Akseleran Kantongi Dana Segar Baru 35 Miliar Rupiah, Fokus Kejar Izin Resmi dari OJK

Platform P2P lending Akseleran menyebutkan telah mendapatkan dana segar senilai $2,5 juta atau sekitar Rp 35 miliar dari bank dan sejumlah perusahaan modal ventura asing dan lokal. Dalam acara temu media hari ini (07/02), CEO Akseleran Ivan Tambunan menyebutkan, target awal perusahaan untuk putaran pendanaan Seri A ini adalah $7,5 juta atau sekitar Rp 105 miliar. Jika sesuai dengan rencana, keseluruhan penggalangan dana akan final pada bulan Maret atau April 2019.

Dengan dana tersebut, Akseleran berniat mengembangkan teknologi, terutama mempermudah penggunaan aplikasi (UI/UX), menambah jumlah tim, dan memperluas area layanan di Pulau Bali dan Sulawesi. Perusahaan juga berencana meluncurkan sejumlah produk baru.

Akseleran menyebutkan di awal tahun ini mereka telah bekerja sama dengan Tokopedia dan Bukalapak. Dengan menggandeng dua platform marketplace besar ini, perusahaan berharap bisa menambah jumlah penerima pinjaman tahun ini.

“Targetnya hingga akhir tahun 2019 Akseleran telah memiliki lebih dari 2000 penerima pinjaman. Saat ini kami telah mendapatkan sekitar 450 penerima pinjaman. Kami juga memiliki rencana untuk memperluas kolaborasi dengan [pihak] B2B untuk menambah jumlah penerima pinjaman,” kata Ivan.

Sepanjang tahun 2018 lalu, Akseleran menyalurkan total pinjaman Rp210 miliar. Hingga akhir tahun ini, Akseleran memiliki target menyalurkan dana senilai Rp 1,2 triliun.

“Kami juga telah mengalami peningkatan dari jumlah pemberi pinjaman hingga 56 ribu setelah sebelumnya pada tahun 2018 sebanyak 25 ribu. Kebanyakan berasal dari kalangan individu dan tiga instansi finansial [Indo Surya, Global Indo, dan Andalan],” kata Ivan.

Saat ini perusahaan telah memiliki empat produk pinjaman untuk bisnis, yaitu jaminan invoice (berkontribusi 85% terhadap total pinjaman), inventory financing, capital expenditure (capex), dan online merchant financing.

“Selama ini kita mencatat 75% adalah repeat transaction. Hal ini menunjukkan keseriusan pemberi pinjaman terhadap daftar penerima pinjaman yang bergabung dalam platform Akseleran,” kata Ivan

Finalisasi izin dan penambahan produk

Akseleran juga mulai menambah produk consumer loan yang dirilis ke publik sejak Januari lalu. Khusus di segmen ini, Akseleran ingin menggandeng mitra yang relevan. Di awal Akseleran menggandeng Best Finance.

“Kita juga memiliki rencana untuk meluncurkan employee loan. Meskipun masih dalam tahap persiapan, namun jika sudah siap dirilis layanan ini kami pastikan bisa berguna untuk pegawai berdasarkan rekomendasi langsung dari perusahaan,” kata Ivan.

Sebagai layanan P2P, Akseleran mengklaim mampu menekan nilai NPL menjadi 0,5%. Angka ini berhasil dicapai sesuai dengan komitmen yang hanya fokus kepada bisnis midsize, seperti minyak dan gas, ritel, dan konstruksi. Bisnis tersebut, menurut Ivan, bersifat pasti sesuai dengan kontrak yang telah didapatkan penerima pinjaman. Hal tersebut meyakinkan pemberi pinjaman untuk terus memberikan pinjaman melalui Akseleran.

Untuk memperkuat posisi sebagai platform P2P lending, Akseleran berharap bisa mengantongi izin OJK tahun ini. Proses tersebut membutuhkan waktu dan persiapan, termasuk proses seamless digital signature dan permintaan OJK agar fintech lending menyimpan uang di rekening perantara (escrow account) tidak lebih dari dua hari.

“Sesuai dengan regulatory sandbox dari OJK, kami pun berniat untuk bisa melengkapi semua permintaan dan persyaratan yang ada agar kemudian izin resmi bisa segera kami kantongi dari OJK tahun 2019 ini,” kata Ivan.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Officially Announces First Phase of Series F Funding

Today (2/1), Gojek officially announces the first phase of Series F funding led by Google, JD.com, and Tencent. Some investors, such as Mitsubishi Corporation and Provident Capital are involved in this round. It was previously reported, also Gojek’s target on raising $2 billion.

The investment will be focused on market penetration in Indonesia and expansion in Southeast Asia. It’s highlighted in the release that post Series F funding, founders will still have control on the decision and company’s provisions. It’s to realize Gojek’s short-term vision.

“Our vision is to create useful things for Indonesia and give positive social impact through technology. Gojek has successfully initiate the multi-sided platform model, millions of users can access various services for daily needs, entrepreneurs and partners can access customers, increase their income, and at the same time, getting access to various financial services,” Nadiem Makarim, Founder & CEO Gojek Group.

It also mentioned, Gojek’s Gross Transaction Value (GTV) has exceed $9 billion, mostly from Go-Pay transaction around $6.3 billion and Go-Food around $2 billion. Regarding expansion result, Go-Viet in Vietnam is currently raised 40% of the two-wheeler transportation market since established in August 2018.

“Along with the company’s international expansion, we’re proud to take our vision to more countries in Southeast Asia, also put Indonesia as the region’s technology innovation center in the world map,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Resmi Umumkan Perolehan Fase Pertama Pendanaan Seri F

Hari ini (01/2) Gojek resmi mengumumkan perolehan pendanaan fase pertama putaran seri F yang dipimpin oleh Google, JD.com, dan Tencent. Beberapa investor lain termasuk Mitsubishi Corporation dan Provident Capital terlibat dalam pendanaan ini. Pendanaan ini sebelumnya sudah dikabarkan, termasuk target Gojek mendapatkan $2 miliar dari putaran pendanaan tersebut.

Dana investasi akan difokuskan untuk memperdalam penetrasi pasar di Indonesia serta memperkuat ekspansi Gojek di Asia Tenggara. Dalam rilis yang kami terima turut ditekankan, pasca pendanaan seri F para pendiri akan tetap memiliki kontrol terhadap keputusan dan arah kebijakan perusahaan. Tujuannya agar bisa merealisasikan visi jangka panjang Gojek.

“Visi kami adalah untuk selalu menciptakan hal-hal bermanfaat untuk Indonesia dan memberikan dampak sosial yang positif melalui teknologi. GOJEK telah sukses mempelopori model multi-sided platform, jutaan pengguna dapat mengakses berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para pelaku wirausaha dan mitra dapat mengakses pelanggan, meningkatkan pendapatan mereka, dan pada saat yang sama, mendapatkan akses terhadap berbagai layanan keuangan,” sambut Founder & CEO Gojek Group Nadiem Makarim.

Disampaikan juga, saat ini Gross Transaction Value (GTV) Gojek telah mencapai lebih dari $9 miliar, didominasi dari transaksi Go-Pay yang memproses $6,3 miliar dan Go-Food memproses $2 miliar. Terkait hasil ekspansi, Gojek juga mengumumkan bahwa keberadaan Go-Viet di Vietnam saat ini telah meraih sekitar 40% dari pangsa pasar layanan transportasi roda dua sejak diluncurkan Agustus 2018 lalu.

“Seiring dengan ekspansi internasional perusahaan, kami bangga dapat membawa visi kami ke lebih banyak negara di Asia Tenggara sekaligus menempatkan Indonesia pada peta dunia sebagai pusat inovasi teknologi di kawasan ini,” lanjut Nadiem.

Application Information Will Show Up Here

Fore Coffee Dapatkan Pendanaan Lanjutan Senilai 118 Miliar Rupiah

Fore Coffee, startup “on-demand specialty coffe” hari ini (31/1) mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan senilai $8,5 juta (setara dengan 118.7 miliar Rupiah). Pendanaan kali ini didapat dari sejumlah investor, meliputi East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, dan beberapa angel investor.

Sebelumnya Fore Coffe telah terlebih dulu mendapatkan pendanaan awal dari East Ventures pada September 2018 lalu. Sebagai informasi, Fore Coffee adalah proyek binaan East Ventures, setelah Ev Hive dan Warung Pintar.

Dana modal baru ini akan dimanfaatkan Fore Coffee untuk mempercepat inovasi dalam memberikan pengalaman online-to-offline (O2O) untuk penjualan produknya. Selain itu pihaknya mengaku akan mempergunakan dana untuk berinvestasi pada mesin teknologi guna menghasilkan kopi yang lebih berkualitas.

Startup ini didirikan oleh tiga orang co-founder, yakni Robin Boe, Jhoni Kusno, dan Elisa Suteja — Elisa adalah mantan Associate East Ventures. Visinya ingin mengembalikan kejayaan kopi di Indonesia, khususnya biji kopi arabika untuk specialty coffee.

“Kami menggunakan berbagai teknologi, mulai dari aplikasi mobile yang kami buat sendiri, serta teknologi yang telah ada, seperti MokaPOS untuk memantau pembayaran, Member.id untuk loyalty platform, serta GO-FOOD, GrabFood, dan TravelokaEats sebagai platform distribusi,” terang CEO Fore Coffee Robin Boe menerangkan pemanfaatan teknologi dalam startupnya. Jika diperhatikan, mitra penyedia teknologi tersebut kebanyakan bagian dari portofolio East Ventures.

“Visi kami adalah untuk menjadikan Fore Coffee sebagai pemain penting yang bisa memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen kopi berkualitas tinggi nomor satu di dunia. Berbeda dengan pemain lain, kami tidak melihat kopi sebagai tren minuman yang hanya bersifat sementara, namun sebagai sebuah komoditas penting yang bisa mendorong ekonomi domestik dan bisa dinikmati sebagai gaya hidup masyarakat Indonesia untuk jangka panjang,” lanjut Co-Founder Fore Coffee lainnya Elisa Suteja.

Gunakan strategi O2O, Fore Coffee mengintegrasikan teknologi seperti aplikasi mobile dengan kehadiran toko ritel. Aplikasi dibuat untuk memudahkan pelanggan dalam mendapatkan produk yang diinginkan. Di sisi outlet, Fore Coffee mendesain beberapa kedai hanya untuk melayani pemesanan secara online saja. Saat ini pihaknya telah mengoperasikan 16 outlet di berbagai lokasi di Jakarta.

Menanggapi investasi ini, Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, Fore Coffee merupakan persilangan hipotesis antara industri kopi dan ekonomi digital Indonesia. Pihaknya terus berusaha untuk memperbaiki rantai industri kopi melalui konteks ekonomi digital masa kini.

“Fore Coffee adalah UKM baru yang tidak bisa eksis di Indonesia beberapa tahun lalu. Namun sekarang, ekosistem digital yang telah berkembang di Indonesia membuat UKM seperti Fore Coffee mendapatkan momentum […] Fore Coffee adalah sebuah model ‘UKM Super’, sebuah UKM yang berhasil memanfaatkan teknologi dan ekosistem digital. Bila kami bisa melakukannya, UKM lain tentu juga bisa,” ujar Willson.

Soal investasi untuk startup pengembang kedai kopi, ini bukan satu-satunya di Indonesia. Sebelumnya Alpha JWC Ventures juga telah mengucurkan pendanaan senilai $8 juta untuk Kopi Kenangan. Industri kedai kopi secara kasat mata memang tengah menggeliat naik, khususnya di kalangan konsumen milenial – baik berbentuk cafe maupun brand minuman kopi.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Eragano, Gandeng Tangan, Kostoom, WeCare Pasca Ikuti Akselerator “Remake City Jakarta”

Eragano, Gandeng Tangan, Kostoom, WeCare telah menyelesaikan program akselerator Remake City Jakarta Batch 2 selama lima bulan. Dalam perjalanannya, keempat startup mengaku siap lebih ekspansif berkat pembekalan berupa rangkaian coaching dari para mentor dan dana hibah yang telah mereka terima.

Remake City adalah program akselerator yang diinisiasi oleh Crevisse Partners dari Korea Selatan, memfokuskan pada pemecahan masalah sosial melalui bisnis yang inovatif. Remake City Jakarta ini kedua kalinya digelar sejak 2017. Tak hanya di Jakarta, Remake City juga diadakan di Seoul dan Hanoi.

Di Indonesia, Crevisse Partners bekerja sama dengan UnLtd Indonesia dan Instellar dalam penyelenggaraannya. Juga berkolaborasi dengan Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan Merry Year Social Company (MYSC).

“Sekarang ini sudah banyak startup yang muncul dan banyak pula yang mendesain startup-nya untuk menyelesaikan masalah sosial. Program ini hadir untuk dorong bisnis mereka lebih sustain dengan berbagai pembekalan dari kami,” ujar CEO Instellar Romy Cahyadi, Rabu (30/1).

Pada batch kedua ini, sebanyak 30 startup mendaftarkan diri. Lalu disaring menjadi empat startup saja yang siap dibina untuk pendampingan selama lima bulan. Keempat startup menerima dana hibah masing-masing sebesar US$25 ribu dari KOICA yang dapat dipakai untuk pengembangan bisnis mereka.

Setelahnya akan ada pendanaan lanjutan tahap pra seri A dari Crevisse Partners untuk salah satu dari keempat startup tersebut. Hanya saja, menurut Romy, belum ditentukan siapa yang berhak lantaran pihak investor menunggu traksi pasca Remake City Jakarta resmi berakhir.

“Biasanya butuh dua sampai tiga bulan sampai Crevisse Partners menentukan siapa yang berhak dapat follow up investment sebab mereka mau lihat bagaimana traksi bisnisnya.”

Pada batch pertama, startup yang mendapat pendanaan dari Crevisse Partners adalah Crowde, startup yang bergerak di bidang fintech lending untuk industri pertanian.

Rencana berikutnya empat startup

Dalam pertemuan bersama sejumlah media, keempat startup saling berbagi pandangan dan rencana berikutnya pasca mengikuti program akselerator Remake City Jakarta. CEO Eragano Stephanie Jesselyn mengatakan selama program berlangsung pihaknya mengembangkan model Teory of Change yang dapat diaplikasikan ke bisnis mereka dan mencari tahu lebih dalam dampak sosial dari pilot project yang sedang dikerjakan.

Bahkan Stephanie menuturkan pihaknya sedang mempersiapkan rencana untuk ekspor hasil panen petani ke Sri Lanka, Filipina, dan Amerika Serikat. Juga melebarkan sayap bisnis ke Myanmar, Vietnam, dan Filipina.

“Target kami tiga tahun lagi, kami dapat menggaet 10%-20% petani di Indonesia dan bisa membuka bisnis kami, mungkin yang paling terdekat Myanmar ya,” katanya.

Eragano adalah platform keuangan dan marketplace yang terintegrasi untuk petani kecil. Terdapat 5 ribu petani yang terbantu dari layanan Eragano dari total 300 ribu petani terdaftar dalam platform Eragano.

CEO Gandeng Tangan Betania Jezamine Setiawan mengaku perusahaan sangat terbantu dengan mentoring dan dana hibah yang diterima. Aplikasi Gandeng Tangan sedang diproses agar permudah gaet pengguna, sudah hadir pada November 2018.

Pengembangan berikutnya, merombak tampilan situs agar lebih menarik, pengembangan program referral, dan panduan untuk bantuan peminjam.

“Aplikasi itu sangat dibutuhkan untuk permudah agen kami dan pengguna mengakses Gandeng Tangan tanpa harus buka dari situs lagi,” kata Jezammine.

Gandeng Tangan berdiri secara resmi sejak awal 2017. Bisnis intinya adalah layanan p2p lending untuk usaha mikro. Terdapat 1.300 peminjam, dan 11.800 pendana yang terdaftar di Gandeng Tangan, menyalurkan pinjaman sekitar Rp5 miliar.

Startup berikutnya adalah Kostoom, menghubungkan pelanggan dan pelaku usaha mode dengan penjahit rumahan melalui platform. CEO Kostoom Putry Yuliastutik mengatakan pihaknya terbantu karena dapat mengembangkan sistem inti baru yang dapat menaungi layanan yang ada dan masa depan. Juga peluncuran layanan baru yakni suplai bahan konveksi dan studio foto untuk bantu pemasaran pengguna.

“Sebelum menerima dana hibah, kami selalu menggunakan pemasaran secara organik dengan dana yang ada. Sekarang kami akan mulai agresif beriklan dan merombak tampilan situs,” kata Putry.

Terakhir adalah WeCare, startup yang bergerak di bidang crowdfunding untuk pasien yang kurang mampu dan membutuhkan bantuan medis. Co-Founder, CEO & CTO WeCare Gigih Septianto menuturkan berkat Remake CIty, pihaknya dapat melakukan product fit untuk program keanggotaan Sehati dan strategi pemasaran O2O.

Sama seperti Gandeng Tangan, WeCare akhirnya memiliki aplikasi dan pembaruan situs dengan tambahan fitur seperti wellness marketplace.

“Aplikasi ini fungsinya krusial sekali untuk pengembangan bisnis kita karena permudah pengguna dalam mengakses WeCare,” terang Gigih.

Kini WeCare telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp5,1 miliar untuk 400 pasien. Mereka tersebar di 15 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah pengguna yang tergabung di WeCare ada 12.610 orang.

East Ventures Beri Pendanaan Tahap Awal untuk Startup Kesehatan “The Fit Company”

East Ventures mengumumkan pendanaan teranyar untuk startup kesehatan dan gaya hidup The Fit Company dengan nilai yang tidak disebutkan. Tidak ada investor lain yang berpartisipasi di putaran ini. Pendanaan akan digunakan untuk ekspansi bisnis dan meluncurkan situs, serta aplikasi dalam rangka pergeseran dari offline ke online.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan, The Fit Company diisi orang-orang yang memiliki minat yang tinggi terhadap apa yang mereka kerjakan. Terlebih lagi, kategori wellness tergolong sangat baru di Indonesia dan ada peluang besar karena sekarang terjadi pergeseran gaya hidup di kalangan middle dan affluent.

“Kalangan ini kebutuhan dasarnya bukan lagi sandang dan pangan saja, tapi sudah ke wellness sehingga lebih sadar untuk menjalankan hidup sehat dan sebagainya. Kami percaya tim The Fit Company memiliki visi yang tepat dan kemampuan eksekusi yang kuat untuk membuka potensi wellness economy di Indonesia,” katanya, Selasa (29/1).

CEO The Fit Company Jeff Budiman menambahkan, konsep wellness ecosystem tergolong masih asing buat orang Indonesia. Padahal secara global potensi Wellness Economy (mencakup health-tech, fit-tech, dan makanan sehat), dikutip dari Global Wellness Insitute, mencapai $4,2 triliun atau sekitar Rp59 ribu triliun pada 2017. Angka tersebut diprediksi dapat tumbuh sekitar 6,4% setiap tahunnya.

Wellness itu bukan bicara soal kesehatan fisik saja, tapi juga tourism, personal care, makanan sehat, obat-obatan, dan fasilitas publik. Banyak irisan dengan semua unsur tersebut dengan lini bisnis kami,” terang Jeff.

The Fit Company merupakan perusahaan induk dengan lima lini bisnis yang terdiri dari Kredoaum (distributor alat fitness), 20Fit (MicroGym), Fitstop (Gym), Fit Lokal (restoran makanan sehat), dan Fitmee (mie instan sehat). Kredoaum dan 20Fit dirintis oleh Jeff bersama dua temannya sejak 2014. Kini 20Fit memiliki 16 studio tersebar di Jabodetabek.

Lalu, Fit Lokal hadir pada 2017 karena ada tantangan dalam gaya hidup sehat yakni pola makan. Fit Lokal kini tersedia di tiga lokasi, bersamaan di tahun yang sama meluncurkan Fitmee karena Indonesia termasuk negara dengan konsumsi mie instan tertinggi ke-2 di dunia.

Holding ini baru ada pada tahun ini, sebelumnya semua bisnis jalan sendiri-sendiri.”

Rencana bisnis The Fit Company

Jeff mengungkapkan dengan pendanaan ini, pada tahap awal perusahaan akan fokus mengalihkan bisnisnya dari konvensional ke online. Dimulai dari situs 20Fit versi beta pada Maret 2019 dengan menjual produk makanan sehat. Aplikasi akan menyusul pada tahap berikutnya.

Nanti baik aplikasi maupun situs akan menjadi marketplace yang menghubungkan semua lini bisnis The Fit Company sehingga lebih terintegrasi. Konsep besarnya, aplikasi ini akan menyediakan informasi terkait jadwal training, menu catering makan siang, memesan makan malam, dan sebagainya.

“Kita percaya bisnis dan gaya hidup sehat itu journey, jadi pertama-tama kita mau jual makanan sehat dulu lewat 20Fit. Setelah itu di semester II ini akan luncurkan aplikasinya, nanti bisa cari trainer lewat aplikasi.”

Perusahaan juga berencana untuk merekrut mantan atlit Indonesia agar ikut terdaftar sebagai pelatih di platform The Fit Company. Tujuannya agar mereka tetap memperoleh penghasilan dengan kemampuan mereka, pengguna pun akan semakin memiliki banyak pilihan olahraga yang bisa dipilih.

Jeff menerangkan pihaknya akan bersiap untuk memasuki segmen wellness tourism pada tahun depan. Belum banyak hal yang dia gambarkan terkait ini, apakah bakal dikerjakan bersama perusahaan lain atau sendiri.

Namun dia menganologikan wellness tourism itu daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi dan memiliki alasan khusus untuk mendatanginya. Seperti Ubud dan Banyuwangi. Ubud menjadi kawasan wisata yang cocok untuk “healing.”

“Nanti kami mau explore lebih jauh, semoga tahun 2020 bisa segera kita wujudkan,” pungkasnya.

Gojek Reportedly Receives New Funding Worth 13 Trillion Rupiah from Google, Tencent, and JD.com

Gojek, a ride sharing fintech service is reportedly to raise a new funding round, targeting up to $2 billion. It’s necessary to facilitate regional expansion and penetration improvement of the fintech service.

Some of the previous investors are  involved in the seed round – include Google, Tencent, and JD.com – with value up to $920 million (around 13 trillion rupiah).

This week, Gojek is reportedly to make an official statement. In the new round, Gojek’s valuation should have reach $9.5 billion – close to Decacorn. Previously, some news are reporting Telkom’s plan to invest in Gojek, but until now, there’s no following information regarding the rumor.

JD.com contribution in the follow-on funding tightens strategic cooperation. Entering the end of last year, Gojek is rumored to make an acquisition of JD.id business unit in indonesia with a value of $1 billion. Until this news revealed, the plan has not been realized.

Control to JD.id should be Gojek’s golden step to enter the e-commerce landscape in Indonesia which currently dominated by four unicorns, Bukalapak, Lazada, Shopee, and Tokopedia. Aside from ride-sharing, Gojek will maximize fintech potential through Go-Pay.

The strategic step is necessary because Grab as competitor is actively raising fund. In 2018, they targeting total funding up to $3 billion. Some investors are involved in this funding, include the three top-tier automotive companies, Hyundai, Kia, and Yamaha.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Dikabarkan Peroleh Dana Baru Senilai 13 Triliun Rupiah dari Google, Tencent, dan JD.com

Layanan ride sharing Gojek dikabarkan tengah mengumpulkan babak baru pendanaan, total yang ditargetkan mencapai $2 miliar. Modal tambahan tersebut dibutuhkan untuk melancarkan kegiatan ekspansi regional dan peningkatan penetrasi layanan fintech miliknya.

Beberapa investor Gojek sebelumnya akhirnya turut andil dalam putaran awal target pendanaan tersebut –termasuk Google, Tencent, dan JD.com—dengan nilai pendanaan sekitar $920 juta (setara hampir 13 triliun Rupiah)

Kabarnya Gojek akan segera mengumumkan perolehan pendanaan tersebut secara resmi minggu ini. Dengan babak baru pendanaan, valuasi Gojek bisa mencapai $9,5 miliar–mendekati status Decacorn. Sebelumnya banyak pemberitaan yang mengabarkan rencana Telkom untuk turut menyuntik modal ke Gojek, namun sejauh ini belum ada titik terang mengenai kelanjutan kabar tersebut.

Keterlibatan JD.com dalam pendanaan makin mengencangkan kerja sama strategis. Menjelang akhir tahun lalu tersiar kabar keinginan Gojek melakukan akuisisi untuk unit bisnis JD.id di Indonesia dengan nilai $1 miliar. Sampai berita ini diturunkan, tampaknya rencana tersebut belum berhasil terealisasi.

Kendali ke JD.id dapat menjadi langkah emas Gojek untuk turut masuk ke lanskap e-commerce di Indonesia yang saat ini didominasi empat unicorn Bukalapak, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Selain di ride-sharing, Gojek terus memaksimalkan potensi fintech melalui Go-Pay.

Langkah strategis Gojek memang diperlukan, karena Grab sebagai pesaing terdekatnya juga terus aktif menggalang pendanaan. Tahun 2018 mereka menargetkan total pendanaan hingga $3 miliar. Beberapa investor telah bergabung dalam pendanaan tersebut, termasuk dari tiga perusahaan otomotif ternama yakni Hyundai, Kia dan Yamaha.

Application Information Will Show Up Here

Bidik Empat Startup Baru, Mandiri Capital Lirik InsurTech dan Manajemen Investasi

Mandiri Capital Indonesia (MCI), anak usaha dari Bank Mandiri Group, mengungkapkan akan menambah empat startup baru untuk masuk ke dalam portofolio perusahaan. Secara spesifik, MCI akan membidik startup yang bergerak di ranah insurtech dan manajemen investasi (wealth management).

CEO MCI Eddi Danusaputro menuturkan pihaknya sedang dalam tahap penjajakan dengan dua startup yang bergerak di kedua ranah tersebut sehingga belum bisa dijelaskan secara rinci. Yang pasti, ketika sudah resmi nantinya kedua startup akan membantu Bank Mandiri Group dengan teknologi yang mereka miliki.

“Sekarang masih penjajakan, kami siap masuk ke tahap Seri A. Minimal mereka sudah punya traction,” katanya di sela-sela acara Indonesia PE-VC Summit, kemarin (24/1).

Dia menyebut MCI menyiapkan dana sekitar Rp40 miliar sampai Rp50 miliar untuk berinvestasi pada tahun ini. Pihaknya juga menyiapkan alokasi dana dari kantong sendiri untuk berpartisipasi dalam follow up funding dari portofolio existing sebesar Rp50 miliar-Rp60 miliar.

“Kantong [sumber dana] kita bedakan, mana yang buat startup baru, mana yang buat existing portofolio. Kalau Amartha atau Privy butuh pendanaan, kami sudah siapkan dana dari kantong sendiri.”

Selain menyasar ke dua ranah startup baru, Eddi mengaku ke depannya MCI akan menyasar startup yang bermain di ranah keamanan siber. Ranah ini dianggap paling dibutuhkan oleh semua institusi keuangan, tidak terkecuali bank saja. Terlebih, semakin canggihnya perkembangan teknologi, selaras dengan tingkat ancamannya.

Cyber security itu dibutuhkan karena kebutuhan dasar bagi semua institusi keuangan. Kami belum menemukan startup yang cocok, meski belum jadi prioritas tahun ini tapi kami prediksi ini akan dibutuhkan.”

Saat ini MCI memiliki 10 portofolio yang bergerak di sektor lending, payment, dan enterprise solution. Mereka adalah Jurnal, Cashlez, Amartha, Yokke, Moka, PrivyID, PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN), Investree, PT DAM, dan KoinWorks.

Tips Menggalang Dana untuk Startup Pemula

Saat startup baru didirikan, hal yang menjadi perhatian pendiri startup adalah bagaimana caranya mendapatkan tambahan modal. Modal awal bisa dari kocek sendiri, teman, atau keluarga, tetapi ada masanya ketika perusahaan membutuhkan kapital yang lebih besar dan para pendiri mulai membidik dana dari investor. Investor yang biasanya terlibat di proses pendanaan awal bertipe venture capital (VC).

Tidak mudah bagi sebuah startup untuk bisa langsung mendapatkan tambahan modal. Di sisi lain, pihak investor juga tidak mau sembarangan memilih startup untuk diinvestasi. Ada beberapa poin yang mereka tentukan dan wajib untuk diperhatikan.

Traksi dan pertumbuhan

Salah satu cara mengetahui apakah startup sudah waktunya melakukan penggalangan dana tahapan awal adalah berdasarkan traksi dan pertumbuhan positifnya. Untuk itu pastikan startup telah memiliki traksi, telah memiliki jumlah pengguna yang cukup besar, dan tervalidasi model bisnisnya.

“Menurut kami, saat yang tepat untuk melakukan fundraising adalah pada saat startup itu terbukti menghasilkan traksi yang signifikan pertumbuhannya. Memang jika dilihat dari data permintaan yang masuk ke RenovAsik cukup lumayan yaitu bisa sekitar 5-8 permintaan yang ingin mengajukan renovasi setiap harinya, namun banyak kendala dari klien yang masih menjadi pekerjaan rumah besar kami untuk bisa disolusikan sampai tuntas, sehingga akan lebih banyak project deal yang bisa kami dapatkan,” kata Founder & Chief Strategy Officer RenovAsik Indra Setiawan.

Ketika traksi sudah mulai diperoleh, hindari memberikan informasi yang kurang akurat kepada calon investor. Jangan ditambahkan secara sengaja guna menarik perhatian mereka. Berikan informasi yang benar, sesuai dengan traksi yang memang sudah didapatkan.

Hal ini, menurut Analyst East Ventures Devina Zhang, bisa diketahui secara langsung oleh investor saat proses due diligence, ketika semua data akan dipelajari. Jadi hindari mengembangkan angka-angka karena investor pada akhirnya akan mengetahuinya.

“Jangan pernah memberikan informasi yang tidak benar soal pertumbuhan dan traksi startup. Ceritakan prestasi dan pencapaian yang telah diraih oleh startup. Informasikan juga kegagalan yang telah terjadi, dengan demikian investor mengetahui dengan benar kondisi startup,” kata CMO KoinWorks Jonathan Bryan.

Tentukan dana yang dibutuhkan

Hal lain yang wajib diperhatikan adalah menentukan sejak awal berapa jumlah dana yang dibutuhkan startup untuk mulai menjalankan bisnis. Meskipun banyak startup memulai usaha secara bootstrap, ketika produk mulai berkembang dan traksi sudah cukup besar, tambahan kapital dengan nominal yang besar mungkin diperlukan oleh startup. Untuk itu tentukan berapa jumlah uang yang diperlukan, untuk apa saja dana tersebut digunakan, dan berapa lama dana tersebut bisa disimpan.

VC seperti East Ventures tidak memiliki formula yang pasti untuk kalkulasi pemberian dana dan pembagian saham startup. Semua tergantung dari beberapa faktor, seperti jumlah dana yang diinginkan startup, performa startup, dan proyeksi masa depan. Saham yang kemudian didapatkan perusahaan akan diklaim tergantung kesepakatan dengan startup terkait.

Sementara bagi Venturra Discovery, normal dilution untuk putaran pendanaan awal biasanya akan diambil sekitar 20-25% untuk setiap startup.

“Semuanya memiliki harga, hanya saja berapa harga yang menjadi masalah. Penting untuk memahami harapan [baik dari Anda dan investor]. Jumlahnya harus masuk akal dan menunjukkan nilai pendiri, gagasan, bagaimana Anda dapat menghasilkan uang bagi investor,” kata Co-Founder & Managing Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe.

Tentukan investor yang tepat

Kehadiran berbagai VC lokal dan asing yang makin bertambah membuat proses penggalangan dana seharusnya lebih mudah. Namun demikian, demi sinergi masa depan yang lebih lancar, pilih investor seperti apa yang memang relevan dengan model bisnis dan tentunya cocok dengan Anda sebagai pendiri startup. Sangat penting untuk melakukan riset, mengumpulkan informasi, hingga melakukan pertemuan secara informal dengan investor yang relevan.

“Pelajari perbedaan-perbedaan dari investor dan coba pahami apa yang mereka inginkan dalam portofolio / investasi mereka. Pahami juga profil individual dari VC yang disasar, terutama GP (General Partners). Temukan kesamaan atau kepentingan bersama antara Anda (dan perusahaan Anda) dan investor yang Anda tuju,” kata Jefrey.

Buatlah daftar investor yang akan ditemui, termasuk rincian sebanyak mungkin tentang investor tertentu (perusahaan, lokasi, dan jumlah investasi). Nantinya akan terlihat investor yang relevan berdasarkan investment size, investment stage, pengalaman di industri perusahaan, begitu juga lingkup geografi mereka.

“Ada banyak cara untuk menjangkau investor, cara terbaik adalah melalui perkenalan dengan seseorang yang diketahui investor. Jika tidak, Anda selalu dapat menjangkau investor melalui situs mereka, atau bahkan Linkedin,” kata Partner Venturra Discovery Raditya Pramana.

Menurut Jefrey, cobalah menjalin perkenalan di awal dengan baik secara langsung. Hindari penggunaan email atau langsung menghubungi melalui telepon.

“VC menerima ratusan proposal / pitch deck setiap bulannya dan salah satu cara terbaik untuk unggul [stand out] di antara tumpukan tersebut adalah dengan cara diperkenalkan oleh orang yang kenal dengan GP atau tim dari VC tersebut. Referral is always a good way to be prioritized.”

Presentasi dan “elevator pitch”

Saat pertemuan sudah dijadwalkan, proses selanjutnya adalah presentasi atau yang biasa disebut dengan “pitching“. Secara umum, Anda akan diminta mempresentasikan materi yang berisi gambaran umum dasar perusahaan (produk, tinjauan industri, ukuran pasar, dan lainnya).

Deck ini akan menjadi buku panduan pendiri startup untuk memandu investor melalui pertemuan pertama, jadi buatlah dek tersebut secara terstruktur, sederhana namun kaya akan detail penting yang ingin Anda tonjolkan.

“Kami sangat percaya akan motto ‘founder first’, yang berarti bahwa pendiri startup yang baik tentunya akan menghasilkan produk yang baik, juga mempertimbangkan potensi pasar. Dengan demikian, pendiri yang memiliki latar belakang dan keahlian yang tepat memiliki poin bonus,” kata Devina.

Penting bagi startup menyiapkan bahan, proposal, hingga materi presentasi saat pitching berlangsung. Menurut Chairman dan Pendiri Gorry Holdings William Susilo, pastikan mempersiapkan pitch deck yang mudah dibaca, termasuk masalah apa yang sedang diselesaikan. Hal-hal utama harus mencakup seberapa mendesak masalah tersebut, ukuran pasar, model bisnis, model pendapatan, produk, alokasi dana, daya tarik dan profil pendiri.

“Persiapkan dengan lengkap traksi bisnis. Pastikan hal tersebut sejalan dengan persyaratan setiap tahap investasi. Misalnya MVP tidak cukup untuk pendanaan Seri A, sementara itu mungkin cukup untuk putaran seed,” kata William.

Menurut Raditya,saat pitching berlangsung sebaiknya pendiri startup tidak bersikap defensif ketika investor mengajukan pertanyaan sulit. Jangan ragu untuk memperlakukan sesi pitching seperti percakapan kasual. Semua pertanyaan yang diajukan investor mengenai perusahaan Anda seharusnya bisa dijawab.

“Walaupun startup Anda baru jalan tiga bulan misalnya, dengan data kami bisa melihat apakah founder mempunyai kemampuan eksekusi bisnis yang mumpuni. Banyak juga hal lain juga yang harus diperhatikan, seperti kemampuan founder, market size, product building capability, executional capability, dan lainnya,” kata Raditya.