LinkNet Resmi Dicaplok XL Axiata

PT Link Net Tbk (IDX: LINK) resmi dicaplok oleh PT XL Axiata Tbk (IDX: EXCL) dan Axiata Berhad. Perusahaan melepas 1,81 miliar saham dengan nilai sebesar Rp8,72 triliun.

Dalam keterangan resminya, Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady mengungkap divestasi saham ini menjadi salah satu strategi transformasi untuk memperkuat neraca dan mengumpulkan dana segar guna investasi lain di masa depan.

Saat ini, saham LinkNet dikuasai oeh Asia Link Dewa Pte Ltd dan Lippo Group melalui anak usahanya PT First Media Tbk (IDX: KBLV). Jumlah saham yang dilepas sebesar 1,81 miliar saham atau mewakili 66,03% dari jumlah saham disetor dan modal ditempatkan.

“LinkNet memiliki prospek cerah. Terlebih lagi, perusahaan mencatatkan kinerja keuangan sehat meskipun di momen pandemi Covid-19, tercermin dari nihilnya utang. Namun, perusahaan butuh strategi ekspansi lebih jauh dan signifikan untuk garap pasar digital di Indonesia,” tuturnya.

LinkNet akan memperkuat layanan konektivitas berbasis fiber optic dan VSAT berkecepatan tinggi, solusi TIK untuk memenuhi kebutuhan bisnis pelanggan, seperti cloud dan data center, dan perangkat penunjang berbasis teknologi lainnya.

Memperkuat bisnis fiber optic

Sebagaimana diketahui, XL Axiata memang tengah menggenjot pembangunan jaringan fiber optic di Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan jaringan segmen B2B. Ini menjadi strategi diversifikasi bisnis XL Axiata ke jaringan tetap (fixed connectivity).

“Tujuan pengambilalihan saham ini adalah untuk mengembangkan dan memperluas jaringan usaha, serta memperkuat posisi XL dan induk usaha di bidang jasa telekomunikasi,” ungkap Sekretaris Perusahaan XL Axiata Ranty Astari Rachman seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI.

Saat ini XL menyediakan layanan broadband berbasis fiber optic melalui produk XL Home dan XL Satu Fiber. Pada produk XL Satu Fiber, layanan ini merupakan gabungan antara layanan fiber optic dan seluler yang dapat dipakai secara bersamaan.

Perusahaan menyebut jumlah rumah yang telah dilewati jaringan fiber optic-nya telah mencapai sebanyak 650.000 rumah di Indonesia. Hingga kuartal III 2921, XL telah membangun 153 ribu jaringan BTS, termasuk di antaranya adalah 69,9 ribu jaringan BTS 4G.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah memproyeksikan pertumbuhan pendapatan industri telekomunikasi keseluruhan sebesar 3% secara tahunan. Rinciannya, bisnis konektivitas diestimasi tumbuh 4%, bisnis Teknologi, Informasi, Komunikasi (TIK) 8%, dan bisnis digital sebesar 12% pada periode 2020-2024.

Proyek Konektivitas Facebook di Indonesia

Facebook saat ini tidak hanya menjadi sebuah situs media sosial yang digunakan banyak masyarakat di Indonesia, namun mereka juga mulai mengembangkan berbagai inovasi yang turut dibawa ke pasar tanah air. Salah satu inovasi dan solusi yang dibawa Facebook adalah proyek-proyek konektivitas.

Beberapa proyek di antaranya adalah, bekerja sama dengan Alita untuk membangun 3000 kilometer kabel fiber untuk menghubungkan lebih dari 1000 titik jaringan di Bali, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Pihak Facebook juga mengklaim bahwa investasi kabel fiber terbesar Facebook di Asia untuk saat ini.

Ketika pembangunannya rampung, diharapkan bisa menyediakan akses internet cepat ke lebih dari 10 juta pengguna. Alita akan berperan untuk memiliki, membangun, memelihara, dan mengoperasikan jaringan dan menyediakan kapasitas grosir untuk MNO dan ISP. Sejak diumumkan pada awal tahun fase awal pembangunan sebesar 1100 kilometer telah dilaksanakan di Bali, Pasuruan, Manado, dan Solo.

“Walaupun Indonesia telah membuat peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir untuk menciptakan koneksi internet yang inklusif, masih banyak penduduk Indonesia yang belum terjangkau internet. Kami ingin menyediakan akses internet yang cepat kepada masyarakat luas, dan karean itu Facebook Connectivity bekerja dengan beberapa mitra di Indonesia untuk mengembangkan teknologi-teknologi baru, model bisnis, dan kemitran yang memberikan suara bagi masyarakat, memperkuat komunitas, dan menciptakan peluang-peluang ekonomi yang baru,” jelas Kepala Konektivitas dan Kebijakan Akses untuk APAC Facebook Tom Varghese.

Selain proyek fiber optik, Facebook juga memiliki kemitran untuk Wi-Fi Express. Yang pertama dengan D-Net sejak tahun 2016, sejauh ini sudah menyediakan 170 titik akses di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur menggunakan Platform Wifi Express. Yang kedua dengan Bali Tower sejak awal tahun 2020. Menyediakan Platform Wi-fi Express  untuk mendukung hotspot Wi-Fi yang tersedia di lebih dari 100 bangunan komersial.

Facebook juga memiliki Terragraph. Sebuah teknologi yang diklaim bisa meningkatkan kualitas akses untuk kabel serat optik maupun Wi-Fi untuk kota-kota padat penduduk. Teknologi ini menggunakan pita 60GHz yang tidak berlisensi di sejumlah negara di dunia.

Proyek konektivitas Indonesia

Di Indonesia sendiri upaya untuk memperluas akses konektivitas dan peningkatan kualitas layanan sudah direncanakan melalui proyek Palapa Ring. Sebuah proyek infrastruktur telekomunikasi untuk pembangunan serat optik sepanjang 36 ribu kilometer melintasi wilayah-wilayah Indonesia, terbagi menjadi 7 lingkar kecil untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Pembangunannya pun sudah selesai.

Yang paling baru, beberapa perusahaan telekomunikasi sedang menguji coba layanan 5G mereka. Dengan demikian, dalam 10 tahun terakhir kecepatan akses internet di Indonesia mengalami perluasan dan perbaikan kualitas yang cukup signifikan.

Bersama Mitra Lokal, Facebook Bangun Jaringan Fiber Optik di Indonesia

Facebook memperluas program Facebook Connectivity ke Indonesia dengan mengget Alita Praya Mitra, perusahaan penyedia jaringan infrastruktur lokal. Facebook ingin membangun jaringan infrastruktur fiber optik sepanjang 20 ribu kilometer untuk meningkatkan konektivitas buat lebih dari 10 juta masyarakat Indonesia.

Direktur Utama Alita Teguh Prasetya menjelaskan, target pembangunan ini akan diarahkan ke Bali, Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Masuk ke kota tier dua dan tiga karena di sana masih ada pasar yang belum bisa dijangkau oleh perusahaan operator dalam menyediakan layanan broadband.

Alita dan Facebook akan menanamkan investasi untuk ketersediaan dan efisiensi distribusi serat backhaul yang lebih baik. Alita akan sepenuhnya memiliki, membangun, memelihara dan mengoperasikan jaringan fiber green field dan menyediakan kapasitas besar untuk operator jaringan seluler dan penyedia jasa internet. Facebook akan memberikan dukungan untuk proses perencanaan jaringan fiber tersebut.

“Dengan tools dari Facebook, pembangunan jaringan ini menjadi lebih cepat dan lebih efisien. Mereka juga mentransfer teknologinya agar bisa kami gunakan secara gratis,” kata Teguh seperti dikutip dari Liputan6.

Teguh melanjutkan dukungan dari Facebook kepada perusahaan tidak hanya dari sisi materi saja. Namun juga sisi teknologi, termasuk transfer pengetahuan. Dia bilang investasi yang diberikan kepada Alita nominalnya kurang dari $100 juta atau hampir 1,5 triliun Rupiah.

“Ini sebagai long term investasi Facebook Connectivity,” katanya dikutip dari Merdeka.com.

Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari mengatakan kerja sama ini penting karena sekitar 3,5 miliar orang di dunia belum terhubung dan merasakan manfaat internet broadband.

“Kami terus mencari model-model baru, kami terus mencari teknologi baru, mitra bisnis baru, dan tentu mitra-mitra strategis di seluruh dunia untuk bagaimana kita bisa addressing problem tersebut,” terang Ruben.

Dia juga menegaskan peran Facebook Connectivity dalam kerja sama bukan sebagai provider. Perusahaan akan memberi dukungan teknologi seperti analitik dan infrastruktur.

Saat ini pembangunan infrastruktur sudah dimulai untuk tahap pertama sepanjang 3 ribu kilometer di Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Pada fase ini nantinya akan menghubungkan 10 juta orang dengan akses internet terbaik.

Adapun Alita kini memiliki akses fiber optik sepanjang lebih dari 3 ribu pembangunan di 40 kota dari enam provinsi, a.l: Denpasar, Bandung, Cilegon, Cirebon, Malang, Manado, Semarang, Serang, Solo, Surabaya dan Tegal.

“Melalui kemitraan ini, kami dapat mendukung 56 kota di 8 provinsi pada akhir 2021. Alita akan terus mengembangkan infrastruktur jaringan akses telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan para penyedia layanan telekomunikasi dan ICT,” imbuh Teguh.

Kancah Facebook Connectivity

Facebook Connectivity adalah program internal dari perusahaan untuk mengatasi soal konektivitas. Dalam perjalanannya, sebelum masuk ke Indonesia, Facebook telah berinvestasi ke berbagai negara, seperti Meksiko, Kolombia, Kongo, Peru dan Brazil; mayoritas masuk ke negara Afrika atau lainnya dengan tingkat ekonomi yang rendah.

Sumber: Facebook Connectivity
Sumber: Facebook Connectivity

Dalam rangkaian program ini, Facebook memiliki berbagai inisiatif. Di antaranya mendirikan Telecom Infrastructure Project (TIP) bersama perusahaan telekomunikasi tersohor seperti Vodafone dan Telefonica. TIP fokus pada pengembangan alternatif teknologi komunikasi yang membuat harga data jauh lebih murah, sehingga lebih banyak orang yang terjun ke dunia online.

Berikutnya ada Terragraph yang lebih diarahkan pada pengembangan solusi konektivitas nirkabel bandwidth tinggi dan murah untuk pusat kota. Malaysia, Puerto Rico, California menjadi contoh negara yang sudah menjajal layanan ini.

Layanan lainnya ada Analytics, Free Basics, High Altitude Connectivity, Internet Exchange Points, Magma, OpenCellular, Rural Access dan Express Wi-Fi. Inti dari seluruh layanan di sini adalah bagaimana orang bisa mengakses internet di manapun lokasi mereka.

Menurut laporan dari 2019 EIU Internet Inclusivity Index, diestimasi ada 3,8 miliar orang di dunia yang belum memiliki koneksi internet yang cepat dan andal. Penelitian ini juga mengungkap dari tahun-tahun sebelumnya, kemajuan teknologi telah berhenti yang menghasilkan kesenjangan digital.

Meskipun layanan internet seluler terus meningkat, masih banyak negara dengan tingkat pendapatan perkapita yang rendah mengalami pertumbuhan yang melambat.

Visi Facebook dalam menghubungkan dunia dengan jaringan internet tentu adalah hal yang mulia. Tapi bisa menjadi perhatian khusus di balik seluruh rencananya ini. Sebab, semakin banyak orang di internet, semakin banyak penambahan pengguna Facebook.

Platform dapat memanfaatkan data-data tersebut untuk membuat algoritma yang jauh lebih canggih, untuk memprediksi bagaimana Anda menanggapi iklan dan bagaimana Anda akan berperilaku.

Facebook bisa memprediksi siapa kandidat yang kemungkinan bakal Anda pilih saat pesta politik. Bahkan saat ini, juga terjadi di Indonesia, akun Facebook bisa menjadi salah satu komponen dalam menentukan skoring kredit saat mengajukan pinjaman. Berapa bunga dan limit yang tepat sesuai dengan jejak online calon nasabah.

Pada akhirnya, pendapatan iklan yang bisa dihimpun Facebook akan semakin tebal. Forbes melaporkan, Facebook mengantongi pendapatan dari iklan sebesar $70 miliar pada tahun lalu. Bila dirata-rata, pendapatan iklan yang dikantongi dari tiap pengguna adalah $7,26 untuk per kuartalnya.

Application Information Will Show Up Here

Telkom Officially Commercialize WiFi Corner

Telkom authorized the commercialization of WiFi Corner by launching its two latest services, WiFi Corner (WiCo 2.0) and WiFi Station. The initiation is an attempt to increase internet broadband penetration throughout Indonesia.

Up to this point, WiFi Corner (WiCo) is known to be located in certain places for internet education and commonly in Telkom Plaza. WiCo is relatively affordable to access.

“WiCo 2.0 and WiFi Station is an attempt to develop Indonesia’s digital society, along with government vision to make Indonesia as the biggest digital economy power in Southeast Asia,” said Dian Rachmawan, Telkom’s Enterprise & Business Service Director on Thursday, (12/28).

He explained, WiCo 2.0 is inspired by internet cafe service (warnet) inviting third party as enterprise partner to help the internet penetration. WiCo 2.0 uses a 100% fiber optic backhaul with speed range starts from 100 mbps and signal range of 50 meters.

Partners only need to provide a location and download MyWiCo app to register as user and top up voucher balance. Furthermore, they can directly sell WiFi.id vouchers for internet user to use in particular places.

Through the voucher sale, Telkom implements a 50:50 profit sharing scheme with starting price of Rp3,500 per two hours. Partners can raise prices according to local conditions.

By these vouchers, partners can earn additional income, making it suitable for women to do a home-based business. For voucher payment, can be done using Finpay or scan QR Code.

For next year, Rachmawan targets WiCo 2.0 will be available in 50,000 new locations. So dar, the old version or WiCo 1.0 is available in around 15,000 points throughout Indonesia.

WiFi Station

Unlike WiCo 2.0, WiFi Station is dedicated service for corporate, providing free internet service for its employees or public customers. For instance, cafe, restaurant, school, campus or coworking space. WiFi Station is targeted to be available in 100,000 new locations by next year.

“The company will take care of the cost, so the end user will not be burdened.”

WiFi Station features are considered useful for business people. Login ID Customization allowing a secure internet connection, while Welcome Page Customization allowing business people to create a brand image of the business through internet WiFi features. In addition, Customer Profiling feature to improve customer engagement.

For Rachmawan, the presence of these two new products are not opposed to the segment of Indihome users which most likely stayed at home. All three are targeting different users.

Rachmawan’s opinion related to the competition with existing player is located in the after sales handling. Telkom has Telkom Akses specialized in providing construction services and network infrastructure management.

“We have subsidiary specialized in handling fiber optic. It is our extra value of other competitors,” Rachmawan concluded.

There are several other companies providing similar services to WiFi Station, such as Biznet Hotspot and Google Station. Google partners with CBN and FiberStar brings free internet access in public places. In Indonesia, Google Station is available in Jabodetabek and Bandung.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Telkom Resmi Komersialkan Layanan WiFi Corner

Telkom resmikan dimulainya komersialisasi layanan Wifi Corner dengan meluncurkan dua layanan terbaru WiFi Corner (WiCo 2.0) dan WiFi Station. Inisiasi ini menjadi upaya perusahaan untuk meningkatkan penetrasi internet broadband ke seluruh Indonesia.

Selama ini WiFi Corner (WiCo) dikenal hanya berlokasi di tempat tertentu untuk sarana edukasi internet dan umumnya ada di Plasa Telkom. WiCo bisa diakses dengan harga relatif terjangkau.

“WiCo 2.0 dan WiFi Station merupakan upaya pengembangan masyarakat digital Indonesia, sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara,” ucap Direktur Enterprise & Business Service Telkom Dian Rachmawan, Kamis (28/12).

Dian menjelaskan, WiCo 2.0 terinspirasi oleh layanan warung internet (warnet) dengan mengajak pihak ketiga sebagai mitra yang berasal dari kalangan UKM untuk membantu penyebaran penetrasi internet. WiCo 2.0 menggunakan backhaul 100% fiber optik dengan kecepatan mulai dari 100 mbps dan jangkauan sinyal maksimal 50 meter.

Mitra hanya perlu menyediakan lokasi, dan mengunduh aplikasi MyWiCo untuk mendaftar sebagai pengguna dan top up saldo voucher. Setelah itu, mitra dapat langsung berjualan voucher WiFi.id kepada pengguna internet untuk digunakan di tempat yang sudah disediakan.

Lewat penjualan voucher ini, Telkom menerapkan skema bagi hasil 50:50 dengan harga voucher dimulai dari Rp3.500 per dua jam. Hanya saja mitra dapat menaikkan harga disesuaikan dengan kondisi setempat.

Dengan voucher tersebut, mitra dapat memperoleh penghasilan tambahan, sehingga cocok untuk dilakukan oleh para perempuan sebagai usaha rumahan. Untuk pembayaran voucher, bisa dilakukan dengan Finpay atau scan QR Code.

Dian menargetkan sampai tahun depan, WiCo 2.0 dapat tersedia di 50 ribu lokasi baru. Sementara ini, WiCo versi lama atau 1.0 sudah tersedia sekitar 15 ribu titik di seluruh Indonesia.

WiFi Station

Berbeda dengan WiCo 2.0, WiFi Station lebih diperuntukkan ke segmen korporat yang ingin memberikan layanan internet gratis untuk karyawannya atau pelanggan di tempat publik. Misalnya kafe, restoran, sekolah, kampus, atau coworking space. Untuk WiFi Station, ditargetkan sampai akhir tahun depan dapat tersedia di 100 ribu lokasi baru.

“Jadi end user tidak dibebankan biaya karena sudah ditanggung oleh perusahaan.”

WiFi Station punya fitur yang dinilai bermanfaat untuk pelaku bisnis, di antaranya Login ID Customization memungkinkan penyediaan koneksi internet yang aman, Welcome Page Customization memudahkan pelaku bisnis menciptakan brand image dari bisnisnya melalui fitur layanan WiFi internet. Serta, fitur Customer Profiling untuk meningkatkan customer engagement.

Menurut Dian, kehadiran dua produk terbaru ini tidak berseberangan dengan segmen pengguna Indihome yang lebih diperuntukkan untuk rumahan. Ketiganya menyasar pengguna yang berbeda.

Terkait persaingannya dengan pemain yang sudah ada sebelumnya, menurut Dian, terletak di penanganan setelah purna jualnya. Telkom punya anak usaha Telkom Akses yang khusus bergerak di bidang penyediaan layanan konstruksi dan pengelolaan infrastruktur jaringan.

“Kami ada anak usaha yang khusus menangani fiber optic, jadi ini nilai lebih kami dibandingkan kompetitor,” tutup Dian.

Layanan serupa seperti WiFi Station yang sudah lebih dahulu hadir, di antaranya Biznet Hotspot dan Google Station. Google menggandeng CBN dan FiberStar menghadirkan akses internet gratis di tempat publik. Di Indonesia, Google Station telah hadir di
Jadetabek, Bandung, dan Bogor.

Proyek Kabel Bawah Laut Google Bawa Konektivitas 18 Tbps di Asia Tenggara

Demi meningkatkan kualitas layanan berbasis cloud yang dimiliki, Google saat ini tengah mempersiapkan proyek infrastruktur kabel bawah laut untuk konektivitas di wilayah Asia Tenggara. Proyek tersebut diberi nama INDIGO.

Untuk merealisasikannya, Google telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, termasuk AARNet, Indosat Ooredoo, Singtel, SubPartners dan Telstra. Targetnya kabel fiber optik bawah laut sepanjang 9000 kilometer akan terpasang dan membawakan konektivitas hingga 18 Tbps (terabits per second).

Pertimbangan utama penyelesaian proyek ini adalah semakin banyak pengguna layanan Google Cloud di wilayah Asia Tenggara, khususnya untuk layanan produktivitas seperti Google Apps.

Jalur kabel bawah laut internasional ini akan melayani lalu lintas data Google antara Australia dan Asia, menghubungkan beberapa kota penting  dalam bisnis seperti Perth, Syndey dan Singapura dengan jalur cabang Jakarta.

Proyek ini dijalankan oleh Alcatel Submarine Networks dan diperkirakan akan selesai pada pertengahan 2019 mendatang. Inisiatif ini dinilai akan menjadi investasi paling serius di kalangan penyedia layanan public cloud di wilayah Asia Tenggara.

Menurut pemaparan pihak Google, setidaknya INDIGO akan sangat membantu dan memberikan jaminan konektivitas untuk lebih dari 8 juta komunikasi simultan dengan kualitas tinggi yang dilakukan dengan layanan Google seperti Hangout Video Conference.

Proyek Kabel Laut INDIGO

Tidak hanya Google, perusahaan teknologi lain yang begitu concern dengan kualitas konektivitas juga menggunakan cara yang sama untuk meningkatkan kualitas layanannya. Tahun lalu insiatif tersebut muncul dari hasil kemitraan Microsoft dan Facebook. Keduanya membangun proyek “MAREA”, sebuah infrastruktur kabel bawah laut dengan kapasitas kecepatan mencapai 160 Tbps. Mengalahkan proyek Google sebelumnya “FASTER” yang mencapai 60 Tbps.

Didukung Google, Indosat Ooredoo Resmi Perkenalkan Servis Home Internet GIG

Meski tidak terlalu terekspos, beberapa orang mungkin sempat mendengar upaya Indosat memantapkan langkah di bidang penyediaan home internet. Sejak triwulan kedua 2015, mereka memperkenalkan GIG ke area-area ‘high residential‘ di Jabodetabek dan Bandung. Jumlah peminat yang terus meningkat membuat Indosat Ooredoo semakin percaya diri.

Baru pada tanggal 18 Februari 2016, Indosat Ooredoo mengumumkannya secara lebih resmi. Ditargetkan kepada konsumen rumahan, GIG menjanjikan satu hal simpel, yaitu laju internet sampai 1Gbps. Namun mereka tidak bermanuver sendiri. Indosat turut menggandeng Google buat menyempurnakan layanan mereka. Ada tiga produk Google yang menjadi pilar GIG: Chromecast, Chromebook dan Google Drive.

Indosat GIG 09

Dengan menjadi pelanggan GIG, Anda ditawarkan koneksi full fiber optic tanpa batas dan stabil mulai dari 15Mbps. Tim Indosat Ooredoo mengklaimnya sebagai internet rumah pertama yang betul-betul mencapai 1 gigabit per detik (atau 125MB per detik). Dari penuturan CEO Alexander Rusli, GIG ditujukan untuk menyuguhkan akses lebih baik dan lebih luas di tempat tinggal kita, sehingga anggota keluarga dapat menikmati hiburan bersama-sama.

Indosat GIG 01

Untuk membuktikan kecanggihannya, Chief New Business & Innovation Officer Prashant Gokarn melakukan demonstrasi speed test langsung dari panggung presentasi. Begitu dimulai, jarum indikator segera melesat ke posisi tertinggi. Dan hebatnya lagi, kecepatan unduh serta unggahnya terbilang setara (di demo, upload malah lebih cepat 13Mbps), dan ping cuma 2ms.

Indosat GIG 08

Sang CEO yakin GIG merupakan sebuah game-changer, ia optimis servis baru tersebut dapat mengubah cara khalayak berinteraksi dengan perangkat mereka. Sejauh ini pelanggan GIG dibebaskan buat mengakses segala jenis konten internet tanpa pemblokiran apapun, selama legal. Menjawab singkat pertanyaan saya mengenai fair usage policy, Alex berkomentar singkat, “Tidak ada FUP.”

Indosat GIG 07

Lewat GIG, Indosat Ooredoo mempunyai visi untuk ‘mengubah gaya hidup user agar lebih digital di tempat tinggalnya’. Lalu ketika anggota keluarga Indonesia kini cenderung asik sendiri dalam menikmati hiburan, via TV ataupun gadget, GIG diracik buat mengembalikan kebersamaan ke ruang keluarga.

Indosat GIG 05

Bersama dengan acara ini, Chromecast akhirnya mendarat di Indonesia. Perangkat sebesar ibu jari tersebut ialah media streaming, memungkinkan kita menayangkan konten smartphone atau tablet ke layar televisi, sehingga keluarga bisa menikmati video beresolusi tinggi dari YouTube dan layanan sejenis. Seorang representasi Google menunjukkan kemudahan pengoperasian Chromecast, dan berkat GIG, load video 4K berjalan sangat singkat.

Indosat GIG 03

Dengan mencolokkan Chromecast ke televisi, handset berperan sebagai unit remote. Pengguna dapat mengendalikan device selama berada dalam satu network Wi-Fi (tim Google belum menerangkan lebih lanjut mengenai ada atau tidaknya guest mode). Chromebook sendiri disajikan lewat paket berbeda, namun Google belum bisa memastikan apakah perangkat akan dipasarkan secara bebas di Indonesia.

Veronica Utami selaku Head of Marketing Google menjelaskan, mereka yakin internet cepat dipadukan bersama device yang tepat akan menghasilkan pengalaman maksimal. Google memprediksi, akan ada banyak hal menarik terjadi ketika banyak masyarakat memperoleh kedua faktor tersebut. Menguatkan tanggapan itu, Alexander berpendapat bahwa kombinasi semuanya dapat mendorong toknologi untuk menyatukan – bukan memisahkan – manusia.

Indosat GIG 02

Indosat Ooredoo memberikan sejumlah skenario pemakaian GIG oleh keluarga: Pertama, kecepatan tinggi memungkinkan ketiadaan buffering ketika video streaming, dan membuat kegiatan browsing jadi mulus; berbagai acara TV dan film anak bisa tersaji tanpa kendala; aplikasi hiburan serta edukasi dapat diunduh tanpa memakan waktu; kemudian para ibu juga lebih leluasa mencari resep makanan.

Terdapat beberapa tier bundel GIG by Indosat Ooredoo untuk menjangkau tiap-tiap kebutuhan konsumen: 15Mbps, 30Mbps, 100Mbps dan 1Gbps. Paket sudah termasuk biaya instalasi, modem fiber, home Wi-Fi, kuota tidak terbatas, layanan pelanggan 24/7, unit Chromecast dan bonus Google Drive 50GB. Di tier 100Mbps, satu buah Chromebook tersedia buat Anda.

Indosat GIG 10

Indosat Ooredoo sendiri belum mengungkap banyak info mengenai paket 1Gbps. Detail dapat diperoleh dengan menghubungi langsung customer support. Di acara peluncurannya, mereka juga tidak menyingkap tarif masing-masing tingkatan kecepatan GIG, hanya menyebutkan kisaran antara Rp 250 ribu sampai Rp 5,5 juta. Kita boleh berasumsi, 1 gigabit menuntut harga termahal.

Di tahun ini, Indosat Ooredoo berencana untuk memperluas layanan GIG ke kota-kota besar lain misalnya Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Makasar, Balikpapan, dan Bali; serta menggapai kawasan-kawasan komplek perumahan.

Sukses Bangun Jaringan Fiber Optic Jawa-Bali, Biznet Kejar Ekspansi Lebih Luas Lagi

Salah satu pemain besar di dunia penyedia layanan internet di Indonesia, Biznet Networks, kemarin (18/6/2015) mengumumkan prestasi terbarunya di bidang pembangunan jaringan. Mereka berhasil membangun jaringan Biznet Fiber sepanjang 1.700 km yang menyambungkan Pulau Jawa dan Bali, sekaligus menambah total keseluruhan jaringan fiber optic-nya menjadi sepanjang 13.000 km, termasuk yang berada di Pulau Sumatera. Continue reading Sukses Bangun Jaringan Fiber Optic Jawa-Bali, Biznet Kejar Ekspansi Lebih Luas Lagi

Bos Tesla Motors Ingin Bangun Jaringan Internet Luar Angkasa

Obsesi manusia untuk membangun koloni di luar angkasa perlahan menumbuhkan ide-ide baru di kalangan para ilmuwan dan penggiat teknologi. Salah satunya adalah Elon Musk. Bagi yang belum mengetahui, bos Tesla Motors ini juga memiliki perusahaan SpaceX yang berfokus pada perkembangan teknologi transportasi luar angkasa. Continue reading Bos Tesla Motors Ingin Bangun Jaringan Internet Luar Angkasa

Telkom dan Jasa Marga Sepakat Kembangkan Bisnis Fiber Optik

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) ternyata tak hanya fokus dalam membangun bisnis tol, perusahaan “berplat merah” tersebut dikabarkan berniat memaksimalkan aset-aset mereka di sekitar jalan tol sebagai sumber pendapatan dengan menyiapkan  perusahaan patungan (Joint Venture/JV) bersama PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Perusahaan gabungan ini nantinya akan menggeluti bisnis membangun jaringan kabel serat optik.

Continue reading Telkom dan Jasa Marga Sepakat Kembangkan Bisnis Fiber Optik