MDI dan Finch Capital Bukukan Putaran Pendanaan Pertama untuk “Arise Fund” Senilai 573 Miliar Rupiah

Kendaraan investasi hasil kolaborasi MDI Ventures dan Finch Capital yang dinamai “Arise Fund” berhasil menutup debut penggalangan dana senilai $40 juta atau setara 573 miliar Rupiah. Putaran ini melibatkan beberapa investor korporat, bisnis keluarga, serta konglomerat high-net-worth di Indonesia, termasuk Metrodata Electronics.

Dana kelolaan ini ditargetkan dapat menjangkau 25 bisnis yang fokus membangun industri teknologi di Asia Tenggara terutama Indonesia. Setidaknya ada lima portfolio yang siap diumumkan di akhir tahun ini. Kesepakatan yang tengah dalam tahap finalisasi tersebut berkisar pada sektor SaaS, B2B commerce, agritech, dan fintech.

Partner Arise Fund Aldi Adrian Hartanto mengungkapkan bahwa terlepas dari kehadiran banyak pendiri berkualitas dalam satu dekade terakhir, tantangan muncul dari alokasi modal yang tidak proporsional. Hal ini membuat para pengusaha kelimpungan untuk mengamankan modal di masa perlambatan ekonomi kawasan seperti saat ini.

Diperkenalkan pada akhir tahun 2020, Arise fokus pada investasi pasca-seed dan pra-seri A dengan ticket size mulai dari $250.000 hingga $3 juta per putaran. Selain itu, perusahaan juga menawarkan modal jangka panjang,  jaringan go-to-market strategis, serta terlibat langsung dengan portofolionya.

Managing Partner Finch Capital, Hans De Back turut mengungkapkan, “Kami telah melihat banyak perusahaan tahap awal berjuang untuk mengakses pasar yang tepat, yang tercermin dari kurangnya daya tarik [..] Peran kami adalah untuk memecahkan masalah ini dengan strategi go-to-market melalui kolaborasi dengan jaringan mitra perusahaan kami seperti Metrodata dan perusahaan portofolio. Dengan cara ini, kami dapat memungkinkan perusahaan untuk tumbuh lebih cepat dan mempersiapkan mereka untuk pendanaan seri A.”

Investasi jangka panjang

Selain menyediakan akses ke mitra go-to-market strategis melalui jaringan LP perusahaannya, perusahaan juga turut menjembatani informasi asimetris terkait model bisnis yang divalidasi, dan memberdayakan modal jangka panjang melalui dana afiliasinya, termasuk Centauri Fund.

Aldi menambahkan, “Startup yang didukung oleh Arise secara ideal akan terus menerima investasi dari Centauri di tahap seri A, MDI Ventures di seri B dan tahap selanjutnya, dan pada akhirnya – dalam beberapa kasus – berpotensi untuk exit melalui akuisisi dengan Telkom Group sebagai salah satu calon pembeli atau IPO.”

Dalam jaringan afiliasi Arise Fund, salah satu modal ventura terbesar di Indonesia dengan total aset mencapai US830+ juta, MDI Ventures telah memiliki 56 portfolio yang tersebar di 10 negara dan menghasilkan 5 exit. Dalam situsnya, Finch Capital sendiri telah memiliki 29 portfolio internasional hingga saat ini.

Dana kelolaan MDI Ventures

Untuk mendorong kesuksesan jangka panjang, LP dan tim strategis Arise memberi penawaran unik untuk para founder. Secara proaktif, perusahaan akan mencari calon pendiri kelas dunia, untuk kemudian bersama-sama membangun perusahaan, sembari tetap melakukan eksplorasi masalah yang dapat menciptakan sinergi dalam lingkaran perusahaan.

Selain itu, startup yang akan menerima investasi dari Arise juga memiliki opsi untuk ikut serta dalam program inkubasi Telkom Indigo Nation. Kesempatan ini diberikan untuk mereka bisa menentukan atau memastikan model bisnis saat ini scalable dan repeatable. Para LP yang terlibat juga berasal dari jaringan dan ekosistem teknologi global di Eropa, Asia dan Silicon Valley.

Bersinergi dengan Striders, Indogen Buka Peluang Portofolionya Jajaki Pasar Jepang

Pemodal ventura yang fokus kepada startup tahap awal Indogen Capital mengumukan perolehan investasi strategis untuk Fund II mereka melalui anak perusahaan Striders Global Investment. Bersamaan dengan investasi tersebut, selanjutnya Striders juga ditunjuk sebagai penasihat Indogen Capital untuk pasar Jepang.

Striders akan membantu Indogen dan perusahaan portofolionya untuk bisa terhubung dengan perusahaan di negeri sakura terkait dengan kegiatan penggalangan dana dan ekspansi pasar.

Di sisi lain, Striders telah menandatangani perjanjian kemitraan dengan Indogen pada bulan Juli 2020, untuk menjajaki peluang dalam ekosistem startup Asia Tenggara. Hingga saat ini beberapa portofolio yang telah diinvestasi meliputi Attention Holdings (esports) dan Travelio (proptech).

Selain Strider, terdapat beberapa investor lainnya yang juga terlibat dalam pendanaan Fund II Indogen Capital yang telah dirampungkan tahun 2020 lalu, hanya saja masih enggan untuk menyebutkan lebih detail. Sementara untuk Fund I Indogen Capital, telah diperoleh sekitar tahun 2017 lalu sebesar $10 juta dengan LP yang terlibat semuanya lokal dan 80% sudah tersalurkan.

“Kami sangat bersemangat tentang apa yang akan terjadi dengan kemitraan ini. DNA kami sejak hari pertama adalah untuk membantu pengusaha tampil lebih unggul di pasar Indonesia. Strider selalu mendukung tesis kami selama bertahun-tahun,” kata VP Indogen Capital Kevin Chandra.

Fokus Investasi Indogen Capital

Dari sisi sumber daya, Indonesia dinilai sangat menggugah dengan semua dinamika gaya hidup dan bisnis di dalamnya. Indogen Capital, sebagai VC dengan pengalaman terkait bisnis keluarga dan jaringan yang kuat, bertujuan untuk menjadi mitra bagi VC asing yang ingin melakukan ekspansi ke pasar Asia Tenggara, khususnya Indonesia

Memanfaatkan Fund II ini, rencana Indogen Capital ke depannya adalah akan tetap fokus untuk berinvestasi pada potential category leader dari berbagai sektor yang memiliki big addressable market. Yaitu dengan terus mereplikasi keberhasilan investasi portofolio yang ada.

Kisah sukses salah satunya adalah Carsome sebagai best practice marketplace jual beli mobil yang berhasil menjadi category leader di marketplace jual beli mobil dan baru saja dinobatkan sebagai  unicorn pertama dari Malaysia. Secara keseluruhan dalam waktu dua tahun ke depan Indogen Capital menargetkan untuk bisa berinvestasi kepada 15-20 startup.

“Covid-19 telah mempercepat adopsi digital dan inovasi. Ini memperkuat keyakinan kami bahwa masa depan ekonomi digital Indonesia masih sangat besar terutama di luar wilayah metro. Saya pribadi percaya bahwa waktunya tidak bisa lebih baik,” kata Managing Partner of Indogen Capital Chandra Firmanto.

Iklim investasi di tahun 2021

Sepanjang paruh pertama 2021 (H1), iklim investasi di Indonesia mendapati tren yang positif. Secara kuantitas dan nominal pendanaan jauh meningkat ketimbang periode yang sama di dua tahun sebelumnya.

Peningkatan pendanaan di paruh pertama 2021 dibandingkan dengan periode dua tahun sebelumnya / DailySocial.id

Menariknya, saat ditinjau dari putaran pendanaan yang didukung, H1 2021 paling banyak adalah tingkat lanjut (seri B atau di atasnya). Mengindikasikan adanya keinginan kuat bagi investor untuk mendukung lebih dalam portofolionya meningkatkan bisnis, kendati tengah berada di masa pandemi.

Pendanaan startup H1 selama tiga tahun terakhir didasarkan serinya / DailySocial.id

Openspace Ventures’ Strategy Post Third Managed Fund Worth $200 Million

In the middle of March 2021, Openspace Ventures announced to complete its third managed fund worth $20 million. This fund has marked a total commitment of $425 million.

Openspace Ventures‘ Director, Ian Sikora revealed to DailySocial that Indonesia is a very important market. In the future, they will continue to focus on enhancing the company’s presence in Indonesia.

“Nearly one-third of our portfolio located in Indonesia and we expect this trend to continue with the third fund. Recently, we welcome Aristo Setiawidjaja as Senior Advisor and Jocelyn Susilo as Senior Analyst, both are based in Jakarta. We will continue to develop our local Indonesian team in the coming months. ”

Openspace Ventures’ first and second fund were launched in 2014 and 2017. Regarding the investment value for Indonesian startups, Ian avoids revealing further detail. However, according to itscommitment, they will continue to actively seek out potential startups in the country.

“Openspace remains agnostic and explores opportunities in each sector. The third fund will target more than 15 investments in Southeast Asia,” Openspace Ventures’ Associate, Tania Shanny Lestari said.

Founded in 2014, the Singapore-based company has a total portfolio of 33 investments across key sectors including logistics, fintech, agritech, edtech, healthtech, cleantech, and B2B SaaS. Indonesia is claimed to be their key country with several investments, including Gojek, FinAccel, Halodoc, TaniHub Group, and the recent ones, iSeller, Zenius, and Pluang.

The Openspace team consists of 25 people from 12 countries. The company held offices in Bangkok, Jakarta, and Manila; also in the process of setting up an office in Ho Chi Minh City.

Supporting woman entrepreneurs

They are currently held activities focused on supporting women entrepreneurs in Southeast Asia by launching special mentoring activities for female entrepreneurs or aspiring entrepreneurs. Apart from celebrating International Women’s Day, Openspace Ventures expects to expand women’s participation in the venture capital ecosystem through this activity in Southeast Asia, including in Indonesia.

To date, there have been around 42 participants registered for this activity, all of which will be directly supported by the Openspace Ventures team. Some of the information or education that will be given to participants includes investment, technology, HR, data science, Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) & impact.

“For those who intend to join, the opportunity is still open until the end of March. There will be a mentoring session to be scheduled according to the skill set request. And the mentors will spend around 1-2 sessions with the participants.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Rencana Openspace Ventures Usai Bukukan Dana Kelolaan Ketiga Senilai $200 Juta

Pertengahan bulan Maret 2021 lalu, Openspace Ventures mengumumkan telah berhasil merampungkan pengumpulan dana kelolaan ketiga dengan nilai mencapai $20 juta. Pendanaan ini juga menjadikan total komitmen kapital yang mereka kelola menjadi $425 juta.

Kepada DailySocial, Director Openspace Ventures Ian Sikora mengungkapkan, Indonesia adalah pasar yang penting bagi mereka. Ke depannya mereka akan terus fokus untuk mengembangkan kehadiran perusahaan di Indonesia.

“Hampir sepertiga dari portofolio kami berada di Indonesia dan berharap tren ini akan berlanjut dengan pendanaan ketiga. Baru-baru ini kami juga menghadirkan Aristo Setiawidjaja sebagai Senior Advisor dan Jocelyn Susilo sebagai Senior Analyst yang keduanya berbasis di Jakarta. Kami akan terus mengembangkan tim lokal Indonesia dalam beberapa bulan mendatang.”

Dana pertama dan kedua yang diterima oleh Openspace Ventures diluncurkan pada tahun 2014 dan 2017 lalu. Disinggung berapa nilai investasi yang bakal dikeluarkan khusus untuk startup asal Indonesia, Ian enggan menyebutkan lebih lanjut. Namun sesuai komitmen yang disampaikan, mereka akan terus aktif mencari startup potensial di tanah air.

“Openspace tetap sektor agnostik dan menjajaki berbagai oportunitas di setiap sektor. Pendanaan ketiga akan menargetkan lebih dari 15 investasi di Asia Tenggara,” kata Associate Openspace Ventures Tania Shanny Lestari.

Didirikan pada tahun 2014, perusahaan yang berbasis di Singapura ini secara keseluruhan telah memiliki portofolio 33 investasi di seluruh sektor utama termasuk logistik, fintech, agritech, edtech, healthtech, cleantech, dan B2B SaaS. Indonesia diklaim menjadi negara kunci mereka dengan beberapa investasi yang telah digelontorkan kepada startup asal Indonesia sebelumnya, seperti Gojek, FinAccel, Halodoc, TaniHub Group. Yang terbaru termasuk iSeller, Zenius dan Pluang.

Tim Openspace terdiri dari 25 orang yang berasal dari 12 negara. Perusahaan memiliki kantor di Bangkok, Jakarta, dan Manila; sedang dalam proses mendirikan kantor di Kota Ho Chi Minh.

Mendukung pengusaha perempuan

Salah satu kegiatan yang saat ini tengah mereka lancarkan untuk mendukung pengusaha perempuan di Asia Tenggara adalah, dengan meluncurkan kegiatan mentoring khusus untuk entrepreneur atau calon entrepreneur perempuan. Selain merayakan Hari Perempuan International, melalui kegiatan ini Openspace Ventures berharap bisa memperluas partisipasi perempuan di ekosistem venture capital di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

Tercatat hingga saat ini sudah ada sekitar 42 peserta yang telah mendaftar kegiatan ini, yang secara keseluruhan akan didukung langsung oleh tim Openspace Ventures. Beberapa informasi atau edukasi yang bakal diberikan kepada peserta di antaranya adalah investasi, teknologi, HR, data science, Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) & impact.

“Untuk mereka yang ingin mendaftar masih terbuka kesempatan tersebut hingga akhir bulan Maret ini. Dari situ nantinya akan di jadwalkan mentoring session sesuai permintaan skill set. Dan para mentor akan menghabiskan waktu sekitar 1-2 sesi dengan peserta.”

EV Growth Officially Merges with East Ventures

East Ventures (EV) announced its leadership for EV Growth, a joint venture formed in 2018 with SMDV and ZVC (formerly Yahoo Japan Capital). This restructuring affects the managerial structure in the internal EV and EV Growth and SMDV teams will join the force.

Roderick Purwana will be appointed as Managing Partner of East Ventures. David Tendian will be appointed as Operating Partner at SMDV. Shiniciro Hori will remain on EV Growth’s investment committee.

This merger is said to make EV the largest venture capitalist in Southeast Asia with more than 60 staff members and 8 partners, including Melisa Irene (Seed Partner), David Audy (Operating Partner), Triawan Munaf (Venture Adviser), and Koh Wai Kit (Venture Partner).

Even though EV has controlled all EV Growth funds, the SMDV and ZVC teams will continue to support and work closely with East Ventures and its ecosystem.

East Ventures’ Co-founder & Managing Partner, Willson Cuaca said, his team has a very strong synergy between EV Growth and the East Ventures ecosystem. This new setting will amplify efficiency and allow the EV to run fierce and faster.

“We will be able to help entrepreneurs in a better, smarter, and wiser way – fully focused on unlocking their potential,” he explained in an official statement, Wednesday (10/3).

East Ventures’ Managing Partner, Roderick Purwana added, SMDV has always been a true supporter of East Ventures and has made dozens of joint investments over the years. The two have discussed formalizing their relationship and working closely for more than 5 years.

“In 2018, we took the first big step by launching EV Growth as a joint venture. After that collaboration, we are ready to take it to the next stage. This merger will allow our founders to expand their combined ecosystem, capabilities, and networks,” Purwana said.

ZVC’s Managing Partner, Shiniciro Hori also commented, “We believe that this transformation will further strengthen our presence and accelerate our investment in Southeast Asia. Z Holdings is to commit more to the Southeast Asian market and leverage group assets as part of the SoftBank Group.”

EV Growth was formed in 2018 with EV Growth Fund I raising a total of $250 million, exceeding the initial target of $150 million. The funds have been invested in more than 20 companies in Indonesia and Southeast Asia. Some of the portfolios are Ruangguru, Waresix, KoinWorks, Shopback, Stockbit, Fuse, Tokopedia, Traveloka, Grab and Gojek. This fund has generated an IRR (internal rate of return) of 27% as of 31 December 2020 with an early exit of MokaPOS to Gojek.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

EV Growth Umumkan Peleburan dengan East Ventures

East Ventures (EV) mengumumkan kepemimpinannya untuk EV Growth, perusahaan patungan yang dibentuk pada 2018 bersama SMDV dan ZVC (dulu bernama Yahoo Japan Capital). Dampak dari restrukturisasi ini adalah perubahan struktur manajerial di dalam tubuh EV dan bergabungnya tim EV Growth dan SMDV.

Roderick Purwana akan ditunjuk menjadi Managing Partner East Ventures. David Tendian akan diangkat sebagai Operating Partner di SMDV. Shiniciro Hori akan tetap menjadi komite investasi EV Growth.

Diklaim penggabungan ini menjadikan EV sebagai modal ventura terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari 60 anggota staf dan 8 mitra, termasuk Melisa Irene (Seed Partner), David Audy (Operating Partner), Triawan Munaf (Venture Adviser), dan Koh Wai Kit (Venture Partner).

Meski EV kini mengendalikan seluruh fund EV Growth, tim SMDV dan ZVC akan tetap mendukung dan bekerja sama dengan East Ventures dan ekosistemnya.

Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan, pihaknya memiliki sinergi yang sangat kuat antara EV Growth dan ekosistem East Ventures. Pengaturan baru ini akan memperkuat efisiensi dan memungkinkan EV berjalan dengan lebih berani dan lebih cepat.

“Kami akan dapat membantu wirausahawan dengan cara yang lebih baik, lebih cerdas, dan lebih bijak – bertumpu sepenuhnya untuk membuka potensi mereka,” terangnya dalam keterangan resmi, Rabu (10/3).

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana menambahkan, SMDV selalu menjadi pendukung setia East Ventures dan telah melakukan lusinan investasi bersama selama bertahun-tahun. Keduanya telah membahas formalisasi hubungan dan bekerja sama lebih dekat selama lebih dari 5 tahun.

“Di tahun 2018, kami mengambil langkah besar pertama dengan meluncurkan EV Growth sebagai upaya bersama. Setelah kolaborasi itu, kami merasa siap untuk membawa hubungan lebih jauh. Penjajaran ini akan memungkinkan para founder kami memperluas ekosistem, kemampuan dan jaringan secara gabungan,“ ujar Roderick.

Managing Partner ZVC Shiniciro Hori turut memberikan komentarnya, “Kami percaya bahwa transformasi ini akan semakin memperkuat kehadiran kami dan mempercepat investasi kami di Asia Tenggara. Z Holdings akan berkomitmen lebih banyak ke pasar Asia Tenggara dan memanfaatkan aset grup sebagai bagian dari SoftBank Group.”

EV Growth dibentuk pada 2018 dengan meluncurkan EV Growth Fund I yang berhasil mengumpulkan total dana $250 juta, melebihi target awal sebesar $150 juta. Dana tersebut sudah diinvestasikan kepada lebih dari 20 perusahaan di Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa namanya adalah Ruangguru, Waresix, KoinWorks, Shopback, Stockbit, Fuse, Tokopedia, Traveloka, Grab dan Gojek. Fund ini telah menghasilkan IRR (internal rate of return) 27% per 31 Desember 2020 dengan early exit yaitu penjualan MokaPOS ke Gojek.

EV Growth Persiapkan “Fund” Kedua Tahun Ini

EV Growth, joint venture antara East Ventures, SMDV, dan Yahoo! Japan Capital, mengungkapkan sedang mempersiapkan fund kedua yang akan dirilis pada tahun ini. Saat ini sudah sedang dalam persiapan dan mendapat komitmen dari jajaran LP.

“Sedang dalam persiapan, sudah ada percakapan, komitmen sudah masuk, tapi belum di-launch, kemungkinan tahun ini,” ucap Managing Partner EV Growth dan Founding Partner East Ventures Willson Cuaca kepada DailySocial, Rabu (6/1).

Willson juga belum bersedia merinci target dana untuk putaran kedua ini. EV Growth mengumumkan fund pertama dengan nilai $250 juta (hard cap) yang diumumkan pada Desember 2019. Angka ini melebihi target awal $150 juta. Sejumlah LP yang bergabung adalah Temasek dan beberapa perusahaan keluarga di kawasan Asia.

Dana investasi tersebut sudah dikucurkan ke berbagai investasi baru dan follow on sepanjang tahun lalu. Misalnya, Waresix dalam pendanaan seri A dan B, KoinWorks untuk pendanaan lanjutan, Traveloka dengan total perolehan dana $250 juta, dan yang teranyar Bibit baru diumumkan kemarin, (5/1).

Rencana tahun ini

(Ki-ka) Mulyono Xu, David Fernando Audy, dan Pascal Christian-Sarana / EV Growth
(Ki-ka) Mulyono Xu, David Fernando Audy, dan Pascal Christian-Sarana / EV Growth

Willson melanjutkan, pada tahun ini EV Growth tetap akan memfokuskan diri sebagai VC yang bermain ke pendanaan tahap lanjut (late stage) seri B ke atas untuk startup Indonesia dan Asia Tenggara.

Sejalan dengan pandemi yang masih berlanjut, terlebih proses vaksinasi akan memakan waktu lebih dari setahun, EV Growth akan terus berinvestasi ke startup-startup yang bisa membawa dampak positif ke ekonomi negara. Terlebih lagi, ia menilai ekosistem startup di Indonesia kini sudah jauh lebih matang dari sebelumnya.

Oleh karena itu pula, kini EV Growth memperkuat tim dengan merekrut lebih banyak talenta dari multi industri yang memiliki skill set mumpuni agar mendapat lebih banyak perspektif. Bersamaan dengan itu, EV Growth mengumumkan tiga talenta profesional. Mereka adalah David Fernando Audy sebagai Operating Partner, Mulyono Xu dan Pascal Christian-Sarana, keduanya sebagai VP of Investment.

David memiliki 18 tahun pengalaman sebagai eksekutif di industri konten dan media. Sebelumnya ia adalah CEO PT Media Nusantara Citra (MNCN). Saat ini, ia merupakan Senior Advisor untuk ThreeBody Capital, dana investasi berbasis di Inggris.

Selanjutnya, Mulyono yang sebelumnya adalah Managing Director BAce Capital. Ia sempat memimpin tiga kesepakatan pendanaan seri A dan beberapa kesepakatan pendanaan tahap lebih awal di Asia Tenggara.

Mulyono pernah terlibat dalam sebagian besar aksi merger, akuisisi, dan kemitraan strategis Alibaba di Asia Tenggara, termasuk Lazada, Tokopedia, dan eWTP. Ia kemudian dipercaya menjadi Country Manager Taobao Malaysia dan mengisi posisi C-level di Lazada Indonesia.

Terakhir, Pascal memiliki tujuh tahun pengalaman mengelola kesepakatan bisnis-lintas negara, investment structuring, dan merger/akuisisi. Sebelum bergabung di EV Growth, dia menempati posisi Direktur Rocket Internet dengan fokus memimpin investasi proptech di Indonesia.

“Kami menyambut David, Mulyono, dan Pascal sebagai anggota baru di tim EV Growth. Mereka membawa pengalaman yang beragam untuk melengkapi tim kami. Ketiganya berbasis di Jakarta dan akan bekerja berdampingan dengan para founder yang berbasis di Indonesia,” ujar Willson dalam keterangan resmi.

Access Ventures Shares the Big Picture After Closing Its Second Fund

Hong Kong-based venture capital firm Access Ventures has completed a second fundraising campaign in early December worth of $30 million. Next year they plan to continue fundraising targeting around $50 million.

Charles Rim, General & Founding Partner of Access Ventures, told DailySocial, the company expects to launch some additional plans, especially after securing funding from Korea Venture Investment Corp. As the situation may improve and make it possible, it is expected that the plan will be finalized by the next quarter.

“We have invested in two startups in Indonesia this year (one of those is Andalin), and we’re so close to finalizing the ongoing fundraising process,” said Charles.

Aside from Vietnam, Indonesia is one of Southeast Asia’s countries Access Ventures focuses on. It is a venture capital company focusing on early-stage startup funding. Apart from Andalin, they also invested in Akseleran, Kata.ai, RevivalTV, and Volantis.

Pandemic and Indonesia’s startup ecosystem

About the pandemic effect on the growth of Access Ventures’ startup portfolio business, Charles said, many startups are having problems running their business, not only those listed in the Access Ventures portfolio. On the other hand, he sees that this pandemic has created an acceleration in digitization which followed by good investment opportunities.

“Indeed, our portfolios will also benefit from this situation, and we have seen that. Investments in online education, esports, digital logistics, and lending are just a few examples,” said Charles.

As the investor’s most preferred Southeast Asia country, Indonesia has its own advantages. From the investor’s perspective, Charles said the government has put bigger efforts and support by providing clarity of regulations to support the ecosystem. This has certainly had delivered quite a few bigger startups.

“However, the negative fact is that it has created competition and a ring for digital talent, this will result in the lack of talent that is necessary for most startups. It would be wise for the government and the education sector to promote studies in engineering and science,” Charles said.

 


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Rencana Access Ventures di Indonesia Setelah Rampungkan Pendanaan Kedua

Perusahaan modal ventura asal Hong Kong Access Ventures telah merampungkan penggalangan dana kedua awal bulan Desember lalu senilai $30 juta. Tahun depan mereka masih memiliki rencana untuk melanjutkan kegiatan penggalangan dana dengan target bisa mengantongi sekitar $50 juta.

Kepada DailySocial, General & Founding Partner Access Ventures Charles Rim mengungkapkan, ada beberapa rencana tambahan yang ingin dilancarkan perusahaan, terutama setelah mendapatkan pendanaan dari Korea Venture Investment Corp. Jika kondisi membaik dan memungkinkan, diharapkan rencana tersebut bisa segera final di kuartal mendatang.

“Kami telah memberikan investasi kepada dua startup di Indonesia tahun ini (salah satunya Andalin), dan dalam waktu dekat kami akan merampungkan proses penggalangan dana yang saat ini masih dieksekusi,” kata Charles.

Selain Vietnam, Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang menjadi fokus dari Access Ventures. Mereka merupakan perusahaan modal ventura yang selama ini fokus kepada pendanaan startup tahap awal. Selain Andalin, mereka juga berinvestasi ke Akseleran, Kata.ai, RevivalTV, dan Volantis.

Pandemi dan ekosistem startup Indonesia

Disinggung seberapa besar pandemi mempengaruhi pertumbuhan bisnis portofolio startup dari Access Ventures, Charles menyebutkan, banyak startup yang mengalami kendala menjalankan bisnis, bukan hanya mereka yang masuk dalam portofolio Access Ventures. Namun di sisi lain dirinya melihat hal tersebut telah menciptakan percepatan digitalisasi yang akan menciptakan peluang investasi yang baik.

“Tentunya perusahaan yang masuk dalam portofolio kami akan mendapatkan manfaat dari kondisi ini, dan kami telah melihat hal tersebut. Investasi dalam pendidikan online, esports, logistik digital, dan peminjaman adalah beberapa contohnya,” kata Charles.

Sebagai negara yang menjadi pilihan kebanyakan investor asing di Asia Tenggara, Indonesia memiliki keuntungan tersendiri. Menurut Charles, dari sisi investor upaya dan dukungan dari pemerintah juga makin besar dengan menyediakan kejelasan peraturan untuk mendukung ekosistem. Hal tersebut tentunya telah melahirkan beberapa startup yang cukup besar jumlahnya.

“Tetapi fakta negatifnya adalah bahwa hal itu telah menciptakan persaingan dan perebutan talenta digital, hal ini akan berimbas kepada masih kurangnya talenta tersebut yang dibutuhkan oleh kebanyakan startup. Akan menjadi bijaksana bagi pemerintah dan sektor pendidikan untuk mempromosikan studi di bidang teknik dan sains,” kata Charles.

Beverage Brand “Haus!” Becomes Sembrani Nusantara’s First Portfolio, Secured 30 Billion Rupiah Funding

BRI Ventures (BVI) through the Sembrani Nusantara Venture Fund invests for the first time in non-fintech startups. It’s also not a technology service developer startup, but a new economy. It is the local beverage brand developer Haus! in the Series A funding round. The nominal has reached 30 billion Rupiah, as well as being Sembrani’s debut investment to startups.

It is said that BVI is completing several other investments through the new managed fund, which will be announced soon. As previously stated, Sembrani Nusantara‘s goal is to find and foster local startups in order to foster a sustainable SME ecosystem.

Since it was founded in 2018 by Gufron Syarif, currently Thirsty! already has 113 branch outlets in the Jabodetabek and Bandung areas. The market segmentation is Gen-Z and millennial, offering a variety of drinks and bread at relatively affordable prices, starting from IDR 5,000.

“With the Series A funding, we support SMEs to move up their game for greater scalability and carry out their expansion outside Jabodetabek. The B2C segment for this category is still very wide and we hope to open up collaboration spaces with an integrated ecosystem,” BVI’s CEO Nicko Widjaja said.

Meanwhile, Haus! CEO, Gufron Syarif said that his current focus is on bringing the business into a wider segment of society, while still promoting affordable products with good quality.

“We have a different strategy from the high-end brands on the market today. We believe that selling beverage and food products at affordable prices can attract more consumers in Indonesia. From the customer experience aspect, we design it in such a way that our outlet can provide convenience for all groups of society,” Gufron added.

The fresh beverage business, which targets a similar segment, is on the rise. Some local venture capitalists (who are used to investing in digital startups) are also starting to get there. Also Alpha JWC Ventures with Goola, Hangry, and Kopi Kenangan; then there is also East Ventures which builds and invests in Fore Coffee.

Covid-19 has definitely had an impact on the F&B industry, but at the same time tests the business mentality of its founders. Some who choose to continue to accelerate their business, carry out the transformation to take advantage of the existing range of services. For example, what Haus! did, when there were social restrictions in the city, they optimized the use of ride-hailing services such as GoFood or GrabFood.

It has not been announced whether after this funding Haus! will also focus on developing digital lines to improve various aspects of the business – just like what several other startups have done. It’s just certain, if the existing players tend to play in the upper-middle segment, Haus! is stil exploring the broader mid-market segment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian