Eden Farm Umumkan Pendanaan Seri A 271 Miliar Rupiah Dipimpin AppWorks dan AC Ventures

Startup agritech Eden Farm mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $19 juta atau setara 271,1 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh AppWorks dan AC Ventures, dengan partisipasi dari Trihill Capital, OCBC Ventures, Investible, Corin Capital, dan investor terdahulu Global Founders Capital.

Pendanaan ini melanjutkan perolehan Eden Farm dalam putaran pra-seri A yang dipimpin investible pada Februari 2021 lalu. Mengusung misi “Feeding the Nation”, Eden Farm membangun jaringan distribusi pangan terintegrasi sejak 2017. Tujuannya untuk menyederhanakan rantai pasokan demi meningkatkan margin dengan mengurangi harga dan memotong perantara.

Dalam layanannya mereka juga memberikan demand forecast yang akurat bagi petani dengan menerapkan akselerasi digital, dan mencapai prediktabilitas produksi.

Dari statistik yang disampaikan, saat ini Eden Farm melayani 53 ribu pelanggan dan bermitra dengan lebih dari 2 ribu petani di pulau Jawa. Untuk mendukung rantai pasok, mereka juga mengoperasikan 5 Eden Fulfillment Center di lokasi-lokasi strategis dan didukung oleh 400 rekanan supplier ketersediaan produk.

Sementara itu, sejak 2019 AppWorks telah berpartisipasi ke sejumlah pendanaan startup lokal, di antaranya pendanaan seri C HarukaEDU (Nov 2019), pendanaan seri C Fabelio (Jun 2020), Pendanaan seri A InfraDigital (Jun 2020), dan pendanaan pra-seri B iSeller (2021).

Selain Eden Farm, sejumlah startup agritech lokal juga mencoba menyelesaikan isu yag sama. Salah satunya adalah TaniHub Group. Mei 2021 lalu, mereka dikabarkan telah mendapatkan pendanaan seri B senilai $65,5 juta (lebih dari 940 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh MDI Ventures. Putaran ini membawa valuasi TaniHub melambung senilai lebih dari $200 juta. Tanihub sendiri saat ini memiliki beberapa unit bisnis, termasuk di bidang rantai pasok, pembiayaan, hingga edukasi petani.

Fokus menyelesaikan isu rantai pasok

Menurut laporan BPS, Indonesia memiliki lebih dari 33,4 juta petani, dengan sektor pertanian berkontribusi sebesar 14% dari PDB Indonesia atau pasar senilai $140 miliar yang bertumbuh 12,93% per kuartal (QoQ). Namun demikian, sektor pertanian masih memiliki tantangan besar terkait efisiensi rantai pasok dan kesejahteraan petani dengan banyaknya kebocoran yang terjadi di berbagai lapis rantai pasok.

Dari permasalahan tersebut, Eden Farm memang memilih untuk fokus menyelesaikan isu di rantai pasok. “Kami memperkuat dua fondasi penting di sisi pasokan dan permintaan dengan membangun Eden Farm Sourcing Center (ESC) dan Eden Farm Distribution Network (EDN),” terang Co-founder & CEO Eden Farm David Gunawan dalam sebuah wawancara dengan DailySocial.id.

ESC adalah program kerja sama langsung dengan petani untuk menentukan pola tanam, kepastian harga jual, dan kepastian jumlah hasil tani yang diambil setiap harinya. Sedangkan EDN adalah jaringan distribusi yang dibuat dengan memberdayakan masyarakat. EDN tersebar di berbagai lokasi serta berada dalam radius 5 km dari pelanggan sehingga pengiriman lebih cepat dan efisien.

“Eden Farm fokus merevolusi rantai pasok produk segar dan menciptakan pertahanan yang kuat di bidang teknologi pertanian hulu. Sebagai investor awal di Eden Farm, kami melihat mereka telah bertumbuh dan berhasil meraih pencapaian mereka saat mereka meningkatkan demand channels dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan petani di lapangan. Kami percaya, Eden Farm dapat memimpin industri ini menuju digitalisasi dan menjadi pemimpin di bidang teknologi pertanian B2B,” ujar Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Fokus di segmen B2B

Untuk saat ini, sektor F&B memiliki ukuran pasar bernilai $92 miliar, dengan sektor makanan yang diperkirakan akan tumbuh pada CAGR sebesar 8,7%. Mereka pun menjadi salah satu penyerap terbesar produk-produk pertanian.

Proses bisnis yang dilakukan Eden Farm salah satunya menjembatani kebutuhan di sisi industri, lalu menghubungkan dengan para petani. Mereka mengklaim telah memiliki sistem operasional yang kuat dengan pengadaan produk langsung dari petani, menciptakan pertahanan di bidang pertanian hulu dan daya tarik pertumbuhan melalui pasar B2B yang beragam.

Fokus pada pasar B2B, Eden Farm memasok bahan makanan berkualitas tinggi ke berbagai segmentasi pelanggan, termasuk hotel, restoran, & cafe (HORECA), pasar tradisional, dan e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

JIWA Group Terima Pendanaan, Konsep “Grab & Go” Mengubah Lanskap Industri Kopi Lokal

Startup coffee chain “JIWA Group” atau dikenal dengan salah satu produknya Kopi Janji Jiwa, mengumumkan telah mendapatkan pendanaan dari Openspace dan Capsquare Asia Partners. Tidak disebutkan mengenai nominal investasi yang didapat, hanya saja disampaikan bahwa dana segar akan difokuskan untuk meningkatkan ekspansi bisnis. Terlebih kedua investor tersebut dinilai telah memiliki praktik terbaik di pasar value-chain lokal dan regional.

Sejak meluncur di tahun 2018, kini mereka telah menaungi 3 brand produk. Selain kopi, ada Jiwa Toast dan Jiwa Tea. Total ada sekitar 1000 outlet yang dioperasikan di 100 kota di Indonesia. Sepanjang 2021 ini, mereka mengatakan telah menjual 40 juta produk dengan peningkatan 2x lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Kami percaya brand JIWA yang kuat, penawaran produk yang unik, 1000 lokasi offline yang kuat, ditambah dengan meningkatnya penggunaan teknologi di semua elemen bisnis akan terus memantapkan posisinya sebagai pemimpin pasar,” ujar Executive Director Openspace Jessica Huang Pouleur.

Pengembangan teknologi dan strategi omnichannel

Menurut pemaparan Founder JIWA Group Billy Kurniawan, pertumbuhannya impresif yang didapat tak terlepas dari peran kanal digital. Termasuk penggunaan media sosial untuk engagement dengan pelanggan, hingga integrasi dengan platform online marketplace dan food delivery.

Mereka juga sudah meluncurkan aplikasi JIWA+, untuk mendukung model “grab & go” yang sejak awal menjadi khas Kopi Janji Jiwa. Pengguna bisa memesan menu dan membayar melalui aplikasi, kemudian bisa memilih opsi untuk ambil di outlet terdekat atau diantar ke lokasi. Di dalam aplikasi juga dibuat sistem loyalty untuk meningkatkan retensi pelanggan.

Selain meningkatkan operasi seperti menambah outlet, produk, warehouse, dan logistik, dengan dukungan dari para investor JIWA juga ingin mengakselerasi penggunaan teknologi. Fokusnya di beberapa area, seperti peningkatan pengalaman pelanggan, supply chain, dan mereduksi carbon footprint. Para founder juga memiliki misi untuk menjadi pemimpin industri untuk segmen F&B yang diberdayakan dengan teknologi, untuk selanjutnya masuk ke pasar Asia.

“Inovasi dan kepuasan pelanggan selalu menjadi bagian dari DNA Jiwa Group, memastikan kami tetap relevan dan berkelanjutan di industri F&B yang dinamis,” kata Billy.

Naik kelas bisnis F&B lewat digital

Menurut riset (MIX, 2020), 40% pelanggan kopi di Indonesia mulai beralih ke gerai grab & go. Permintaan ini didukung oleh pergeseran dari kopi instan, karena konsumen menginginkan minuman yang lebih berkualitas — serta memadukan dengan makanan ringan pelengkap. Menurut laporan yang dihimpun Statista, revenue dari bisnis kopi (roast coffee) akan mencapai $9,5 miliar di tahun ini. Diperkirakan akan mengalami pertumbuhan CAGR 9,76% sampai periode 2025.

Untuk menjaga tren pertumbuhan, para pemain industri memulai memanfaatkan kanal digital. Strategi tersebut dilakukan beriringan dengan peningkatan jumlah gerai. Konsep grab & go sendiri memang sangat bergantung dengan keberadaan gerai, kendati tidak sedikit yang hanya dijadikan tempat produksi (tanpa memiliki ruang untuk dine-in).

Aplikasi didesain untuk menghubungkan konsumen dengan outlet, membawa dari online menuju offline – atau sebaliknya. Model ini cukup efisien, karena perusahaan pun bisa memanfaatkan data yang didapat dari kebiasaan konsumen yang tercatat di aplikasi, sehingga dapat menyuguhkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan pangsa pasarnya. Dari sisi konsumen, adanya kemudahan dan value added menjadikan mereka mau untuk memanfaatkan aplikasi.

Para pemilik brand coffee chain terus berinvestasi mengembangkan teknologi. Selain memanfaatkan platform yang sudah ada, mereka juga membuat aplikasinya sendiri. Beberapa aplikasi bahkan menempati peringkat yang cukup signifikan. Berdasarkan pengamatan kami terhadap statistik Google Play per 05 November 2021, didapat data ini dari kategori Food and Drink:

Peringkat Aplikasi Unduhan Rating
6 Kopi Kenangan 1 juta+ 4,6
13 Boba Ceria 100 ribu+ 4,3
17 Chatime Indonesia 500 ribu+ 4,5
21 JIWA+ 100 ribu+ 4,7
22 ISMAYA 100 ribu+ 4,4
24 Fore Coffee 100 ribu+ 4,6
61 Flash Coffee 50 ribu+ 4,6
92 KULO 10 ribu+ 1,7

Didukung investor startup teknologi

Adopsi teknologi dalam model bisnis coffee chain menjadi perhatian tersendiri bagi investor. Dengan roadmap yang ada, para pemain mampu memberikan pembuktian dan proyeksi bisnis yang mengesankan – tidak hanya bisnis kopi saja, tapi F&B secara umum. Layanan berbasis food tech kemudian banyak terlahir dari inovator. Peluang pemanfaatan teknologinya sendiri memang menyeluruh, mulai dari supply chain bahan baku, untuk efisiensi operasional dan transaksi, hingga distribusi.

Dengan hipotesis masing-masing, saat ini beberapa pemodal ventura di Indonesia turut masuk ke industri tersebut, di antaranya:

Pemodal Ventura Portofolio
Alpha JWC Ventures Google, Hangry, Kopi Kenangan, Lemonilo, Mangkokku
East Ventures Fore Coffee, Greenly, Legit Group
AC Ventures Coffee Meets Bagel, Fore Coffee
Vertex Ventures Dailybox
Openspace Ventures JIWA Group
SALT Ventures Hangry, Shiru

Kendati demikian, model bisnis kopi juga terus berkembang di Indonesia. Tahun 2020 lalu, Jago Cofee memperkenalkan diri dengan mobile coffe chain. Alih-alih dengan outlet, mereka memanfaatkan mitra untuk mendistribusikan produk berkeliling dengan gerobak yang sudah disediakan dan didesain khusus. Sama, Jago juga turut memanfaatkan aplikasi untuk memudahkan pelanggannya menemukan mitra dan melakukan pemesanan.

Lanskap industri ini menjadi menarik, apalagi kini Kopi Kenangan sebagai salah satu pemimpin pasar coffee chain berpotensi akan menjadi unicorn pertama dalam waktu dekat. Diketahui valuasi mereka sudah menembus hampir $900 juta. Artinya pangsa pasarnya memang sudah sebesar itu dan model bisnis yang diadopsi bisa diterima dengan baik dan di-scale up lebih besar lagi.

Application Information Will Show Up Here

Astro Quick Commerce Startup Scores 64 Billion Rupiah Funding, Providing 15 Minutes Delivery

Astro quick commerce startup announced $4.5 million (over Rp64 billion) funding from a series of VCs, such as Global Founders Capital, AC Ventures, Lightspeed Venture Partners, and Goodwater Capital. Astro will use this fresh fund to build and strengthen the team, as well as expand the business area.

Astro was founded by Vincent Tjendra who previously worked at Tokopedia as AVP and started its operation since September 2021. Astro offers a quick commerce concept, selling more than 1,000 high quality products, ranging from daily necessities, such as snacks, vegetables, fresh fruit and over-the-counter medicines. Orders are scheduled to be received by consumers in 15 minutes at affordable and competitive prices.

Investors said that Astro provides the fastest delivery experience of quick commerce service for Indonesian consumers. It is also supported by a founding team with experience and expertise that synergizes to run quick commerce.

“We firmly believe that Astro’s ‘quick commerce’ service is able to change the way Indonesian consumers buy daily needs, electronics, snacks and pet food. Global Founders Capital is honored to be able to support Astro from the earliest stages,” GFC’s Partner Melvin Hade said in an official statement, Tuesday (2/11).

The fact that Indonesia is positioned at first place as the country with the most active online shopping population gives confidence that Astro is here at the right time to answer the needs of consumers who want fast, economical, and safe products.

As many as 87.1% of internet users in Indonesia also revealed that they use online shopping services to buy certain products, including food and daily necessities. Astro will operate for 24 hours, but follow government regulations during the PPKM period.

Currently, Astro has served requests in the Jakarta area only, with coverage areas of Senayan, Permata Hijau, Gandaria, Kuningan, SCBD, Kemang, Cilandak, Cipete, Puri Indah, Kebon Jeruk, Kelapak Gading, and Pantai Indah Kapuk. It is said that by the end of this year, the company will be able to serve all areas in Jakarta and parts of Greater Jakarta.

Previously, Dropezy also announced Series A funding to launch quick commerce services as its latest solution.

Online grocery competition

The online grocery industry has fierce competition, but still has space for high growth because its penetration is still concentrated in big cities.

A report from Statista said, last year the online grocery market share in this country only reached 0.3%, it is predicted to increase by 20 basis points to 0.5% in 2022. The pandemic that hit the country is said to be one of the main factors that triggered the increase in the popularity of online grocery services among consumers.

Based on data, a further impact of the pandemic apart from changing consumer online buying behavior, is a change in consumer mindset in shopping. “Worried about the economic impact of the pandemic, many Indonesian consumers are becoming more budget conscious. In addition, the priority of purchasing basic necessities and health among consumers is also seen during the pandemic,” the report said.

Source: Statista


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Pours Investment to Gogoro Through PIPE, Ready for Electric Motorcycle Trial

Gojek announced a strategic partnership with Gogoro, a global technology company in the battery swap ecosystem, to accelerate the adoption of electric vehicles in Indonesia. This partnership covers two areas, GoTo Group’s investment in Gogoro through the Private Investment in Public Equity (PIPE); and cooperation between Gojek, Gogoro, and Pertamina through a battery swap pilot scheme and a Gogoro Smartscooter vehicle trial in Jakarta.

Gogogro’s Founder & CEO, Horace Luke said, one of today’s biggest challenges in Indonesia and around the world is the effort to transform urban transportation into a new generation of transportation modes that utilize electric motors that are smart, sustainable, and accessible and accepted by the wider community.

“Battery swap from Gogoro is the latest innovation in electric refueling. We present an open platform to support two-wheeler manufacturers in introducing electric vehicles that can refuel safely and are easy to use,” said Luke in an official statement, Tuesday (2/11).

Gojek Co-founder & CEO Kevin Aluwi added, “This partnership gather two companies with the same vision and thoughts for the adoption of electric vehicles as the preferred mode of transportation in Indonesia. “This ambition can only be achieved through the cooperation of various stakeholders. Therefore, this partnership is very important, if we want to realize our goal of reorganizing transportation modes within the city,” Kevin said.

GoTo’s investment for Gogoro was started in September 2021 through the Private Investment in Public Equity (PIPE) scheme, in connection with the business combination by Gogoro and Poema Global Holdings Group. This transaction is planned to be finalized in early 2022.

Electric motorcycle trial

Meanwhile, for the Gogoro Smartscooter electric motorcycle trial, in the early stages will be in Jakarta with the availability of 250 units and four GoStation swap battery stations located at Pertamina gas stations. Gradually, the two companies plan to increase the number of motors to 5 thousand units and introduce more swap battery stations.

For the record, Gogoro is one of the global innovation leaders in compact electric propulsion, battery design, battery swap, and advanced cloud services that utilize artificial intelligence to manage battery availability and security. Gogoro established the Gogoro Network ecosystem, an efficient battery swap platform recognized by Guidehouse Insights as the world’s leading urban light vehicle swap battery company.

There are more than 400 thousand riders and 2,100 battery swap stations within the Gogoro Network, serving 270 thousand daily swap batteries with more than 250 million total battery swaps to date. In addition to the Gogoro Network, in 2015, the company launched the Gogoro Smartscooter, the world’s first award-winning smart electric motorcycle.

In 2019, Gogoro Network developed the Powered by Gogoro Network Program (PBGN) which gives Gogoro’s vehicle manufacturing partners access to Gogoro’s innovations, including intelligence drivetrains and controllers, components and smart systems, therefore, they can develop and launch electric vehicles. which is unique and integrated with the Gogoro battery swap network.

This electric motorcycle trial is in line with Gojek’s sustainability goals and ongoing efforts to reduce the carbon footprint. In April 2021, Gojek launched a Sustainability Report which explained Gojek’s target to achieve Zero Emissions by 2030, including the plan to transition 100% of its two-wheeled fleet to electric vehicles.

As part of this plan, Gojek is actively looking for ways to develop a comprehensive electric vehicle ecosystem by leveraging technology to overcome the barriers to usage faced by driver partners and ensure consumers get an optimal experience.

Furthermore, in the report, Gojek shares significant steps to achieve its targets and to be reviewed and submitted to the public annually. One of them is GoGreener, which includes a commitment to carry out annual carbon inventories for scopes 1, 2, and 3, as well as waste counting starting in 2021.

Next, to launch the GoGreener Carbon Offset feature which is the world’s first carbon footprint absorption feature for B2C, directly involving customers, in the ride-hailing industry; launching the GoTransit service to facilitate multimodal travel to encourage the use of public transportation (first mile, last mile); other strategic actions.

Grab’s similar innitiative

Gojek’s closest competitor, Grab, has also taken similar inniative to reduce its carbon footprint. Grab is collaborating with local electric vehicle manufacturer VIAR, ordering more than 6,000 units of electric motorcycles in Semarang ready to be distributed until the end of 2021 throughout Indonesia. Apart from VIAR, Grab collaborates with other local manufacturers such as Gesits and Selis, to multinational manufacturers such as Hyundai, Honda, and Kymco.

From January 2020 to April 2021, more than 6,000 Grab’s electric vehicle fleets have helped reduce CO2 emissions by an estimated 4 thousand tons, equivalent to the total CO2 absorption by more than 190 thousand trees a year. Grab has started trials of its GrabBike Electric Protect electric vehicle in Jakarta, Bali and Yogyakarta.

Especially in Central Java, last April, Grab strengthened support for the National Electric Vehicle ecosystem by launching electric scooters that can be used by the public, electric bicycles used by GrabFood delivery partners, and electric motorcycles used by GrabBike driver-partners in Surakarta.

In addition, Grab is also collaborating with the Surakarta City Transportation Service in utilizing the City Walk lane for the GrabWheels electric scooter personal mobility device lane and building a Public Electricity Supply Station (SPLU) together with PT. PLN Persero Surakarta. VIAR has also invested in the GrabWheels business unit as part of its support for the electric vehicle ecosystem in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Shinta VR dan Penerapan Metaverse dalam Segmen B2B

Sejak didirikan pada tahun 2016 lalu, bisnis Shinta VR diklaim mengalami peningkatan yang positif. Bukan hanya dari sisi inovasi, namun juga target pasar dan mitra strategis yang makin banyak. Masih fokus menyasar kepada segmen B2B, kini Shinta VR tengah mempersiapkan diri untuk menghadirkan inovasi yang lebih besar kepada virtual reality enthusiast di Indonesia.

“Saya melihat tahun 2022 mendatang akan lebih banyak lagi permintaan perangkat VR di Indonesia. Membuktikan bahwa teknologi VR sudah semakin dikenal dan digunakan oleh semua kalangan,” kata Managing Director Shinta VR Andes Rizky kepada DailySocial.id.

Secara khusus saat ini Shinta VR memiliki tiga produk unggulan, yaitu  produk edukasi untuk sekolah, layanan human development untuk pelatihan pegawai perusahaan, serta platform entertainment/new media. Shinta VR juga telah membantu ribuan sekolah di 34 provinsi di Indonesia menggunakan teknologi 3D dan VR dalam pembelajaran melalui unit bisnisnya, yaitu Millealab.

Dengan strategi ‘community based content’ Millealab berhasil menciptakan dampak luas bagi dunia pendidikan Indonesia dengan mencetak 5200 guru terlatih dan 130 guru ambasador VR sejak 2019, dan sudah digunakan oleh ratusan sekolah di seluruh Indonesia.

“Masing-masing produk memiliki kekuatan tersendiri yang nantinya jika diintegrasikan, bisa memberikan impact yang luas dan relevan. Untuk mempercepat pertumbuhan, perusahaan juga berencana untuk memperluas target pasar,” kata Andes.

Disinggung apakah ke depannya Shinta VR juga akan menggarap gaming, Andes menegaskan tren game memanfaatkan teknologi VR ke depannya adalah lebih kepada multiplayer. Meskipun memiliki potensi untuk bisa dikembangkan namun mereka masih merasa enggan untuk masuk ke sana. Ada dua alasan, pertama dibutuhkan sumber daya besar untuk menciptakan inovasi tersebut. Kedua, pangsa pasar di segmen B2B masih luas dan cenderung lebih mudah dimonetisasi.

Kantongi pendanaan pra-seri A

Tim Shinta VR dengan TigaLapan Investama Group

Akhir Oktober 2021 lalu, Shinta VR mengumumkan telah mengantongi pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh TigaLapan Investama Group dan Investa Syailendra Nuswantara (INSAN) sebagai business/investment aggregator. Pendanaan ini melengkapi perolehan sebelumnya oleh Telkomsel Innovation Centre (TINC), Rentracks, dan beberapa angel investor.

Tahun 2022 mendatang Shinta VR juga memiliki rencana untuk melanjutkan pendanaan ke tahapan seri A.

Rencananya dana segar tersebut bakal digunakan oleh perusahaan untuk merekrut lebih banyak tim engineer dan melakukan riset produk secara internal untuk mendukung misi perusahaan melebarkan bisnis. Dengan investasi ini, Shinta VR berfokus untuk menjadi perusahaan metaverse paling berdampak di Indonesia.

“Perkembangan Shinta VR sejak tahun 2016 hingga saat ini sudah mengalami pertumbuhan yang positif. Setelah menjalankan bisnis secara bootstrap kini kami mampu bermitra dengan investor yang memiliki koneksi strategis untuk membantu bisnis Shinta VR,” kata Andes.

Fokus mereka yang menyasar segmen B2B dengan menghadirkan produk edukasi dan human development dinilai sangat relevan saat ini. Selama ini perusahaan mengklaim telah berhasil mendapatkan revenue dari produk yang mereka hadirkan.

Selain Shinta VR, perusahaan yang mengembangkan teknologi VR/AR di Indonesia adalah Festivo, DCIMAJI, Magnate, ARnCO, Octagon Studio, Primetech, Avergo, Omni VR, Invoya, INVR, DAV, Varcode. Semua perusahaan tersebut saat ini tergabung dalam Indonesian VR/AR Association (INVRA).

Penerapan metaverse di Indonesia

Di Indonesia sendiri saat ini teknologi VR sudah makin dikenal. Dilihat dari makin banyaknya marketplace yang menjual perangkat VR, menjadikan teknologi ini sudah semakin familiar dikalangan masyarakat. Dukungan dari pemerintah diklaim makin besar, dengan semakin banyaknya perusahaan lokal yang bermain di industri VR saat ini.

Apakah saat ini Indonesia sudah siap menerapkan konsep metaverse? Menurut Andes secara umum saat ini metaverse sudah banyak dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Melalui online games yang sifatnya semi-metaverse, secara langsung masyarakat Indonesia sudah terbiasa berinteraksi walaupun tidak langsung masuk ke metaverse yang sebenarnya. Teknologi yang digunakan juga tidak harus 5G, dengan 4G pun bisa didapatkan hasil yang bagus.

Metaverse menurut saya lebih melibatkan koneksi emosional. Jika bermain game seperti Among Us misalnya sudah bisa dikategorikan kepada metaverse, namun belum masuk dalam definisi metaverse yang sebenarnya. Saat ini pun perangkat untuk VR sudah semakin terjangkau harganya dan banyak dijual di berbagai marketplace. Artinya kita sudah siap, tinggal ditambahkan immersive, connection, dan emotional connection,” kata Andes.

Meskipun sangat luas definisi tentang metaverse, namun menurut Andes ada planet-planet kecil yang masih bisa dimanfaatkan untuk mendukung bisnis. Salah satunya adalah fokus kepada edukasi dan human development. Dengan integrasi data dan lainnya, nantinya juga bisa terhubung dengan metaverse lainnya seperti meta-commerce, blockchain, hingga NFT. Ditambahkan olehnya jika bicara soal metaverse hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya bisa melakukan koneksi yang tepat,

“Misalnya untuk edukasi di sekolah bisa mendapatkan data insight untuk mengukur behavior siswa belajar di dunia virtual, demikian juga dengan human development dengan mendapatkan data yang lebih kompleks. Kemudian untuk virtual character system bisa didapatkan juga data koneksi emosional berinteraksi secara virtual,” kata Andes.

Startup “Quick Commerce” Astro Tutup Pendanaan 64 Miliar Rupiah, Sediakan Pengiriman Instan 15 Menit

Startup quick commerce Astro mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $4,5 juta (lebih dari Rp64 miliar) dari sejumlah VC, seperti Global Founders Capital, AC Ventures, Lightspeed Venture Partners, dan Goodwater Capital. Astro akan memanfaatkan dana segar ini untuk membangun dan memperkuat tim, serta memperluas area bisnis.

Astro baru beroperasi sejak September 2021, didirikan oleh Vincent Tjendra yang sebelumnya bekerja di Tokopedia sebagai AVP. Astro menawarkan konsep quick commerce, menjual lebih dari 1.000 pilihan produk berkualitas, mulai dari kebutuhan sehari-hari, seperti camilan, sayuran, buah segar sampai dengan obat bebas dengan nyaman. Pesanan ditargetkan diterima konsumen dalam 15 menit dengan harga yang terjangkau dan kompetitif.

Para investor menuturkan, layanan quick commerce yang ditawarkan Astro memberikan pengalaman pengiriman tercepat untuk konsumen Indonesia. Didukung pula oleh tim pendiri yang memiliki pengalaman dan keahlian yang bersinergis untuk menjalankan quick commerce.

“Kami sangat yakin layanan ‘quick commerce’ Astro mampu mengubah cara konsumen Indonesia membeli kebutuhan pokok sehari-hari, elektronik, snack hingga pet food. Global Founders Capital merasa terhormat karena dapat mendukung Astro sejak tahap paling dini,” ungkap Partner GFC Melvin Hade dalam keterangan resmi, Selasa (2/11).

Fakta bahwa Indonesia berada pada urutan pertama sebagai negara dengan penduduk yang paling aktif berbelanja daring, memberikan keyakinan Astro hadir di saat yang tepat untuk menjawab kebutuhan konsumen yang ingin serba cepat, hemat, dan aman.

Sebanyak 87,1% pengguna internet di Indonesia juga mengungkapkan bahwa mereka memakai layanan belanja online untuk membeli produk-produk tertentu, di antaranya makanan dan kebutuhan sehari-hari. Astro akan beroperasi selama 24 jam, namun turut mengikuti peraturan pemerintah selama di masa PPKM.

Saat ini Astro telah melayani permintaan di area Jakarta saja, dengan cakupan area Senayan, Permata Hijau, Gandaria, Kuningan, SCBD, Kemang, Cilandak, Cipete, Puri Indah, Kebon Jeruk, Kelapak Gading, dan Pantai Indah Kapuk. Ditargetkan menjelang akhir tahun ini, perusahaan dapat melayani seluruh area di Jakarta dan sebagian Jabodetabek.

Sebelumnya, Dropezy juga mengumumkan pendanaan Seri A untuk melancarkan layanan quick commerce sebagai solusi teranyarnya.

Kompetisi industri online grocery

Industri online grocery memiliki persaingan yang sengit, namun masih memiliki ruang tumbuh yang tinggi karena penetrasinya yang masih terpusat di kota-kota besar.

Laporan dari Statista menyampaikan, pada tahun lalu pangsa pasar online grocery di negara ini baru mencapai 0,3%, diprediksi akan meningkat 20 basis poin menjadi 0,5% pada 2022 mendatang. Pandemi yang melanda tanah air disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang memicu peningkatan popularitas layanan online grocery di kalangan konsumen.

Menurut data, dampak lebih lanjut dari pandemi selain mengubah perilaku pembelian online konsumen, adalah perubahan pola pikir konsumen dalam berbelanja. “Karena khawatir akan dampak ekonomi dari pandemi, banyak konsumen Indonesia menjadi lebih sadar anggaran. Selain itu, prioritas pembelian kebutuhan pokok dan kesehatan di kalangan konsumen juga terlihat selama pandemi,” tulis laporan tersebut.

Sumber: Statista
Application Information Will Show Up Here

Gojek Umumkan Investasi ke Gogoro Melalui PIPE, Siap Uji Coba Motor Listrik

Gojek mengumumkan kerja sama strategis dengan Gogoro, perusahaan teknologi global di ekosistem baterai swap, untuk mempercepat adopsi kendaran listrik di Indonesia. Kemitraan ini mencakup dua bidang, yakni investasi GoTo Group di Gogoro melalui skema Private Investment in Public Equity (PIPE); dan kerja sama Gojek, Gogoro, dan Pertamina melalui skema percontohan baterai swap dan uji coba kendaraan Gogoro Smartscooter di Jakarta.

Founder & CEO Gogogro Horace Luke menuturkan, salah satu tantangan terbesar di Indonesia dan seluruh dunia saat ini adalah upaya mentransformasi moda transportasi perkotaan ke moda transportasi generasi baru yang memanfaatkan motor listrik yang cerdas, berkelanjutan, serta dapat diakses dan diterima masyarakat luas.

“Baterai swap dari Gogoro merupakan inovasi terkini pada pengisian bahan bakar listrik. Kami menghadirkan platform terbuka untuk mendukung produsen kendaraan roda dua dalam memperkenalkan kendaraan listrik yang dapat melakukan pengisian bahan bakar secara aman dan mudah digunakan,” ucap Luke dalam keterangan resmi, Selasa (2/11).

Co-founder & CEO Gojek Kevin Aluwi menambahkan, kemitraan ini menyatukan dua perusahaan dengan visi dan pemikiran yang sama untuk pengadopsian kendaraan listrik sebagai pilihan moda transportasi di Indonesia. “Ambisi ini hanya dapat dicapai melalui kerja sama berbagai pemangku kepentingan. Oleh karena itu, kemitraan ini sangat penting, jika ingin mewujudkan tujuan kita untuk menata kembali moda transportasi dalam kota,” kata Kevin.

Investasi GoTo untuk Gogoro dilakukan pada September 2021 melalui skema Private Investment in Public Equity (PIPE), sehubungan dengan kombinasi bisnis yang dilakukan Gogoro dan Poema Global Holdings Group. Transaksi ini ditargetkan selesai pada awal 2022 mendatang.

Uji coba motor listrik

Sementara, untuk uji coba motor listrik Gogoro Smartscooter, pada tahap awal akan berada di Jakarta dengan ketersediaan 250 unit dan empat stasiun baterai swap GoStation yang berlokasi di SPBU Pertamina. Secara bertahap, kedua perusahaan berencana untuk meningkatkan jumlah motor menjadi 5 ribu unit dan menghadirkan lebih banyak stasiun baterai swap.

Sebagai catatan, Gogoro merupakan salah satu pemimpin inovasi global dalam compact electric propulsion, desain baterai, baterai swap, dan layanan advanced cloud yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengelola ketersediaan dan keamanan baterai. Gogoro membentuk ekosistem Gogoro Network, sebuah platform baterai swap yang efisien dan diakui oleh Guidehouse Insights sebagai perusahaan baterai swap terkemuka untuk kendaraan ringan (lightweight) perkotaan di dunia.

Ada lebih dari 400 ribu pengendara dan 2.100 stasiun baterai swap di dalam Gogoro Network, melayani 270 ribu baterai swap harian dengan lebih dari 250 juta total baterai swap hingga saat ini. Selain Gogoro Network, pada 2015, perusahaan meluncurkan Gogoro Smartscooter, pemenang penghargaan kendaraan motor listrik pintar pertama di dunia.

Pada 2019, Gogoro Network mengembangkan Powered by Gogoro Network Program (PBGN) yang memberikan akses kepada mitra produsen kendaraan Gogoro ke inovasi-inovasi yang dimiliki oleh Gogoro, termasuk intelligence drivetrain dan pengontrolnya, komponen dan smart systems, sehingga mereka dapat mengembangkan dan meluncurkan kendaraan listrik yang unik dan terintegrasi dengan jaringan Gogoro baterai swap.

Uji coba motor listrik ini sejalan dengan tujuan sustainability Gojek dan upaya berkelanjutan untuk mengurangi jejak karbon. Pada April 2021 ini, Gojek meluncurkan Sustainability Report yang memaparkan target Gojek untuk mencapai Nol Emisi pada 2030 mendatang, termasuk rencana transisi 100% armada roda duanya ke kendaraan listrik.

Sebagai bagian dari rencana ini, Gojek secara aktif mencari cara untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang komprehensif dengan memanfaatkan teknologi untuk mengatasi hambatan pada penggunaan yang dihadapi mitra driver dan memastikan konsumen memperoleh pengalaman yang optimal.

Lebih lanjut, dalam laporan tersebut Gojek membagi langkah-langkah yang signifikan untuk mencapai targetnya dan akan ditinjau dan disampaikan ke publik tiap tahunnya. Salah satunya adalah GoGreener, yang mencakup komitmen untuk melakukan inventori karbon tahunan untuk scope 1, 2, dan 3, serta penghitungan limbah yang dimulai pada 2021.

Kemudian, meluncurkan fitur GoGreener Carbon Offset yang merupakan fitur serap jejak karbon pertama di dunia untuk B2C, langsung melibatkan pelanggan, di dalam industri ride hailing; meluncurkan layanan GoTransit untuk memfasilitasi perjalanan multimoda guna mendorong penggunaan transportasi publik (first mile, last mile); aksi strategis lainnya.

Aksi serupa dari Grab

Kompetitor terdekat Gojek, Grab juga melakukan aksi serupa untuk mengurangi jejak karbon. Grab bekerja sama dengan produsen kendaraan listrik lokal VIAR, memesan lebih dari 6 ribu unit motor listrik di Semarang yang siap didistribusikan hingga akhir 2021 di seluruh Indonesia. Selain VIAR, Grab menggandeng produsen lokal lainnya seperti Gesits dan Selis, hingga produsen multinasional seperti Hyundai, Honda, dan Kymco.

Terhitung sejak Januari 2020 hingga April 2021, sebanyak lebih dari 6 ribu armada kendaraan listrik Grab telah membantu mengurangi emisi CO2 yang diperkirakan hingga 4 ribu ton, setara dengan jumlah penyerapan CO2 oleh lebih dari 190 ribu pohon setahun. Grab telah memulai uji coba kendaraan listrik GrabBike Electric Protect di Jakarta, Bali dan Yogyakarta.

Khusus di Jawa Tengah, pada April lalu, Grab memperkuat dukungan untuk ekosistem Kendaraan Listrik Nasional dengan meluncurkan skuter listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat, sepeda listrik yang digunakan oleh mitra pengantaran GrabFood, serta motor listrik yang digunakan oleh mitra pengemudi GrabBike di Surakarta.

Selain itu, Grab juga bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam pemanfaatan jalur City Walk untuk lajur alat mobilitas pribadi skuter listrik GrabWheels dan membangun Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) bersama dengan PT. PLN Persero Surakarta. VIAR juga telah melakukan investasi kepada unit bisnis GrabWheels sebagai bagian dari dukungan terhadap ekosistem kendaraan berbasis listrik di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

NAMA Beauty Receives 71 Billion Rupiah Funding from AC Ventures, SiCepat and DMMX

D2C startup “NAMA Beauty” received $5 million seed funding or equivalent to 71.1 billion Rupiah. This round was led by AC Ventures, supported by SiCepat Ekspres and DMMX. The company is led by the actress Luna Maya, co-founded by Marcel Lukman since 2019. NAMA Beauty is a D2C brand developer for skin care and beauty products.

“We feel grateful and blessed with the trust and support from AC Ventures, SiCepat, and DMMX, including all partners and teams. This is the right and promising momentum for Indonesia. We believe this synergy can help us to grow together and optimize opportunities and the current momentum,” NAMA Beauty’s CEO, Luna Maya said.

In addition to capital support, SiCepat and DMMX will become distribution partners. It includes utilizing the Sampoerna Retail Community (SRC) network across 20 cities and starting selling products on digital trading platforms. SiCepat will also be the main logistics partner in delivering NAMA products to consumers.

“I’m aware that the beauty industry is one of the most resilient in terms of growth, although it still has its challenges. Through our partnership with SiCepat and DMMX, we will leverage our respective unique strengths to help NAMA Beauty build a high-growth beauty brand and to support the company to reach its full potential,” AC Ventures’ Founding Partner, Pandu Sjahrir said.

D2C startup growth

Based on data from Euromonitor, the potential market for color cosmetics in Indonesia will reach $1 billion by 2023, with a CAGR of 16.9%. Combined with the D2C concept, local brands are expected to be able to optimize this potential.

The D2C or direct-to-consumer model, allows brand owners to reach their market share more efficiently with multi-channels, both offline and online. Technological assistance enables business processes to occur more streamlined, resulting in more efficient production costs to deliver products at affordable prices. In Indonesia, this model has applied in various types of industrial lines, ranging from cosmetics, skin care, fashion, to food.

Currently, a number of local venture capitalists are starting to finalize their hypotheses for D2C startups. The following are list of investors who have started to actively provide funding for D2C players

Venture Capitalist D2C Portfolios
Kinesys Group Saturdays, Dailybox
East Ventures Mohjo, Greenly, Fore
Alpha JWC Ventures Hangry, Kopi Kenangan, Goola, Lemonilo, Mangkokku, Saturdays
AC Ventures Rose All Day, Segari, Fore, KLAR, NAMA Beauty
SALT Ventures SYCA, Hangry, dr soap

NAMA Beauty plans

NAMA Beauty will use the fresh funds for R&D development, marketing and branding, recruiting more talents, and launching new brand lines. By combining Luna Maya’s ability to read the latest beauty trends with a strong R&D team, NAMA Beauty will launch a second brand that targets below market prices, without compromising product quality excellence.

On the other hand, NAMA Beauty’s Co-Founder, Marcel Lukman has more than a decade of experience in the retail world. He is one of the important figures behind Atmos and The 707 Company which is a parent for a number of well-known brands, such as Fred Perry, Nudie Jeans, Superga and Melissa. The two unique backgrounds of the founders are expected to bring the company to the right pace of growth.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Vidio Umumkan Pendanaan Eksternal Pertama Senilai 2,1 Triliun Rupiah dari Affinity

Vidio, salah satu platform OTT lokal terbesar, mengumumkan pendanaan senilai $150 juta (Rp2,1 triliun) dari Affinity Equity Partners (Affinity), ekuitas swasta terbesar di Asia. Sebelumnya, Vidio dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM), ini merupakan pendanaan eksternal pertama mereka. Platform ini memiliki valuasi pre-money $750 juta, pendanaan telah meningkatkan valuasinya hingga mendekati status unicorn/soonicorn.

Menurut laporan keuangan terbaru Emtek (Q3 2021), Vidio memiliki total aset sebesar Rp362 miliar.

Dengan investasi ini, Affinity akan bergabung dengan dewan direksi Vidio dan akan bermitra untuk mempercepat pertumbuhannya dan memperluas kepemimpinan pasarnya di Indonesia. Perusahaan juga berencana untuk memperluas konten serial orisinil, memperkaya program dengan menambahkan lisensi konten olahraga, dan berinvestasi dalam meningkatkan pengalaman pengguna.

“Hal ini menandai tonggak baru bagi Vidio sebagai platform OTT terbesar di Indonesia. Kami berusaha untuk terus fokus pada pengguna dengan menawarkan pengalaman streaming terbaik dan konten premium eksklusif terlengkap untuk pengguna. Kami sangat bangga dapat bermitra dengan Affinity, dan dengan kemitraan ini serta didukung oleh talenta terbaik yang kami miliki, kami akan mengambil lompatan besar selanjutnya dalam memberikan kualitas dan value yang luar biasa kepada pelanggan Vidio,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono.

Hingga September 2021, Vidio telah memiliki 62 juta pelanggan. Beberapa firma riset juga menempatkan mereka sebagai platform OTT #1 di Indonesia. Pada Agustus 2021, Comscore menempatkan Vidio sebagai aplikasi peringkat #1 dengan pengguna unik terbesar. Selain itu, MPA menempatkan mereka sebagai OTT dengan pengguna aktif harian tertinggi di Asia Tenggara pada Q2 2021.

Vidio menawarkan program langsung dan video sesuai permintaan. Ini termasuk serial orisinil, film lokal/internasional, dan pertunjukan langsung. Salah satu proposisi nilai perusahaan ada pada program olahraga, seperti UEFA Champions, La Liga, NBA, F1, dan banyak lagi.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Emtek Group dan Vidio untuk terus membangun OTT terbaik yang mewakili masa depan sektor media di Indonesia. Ekosistem digital dan media Emtek, ditambah posisi Vidio di garis depan, dan tim manajemen yang kuat, merupakan faktor penting dalam perjalanan sukses Vidio di industri OTT Indonesia yang sangat dinamis. Affinity akan memanfaatkan jaringannya yang luas di seluruh Asia untuk mendukung inisiatif pertumbuhan Vidio, khususnya di bidang konten dan gamifikasi untuk memperkaya konten streaming langsung,” sebut Benny Lim, Managing Director dan Head of Affinity South East Asia.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Vidio Announced Its First External Injection, $150 Million from Affinity

Vidio, one of the largest local OTT platforms, announced it has received $150 million (Rp2.1 trillion) funding from Affinity Equity Partners (Affinity), the largest private equity in Asia. Previously fully owned by Emtek Group under Surya Citra Media (SCM), it’s Vidio’s first external injection. The platform has a $750 million pre-money valuation and the funding has inflated its valuation to near unicorn/soonicorn status.

According to Emtek’s latest (Q3 2021) financial report, Vidio has Rp362 billion of total assets.

With this investment, Affinity will join Vidio’s board of directors and will partner to accelerate its growth and expand its Indonesian market leadership. The company also plans to expand the original series contents, enrich the program by adding sports content licenses, and invest in advancing user experience.

“This marks a new milestone for Vidio as the largest OTT platform in Indonesia. We strive to continue to focus on users by offering the best streaming experience and the most complete exclusive premium content for users. We are very proud to partner with Affinity, and with this partnership and supported by the best talent at our disposal, we will take a huge leap forward in delivering outstanding quality and value to Vidio customers,” Sutanto Hartono, Vidio’s CEO, said.

As of September 2021, Vidio has 62 million subscribers. Several research firms also rank them as the #1 OTT platform in Indonesia. In August 2021, Comscore ranked Vidio as the #1 ranked app with the largest unique viewers. And MPA ranks them as the OTT with the highest daily active users in Southeast Asia in Q2 2021.

Vidio offers live programs and video on-demands. It includes original series, local/international movies, and live shows. One of the value propositions is on sports programs, such as UEFA Champions, La Liga, NBA, F1, and many more.

“We are very pleased to partner with Emtek Group and Vidio in continuing to build the best OTT, which represents the future of the media sector in Indonesia. Emtek’s digital and media ecosystem, plus Vidio’s position at the forefront, and a strong management team, are important factors in Vidio’s success journey in Indonesia’s highly dynamic OTT industry. Affinity will leverage its extensive network across Asia to support Vidio’s growth initiatives, particularly in the areas of content and gamification to enrich live streaming content,” said Benny Lim, Affinity’s Managing Director and Head of South East Asia.

Application Information Will Show Up Here