Pintek Tengah Negosiasi untuk Pendanaan Seri A Lanjutan, FMO Berpotensi Terlibat

Setelah mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai hampir 100 miliar Rupiah akhir tahun 2021 lalu, Pintek dikabarkan tengah dalam diskusi untuk perpanjangan seri A. FMO, bank pembangunan internasional Belanda berpotensi untuk masuk di pendanaan tersebut.

DailySocial.id mencoba menghubungi Pintek terkait hal ini. Representatif perusahaan memberikan konfirmasi bahwa perusahaan memang tengah menjajaki potensi pendanaan dalam perpanjangan seri A bersama FMO. Namun, saat ini masih dalam tahap diskusi dan belum ada kesepakatan resmi.

Dilansir dari DealStreetAsia, ketertarikan FMO untuk berinvestasi di platform p2p lending khusus pendidikan ini juga terpapar dalam keterbukaan perusahaan.

Di putaran kemarin, investor Pintek termasuk Kaizenvest, Heritas Capital, Blue7, dan Earlsfield Capital. Selain itu juga ada investor terdahulu, seperti Finch Capital, Global Founder Capital (GFC), Accion Venture Lab, Strive, dan Fox Ventures.

Investasi berdampak

Sebagai bank pembangunan kewirausahaan, FMO memiliki misi untuk memberdayakan pengusaha untuk membangun dunia yang lebih baik ini. Untuk itu, perusahaan berinvestasi dalam bisnis, proyek, dan lembaga keuangan, dengan menyediakan pembiayaan, pengetahuan, dan jaringan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Investasi ini berfokus pada sejumlah SDG dan di sektor-sektor utama yang penting bagi kemajuan ekonomi dan sosial serta memiliki posisi yang kuat di pasar Lembaga Pembiayaan Pembangunan (DFI).

Ini bukanlah kali pertama perusahaan terlibat dalam investasi di Asia Tenggara. Sebelumnya, FMO pernah menyalurkan kredit pendanaan untuk PT Indosurya Inti Finance dengan tujuan pembiayaan UMKM Indonesia. Selain itu, bank pembangunan asal Belanda ini juga terlibat dalam dana kelolaan Jungle Ventures, salah satu pemodal ventura yang memiliki fokus investasi di Asia Tenggara.

Perkembangan bisnis Pintek

Sejak didirikan pada 2018, Pintek dan afiliasinya telah mendukung lebih dari 2.750 institusi pendidikan dan 100 UKM pendidikan untuk menjangkau lebih dari 650 ribu siswa, serta menyediakan konten edukasi keuangan kepada masyarakat dengan 1,3 juta pengunjung unik setiap bulan. Pencapaian tersebut, membuat Pintek optimis menargetkan 10 juta pelanggan di ekosistem dalam lima tahun ke depan.

Perusahaan juga mengklaim telah menggelontorkan dana pinjaman sebesar Rp14.8 miliar kepada 849 penerima pinjaman. Dengan besar pinjaman mulai dari Rp3 juta hingga Rp300 juta. Bunga yang ditawarkan berkisar 0-1.5 persen per bulan.

Belum lama ini, Pintek juga telah berkolaborasi dengan SIPLah. Melalui program SIPLah, Pintek terus berkomitmen untuk menjadi salah satu roda penggerak pendidikan di Indonesia dengan mengajak para pelaku usaha/UKM pendidikan mengembangkan potensi bisnis yang lebih optimal melalui proses digitalisasi.

Hal ini menjadi salah satu langkah Pintek dalam mendukung perkembangan pelaku usaha/UKM pendidikan khususnya yang memiliki bisnis pada pengadaan kebutuhan pendidikan di Indonesia.

Selain Pintek, sejumlah fintech lending lainnya di Indonesia juga memiliki fokus ke sektor pendidikan, di antaranya Danadidik, Cicil, hingga KoinPintar dari Koinworks.

Brand Aggregator “Tjufoo” Ingin Naik Kelaskan Pengembang Merek D2C Lokal

Makin meningkatnya model bisnis rollup e-commerce atau brand aggregator di Indonesia dimanfaatkan oleh berbagai startup untuk memberikan wadah bagi entrepreneur D2C memperkuat bisnis mereka. Salah satu platform yang mencoba untuk memberikan layanan tersebut adalah Tjufoo.

Baru meluncur awal tahun 2022, startup yang didirikan oleh mantan pegawai Grab, TJ Tham, ingin menjadi brand aggregator dengan konsep “House of Brands”. Yakni membantu brand lokal untuk meningkatkan performa melalui rangkaian teknologi digital, platform data, kecerdasan buatan, dan tim yang berpengalaman.

Kepada DailySocial.id, TJ Tham menegaskan, berbeda dengan platform lainnya yang menawarkan layanan serupa, Tjufoo secara khusus ingin fokus kepada pasar Indonesia secara menyeluruh. Dengan demikian bisa membantu pemilik brand di berbagai daerah memaksimalkan bisnis mereka lebih besar lagi.

Terkait dengan kategori brand pun, TJ Tham enggan untuk menyasar satu kategori secara spesifik. Kompleksnya jenis brand D2C di Indonesia, menjadikan Tjufoo lebih memilih untuk agnostic dan menerima semua brand yang relevan.

“Masih terlalu dini bagi kami untuk menentukan brand secara spesifik yang ingin kami targetkan. Dari pengalaman saya bertanya kepada investor hingga konsultan yang ternama, mereka masih belum bisa menemukan konsep brand yang ideal untuk bisnis D2C di Indonesia. Untuk itu kami memilih agnostic,” kata TJ Tham.

Di Indonesia saat ini platform brand aggregator yang sudah hadir di antaranya adalah Una Brands, Hypefast dan OpenLabs.

Ingin menjadi mitra strategis

Dari sisi kurasi brand, tim Tjufoo tetap memiliki ticket size investasi yang disesuaikan. Dan cara mereka melihat brand untuk bisa diinvestasikan: Apakah mereka sudah siap untuk menjalin kerja sama strategis dengan Tjufoo?

Jika memang belum siap, Tjufoo menawarkan kepada pemilik brand untuk mengikuti program inkubator Sarinah Pandu. Sarinah Pandu menjadi salah satu bentuk PT SARINAH membina pelaku UMKM melalui serangkaian pelatihan dengan silabus yang sistematis serta berkolaborasi dengan para stakeholder.

Dalam kerja sama ini, Tjufoo juga memberikan dukungan berupa pendanaan bisnis, mentoring, dan ekosistem guna pengembangan digitalisasi UMKM rujukan Sarinah.

Tjufoo berkomitmen untuk mempercepat pertumbuhan UMKM dengan mengakuisisi brand lokal pada kategori D2C atau berjualan tanpa perantara. Di tahun ini, Tjufoo berencana untuk mempercepat pertumbuhan bisnis UMKM di Indonesia dengan mengakuisisi brand lokal potensial. Permodalan masih menjadi masalah kompleks yang selalu dihadapi oleh para pengusaha UMKM di Indonesia.

“Untuk itu, kami berkomitmen untuk mengembangkan UMKM dan brand lokal dari berbagai kategori dan level dengan berinvestasi pada modal pengembangan usaha dengan nilai akuisisi sebesar Rp1,8 triliun yang akan segera kami jalankan sebagai rencana jangka pendek. Dengan dukungan permodalan ini, kami berharap Indonesia mampu menelurkan ratusan brand lokal yang dapat bersaing di pasar global,” kata TJ Tham.

Tahun ini ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh Tjufoo, di antaranya adalah membangun fondasi yang kuat bagi ekosistem D2C dan terus merekrut brand dengan jumlah yang tidak terbatas, selama ada kecocokan di antara mereka.

Tjufoo juga ingin menjadi mitra bagi brand, yang bukan hanya memberikan investasi saja sekitar 51%, namun juga ingin menjadi mitra yang membantu brand mengelola bisnis hingga membantu mereka merekrut talenta digital yang terbaik. Untuk bisa bertumbuh secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan zaman, Tjufoo juga senantiasa memberikan mentoring dari indvidu-individu unggul perusahaan lintas sektor besar seperti Apple, Grab, Amazon, SAP, dan JP Morgan.

“Kebanyakan brand aggregator memilih cara exit yaitu membeli brand tersebut secara penuh. Namun di Tjufoo selain menawarkan cara tersebut, kami juga ingin bersama membangun brand lebih baik lagi dan bertindak sebagai mitra strategis,” kata TJ Tham.

Rencana penggalangan dana seri A

Saat ini Tjufoo telah merampungkan pendanaan pra-seri A. Tercatat sudah ada dua venture capital yang memberikan pendanaan kepada mereka, di antaranya adalah TNB AURA dan Venturra Discovery. Tahun ini Tjufoo memiliki rencana untuk melanjutkan kegiatan penggalangan dana untuk tahapan seri A.

Kepada DailySocial.id, Partner Ventura Discovery Raditya Permana mengungkapkan, melihat besarnya potensi bagi platform seperti Tjufoo untuk tumbuh di Indonesia sebagai brand aggregator, menjadi alasan utama mengapa Venturra tertarik untuk memberikan investasi kepada Tjufoo.

Alasan lain mengapa Venturra Discovery tertarik untuk menjadi investor adalah, pengalaman TJ Tham sebagai CEO yang sebelumnya turut membangun Grab tumbuh di Indonesia. Dilihat dari pengalaman, skill dan empati yang dimiliki TJ Tham, menjadi alasan yang kuat bagi mereka untuk membantu Tjufoo tumbuh menjadi brand aggregator unggulan di Indonesia.

“Kami juga melihat fokus Tjufoo yang hanya di Indonesia menjadi pilihan terbaik. Berbeda dengan brand aggregator lainnya yang lebih memilih untuk memasarkan ke pasar global, pemilihan Tjufoo untuk fokus di Indonesia menjadi ideal, karena lanskap commerce di Indonesia yang terbilang kompleks. Channel yang dipilih kebanyakan oleh pemilik brand kelas mikro bukan hanya channel e-commerce saja namun juga chat commerce, media sosial, dan lainnya,” kata Raditya.

DSConnect: LingoTalk and Gelora.id are Fundraising

DSConnect is launched to bridge between startups and investors. Using this platform, investors can find a list of startup founders currently fundraising with the details of the company, founders, as well as fundraising. With a click of a button, founders and interested potential investors can get an email introduction they can follow up with further meetings.

This article is the opening series to promote selected startups on DSConnect are currently fundraising. We did a tight curation for each entry to ensure the startup quality. Here’s the list:

LingoTalk ($500K)

LingoTalk is an edtech platform focusing on delivering efficient language learning with the support of an AI-based recommendation system. Aiming to deliver only what matters, LingoTalk serves as an aggregator to produce personalized material to the users which are pre-assessed based on their needs, preferences, and learning style. LingoTalk provides several options of languages with specific key segments that are tailor-made to the users’ needs.

More info: https://connect.dailysocial.id/fundraising/lingotalk

Gelora.id ($500K)

Gelora.id is a sports marketplace enabled by a SaaS for venue operators to digitally manage their facilities, starting from bookings. The sports industry is notorious for their lagging innovations, and is still managed by paper and pen for decades, consequently its hard for sport communities to find an available facility. Gelora is modernizing this space with cloud management software and data analytics.

More info: https://connect.dailysocial.id/fundraising/geloraid

For more startups and opportunities to invest in them, visit https://connect.dailysocial.id/. If you are a startup founder and are still fundraising, please select the “Connect to Investor” option and tell us more about your startup and the fundraising. Meanwhile, if you are a venture capitalist or angel investor, please “Apply as Investor” and give us a little bit of information about you before we decide to admit you to the platform.

Klaim Pertumbuhan Bisnis, GandengTangan Segera Rampungkan Penggalangan Dana Seri A

Platform peer-to-peer lending GandengTangan tahun 2021 lalu berhasil menyalurkan pinjaman hingga Rp40,5 miliar, meningkat 10x lipat dari tahun sebelumnya.

Di tahun yang sama, GandengTangan juga telah mengantongi status berizin dari OJK. Meskipun saat pandemi tahun 2020 lalu mengganggu pertumbuhan GandengTangan, namun 2021 mereka telah mencatatkan rekor angka penyaluran pinjaman sejak awal berdiri.

Perdalam kerja sama dengan bank

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO GandengTangan Jezzie Setiawan mengungkapkan, startupnya telah menambah kerja sama strategis dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah dengan Bank Sulselbar. Kerja sama tersebut akan dilanjutkan ke tahap integrasi yang lebih mendalam; awal tahun ini platform GandengTangan akan digunakan di 32 cabang Bank Sulselbar.

“Kami telah melakukan sosialisasi untuk roll out di 32 cabang Bank Sulselbar. Harapannya dengan kerja sama strategis ini bisa memberikan kesempatan kepada UMKM untuk mendapatkan pinjaman dari bank,” kata Jezzie.

Meskipun cukup sulit proses yang harus dilalui oleh platform fintech seperti GandengTangan untuk bisa menjalin kerja sama strategis dengan bank daerah, namun peluang tersebut dinilai bisa menyasar pelaku UMKM secara langsung. Karena masih besarnya risiko bank untuk memberikan pinjaman kepada usaha mikro, menjadikan kolaborasi dengan platform fintech sangat relevan. GandengTangan juga telah berkolaborasi dengan BRI. Saat ini bersama BRI juga telah dilakukan piloting di Tasikmalaya.

GandengTangan telah memiliki 10 lender institusi termasuk bank dan perusahaan modal ventura; dan 20 ribu lender dari kalangan individu. Untuk lender individu berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk lender institusi, kebanyakan masih di pulau Jawa dan Sulawesi Barat. GandengTangan juga saat ini telah memiliki kategori borrower dari pelaku UMKM kelas mikro hingga menegah.

“Untuk borrower tercatat saat ini sudah sekitar 25 ribu dan sudah di seluruh Indonesia. Kami berhasil menjaga NPL 3% dan TKB90 sekitar 97%,” jata Jezzie.

Komitmen menjadi platform yang aman dan terproteksi diwujudkan GandengTangan dengan memperkuat sistem manajemen risiko. Langkah yang dilakukan adalah penggunaan berbagai macam metode pengamanan pembayaran dan menerapkan model credit scoring yang lebih komprehensif.

Inovasi baru dan penggalangan dana

Secara khusus saat ini GandengTangan memiliki 3 produk unggulan. Di antaranya adalah untuk pelaku UMKM mikro yang memanfaatkan koperasi hingga platform digital sebagai mitra mereka, kemudian ada juga invoice financing, dan yang terakhir adalah menyalurkan pinjaman limit Rp250 juta dengan suku bunga 6% per tahun. Layanan ini bisa terwujud berkat dukungan PT Bahana Artha Ventura yang juga merupakan investor dari GandengTangan.

Sementara untuk skema invoice financing, UMKM dapat menjadikan invoice belum terbayar sebagai jaminan untuk mendapat pendanaan dengan limit Rp2 miliar. Usaha perorangan pun dapat mengajukan pendanaan dengan limit Rp25 juta melalui GandengTangan berkat kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro (LKM).

“Tahun ini kami fokus untuk mengembangkan sederet inovasi pendanaan agar memudahkan UMKM jalankan usahanya. Beberapa inovasi tersebut sudah kami mulai di awal tahun ini,” ucap Jezzie.

Rencana lain yang ingin dilancarkan adalah melakukan penggalangan dana untuk tahap seri A. Masih dalam proses finalisasi, GandengTangan menargetkan sudah bisa mengantongi dana segar tersebut di kuartal dua tahun ini. Nantinya pendanaan tersebut akan digunakan oleh GandengTangan untuk memperluas kolaborasi dengan mengembangkan teknologi API, agar bisa disematkan di berbagai platform.

Saat ini GandengTangan telah memiliki aplikasi khusus untuk lender. Sementara untuk borrower disediakan pilihan untuk akses melalui situs web atau melalui mitra koperasi hingga platform digital yang menjalin kerja sama strategis dengan GandengTangan.

“Jika 2021 adalah tahun bangkitnya UMKM, di tahun ini kami berharap UMKM bisa semakin berkembang. GandengTangan akan selalu siap mendampinginya mencapai kesuksesan,” tutup Jezzie.

Sepanjang tahun 2021 (hingga November), menurut statistik yang dihimpun OJK, platform fintech lending telah menyalurkan sekitar Rp77,5 triliun dananya ke sektor produktif di berbagai bidang. Layanan fintech lending memang diharapkan menjadi alternatif pembiayaan modal di tengah pertumbuhan pesat sektor UMKM di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

DSConnect: Batex and Cityplan are Fundraising

DSConnect is launched to bridge between startups and investors. Using this platform, investors can find a list of startup founders currently fundraising with the details of the company, founders, as well as fundraising. With a click of a button, founders and interested potential investors can get an email introduction they can follow up with further meetings.

This article is the opening series to promote selected startups on DSConnect are currently fundraising. We did a tight curation for each entry to ensure the startup quality. Here’s the list:

Batex ($700K)

Batex Technologies is a company based in Central Java that produces cutting edge batteries for energy storage systems that will be used for consumer power walls, silent generator set ($1.5 billion markets in the Asia Pacific, 2020), and electric vehicles (projected $60 billion markets in SEA by 2027).

More info: https://connect.dailysocial.id/fundraising/batex

Cityplan ($250K)

Cityplan is a startup that empowers companies to find the location for expansion strategy and optimize their supply chain through location intelligence. Currently, we broaden our service to the logistic industry, especially the pick-up point expansion in the first mile and last-mile process. The Indonesia courier, express, and parcel (CEP) market will reach $6045 million by 2026 (Mordor intelligence report).

More info: https://connect.dailysocial.id/fundraising/cityplan


For more startups and opportunities to invest in them, visit https://connect.dailysocial.id/. If you are a startup founder and are still fundraising, please select the “Connect to Investor” option and tell us more about your startup and the fundraising. Meanwhile, if you are a venture capitalist or angel investor, please “Apply as Investor” and give us a little bit of information about you before we decide to admit you to the platform.

Atur Toko Bantu UMKM Kelola Usaha di Marketplace, Sediakan Teknologi dan Layanan Menyeluruh

Bertujuan untuk meminimalisir biaya saat memasarkan dan menjual produk mereka, platform e-commerce enabler Atur Toko, hadir menawarkan teknologi dan layanan kepada UMKM. Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Atur Toko Bagus Dewantara mengungkapkan, berawal dari sebuah proyek lalu muncul ide untuk kemudian mengembangkan teknologi yang relevan kepada UMKM guna memperluas kanal penjualan mereka.

Berangkat dari hipotesis tersebut bersama dengan pendiri lainnya yaitu Christiono Hendrawan, Asfar, dan Ricky Erri Thoiffur dibuat software sendiri agar bisa digunakan untuk merchant lebih banyak lagi.

Atur Toko resmi meluncur tahun 2019 lalu. Saat ini mereka telah memiliki sekitar 5 ribu merchant dan 200 brand yang tersebar di seluruh Indonesia. Secara khusus Atur Toko membantu optimalisasi penjualan brand dengan Team Brand Manager dari platform untuk mengelola strategi penjualan produk di marketplace.

Selain menyediakan teknologi Atur Toko juga menyediakan layanan pendukung. Di antaranya adalah tim fulfillment, store management, hingga gudang yang dikelola sendiri.

“Bisa dibilang platform kami sangat komprehensif secara end-to-end membantu mereka yang baru mulai berjualan hingga brand besar untuk mendorong pertumbuhan bisnis,” kata Bagus.

Produk unggulan Atur Toko

Saat ini teknologi Atur Toko telah terintegrasi dengan enam marketplace besar di Indonesia. Sistem yang terintegrasi memungkinkan UMKM untuk memonitor tokonya di berbagai platform marketplace hanya dengan satu dashboard; termasuk mendapatkan data penjualan, stok produk, layanan branding, pinjaman modal, hingga chatboard.

Terdapat tiga produk unggulan yang bisa dipilih oleh pengguna. Di antaranya adalah AturToko+, omnipos dan Buat Toko+. Masing-masing memiliki layanan yang bisa dimanfaatkan oleh penjual baru hingga brand besar.

Untuk saat ini produk yang paling banyak dipilih oleh pengguna adalah AturToko+. Salah satu alasan mengapa makin banyak pengguna memilih produk yang bisa membantu pengguna memasarkan produk mereka dengan bantuan dari tim Atur Toko adalah, agar mereka bisa lebih fokus kepada produksi dan memastikan barang berkualitas.

“Selain itu kami melihat makin banyak di antara mereka yang ingin memiliki kanal penjualan lebih luas lagi dengan biaya yang rendah. Sementara saat ini kebanyakan di marketplace biayanya cukup tinggi dengan besarnya potongan yang dibebankan kepada mereka. Jika ada kanal penjualan lain dengan biaya yang rendah tentunya akan lebih membantu mereka,” kata Bagus.

Bagi mereka penjual baru yang belum memiliki produk bisa bergabung bersama dengan Atur Toko menjadi Drop Ship. Hanya dengan memasarkan semua katalog yang berasal dari brand UMKM yang bergabung dengan Atur Toko, mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan sebagai penjual.

Untuk memudahkan pengguna melakukan pembayaran disediakan pilihan yang bisa dikustomisasi. Meskipun sebagai platform Atur Toko mengedepankan komputasi awan (cloud) namun disediakan pilihan lain untuk mempermudah mereka mengelola bisnis. Ke depannya Atur Toko juga akan mengenakan biaya tahunan untuk pengguna.

“Saya melihat layanan ini bukan one model fit for all ada beberapa variasi model yang kami hadirkan meskipun hanya sedikit pilihannya. Fokus utama kami ke depannya adalah komputasi awan,” kata Bagus.

Gudang e-commerce dan rencana penggalangan dana

Tim dan manajemen Atur Toko / Atur Toko

Bekerja sama dengan pemerintah daerah, Atur Toko mendirikan gudang e-commerce untuk pengembangan UMKM. Gudang e-commerce memungkinkan pelaku UMKM untuk berfokus pada produksi saja sementara Atur Toko akan mengelola keseluruhan proses dan meningkatkan penjualan UMKM. Mulai dari foto produk, manajemen media sosial, kebijakan harga, media pengemasan produk, hingga proses pengiriman kepada pembeli.

Sepanjang tahun 2021, Atur Toko telah berhasil melakukan inisiasi dengan beberapa Pemda untuk menggagas kerja sama pendirian gudang e-commerce bagi UMKM Binaan Pemda. Di antaranya di daerah Garut, Gorontalo, Bekasi, Kalimantan Barat, dan Mojokerto. Di tahun 2022, Atur Toko menargetkan untuk melakukan penetrasi ke 20 Pemerintahan Daerah.

“Selain dapat menyimpan semua produk dari UMKM, Gudang E-commerce Atur Toko juga berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi pelaku UMKM yang ingin mengembangkan bisnis. Harapannya kami bisa mengawal usaha mereka, setelah mereka selesai melakukan pelatihan dengan Atur Toko,” kata Bagus.

Setelah menjalankan bisnis secara bootstrap, saat ini Atur Toko telah mengantongi pendanaan awal yang diperoleh dari angel investor. Rencananya pada kuartal pertama tahun 2022 ini, perusahaan akan melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan.

Sebelumnya perusahaan mengklaim sempat dilirik oleh dua perusahaan teknologi Indonesia untuk kemudian diakuisisi. Namun demikian karena tidak adanya kesepakatan di antara kedua belah pihak, proses akuisisi tersebut tidak dilanjutkan.

“Tujuan kami sejak awal adalah bisa menciptakan supply chain dengan biaya yang rendah untuk supplier. Yang menarik dari social commerce adalah, semua biaya bisa sangat rendah karena memanfaatkan kanal seperti media sosial untuk berjualan, sehingga mereka bisa fokus kepada penyediaan produk yang bagus dan dari sisi logistik bisa memuaskan untuk pelanggan,” tutup Bagus.

JaPang Provides Grocery Supply Chain Innovation to Focus on Outside Java

The huge opportunity to disrupt the system of providing rice, chicken and eggs as staple food for the community has inspired Jaringan Pangan (JaPang) to present a breakthrough in the distribution system empowered by technology. In particular, JaPang serves lots of customers outside Java for its product and technology services. This startup officially launched in April 2021, targeting the B2B segment.

Jaringan Pangan Indonesia’s Founder & CEO, Benny Tjong said to DailySocial that the reason they focus on rice, chicken and eggs is because the products has a large volume. For rice alone, the market opportunity is recorded at around $22 billion per year.

“Aside from volume basis, these products are not easily rotten. Rice is guaranteed as a lifetime product, while we sold frozen chicken, it can stay longer. Likewise for eggs, which mostly have at least 30 days shelf life from its laying,” Benny said.

Partnership with local farmers

In order to provide these products, JaPang has established partnerships with local farmers. It is expected to give them direct access to the target market, which is still difficult. At least 350 rice farmers have joined, 100 chicken farmers and 20 chicken egg farmers. JaPang also has 45 B2B clients in various cities.

“We also sell complimentary products such as cooking oil and sugar. We developed our private label for all of these products. These products are also complementary to basic food products,” Benny added.

Focusing on cities outside Java, JaPang claims to have covered most cities in Kalimantan. They also target Sulawesi, Maluku and Papua. In particular, JaPang has several revenue streams, B2B for distributors and agents, as well as B2B2C specifically for retail and their flagship initiative, “Jawara” (JApang WARung RAkyat).

Jawara for B2B2C

In addition to bridging the distributors and agents needs, JaPang helps them distribute and sell all products. Apart from having partners in various areas and even in several cities that are included in the primary city category, JaPang will open its own depot, all of which are managed by the JaPang team. This is related to the company’s next step to develop the B2B2C segment, Jawara.

“We present Jawara for SMEs by creating a social impact for those novice entrepreneurs who want to star a business. In terms of capital, we will provide capital in the form of stock by selling rice, eggs and chicken,” Benny said.

He added that they also partnered with several financial institutions to provide capital. It is expected that more partners from other financial institutions will join JaPang to help the Jawaras.

This latest initiative is still concentrated in the Greater Jakarta area. However, JaPang targets to expand throughout Indonesia in the future. In the first quarter of 2022, they target to reach around 10 thousand Jawaras.

In order to simplify the process, JaPang will be managing the launched depots. In the future, the it can be functioned as a dark store (that only serves online transactions) and will adopt an omnichannel strategy for pick up or delivery. Currently, JaPang has 5 depots in Jabodetabek and 5 others outside Java.

“Currently, we have reached more than 100 Jawaras in Jabodetabek and it is estimated to reach 500 this month. In January 2022, Jawara is to expand to Surabaya, followed by other big cities,” Benny said.

Fundraising plan

To date, JaPang has secured seed funding with a total value of $500 thousand or equivalent to 7.1 billion Rupiah. This amount is a combination of the founders’ investment and fresh funds from several angel investors. In order to accelerate business growth and expansion plans, JaPang is currently in the process of finalizing the pre-series A fundraising. If it goes well, JaPang will announce the news at the end of January 2022.

In addition to fundraising, JaPang is currently developing an app. It has been launched for B2B clients, but since it is still difficult to adopt them online, this app is currently available for internal. In the future, JaPang will develop an app for all partners to buy products, as well as for Jawara and the end consumers.

“It’s not exclusive for Jawara, buyers will be able to find out where the nearest Jawara is. Everything is currently under development forthe app,” Benny added.

In 2022, JaPang will focus on introducing Jawara to the wider market. This includes acquiring more Jawaras, especially those who are affected by the pandemic and want to earn additional income by joining Jawara. The logistics development alone is part of the company’s roadmap. They are currently utilizing third party logistics.

“Our focus remains on B2B and Jawara clients, as well as how we can have food security and help SMEs have economic resilience,” Benny said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

JaPang Hadirkan Inovasi “Supply Chain” Produk Bahan Pangan, Fokus di Luar Jawa

Besarnya peluang untuk mendisrupsi sistem penyediaan beras, ayam, dan telur sebagai bahan pangan pokok masyarakat, dimanfaatkan oleh Jaring Pangan (JaPang) untuk berinovasi menghadirkan terobosan sistem distribusi yang diberdayakan teknologi. Secara khusus JaPang banyak melayani pelanggan di luar Jawa untuk layanan produk dan teknologi mereka. Menyasar segmen B2B, startup ini resmi meluncur bulan April 2021 lalu.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Jaring Pangan Indonesia Benny Tjong mengungkapkan, alasan mereka untuk fokus kepada beras, ayam, dan telur adalah karena memiliki volume yang sangat besar. Untuk beras sendiri tercatat dalam peluang pasar bisa mencapai sekitar $22 miliar per tahunnya.

“Selain basis volume,  kami melihat produk tersebut memiliki ketahanan dalam waktu yang cukup lama. Untuk beras sudah terjamin sebagai lifetime product, sementara untuk ayam karena kami menjual dalam bentuk beku bisa memiliki daya tahan yang lama. Demikian juga untuk telur, yang kebanyakan memiliki daya tahan selama 30 hari semenjak bertelur,” kata Benny.

Jalin kemitraan dengan petani lokal

Untuk menyediakan produk tersebut, saat ini JaPang telah menjalin kemitraan dengan petani lokal. Harapannya bisa memberikan akses langsung mereka kepada target pasar, yang selama ini masih sulit untuk dilakukan. Sedikitnya sudah ada 350 petani padi yang bergabung, 100 peternak ayam, dan 20 peternak telur ayam. JaPang juga telah memiliki 45 klien B2B di berbagai kota.

“Kami juga menjual complimentary product seperti minyak goreng dan gula. Semua produk tersebut kami buat sendiri mereknya melalui private label. Produk tersebut turut melengkapi menjadi produk sembako,” kata Benny.

Fokus kepada kota-kota di luar pulau Jawa, saat ini JaPang mengklaim telah menjangkau sebagian besar kota di pulau Kalimantan. Pulau lain yang juga disasar di antaranya adalah Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Secara khusus JaPang memiliki beberapa revenue stream, yaitu B2B untuk distributor dan agen, juga B2B2C khusus untuk ritel dan inisiatif unggulan mereka, “Jawara” (JApang WArung RAkyat).

Kembangkan Jawara untuk B2B2C

Selain menjembatani kebutuhan distributor dan agen, JaPang juga turut membantu mereka mendistribusikan dan menjual semua produk. Selain sudah memiliki mitra di berbagai area dan bahkan sudah ada di beberapa kota yang masuk dalam kategori primary city, JaPang akan membuka depo sendiri yang semuanya dikelola sendiri oleh tim JaPang. Hal tersebut diklaim ada kaitannya dengan beberapa strategi ke depan perusahaan untuk mengembangkan segmen B2B2C yaitu Jawara.

“Jawara kami hadirkan untuk pelaku UKM dengan menciptakan suatu social impact untuk mereka yang ingin memiliki usaha tapi tidak mengetahui bagaimana cara memulainya. Bagi mereka yang tidak memiliki modal akan kita berikan modalnya dalam bentuk stok dengan berjualan beras, telur dan ayam,” kata Benny.

Ditambahkan olehnya, untuk pembiayaan modal selain disediakan oleh JaPang sendiri, mereka juga bermitra dengan institusi finansial untuk menyediakan pilihan tersebut. Harapannya akan lebih banyak lagi mitra institusi finansial lainnya yang bergabung dengan JaPang membantu para Jawara.

Inisiatif baru ini masih terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek. Namun ke depannya JaPang menargetkan akan memperluas hingga ke seluruh Indonesia. Harapannya pada kuartal 1 tahun 2022 mendatang bisa merangkul sekitar 10 ribu Jawara.

Untuk mempermudah proses, nantinya JaPang akan mengelola depo-depo yang akan di buka sebelumnya. Depo tersebut ke depannya juga akan berfungsi sebagai dark store (konsep toko ritel yang hanya melayani transaksi secara online) dan akan mengadopsi strategi omnichannel yang bisa diambil langsung atau diantar. Saat ini JaPang telah memiliki 5 depo di Jabodetabek dan 5 lainnya di luar pulau Jawa.

“Saat ini jumlah Jawara di Jabodetabek sudah mencapai 100 lebih jumlahnya dan diperkirakan akan mencapai 500 Jawara bulan ini. Bulan Januari 2022 mendatang rencananya Jawara akan merambah Surabaya, dilanjutkan dengan kota-kota besar lainnya,” kata Benny

Rencana penggalangan dana

Saat ini JaPang telah mengantongi pendanaan awal dengan total nilai $500 ribu atau setara 7,1 miliar Rupiah. Jumlah tersebut merupakan gabungan investasi para pendiri dan dana segar dari beberapa angel investor. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan memperluas rencana ekspansi, JaPang saat ini tengah dalam proses finalisasi penggalangan dana pra-seri A. Jika sesuai dengan rencana, dana segar tersebut bisa dikantongi oleh JaPang akhir bulan Januari 2022.

Selain penggalangan dana, JaPang juga masih mengembangkan aplikasi. Untuk saat ini aplikasi klien B2B sudah diluncurkan, namun karena masih sulitnya untuk mengadopsi mereka secara online, aplikasi tersebut masih digunakan secara internal. Ke depannya JaPang akan mengembangkan aplikasi yang bisa digunakan semua mitra untuk membeli produk, demikian pula untuk Jawara dan end consumer.

“Bukan hanya untuk para Jawara namun juga pembeli nantinya bisa mengetahui lokasi terdekat Jawara ada di mana. Semua masih dalam proses pengembangan untuk aplikasi,” kata Benny.

Tahun 2022 mendatang fokus JaPang masih ingin memperkenalkan Jawara lebih luas lagi. Termasuk di dalamnya menambah jumlah Jawara, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi dan ingin mendapatkan penghasilan tambahan dengan bergabung menjadi Jawara. Pengembangan logistik sendiri juga menjadi bagian dari roadmap perusahaan. Saat ini mereka masih memanfaatkan logistik pihak ketiga.

“Fokus kita tetap kepada klien B2B dan Jawara, serta bagaimana kita bisa memiliki ketahanan pangan dan membantu UKM memiliki ketahanan ekonomi,” kata Benny.

DSConnect: Menjembatani Startup dan Investor

Mencetak sekitar 12 unicorn dan 57 centaur pada tahun 2021 adalah bukti bahwa ekosistem startup Indonesia telah berhasil melewati dekade pertamanya. Bahkan di masa pandemi.

Industri teknologi telah terbukti menghasilkan nilai ekonomi yang besar dan membangun kekayaan secara global, memberdayakan berbagai sektor untuk mengoptimalkan potensi mereka melalui teknologi. Meskipun daftar perusahaan rintisan dengan valuasi besar terus bertambah, masih banyak founder generasi baru bermunculan dengan keterampilan yang lebih solid dan pemahaman yang lebih baik tentang industri ini.

DSConnect dari DailySocial.id diluncurkan untuk menjembatani startup dan investor. Dengan DSConnect, investor dapat menemukan daftar pendiri startup yang saat ini melakukan penggalangan dana dengan detail perusahaan, pendiri serta tahapan penggalangan dana. Dengan mengklik tombol, pendiri dan calon investor yang tertarik akan menerima email pengantar yang dapat diarahkan ke diskusi lebih lanjut.

Kami percaya melalui marketplace pendiri dan investor ini, kami harus menjaga kualitas entitas semurni mungkin. Jadi untuk saat ini, kami akan mengkurasi kedua belah pihak: investor dan pendiri yang melakukan penggalangan dana. Detail untuk melamar sebagai pendiri dan investor ada di situs web.

Kami juga percaya bahwa sekarang adalah momentum untuk DSConnect. Kami melihat pertumbuhan pesat dalam dana yang dikelola serta perluasan hipotesis investasi modal ventura. Selain itu, ada tren di antara para pendiri, serial entrepreneur, dan pemimpin startup yang juga menjadi angel investor untuk berpartisipasi dalam putaran investasi ke startup tahap awal.

DSConnect dapat diakses melalui https://connect.dailysocial.id/, dimana Anda dapat mendaftar dan login menggunakan akun DailySocial Anda. Saat ini, platform sepenuhnya gratis dan tidak dikenakan biaya, karena kami berharap dapat menjadi pusat investasi untuk startup tahap awal dan komunitas investasi.

Jika Anda adalah pendiri startup dan masih melakukan penggalangan dana, silakan pilih opsi “Connect to Investor” dan beri tahu kami lebih lanjut tentang startup Anda dan rencana penggalangan dana.

Sementara itu, jika Anda seorang pemodal ventura atau investor angel, silakan “Apply as Investor” dan paparkan sedikit informasi tentang Anda sebagai bagian dari penilaian kami di dalam platform. Kami menjalankan proses kurasi yang ketat untuk memastikan datar investor dan penggalangan dana adalah perusahaan-perusahaan rintisan dan para investor luar biasa yang layak untuk dihubungkan. Proses ini mungkin memakan waktu beberapa hari, namun kami berupaya melakukannya secepat mungkin.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

DSConnect: Connecting Startups and Investors

About 12 unicorns with 57 centaurs in 2021 prove that Indonesia’s startup ecosystem has successfully passed its first decade. Even during the pandemic.

The tech industry has proven to generate great economic value and wealth creation globally, empowering various sectors to optimize their potential through technology. Although the list of startups with huge valuations continues to grow, the new generation of founders is still appearing with a more solid skillset and a better understanding of the industry.

DSConnect from DailySocial.id is launched to bridge between startups and investors. Using DSConnect, investors can find a list of startup founders currently fundraising with the details of the company, founders as well as the fundraising. With a click of a button, founders and interested potential investors can get an email introduction they can follow up with further meetings.

We believe that in this marketplace of founders and investors, we have to keep the quality of entities as pure as possible. So for now, we will be curating both sides: investors and fundraising founders. Details for applying as founders and investors are on the website.

We also believe that now is the right moment for DSConnect. We see rapid growth in managed funds as well as the expansion of the venture capital investment hypothesis. In addition, there is a trend among founders, serial entrepreneurs and startup leaders who also become angel investors to participate in investment rounds to early-stage startups.

DSConnect can be accessed via https://connect.dailysocial.id/, where you can register and login using your DailySocial account. The platform is completely free to access for now, as we hope to become an investment hub for early-stage startups and the investment community.

If you are a startup founder and are still fundraising, please select the “Connect to Investor” option and tell us more about your startup and the fundraising.

Meanwhile, if you are a venture capitalist or angel investor, please “Apply as Investor” and give us a little bit of information about you before we decide to admit you to the platform. We go through a tight curation process to make sure the fundraising and investors list contains awesome startups and investors worth connecting so it might take us a few days, but we’re doing it as fast as we can.