Gojek Dikabarkan Terima Pendanaan Baru dari Siam Commercial Bank

Gojek dikabarkan kembali mendapatkan suntikan pendanaan. Kali ini didapatkan dari bank asal Thailand, yakni Siam Commercial Bank. Tidak disebutkan nominal yang diberikan oleh perusahaan yang “dimiliki” Vajiralongkorn (Raja Thailand yang menjabat sejak tahun 2016; memegang mayoritas saham).

Investasi ini jadi partisipasi tambahan untuk putaran seri F yang tengah digalang Gojek. Beberapa hari lalu, tiga entitas Mitsubishi baru saja menyuntikkan dana untuk target pendanaan $3 miliar pada round ini.

Melihat di lain sisi, ini jadi kontestasi menarik di jajaran investor. Sebelumnya perusahaan otomotif Hyundai dan Yamaha Motor berinvestasi di Grab, lalu Mitsubushi Motor masuk berpartisipasi di Gojek. Lantas di sektor perbankan, sebelumnya Kasikornbank (bank berbasis di Bangkok) juga berinvestasi di Grab pada putaran seri H, lalu kini Siam Bank berinvestasi ke Gojek.

Dari capaian sebelumnya, putaran seri F Gojek diperkirakan telah mencapai $1,6 miliar. Dan telah membawa valuasi perusahaan menembus $10 miliar. Pendanaan seri F terus digalang untuk mengoptimalkan kegiatan ekspansi bisnis di Asia Tenggara. Di Thailand sendiri, Gojek sudah meluncurkan Get, menghadirkan layanan ride-hailing, food delivery, dan delivery.

Application Information Will Show Up Here

Pendanaan Seri F Gojek Disebut Bakal Capai $3 Miliar, Partisipasi Mitsubishi Mantapkan Status “Decacorn”

Mitsubishi kemarin (08/7) secara resmi mengumumkan telah berinvestasi di Gojek. Secara mendetail pendanaan yang masuk babak seri F tersebut diikuti tiga entitas meliputi Mitsubishi Corporation, Mitsubishi UFJ Financial Group, dan Mitsubishi Motors.

Sebelumnya JD, Tencent, Google, dan Astra International juga telah terlebih dulu mengumumkan partisipasinya dalam pendanaan tersebut. Putaran seri F telah dimulai Gojek sejak Oktober 2018.

Memastikan status “decacorn”

Menurut kabar yang beredar, perusahaan menargetkan pengumpulan dana hingga $3 miliar atau setara 42,3 triliun Rupiah di seri F, meningkat dari target sebelumnya $2 miliar. Setidaknya untuk putaran kali ini dikabarkan telah terkumpul $1,6 miliar, sehingga bisa dipastikan masih dibuka partisipasi dari investor lain.

Januari 2019 lalu, pasca pembukaan seri F oleh JD, Tencent, dan Google, valuasi Gojek ditaksirkan telah mencapai $9,5 miliar. Dengan penambahan dari Astra di Maret 2019 dan Mitsubishi di Juli 2019 maka dipastikan status “decacorn” sudah dimiliki oleh perusahaan ride-hailing lokal tersebut.

Sejak April 2018 lalu Gojek sudah digadang-gadang berhasil menjadi decacorn pertama Indonesia.

Mantapkan ekspansi Asia Tenggara

Dalam rilisnya, Chairman Mitsubishi Motors Osamu Masuko mengatakan, ketertarikan grup perusahaan berinvestasi di platform “super app” tersebut lantaran keyakinan dapat bersama-sama memenangkan pasar Asia Tenggara.

Seperti yang diungkapkan Nadiem Makarim, komitmen perusahaan melakukan fundraising pada tahap seri F memang untuk melancarkan ekspansi bisnis. Realisasinya sudah terlihat di beberapa negara, termasuk Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Sebelumnya juga pernah diumumkan pada awal tahun, Gross Transaction Value (GTV) Gojek telah mencapai lebih dari $9 miliar, didominasi dari transaksi Go-Pay yang memproses $6,3 miliar dan Go-Food memproses $2 miliar.

Lantas berbicara jika berbicara persaingan, maka masih akan berkutat antara Gojek vs Grab. Keduanya, dengan ambisi super app, sama-sama ingin memenangkan pasar Asia Tenggara, dengan bentuk layanan yang nyaris serupa.

Keduanya juga sama-sama telah mencapai milestone decacorn. Terakhir diketahui, pasca investasi dari SoftBank’s Vision Fund valuasi Grab mencapai $14 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Go-Ventures Terlibat dalam Pendanaan Seri D Rebel Foods, Kucurkan Investasi Lebih dari 70 Miliar Rupiah

Go-Ventures sebagai unit ventura milik Gojek kembali memberikan investasi untuk startup asal India. Kali ini giliran pengembang platform cloud kitchen Rebel Foods. Nilai pendanaan mencapai $5 juta, dalam putaran seri D.

Sebelumnya di putaran yang sama, beberapa investor lamanya yakni Sequoia Capital India, Lightbox, dan Evolvence India Fund turut berpartisipasi memberikan pendanaan mencapai $15,8 juta.

Rebel Foods sebelumnya lebih dikenal dengan brand Faasos, didirikan pada tahun 2011 oleh Jaydeep Barman dan Kallol Banerjee. Melalui layanannya, pengguna dapat memanfaatkan jasa pesan antar berbagai makanan yang diproduksi dari dapur rumahan.

Jaydeep turut mengatakan kepada media setempat, bahwa masih ada rincian putaran pendanaan seri D yang tengah diselesaikan. Sehingga belum pada tahap penutupan. Sehingga ada kemungkinan nilai investasi untuk putaran ini akan terus bertambah.

Sebelumnya Go-Ventures juga dikabarkan memberikan pendanaan 430 miliar Rupiah kepada pengembang platform e-sports asal India bernama Mobile Premier League.

Waresix Terima Investasi Seri A Senilai 205 Miliar Rupiah dari EV Growth

Peta persaingan startup e-logistik di Indonesia makin memanas. Hari ini (5/7), Waresix mengumumkan perolehan investasi Seri A senilai Rp205 miliar rupiah ($14,5 juta) yang dipimpin oleh EV Growth. Turut berpartisipasi SMDV dan Jungle Ventures.

Pendanaan ini sepenuhnya akan dipakai untuk mengembangkan layanan transportasi darat, memperkuat jaringan gudang hingga ke kota tier dua, membangun R&D demi meningkatkan kemampuan data analisis perusahaan, dan merekrut lebih banyak anggota tim.

“Saat ini, Indonesia sedang mengalami pertumbuhan pesat dalam hal infrastruktur berkat kebijakan-kebijakan pemerintah. Pertumbuhan pesat ini juga akan membantu perluas jangkauan layanan Waresix,” terang Co-Founder dan CEO Waresix Andree Susanto dalam keterangan resmi.

Pendanaan yang diterima Waresix ini, hanya berselang delapan bulan dari pendanaan Pra Seri A yang diperoleh pada Oktober 2018 sebesar Rp23 miliar. Rentang waktu dari pendanaan tahap awal juga cukup singkat, Waresix mengumumkannya pada Februari 2018.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan biaya logistik tertinggi di Asia. Dalam Logistics Performance Index 2018, Bank Dunia menemukan rasio antara biaya logistik dengan PDB masih tinggi di angka 24%.

Padahal kontribusi dari sektor ini hampir seperempat dari PDB Indonesia yang bernilai Rp14.500 triliun. Masih banyaknya isu logistik dan inovasi yang ada belum dianggap solutif, menyebabkan sektor ini makin menarik buat digarap oleh pemain startup.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menamambahkan, “Singkatnya, semakin efisien logistik kita, maka semakin kompetitif produk kita. Ini hanyalah salah satu dari banyak contoh sederhana bagaimana logistik mempengaruhi ekonomi Indonesia. Tapi masih banyak hal yang perlu ditingkatkan.”

Waresix fokus menghadirkan teknologi yang menghubungkan pemilik bisnis atau pihak yang ingin mengirim barang dengan gudang dan truk yang tersedia di seluruh Indonesia. Semangat yang diusung adalah meningkatkan efisiensi distribusi dengan meningkatkan penggunaan aset dan menghilangkan peran pihak ketiga sebagai broker.

Perusahaan menyediakan layanan multi moda yang mencakup transportasi darat dan laut, penanganan kargo, penyimpanan dingin demi memenuhi pergerakan kargo antar pulau di Indonesia.

Co-Founder dan CFO Waresix Edwin menambahkan, Waresix menggabungkan data analisis ke dalam infrastruktur logistik sehingga memudahkan pemilik bisnis untuk mengawasi dan mengontrol penuh produk mereka. Serta, memaksimalkan pemanfaatan ruang penyimpanan milik supplier.

“Dengan begitu, Waresix bisa memastikan ketersediaan transportasi yang cepat dan dapat diandalkan, sekaligus menjaga rantai harga pasokan tetap rendah dan bisa diprediksi,” ujar Edwin.

Disebutkan Waresix kini telah menjangkau lebih dari 20 ribu truk dan 200 gudang sejak resmi beroperasi di 2017.

Sehari sebelumnya, pemain startup manajemen truk Ritase juga mengumumkan pendanaan Seri A sebesar $8,5 juta yang dipimpin Golden Gate Ventures.

Ritase Announces Series A Funding Worth of 120 Billion Rupiah

Management logistics startup for trucks, Ritase announced the Series A funding worth $8.5 million (more than Rp120 billion) led by Golden Gate Ventures. New investors include Jafco Asia and QWC, followed by previous investors Insignia Ventures, Beenext, and Skystar Capital.

Fresh money will be used to tighten up Ritase position in Indonesia, while debuting in the Southeast Asian market.

Ritase‘s CEO, Iman Kusnadi said on this funding, the company is committed to empowering more local logistics on its platform through supply chain finance. Also, greater access to affordable spare parts and trucks through Group Buy features.

“Sustainable and platform improvement are their continuous plan for that will be eventually become a channel to introduce semi-autonomous trucks in Southeast Asia,” he said in an official statement.

Golden Gate Ventures Partner, Hall Justin explained his interest in funding Ritase. For him, when the Indonesian economy grows, a digitalized logistics infrastructure is necessary to meet the couriers and truck drivers demand.

“Ritase will be the cornerstone of digital logistics infrastructure in Indonesia and we are glad to work with Iman [Ritase’s CEO] and his team,” Justin said.

In a previous interview with DailySocial, Iman said this funding will be used to build an R&D office for the autonomous trucking technology development. The Japanese truck manufacturer partner will be involved to realize this ambition.

The business growth is said to be rapid since its debut two years ago. The company is said to facilitate hundreds of deliveries each month using more than 7,500 trucks, 500 transporters, and 7 thousand driver-partners connected to the Ritase app.

A number of company partners who have been using Ritase include Nestle, Unilever, Universal Ribena Corporation (URC), Japfa, Signify, and Lotte. For Nestle, Ritase partnered to fulfill the FMCG industry demand, such as transparency for senders and couriers, digital order processing management, cargo planning, and route optimization.

Ritase provides an open API platform and cloud-based software that allows the sender to access the real-time information from the truck marketplace and the delivery flow.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Telkomsel’s Venture Capital Debut Investment for Kredivo

Today (7/3) Telkomsel, through the investment arm, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) announced new investment for FinAccel (Kredivo). It is supported by MDI Ventures, the investment arm of Telkom Group. There is no further detail or nominal of the funding.

As of the current news, Kredivo’s latest funding was Series B worth 435 billion Rupiah, led by Square Peg Capital involving MDI Ventures, Atami Capital, and its previous investors. Earlier, they also received Series A funding from some investors including Jungle Ventures, Alpha JWC Ventures, 500 Startups, and many more.

“The collaboration between Telkomsel and Kredivo aims to provide payment solutions while maintaining to accelerate thousands of Indonesian retail entrepreneurs by providing alternative financial services for a broaden customer segment,” TMI’s CEO, Andi Kristianto said.

MDI Ventures’ CEO, Nicko Widjaja said, “There are some collaborations and synergies we identified as capable to bring great benefits for Telkomsel and FinAccel. It brought benefits because both parties can go-to-market at once, reaching out to Telkomsel’s broad customers and providing services with significant added value to them.

TMI was officially announced on May 2019. The amount of $40 million (equivalent to 576 billion Rupiah) is prepared to invest in startups operating in Indonesia. Under the initiative, Telkomsel partnered with MDI Ventures and Singtel Innov8. Previously, funding is to focus on big data, IoT, and entertainment industry startups.

Kredivo comes with the right innovations amidst the e-commerce momentum in Indonesia. The service offers “virtual credit cards” for various shopping demand. Regarding market penetration, they currently available in Greater Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Medan, Bali, Yogyakarta, and Solo.

The credit given is within 30 days, 3 months, 6 months and 1-year tenor. Interest per month is up to 2.95%. Currently, the platform has been implemented in almost all kinds of e-commerce operating in Indonesia. Recently, the company founded by Akshay Garg, Alie Tan, and Umang Rustagi also launched a new product of cash loan.

Previously, the one rumored to invest in Kredivo is its series A round investor, Jungle Venture, worth 2.5 trillion Rupiah. However, it seems that it hasn’t been realized until now.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ritase Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A 120 Miliar Rupiah

Startup manajemen logistik khusus truk Ritase mengumumkan perolehan pendanaan Seri A senilai $8,5 juta (lebih dari Rp120 miliar) yang dipimpin Golden Gate Ventures. Investor baru yang turut bergabung di antaranya Jafco Asia dan QWC, diikuti investor sebelumnya Insignia Ventures, Beenext and Skystar Capital.

Dana segar tersebut akan digunakan memperkuat dominasi Ritase di Indonesia, sekaligus memulai debutnya di pasar Asia Tenggara.

CEO Ritase Iman Kusnadi menjelaskan, lewat pendanaan ini perusahaan berkomitmen untuk memberdayakan lebih banyak pengangkut lokal di platform-nya melalui pembiayaan rantai pasokan. Juga, aksesibilitas yang lebih besar ke suku cadang dan truk yang terjangkau melalui fitur Group Buy.

“Pertumbuhan berkelanjutan dan penyempurnaan platform adalah rencana yang terus Ritase lakukan sehingga akhirnya menjadi channel yang memperkenalkan truk semi-otonom di Asia Tenggara,” katanya dalam keterangan resmi.

Partner Golden Gate Ventures Hall Justin menjelaskan, ketertarikannya untuk mendanai Ritase. Menurutnya, ketika ekonomi Indonesia terus tumbuh, perlu infrastruktur logistik yang sudah terdigitalkan untuk memenuhi permintaan yang berkembang untuk pengirim dan pengemudi truk.

“Ritase akan menjadi landasan infrastruktur logistik digital di Indonesia dan kami merasa terhormat untuk bekerja sama dengan Iman [CEO Ritase] beserta timnya,” kata Justin.

Sebelumnya, dalam wawancara bersama DailySocial, Iman menyebut pendanaan ini juga akan dipakai untuk membangun kantor R&D untuk pengembangan teknologi autonomous trucking. Mitra pabrikan truk asal Jepang akan digandeng untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Perkembangan bisnis Ritase bisa dikatakan pesat sejak pertama kali meluncur dua tahun lalu. Diklaim perusahaan telah memfasilitasi ratusan pengiriman tiap bulannya dengan lebih dari 7.500 armada truk, 500 transporter, dan 7 ribu mitra pengemudi yang telah terhubung dengan aplikasi Ritase.

Beberapa nama mitra perusahaan yang telah memanfaatkan Ritase diantaranya Nestle, Unilever, Universal Ribena Corporation (URC), Japfa, Signify, dan Lotte. Untuk Nestle, Ritase menjadi mitra teknologi untuk memenuhi kebutuhan di industri FMCG, seperti transparansi kepada pengirim dan pengangkut, manajemen pemrosesan pesanan digital, perencanaan muatan, dan optimalisasi rute.

Ritase menyediakan platform API terbuka dan perangkat lunak berbasis cloud yang memungkinkan pengirim untuk menikmati akses informasi real time dari marketplace truk dan arus barangnya.

Application Information Will Show Up Here

Modal Ventura Milik Telkomsel Berikan Pendanaan Perdananya untuk Kredivo

Hari ini (03/7) Telkomsel melalui unit investasinya Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) mengumumkan telah memberikan pendanaan baru untuk FinAccel (Kredivo). Pendanaan tersebut juga didukung MDI Ventures, yang merupakan unit investasi milik Telkom Group. Mengenai detail dan nominal pendanaan tidak dipaparkan.

Sebagai informasi, pendanaan terakhir yang didapatkan Kredivo senilai 435 miliar Rupiah dalam putaran seri B, dipimpin Square Peg Capital dengan partisipasi MDI Ventures, Atami Capital, dan investor lamanya. Sebelumnya mereka juga telah mendapatkan pendanaan seri A dari sejumlah investor termasuk Jungle Ventures, Alpha JWC Ventures, 500 Startup dll.

“Kerja sama Telkomsel dan Kredivo tidak hanya bertujuan untuk menyediakan solusi pembayaran, tapi sekaligus  untuk memajukan ribuan pengusaha ritel Indonesia dengan memberikan alternatif layanan finansial yang dapat menjangkau segmen pelanggan yang lebih luas,” CEO TMI Andi Kristianto.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengatakan, “Terdapat sejumlah kolaborasi dan sinergi yang telah kami identifikasi yang mampu menghasilkan manfaat besar bagi Telkomsel dan FinAccel. Kerja sama ini sangat menguntungkan karena kedua belah pihak dapat ‘go-to-market’ secara bersama-sama, menjangkau pelanggan Telkomsel yang luas dan memberikan layanan dengan nilai tambah yang signifikan kepada mereka.”

Inisiatif TMI diumumkan pada Mei 2019 lalu. Dana sebesar $40 juta (setara dengan 576 miliar Rupiah) disiapkan untuk diinvestasikan ke sejumlah startup yang beroperasi di Indonesia. Dalam inisiatif tersebut, Telkomsel bermitra dengan MDI Ventures dan Singtel Innov8. Awalnya pemberian dana akan difokuskan untuk startup di bidang big data, IoT, serta industri hiburan.

Kredivo sendiri hadir dengan inovasi yang pas di tengah momentum e-commerce di Indonesia. Layanannya menawarkan “kartu kredit virtual” untuk beragam kebutuhan belanja. Terkait penetrasi pasar, saat ini mereka baru melayani pengguna di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Medan, Bali, Yogyakarta, dan Solo.

Kredit yang diberikan berdurasi 30 hari, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Bunga per bulan yang diterapkan mencapai 2,95%. Saat ini platform Kredivo sudah diterapkan di hampir semua e-commerce besar yang beroperasi di Indonesia. Belum lama ini perusahaan yang didirikan oleh yang didirikan oleh Akshay Garg, Alie Tan, dan Umang Rustagi tersebut juga meluncurkan produk baru berupa pinjaman tunai.

Sebelumnya yang dikabarkan hendak menyuntik pendanaan baru untuk Kredivo adalah investor lamanya di putaran seri A, yakni Jungle Venture dengan nilai hampir 2,5 triliun Rupiah. Namun tampaknya belum terealisasi sampai saat ini.

Application Information Will Show Up Here

SweetEscape Raises 84.8 Billion Rupiah Series A Funding

A digital platform connecting consumers with professional photographers, SweetEscape, today (7/02) announced a new Series A round. It’s worth up to $6 million or equivalent with 84.8 billion Rupiah. The funding led by Openspace Ventures and Jungle Ventures, also involved in this round Burda Principal Investments and the previous investors.

In the mid-2018, the startup founded by David Soong and Emile Etienne has secured $1 million seed funding led by East Ventures, participated also Beenext, SkyStar Capital, and GDP Venture.

The following funding is to be allocated for AI technology development in order to improve the platform’s capability. In addition, for operational expansion throughout Asia, SweetEscape plans to double up talents by 2019. Currently, the company has more than 100 employees distributed in Jakarta, Singapore, and Manila.

SweetEscape founder and team in Jakarta headquarter / SweetEscape
SweetEscape founder and team in Jakarta headquarter / SweetEscape

SweetEscape’s Co-Founder and CEO, David Soong said, AI technology optimation is highly required to improve post-production process. The hype of technology capability supposed to help photographic image processing.

Based in Jakarta, SweetEscape was founded in 2017. The previous founder, Emile, was also the Co-Founder & COO of Bridestory. Currently, they’ve reached more than 500 cities in over 100 countries.

In Indonesia, SweetEscape has a direct competitor named Frame a Trip, with a similar business model and target market. Founded by some experts in the business and entertainment industry, including Dian Sastro Wardoyo, Frame a Trip is targeting to cover more than 500 cities this year.

Emile as the Co-Founder & COO added, in order to scale up the business, SweetEscape will expand the photography services for all cases. Not only a trip or tour but also for a birthday party, baby shower, graduation, and many more.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Clozette Perkuat Kehadiran di Indonesia, Perkenalkan Platform “Omnichannel” Cool Japan Ecosystem

Startup social content marketing untuk fesyen dan gaya hidup Clozette memperkenalkan platform omnichannel Cool Japan Ecosystem hasil kolaborasi dengan Cool Japan Fund untuk memperkuat eksistensinya di Indonesia dan negara lain tempat perusahaan beroperasi.

“Kami menciptakan Cool Japan Ecosystem multibahasa yang menawarkan beragam konten Cool Japan. [..] Sebagai bagian dari Clozette Indonesia, ekosistem interaktif ini mengakomodasi masyarakat Indonesia untuk ikut serta dalam pengalaman cool culture,” kata Founder & Chief Executive Officer Clozette Pte Ltd Roger Yuen dalam keterangan resmi.

Platform ini diluncurkan pada Juni 2019 sebagai penyedia kreasi konten sosial, dan didistribusikan dengan fitur belanja yang didukung oleh beberapa e-commerce dan partner lain. Konten yang disediakan akan secara spesifik membahas kecantikan, busana, pariwisata, dan gaya hidup terkini di Jepang.

Dalam mengisi konten, perusahaan akan gaet komunitas dan menawarkan reward untuk mereka. Cool Japan tersedia dalam sub menu yang bisa langsung diklik pengunjung Clozette. Tersedia dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia.

Baik tampilan Cool Japan Ecosystem dan Clozette Indonesia kurang lebih mirip. Target pembacanya pun sama, wanita berusia 18 sampai 35 tahun. Yang membedakan, Cool Japan lebih spesifik menyasar kebudayaan Jepang, beda dengan Clozette Indonesia yang lebih kepada fesyen dan gaya hidup secara umum.

“Sejak awal kami menyadari bahwa DNA dari Clozette sangat sesuai dengan misi Cool Japan Fund untuk mempromosikan kultur fesyen, kecantikan, kuliner, pariwisata, dan gaya hidup Jepang ke kancah Internasional. Kami melihat Clozette Indonesia memiliki demografik konsumen yang berpotensi sangat besar untuk dukung keberhasilan Cool Japan,” tambah COO dan CIO Cool Japan Fund Yuju Kato.

Cool Japan Fund adalah investor Clozette terbaru yang masuk dalam putaran Seri C sebesar $10 juta (sekitar Rp141 miliar) pada April 2019. Mereka adalah badan pemberi dana swasta di bawah Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang menyediakan dana investasi untuk menyebarluaskan investasinya dalam bisnis B2C bertaraf global di lintas sektor.

Pendanaan ini diklaim sebagai bukti kesuksesan perusahaan di pasar, dengan kontribusi terbesar dari Indonesia. Roger berencana untuk memakai dananya untuk menciptakan produk baru, meningkatkan kualitas data driven content dan platform analitik, memperluas anak perusahaan yang dimulai pertama kali di Thailand, memperluas pasar baru, atau mengakuisisi perusahaan lain.

Selain didukung Cool Japan Fund, terdapat pula Walden International dan Philip Private Equity dalam jajaran investor.

Perkembangan Clozette

Clozette menciptakan strategi pembuatan konten storytelling yang dipadukan dengan otentikasi editorial yang disesuaikan keinginan pembaca. Sejak pertama kali hadir di 2010, Clozette telah memiliki 100 orang, tersebar di empat negara di Asia Tenggara dan Jepang.

Secara group, Clozette beroperasi di lima negara, Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Jepang. Jika ditotal, situs Clozette telah dikunjungi hingga 13,7 juta kali dalam sebulannya.

Tanpa disebutkan secara detil, pertumbuhan dan profitabilitas Clozette diklaim tumbuh pesat di mana pertumbuhan pendapatan di tahun lalu lebih dari 140%. Hal ini didukung oleh kontribusi dari Indonesia sebesar 200%.

Situs dan aplikasi Clozette Indonesia telah dikunjungi lebih dari 2 juta unique visitor tiap bulannya. Pembacanya 99% perempuan, mayoritas berusia 18-24 tahun (41%) dan 25-34 tahun (41%). Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Makassar.

Kreator yang telah digaet telah lebih dari 3.500 orang dengan jangkauan sosial kolektif lebih dari 600 juta orang.

Awalnya, Clozette Indonesia bernama Clozette Daily, hasil kolaborasi dengan Female Daily Network pada Oktober 2012. Namun kemitraan antara keduanya berakhir di 2014. Clozette memutuskan untuk berdiri sendiri dengan nama badan hukum PT Clozette Interaktif Indonesia.

Application Information Will Show Up Here