $2 juta
Doku 2007 Venture Round, $32 juta
Nicepay 2011
Xfers 2014 Corporate Round, $30 juta; terafiliasi Payfazz
Faspay 2011 Terafiliasi grup Astra
Cashlez 2015 IPO di BEI, Kapitalisasi Pasar: $18 juta
Duitku 2009
iPaymu 2012
Prismalink 2011
Espay 2012 Diakuisisi oleh Emtek

Menurut data yang dihimpun Statista, total nilai transaksi pembayaran digital di Indonesia diproyeksikan akan mencapai $56,7 miliar pada 2021; dan bertumbuh sampai $90,2 miliar pada 2025 mendatang dengan CAGR 12,18%. Salah satu penyumbang terbesarnya adalah e-commerce, dengan nilai total transaksi $53,3 miliar pada tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Delapan Tahun Startup Online Grocery “Seroyamart”, Klaim Masih Terus Alami Pertumbuhan Bisnis

Sebagai platform online grocery yang telah hadir sejak tahun 2013, Seroyamart mengklaim mengalami pertumbuhan pengguna signifikan selama pandemi. Hal ini dikarenakan pembatasan kegiatan dan aturan bekerja di rumah, sehingga terjadi perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja. Dari segi bisnis, perusahaan mengalami pertumbuhan 30-40% sejak Maret 2020.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Seroyamart Sebastian Wijaya mengungkapkan, dari sisi operasional perusahaan sempat mengalami kendala ketika beberapa dari karyawan terjangkit Covid-19 yang menyebabkan hampir lumpuhnya gudang.

“Namun pandemi telah membantu mengedukasikan konsumen tentang belanja online dan juga sangat mengubah mindset konsumen dari selalu mencari diskon dan gratis ongkos kirim menjadi konsumen yang mengutamakan convenience dan safety dalam berbelanja.”

Saat ini Seroyamart telah memiliki 100 ribu pengguna aktif dan lebih dari 100 brand (lokal dan impor) yang diakomodasi platformnya. Terkait segmen pengguna, selain mengarah ke B2C, mereka juga telah menyasar B2B dengan melayani kebutuhan perkantoran. Peranannya lebih sebagai e-distributor/enabler bagi beberapa grocery brand dan juga membantu mengelola penjualan mereka melalui online marketplace.

Seroyamart juga menjual produk Indonesia ke berbagai belahan dunia. Terutama di lokasi partner brand yang tidak memiliki distributor. Sebagian besar pembeli ekspor adalah platform e-commerce di mancanegara.

Menariknya, kini perusahaan juga mengembangkan in-house brand, sudah ada produk beras dengan merek “Cap Ikan Mas” yang juga dipercayai oleh Ismaya Group, Accor Hotels, dan beberapa lainnya termasuk Kokikit.

“Selain beras dan makanan ringan, kami sedang dalam proses untuk menghadirkan house brand lainnya seperti sabun cuci piring, sabun pencuci lantai dengan kualitas baik namun tanpa harga terlalu tinggi. Kami sangat suka produk no nonsense dari Amazon Basics dan melihat potensi segmentasi produk tersebut di pasar kita,” kata Sebastian.

Fokus kepada kebutuhan sehari-hari


Secara komoditas, Seroyamart fokus kepada barang kebutuhan sehari-hari yang lebih mencondong kepada produk kering bukan sayuran atau daging. Tercatat saat ini belum banyak pemain baru yang mempunyai bisnis model farm to table. Bagi Seroyamart bisnis model tersebut secara margin dan operasional cukup kompleks dan masih sangat menantang. Terutama jika memang memang konsep farm to table tersebut tidak membeli sayurannya secara grosir dari pasar induk .

“Masyarakat Indonesia masih suka belanja di pasar untuk sayuran, buah dan daging, tapi mereka tidak keberatan belanja dry goods atau produk kering seperti mi instan, minyak goreng dan sabun atau sampo dari supermarket dan online. Terutama jika ada big savings atau brand deals,” kata Sebastian.

Untuk daerah mereka memiliki gudang atau depot dalam radius 2 km. Hal yang masih menjadi kendala bagi mereka hingga saat ini adalah unit economics dari B2C. Terutama jika layanan berada dalam radius lebih dari 2 km dari satu titik, perhitungan ongkos kirim yang masih menjadi kendala.

“Jadi di luar layanan radius 2 km tersebut kita memilih untuk fokus kepada konsumen bisnis dan berdagang. Tapi kita selalu menargetkan untuk membuka lebih banyak lagi depot di daerah padat penduduk,” kata Sebastian.

Saat ini Seroyamart melihat bisnis grocery untuk ritel sudah sangat matang dan tidak lagi bisa dikategorikan sebagai niche. Bisnis model farm to table juga sebenarnya sudah ada sejak dulu yang dilakukan oleh penjual secara konvensional. Yang kemudian menjadi fokus Seroyamart adalah penerapannya yaitu di operational excellence dan cost efficiency.

E-commerce is actually a distribution dan logistics game. Teknologi hanya 10% dari bisnisnya, 90% adalah field operations and inventory management. Khusus untuk revenue growth tergantung seberapa besar Operating Expenditure (Opex). Opex terbesar adalah gaji pegawai, dan selama margin bisa menutup  pasti bisa bertahan,” kata Sebastian.

Ditambahkan olehnya yang menjadi penting adalah pemahaman bahwa untuk melakukan scale-up layanan e-commerce artinya Opex harus bertambah secara proporsional. Untuk itu dibutuhkan additional revenue generator dari sisi perdagangan atau brand sendiri — margin lebih besar dan bisa berkontribusi untuk menutup Opex.

Hadirkan pilihan berlangganan

Secara khusus Seroyamart berupaya untuk mengikuti perkembangan teknologi dan selalu fleksibel dalam melayani pelanggan. Mereka juga telah memiliki layanan pemesanan via chat dan juga platform pertama yang menawarkan grocery subscription. Meskipun mekanisme subscription di Indonesia masih belum didukung oleh Bank Indonesia, merchant online tidak diperbolehkan melakukan auto-deduct kartu kredit pengguna.

“Banyak dari pelanggan kita belanja tidak berinteraksi dengan situs ataupun aplikasi. Karena memang dianggap rumit oleh ibu-ibu di luar sana untuk melakukan proses yang berulang. Jadi mereka lebih suka memesan via chat dan mereka juga menyukai fitur ‘buy again’ kami,” kata Sebastian.

Jika awalnya Seroyamart hanya fokus kepada produk premium, kini semua produk tersedia untuk pengguna. Dibandingkan dengan beberapa pemain lainnya, mereka memiliki keunggulan stok yang hampir selalu ada dan tersedia, Hal ini dikarenakan, mereka memiliki inventori sendiri dan tidak bergantung kepada supermarket ataupun minimarket lainnya untuk penyediaan stok. Seroyamart saat ini juga sedang melakukan ekspansi penawaran 1 hour delivery.

“Ada beberapa target yang ingin dicapai oleh kami di antaranya adalah menghadirkan in-house brand dengan kualitas terbaik dan juga ekspansi 1-hour delivery ke lebih banyak titik lagi. Untuk mendukung rencana tersebut kami sedang mencari mitra-mitra yang ingin berbisnis online groceries,” tutup Sebastian.

Application Information Will Show Up Here

SHAREit Indonesia: Menyeimbangkan Pengalaman Pengguna Jadi Strategi Krusial saat Monetisasi Konten Digital

Di tengah pandemi, tren peningkatan konsumsi konten digital terbentuk akibat kebiasaan-kebiasaan baru yang dilakukan masyarakat. Menurut beberapa riset, salah satunya e-Conomy SEA 2020, sektor online media masih disorot memberikan sumbangsih besar untuk GMV ekonomi digital nasional. Di tahun 2020 nilainya diperkirakan $4,4 miliar atau setara 61,7 triliun Rupiah.

Untuk membahas hal ini lebih jauh, DailySocial berkesempatan secara mewawancara Country Sales Director SHAREit Indonesia Aat Pangestu Hadi. SHAREit adalah salah satu platform penyedia konten digital global yang juga sudah menjangkau 200 negara.

Country Sales Director SHAREit Indonesia Aat Pangestu Hadi / SHAREit
Country Sales Director SHAREit Indonesia Aat Pangestu Hadi / SHAREit

Mengawali perbincangan, Aat memaparkan, perubahan perilaku yang terjadi di tengah pembatasan sosial akibat Covid-19 cukup berpengaruh pada peningkatan konsumsi aplikasi. Di SHAREit sendiri, ia melihat peningkatan yang cukup signifikan dari layanan transfer data dan konsumsi video. Bahkan kondisi tersebut juga berhasil membentuk audiens baru dari kalangan yang mungkin sebelumnya tidak terlalu intensif dalam mengonsumsi konten digital.

Lockdown membuat masyarakat harus memenuhi kebutuhan konsumsi dan hiburannya secara online, [hampir] semua kegiatan ekonomi offline dilarang atau dibatasi. Orang yang tinggal di rumah harus mengambil bentuk hiburan lain dan melawan kebosanan yang dibawa oleh virus, yang dalam arti merangsang sejumlah besar hiburan online dan lonjakan permintaan konsumen,” ujarnya.

Tahun 2021, ia cukup optimis bahwa permintaan konten digital masih akan terus meningkat. Untuk itu, bagi perusahaan penyedia konten harus bisa memaksimalkan momentum, salah satunya dengan tetap menjaga kualitas, membawa nuansa yang lebih lokal, dan memberikan pengalaman yang apik di aplikasi.

“Kami melihat peningkatan waktu dan permintaan konsumsi konten yang terus meningkat, tapi kami yakin tidak ada yang mau menonton video yang membosankan dan berulang-ulang. Artinya, persyaratan dan standar produk konten juga akan meningkat bersamaan dengan itu,” jelas Aat.

Strategi monetisasi yang relevan

Jumlah pengguna internet yang terus bertambah dan konsumsi digital yang tinggi nyatanya tidak menjamin para pelaku pasar meraup untung. Ada beberapa perusahaan atau startup yang justru mengalami turbulensi di tengah pandemi – terlebih bagi model bisnis yang lamban dalam bertransformasi.

Aat pun turut melihat hal tersebut. Di tengah peningkatan konsumsi, tidak hanya melahirkan peluang, namun juga tantangan yang cukup besar pagi pelaku industri. Lantas, ketika disinggung tentang strategi monetisasi yang paling relevan saat ini, menurutnya ada beberapa variabel yang harus dilihat.

“Untuk monetisasi konten, pasar Indonesia memiliki banyak variabel yang terlibat dan sangat dinamis. Di SHAREit, pengalaman pengguna selalu menjadi perhatian pertama kami, pendekatan yang paling sesuai dan relevan akan didasarkan pada minat konten. Karena hanya ketika pengguna memiliki loyalitas dan rasa kepercayaan kepada produk, brand yang direkomendasikan dapat memenangkan hati pengguna dan membawa klien mencapai dampak yang mereka inginkan,” jelas Aat.

Ia melanjutkan, “Kami menghabiskan banyak waktu dan investasi untuk mempelajari kebutuhan konten dan konsumsi pengguna lokal di Indonesia, termasuk kultur dan kebiasaan pengguna di pasar tersebut, untuk menjawab ‘bagaimana cara membuat SHAREit dan layanan monetisasi bisnis kami lebih cocok untuk pasar lokal?’. Karena, hanya dengan memenuhi poin ini kami dapat mencapai komersialisasi yang sukses. itulah sebabnya kami memperkerjakan banyak tim lokal.”

Selain itu, ia juga menggarisbawahi pentingnya menyeimbangkan pengalaman pengguna dan monetisasi konten. Dalam strategi yang disusun bersama perusahaan, ia tidak menganjurkan metode “langsung dan kasar” untuk menghasilkan uang — misalnya melakukan kampanye iklan yang terlalu mencolok dan berlebihan. Pelaku bisnis perlu mengeksplorasi proposisi yang pas sembari menghadirkan cara yang memuaskan untuk mengakomodasi kebutuhan mitra bisnis.

“Bagi pengguna, penggambaran cerita brand yang dapat dipercaya dan cara rekomendasi yang tepat, tidak akan merusak pengalaman mereka. Dan untuk mitra bisnis, basis pengguna yang kuat dan kepercayaan pengguna menjadi favorit mereka.”

Pentingnya pelokalan

Aplikasi SHAREit tawarkan berbagai jenis konten hiburan / SHAREit
Aplikasi SHAREit tawarkan berbagai jenis konten hiburan / SHAREit

SHAREit adalah aplikasi yang menyajikan beragam konten digital, mulai dari video, game, musik, dan lain-lain. Pangsa pasarnya di negara berkembang, dengan basis pengguna terbesarnya di Indonesia. Untuk mitra bisnis, mereka pemilik bisnis mempromosikan brand mereka dengan pendekatan unik melalui fitur-fitur di aplikasi.

Di sini, SHAREit juga sudah memiliki tim lokal untuk di berbagai lini, termasuk komersial, konten, dan pengembangan bisnis. “Kami percaya langkah pertama pelokalan adalah memahami dan menghormati budaya, humaniora, kondisi industri, kebiasaan komunikasi pasar lokal, dll., Dan tidak ada cara yang lebih efektif dan efisien daripada mendirikan kantor lokal secara langsung.”

“Di satu sisi, kami memiliki pemahaman yang baik tentang budaya dan peraturan bisnis Indonesia melalui karyawan lokal kami. Di sisi lain, kami mendorong perkembangan dan persaingan industri yang lebih baik. Melalui karyawan lokal ini, kami juga dapat membuat pasar Indonesia mengenal SHAREit lebih baik. Pelokalan selalu saling menguntungkan,” imbuhnya.

Diklaim pertumbuhan bisnis SHAREit konsisten meningkat dari tahun ke tahun. Terakhir, aplikasi tersebut menempati peringkat pertama di Google Play beberapa negara untuk kategori Tools, termasuk Indonesia. Salah satu konten yang diminati adalah video berkualitas tinggi dengan bahasa lokal, terutama bergenre komedi.

Aat meyakini, tahun ini akan menjadi waktu yang krusial bagi seluruh industri konten digital. Pandemi berhasil mendorong perkembangan industri konten lokal hingga taraf tertentu. Tahun 2021 dampak dari rangsangan ini akan semakin nyata. “Bagi SHAREit, cara cepat memenangkan kepercayaan pengguna dan mitra bisnis, serta mengembangkan strategi Indonesia dan global selama periode ini akan menjadi poin utama kami. Membuat konten digital dapat diakses oleh semua orang selalu menjadi tujuan untuk dikejar.”


Gambar Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here