Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 2: Memahami Program

Ada banyak keuntungan bagi startup saat mengikuti program inkubator atau akselerator. Pertama, startup mendapatkan pengetahuan komprehensif seputar bisnis dan kepemimpinan yang spesifik. Kedua, membukakan jalan kepada startup untuk bertemu dengan rekanan strategis, termasuk mitra bisnis dan investor. Yang ketiga, membantu startup menguji ulang berbagai asumsi produk dan pangsa pasar yang telah didefinisikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, setelah mematangkan persiapan pra-inkubasi/akselerasi, startup perlu mengoptimalkan keikutsertaannya dalam program. Demi mendapatkan kiat-kiatnya, kami menghubungi beberapa penyelenggara atau mentor kegiatan tersebut. Salah satunya Donni Prabowo, General Manager AMIKOM Business Park (ABP), sebuah inkubator startup berbasis di Yogyakarta.

Menurut Donni, hal mendasar yang harus benar-benar diserap founder saat mengikuti program inkubator adalah membangun entrepreneur mindset. Baru setelah itu masuk ke tahap selanjutnya, yakni validasi yang mencakup problem validation, product validation, hingga business model validation.

“Menurut kami yang paling mendasar adalah berkaitan dengan entrepreneur mindset. Kami harus menempa startup founder agar memiliki sikap mental positif, open mind, dan pantang menyerah. Integritas yang tinggi serta komitmen yang kuat sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah bisnis,” ujar Donni.

Pengembangan mentalitas juga menjadi salah satu misi yang ditekankan Hari Sungkari dalam menyusun kurikulum pra-inkubasi di BEKUP (BEKRAF for Pre-Startup). Pada akhirnya saat startup benar-benar terjun di pangsa pasar, karakter founder akan banyak menentukan arah startup. Menurut Hari, bisnis digital saat ini harus dihadapi dengan kejelian dan pola pikir terbuka, oleh karena itu ia menekankan kepada founder didikannya untuk selalu siap berubah.

“Kurikulum BEKUP mengacu pada Lean Startup, kesiapan untuk pivot sangat ditekankan di sini. Founder harus mau berubah, ketika ide yang telah divalidasi tidak menghasilkan respons di konsumen. Ini yang mau kita tekankan, karena BEKUP hadir menciptakan mentalitas founder startup yang tangkas,” jelas Hari.

Fokus pada product-market fit dan kemitraan

Dalam sebuah kesempatan wawancara, SEA Regional Manager Fenox Venture Capital, Jeff Quigley, pengusung program GnB Accelerator di Indonesia, mengatakan bahwa fokus utama program akselerator membantu startup menemukan product-market fit, bukan lagi sekadar memvalidasi ide. Salah satunya dilakukan dengan mengundang mentor dari ekosistem startup untuk membahas penguatan internal startup sampai strategi ekspansi. Penguatan tim akan berdampak pada kinerja yang semakin kencang, sementara itu strategi ekspansi membawa startup pada potensi bisnis baru.

“Tujuan akselerator memastikan startup yang lulus dari program siap untuk melakukan scale-up dan memberikan dampak di ekosistem startup. Kami memiliki prioritas untuk memastikan setiap startup memenuhi kriteria untuk penggalangan dana di tahap berikutnya,” ujar Jeff.

Managing Director Plug and Play Indonesia Wesley Harjono mengutarakan, salah satu tujuan program akselerasi juga menghubungkan startup dengan mitra korporasi dan organisasi besar lainnya, termasuk pemerintahan. Kemitraan dengan bisnis besar dinilai akan membuka peluang bagi startup binaan melakukan banyak penyesuaian bisnis, belajar dari pengalaman korporasi menghadapi pangsa pasar.

Masalah umum

Di Yogyakarta, program ABP hampir selalu berhadapan dengan startup di tahap awal (early-stage). Dari pengalaman yang ada, Donni menyimpulkan ada tantangan mendasar yang sering dihadapi startup dan dapat Dibenahi dalam program inkubator atau akselerator. Permasalahan tersebut seputar fokus bisnis, permodalan, dan akses ke pasar. Sepertinya masalah tersebut memang menjadi fenomena umum di mana-mana.

“Banyak startup gagal karena kehilangan fokus, disebabkan oleh banyak hal, salah satunya karena mereka sering menjadikan startup hanya untuk mengisi waktu luang saja, belum menjadi prioritas utama,” ujar Donni.

Berdasarkan pengalaman beberapa startup, gagal fokus tersebut juga disebabkan karena faktor permodalan. Mereka merasa harus menghidupi operasional startup dengan bekerja. Modal yang minim ini juga membuat startup merekrut anggota tim sekenanya, bukan didasarkan pada keahlian. Oleh sebab itu, program inkubator atau akselerator biasanya membantu startup dengan memberikan pendanaan tahap awal. Harapannya para founder dapat benar-benar fokus mengembangkan bisnisnya.

Terakhir adalah seputar akses ke pasar. Program inkubator atau akselerator umumnya didirikan oleh perusahaan investasi atau korporasi. Selain dengan kurikulum pendidikan dan permodalan, mereka juga hadir membawakan jalur koneksi startup kepada mitra strategis. Harapannya dapat mempercepat startup untuk mematangkan debut di pasar pasca produknya tervalidasi dengan baik.

Startup Fintech InfraDigital Hadirkan Platform Pembayaran Khusus Bisnis Konvensional

Pergeseran kultur produktivitas masyarakat ke ranah digital menciptakan banyak peluang baru. Salah satunya yang coba dimanfaatkan oleh platform InfraDigital, yakni dengan menghadirkan platform pembayaran (payment gateway) untuk beberapa sektor bisnis. InfraDigital menyediakan platform yang dikustomisasi untuk beberapa layanan, yakni (1) pembayaran uang sekolah, (2) pembayaran tagihan apartemen, dan (3) pembayaran parkir. Selain itu juga dilengkapi produk penagihan digital untuk bisnis berbasis aplikasi dan API.

Co-founder & CEO InfraDigital Ian McKenna menceritakan kepada DailySocial hal yang melatarbelakangi pengembangan startup yang kini digelutinya. Perkembangan fintech di Indonesia sangat signifikan, namun kebanyakan pemain fokus pada layanan untuk konsumer dan ritel. Menurut Ian, bisnis tradisional belum merasakan manfaat secara signifikan.

“Contohnya saja penagihan dan pencatatan masih manual, rata-rata transaksi masih pakai metode konvensional. Padahal, pasar itu besar sekali.  Oleh sebab itu InfraDigital diciptakan. Satu platform yang membawa semua keunggulan teknologi fintech dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan tim keuangan dari bisnis tradisional,” ujar Ian.

Untuk sekolah, platform InfraDigital menyediakan sistem terpadu bagi staf tata usaha, termasuk kanal pembayaran dan sistem pengingatnya. Di bisnis apartemen, memudahkan pengelola untuk memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran secara digital, juga memberikan penghuni kemudahan untuk melakukan pengecekan tagihan.

Sedangkan untuk sistem parkir, InfraDigital memungkinkan pengelola lahan parkir membuat sistem pembayaran bulanan atau harian secara online. Bagi pengguna pembayarannya dapat dilakukan melalui beberapa opsi layanan bank seperti ATM atau bisa juga melalui gerai Indomaret dan Alfamart di seluruh Indonesia.

InfraDigital didirikan sejak Desember 2017 bersama dengan seorang co-founder lain bernama Indah Maryani. Produknya sendiri baru soft-launching per Maret 2018 ini, menggandeng beberapa institusi. Belum lama ini pihaknya mendapatkan pendanaan dari Fenox Venture Capital melalui GnB Accelerator. Pada awal tahun 2018 lalu InfraDigital juga mendapatkan suntikan dana dari seorang angel investor Johan Tahardi dengan jumlah yang tidak disebutkan.

Beberapa anggota tim InfraDigital / InfraDigital
Beberapa anggota tim InfraDigital / InfraDigital

Pihaknya mengklaim, sejak diluncurkan 4 bulan silam, platform InfraDgital kini sudah memproses lebih dari 15 ribu tagihan dengan perputaran uang senilai lebih dari 2,5 miliar Rupiah. Saat ini sudah ada hampir 100 institusi yang bergabung, didominasi dari kalangan pendidikan seperti sekolah, universitas, dan lembaga kursus.

“Bulan ini mayoritas penjualan kami sudah berdasarkan referral, yaitu rekomendasi dari klien kami, bukan direct sales lagi. Hal ini membuat kami yakin bahwa solusi dari platform yang kami berikan benar-benar membantu tim keuangan,” terang Ian.

Di tahun 2018 ini, InfraDigital akan memfokuskan operasional pada penambahan fitur dalam platform sesuai kebutuhan klien. Ian juga menuturkan pihaknya akan menambahkan vertikal bisnis lainnya dalam portofolio layanan yang disediakan.

Misi Playable Kids Mengedukasi Anak dengan Konten Berkualitas

Penggunaan internet yang berlebihan di satu sisi jadi suatu kekhawatiran bagi para orang tua ketika anaknya terlalu sering memegang smartphone karena mudahnya mendapatkan konten. Playable Kids berusaha mengatasi kekhawatiran tersebut dengan menyediakan konten edutainment berisi video dan konten yang didesain khusus untuk anak.

Dari riset yang dilakukan Playable Kids, ditemukan bahwa perilaku anak-anak dalam berinternet sangat tidak kondusif. Penelitian yang dilakukan Netmums terhadap kurang lebih 800 anak berumur 7-16 tahun dan 1.000 orang tua menunjukkan bahwa sebanyak 16,7% orang tua mengizinkan anak berumur 3 tahun atau bahkan lebih kecil untuk online di smartphone.

Sebanyak 42,1% anak mengakui telah melihat konten pornografi secara online, 25% anak berpura-pura telah dewasa agar bisa memiliki akun media sosial, 29% orang tua membiarkan anaknya online tanpa pengawasan, lebih dari 700 konten pornografi yang beredar melibatkan anak.

Berangkat dari hasil di atas, Playable Kids memutuskan untuk tidak hanya fokus edukasi dan game interaktif, tapi juga fokus ke konten edutainment. Seluruh konten tersebut bisa diakses melalui smartphone.

“Industri ini masih cukup luas dan belum terlalu banyak pemain, masih di ranah blue ocean,” terang Co-Founder dan CMO Playable Kids Marissa Noriti kepada DailySocial.

Marissa mengatakan konten Playable Kids dibuat tim yang telah berpengalaman di dunia anak. Biasanya tim mendapatkan inspirasi dari pengamatan sehari-hari. Dari situ diharapkan pihaknya dapat menghasilkan konten-konten yang berkualitas dan disukai anak.

Ditargetkan sampai akhir tahun ini akan tersedia lebih dari 50 konten edutainment yang siap dirilis pada September mendatang. Konten akan terus diperbanyak. Rencananya pada 2019 mendatang Playable Kids sudah memiliki 300 konten ramah anak.

“Kami masih menyempurnakan produk Playable Kids. Versi beta sudah launching di Play Store. Untuk versi full-nya akan launching di September 2018 ini, disertai kurang lebih 50 konten edutainment.”

Untuk monetisasinya, Playable Kids menetapkan sistem berlangganan. Harganya berkisar Rp15 ribu sampai Rp30 ribu per bulannya. Selain memproduksi konten, Playable Kids juga menyediakan fitur school management system dan parental control untuk membantu orang tua memonitor perkembangan anaknya di sekolah.

Saat ini Playble Kids tergabung sebagai salah satu peserta dari tujuh startup yang mengikuti program GnB Accelerator batch ke-4. Setiap peserta berhak mendapatkan pelatihan, mentoring, hingga mendapat pendanaan sebesar US$50 ribu (sekitar Rp710 juta) sebagai investasi awal.

GnB Accelerator Hadirkan Tujuh Startup Terpilih di Batch Keempat

Untuk keempat kalinya program GnB Accelerator memilih tujuh startup yang berhak mendapatkan pelatihan dan mentoring hingga pendanaan sebesar $50 ribu (sekitar Rp 710 juta) untuk investasi awal. Program Manager GnB Accelerator Kentaro Hasimoto mengungkapkan, ketujuh startup tersebut terpilih dari sekitar 150 startup yang mendaftarkan diri untuk batch keempat. Nantinya, selama tiga bulan, tujuh startup yang terpilih akan dibina mitra dan mentor dari GnB Accelerator.

“Program ini kami rancang secara konsisten juga untuk memberikan world-class accelerator program. Tidak saja melalui pendanaan, tapi juga menawarkan mentorship, support, dan training dari para expert dari dalam dan luar negeri yang telah berpengalaman di bidangnya.”

Sebelum menyaring tujuh startup terpilih, program akselerator GnB telah melakukan road show selama dua hari di kota-kota seperti Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Medan, dan Jakarta. Road show ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi para pelaku startup di luar kota, baik untuk akses ke pendanaan, mentor, maupun jaringan internasional.

Program yang diinisiasi Fenox Venture Capital yang berbasis di Silicon Valley dan perusahaan IT Jepang, Infocom Corporatio tersebut hingga kini telah melahirkan sekitar 25 startup lulusan.

“Untuk Fenox sendiri kami saat ini sudah memberikan investasi kepada lebih dari 30 startup yang memiliki potensi dan model bisnis yang menarik,” kata SEA Regional Manager Fenox VC Retno Dewati.

Program yang sudah mulai berlangsung sejak tahun 2016 ini diklaim memperkuat posisi GnB sebagai wadah akselerator terbaik di Indonesia yang secara konsisten mendukung perkembangan startup lokal potensial.

Berbagai layanan

Dari tujuh startup yang dilirik program GnB Accelerator, terdapat layanan yang sudah familiar, di antaranya adalah katering rumahan online, teknologi untuk melakukan riset secara terpadu, hingga platform untuk calon mahasiswa menentukan jurusan terbaik di universitas.

Berikut adalah tujuh startup yang mendapatkan kesempatan mengikuti program dengan dukungan dan training di gelombang keempat:

Infra Digital. InfraDigital merupakan layanan keuangan digital untuk bisnis tradisional untuk mengotomasi proses penagihan dengan memanfaatkan channel fintech dalam mengumpulkan dan menyalurkan pembayaran.

Matakota. Matakota adalah media sosial dengan konsep smart citizen yang menghubungkan masyarakat dan stakeholder untuk berinteraksi secara kolaboratif pada enam sektor utama, yaitu sosial, lalu lintas, kriminal, kebakaran, bencana dan perlindungan anak.

Populix. Populix merupakan startup yang membangun database responden di seluruh Indonesia. Database ini digunakan oleh perusahaan, lembaga masyarakat, pemerintah, akademisi, ataupun institusi lainnya untuk keperluan riset, marketing, dan pengujian produk, sehingga bisa dimanfaatkan untuk penentuan keputusan dan strategi yang lebih tepat bagi setiap penggunanya.

Bookslife. Bookslife adalah platform penerbitan digital. Dengan pendekatan yang mudah, murah dan personal. Bookslife memberikan solusi bagi para penulis, pembaca dan penerbit menggunakan sistem part untuk menggerakkan dan menciptakan atmosfir yang lebih positif dalam industri konten penerbitan.

Playable Kids. Playable Kids merupakan aplikasi yang menyediakan konten digital yang aman, edukatif dan menghibur bagi anak serta orang tua. Konten digital yang disediakan berupa educations games, interactive learning video. Playable Kids juga menyediakan fitur school management system dan parental control untuk membantu orang tua memonitor perkembangan anak di sekolah.

Homade. Homade adalah sebuah startup yang bergerak didalam industri makanan jadi (catering) yang memiliki standar kesehatan, rasa dan berkualitas dengan harga ekonomis. Keunggulan Homade adalah memberdayakan ibu rumah tangga untuk memasak, menggunakan makanan serta bumbu yang terjaga kualitasnya serta harga yang ekonomis dengan kemudahan memesan melalui aplikasi.

Ikigai. Ikigai adalah portal rekrutmen mahasiswa. Menghubungkan mahasiswa ASEAN dengan universitas di seluruh dunia dengan misi untuk memberdayakan siswa dalam memilih pendidikan, melalui pilihan studi yang transparan, interaktif dan cocok dengan psikologi siswa.

Targetkan Hotel dan Restoran, PanenID Hadirkan Sayuran Segar Langsung dari Petani

Besarnya peluang agritech di Indonesia melahirkan beragam layanan berbasis teknologi dari startup lokal di industri tersebut. Setelah Sayurbox, Rego Pantes hingga 8Villages, satu lagi layanan terbaru yang mencoba untuk menghadirkan solusi distribusi antara petani dan pembeli yaitu PanenID. Startup yang didirikan Astrid Juanita Stephanie ini tercipta dari latar belakang pekerjaan sebelumnya.

“Sebelumnya saya lama bekerja di perusahaan nasional CERES GROUP, hotel dan restoran. Bersama dengan partner yang merupakan lulusan agriculture UGM, kami ingin merevolusi supply chain di bidang agriculture agar lebih efisien dan menguntungkan petani,” kata Astrid kepada DailySocial.

Serupa dengan layanan agritech lainnya yang mencoba untuk memotong proses penjualan dan pembelian sayuran, PanenID yang saat ini hanya tersedia di pulau Jawa, mengklaim memiliki perbedaan khusus dari sisi target pasar.

“Kami secara khusus hanya menyasar segmen B2B, terutama ke hotel, restoran, kafe dan katering, yang membutuhkan produk sayuran segar langsung dari petani,” kata Astrid.

Saat ini PanenID telah membina kemitraan dengan para petani yang bermukim di Bali dan memastikan kualitas dan produk pertanian yang berkelanjutan.

“Kami membuatkan ordering platform yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, line both ataupun platform lengkap.” kata Astrid.

Rencana memperluas wilayah layanan PanenID

Untuk membantu para mitra petani menghasilkan produk sayuran yang berkualitas, tim PanenID senantiasa mendampingi mereka dengan memberikan pelatihan farmers manager. Di antaranya adalah membuatkan rencana taman sesuai dengan kebutuhan pasar, membuat standardisasi prosedur sehingga sayur yang dihasilkan menjadi konsisten serta menghitung harga pembelian pemerintah (HPP) sehingga petani mengetahui dengan jelas keuntungan yang didapatkan.

“Saat ini PanenID telah memiliki mitra petani sebanyak 300 orang yang tersebar di 4 desa di Bali,” kata Astrid.

Startup yang merupakan salah satu lulusan program GnB Accelerator batch ketiga ini telah memiliki angel investor dan telah memenangkan beragam kompetisi startup. Prestasi tersebut disebut menjadi modal PanenID menjalankan bisnis.

Selain memperluas wilayah layanan dan memperbanyak produk, target PanenID selanjutnya adalah menyejahterakan lebih banyak lagi petani di daerah. PanenID tersedia dalam bentuk aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS.

“Kami ingin merevolusi jalur distribusi sehingga petani dapat langsung menjual ke hotel dan restoran melalui platform PanenID,” tutup Astrid.

Application Information Will Show Up Here

GnB Accelerator Gelar “Demo Day” Batch Ketiga

Setelah menjalankan program selama tiga bulan mulai dari September hingga November 2017, enam startup terpilih program akselerator GnB batch 3 telah mengakhiri masa mentorship mereka dengan menggelar acara “Demo Day”. Kepada media hari ini Program Manager GnB Accelerator Kentaro Hashimoto mengungkapkan merasa senang dengan hasil dari pelatihan secara intensif yang dilakukan kepada startup terpilih Indonesia.

“Saya merasa senang akhirnya program ini sudah berakhir dan menghargai partisipasi semua tim startup dari batch 3,” kata Kentaro.

Membuka pendaftaran batch 4

Disinggung tentang tendensi fokus ke startup tertentu dalam program akselerator batch 4 yang saat ini pendaftarannya sudah dibuka, SEA Regional Manager Fenox VC Retno Dewati menegaskan, secara khusus program GnB Accelerator tidak pernah fokus dan hanya memilih bidang startup tertentu dan terus membuka kesempatan kepada startup yang telah memiliki tim yang solid dan tentunya bisnis model yang baik.

“Sejak awal fokus kita dari GnB Accelerator adalah mencetak startup yang berkualitas. Meskipun saat ini bidang fintech hingga SaaS makin populer, namun kami tidak berniat untuk hanya fokus kepada startup di bidang tertentu saja,” kata Retno.

Selama program akselerator berlangsung, setiap startup mendapatkan investasi sebesar US$50 ribu (sekitar Rp666 juta), fasilitas co-working space, dan bimbingan dari para mentor yang berpengalaman di bidangnya.

Membantu startup di daerah mendapatkan edukasi dan networking

Dalam kesempatan tersebut, beberapa CEO dari enam startup yang masuk dalam program akselerator batch 3 ini mengungkapkan suka duka dan harapannya selama mengikuti program mentorship selama tiga bulan. Salah satu manfaat terbesar yang didapatkan oleh mereka adalah pengenalan lebih jauh tentang dunia startup, networking dengan pihak yang tepat hingga cara tepat melakukan scale up.

Menurut CEO SimpliDots Jowan Kosasih, pendiri startup asal Medan yang selama ini kesulitan mendapatkan pelatihan hingga networking dengan komunitas yang tepat menyambut baik program akselerator GnB ini.

“Mengikuti program ini membantu kami, startup di luar Jakarta yang telah memiliki traksi dan jumlah pelanggan, untuk mengetahui lebih jauh mengembangkan bisnis dan mempercepat pertumbuhan,” kata Jowan.

Layanan agritech hingga marketing platform

Pada batch ini, startup terpilih datang dari beragam model bisnis, seperti outdoor branding platform, healthcare platform, educational service, agriculture technology platform, bars and restaurants marketing platform dan distribution management service. Berikut enam startup lulusan Program GnB Accelerator batch 3:

1. Sticar: merupakan aplikasi yang menghubungkan pengemudi dengan perusahaan yang mau memasang iklan di mobilnya. Lokasi pengemudi dapat terlacak melalui sistem mereka, sehingga iklan dapat dengan mudah diukur dan menjangka daerah sulit dijangkau papan reklame. Pengemudi pun dapat menambah penghasilan tambahan dari tiap kilometer yang ditempuh.

2. SimpliDots: merupakan startup yang mempermudah pengelolaan distribusi data. Dengan sistem ini, perusahaan distributor dapat mengelola aktivitas inti mulai dari pemesanan dan proses jual beli, manajemem persediaan, hingga data mining dan visualisasi data.

3. Sistem Akademik (SIKAD): merupakan sistem administrasi berbasis cloud yang berfungsi sebagai pangkalan data digital sekolah. Beberapa fungsi utama dari perangkat lunak ini, diantaranya untuk pengarsipan dan pencetakan rapor, perekaman sistem belajar mengajar yang dapat diakses dari kepala sekolah hingga orang tua murid, pengarsipan administrasi tata usaha, dan lainnya. SIKAD sudah terintegrasi dengan Dinas Pendidikan sehingga makin memudahkan hubungan antara institusi pendidikan dan badan pemerintah yang menaunginya.

4. PanenID: merupakan platform yang menjual produk pertanian secara langsung ke pengguna, dalam hal ini jaringan hotel, restoran, dan katering (horeca). Mengusung konsep fair trade, PanenID merombak aliran supply chain dengan cara memotong jalur distribusi. Alhasil, produk pertanian dapat dibeli dengan harga yang stabil, serta berkualitas terbaik. Petani dapat memanfaatkan platform PanenID untuk perencanaan panen, menentukan komoditas yang dibutuhkan pasar, serta waktu terbaik untuk panen.

5. MedikaApp: merupakan aplikasi yang menawarkan pemesanan rumah sakit atau dokter secara online. Fitur yang dihadirkan antara lain pencarian dokter berdasarkan spesialisasi, nama, lokasi terdekat dari pengguna, hingga informasi terkini seputar dunia kesehatan dan kecantikan. MedikaApp sudah bermitra dengan 70 rumah sakit di Jabodetabek.

6. Plomo: merupakan aplikasi yang menawarkan deals dan promotion bar/restoran kepada pengguna. Kehadiran Plomo diharapkan dapat memudahkan promosi jadi lebih strategis dan terarah. Plomo sudah bermitra dengan enam bar dan restoran berlokasi di Senopati, Jakarta. Yang membedakan Plomo dengan lainnya, mereka hanya fokus pada promosi yang memberikan minuman atau makanan gratis untuk pengguna.

GnB Accelerator Batch Ketiga Umumkan Enam Startup Terpilih

Program GnB Accelerator mengumumkan enam startup terpilih menjadi peserta batch ketiga dan berhak mengikuti program selama tiga bulan mulai dari September hingga November 2017. Keenam startup startup tersebut ialah Sticar, SimpliDots, Sistem Akademik (SIKAD), MedikaApp, PanenID, dan Plomo.

Selama program berlangsung, setiap startup akan mendapat investasi sebesar US$50 ribu (sekitar Rp666 juta), fasilitas co-working space, dan bimbingan dari para mentor yang berpengalaman di bidangnya.

“Kami bangga dan bersemangat untuk ketiga kali memulai program GnB Accelerator. [..] Dengan dukungan ekosistem korporasi global yang kami miliki, mereka memiliki kesempatan untuk bertemu dengan jaringan investor dan perusahaan multinasional di beberapa negara,” ujar Program Manager GnB Accelerator Kentaro Hashimoto, Selasa (5/9).

Menjelang program berakhir, seluruh peserta akan mengikuti demo day untuk mempresentasikan produk mereka di hadapan calon investor. Mereka berkesempatan untuk melakukan penggalangan pendanaan. Setelah program selesai, peserta masih dapat meminta arahan dari GnB Accelerator, sebab perkembangannya yang masih terus dipantau.

Untuk mengenal lebih dalam mengenai keenam startup tersebut, berikut rangkumannya:

1. Sticar: merupakan aplikasi yang menghubungkan pengemudi dengan perusahaan yang mau memasang iklan di mobilnya. Lokasi pengemudi dapat terlacak melalui sistem mereka, sehingga iklan dapat dengan mudah diukur dan menjangka daerah sulit dijangkau papan reklame. Pengemudi pun dapat menambah penghasilan tambahan dari tiap kilometer yang dia tempuh.

2. SimpliDots: merupakan startup yang mempermudah pengelolaan distribusi yang canggih. Dengan sistem ini, perusahaan distributor dapat mengelola aktivitas inti mulai dari pemesanan dan proses jual beli, manajemem persediaan, hingga data mining dan visualisasi data.

3. Sistem Akademik (SIKAD): merupakan sistem administrasi berbasis cloud yang berfungsi sebagai pangkalan data digital sekolah. Beberapa fungsi utama dari perangkat lunak ini, diantaranya untuk pengarsipan dan pencetakan rapor, perekaman sistem belajar mengajar yang dapat diakses dari kepala sekolah hingga orang tua murid, pengarsipan administrasi tata usaha, dan lainnya. SIKAD sudah terintegrasi dengan Dinas Pendidikan sehingga makin memudahkan hubungan antara institusi pendidikan dan badan pemerintah yang menaunginya.

4. PanenID: merupakan platform yang menjual produk pertanian secara langsung ke pengguna, dalam hal ini jaringan hotel, restoran, dan katering (horeca). Mengusung konsep fair trade, PanenID merombak aliran supply chain dengan cara memotong jalur distribusi. Alhasil, produk pertanian dapat dibeli dengan harga yang stabil, serta berkualitas terbaik. Petani dapat memanfaatkan platform PanenID untuk perencanaan panen, menentukan komoditas yang dibutuhkan pasar, serta waktu terbaik untuk panen.

5. MedikaApp: merupakan aplikasi yang menawarkan pemesanan rumah sakit atau dokter secara online. Fitur yang dihadirkan antara lain pencarian dokter berdasarkan spesialisasi, nama, lokasi terdekat dari pengguna, hingga informasi terkini seputar dunia kesehatan dan kecantikan. MedikaApp sudah bermitra dengan 70 rumah sakit di Jabodetabek.

6. Plomo: merupakan aplikasi yang menawarkan deals dan promotion bar/restoran kepada pengguna. Kehadiran Plomo diharapkan dapat memudahkan promosi jadi lebih strategis dan terarah. Plomo sudah bermitra dengan enam bar dan restoran berlokasi di Senopati, Jakarta. Yang membedakan Plomo dengan lainnya, mereka hanya fokus pada promosi yang memberikan minuman atau makanan gratis untuk pengguna.

LocalBrand Asia Hubungkan Toko Online dengan Berbagai Marketplace

Seiring dengan pertumbuhan online di Indonesia, jumlah marketplace juga tumbuh kian pesat. Penjual tidak hanya dapat berjualan di media sosial atau toko online miliknya sendiri saja, tapi juga dapat merambah ke marketplace untuk menyasar konsumen lebih luas.

Meskipun demikian, akibat kemudahan tersebut muncul permasalahan baru, yakni penjual memiliki keterbatasan untuk ikut serta ke pelbagai marketplace secara bersamaan lantaran mereka harus memisahkan persediaan barang yang berbeda di setiap marketplace yang didaftarkan.

Menyadari permasalahan tersebut, LocalBrand Asia hadir dengan memposisikan diri sebagai platform SaaS lokal yang menyediakan fitur pembuatan toko online, sekaligus menghubungkannya ke berbagai marketplace. Penjual dapat mengatur stok barangnya dari satu tempat saja, tidak lagi mengontrol secara terpisah.

LocalBrand Asia tidak hanya mengusung kemudahan untuk para penjual saja, namun juga untuk marketplace itu sendiri. Untuk sisi marketplace, pengguna platform berpotensi akan menambah daftar SKU. Data mereka pun akan semakin akurat.

Pasalnya selama ini dinilai banyak terjadi data stok yang tidak akurat sehingga sering saat konsumen belanja ternyata barangnya sudah habis. Kejadian ini terjadi disebabkan data stok tidak diperbarui penjual.

“Pengalaman yang saya miliki selama lebih dari lima tahun di bidang online retail membuat LocalBrand Asia memahami dengan jelas kesulitan yang dihadapi brand untuk berjualan secara online, terutama multiple marketplace. Kami sediakan one stop solutions agar mereka dapat berjualan online secara mudah dan efisien,” terang CEO dan Founder LocalBrand Asia Sayed Muhammad kepada DailySocial.

Berdasarkan hasil survei yang dihimpun LocalBrand Asia, sebanyak 83% penjual telah menyentuh kanal online sebagai sarana penjualannya. Mereka mengaku telah familiar melakukan penjualan online di berbagai kanal sekaligus, seperti media sosial, toko online sendiri, atau di beberapa marketplace sekaligus. Disebutkan malah sebanyak 51% penjual telah menjual produknya di lebih dari tiga marketplace sekaligus.

Tak hanya membantu dalam hal pencatatan stok barang, sambung Sayed, pihaknya juga membantu penjual mengenai cara berjualan yang baik secara online. Caranya dengan menyediakan jasa foto produk, desain, logo, online marketing, hingga fulfillment.

Terkait model bisnis, Sayed mengaku ada dua kategori yang dibidik, subscription fee (platform SaaS) dan premium services.

LocalBrand merupakan peserta GnB Accelerator batch pertama dan sudah mendapatkan pendanaan dari angel investor.

Target LocalBrand Asia

Sayed melanjutkan saat ini perusahaan diklaim telah menjadi satu-satunya platform yang terhubung dengan enam marketplace, di antaranya MatahariMall, Lazada, Elevenia, Bukalapak, dan Blanja. Ditargetkan dalam waktu dekat akan segera menambah tiga situs marketplace lainnya.

Sejak platform LocalBrand Asia resmi diluncurkan untuk publik pada akhir Juli 2017, tercatat mereka telah menghimpun lebih dari 100 penjual. Dia menargetkan sampai akhir tahun ini dapat mengumpulkan 1.000 penjual.

Untuk rencana jangka panjang, Sayed mengungkapkan ambisinya menghubungkan penjual online dengan marketplace di level Asia Tenggara. Dengan demikian, penjual dari Indonesia bisa berjualan di marketplace asal Malaysia, Thailand, atau sebaliknya.

Daftar Program Inkubator dan Akselerator Startup Indonesia

Program akselerator dan inkubator memang sangat lekat dengan dunia startup. Kendati keduanya memiliki misi yang sama –yakni memperlancar laju startup—namun terdapat perbedaan antara akselerator dan inkubator. Secara umum perbedaan akselerator dan inkubator ialah pada jangkauannya.

Akselerator mencoba mempercepat atau mengakselerasi laju bisnis startup yang sudah berjalan. Bisanya dengan memberikan investasi, pendampingan ataupun konsultasi. Sedangkan inkubator lebih kepada proses pembinaan pada startup di tahap awal, mulai dari mematangkan model bisnis, konsep produk hingga pangsa pasar. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk sebuah startup prosesnya adalah membentuk tim, mengikuti program inkubator lalu mematangkan bisnis melalui program akselerator.

Di Indonesia, saat ini sudah mulai banyak program inkubator dan akselerator startup. Mulai yang dikelola oleh perusahaan modal ventura, korporasi hingga pemerintah. Berikut daftar program inkubator dan akselerator yang dapat diikuti oleh startup Indonesia. Untuk program inkubator ditandai dengan (i), sedangkan program akselerator ditandai dengan (a).

1000 Startup (i)

Diinisiasi oleh Kominfo dan Kibar, program inkubasi ini terbagi menjadi lima fase, yakni Ignition penanaman pola pikir kewirausahaan, Workshop pembekalan keahlian dasar startup, Hacksprint pembentukan tim untuk membuat prototipe, Bootcamp pembinaan bersama mentor, dan Incubation pembinaan lanjutan hingga siap diluncurkan. Ditargetkan tahun 2020 akan tercetak sebanyak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Diadakan di berbagai kota, kegiatan ini menjadi sebuah jembatan bagi individu yang berminat mengembangkan karier di dunia kewirausahaan digital. Pasalnya jika dirunut dari awal hingga akhir, kegiatan yang ada dalam Gerakan Nasional 1000 Startup ini memang mempersiapkan talenta dari nol, hingga siap untuk menjadi bagian dari ekosistem startup digital di tanah air. Hingga saat ini program 1000 startup masih terus berjalan dan membuka kesempatan kepada semua anak muda di Indonesia.

Alpha Startup (a)

Program ini akselerasi ini merupakan hasil kemitraan strategis antara 1337 (Leet) Ventures, Convergence Ventures, Baidu Indonesia, dan Gobi Partners. Batch pertama program ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2016 lalu. Tidak ada spesifikasi khusus untuk kategori startup yang dapat masuk ke program ini. Alpha Startup juga memberikan fasilitas berupa program bimbingan dan beragam fasilitas, termasuk ruang bekerja, fasilitas pendukung produktivitas dari AWS, dan juga suntikan investasi senilai Rp 325 juta.

Namun sejatinya jika melihat materi yang disampaikan, Alpha Startup ini masuk dalam skala pre-accelerator. Mereka berada di antara startup yang sudah memiliki ide namun sedang tahap validasi. Proses pembinaan di dalamnya membantu startup melakukan validasi, terkait produk dan pangsa pasar. Bahkan salah satu outcome yang dihasilkan dari program ini ialah pematangan MVP (Minimum Viable Product).

Bekraf for Pre-Startup (i)

Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) adalah program yang dirancang khusus untuk mematangkan integrasi ekosistem startup dari hulu sampai ke hilir, yaitu pematangan calon-calon sumber daya manusia yang akan membangun startup di tanah air. Kegiatannya berupa workshop, baik terkait manajemen bisnis maupun teknis pengembangan produk. Program BEKUP lebih cocok ditempatkan pada fase pre-incubation, pasalnya kegiatan ini memfokuskan pada pembinaan individu dari 0, hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Tidak melepas begitu saja startup pemula yang menjadi lulusan di program ini, melainkan BEKUP menghubungkannya dengan kanal inkubasi lanjutan melalui koneksi Bekraf. Termasuk membawa startup pemula yang dilahirkan ke dalam program inkubator dan akselerator lain yang telah bekerja sama dengan Bekraf.

BNV Labs (i)

BNV Labs didirikan oleh Bank Bukopin bekerja sama dengan Kibar. Program tersebut terfokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim terbaik, melancarkan program inkubasi dan memfasilitasi co-working space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi. Fokusnya ialah untuk startup pada sektor finansial (fintech). Beberapa kegiatan pengembangan startup termasuk menghubungkan peserta terhadap ekosistem kewirausahaan digital, membuka akses pasar, dukungan bisnis, pembinaan, juga pengembangan kapasitas pelaku di dalamnya.

Founder Institute (a)

Masuk ke dalam kategori pre-accelerator, program ini sebenarnya bersifat global, namun demikian sudah ada di Indonesia dalam Jakarta Founder Institute (JFI). Founder Institute menyajikan program pelatihan yang berjalan selama empat bulan per batch-nya. Sesuai namanya, program ini melatih founder baru untuk membentuk generasi terbaik di perusahaan. Program ini memfasilitasi sesi mingguan yang diisi dengan mentor berpengalaman di bidangnya untuk membantu para founder mengembangkan dan meluncurkan bisnis mereka.

Di Indonesia, JFI didukung oleh berbagai mitra, mulai dari Indosat Ooredoo, Baidu, Kejora, Mountain Partners, Bakti Barito, dan lainnya. Beberapa kurikulum yang diajarkan termasuk bagaimana memvalidasi visi dan ide, riset dan pengembangan konsumen, penentuan model bisnis, pengembangan produk, branding hingga pendanaan.

Global Entrepreneurship Program Indonesia (i)

Dimulai sejak awal tahun 2011, Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) telah didukung oleh pemimpin bisnis terkemuka di Indonesia. Program ini memiliki visi untuk mengkatalisis strategi kewirausahaan Indonesia dengan bekerja sama dengan program yang ada dan menghubungkan calon pengusaha Indonesia dengan perkembangan global dan prospek investasi.

GEPI juga merupakan bagian dari inisiatif global yang lebih luas yang disebut Global Entrepreneurship Program (GEP), yang tumbuh dari sebuah inisiatif Presiden Obama dan sekarang menjadi program inti di Departemen Luar Negeri AS, untuk mempromosikan kewirausahaan sebagai sebuah pilar utama pembangunan ekonomi di antara negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia beberapa mitra strategis dengan beberapa mitra seperti ANGIN.

GnB Accelerator (a)

Ini merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sekitar Rp666 juta, fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

Dari sisi materi, GNB Accelerator lebih fokus pada market-fit dan penyiapan tim untuk lebih siap dalam pendanaan. Kendati tidak menyasar kategori spesifik, startup health-tech, e-commerce, on-demand, dan fintech menjadi sasaran utama.

Google Launchpad Accelerator (a)

Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup  terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Prosesnya startup yang lolos seleksi akan diterbangkan langsung ke markas Google untuk dibina secara intensif. Selain bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup berpotensi. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Ideabox (a)

Ideabox merupakan program gabungan yang dimotori Indosat Ooredoo, Mountain Partners, dan Kejora yang bertujuan mengangkat potensi startup Indonesia melalui bantuan dana investasi tahap awal dan memberikan penghargaan khusus untuk startup yang bergerak di sektor internet dan telekomunikasi. Ideabox menonjolkan pada empat hal, yakni penguatan market-size, penguatan model bisnis dan operasional, penguatan produk, dan growth. Hingga pada akhirnya mempersiapkan startup untuk pitching pendanaan.

IDX Incubator (i)

IDX Incubator merupakan program inkubasi inisiatif Bursa Efek Indonesia (BEI). Visinya untuk membantu mengembangkan startup digital Indonesia, dari segi bisnis, legal, hingga membantu startup untuk melenggang ke lantai bursa saham atau melakukan IPO. Program inkubator ini terselenggara berkat kerja sama BEI dan Bank Mandiri.

BEI menjanjikan beberapa hal yang bisa didapatkan peserta, mulai fasilitas co-working space, program pengembangan bisnis, akses ke permodalan, dan workshop atau event lainnya yang tentunya bermanfaat bagi pengembangan bisnis startup, lengkap dengan beberapa mentor yang siap membina.

Indigo Creative Nation (i)

Indigo merupakan program pembinaan startup yang diselenggarakan Telkom untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, melalui fasilitas kreatif digital, pendanaan dan akses pasar untuk mempercepat industri kreatif digital Indonesia. Program Indigo merupakan penggabungan program sebelumnya yang sudah ada yakni Indigo Incubator, Indigo Accelerator, dan Indigo Venture. Program ini memberi kesempatan bagi para startup untuk merealisasikan karya kreatif mereka, baik yang masih dalam bentuk ide, produk yang sudah memiliki pengguna, bisnis yang sudah mendatangkan pendapatan, serta bisnis yang membutuhkan akselerasi dan pendanaan lebih lanjut.

Program inkubasi diselenggarakan oleh Telkom Group bersama MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia) ditujukan bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang digital. Startup yang terpilih akan mendapat dukungan inkubasi dari 1 bulan sampai dengan 18 bulan tergantung tahapannya dan mendapatkan berbagai fasilitas seperti, akses pasar melalui kanal pemasaran.

Inkubator Parama (i)

Untuk turut mengambil andil di pengembangan startup digital, Lima Ventura mendirikan program inkubasi bernama Parama Indonesia. Beberapa program unggulan yang ingin disajikan oalah terkait dengan strategi branding dan peningkatan valuasi oleh startup melalui kemitraan bisnis. Aktivitasnya ialah mengadakan kompetisi dan membina startup yang terjaring melalui kegiatan tersebut.

Kolaborasi.co (i)

Dimotori oleh empat orang dari startup berbeda, yakni Yohan Totting, Moon Leoma, Sutansyah  Marahakim, dan Adryan Hafizh, Kolaborasi.co berusaha menjadi sebuah wadah berkumpulnya startup, khususnya di wilayah Bandung, untuk belajar bersama. Tidak hanya untuk pebisnis di dunia online, Kolaborasi.co juga mengakomodasi startup yang bergerak dalam sektor offline. Tidak seperti program lain yang memfokuskan pada fasilitas atau pendanaan, sesuai namanya, konsep kolaborasi lebih ditekankan. Kelompok inkubasi startup ini sudah berdiri sejak tahun 2013.

Mandiri Capital (i)

Sebuah inkubator besutan Bank Mandiri yang memiliki visi untuk mendorong hadirnya startup di bidang teknologi finansial. Dalam prosesnya, program ini bekerja sama dengan Indigo Inkubator dan ActionCoach. Dari kategori fintech pun inkubator ini masih membaginya ke dalam tiga fokus utama, yakni payment, lending dan enterprise solution. Ketiga segmen ini dinilai dapat bersinergi langsung dengan Bank Mandiri Group. Mandiri Capital Indonesia (MCI) berfokus untuk membantu startup dalam empat hal, mulai dari investasi, mentoring, membantu startup dalam memperkuat jaringan, dan program inkubator eksklusif.

Plug and Play (a)

Plug and Play Indonesia (PNP Indonesia) adalah bagian dari PNP Tech Center, yakni sebuah akselerator startup global dengan misi membantu pada suksesi dalam teknologi digital. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, fintech, Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. PNP Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

Skystar Ventures (i)

Skystar Ventures didirikan oleh grup Kompas Gramedia (KG) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Keuntungan yang ditawarkan bagi startup yang terpilih mengikuti program ini adalah seed funding, mentoring yang intensif, fasilitas Skystar Ventures yang terdiri atas tempat kerja, serta paparan dengan jaringan Kompas Gramedia dan para investor.

Program ini menyasar startup segmen e-commerce, pendidikan, mobile, sosial, SaaS, media, dan infrastruktur, meskipun mereka tidak menutup kemungkinan bagi startup yang bergerak di segmen lain untuk mendaftarkan diri. Startup tersebut sebaiknya masih berada di tahap awal (early stage) dan sudah memiliki traksi, konsumen, dan pertumbuhan.

Start Surabaya (i)

Didirikan oleh pemerintah kota Surabaya, program ini berbentuk inkubasi untuk perusahaan startup di bidang teknologi. Misinya untuk memberdayakan anak muda di Surabaya agar meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Program ini menjadi salah satu inkubator tingkat kota pertama di Indonesia. Untuk kegiatannya, pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan Kibar dan beberapa mitra lainnya.

Startup Weekend (i)

Konsep Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan open mic, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Acara ini terbuka bagi siapa saja yang tertarik mengembangkan startup. Mulai dari mahasiswa, pengusaha, programer, desainer dan lainnya. Beberapa mentor yang dihadirkan adalah pelaku startup sukses dan managing partner dari perusahaan venture capital. Nantinya ide yang terpilih menjadi pemenang, karena dalam acara tersebut juga akan didadakan kompetisi, akan mendapatkan sesi privat berdiskusi dengan para mentor.

Visio (i)

Visio adalah program inkubator berbasis di Kota Padang. Dimotori oleh Hendriko Firman dan Ogy Winenriandhika, program ini memiliki visi untuk menumbuhkan ekosistem bisnis digital di kawasan Sumatera Barat. Program ini menginkubasi startup selama 3 bulan, hingga startup matang untuk mempresentasikan karyanya di depan investor.

Pencapaian GnB Accelerator Batch 2 dengan Keragaman Jenis Startup

Setelah sebelumnya menyukseskan batch pertamanya di pertengahan tahun 2016, GnB Accelerator kembali mengumumkan tujuh startup yang berhasil lolos untuk mengikuti agenda akselerasi batch kedua. Kepada DailySocial, SEA Regional Manager Fenox Venture Capital Jeff Quigley sebagai inisiator program akselerasi tersebut mengatakan bahwa yang menjadi pembeda signifikan di batch kedua ini ialah jenis startup yang makin beragam.

Dibanding batch pertama yang mayoritas berupa layanan on-demand, batch kedua menghadirkan startup dengan beragam model bisnis untuk menjawab berbagai permasalahan di tanah air. Mulai dari SaaS, on-demand platform, marketplace, IoT, on-board entertainment platform, direct marketing platform hingga big data analytics.

Tujuh startup yang terpilih untuk program akselerasi ini meliputi Bukapintu, Fitnesia, HaloHola, Paprika, PesanLab, PopLegal, dan TeleCTG. Jeff turut menceritakan beberapa hal yang menjadi kriteria utama dalam perekrutan di batch kedua. Di antaranya startup yang hendak mendaftar harus memastikan dirinya telah berbadan hukum.

GnB Accelerator juga tidak menerima startup yang baru di tahap pencetusan ide. Harus sudah ada produk yang berwujud. Bahkan Jeff mengatakan jika perlu mereka sudah mampu mendefinisikan MVP atau minimal mengeluarkan versi beta.

“Fokus utama dari GnB Accelerator ialah membantu para startup terpilih untuk menemukan product market fit. Selama program ini, kami mengundang mentor dari ekosistem startup untuk berbagi wawasan tentang beragam topik, mulai dari membahas bagaimana melakukan perekrutan hingga strategi ekspansi,” ujar Jeff.

Selain itu Fenox Venture Capital juga berusaha untuk memanfaatkan jaringan bisnisnya di kancah regional dan global untuk membantu setiap startup mampu menjalin kemitraan bisnis dan pengalaman dana di babak berikutnya.

“Kami ingin setiap startup yang lulus dari program ini siap untuk melakukan scale-up dan memberikan dampak di ekosistem startup. Sebagai VC, kami memiliki prioritas untuk memastikan setiap startup memenuhi kriteria untuk penggalangan dana di tahap berikutnya,” lanjut Jeff.

Untuk kegiatan GnB Accelerator tahap ketiga, laman registrasi kini telah dibuka hingga tanggal 30 April mendatang. Di batch ketiga ini kriterianya yang ditekankan pun masih sama, selama startup tersebut di bidang teknologi telah memiliki produk yang matang serta perizinan legal, maka GnB bisa menjadi tempat untuk meningkatkan kematangan startup.

Program GnB Accelerator sendiri merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sebesar $50 ribu (sekitar Rp666 juta), fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

“Kami sangat optimis melihat antusias anak muda Indonesia dalam membangun bisnis startup mereka. Startup yang mereka bangun benar-benar menjadi solusi untuk menjawab berbagai permasalahan yang beragam, khususnya di ibukota. Dengan jaringan global yang kita miliki di lingkungan investor dan perusahaan multinasional, kami yakin mampu menjadikan ketujuh startup tersebut sebagai game changer di Asia Tenggara” ujar Program Manager GnB Accelerator Kentaro Hashimoto.