Telkomtelstra dan Microsoft Kolaborasi Hadirkan Layanan Hybrid Cloud di Indonesia

Bekerja sama dengan Microsoft, Telkomtelstra yang merupakan perusahaan patungan antara Telkom dengan operator telekomunikasi Australia, menghadirkan layanan hybrid cloud. Telkomtelstra sendiri dikenal dengan salah satu layanannya berupa managed services, dipadukan dengan produk komputasi awan dari Microsoft Azure.

Keduanya memiliki visi untuk memperkuat penetrasi ke pasar cloud yang tengah berkembang di Indonesia dan membantu perusahaan dalam mematuhi kebijakan residensi data lokal, latensi yang lebih rendah, serta akses kinerja yang lebih baik. Untuk itu Azure Hybrid Cloud dengan Azure Stack dihadirkan.

Mekanisme hybrid cloud memungkinkan pengguna untuk menyimpan aplikasi dan data secara hybrid, ada yang terletak di lingkungan non-virtual (on-premise) ada pula yang diletakkan di layanan private cloud, sesuai dengan kebijakan yang dimiliki.

“Agar bisa selalu memenuhi permintaan pasar, maka di era digital ini semua bisnis harus didukung dengan teknologi cloud, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya, menciptakan inovasi dengan meningkatkan pendapatan dan aset yang tersedia, serta mentransformasi bisnis dengan model bisnis baru,” sambut Presiden Direktur Telkomtelstra Erik Meijer.

Tingkat adopsi teknologi cloud di Indonesia terpantau terus meningkat dan menjadi suatu sistem bagi perusahaan untuk membangun, mengelola dan menciptakan nilai bisnis baru bagi pelanggannya. Menurut Tony Seno Hartono selaku National Technology Officer Microsoft Indonesia, para pemimpin teknologi dalam bisnis tengah melangkah pasti untuk melakukan transformasi digital di organisasi mereka masing-masing.

Kendati demikian, di saat yang bersamaan mereka juga harus mengelola infrastruktur teknologi warisan yang terdahulu. Oleh sebab itu 48% di antaranya lebih mengutamakan hybrid cloud dibandingkan public atau private cloud untuk perusahaan mereka dalam kurun waktu singkat ke depan.

“Beberapa tahun ke depan merupakan masa-masa penting bagi para pemimpin TI, di mana mereka harus melakukan transisi menuju infrastruktur TI modern berbasis cloud yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bisnis digital mereka,” ujar Toni.

Lebih lanjut, kerja sama antara Telkomtelstra dan Microsoft Indonesia juga akan menawarkan solusi menyeluruh dari Azure Public Cloud kepada para pelanggan di Indonesia.

Daftar Startup Indonesia di Bidang SaaS (UPDATE)

Software as a Services (SaaS) menjadi varian produk teknologi yang kini banyak digandrungi, baik oleh pengguna personal ataupun bisnis. SaaS merupakan varian produk perangkat lunak yang dapat digunakan secara langsung oleh pengguna, tanpa perlu adanya instalasi secara rumit. Umumnya saat ini produk SaaS diakses secara online –baik langsung menggunakan peramban ataupun melalui medium aplikasi, dan dikemas dalam bentuk berlangganan.

Ada dua faktor utama yang menjadi pendukung akan melejitnya SaaS. Faktor pertama dari sudut pandang konsumen, penetrasi internet dan perangkat pendukung menjadi pendongkrak utama. Kemudian faktor kedua ialah dari sudut pandang pengembang, fleksibilitas layanan komputasi awan sangat mendukung penguatan berbagai unsur teknis.

Di Indonesia, startup digital yang mengembangkan produk berjenis SaaS tidak sedikit. Beragam kebutuhan –khususnya berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia—mulai difasilitasi dengan teknologi berbasis aplikasi. DailySocial mencoba merangkum startup-startup tersebut dalam sebuah daftar startup Indonesia di bidang SaaS.

AkuntansiOnline

Sesuai namanya, layanan ini menawarkan sistem akuntansi virtual yang dapat diakses melalui aplikasi online. Startup yang digagas bersama PT Zahir Internasional ini tidak hanya menyediakan aplikasi perhitungan semata, namun di dalam layanannya juga disematkan dukungan konsultasi pendampingan. Tepatnya ada tiga bidang pekerjaan yang coba difasilitasi AkuntansiOnline. Pertama berkaitan dengan pembuatan SOP bisnis dan sistem akuntansi perkantoran. Kedua berkaitan dengan konsultasi bisnis. Dan yang ketiga berkaitan dengan jasa pembuatan laporan keuangan.

Amplifia

Startup ini menyajikan sebuah platform employee advocacy yang mencoba percaya bahwa suara karyawan sebuah perusahaan dapat menjadi alternatif periklanan yang lebih efisien. Hal ini didasari dengan tren –khususnya di wilayah Amerika Serikat—bahwa employee advocacy sudah menjadi model baru dari marketing automation. Advocacy marketing sebenarnya punya kekuatan yang mampu memperkuat brand melalui media sosial. Sistem Amplifia mendesain karyawan perusahaan berperan langsung di dalam proses tersebut.

Application Information Will Show Up Here

 

Eresto

Eresto merupakan solusi end-to-end untuk manajemen restoran. Untuk kebutuhan konsumen, Eresto menyediakan fitur self-order. Para pengunjung bisa melakukan pemesanan dan pembayaran dari meja masing-masing. Sedangkan di sisi pengelola restoran, Eresto disebutkan bisa digunakan mulai hulu hingga hilir, termasuk manajemen pemesanan, pengaturan inventaris barang, sampai sistem pencatatan keuangan. Sistem ini bisa dijalankan di cloud secara total maupun secara hybrid, sehingga kendala infrastruktur internet tidak menjadi masalah mendasar.

Exquisite Informatics

Startup yang berdiri sejak Oktober 2016 ini menyediakan layanan analisis data dan pengembangan platform data untuk korporasi. Saat ini telah menangani beberapa bidang bisnis, mulai dari perbankan, medis, ritel hingga perusahaan energi. Produk Exquisite Informatics memungkinkan data dari berbagai sumber untuk disatukan dan direstrukturisasi, sehingga memudahkan proses visual dan analisis terjadi dalam satu dasbor terpadu.

Selain produk berupa SaaS, Exquisite Informatics juga menyediakan layanan pengembangan dan konfigurasi infrastruktur server. Hal ini mengingat banyak perusahaan yang butuh comply dengan memiliki pusat data on-premise untuk server yang menampung data konsumen Indonesia.

Gadjian

Layanan yang disajikan ialah untuk pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Berbagai dukungan dihadirkan dalam layanan berbasis web dan aplikasi mobile, yang paling anyar ialah kemampuan untuk mengelola presensi pegawai. Platform Gadjian juga memberikan fungsionalitas untuk perusahaan dalam memonitor karyawan yang bekerja di luar kantor. Fungsi dasarnya mengelola kebutuhan HRD secara menyeluruh, termasuk penggajian, lembur, cuti dan sebagainya. Diharapkan seluruh fitur tersebut dapat memudahkan pengelolaan karyawan di perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang, karyawan dengan mobilitas tinggi, atau bekerja jarak jauh (remote).

Application Information Will Show Up Here

 

GDIAnalytics

Dikembangkan oleh GDILab, produk analitik GDIAnalytics mencoba membantu UMKM dengan sebuah sistem terpadu untuk memantau dan menganalisis performa pemasaran yang dilakukan melalui kanal Twitter, Facebook dan Instagram. Cara kerjanya platform ini mengelola unstructured data yang berpotensi menjadi digital market insight. GDIAnalytics merupakan perpaduan dua produk yang diciptakan sebelumnya yaitu Polaris dan Iris.

Handl (Tidak Aktif)

Handl merupakan platform manajemen acara. Menyediakan banyak fitur, mulai dari kanal pendaftaran, monetisasi hingga pengelolaan peserta. Proses kerjanya secara sederhana peserta dapat langsung melakukan registrasi secara online dan data akan terekap dalam basis data penyelenggara. Penyelenggara dapat mengawasi aliran pemasukan pembayaran tiket mulai dari pendaftaran hingga pencairannya setiap waktunya. Handl sudah mendukung alternatif pembayaran yang variatif mulai dari transfer bank, kartu kredit, dan offline melalui mini-market.

Jubelio

Jubelio adalah layanan omni-channel memungkinkan penjual online mengelola produk dan transaksi dari berbagai marketplace di satu dasbor. Selain layanan manajemen stok barang dan transaksi, Jubelio juga terintegrasi dengan sebuah layanan Point of Sale (POS), Accounting, dan Webstore. Yang saat ini juga tengah dikembangkan ialah integrasi layanan pelanggan secara terpusat.

Jurnal

Jurnal menjadi sebuah platform akuntansi berbasis komputasi awan dengan beragam fitur yang mampu mengakomodasi berbagai tugas. Beberapa tugas tersebut termasuk pengelolaan faktur, pengelolaan biaya, pengelolaan stok barang, hingga pelaporan dalam jurnal akuntansi bisnis. Ditambah fitur seperti manajemen aset otomatis, inventori & multi-gudang, serta beragam fitur lainnya untuk menunjang kinerja pebisnis agar lebih profesional sehingga relasi dan kepercayaan dengan pelanggan dan juga pemasok dapat dengan mudah dijalin.

Application Information Will Show Up Here

 

Jojonomic

Dari awal dikembangkan, Jojonomic telah berkembang dari layanan perencanaan keuangan individu ke platform reimburse karyawan. Reimbursement manual dapat sangat menyulitkan, tetapi Jojonomic membantu untuk digitalisasi proses tersebut sehingga pelaku bisnis dapat dengan cepat dan mudah menyetujui dan melakukan kontrol biaya yang dikeluarkan karyawan mereka. Startup ini mencoba membantu perusahaan untuk menyelesaikan tantangan tersebut menggunakan teknologi berbasis komputasi awan dan OCR (Optical Character Recognition).

Application Information Will Show Up Here

 

Kata.ai

Kata.ai merupakan sebuah conversational platform dikembangkan dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) guna menghubungkan brand dengan konsumen secara lebih efektif. Kata.ai menawarkan Dialogue Engine dengan Natural Language Processing yang memungkinkan pelaku bisnis mewujudkan persona brand melalui chatbot yang dapat melakukan beragam aktivitas meliputi pemasaran produk, transaksi jual-beli, hingga pengumpulan data perilaku konsumen melalui media sosial dan messaging app yang populer digunakan.

Kofera

Kofera adalah platform otomasi pemasaran berbasis AI dan machine learning. Tujuannya untuk membantu perusahaan mengeluarkan biaya pemasaran yang efisien dan menjalankan kampanye pemasaran yang efektif. Pembuatan campaign, monitoring dan optimasi sudah terintegrasi dengan teknologi machine learning, sehingga pelaku usaha cukup memberikan data produk dan tujuan bisnis untuk beriklan secara online. Harapannya, dengan Kofera, pelaku bisnis yang awam sekalipun dapat beriklan secara online dengan mudah dan tepat sasaran.

Konektifa

Layanan ini menangani proses inventori secara digital, khususnya bagi UMKM yang belum mendalami betul tentang bagaimana mengaitkan proses inventori dengan manajemen bisnis guna memonitor seluruh kegiatan usaha sebelum melangkah ke keputusan selanjutnya. Menggunakan Konektifa pemilik bisnis bisa memonitor administrasi usahanya mulai dari rekap kegiatan bisnis dalam satu laporan terpadu, catatan transaksi penjualan dan pembelian, data konsumen dan penyuplai, dan lainnya.

MailTarget

MailTarget adalah aplikasi online yang didesain untuk membantu bisnis melakukan pemasaran melalui kanal email. Saat ini layanan otomasi email untuk pemasaran masih menjadi fokus MailTarget. Layanan ini juga dilengkapi dengan fitur Social Media Management. Untuk bersaing dengan produk-produk luar negeri ada sejumlah keunggulan yang coba dihadirkan dalam platform MailTarget.

Contact Management dan Email Automation dengan sistem labeling akan memudahkan pengguna MailTarget dalam melakukan segmentasi pengguna. Ditambah lagi dengan kapabilitas analisis dan fitur laporan kampanye yang mendalam. Dengan ragam fitur tersebut MailTarget percaya diri bisa menjadi salah satu layanan email marketing lokal yang terpercaya.

Moka

Startup ini menyediakan layanan kasir (atau POS – Point of Sale) berbasis aplikasi. Dengan produk andalannya mPOS, Moka memfokuskan diri untuk menyasar segmentasi bisnis UMKM. Melalui sistemnya Moka merampingkan proses bisnis, menambah efisiensi dan memberikan pemilik ritel tradisional visibilitas yang lebih baik untuk bisnis mereka. Layanan Moka juga memudahkan ritel UMKM dengan mudah mendapatkan akses pembayaran cashless melalui kartu kredit dan kartu debit.

Application Information Will Show Up Here

 

NadiPOS

Mengandalkan teknologi komputasi awan, platform manajemen untuk restoran, food-truck dan bisnis F&B lainnya, NadiPOS menyediakan layanan terpadu untuk memudahkan pengaturan sistem pembayaran dan keuangan. Prosesnya dengan menghubungkan beberapa perangkat, kemudian informasi dari perangkat dapat dikirim ke back-office untuk dilakukan analisis penjualan, inventaris, pelanggan, staf, dan keuangan secara langsung.

Application Information Will Show Up Here

 

NoLimit

Didirikan sejak tahun 2010, NoLimit merupakan layanan SaaS berplatform big data untuk monitor dan analisis media sosial. Saat ini startup asal Bandung tersebut memiliki tiga pilar produk utama, yakni: (1) NoLimit Dashboard, (2) NoLimit Care, dan (3) Online Loyalty. Sistem dasbor membantu pengguna memantau dan menganalisis informasi yang disajikan dari media sosial. Termasuk memahami konsumen internet (warganet) dan kampanye online yang dilakukan kompetitor.

NoLimit Care menyajikan aplikasi yang membantu bisnis memiliki kanal terpadu untuk mengadakan layanan pelanggan melalui media sosial, termasuk via Facebook, Twitter, Instagram dan aplikasi chatting. Sementara itu Online Loyality adalah platform yang membantu meningkatkan keterlibatan warganet terhadap kampanye online yang dilakukan oleh brand. Saat ini kliennya sudah hadir dari berbagai vertikal industri, mulai dari perusahaan telekomunikasi, logistik, finansial hingga pemerintahan.

 

Nusatalent

Nusatalent memiliki dua produk yang dikhususkan untuk mendukung kebutuhan tim SDM di perkantoran. Pertama adalah layanan head hunting yang dikembangkan untuk membantu tim HR melakukan pencarian kandidat, interview kandidat, dan akhirnya memberikan rekomendasi kepada tim HR kandidat yang cocok.

Produk kedua adalah sebuah perangkat lunak untuk membantu tim HR membuat rencana perekrutan dan menggunakan basis data NusaTalent untuk mencari kandidat yang cocok dengan filter-filter yang ada.

OnlinePajak

OnlinePajak diluncurkan untuk memudahkan kegiatan perpajakan untuk UKM dengan sistem yang dijalankan secara online. Kegiatan pencatatan perpajakan yang diakomodasi cukup lengkap, mulai dari perpajakan badan usaha hingga perpajakan pribadi/karyawan. Saat ini OnlinePajak juga telah memiliki API untuk memudahkan beragam transaksi online mengatur otomatis pajak yang harus ditanggung.

Paper.id

Paper.id adalah startup yang menyediakan layanan invoicing (penagihan), akuntansi, dan inventory. Memungkinkan pelaku usaha membuat laporan keuangan di berbagai perangkat dan menyediakan analisis sehingga mereka bisa mengetahui semua hal tentang keuangan perusahaan (arus kas, inventaris, dan lainnya) secara real time.

Application Information Will Show Up Here

 

Pawoon

Pawoon adalah sebuah aplikasi kasir berbasis komputasi awan yang dapat memantau penjualan yang terjadi dan bisa dilakukan di mana saja secara real-time. Saat ini platform Pawoon telah mendukung kebutuhan untuk berbagai jenis bisnis, mulai dari kedai kopi, ritel, butik, restoran, hingga pameran. Fitur di dalamnya termasuk manajemen inventori terpadu dan sistem pelaporan bisnis. Pawoon ditujukan untuk pasar bisnis kecil dan menengah, sembari memberikan alternatif perangkat lunak dengan harga terjangkau.

Application Information Will Show Up Here

 

Quintal

Layanan Quintal terdiri dari beberapa sistem yang dikembangkan untuk menunjang kebutuhan administratif sekolah, yakni berupa LMS (Learning Management System) dan Sistem Informasi Administratif Sekolah. Pangsa pasarnya cukup spesifik, yakni untuk sekolah berjenjang K-12 di Indonesia (atau setara SD-SMA). Gagasan pengembangan sistem ini muncul untuk mengatasi isu efisiensi pengajaran yang selama ini mengganggu kegiatan belajar. Quintal juga menyediakan layanan belajar online yang memungkinkan guru untuk mengunggah bahan ajar dan kegiatan ujian. Sistem juga mendesain agar orang tua siswa dapat memantau perkembangan anaknya di sekolah.

Application Information Will Show Up Here

 

Sales1CRM

Fokus di sektor korporasi, Sales1CRM menyajikan layanan berbasis komputasi awan untuk membantu perusahaan di Indonesia menjalankan tim penjualan mereka menjadi lebih efisien, kompetitif, dan produktif. Sejauh ini Sales1CRM telah menjalin kerja sama dengan perusahaan di Jakarta, Tegal, Semarang, Surabaya, dan Denpasar untuk menjadi mitra lokal. Secara head-to-head layanan Sales1CRM berhadapan langsung dengan sejumlah perusahaan ternama, seperti Salesforce dan ZohoCRM. Dengan pelokalan layanan, Sales1CRM menjadi berbeda untuk pasar Indonesia.

SIKAD

SIKAD (Sistem Akademik) merupakan sebuah produk berbasis SaaS yang dikembangkan untuk membantu manajemen pendidikan di sekolah. Layanan ini disuguhkan melalui paltform web, dengan harapan bisa diakses di mana pun dan melalui perangkat apa pun. Fungsi utama SIKAD ialah membantu proses administrasi di berbagai lini divisi di sekolah, mulai dari membantu guru dalam mengelola nilai, hingga membantu staf tata usaha untuk mengelola arus kas.

Saat ini sudah ada banyak fitur yang diakomodasi oleh SIKAD, di antaranya fitur rapor digital, sistem pendaftaran siswa baru, layanan bimbingan konseling, administrasi tata usaha, sistem perpustakaan, hingga yang terbaru sistem penilaian kinerja guru.

SIRCLO

SIRCLO membantu pemiliki bisnis berjualan online dengan menyediakan akses ke teknologi, seperti jasa pembuatan website e-commerce, integrasi ke berbagai marketplace, dan beragam jasa lainnya. Dikemas dalam bentuk SaaS, menjadikan pengguna tidak perlu lalu memusingkan bab teknis, pasalnya cukup memilih dan memasang fitur yang ada, maka semua akan dikonversi secara otomatis menjadi sebuah platform bisnis yang andal. Salah satu varian fitur yang menarik di SIRCLO adalah kalkulasi ongkos kirim dan sistem pembayaran, karena dua hal tersebut biasanya menjadi hal utama bagi bisnis untuk mulai berjualan online, khususnya bagi kalangan UMKM.

Sleekr

Mengawali debutnya sebagai aplikasi akuntansi, Sleekr kini menjadi sebuah solusi bisnis end-to-end dengan menawarkan berbagai keunggulan. Salah satunya ialah layanan pengurusan pajak secara online yang terintegrasi dengan sistem akuntansi perusahaan. Sejak awal Sleekr didesain untuk memudahkan UMKM dan korporasi untuk melakukan kegiatan akunting hingga HR. Saat ini Sleekr juga telah terintegrasi dengan berbagai layanan seperti Kartunama.net dan mPOS.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

 

Talenta (Diakuisisi Sleekr)

Talenta merupakan platform SaaS untuk manajemen sumber daya manusia. Saat ini fiturnya juga telah terintegrasi dengan layanan OnlinePajak. Selain itu terdapat beberapa layanan mendasar Talenta, seperti manajemen karyawan, pengelolaan cuti, lembur, reimburse, hingga sistem penggajian. Semenjak kemunculannya, Talenta memang memfokuskan diri untuk usaha kecil dan menengah seperti UKM dan startup.

Turboly

Turboly menyediakan sistem manajemen seperti POS (Point Of Sale), ERP (Enterprise Resource Planning), dan sistem manajemen lainnya untuk operasional bisnis secara digital. Ide awal Turboly berangkat dari masih banyaknya usaha kecil dan menengah masih banyak yang menggunakan manual dalam hal manajemennya. Hal ini tidak lepas dari sistem ERP yang ada di pasaran dinilai terlalu mahal. Karena tidak adanya sistem tersebut maka kontrol atas inventaris, keuangan dan pajak menjadi berantakan.

Trivio (Tidak Aktif)

Trivio dirancang untuk mengedepankan kontrol proses penjualan yang terukur dan transparan bagi para manajer, pemilik bisnis dan salesman sendiri. Ada pun fitur-fitur yang menjadi unggulan antara lain, Absensi Online melalui aplikasi yang terintegrasi, Pipeline yang digunakan untuk melihat proses, Check in – Check out untuk update penjualan dan lokasi pertemuan, Photo Geo-tagging untuk laporan keberadaan lokasi, Region Based Salesman, dan beberapa lainnya. Selain itu Trivio juga menyediakan fitur untuk memantau kondisi GPS, sehingga penggunaan GPS palsu akan terdeteksi. Demikian juga status baterai dari perangkat yang digunakan.

Ukirama

Ukirama adalah startup SaaS  ERP (Enterprise Resource Planning). Produknya menawarkan sistem aplikasi lengkap berbasis komputasi awan yang menyediakan kemampuan mengontrol dan mengatur data transaksi pembelian, penjualan, manajemen stok, akuntansi, keuangan, reparasi, manufaktur, proyek, dan HRD yang membantu mengelola kegiatan administrasi bisnis, khususnya di tingkat UKM.

Alibaba Cloud Segera Buka Data Center di Indonesia

Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing asal Tiongkok, mulai serius menapaki pasar Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan pengumuman akan dibukanya data center di Jakarta selambat-lambatnya Maret 2018. Perusahaan yang termasuk dalam Alibaba Group ini mencoba menyasar para UKM dengan menyediakan layanan cloud yang diklaim hemat dan berkualitas.

Selain Jakarta, rencananya Alibaba Cloud juga akan membuka data center di Mumbai, India. Pengumuman ini dilakukan pada saat acara Computing Conference yang berlangsung di Shanghai, Tiongkok, beberapa waktu lalu.

Senior Vice President of Alibaba Group dan President Alibaba Cloud Simon Hiu dalam rilisnya mengatakan dibukanya data center baru di Indonesia dan India diharapkan bisa memperkuat posisi Alibaba Cloud di kawasan Asia dan juga secara global.

“Saya percaya Alibaba Cloud adalah adalah satu-satunya penyedia jasa cloud global dari Asia, memposisikan diri secara unik dengan keuntungan budaya dan kontekstual untuk menyediakan inovasi data intelijen dan kemampuan komputasi kepada pengguna di daerah-daerah tersebut. Membangun data center di Indonesia dan India akan memperkuat posisi kami di area ini dan juga secara global,” ungkap Simon.

Dengan penambahan data center baru ini, Alibaba Cloud secara total mempunyai 17 data center yang tersebar di beberapa negara, seperti Tiongkok, Australia, Jerman, Jepang, Hongkong, Singapura, Arab Saudi, dan Amerika Serikat.

Indonesia dan India merupakan dua negara dengan potensi startup yang dianggap serupa karena pola dan kebiasaan penggunanya. Masuknya data center Alibaba Cloud di dua negara, dengan ekosistem startup yang berkembang ini, menggambarkan visi perusahaan yang memang menyasar perusahaan teknologi, khususnya startup.

Biznet Kucurkan Investasi Bangun Infrastruktur Telekomunikasi Hingga $100 Juta Tahun Ini

Perusahaan penyedia layanan internet Biznet mengungkapkan kucuran dana investasi yang bakal digelontorkan tahun ini sebesar US$100 juta untuk pembangunan jaringan fiber optic hingga 25 ribu km, dibandingkan posisi tahun lalu mencapai 18 ribu km. Angka invesstasi bisa dibilang meningkat dibandingkan kucuran investasi yang dilakukan perusahaan pada 2015, diklaim sebesar US$70 juta.

Dari target tersebut, Biznet mengaku telah merampungkan sebagian proyek pembangunan dengan penambahan 2 ribu km. Dengan demikian, Biznet telah memiliki jaringan hingga 20 km mencakup di lebih dari 100 kota di Jawa, Bali, Sumatera, dan Batam.

“Kami kucurkan investasi untuk pembangunan fiber optic sekitar US$100 juta. Kami bentuk jaringan yang berbentuk ring, mendekati jaringan yang sudah kami bangun sebelumnya agar tidak ada degradasi layanan. Ditargetkan pada akhir tahun ini bisa capai 25 ribu km, tahun lalu sebesar 18 ribu km,” ucap Brand Manager Biznet Gitanissa Laprina, Kamis (8/6).

Peta jalur pembangunan fiber optic Biznet sepanjang 2017 / DailySocial
Peta jalur pembangunan fiber optic Biznet sepanjang 2017 / DailySocial

Adapun saat ini, Biznet masih memproses pembangunan jalur backbone yang dilakukan dalam beberapa jalur seperti: Jalur Semarang-Kudus-Purwodadi-Bojonegoro-Gresik-Surabaya, Jalur Purwokerto-Kebumen-Purworejo-Yogyakarta, dan Jalur Kepanjen-Lumajang.

Gitanissa juga menargetkan adanya penambahan pengguna, diharapkan bisa mencapai 450 ribu pengguna sampai akhir tahun ini dari posisi saat ini sekitar 400 ribu pengguna home pass.

Target Biznet Gio Cloud

Dalam kesempatan yang sama juga hadir pihak dari salah satu anak usaha Biznet yakni Biznet Gio Cloud, perusahaan patungan dengan Internet Initiative Japan Inc (IJC). CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto mengungkapkan saat ini pihaknya banyak melakukan inisiatif bisnis baru dalam rangka memperbesar layanannya, di antaranya menambah tiga lokasi server

Satu lokasi yang bakal segera diresmikan berada di MidPlaza, Jakarta pada September 2017. Dua lokasi lainnya masih dalam tahap diskusi. Sementara ini, Biznet Gio Cloud baru memiliki satu lokasi yang ada di Technovillage, Cimanggis.

“Kami rencanakan server Biznet Gio bakal berada di seluruh Biznet Pop yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk sementara ini, kami targetkan total akhir server yang kami miliki berjumlah empat,” ucap Dondy.

VP Sales and Marketing Biznet Gio Cornelius Hertadi menambahkan keberadaan tambahan server menjadi selling point Biznet Gio Cloud dalam menjamin keberlangsungan layanan terus berjalan. Sesuai dengan visi perusahaan yang ingin menjadi layanan cloud computing yang dapat diandalkan dan aman.

“Dengan adanya dua lokasi server, ada redundant jaminan tidak akan terputus. Ketika terjadi kejadian yang tidak menguntungkan konsumen, mereka bisa langung otomatis backup dan server tetap langsung nyala.”

Hal lainnya yang sedang disiapkan Biznet Gio Cloud adalah penyiapan ISO 27001 untuk standar keamanan informasi, melengkapi sertifikasi yang sudah dipegang perusahaan yakni Payment Card Industri Data Security Standard (PCI DSS). Kehadiran tambahan sertifikasi ini akan mengukuhkan tingkat percaya diri perusahaan dalam menggaet konsumen.

“PCI DSS dan ISO 27001 itu adalah dua sertifikasi standar yang umumnya dimiliki perusahaan cloud computing di luar negeri. Di Indonesia sendiri, baru kami yang memiliki PCI DSS, sertifikasi ini sangat berguna untuk menggaet perusahaan fintech. Lima di antaranya sudah memakai layanan kami karena mereka memerlukan penyimpanan data finansial yang penting.”

Perusahaan juga berencana untuk meluncurkan produk baru untuk menjangkau konsumen dari kalangan UKM menengah ke bawah pada September 2017 mendatang. Selama dua tahun berdiri, Biznet Gio Cloud baru menjangkau UKM skala menengah ke atas. Jumlahnya diperkirakan sekitar 300 perusahaan.

Mengenal PaaS untuk Dunia Perindustrian

Inovasi, dalam spektrum apapun, dibangun oleh salah satu sifat yang merujuk pada fleksibilitas, yakni dinamis. Kita semua tentu sudah tidak asing dengan istilah tersebut, bila dikaitkan pada kemunculan perubahan-perubahan dari perusahaan sekelas Apple, misalnya. Tak hanya inventornya, teknologi pendukung daya cipta pun harus akur terhadap dinamika proses trial-error, atau kemungkinan perkembangan bisnis yang tiba-tiba melonjak.

Pembaruan industri membuat sifat dinamis ini menjadi sebuah urgensi, apalagi sehubungan dengan dibentuknya ekosistem baru untuk melahirkan bibit-bibit inovasi, seperti Digital Foundry. Itulah contoh implementasi revolusi industri jilid keempat dari kacamata proses kreatif. Dari sisi teknis, mari ambil teknologi cloud computing sebagai contohnya.

Cloud computing mempermudah technologist dalam membangun produk dan mendirikan startup. Dari berbagai ‘atmosfer’ komputasi awan, PaaS (Platform as a Service) adalah bentuk teknologi cloud yang dirancang tepat untuk dapat beradaptasi dengan laju perkembangan bisnis teknologi yang pesat dan pengelolaan aplikasi yang dinamis.

PaaS, melalui segala dayanya dalam mengelola aplikasi dan memelihara infrastruktur secara simpel, membuat kolaborasi yang terjadi di Digital Foundry menjadi tidak terdengar mustahil. Terlebih bila Anda sudah berkenalan dengan Predix.

Predix milik General Electric (GE) telah didesain sedemikian rupa untuk menghadirkan infrastruktur berbasis cloud dengan tingkat keamanan yang tinggi, demi mendukung dunia industri dalam merasakan manfaat dari pertumbuhan Industrial Internet yang pesat. GE mengaku bahwa Predix dirancang untuk industri, oleh industri, guna mengolah data di masa depan.

Cara kerja layanan PaaS Predix yang ditujukan untuk konsep Internet of Things (IoT) cukup sederhana. Anda tinggal menghubungkan data dari sebuah mesin yang dihubungkan ke Predix cloud, lalu Anda bisa mengembangkan Industrial Internet services di dalamnya.

Tak perlu lagi pengeluaran besar untuk memesan sistem in-house data analytic, layanan PaaS Predix membantu Anda untuk meninjau operasional mesin, hingga kemudian Anda dapat menguji dan mengaktifkan aplikasi untuk industri dengan lebih mudah dan terintegrasi pada cloud.

Schindler telah merasakan betapa layanan Predix secara efektif bisa diandalkan. Sebagai salah satu perusahaan lift terbesar di dunia, Predix dapat mengoptimalkan konsumsi daya dari lift dan eskalator rilisan mereka. Bahkan, diproyeksikan Predix akan membantu Schindler menganalisa 100 aplikasi di tingkat mesin (dan mengkoreksinya bila perlu) dalam satu waktu.

Ide membuat platform untuk IoT telah tersaji di atas. Cloud computing telah terbukti menjadi opsi tepat agar industri lebih produktif dalam mengembangkan produk dan mengerjakan proyek. Kini, tinggal idenya. Apa ide pengembangan industrimu?

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.

Internet of Things di Perindustrian Kini Berbasis Sistem Operasi Khusus

Tiga kali sudah dunia merasakan revolusi industri, di mana uap, listrik, dan komputer menjadi simbol dari perubahan tersebut. Hari ini, kita kembali mencicipi revolusi jilid keempat, yang ditandai dengan entitas baru dengan kemampuan menghubungkan manusia secara cepat, yakni Internet. Kita bisa lihat bukti meledaknya fenomena ini dari begitu masifnya pemanfaatan teknologi interkoneksi ini, serta pesatnya peredaran smartphone.

Menariknya, teknologi yang secara alamiah merupakan media komunikasi ini sekarang tidak cuma mendukung sistem kerja industri dari aspek general affairs dan perdokumenan saja. Ranah teknis juga ‘kebagian’ efek dari kemutakhiran Internet.

Dalam hal ini, Internet of Things ikut andil memberikan perubahan. Konsep teknologi yang mengintegrasikan objek fisik—yang sudah ditanam sensor—dengan jaringan nirkabel ini kini mendapat tempat baru di dunia perindustrian; General Electric (GE) mengistilahkannya Industrial Internet of Things.

Terminologi tersebut terangkat sejalan dengan pengembangan teknologi yang telah diluncurkan GE bernama PREDIX, sistem operasi yang secara khusus ditujukan untuk perindustrian. Bagi GE, PREDIX dapat memudahkan para engineer menciptakan aplikasi, mengambil data dari teknologi industri, dan mengirimnya ke sistem cloud untuk kemudian dianalisis.

Schindler, contohnya. Salah satu raksasa dunia dalam bidang usaha lift ini memanfaatkan PREDIX untuk optimalisasi konsumsi daya yang digunakan oleh lift dan eskalatornya, di mana cloud telah menyimpan data dari utilitas daya.

Kemampuan ini disinyalir akan semakin canggih lagi dengan dukungan produk terbaru GE untuk PREDIX, yaitu PREDIX Edge System yang dapat menanam aplikasi mesin di mana saja sesuai kebutuhan, dari yang terkecil seperti perangkat medis, controller, jaringan atau router, dan menghubungkannya ke cloud.

Jadi, di atas kertas, Schindler nantinya dapat menyimpan komputer kecil di setiap lift untuk menganalisis data secara real-time dan memperbaikinya apabila terjadi kesalahan. PREDIX direncanakan tidak akan lagi membuat penggunanya bergantung pada satu komputer terpusat saja untuk mengoptimalkan operasi; PREDIX akan siap menjalankan sistem 100 aplikasi di tingkat mesin secara langsung.

Teknologi PREDIX diperkuat oleh hadirnya Digital Foundry, sebuah tempat kolaborasi di Paris, yang memungkinkan pelaku industri, akademisi, dan berbagai kalangan yang memiliki ketertarikan pada teknologi untuk berkreasi dan berinovasi.

Majunya inovasi semacam PREDIX nyatanya masih memerlukan dua hal yang dapat membangunnya: kolaborasi dan cloud computing.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.

Proyek Kabel Bawah Laut Google Bawa Konektivitas 18 Tbps di Asia Tenggara

Demi meningkatkan kualitas layanan berbasis cloud yang dimiliki, Google saat ini tengah mempersiapkan proyek infrastruktur kabel bawah laut untuk konektivitas di wilayah Asia Tenggara. Proyek tersebut diberi nama INDIGO.

Untuk merealisasikannya, Google telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, termasuk AARNet, Indosat Ooredoo, Singtel, SubPartners dan Telstra. Targetnya kabel fiber optik bawah laut sepanjang 9000 kilometer akan terpasang dan membawakan konektivitas hingga 18 Tbps (terabits per second).

Pertimbangan utama penyelesaian proyek ini adalah semakin banyak pengguna layanan Google Cloud di wilayah Asia Tenggara, khususnya untuk layanan produktivitas seperti Google Apps.

Jalur kabel bawah laut internasional ini akan melayani lalu lintas data Google antara Australia dan Asia, menghubungkan beberapa kota penting  dalam bisnis seperti Perth, Syndey dan Singapura dengan jalur cabang Jakarta.

Proyek ini dijalankan oleh Alcatel Submarine Networks dan diperkirakan akan selesai pada pertengahan 2019 mendatang. Inisiatif ini dinilai akan menjadi investasi paling serius di kalangan penyedia layanan public cloud di wilayah Asia Tenggara.

Menurut pemaparan pihak Google, setidaknya INDIGO akan sangat membantu dan memberikan jaminan konektivitas untuk lebih dari 8 juta komunikasi simultan dengan kualitas tinggi yang dilakukan dengan layanan Google seperti Hangout Video Conference.

Proyek Kabel Laut INDIGO

Tidak hanya Google, perusahaan teknologi lain yang begitu concern dengan kualitas konektivitas juga menggunakan cara yang sama untuk meningkatkan kualitas layanannya. Tahun lalu insiatif tersebut muncul dari hasil kemitraan Microsoft dan Facebook. Keduanya membangun proyek “MAREA”, sebuah infrastruktur kabel bawah laut dengan kapasitas kecepatan mencapai 160 Tbps. Mengalahkan proyek Google sebelumnya “FASTER” yang mencapai 60 Tbps.

Memprediksi Sektor Populer Startup Indonesia Tahun 2017

Data terakhir APJII menyebut penetrasi pengguna internet di Indonesia pada 2016 mencapai 132,7 juta dari total populasi 256,2 juta orang. Sementara perangkat yang dipakai untuk mengakses internet dari smartphone sebanyak 63,1 juta.

Kegiatan belanja sampai cara mendapatkan layanan transportasi kini bisa dilakukan secara online. Salah satu startup on-demand terpopuler Go-Jek bahkan secara publik telah mencapai tahap unicorn atau bervaluasi lebih dari $1 miliar (lebih dari 13 triliun Rupiah).

Dalam laporan Startup Teknologi Indonesia 2016, DailySocial melakukan survei ke sejumlah investor tentang sektor apa yang menjadi primadona dan fokus mereka tahun ini. Berdasarkan kompilasi tersebut, 4 sektor yang diperkirakan menjadi bakal menjadi pusat perhatian adalah fintech (teknologi finansial), e-commerce, Software-as-a-Service (SaaS), dan on-demand atau service marketplace.

Fintech

Fintech merupakan pengembangan industri jasa keuangan yang sangat bergantung dengan internet dan inovasi digital. Fintech hadir karena ada segmen layanan keuangan konvensional yang belum bisa menjangkau berbagai kalangan masyarakat.

Group CEO C88 John Patrick Ellis, yang memiliki layanan e-commerce finansial CekAja di Indonesia, mengatakan tahun lalu Indonesia mengalami kebangkitan besar di bidang fintech. Banyak usaha yang bergerak di fintech mengalami perkembangan yang signifikan, bahkan dominan dan menjadi pemain besar yang banyak membantu perkembangan industri jasa keuangan.

Menurut Ellis, optimisme yang membuat CekAja yakin dengan perkembangan fintech terletak di penetrasi pasar keuangan yang terbilang rendah. Masih banyak yang belum menjamah seluruh wilayah Indonesia. Kondisi ini disebut Ellis sebagai “double growth factor“, yakni layanan keuangan terus bertumbuh yang diiringi dengan pertumbuhan teknologi.

“Kedua hal ini saling mendukung. Karena itulah, sektor fintech [di Indonesia] diprediksi akan memiliki tiga sampai lima perusahaan unicorn di [tahun] 2020.”

Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya juga angkat suara mengenai potensi fintech, terutama peer-to-peer lending (P2P lending). Reynold mengatakan kehadiran Peraturan OJK nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pada penghujung tahun lalu menjadi trigger yang kuat untuk pengembangan bisnis P2P lending ke depannya.

Kehadiran regulasi, sambungnya, membuat masyarakat Indonesia jadi semakin percaya dengan bisnis P2P lending sudah diakui dan diawasi oleh OJK. Modalku mengklaim pada tahun lalu telah menyalurkan sekitar Rp 60 miliar dengan kredit macet masih 0%.

“Kami tidak terlalu peduli dengan volume bisnis tapi bagaimana bisa scaling bisnis dengan benar. Sekarang kami mau mengarah ke smartphone agar proses jadi lebih cepat, konsentrasinya adalah convert orang-orang dari konvensional untuk beralih ke smartphone.”

Pernyataan Reynold didukung Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia (MCI) Eddi Danusaputro. Eddi mengatakan kehadiran berbagai regulasi yang mengatur tentang fintech pada dasarnya bertujuan untuk melindungi nasabah. Hal ini juga membuat fintech jadi lebih makin matang dan memancing kehadiran para pemain baru. Eddi menilai dari segi nilai, investasi ke sektor fintech diperkirakan akan tumbuh setidaknya 50% dan mungkin bisa tumbuh 100% atau lebih.

Mengingat fintech sangat bergantung pada perkembangan teknologi digital, baik CekAja maupun Modalku menekankan pada pentingnya implementasi penerapan tanda tangan digital. Reynold menjelaskan tanda tangan digital merupakan bagian utama proses know your customer (KYC) bagi pemain fintech untuk menjangkau nasabah ke seluruh pelosok Indonesia.

Meski pemerintah sudah mengeluarkan tanda tangan digital, namun OJK sebagai pihak otoritas sertifikat (CA) belum menunjuk suatu lembaga untuk menjalankan mandatnya menjalankan kegiatan tersebut. Hal ini, menurut Reynold, perlu didorong.

“Infrastruktur di fintech harus kuat, bagaimana fintech bisa menyentuh segala pelosok Indonesia. Satu-satunya cara adalah dilakukan secara digital, maka dari itu tanda tangan digital harus diperjelaskan. Ini kan bagian dari proses KYC,” kata Reynold.

Ellis menambahkan, “Penerapan tanda tangan digital yang akan dilaksanakan oleh pemerintah di 2017 ini dapat memajukan fintech dengan dasar inklusi keuangan yang ditujukan untuk membantu masyarakat dan bisnis di Indonesia jadi lebih baik. Kami berharap regulasi mengiringi lainnya juga dapat mendukung dan memudahkan layanan perusahaan fintech.”

Di sisi lain, menurut Ellis, kehadiran asosiasi fintech dapat menjadi lahan untuk belajar dengan para pemain fintech lokal lainnya. Asosiasi menjadi jembatan para pemain untuk berkomunikasi dengan OJK dan BI. Ia menyatakan anggota asosiasi fintech selalu terbuka untuk berdialog tentang segala regulasi yang sudah ada dan akan bergulir.

“Tantangan di setiap sektor dan yang terjadi di fintech sebenarnya tidak jauh berbeda. Inilah dasar utama kenapa kami mendirikan Asosiasi Fintech Indonesia. Jadi nantinya ada lembaga dalam industri fintech yang dapat mewakili serta dapat menggambarkan tantangan yang harus dihadapi. Dengan solusi yang dibuat secara bersama akan lebih baik dibandingkan harus dihadapi secara sendiri-sendiri.”

E-commerce

Berdasarkan data berbagai sumber, pada tahun 2017 industri e-commerce di Indonesia diprediksi akan bernilai $9,3 miliar. Besarnya potensi tersebut saat ini sesuai dengan perkembangan layanan e-commerce di tanah air, baik yang umum maupun niche.

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan, “Dari tahun ke tahun, layanan e-commerce dan transaksi online akan semakin menjadi bagian hidup dalam keseharian masyarakat Indonesia. Masyarakat akan semakin cerdas, tidak lagi sekadar berburu diskon atau harga murah, namun menggunakan platform e-commerce untuk kemudahan hidup mereka.”

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan layanan marketplace akan merambah sektor fintech tahun ini.

“Selain untuk keperluan barang sehari-hari, marketplace juga akan berevolusi menjadi kebutuhan pembayaran sehari-hari, memberikan layanan finansial inklusi. Di tahun 2017 ini, open marketplace juga akan menjadi rumah baru bagi merek-merek baik lokal maupun internasional untuk memasarkan produk mereka ke masyarakat Indonesia,” kata William.

Kemudahan pembayaran untuk pembelian apapun menjadi krusial. Menurut William, tahun ini layanan e-commerce akan semakin inklusif. Selama ada konektivitas internet, pembayaran bisa dilakukan meski tidak memiliki rekening bank atau kartu kredit.

“Produk-produk e-wallet akan tumbuh di tahun 2017 untuk mendorong pemerataan ekonomi secara digital. Demikian juga dengan tumbuhnya bisnis kurir untuk mengirimkan produk-produk yang dipasarkan di marketplace,” ujar William.

Selain itu, tren akan bergeser ke hyperlocal purchase. Pembeli di daerah Sumatera Utara akan cenderung membeli dari penjual di kota Medan dibanding dari Jakarta. Walau harga barang sedikit lebih tinggi, adanya ongkos kirim akan membuatnya tetap bersaing. Apalagi barang seharusnya bisa diterima lebih cepat.

Berbeda dengan optimisme William, Managing Partner Convergence Ventures Adrian Li mengungkapkan kekhawatiran rencana masuknya Alibaba dan Amazon di Indonesia. Konsolidasi diprediksikan bakal terjadi untuk membuat perusahaan tetap bertahan.

“Semua layanan e-commerce di Indonesia saya lihat akan semakin berat di tahun 2017 ini, terutama dengan rencana hadirnya Amazon dan Alibaba di Indonesia. Kehadiran perusahaan raksasa global tersebut akan semakin menyulitkan eksistensi layanan e-commerce lokal yang saat ini sudah berhasil menjadi market leader. Saya melihat konsolidasi mungkin akan tercipta, seperti yang telah terjadi di India,” kata Adrian.

Selain konsolidasi, nantinya masing-masing brand akan memilih untuk melakukan penjualan secara langsung kepada pelanggan atau dengan cara multichannel. Strategi ini dinilai akan menjadi kegiatan jangka panjang.

Untuk layanan e-commerce yang bakal mendominasi tahun 2017 ini, Adrian mengungkapkan fashion commerce akan semakin masif bermunculan di tanah air.

“Dengan mengintegrasikan desain, manufaktur dan pasokan proses rantai penyediaan, mereka [layanan fashion commerce] mampu menyediakan pakaian yang sedang tren yang bersaing dengan biaya ritel umum,” kata Adrian.

Untuk faktor penghambat, ternyata faktor kepercayaan atau trust masih bisa menjadi momok tahun ini.

“Seperti yang disampaikan dalam laporan Google dan Temasek, pemesanan dari Indonesia 12 kali berisiko fraud berdasarkan rata-rata secara global,” kata Adrian.

SaaS

Founder and CEO Talenta, sebuah platform SaaS untuk manajemen sumberdaya manusia, Joshua Kevin, mengatakan saat ini kondisi pemain startup SaaS di Indonesia sama seperti pemain e-commerce pada 2010-2011. Tahun tersebut adalah masa ketika masyarakat Indonesia masih memiliki krisis kepercayaan dan belum percaya dengan manfaat beralih membeli barang secara online.

“Kami percaya bahwa industri SaaS akan makin cepat pertumbuhannya dan kemampuan dalam pengambilan keputusan akan jatuh ke generasi yang percaya bahwa internet dan smartphone adalah the default,” kata Joshua.

Mengenai isu keamanan komputasi awan sebagai hal yang krusial bagi pemain SaaS, Joshua mengungkapkan tidak semua pemain SaaS di Indonesia menggunakan solusi atau server dari luar Indonesia. Pihaknya mendorong insentif yang lebih dari pemerintah dan perusahaan cloud untuk membuat mereka beralih ke server lokal.

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, menambahkan pergerakan bisnis SaaS di Indonesia mulai bergerak dengan sangat baik. VC ini telah berinvestasi di sejumlah startup SaaS dan melihat indikasi puluhan ribu UKM sudah menggunakan berbagai solusi yang disediakan beberapa pemain SaaS yang masuk dalam portofolionya.

Menurut Willson, tantangan pemain SaaS Indonesia di kacamata investor adalah adopsi pengguna dan bagaimana UKM melihat nilai dari SaaS. Startup SaaS harus bisa mengedukasi pasar tentang manfaat produk SaaS dibandingkan perangkat lunak tradisional dan meyakinkan mereka untuk beralih ke sana.

Moka, startup penyedia layanan mobile point of sales (mPOS) dengan fokus pasar UKM, menjadi salah satu pemain SaaS yang menanjak. Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo, senada dengan Joshua, mengutarakan saat ini Moka belum menggunakan server lokal. Pihaknya menggunakan layanan cloud yang berbasis di Singapura. Untuk perlindungan data, Moka mengenkripsi lalu lintas yang keluar dan masuk menggunakan SSL. Pihaknya juga memasang beberapa firewall untuk seluruh server.

Haryanto menambahkan tingkat persaingan bisnis SaaS di Indonesia masih sangat luas dan pasarnya sangat besar. Menurutnya, persaingan antar pemain SaaS bukanlah perhatian untuk saat ini.

On-demand

Layanan transportasi on-demand dari Go-Jek, Grab, dan Uber saat ini masih mendominasi. Kehadiran mereka mampu mengubah kebiasaan masyarakat dan kini menjadi bagian rutinitas sehari-hari.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengungkapkan, “Akan menjadi sulit untuk startup baru mencoba bersaing dengan Go-Jek, Uber, dan Grab, karena posisi mereka yang sudah berhasil menjadi market leader dan mendominasi di Indonesia. Untuk bisa bersaing dengan ‘the big three‘, perusahaan yang sebelumnya menjalankan bisnis dengan cara konvensional juga sudah harus mulai mengadopsi teknologi untuk bisa bersaing dengan perusahaan berbasis teknologi tersebut.”

Nicko melihat kolaborasi antara Blue Bird dengan Go-Jek membuktikan perusahaan yang selama ini menjalankan bisnisnya secara konvensional akan memilih untuk melakukan kerja sama dengan startup yang telah memiliki produk, talenta, dan kemampuan membuat produk berbasis teknologi. Hal tersebut bisa memangkas pengeluaran untuk mempekerjakan third party atau outsource untuk membangun teknologi dari awal.

“Peluang dari startup yang nantinya berfungsi sebagai ‘corporate enabler‘ untuk menawarkan sistem, produk, hingga teknologi kepada korporasi hingga perusahaan besar nampaknya akan semakin banyak di tahun ini dan seterusnya,” kata Nicko.

Menurut Co-Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim, tahun 2015 dan 2016 lalu merupakan tahun ketika layanan seperti Go-Jek dan layanan e-commerce masih berupaya untuk menemukan pasar dan strategi pemasaran. Tahun 2017 ini bakal menjadi tahap yang menentukan kebanyakan layanan on-demand.

“Saya melihat tahun 2017 ini bakal menjadi momentum. Bkan hanya untuk Go-Jek namun juga semua layanan on-demand lainnya di Indonesia. Tahun 2017 juga menjadi tahun semua going to mobile,” kata Nadiem.

Kendala infrastruktur yang ada di Indonesia, menurut Nadiem, justru menjadi peluang bagi layanan on-demand seperti Go-Jek untuk berkembang.

“Berbagai kendala dalam hal infrastruktur yang ada saat ini justru menjadi kesempatan bagi Go-Jek untuk memberikan solusi kepada semua masyarakat di Indonesia. Dalam hal ini Go-Jek melihat infrastruktur yang masih kurang saat ini sebagai opportunity dengan memberikan solusi kepada semua pengguna,” ujarnya.

Dalam dua tahun terakhir, layanan on-demand juga makin beragam. Tidak hanya menawarkan layanan transportasi, tetapi yang berhubungan dengan layanan domestik. Misalnya jasa asisten rumah tangga, pembersihan rumah, dan perbaikan AC. Salah satu layanan on-demand di segmen ini adalah Seekmi.

“Kami sangat beruntung di Seekmi bahwa tingkat penetrasi smartphone di kalangan vendor dan teknisi telah tumbuh secara signifikan dalam setahun tahun sejak Seekmi diluncurkan. Memungkinkan Seekmi untuk mengelola sekitar 10 ribu tenaga kerja dengan cepat dan efisien,” kata CEO Seekmi Clarissa Leung.

Clarissa melanjutkan, “Saya prediksi tahun 2017 ini akan semakin banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan teknologi, dalam hal ini aplikasi, untuk membantu mereka melakukan pekerjaan rumah rutin dari yang paling mudah hingga yang berat dengan bantuan layanan on-demand. Akan lebih banyak orang percaya dengan layanan on-demand karena terbukti mampu menghemat biaya pengeluaran.”

Di balik kemudahan berbasis teknologi, banyak generasi senior yang belum terbiasa dan kurang percaya dengan layanan on-demand.

“Seekmi pada akhirnya tetap menghadirkan layanan pelanggan melalui SMS hingga telepon langsung. Pendekatan dengan cara-cara tradisional masih perlu disematkan untuk perusahaan teknologi,” kata Clarissa.

Meskipun terlihat menjanjikan, layanan on-demand ternyata cukup sulit untuk melakukan scale up. Hal ini terjadi karena layanan on-demand sifatnya adalah hyperlocal. Masing-masing kota di Indonesia memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda.

“Untuk mengatasi semua kendala tersebut masing-masing layanan on-demand tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kemitraan atau partnership dengan perusahaan teknologi lainnya hingga perusahaan besar dan pemerintah untuk bisa mengatasi semua kendala,” kata Nicko.


Artikel ini adalah kolaborasi DailySocial dan The Jakarta Post. Juga dipublikasi dalam bahasa Inggris di halaman ini.

DailySocial:
CEO & Founder : Rama Mamuaya
Editor-in-Chief : Amir Karimuddin
Editor-in-Chief : Wiku Baskoro
Writers : Yenny Yusra, Marsya Nabila

The Jakarta Post:
Managing Editor Life : Asmara Wreksono
Editor : Keshie Hernitaningtyas
J+ team : Jessicha Valentina, Masajeng Rahmiasri, Ni Nyoman Wira
Technology : Muhamad Zarkasih, Mustofa
Infographic : Sarah Naulibasa, Sandy Riady
Video & Multimedia : Bayu Widhiatmoko, I.G. Dharma J.S., Ahmad Zamzami,
Rian Irawan, Wienda Parwitasari

Layanan Komputasi Awan ibizCloud Hadir untuk Segmen Pasar Korporasi

Hutchison Global Communications Limited bekerja sama dengan PT Centrin Online Prima mengumumkan peluncuran ibizCloud di Jakarta. Sebuah layanan komputasi awan yang ditujukan untuk kalangan korporasi, baik dengan cakupan lokal ataupun global. Dengan kapabilitas teknologi dan desain layanan terkustomisasi, Hutchison menyajikan konektivitas internasional dengan disandingkan konektivitas lokal yang dimiliki Centrin Online sebagai ISP (Internet Service Provider).

Adanya konektivitas internasional dan lokal tersebut dinilai mampu memudahkan perusahaan untuk melakukan pertukaran data, antara kantor di luar negeri dengan perwakilan yang terdapat di Indonesia. ibizCloud juga fokus pada teknologi cloud storage untuk mendukung realisasi big data di lingkungan bisnis. Setidaknya tiga varian model layanan yang ditawarkan, yaitu Infrastructure as a Service (IaaS), Bandwidth as a Service (BaaS) dan Dedicated Bandwidth as a Service (DBaaS).

“Menghadirkan ibizCloud di Jakarta menjadi awalan yang baik untuk tahun 2017 bagi Hutchison. Inisiatif ini turut memperkuat kehadiran kami di Asia, setelah sebelumnya melakukan peluncuran juga di Hanoi pada Desember lalu,” ujar President of International and Carrier Business Hutchison Andrew Kwok dalam rilisnya.

Centrin Online sendiri sebelumnya dikenal sebagai perusahaan di balik PrimaNET. Sebagai ISP untuk korporasi dan ritel kalangan menengah ke atas, saat ini Centrin Online telah memiliki wilayah operasi di Jakarta, Bandung, Denpasar, Medan dan Surabaya. Terakhir manuvernya adalah menyajikan layanan triple play, menyatukan paket layanan internet, dengan paket telepon dan TV berbayar.

“Kami bangga dengan kerja sama antara Centrin Online dan Hutchison untuk membawa ibizCloud ke Indonesia. Langkah ini menawarkan kesempatan menarik untuk memberikan layanan cloud yang cepat dan andal berkelas dunia yang disesuaikan dengan pasar ISP yang mana kami telah berpengalaman lebih dari 25 tahun di dalamnya,” sambut CEO Centrin Online Ismail Hirawan.

Platform SaaS Sleekr Luncurkan Produk Terbaru Sleekr HR 3.0

Hari ini platform bisnis berbasis teknologi komputasi awan Sleekr meluncurkan inovasi terbaru untuk desktop, mobile site dan aplikasi mobile. Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2015 ini masih menargetkan kalangan UMKM dan startup dengan berbagai fitur dan kemudahan yang ditawarkan. Saat acara temu media hari ini, Co-founder dan CEO Sleekr Suwandi Soh menegaskan inovasi terbaru dari Sleekr bakal membantu pihak HR atau personalia hingga akunting untuk melakukan pekerjaan.

“Kami mencatat selama ini pihak HR dan akunting menghabiskan waktunya hinga 40% hanya untuk mengurusi pajak, administrasi, gaji hingga klaim dari pegawai, dengan fitur terbaru dari Sleekr kami ingin memangkas semua kesulitan tersebut,” kata Suwandi.

Saat ini Sleekr telah memiliki sekitar 10 ribu pengguna aktif di Sleekr HR dan 5 ribu pengguna aktif di Sleekr Accounting. Masing-masing platform tersebut sudah tersedia di desktop dan mobile site. Untuk Sleekr Accounting, aplikasi mobile platform Android sudah tersedia. Untuk Sleekr HR, aplikasi mobile Android dan iOS-nya akan diluncurkan akhir Febuari 2017 mendatang.

“Kini semakin banyak perusahaan yang merasakan sulitnya mengelola dan memperoleh data yang terus berkembang, hal ini berdampak pada timbulnya kesalahan perusahaan yang dapat memberikan kerugian. Untuk itulah Sleekr hadir membantu perusahaan menghindari kesalahan tersebut,” kata Suwandi.

Sebelumnya Sleekr mengakuisisi Kiper Cloud Accounting untuk meningkatkan portofolio produk yang dimiliki. Sleekr sendiri awalnya merupakan pengembang layanan SaaS (Software as a Service) untuk manajemen human resources (HR) sedangkan Kiper pengembang layanan SaaS untuk manajemen akuntansi bisnis. Bersatunya Kiper ke Sleekr turut membawa rebranding produk akuntansi Kiper menjadi Sleekr Accounting.

Fitur lengkap dan terintegrasi secara online

Co-founder dan CEO Sleekr Suwandi Soh

Secara keseluruhan Sleekr menawarkan dua opsi untuk membantu sistem administrasi perusahaan, diantaranya adalah Sleekr HR, yang bisa digunakan perusahaan untuk mengelola pekerjaan administrasi seperti manajemen absensi, cuti, klaim dan reimbursement, perhitungan gaji hingga perpajakan dan BPJS.

Sementara Sleekr Accounting mencoba untuk membantu perusahaan untuk memantau performa perusahaan secara mudah dan real time. Platform ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan pembukuan, pemantauan transaksi jual beli, hingga menghitung rasio dan memperoleh keuangan secara otomatis.

“Kami rencananya akan melakukan integrasi dengan instansi terkait seperti dirjen pajak hingga bank untuk memudahkan perusahaan melakukan kegiatan rutin hingga proses keuangan secara online melalui sistem dari Sleekr,” kata Suwandi.

Sesuai dengan visi dan misi dari Sleekr yaitu memberikan kemudahan untuk perusahaan terutama bagian HR dan akunting melakukan pekerjaan dengan memanfaatkan sistem dari Sleekr yang berbasis teknologi komputasi awan dan dirancang khusus untuk perusahaan modern.

“Saat ini sudah banyak startup seperti Asmaraku, Midtrans, IDN Times, Uangteman, hingga Sale Stock yang telah menggunakan teknologi dari Sleekr. Kami juga menyediakan bantuan untuk perusahaan yang sebelumnya telah menggunakan software HR berbeda untuk migrasi ke Sleekr tanpa mengurangi data yang telah dimiliki,” kata Suwandi.

Strategi monetisasi Sleekr

Perusahaan yang menggunakan Sleekr HR dan Sleekr Accounting akan dikenakan biaya yang berbeda.

“Untuk Sleekr HR biaya yang kami tetapkan bergantung pada besarnya perusahaan, karena sistem pembayarannya adalah per karyawan. Sedangkan untuk Sleekr Accounting, biaya yang ditetapkan dapat disesuaikan dengan fitur yang dibutuhkan perusahaan,” kata Suwandi.

Sementara untuk pengguna umum yang bekerja secara freelance atau perusahaan yang belum mendaftarkan diri menggunakan sistem Sleekr, bisa memanfaatkan versi demo trial dalam batas waktu yang ditentukan.

“Kami telah merancang model bisnis yang terjangkau bagi perusahaan, bahkan yang masih berskala kecil atau mikro hingga perusahaan besar termasuk perusahaan terbuka,” kata Suwandi.

Sejak berdiri pada tahun 2015 lalu, Sleekr tidak bergantung pada investasi dari venture capital atau angel investor. Selain self-funding, Sleekr masih memanfaatkan kucuran dana dari korporasi dan hingga kini belum berniat untuk melakukan penggalangan dana.

Application Information Will Show Up Here