BukuWarung Bags 855 Billion Rupiah Series A Funding, Aldi Haryopratomo Participated as Angel Investor

BukuWarung today (10/6) announced series A funding worth of $60 million or equivalent to 855.3 billion Rupiah. With oversubscribed status, this round was led by Valar Ventures and Goodwater Capital. The company said this funding is the largest series A ever obtained by a startup in a related field.

In addition, Golden Gate Ventures and Blue Fund are reportedly involved in this round. Also participated some angel investors, including Aldi Haryopratomo, Victor Jacobsson, and several others. Currently, BukuWarung has successfully collected over $80 million from its investors.

In early February, BukuWarung has announced funding from Rocketship.vc. The round is said being participated by several retail companies in Indonesia and angel investors. This is a follow on funding from the pre-series A fundraising the company has secured in mid-2020, with Quona Capital as the lead investor.

According to our sources, BukuWarung’s valuation has reached $200 million. The investors involved in BukuWarung’s funding include Y Combinator, East Ventures, AC Ventures, Soma Capital, Sampoerna, HOF Capital, GMO Venture Partner, Venture Souq, Tanglin Venture Partners, DST Global, and angel investors from technology company leaders such as Grab, Gojek, Uber, Airbnb, Modalku, Xendit, etc.

This round was announced shortly after its rival BukuKas received an investment worth of $50 million. It was led by Sequoia Capital India, with a number of well-known angel investors, including Gokul Rajaram and Taavet Hinrikus, co-founders of TransferWise.

Both applications provide similar services, financial management for MSMEs. It includes financial records, financial reports, and debt collection features. In the future, both BukuWarung and BukuKas will also transform into integrated fintech services, enabling MSME players and their customers to access various financial products online.

Currently, the main focus lies in tier-2 and 3 cities, with the quite large unbanked population in the region. Based on the statistics, BukuWarung has gathered 6.5 million merchants in 750 cities.

In order to support its services, BukuWarung has launched the Tokoko application, a platform that allows merchants to open their online stores independently. Users can list their products, manage orders, accept payments, track deliveries, and talk to customers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

BukuWarung Dapatkan Pendanaan Seri A 855 Miliar Rupiah, Aldi Haryopratomo Terlibat sebagai Angel Investor

BukuWarung hari ini (10/6) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $60 juta atau setara 855,3 miliar Rupiah. Dengan kondisi oversubscribed, putaran ini dipimpin Valar Ventures dan Goodwater Capital. Perolehan ini juga diklaim oleh perusahaan sebagai seri A terbesar yang pernah didapat oleh startup di bidang terkait.

Selain itu Golden Gate Ventures dan Blue Fund dikabarkan juga terlibat dalam putaran ini. Termasuk didukung angel investor seperti Aldi Haryopratomo, Victor Jacobsson, dan beberapa lainnya. Adapun total dana yang berhasil dibukukan BukuWarung dari para investornya ditaksirkan telah mencapai lebih dari $80 juta.

Pada awal Februari, BukuWarung juga mengumumkan pendanaan dari Rocketship.vc. Dikatakan dalam putaran tersebut turut melibatkan beberapa perusahaan ritel di Indonesia dan angel investor. Ini melanjutkan dari penggalangan pra-seri A yang telah dibukukan perusahaan sejak pertengahan 2020 lalu, kala itu Quona Capital sebagai investor yang memimpin.

Menurut sumber yang kami dapat valuasi BukuWarung telah mencapai $200 juta. Adapun investor yang terlibat dalam pendanaan BukuWarung termasuk Y Combinator, East Ventures, AC Ventures, Soma Capital, Sampoerna, HOF Capital, GMO Venture Partner, Venture Souq, Tanglin Venture Partners, DST Global, dan sejumlah angel investor dari pimpinan perusahaan teknologi seperti Grab, Gojek, Uber, Airbnb, Modalku, Xendit, dll.

Perolehan ini diumumkan tidak lama setelah rivalnya BukuKas juga mendapatkan suntikan dana dari investor senilai $50 juta. Putaran tersebut dipimpin oleh Sequoia Capital India, juga diikuti oleh sejumlah angel investor tersohor, seperti Gokul Rajaram dan Taavet Hinrikus, salah satu pendiri TransferWise.

Kedua aplikasi menyajikan layanan yang nyaris sama, yakni pengelolaan finansial untuk pelaku UMKM. Di dalamnya termasuk pencatatan keuangan, laporan keuangan, dan fitur penagihan utang. Ke depan, baik BukuWarung dan BukuKas juga akan bertransformasi menjadi layanan fintech terintegrasi, memungkinkan pelaku UMKM dan pelanggannya mengakses berbagai produk finansial secara daring.

Saat ini fokus utama mereka pengguna di kota tier-2 dan 3, dengan populasi unbankable yang masih cukup besar di wilayah tersebut. Dari statistik yang diberikan, BukuWarung telah menggaet 6,5 juta merchant di 750 kota.

Untuk menunjang layanannya, BukuWarung juga telah meluncurkan aplikasi Tokoko, sebuah platform yang memungkinkan pedagang bisa membuka toko daring mereka secara mandiri. Pengguna bisa mencantumkan daftar produknya, mengelola pesanan, menerima pembayaran, melacak pengantaran barang, dan berbicara dengan pelanggan.

Application Information Will Show Up Here

Startup Penyedia Solusi Supply Chain GrosirOne Targetkan Pendanaan Seri A 142 Miliar Rupiah

Salah satu startup penyedia solusi supply chain, GrosirOne, sedang mengincar pendanaan seri A senilai $7 s/d $10 juta atau setara 142 miliar Rupiah. Perusahaan menargetkan sekitar dua atau tiga pendana institusi untuk masuk dalam putaran ini. Hasil putaran pendanaan ini akan digunakan untuk menambah distribution center di dalam dan luar Pulau Jawa serta memperkuat kerja sama dengan mitra.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Erben Noerman, Jordy Jonatan, dan Felix Boenawan, GrosirOne mengawali bisnis dengan menawarkan solusi bagi distributor yang mengalami gangguan cash flow karena keterlambatan pembayaran dari pemain UMKM. Platform ini dibuat sebagai jembatan bagi para supplier, distributor, dan retailer serta menawarkan manfaat finansial melalui partner bank atau p2p lending untuk pinjaman produktif.

Pada awalnya, perusahaan fokus pada industri FMCG karena latar belakang dan pengalaman co-founder dan tim akuisisi di industri tersebut. Namun timnya terus melakukan eksplorasi ke berbagai industri lainnya yang seperti produk daging, udang dan sebagainya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, GrosirOne telah bekerja sama dengan 107 principal, 54 distributor, 5900 motorist dan tercatat telah memiliki lebih dari 35 ribu outlet di seluruh Jawa.

“Agar dapat terus melakukan channeling untuk pendanaan, maka kami telah bermitra dengan Bank dan juga Institusi Keuangan Non-Bank seperti perusahaan fintech lending. Sejak tahun 2020 kami telah bermitra dengan Investree, Batumbu, KreditPro, dan Bank Jawa Barat. Di tahun 2021 ini kami telah bekerja sama dengan Danamart, Akseleran, Dompet Kilat, Modalku dan Bank Rakyat Indonesia melalui Mastercard”, ungkap Erben.

Selama masa pandemi, perusahaan melihat banyak sekali pelaku UMKM baik di level distributor hingga retailer yang mengalami kesulitan dari segi keuangan bahkan hingga ada beberapa yang menutup usahanya. Di masa seperti ini GrosirOne diuji sebagai platform solusi untuk dapat membantu para pelaku UMKM tetap bertahan bahkan berkembang selama masa pandemi.

Erben menambahkan bahwa sejauh ini perkembangan GrosirOne dapat dibilang telah melebihi dari target yang telah di tentukan sehingga yakin untuk memulai fund raising seri A. Tahun 2021 sampai awal bulan Mei 2021 saat ini Gross Transaction Value (GTV) telah mencapai 770 Miliar Rupiah dengan pertumbuhan yang sangat tinggi semenjak Desember 2020 yaitu sebanyak 152%.

Target ke depan

GrosirOne mengawali perjalanan pendanaan dari pengenalan oleh salah satu co-founder dengan Alexander Rusli, Co-founder Digi Asia Bios. Ia mengambil peran sebagai angel investor sekaligus advisor perusahaan hingga saat ini.

Ketika disinggung mengenai fokusnya menargetkan pendana institusi, GrosirOne mengaku sebagai perusahaan startup membutuhkan dukungan dengan kredibilitas yang solid  yang nantinya akan menjadi benchmark atas valuasi dan pendanaan perusahaan.

Terkait rencana ke depan, perusahaan masih mendengarkan dan memproses feedback yang didapat dari para pengguna untuk kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan bisnis dan pengembangan layanan dan platform GrosirOne.

“Tahap selanjutnya kami akan berfokus kepada pengembangan yang menuju arah otomatisasi dari segi pengumpulan data pengguna, sehingga memudahkan proses onboarding para Principal, Distributor, Retailer, maupun Motorist ke dalam Platform GrosirOne,” ujar Felix.

Dari sisi geografis, saat ini GrosirOne sudah menjangkau seluruh bagian pulau Jawa, sebagian wilayah Indonesia Tengah dan Timur seperti Gorontalo, Kupang, Maluku dan Ternate. “Kami berencana untuk segera memperluas wilayah jangkauan ke skala nasional, serta memperdalam sentuhan ke rantai bawah supply chain yaitu para retailer dan motoris.”

Beberapa startup yang juga menawarkan solusi serupa termasuk Advotics dan Ula.

Application Information Will Show Up Here

wagely Secures 79 Billion Rupiah, Targeting 250 Thousand Employees for Early Wage Access

Indonesia has the largest underbanked population in Southeast Asia. Millions of low- and middle-income workers struggle to cover unexpected expenses each month, putting significant financial pressure on their paycheck.

Tobias Fischer, Sasanadi Ruka, and Kevin Hausburg intend to address this issue by establishing wagely in March 2020 in Jakarta. Those three hold digital industry background that counts for Wagely’s vision and mission to provide financial welfare to employees by providing access to early salaries.

Fischer used to work at Grab Financial Group, Capital Match, ADB, and Rocket Internet. Meanwhile, Ruka previously worked at Tokopedia, Jenius, AWS, and HappyFresh. While Hausburg has strong experience in digital marketing for many global companies.

In an interview with DailySocial, Fisher explained that Wagely helps businesses increase the productivity, engagement and loyalty of their workforce by offering employees an innovative financial benefits platform to access earned wages and financial education.

Employees can withdraw up to 50% of the salary instantly and on demand to their payroll bank account. The money will be used to help them pay for unexpected expenses and emergencies. Wagely provides an affordable flat fee per withdrawal with no hidden fees or interest. Therefore, Fisher consider wagely in accordance with the sharia concept.

“Wagely has a unique approach as it does not provide loans to employees but only access to earned salary. Therefore, Wagely does not require any underwriting and available to all employees in a company,” he said.

It is said that wagely has partnered with more than 50 companies, most of the companies are in global and national level. Among those are British American Tobacco, Ranch Market, Mustika Ratu, and others. As many as tens of thousands of employees from all of these partners have been served with early salary access.

Mockup aplikasi wagely / wagely
Wagely mockup app / wagely

Seed funding

In the same occasion, on its first anniversary, wagely officially announced the seed funding of $5.6 million (over 79 billion Rupiah) led by Integra Partners (formerly known as Dymon Asia Ventures). Also participated in this round Asian Development Bank (ADB) Ventures, PT Triputra Trihill Capital, 1982 Ventures, Willy Suwandi Dharma (former President Director of Asuransi Adira Dinamika), and others.

As wagely’s CEO, Fisher said that the fresh funds will be used to accelerate the adoption of the Wagely platform to more employees. It is targeted to attract more than 250 thousand employees as users this year. He said, providing a sound and affordable solution to an emergency cash flow problem is only the first step towards building long-term financial health.

“Ensuring long-term financial well-being means building a holistic platform that offers workers access to affordable services, encourages financial responsibility, and provides a pathway to financial stability and inclusion, with access to earned wages at the core and seamlessly integrated features. We are committed to building a complete ecosystem that builds and protects the future financial sustainability of employees in Southeast Asia.”

In an official statement, Integra Partners’ Partner, Christiaan Kaptein said, “The investment and participation of several Indonesian family conglomerates highlighted Wagely’s leadership role in financial awareness and its ability to build sustainable and responsible businesses by taking advantage of the vast financial services market opportunities in Southeast Asia,” he said.

ADB Ventures’ Senior Fund Manager, Daniel Hersson added, “This investment underscores our belief that Wagely has what it takes to lead financial inclusion and literacy in Indonesia. wagely offers workers what they didn’t have before: fair and accessible financial tools to help them manage inevitable contingencies and emergencies, including those caused by climate change.”

The presence of Earned Wage Access (EWA) platforms such as Wagely in Indonesia, GajiGesa has attracted a lot of attention from investors as the potential it offers. EWA solutions provide companies with the opportunity to reduce turnover, increase employee productivity, and increase business savings.

In the United States, Dailypay has received funding that brought them to the unicorn level. Softbank also invested in similar startups named Payactiv, Jeff Bezon and Bill Gates (Wagestream and Minu), and Peter Thiel (Even).

Terima Pendanaan 79 Miliar Rupiah, wagely Berambisi Jangkau 250 Ribu Karyawan Terima Akses Gaji Lebih Awal

Jumlah populasi underbanked di Indonesia merupakan terbesar se-Asia Tenggara. Jutaan pekerja berpenghasilan rendah dan menengah berjuang untuk menutupi pengeluaran tak terduga setiap bulanan, mengakibatkan tekanan keuangan yang signifikan terhadap pendapatan mereka.

Isu tersebut ingin ditangani oleh Tobias Fischer, Sasanadi Ruka, dan Kevin Hausburg dengan mendirikan wagely pada Maret 2020 di Jakarta. Latar belakang ketiganya dari industri digital membulatkan visi dan misi wagely yang ingin memberikan kesejahteraan finansial kepada karyawan dengan memberikan akses gaji lebih awal untuk membayar kebutuhan.

Fischer pernah bekerja di Grab Financial Group, Capital Match, ADB, dan Rocket Internet. Sementara, Ruka sebelumnya bekerja di Tokopedia, Jenius, AWS, dan HappyFresh. Sedangkan Hausburg memiliki pengalaman kuat di digital marketing untuk banyak perusahaan global.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Fisher menerangkan wagely membantu bisnis meningkatkan produktivitas, keterlibatan, dan loyalitas tenaga kerja mereka dengan menawarkan karyawan platform manfaat keuangan yang inovatif untuk mengakses upah yang sudah diperoleh dan pendidikan keuangan.

Karyawan dapat menarik hingga 50% dari upah yang masih harus dibayar perusahaan secara instan dan sesuai permintaan ke rekening bank gaji mereka. Dana tersebut dipakai untuk membantu mereka membayar pengeluaran tak terduga dan keadaan darurat. wagely memberikan biaya tetap yang terjangkau per penarikan tanpa biaya tersembunyi maupun bunga. Makanya, Fisher menilai wagely sesuai dengan konsep syariah.

“wagely memiliki pendekatan yang unik karena tidak memberikan pinjaman kepada karyawan tetapi hanya akses ke gaji yang telah bekerja. Oleh karena itu, wagely tidak memerlukan penjaminan emisi apa pun dan terbuka untuk semua karyawan dalam suatu perusahaan,” ucapnya.

Disebutkan saat ini wagely telah bermitra dengan lebih dari 50 perusahaan, mayoritas mereka adalah perusahaan global dan nasional. Nama-namanya adalah British American Tobacco, Ranch Market, Mustika Ratu, dan lainnya. Sebanyak puluhan ribu karyawan dari seluruh mitra ini telah terlayani dengan akses gaji lebih awal.

Mockup aplikasi wagely / wagely
Mockup aplikasi wagely / wagely

Peroleh pendanaan tahap awal

Pada saat yang bersamaan, setahun setelah beroperasi, wagely resmi mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal sebesar $5,6 juta (lebih dari 79 miliar Rupiah) yang dipimpin Integra Partners (sebelumnya dikenal sebagai Dymon Asia Ventures). Terdapat sejumlah investor yang turut berpartisipasi dalam putaran ini, yakni Asian Development Bank (ADB) Ventures, PT Triputra Trihill Capital, 1982 Ventures, Willy Suwandi Dharma (eks Presdir Asuransi Adira Dinamika), dan lainnya.

Fisher sebagai CEO dari wagely menyampaikan dana segar ini akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi adopsi platform wagely kepada lebih banyak karyawan. Ditargetkan dapat menarik lebih dari 250 ribu karyawan sebagai pengguna sepanjang tahun ini. Menurutnya, memberikan solusi yang sehat dan terjangkau untuk masalah arus kas darurat hanyalah langkah awal menuju pembangunan kesehatan keuangan jangka panjang.

“Memastikan kesejahteraan finansial jangka panjang berarti membangun platform holistik yang menawarkan akses pekerja ke layanan yang terjangkau, mendorong tanggung jawab finansial, dan menyediakan jalan menuju stabilitas dan inklusi keuangan, dengan akses upah yang diperoleh sebagai inti dan fitur terintegrasi yang mulus. Kami berkomitmen untuk membangun ekosistem lengkap yang membangun dan melindungi keberlanjutan finansial masa depan karyawan di Asia Tenggara.”

Dalam keterangan resmi, Partner Integra Partners Christiaan Kaptein mengatakan, “Investasi dan partisipasi dari beberapa konglomerat keluarga Indonesia menggarisbawahi peran kepemimpinan wagely di bidang kesehatan keuangan dan kemampuannya untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan memanfaatkan peluang pasar jasa keuangan yang luas di Asia Tenggara,” ucap dia.

Senior Fund Manager ADB Ventures Daniel Hersson menambahkan, “Investasi ini menegaskan keyakinan kami bahwa wagely memiliki apa yang diperlukan untuk mengarusutamakan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia. wagely menawarkan pekerja apa yang tidak mereka miliki sebelumnya: alat keuangan yang adil dan dapat diakses untuk membantu mereka mengelola kontinjensi dan keadaan darurat yang tak terhindarkan, termasuk yang disebabkan oleh perubahan iklim.”

Kehadiran platform Earned Wage Access (EWA) seperti wagely di Indonesia sudah ada GajiGesa mulai menarik banyak perhatian investor karena potensi yang ditawarkan. Solusi EWA memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mengurangi turnover, meningkatkan produktivitas karyawan, dan meningkatkan tabungan bisnis.

Di Amerika Serikat, ada Dailypay yang memperoleh pendanaan yang memboyong mereka ke status unicorn. Softbank juga sudah memiliki portofolio startup bernama Payactiv, Jeff Bezon dan Bill Gates (Wagestream dan Minu), dan Peter Thiel (Even).

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Locks Additional Funding from MDI Ventures and Samsung Ventures

Healthtech startup Alodokter today (07/6) announced additional funding from MDI Ventures and Samsung Ventures Investment Corporation. The value is undisclosed and this is a follow on investment to the series C+ funding in November 2020 and series C funding in October 2019.

“Investments from MDI Ventures and Samsung Ventures will be directed towards further enhancing the Alodokter ecosystem [..] Key areas of focus going forward include technological innovation, increasing the talent pool, and adding new features and functionality. Our expansion has always focused on providing a better customer experience. fast, accurate and reliable on the Alodokter platform,” Alodokter’s Founder & CEO, Nathanael Faibis.

Based on the statistics, Alodokter is currently connected to around 43 thousand doctors and 1500 hospitals/health clinics. They have also served millions of patients in Indonesia. The services offered include health content, telemedicine, online ordering of doctor’s appointments, drug purchases, and insurance packages.

“The pandemic has driven the acceptance of telemedicine services for both patients and healthcare providers. We believe that enabling better healthcare through technology is more important than ever,” Alodokter’s Co-Founder & President Director, Suci Arumsari.

Throughout 2021, the health-tech sector has raised bigger attention due to its potential to help people gain access to health facilities. Other health-tech startups also being invested, including the rival Halodoc in April 2021 with series C funding worth IDR 1.1 trillion. Recently, Prixa also secured a seed funding worth of 40 billion Rupiah from MDI Ventures and TPFT.

“Alodokter has a proven track record in developing their comprehensive healthcare solutions. All innovations, from telemedicine to insurance, have been developed to provide Indonesian people for affordable healthcare. MDI investment will further expand healthcare growth through potential collaborations with several SOEs in Indonesia,” MDI Ventures’ CEO, Donald Wihardja said.

Since 2019, Alodokter has been supported by ranks of investors, including Softbank Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Philips, Heritas, and Hera Capital.

In terms of Samsung Ventures, apart from Alodokter, they have invested in Travelio and Gojek. Meanwhile, apart from Alodokter and Prixa, MDI Ventures also invested in other healthtech startups, mClinica (Singapore), CXA Group (Singapore), and Heals Healthcare Group (Hong Kong).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Dapat Pendanaan Tambahan dari MDI Ventures dan Samsung Ventures

Startup healthtech Alodokter hari ini (07/6) mengumumkan perolehan dana tambahan dari MDI Ventures dan Samsung Ventures Investment Corporation. Tidak disebutkan nominal dana yang ditambahkan, investasi ini melanjutkan pendanaan seri C+ yang sebelumnya dibukukan pada November 2020 dan pendanaan seri C pada Oktober 2019 lalu.

“Investasi dari MDI Ventures dan Samsung Ventures akan diarahkan untuk lebih meningkatkan ekosistem Alodokter [..] Key area fokus ke depan meliputi inovasi teknologi, peningkatan talent pool, serta penambahan fitur dan fungsionalitas baru. Ekspansi yang kami lakukan selalu berfokus pada penyediaan pengalaman konsumen yang cepat, akurat, dan andal di platform Alodokter,” ujar Founder & CEO Alodokter Nathanael Faibis.

Dari statistik yang disampaikan, Alodokter saat ini telah terhubung dengan sekitar 43 ribu dokter dan 1500 rumah sakit/klinik kesehatan. Mereka juga sudah melayani jutaan pasien di Indonesia. Adapun layanan yang dijajakan meliputi konten kesehatan, telemedis, pemesanan online janji dokter, pembelian obat, dan paket asuransi.

“Pandemi telah mendorong penerimaan layanan telemedicine baik untuk pasien maupun penyedia layanan kesehatan. Kami percaya bahwa memungkinkan layanan kesehatan yang lebih baik melalui teknologi menjadi lebih penting dari sebelumnya,” tambah Co-Founder & President Director Alodokter Suci Arumsari.

Sepanjang 2021 ini, sektor healthtech memang mendapatkan perhatian lebih, lantaran potensinya untuk membantu masyarakat mendapatkan akses kesehatan. Startup kesehatan lain juga menerima pendanaan, termasuk rivalnya Halodoc pada April 2021 lalu mengumumkan pendanaan seri C senilai 1,1 triliun Rupiah. Belum lama ini Prixa juga membukukan pendanaan awal 40 miliar Rupiah dari MDI Ventures dan TPFT.

“Alodokter memiliki rekam jejak yang terbukti dalam mengembangkan solusi perawatan kesehatan komprehensif mereka. Semua inovasi, dari telemedicine hingga asuransi, telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia akan layanan kesehatan yang terjangkau dan terjangkau. Pendanaan dari MDI akan semakin memperluas pertumbuhan layanan kesehatan melalui potensi kerja sama dengan beberapa entitas BUMN di Indonesia,” sambut CEO MDI Ventures Donald Wihardja.

Sejak 2019, Alodokter juga telah didukung oleh berbagai kalangan investor, di antaranya Softbank Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Philips, Heritas, dan Hera Capital.

Untuk Samsung Ventures sendiri, selain Alodokter, mereka telah berinvestasi ke Travelio dan Gojek. Sementara selain Alodokter dan Prixa, MDI Ventures juga telah berinvestasi ke startup healthtech lain, yakni mClinica (Singapura), CXA Group (Singapura), dan Heals Healthcare Group (Hong Kong).

Application Information Will Show Up Here

Trustmedis Luncurkan Aplikasi Doctugo, Rencanakan Penggalangan Dana

Bertujuan untuk memudahkan pasien mengakses layanan dari fasilitas kesehatan yang bergabung dengan Trustmedis, aplikasi Doctugo diluncurkan untuk masyarakat luas. Seperti diketahui, Trustmedis adalah platform berbasis cloud yang disasarkan untuk menunjang layanan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Trustmedis Achmad Zulkarnain mengungkapkan, untuk memperbesar aplikasi tersebut Trustmedis juga berencana untuk memperluas kemitraan strategis dengan platform healthetch hingga super apps di Indonesia.

“Melalui Doctugo kami ingin memperluas kolaborasi dengan platform healthtech hingga startup lainnya di Indonesia. Kami menyadari, agar bisnis bisa tumbuh lebih besar, kolaborasi menjadi cara yang paling relevan, bukan kompetisi,” kata Achmad.

Masih dalam proses finalisasi, nantinya ada beberapa platform healthtech dan startup yang popular akan menjadi mitra Doctugo. Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh Trustmedis yaitu sekitar 240 rumah sakit dan klinik, diharapkan bisa dimanfaatkan oleh mitra dan sebaliknya. Mereka juga ingin memberikan kesempatan kepada pasien dari masing-masing fasilitas kesehatan yang bergabung pilihan lebih dan fleksibilitas.

“Saat ini kami sudah memiliki sekitar 5 juta pasien yang terdaftar dari fasilitas kesehatan yang bergabung dengan Trustmedis. Harapannya dengan aplikasi Doctugo jumlah tersebut bisa bertambah dua kali lipat hingga akhir tahun 2021,” kata Achmad.

Meskipun baru diluncurkan sekitar tiga minggu lalu, Achmad mengklaim saat ini aplikasi Doctugo sudah diunduh sekitar 500 orang di Play Store dan sudah menjalin kemitraan dengan 6 rumah sakit di beberapa wilayah di Indonesia. Harapannya jika jumlah unduhan bertambah menjadi 5 ribu, mereka akan melakukan peluncuran resmi aplikasi ini.

Akses resume medis dan rencana penggalangan dana

Untuk memastikan semua pasien terverifikasi, bagi pasien yang ingin memanfaatkan berbagai layanan di aplikasi Doctugo, harus mengunduhnya di fasilitas kesehatan yang mereka kunjungi. Nantinya mitra rumah sakit atau klinik akan merekomendasikan pasien mengunduh aplikasi Doctugo. Bukan hanya proses antrean saja yang bisa dimanfaatkan, namun resume medis juga nantinya bisa diakses oleh pasien melalui aplikasi.

“Kami pastikan semua aturan dari regulator kami ikuti. Nantinya resume medis bisa dilihat langsung di aplikasi demikian juga dengan berbagai layanan lainnya” kata Achmad.

Dengan demikian Trustmedis tidak perlu melakukan kegiatan edukasi hingga awareness kepada pasien. Karena semua proses dilakukan oleh pihak fasilitas kesehatan yang bergabung. Sehingga menjamin kebenaran pasien yang ada, untuk bisa menikmati semua layanan yang tersedia di aplikasi.

Secara bisnis, melalui aplikasi Doctugo, Trustmedis diharapkan bisa lebih mudah melancarkan kegiatan monetisasi ke fasilitas kesehatan yang ke depannya memiliki potensi untuk menambah jumlah pasien mereka.

“Dari sisi kuantitas kami melihat lebih banyak dari fasilitas kesehatan berupa klinik. Namun dari sisi value, rumah sakit menjadi ideal bagi kami karena besarnya jumlah pasien yang dimiliki,” kata Achmad.

Setelah awal tahun 2020 lalu telah mengantongi pendanaan awal, tahun ini Trustmedis berencana untuk melakukan kegiatan penggalangan dana kembali. Masih dalam proses penjajakan, ditargetkan kuartal tiga tahun ini, dana segar bisa dikantongi.

“Meskipun saat awal pandemi bisnis kami yang mengandalkan sepenuhnya fasilitas kesehatan menurun, namun dengan layanan Telemedis dan saat ini aplikasi Doctugo, diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan bisnis Trustmedis yang makin terakselerasi berkat masifnya adopsi digital di kalangan masyarakat Indonesia,” kata Achmad.

Application Information Will Show Up Here

goKampus Receives Pre Series A Funding Led by Sovereign’s Capital and SALT Ventures

The edtech platform goKampus that focuses on lecture’s needs today (03/6) announced the pre-series A funding led by Sovereign’s Capital and SALT Ventures. Currently “oversubscribed”, also participated in this round Azure Ventures and several angel investors. The value was undisclosed. Additional capital will be focused on product development, team recruitment, and user acquisition.

“Sovereign’s Capital provides connections and accelerates growth in Indonesia, as well as a strong network in the United States; while SALT Ventures’ strong media presence in Indonesia makes it easy for us to increase the number of student users on the platform,” GoKampus’ Founder & CEO, Nathanael Santoso said.

Was founded in 2018, goKampus services seek to digitize college system by providing comprehensive access to higher education services. Starting from registration to campus, virtual learning services, scholarship information and education loan, and channelling internships.

A study case, students can be accepted into their dream department by sending a photo of their transcript. goKampus and college partners will proceed admission instantly through the application.

From the statistics, the startup currently has around 250 thousand active student users with 400 university partners spread across Indonesia and various other countries. As of 2021, it is also said that student placements through the GoKampus Instant Approval feature have increased 30 times compared to the previous year.

Earlier this year the GoKampus Cloud University program was launched as the first digital university to offer an on-demand digital business management curriculum equivalent to an undergraduate degree in Indonesia. The fee is claimed to be 40% more affordable than conventional universities, the curriculum is designed as attractive as possible, therefore, the study will not be boring.

“At goKampus Cloud University, each student can build their own curriculum, get the most advanced learning experience, transfer credits to our partner universities, earn a bachelor’s degree, or enter internships and work programs after they have completed the course. The courses will be through film and cinematic learning experiences, where class quality, student retention and learning outcomes will be accelerated and optimized. We plan to launch this latest version of the digital university experience in July,” Nathanael said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Zenyum Secures Series B Funding, to Accelerate Expansion Throughout Asia

After securing series A funding in 2019 from RTP Global, Sequoia India, TNB Aura, SEEDS Capital, and several other investors, the direct-to-consumer (D2C) platform that offers Zenyum dental care products has received another funding from L Catterton worth of $25 million. Zenyum’s previous investors participated in this round, including Sequoia Capital India, RTP Global, Partech, TNB Aura, Seeds Capital and FEBE Ventures.  The company managed to raise a total funding of $40 million.

Zenyum’s CEO, Julian Artope revealed to DailySocial that dental care and related products, also known as “Smile Cosmetics” is a billion dollar opportunity across Southeast Asia. Zenyum wants to be the market leader in the fastest growing region in the world.

“With this funding, we can accelerate our expansion across Asia, deepen our product range, and further develop our technology stack to become a true partner for dentists while building a category-defining company,” Julian said.

Regarding Zenyum’s business in Indonesia, Julian emphasized their plan to expand. Was founded in 2018, Zenyum has grown exponentially, with a 4x increase in revenue by 2020. With technology support and partner network integration, Zenyum formed collaborations with dentists that are accessible across Asia through a secure and personalized process.

“Zenyum has grown exponentially over the past year and ZenyumClear has quickly become the market leader in our segment in Asia. We are also executing on a wider category and successfully launching other Smile Cosmetic Products such as our ZenyumSonic toothbrush which has proven to be a great success story, dominates the Electric Toothbrush category on third-party e-commerce platforms and is sold at well-known retailers such as the Guardian,” Julian said.

Pandemic and Zenyum business growth

During the pandemic, Zenyum launched online and offline activities and services to help their customers. The difficulty in conducting face-to-face meetings was solved by the Zenyum team by providing online consulting services and treatments.

It is expected that through this process, instead of returning every month for visits, Zenyum’s dentist and customer service team track customer progress more closely and timely through the app and only ask customers to come back for an in-person consultation if necessary.

“This enables our customers to use proprietary technology to minimize inefficiencies in the invisible aligner treatment process and also helps dentists optimize their time and digitize their practice. This can also increase the level of care and quality of outcomes for customers, resulting in a Net Promoter Score (NPS) of the best customer in its class,” Julian said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here