Pusdiklat Kementerian Luar Negeri Adakan Seminar Bahas Kesempatan dan Tantangan Fintech di Indonesia

Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta dan Fintech Office Bank Indonesia akan mengadakan seminar bertajuk “Digital Diplomacy on Fintech: Opportunity in Disruptivity” pada 29 dan 30 Maret 2017 di Auditorium CSIS, Gedung Sentral Pakarti, Jakarta Pusat. Acara tersebut akan diisi beberapa sesi diskusi bersama para akademisi, praktisi, dan pengusaha inspiratif yang bergerak di bidang Financial Technology (Fintech).

Dalam seminar ini, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dijadwalkan memberikan keynote speech pada hari pertama sekaligus membuka rangkaian seminar. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad dijadwalkan menyampaikan keynote speech pada hari kedua.

Sejumlah topik yang akan dibahas pada hari pertama di antaranya:

  • Why Financial Technology?
  • The Role of Start-ups in Fintech
  • The Role of Social Media Influencers
  • The Cross-Border Financial Transaction.

Pemateri yang diundang di antaranya Nabilah Alsagoff (COO Doku), Niki Luhur (Ketua Umum Fintech Association Indonesia), Junanto Herdiawan (Fintech Office BI), Rama Mamuaya (Founder dan CEO DailySocial), Ibnu Hajar Ulinnuha (CEO Indiva Finansial Teknologi), Hendrikus Passagi (Peneliti Senior Otoritas Jasa Keuangan), dan Dr. Grace Dewi (CSIS).

Selain bahasan menarik di atas, dalam agenda seminar juga diisi dengan sesi Tweets from the Top yang akan dihadiri oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia, H.E. Mr. Rob Swartbol. Selain itu, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah akan mengisi sesi Updates from the Region yang akan membahas perkembangan di Bantaeng dalam hubungannya dengan inklusi keuangan masyarakat.

Sesi “Conventional Banking vs Financial Technology” akan menghadirkan Eddy Danusaputro (Dirut Mandiri Capital Indonesia) dan Adrian Gunadi (Co-founder dan CEO Investree.com). Untuk sesi “Idea Matters”, Yasa Singgih (Founder the Men’s Republic), Ajisatria Suleiman (Director of Fintech ID), dan Agus Lahinta (Bentor Online, Antar-Antar) akan membagi pengalaman tentang kekuatan ide dan dampaknya bagi perkembangan bisnis yang digeluti.

Rangkaian acara akan ditutup dengan Ideas Battle dari tiga besar peserta kompetisi pengajuan ide bisnis akan diberikan kesempatan untuk presentasi di depan juri dan peserta seminar. Pemenang akan memperoleh kesempatan mentoring dengan pakar di bidang Fintech dari Bank Indonesia dan OJK.

ideas battle

Seminar ini akan menjadi edisi ke-4 setelah sebelumnya menangkat topik smart city, ekonomi kreatif, energi terbarukan, dan eco-tourism. Seminar dimaksudkan sebagai wadah diskusi, memperluas jejaring, dan memperkaya perspektif tentang isu yang tengah berkembang pesat dan menjadi pusat perhatian.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan bidang Fintech di Indonesia. Pendaftaran tidak dipungut biaya dan peminat dapat mendaftar melalui tautan ini.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner seminar yang diadakan Pusdiklat Kementerian Luar Negeri ini

Menarik di Mata Investor untuk Pendanaan Seri A

Jika startup Anda telah memberikan pembuktian performa baik pasca seed funding –salah satunya ditunjukkan dengan traksi konsumen yang terus meningkat—sehingga membuat investor dan dewan direksi merasa lega, maka babak selanjutnya kini bisa dimulai persiapkan. Yakni mencari pendanaan seri A, dengan tujuan untuk mengakselerasi laju bisnis lebih kencang.

Dalam menemukan investor untuk pendanaan seri A, rekam jejak serta apa yang telah ditorehkan sebelumnya akan berpengaruh besar pada penilaian konsumen.

Nah sekarang apakah Anda benar-benar siap meraup pendanaan $2 juta-$15 juta (estimasi secara umum total pendanaan seri A)? Investor akan melirik jika Anda sebagai founder telah memahami apa yang mereka dambakan, dan berikut ini penjelasannya.

Daya tarik produk

Para pemodal ventura jelas tidak ingin uangnya terbakar sia-sia. Salah satu yang mereka nilai adalah bagaimana akselerasi dari pertumbuhan pengguna produk. Investor juga menginginkan data yang jelas mengenai besaran user engagement terhadap produk Anda. Meski skala perusahaan Anda kecil, namun mereka menginginkan pertumbuhan produk yang besar.

Kualitas dan solidaritas tim

When your team is all-stars, no one behaves like a rockstar,” kata seseorang di dunia maya.

Investor juga ingin mengetahui dapur startup Anda. Mereka akan berpikir dua kali jika Anda tidak memiliki tim yang siap membuat produk berkualitas, meski mungkin tim Anda berisi individu-individu dengan pencapaian mentereng di CV. Kuncinya, mereka dengan senang hati mendanai Anda jika SDM di startup Anda siap beradaptasi, dinamis dan memiliki skill-set yang sesuai dengan kebutuhan bisnis.

Jejaring kuat (di bidangnya)

Jika sudah menjajaki satu kolam bisnis, jangan ragu untuk menyelam di dalamnya. Jejaring yang kuat di dalam sebuah kolam komunitas nyatanya adalah modal besar untuk menarik pendanaan.

Amartha, startup pengembang platform peer-to-peer landing, baru saja mendapat pendanaan seri A dari Mandiri Capital Indonesia (MCI) sebesar US$ 2 juta. Diakui pihak MCI, penilaian mereka salah satunya dikarenakan Amartha memiliki jaringan kuat untuk menyentuh masyarakat unbanked—berkaitan erat dengan model bisnis yang dijalankan.

Selain itu, apakah Amartha punya cara lain untuk mengundang kerja sama dengan venture capitalist di seri A?

Lebih lanjut, Co-founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra akan menjelaskan soal ini di acara #SelasaStartup bertajuk “How to Get Series A Funding?” yang diselenggarakan oleh DailySocial pada hari Selasa, 21 Maret 2017 bertempat di kantor DailySocial.

Talkshow santai ini akan mengajak Anda untuk berbincang dan berdiskusi dengan para pegiat industri startup, dengan sesi networking dan coffee time yang hangat di dalamnya. Dan perlu diingat, acara ini gratis, hanya untuk Anda para tech and startup enthusiast!

Anda dapat langsung mendaftarkan diri Anda untuk #SelasaStartup di sini.

Jakarta XR Meetup v7.0 Akan Mengambil Tema “VR-AR & Brands”

Komunitas Jakarta XR Meetup akan kembali menyelenggarakan meetup awal Maret. Tema untuk acara kali ini adalah VR-AR and Brands.

Acara kali ini akan menampilkan pembahasan tentang VR-AR dan irisannya terhadap kegiatan branding serta periklanan di masa depan. Selain itu akan ditampilkan pula pembahasan tentang aktivitas terkait periklanan yang telah menggunakan pendekatan atas AR-VR.

Para pembicara yang akan mengisi acara meetup antara lain:

  1. Muhammad Ario Adimas – Indosat Ooredoo
  2. Anvid Erdian – Lenovo MBG Indonesia
  3. Dimas Setyo – Acer Indonesia
  4. Nico Alyus – OmniVR

XR Meetup yang ke-7 akan diselenggarakan tanggal 8 Maret 2017 mulai pukul 6 sore. Sedangkan untuk lokasi acara sendiri akan diselenggarakan di Kaskus Auditorium, kantor Kaskus – Gedung Menara Palma, Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta.

Seperti yang telah menjadi agenda rutin XR meetup, selain presentasi dari pembicara, acara juga akan menampilkan demo alat VR yang bisa dicoba oleh para pengunjung pada awal dan akhir acara. Beberapa perangkat VR yang bisa dicoba antara lain Nokia Ozo, HTC Vive, Google Daydream, 3Glasses VR Headset.

Untuk informasi lengkap acara serta pendaftaran bisa menuju tautan ini.

Eposter-VR-Meetup---REV2

Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Jakarta XR Meetup. 

MCI Demo Day, ‘Wisuda’ Inkubator dan Pengenalan Kepada Investor

Setelah mengikuti program Mandiri Digital Incubator yang diselenggarakan Mandiri Capital Indonesia (MCI) selama enam bulan, 14 startup telah dinyatakan ‘lulus’ dari masa pematangan bisnis lewat kegiatan MCI Demo Day pada hari Senin (27/2). Keempat belas startup tersebut antara lain adalah Limakilo, Iwak, Bulp, Pickpack, DompetSehat, Erzap, IdCloudHost, Jurnal, Danasedia, Konektifa, Taralite, Taxies, Atom, dan Folio. MCI Demo Day kemarin menjadi ajang ‘wisuda’ dan pitching bagi bisnis-bisnis rintisan Mandiri Digital Incubator agar lebih dekat dengan para investor.

Inisiatif MCI dalam menyelenggarakan MCI Demo Day yang bekerja sama dengan MDI Ventures dan DailySocial ini didukung penuh oleh Bank Mandiri. Pahala Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri, mengatakan bahwa Bank Mandiri selalu berencana mengembangkan bisnis UMKM, baik yang berbasis teknologi maupun non teknologi.

“Kami pernah menjalankan Wirausaha Muda Mandiri. Lalu, kami berpikir untuk memiliki rumah untuk mengembangkan startup yang punya big impact bagi masyarakat. Kunci kesuksesannya ialah kolaborasi antara MCI, Bank Mandiri, dan Mandiri Digital Incubator,” ujar Pahala dalam sambutannya.

MCI Demo Day adalah acara puncak dari program pengembangan startup di Mandiri Digital Incubator. Selama enam bulan berlangsung, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddie Danusaputro bercerita bahwa startup di Mandiri Digital Incubator mendapatkan training dan mentorship yang telah disiapkan kurikulumnya.

“Terutama untuk dua hal; product valuation dan market validation, termasuk business model-nya,” imbuhnya.

Mandiri Digital Incubator hadir sebagai medium untuk finetuning produk dari startup sekaligus mencari pendanaan. “Nah, memang kita yang mempunyai Mandiri Digital Incubator. Karena kita tidak mungkin yang mendanai semuanya, maka kita mengundang teman-teman venture capital ini untuk mendengarkan presentasi dari startup-startup ini, siapa tahu mereka berminat untuk funding,” cetus Eddie.

Selama program Mandiri Digital Incubator batch pertama berlangsung hingga puncaknya MCI Demo Day, beberapa startup telah mendapatkan funding dari investor, baik melalui MCI maupun investor lainnya.

“Saat ini kami dalam proses due dilligence [untuk investasi ke salah satu startup],” ujar Bisma Manda Samsu, Head of Finance, Treasury, and Operations MCI, yang menolak untuk menyebutkan nama-nama startup yang telah didanai karena belum dirilis.

Secara komposisi, ranah startup yang telah mendapatkan funding terhitung berimbang, yakni 50% fintech dan 50% non-fintech.

Bagi startup, rangkaian penyelenggaraan Mandiri Digital Incubator ini menjadi pengalaman yang menyenangkan tersendiri. CEO Danasedia Lutfi Adhiansyah adalah salah satu yang mengakuinya.

“Yang menarik sebenarnya adalah penyelenggaranya. Karena penyelenggaranya kan bank besar ya, Bank Mandiri. Jadi, ketika kita berada di bawah naungan Mandiri, kita mendapat exposure yang lumayan baik. Apalagi saya bergerak di bidang fintech,” terang Lutfi.

Senada Lutfi, CMO IdCloudHost M. Mufid Luthfi kurang lebih merasakan hal yang serupa. Kolaborasi antar startup adalah hal yang menurut Mufid perlu digarisbawahi dan meninggalkan kesan baik dari Mandiri Digital Incubator. “Meskipun kami perusahaan baru, tapi kami dapat pembinaan dari mentor-mentor terbaik. Di sini kita dilatih bagaimana membuat startup yang sustain,” aku Mufid.

Disclosure: DailySocial adalah media partner dari MCI Demo Day.

Endeavor Indonesia Akan Selenggarakan Scale-Up Asia untuk Tingkatkan Ekosistem Kewirausahaan

Di era seperti saat ini, high impact entrepreneurship dinilai menjadi salah satu solusi penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di tengah gejolak sosial dan persaingan yang kian meleburkan sekat-sekatnya. Menggenggam pada tujuan tersebut. Endeavor Indonesia, organisasi yang fokus pada pembangunan dan penguatan ekosistem kewirausahaan di Indonesia, akan menyelenggarakan Scale Up Asia.

Scale Up Asia akan diselenggarakan pada tanggal 15 Maret 2017 di Hotel Shangri-La Jakarta. Lebih dari 800 pemimpin bisnis, entrepreneur muda maupun yang sudah berpengalaman, investor, praktisi dan pelaku kunci lainnya berpartisipasi di acara ini. Scale-Up Asia terdiri dari Scale-Up Conference, Mega Scale-Up Clinic dan cocktail dinner. Scale Up Asia ini juga menyelenggarakan program Mega Scale Up Clinic, memberikan kesempatan peserta berkonsultasi soal tantangan bisnis dengan para mentor serta membangun jaringan dengan investor dan pemimpin bisnis.

Beberapa pembicara Scale-Up Conference yang akan dihadirkan di antaranya Achmad Zaky (Founder & CEO Bukalapak), Nadiem Makarim (Co-Founder & CEO Go-Jek), Aldi Haryopratomo (Founder & dan CEO Ruma), Markus Bihler (Co-Founder & Vice Chairman Happy Fresh), Suzy Hutomo (Executive Chairman The Body Shop Indonesia) dan masih banyak lagi.

“Kami percaya bahwa high impact entrepreneur dapat menciptakan siklus kewirausahaan kondusif, yang secara jangka panjang mampu berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Scale-Up Indonesia hadir sebagai wadah untuk membangun ekosistem kewirausahaan yang lebih kuat dan mendukung lebih banyak lagi high impact entrepreneur,” tutur Board Chairman Endeavor Indonesia Harun Hajadi.

Berdasarkan laporan Organisasi Buruh International (ILO) tahun 2013, Indonesia harus menyediakan lebih dari 17 juta pekerjaan baru dalam kurun waktu 2013-2020. High-impact entrepreneurship dapat menjadi jawaban untuk masalah ketenagakerjaan ini.

High impact entrepreneur adalah visioner yang mampu menghasilkan pemasukan terbesar, menciptakan lapangan pekerjaan bernilai tinggi dan memberikan dampak paling signifkan untuk masyarakat. Terutama dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), keberadaan para high impact entrepreneur menjadi lebih penting, karena Indonesia akan menjadi penghubung ekosistem kewirausahaan di ASEAN,” tambah Harun.

Di negara berkembang seperti Indonesia, entrepreneur masih menghadapi berbagai tantangan dalam mengakselerasi bisnis, termasuk minimnya role model, rendahnya kepercayaan investor, keterbatasan manajemen yang berkualitas, ketidakmampuan mengakses permodalan, dan kurangnya akses terhadap network. Melalui mentoring dan ekosistem yang mendukung, Endeavor ingin membantu entrepreneur Indonesia menghadapi tantangan tersebut sehingga dapat mengakselerasi bisnisnya.

Peminat acara ini bisa melakukan pendaftaran di sini.

Scale-Up Asia


Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Scale-Up Asia.

Pagelaran “BCA Socialpreneur” Ajak Mahasiswa Pahami Kewirausahaan Sosial

Bank Central Asia (BCA) bekerja sama dengan Senat Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya akan menyelenggarakan BCA SOCIALPRENEUR. Membawakan tema “Improving the Quality of Life” acara tersebut akan diselenggarakan pada 2 Maret 2017 mendatang. Terdapat dua agenda utama sebagai rangkaian dari acara, yakni seminar dan lomba business model canvas.

Di sesi seminar akan dihadirkan tiga pemateri, yakni CEO WeCare.id Gigih Septianto, Director Nazava Liesselotte Heederik dan perwakilan dari British Council. Diharapkan dengan pemaparan dari para narasumber tersebut akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang social-entrepreneurship, baik dari sisi konsep ataupun cara merealisasikannya.

Menyambut acara ini, Rektor Unika Atma Jaya A Prasetyantoko mengatakan:

“Social entrepreneurship adalah sebuah konsep yang relatif baru dengan memandang bisnis konvensional melalui dimensi yang berbeda. Artinya, selain membangun bisnis yang bisa dipertanggungjawabkan secara manajerial tetapi orientasinya tetap pada sosial.”

Menurut Cynthia, sebagai ketua penyelenggara acara ini, saat ini social entrepreneurship dapat menjadi peluang bisnis yang baik untuk dijalankan, karena di saat bisnis lain melakukan eksploitasi terhadap sumber daya dan meresahkan masyarakat, para wirausahawan sosial justru mengembangkan bisnis yang ramah lingkungan serta dapat menyejahterakan dan menguntungkan masyarakat, terutama masyarakat kecil.

“Acara ini juga sebagai media pembelajaran bagi masyarakat umum dan mahasiswa tentang kewirausahaan sosial dan perannya sebagai alternatif solusi mengatasi masalah kebangsaan,” imbuh Cynthia.

Ditargetkan untuk mahasiswa, acara ini diharapkan mampu memicu pengembangan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan permasalahan di bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Serta membuka peluang bisnis baru yang dapat menyejahterakan masyarakat.

Web_Poster_Socialpreneur


Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara BCA SOCIALPRENEUR.

Clapham Startupfest 2017 Segera Dihelat, Hadirkan Rangkaian Acara Menarik Bagi Startup di Medan

Clapham Collective pada tanggal 17 dan 18 Februari 2017 mendatang akan kembali menyelenggarakan pagelaran untuk startup di kota Medan, Clapham Startupfest 2017. Acara ini ditujukan kepada para peminat dan pelaku bisnis startup untuk berdiskusi dan belajar dalam berbagai rangkaian acara. Setidaknya ada empat acara utama yang akan disuguhkan yakni keynote session, pitch floor, workshop dan startup booth.

Selama dua hari waktu penyelenggaraan Clapham Startupfest 2017, rangkaian acara akan dimulai pukul 10.00 hingga 18.00 WIB. Guna membuka wawasan tentang startup dan tren bisnis yang mengikuti, beberapa pembicara untuk sesi keynote dihadirkan, mulai pembicara berlatar belakang pelaku startup hingga investor di bidang startup. Selain itu bagi para pemilik startup akan ada sesi investor speed dating, yakni untuk mempertemukan para founder startup dengan investor.

Daftar pembicara Clapham Startupfest 2017 di sesi keynote
Daftar pembicara Clapham Startupfest 2017 di sesi keynote

Ada tiga kelompok panelis juga yang akan berpartisipasi dalam acara ini, terbagi menjadi panelis investor, panelis founder dan panelis media. Masing-masing akan memberikan pemahaman sesuai keahliannya masing-masing. Pada panelis investor akan dipaparkan tentang skema pendanaan dan bagaimana tips untuk memperolehnya bagi startup, pada panelis founder dihadirkan beberapa founder sukses yang telah membawa bisnisnya scale up, dan di panelis media akan dihadirkan rekan-rekan media yang dapat membantu startup memberikan pengetahuan tentang tren terkini dalam bisnis.

Sesi workshop teknis juga dihadirkan, mengusung tema yang sangat kental dengan perkembangan startup saat ini, yaitu (1) Angel Investment Workshop, (2) Building e-Commerce and Chat Commerce in the 2017, (3) How to Pitch Effectively, (4) Activating your Social Media dan (5) How to Engage Influencers for Startup. Acara ini gratis, bagi penggiat startup di Kota Medan yang tertarik untuk hadir bisa segera mendaftarkan diri melalui tautan registrasi berikut: claphamstartupfest2017.splashthat.com.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Clapham Startupfest 2017.

Jakarta XR Meetup 6.0, Mengedukasi VR/AR untuk Sistem Edukasi

Kehadiran VR/AR di dunia digital di tahun 2016 menyajikan poros baru bagi sebagian aspek industri. Paska ledakan tersebut, ranah hiburan boleh jadi terlihat paling menonjol dalam hal penerapan VR/AR, meski di sisi lain, adopsi teknologi visualisasi ini dapat dinikmati untuk bidang lain seperti pemasaran, periklanan, hingga kemiliteran.

Lingkup pendidikan juga turut mencicipi teknologi VR/AR dalam pengembangannya, seperti dalam metode pengajaran yang dilakukan tenaga pendidik. Nah, untuk menyelaraskan dan mengkaji VR/AR bagi dunia edukasi, OmniVR kembali mengadakan meetup bernama Jakarta XR Meetup 6.0 yang bertajuk “VR/AR and Tech Education”, di Binus fX Campus, fX Sudirman lantai 6.

Nico Alyus, Co-founder OmniVR, dalam presentasinya / DailySocial
Nico Alyus, Co-founder OmniVR, dalam presentasinya / DailySocial

“Kenapa bukan VR tapi XR? Karena ‘X’ itu artinya extended. Jadi meetup ini enggak akan cuma membahas dunia virtual reality, tapi juga augmented reality dan mixed reality,” jelas Nico Alyus, Co-founder OmniVR yang secara sederhana menjelaskan perubahan nama dari Jakarta VR Meetup menjadi Jakarta XR Meetup.

Sidiq Permana bersama Project Tango-nya di panggung Binus fX / DailySocial
Sidiq Permana bersama Project Tango-nya di panggung Binus fX / DailySocial

Dan seperti judulnya, Jakarta XR Meetup keenam ini secara menyeluruh bercerita mengenai pengembangan VR/AR yang dijahit dalam cakupan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari daftar empat pembicara malam itu yang berasal dari latar belakang profesi yang berbeda-beda namun masing-masing memiliki keahlian dan ketertarikan yang besar dalam dunia VR/AR.

Setelah dibuka oleh Nico, Head of Program of Games Application & Technology Binus University Michael Yoseph menjadi pembicara pertama malam itu. Sebagai seorang dosen, Yoseph tentunya menerangkan dari sudut pandang pendidikan, di mana ia berpendapat bahwa VR/AR secara nyata dapat menawarkan metode lain dalam mempelajari sesuatu. “Contohnya saat belajar sejarah atau ekosistem bawah laut. Kita tidak perlu ada di sana namun bisa merasakan pengalaman yang nyata untuk mempelajarinya,” ujarnya.

Sidiq bersama mereka yang antusias dengan Project Tanggo milik Google / DailySocial
Sidiq bersama mereka yang antusias dengan Project Tanggo milik Google / DailySocial

Poin tersebut juga diamini oleh pembicara kedua Irving Hutagalung, Audience Evangelism Manager Microsoft Indonesia. Lulusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung ini beranggapan bahwa AR kini, misalnya, dapat membantu mempelajari organ tubuh dengan real-time interaction.

Membawa perspektif baru bagi VR/AR dalam dunia pendidikan, Dosen dari Telkom University Fat’hah Noor Prawita menjelaskan seputar virtual reality untuk disabilitas. “4,7% dari masyarakat Indonesia adalah penyandang tuna daksa,” ujar Fat’hah. Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, para penyandang tuna daksa dan jenis difabel lainnya seringkali lebih memilih untuk beraktivitas dan bermain di dalam rumah.

Untuk itu, Fat’hah dan mahasiswanya kerap kali berkesempatan membuat proyek akhir studi dan bekerja sama dengan beberapa komunitas difabel dan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk membuat produk VR/AR yang membantu kaum difabel untuk merasakan pengalaman akan banyak hal. “Seperti misalnya, kami membuat proyek virtual reality mengenai flying fox untuk mereka yang tuna daksa,” terangnya.

Merasakan pengalaman virtual reality bersama HTC VIve / DailySocial
Merasakan pengalaman virtual reality bersama HTC VIve / DailySocial

Pembicara keempat ialah Sidiq Permana, seorang Google Developer Expert for Android yang malam itu menjelaskan Project Tango dari Google. Menurut Sidiq, saat mengembangkan produk AR, salah satu tantangan yang seringkali dihadapi ialah ketika pengguna melihat suatu objek, kemudian ia mengubah sudut pandangnya, objeknya seringkali hilang atau berpindah (drifting). “Nah, kemampuan ini yang dimiliki Google Tango; kemampuan mengingat dan merekam,” tutur Sidiq.

Sesi terakhir di acara bulanan keenam Jakarta XR Meetup ini merupakan sesi yang biasanya ditunggu-tunggu oleh para peserta meetup ini, yakni mencoba virtual reality device. Malam itu, tiga device tersedia untuk dicoba secara bebas oleh pengunjung Jakarta XR Meetup, antara lain Google Daydream, HTC Vive, dan Lenovo Phab 2 Pro Google Tango.

Disclosure: DailySocial adalah media partner dari event Jakarta XR Meetup 6.0.

inter airport South East Asia dan Gebrakan “SMART Airport”

Coba sebutkan bidang industri mana yang dewasa ini tidak melibatkan teknologi di dalamnya? Jelas bisa ditebak, antara hanya dalam hitungan jari atau tidak ada sama sekali yang melakukan itu.

Dari industri makanan hingga industri pakaian kini sudah merasakan kemajuan yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya dengan produk-produk teknologi informasi dan komunikasi yang telah ditanam di dalamnya. Tak ketinggalan, industri aviasi kini mengadopsi langkah serupa.

Data The SITA Airport IT Trends Survey 2016 memproyeksikan bahwa secara global peningkatan pendapatan bandara akan mencapai $158 miliar hingga akhir tahun, dengan investasi pada instrumen teknologi informasi menyentuh angka $9 miliar. Melihat tahun 2017, tren sehat ini diramalkan akan terus bertumbuh hingga lebih dari 50%, meningkatkan bujetnya dalam memanjakan para penumpang.

inter airport memfasilitasi mereka yang memiliki perhatian lebih kepada dunia aviasi dan teknologi lewat rangkaian event inter airport South East Asia. “inter airport selalu menjadi garda terdepan dalam mengembangkan efisiensi dan operasi sebuah bandara,” ujar Senior Manager Mack Brooks Exhibitions Asia Ltd. Kanokwara (Wendy) Anutarawatr.

inter airport South East Asia adalah tempat berkumpul profesional dunia aviasi dan kebandaraan terbesar se-Asia Tenggara. Exhibition yang dihadirkan di inter airport menyajikan perlengkapan, teknologi, perancangan, pelayanan, dan solusi bandara bagi mereka yang bergelut di industri ini. inter airport South East Asia adalah one-stop shop bagi airport professional.

Suasana event inter aiport / inter airport
Suasana event inter aiport / inter airport

Gelaran tersebut ini berlangsung bersamaan dengan konferensi SMART Airports South East Asia yang akan menyajikan beragam topik dan informasi dari beragam pembicara yang memiliki pengaruh di industri ini.

Pasar smart airport disinyalir akan berkembang hingga US$19.33 miliar per tahun 2024. Ekspektasi ini perlu menjadi landasan bagi para pengelola bandara dalam implementasi ‘bandara pintar’, dan landasan yang kuat akan hadir bila para pelaku kaya akan pengetahuan.

Mendorong konsep dan gagasan tersebut, konferensi SMART Airports South East Asia akan menghadirkan para ahli yang akan berbagi mengenai bagaimana bandara yang ada di setiap negara dapat menghasilkan keuntungan dengan menerapkan best practice dari pengembangan dan rancangan smart airport.

Konferensi tersebut akan dibagi ke dalam empat sesi dengan empat pembahasan utama, yaitu:

  1. Sesi Satu: Bandara sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan pembaharuan perkotaan
  2. Sesi Dua: Perancangan smart airport
  3. Sesi Tiga: Desain bandara ramah lingkungan
  4. Sesi Empat: Mendorong non-aeronautical revenue dan pertumbuhan komersil dari bandara.

Masih bertalian dengan rangkaian inter airport South East Asia, Singapore Aviation Academy (SAA) juga turut serta melangsungkan talkshow yang pembahasannya berkisar pada ranah-ranah penting yang berhubungan dengan bandara di Asia Tenggara. Dua topik utama yang akan dibahas adalah “Inovasi Sistem Pencahayaan di Lapangan Udara” oleh Keith Costall, Associate Speaker SAA dan Technical Services Director Perfect Airport Solutions Pte Ltd, dan “Best Practice dalam Penjaminan Sistem Penanganan Bagasi secara Teknis” oleh Lim Yi, Associate Speaker SAA dan Director of Business Strategy & Development (Asia Pacific) CHS Engineering Services.

“Kegiatan ini sangat memungkinkan pengelola bandara di setiap daerah untuk mendapatkan standar best practice internasional dari smart airport,” jelas Wendy.

“Selama tiga hari itu, Anda tak cuma bisa mencoba peralatan dan teknologi bandara terbaik, namun juga dapat mengakses pembaruan yang ada di industri ini.”

Konferensi dan exhibition inter airport South East Asia akan berlangsung di MAX Atria, Singapore, pada tanggal 15 – 17 Februari 2017. Info lengkap mengenai inter airport South East Asia dan associate event yang ada di dalamnya serta bagaimana pendaftarannya, Anda dapat langsung mengakses situs resmi inter airport South East Asia.


Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh inter airport South East Asia.

Ramalan Investasi Startup di Tahun Ayam Api

Tahun 2016 menunjukkan sikap baiknya kepada kancah startup Tanah Air. Berdasarkan Indonesia’s Tech Startup Report 2016, setidaknya ada empat catatan khusus yang dapat ditinjau dengan seksama.

Laporan tahunan yang disusun oleh DailySocial ini menunjukkan bahwa ranah e-commerce dan fintech masih bersaing ketat sebagai ranah tech startup dengan investasi terbanyak, masing-masing sebesar 21% dan 20%. Itulah fakta pertama yang kemudian diikuti dengan fakta kedua bahwa fintech diprediksi menjadi sektor terpopuler di tahun 2017.

Catatan ketiga, 40% dari investasi startup tahun 2016 ditujukan untuk startup tahap awal (seed) sedangkan 24% ditujukan untuk startup yang telah mencapai tahap Seri A.

Sayangnya, menyambung fakta di atas, catatan keempat dari annual report DailySocial ialah mengenai kurangnya talenta dan akses ke pendanaan yang diproyeksikan masih akan ‘menghantui’ tech startup di 2017 ini.

Tantangan tersebut dapat diubah menjadi peluang oleh para pelaku startup, asalkan mereka dapat memahami secara komprehensif apa yang telah dan akan terjadi pada ekosistem bisnis teknologi rintisan di Indonesia.

Go-Jek, contohnya. Startup yang telah mengakuisisi empat perusahaan teknologi India ini telah memasang standar tersendiri dalam memanfaatkan peluang tersebut, hingga akhirnya berhasil mengeruk pendanaan $550 juta dan secara resmi menjadi startup unicorn pertama di Indonesia.

Bagaimana langkah yang tepat untuk mencapai peluang agar mendapat pendanaan? Apakah pintu untuk meraih gelar unicorn seperti Go-Jek masih terbuka lebar di tahun Ayam Api? Menjawab pertanyaan semacam ini, Mandiri Capital Indonesia (MCI), Metra Digital Innovation (MDI), dan DailySocial.id berinisiatif kembali menggelar DigiTalks yang kali ini mengambil tema Investment Trend in 2017.

DigiTalks: Investment Trend in 2017 / DailySocial
DigiTalks: Investment Trend in 2017 / DailySocial

Diskusi panel DigiTalks pada kesempatan ini akan mengajak para startup owner/founder, revenue officer, business development officer, dan mereka yang ingin terlibat di dalam tubuh tech startup untuk mengenal dan berdiskusi mengenai lanskap pendanaan di tahun 2017 bersama pengamat industri dan venture capitalist, antara lain Raditya Pramana (Investment Manager Venturra Capital) Antonny Liem (CEO Merah Putih Incubator), dan Amir Karimuddin (Editor-in-chief DailySocial Business), yang akan dimoderatori oleh Aldi Adrian Hartanto (Head of Investments Mandiri Capital Indonesia).

DigiTalks yang akan diselenggarakan pada 31 Januari 2017 di Mandiri Inkubator Bisnis ini akan menguak cerita yang berkisar dari soal ekosistem startup Indonesia, pendanaan, juga tantangan dan masa depan tech entrepreneurs, venture capitalist, dan startup anak bangsa.

Dengan mendaftar gratis di sini, Anda akan mendapatkan insight terkini agar bisnis semakin bergengsi di tahun Ayam Api.

Disclosure: DigiTalks adalah kolaborasi bersama Mandiri Capital Indonesia, Metra Digital Innovation, dan DailySocial