Kolaborasi Hadirkan Dampak Positif, Telkomsel Segera Tambah Investasi 4,3 Triliun Rupiah ke Gojek

Setelah mengumumkan investasinya senilai $150 juta pada November 2020 lalu ke decacorn Gojek, Telkomsel berencana kembali menyuntikkan dana senilai $300 juta atau setara 4,3 triliun Rupiah. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama Setyanto Hantoro seperti diberitakan Reuters.

Ia mengatakan, perusahaan memang mencanangkan untuk berinvestasi hingga $450 juta di Gojek; dan akan dirampungkan dalam waktu satu tahun setelah investasi perdananya. Pemberian dana baru dikatakan bisa saja akan lebih cepat, terlebih Setyanto menilai kolaborasi kedua perusahaan di awal 2021 memberikan dampak positif.

Salah satu kerja sama strategis yang dibentuk awal tahun ini adalah integrasi layanan iklan digital Telkomsel khusus untuk mitra usaha di ekosistem Gojek. Layanan Telkomsel MyAds telah bisa diakses melalui aplikasi GoBiz, membuka kesempatan para mitra usaha untuk perluas bisnis dengan menjangkau lebih banyak pelanggan baru.

Sebelumnya perusahaan juga bekerja sama untuk memboyong 20 ribu mitra seller Telkomsel untuk mendapatkan akses di GoShop. Selain itu, Telkomsel turut mendukung produktivitas mitra pengemudi Gojek melalui Paket Swadaya dengan harga mulai dari Rp25 ribu.

Di sisi lain, Gojek juga memberikan investasi strategis kepada LinkAja yang berujung pada integrasi layanan pembayaran digital tersebut sebagai opsi di aplikasi. Seperti diketahui, cikal-bakal LinkAja adalah layanan dompet digital Tcash yang dikembangkan oleh Telkomsel.

Rencana investasi Telkomsel berada di tengah pematangan upaya merger Gojek dengan Tokopedia. Jika melihat dari sudut pandang kolaborasi bisnis, nantinya dengan GoTo (unit gabungan Gojek-Tokopedia) tentunya akan makin banyak opsi sinergi dan integrasi layanan yang bisa dilakukan – mengingat kapabilitas platform akan bertambah dengan masuknya online marketplace lokal terbesar tersebut. Ini juga bisa menjadi putaran pendanaan terakhir di Gojek sebelum akhirnya menjadi GoTo.

Kolaborasi startup dan Telkomsel

Merasakan dampak baik pada pertumbuhan bisnis membuat Telkomsel memutuskan untuk menyelam lebih dalam ke ekosistem startup digital Indonesia. Lewat unit ventura Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), mereka telah berpartisipasi dalam beberapa putaran pendanaan penting. Terbaru TMI terlibat dalam investasi seri C platform healthtech Halodoc bersama sejumlah korporasi seperti Astra dan Temasek, membukukan dana hingga 1,1 triliun Rupiah.

Sebelumnya mereka juga telah berinvestasi ke sejumlah startup lainnya, termasuk PrivyID dan Kredivo. Dalam debut awalnya, TMI menyiapkan dana hingga 576 miliar Rupiah yang disasarkan untuk startup di bidang big data, IoT, dan industri hiburan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Binar Academy with Its Mission to Advance Indonesian Digital Talents

One of the sectors that was rapidly growing during the pandemic was edtech. More Indonesian from various backgrounds are adapting to online learning.

As a platform that focuses on developing digital abilities and talents, Binar Academy claims to have successfully educated more than 8 thousand students in 2020 and generated an 80% increase in income.

Was founded in 2017, this startup was developed by Alamanda Shantika who was Gojek’s former VP of Technology and Products along with two other Gojek alumni, Dita Aisyah and Seto Lareno.

“The Covid-19 pandemic has encouraged educational institutions, teachers, students, and also parents in Indonesia to adapt to online learning. It is time for us to innovate in presenting education and create learning experiences that are both interesting and enjoyable. I believe that a combination of experiences contemporary learning, technology, and community will produce it all, “said Founder & CEO of Binar Academy Alamanda Shantika.

Binar Academy offers two main educational programs. Among these are Binar Bootcamp and Binar Insight. The Binar Bootcamp Program, an intensive course for beginners, has four classes of 4 to 6 months, including Product Management, UI / UX Design and Research, Android Engineering, and Fullstack Web Development.

Aslo, Binar Insight, a series of interactive webinars of 1.5 to 2 hours, with more diverse classes such as Product Management, Digital Marketing, and Data Science. The most popular classes are Product Management for Bootcamp Binars and Binar Insights.

In terms of demography, most Binar Academy users are high school graduates, students, and career shifter. This year, the company plans to increase collaboration with educational institutions including the government, universities and vocational schools. In addition, Binar Academy will also collaborate with companies affected by digitalization to upskilling employees to remain relevant.

In Indonesia, the bootcamp program becomes an alternative to non-formal education, especially for those who want to pursue a career in technology and programming. Apart from Binar, there are several other startups that offer similar services, including Hacktiv8, Impact Byte, and Skilvul. One of the unique options they offer is the “Income Share Agreement”, which allows students to gain knowledge first and pay accommodation fees later as they started to earn income.

Seed funding

Binar Academy’s Bootcamp class

In mid-April 2020, Binar Academy received seed funding led by Teja Ventures with the participation of several investors such as the Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF – a fund that aims to create social impact, managed by Moonshot Ventures and YCAB Ventures), Eduspaze, The Savearth Fund, as well as several angel investors from ANGIN.

The fresh funds will be used to increase tech-education growth, as well as recruit experts in the fields of education and technology to provide digitalization of content and curricula to continuously train digital talents.

Binar Academy also targetimg to increase the growth of technology education products, as well as to recruit more experts in the fields of education and technology so that they can digitize content and curriculum for 45 thousand students in Indonesia.

“In the last three years, we have continued to develop our main product, namely Binar Bootcamp to meet the learning experience of our students and the market demand for digital talents. Inspiring Indonesian youth and helping them to discover their true potential will always be my mission,” said Alamanda.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GoPay Luncurkan GoInvestasi, Investasi ke Instumen Emas dengan Saldo Secara Otomatis

Geliat investasi terus tumbuh justru di kala pandemi melanda negeri. Yang menarik, mayoritas investor pemula baru didominasi oleh anak-anak muda generasi milenial. Sejalan dengan tren ini, GoPay meluncurkan fitur baru GoInvestasi yang memungkinkan pengguna berinvestasi secara otomatis dari saldo GoPay.

Continue reading GoPay Luncurkan GoInvestasi, Investasi ke Instumen Emas dengan Saldo Secara Otomatis

Binar Academy dan Misinya Tingkatkan Kemampuan Talenta Digital Indonesia

Salah satu sektor yang terdongkrak pertumbuhannya saat pandemi adalah edtech. Semakin banyak masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan untuk kemudian beradaptasi untuk belajar secara online.

Sebagai platform yang fokus pada pengembangan kemampuan dan talenta digital, Binar Academy mengklaim telah berhasil mengedukasi lebih dari 8 ribu siswa di tahun 2020 dan menghasilkan peningkatan pendapatan sebesar 80%.

Didirikan pada tahun 2017, startup ini dirintis oleh Alamanda Shantika yang merupakan mantan VP Technology and Product pertama Gojek bersama dengan dua alumni Gojek lainnya, yaitu Dita Aisyah dan Seto Lareno.

“Pandemi Covid-19 telah mendorong institusi pendidikan, guru, murid, dan juga para orang tua di Indonesia untuk beradaptasi belajar online. Sudah saatnya bagi kita untuk berinovasi dalam menyajikan pendidikan dan menciptakan pengalaman belajar yang menarik sekaligus menyenangkan. Saya yakin bahwa kombinasi dari pengalaman belajar kontemporer, teknologi, dan komunitas akan menghasilkan hal itu semua,” kata Founder & CEO Binar Academy Alamanda Shantika.

Binar Academy menawarkan dua program pendidikan utama. Di antaranya adalah Binar Bootcamp dan Binar Insight. Program Binar Bootcamp, kursus intensif bagi pemula, mempunyai empat kelas berdurasi 4 sampai 6 bulan yaitu: Product Management, UI/UX Design and Research, Android Engineering, dan Fullstack Web Development.

Kemudian Binar Insight, berbagai seri webinar interaktif berdurasi 1,5 sampai 2 jam, mempunyai kelas yang lebih beragam seperti Product Management, Digital Marketing, dan Data Science. Kelas yang paling banyak dipilih pengguna adalah Product Management untuk Binar Bootcamp dan Binar Insight.

Secara demografi kebanyakan pengguna Binar Academy adalah lulusan SMA, mahasiswa, dan orang-orang yang ingin berganti karier (career shifter). Tahun ini perusahaan berencana untuk meningkatkan kolaborasi dengan institusi pendidikan termasuk dengan pemerintah, universitas, dan sekolah vokasi. Selain itu, Binar Academy juga akan berkolaborasi dengan perusahaan yang terdampak oleh digitalisasi untuk upskilling employee agar kemampuannya kembali relevan.

Di Indonesia sendiri program bootcamp memang menjadi alternatif pendidikan nonformal, khususnya bagi mereka yang ingin menekuni bidang teknologi dan pemrograman. Selain Binar, ada beberapa startup lain yang tawarkan layanan serupa, di antaranya Hacktiv8, Impact Byte, dan Skilvul. Salah satu opsi menarik yang mereka tawarkan adalah skema “Income Share Agreement”, memungkinkan pelajar untuk terlebih dulu menimba ilmu dan baru membayar biaya akomodasi setelah mendapatkan penghasilan dari keahliannya.

Kantongi pendanaan tahap awal

Kelas Academy Bootcamp Binar Academy

Pertengahan April 2020 lalu Binar Academy telah menerima pendanaan tahap awal dipimpin oleh Teja Ventures dengan partisipasi dari beberapa investor seperti Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF— dana yang bertujuan untuk menciptakan dampak sosial dan dikelola bersama oleh Moonshot Ventures dan YCAB Ventures), Eduspaze, The Savearth Fund, serta beberapa angel investor dari ANGIN.

Dana segar tersebut rencananya akan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan pendidikan teknologi, serta merekrut pakar di bidang pendidikan dan teknologi agar dapat menyediakan digitalisasi konten dan kurikulum untuk melatih kemampuan talenta digital secara terus-menerus.

Binar Academy tahun ini juga memiliki target untuk meningkatkan pertumbuhan produk pendidikan teknologi, serta merekrut lebih banyak pakar di bidang pendidikan dan teknologi agar dapat menyediakan digitalisasi konten dan kurikulum untuk 45 ribu siswa di Indonesia.

“Dalam tiga tahun terakhir, kami terus mengembangkan produk utama kami yaitu Binar Bootcamp untuk memenuhi pengalaman belajar siswa kami dan permintaan pasar akan talenta digital. Menginspirasi pemuda Indonesia dan membantu mereka untuk menemukan potensi mereka yang sesungguhnya akan selalu menjadi misi saya,” kata Alamanda.

In-depth: On the Potential Integration of Gojek and Tokopedia Merger into “Goto”

The latest news arrived from the potential merger of Gojek and Tokopedia worth $18 billion. Based on a source quoted by The Information, the merger of the two brands will be named “Goto”. He also said that the agreement would be completed at the earliest this month.

The source also said that Kevin Aluwi, Andre Soelistyo, William Tanuwijaya, and Patrick Cao would occupy the top ranks of the joint company’s management.

In early April 2021, Bloomberg reported the company’s executives and commissioners had decided the merger agreement details and were seeking approval from other shareholders. In a general note, the two startups have some related investors, including Google, Temasek, Seqoia Capital India, and Alibaba Group.

The next plan,rumor has it, that the joint company will continue to NASDAQ – using SPAC and seeking a valuation of up to $40 billion.

Gojek’s ecosystem

Debuting as an on-demand transportation service, Gojek currently has a fairly complete service to empower its partnership ecosystem. Some of the sub-features are an integration with third parties, especially startups from acquisitions or those included in the portfolio of venture units.

In terms of business structure, Gojek consists of four main lines, which cover Gojek, GoPay, GoPlay, and Go-Ventures services. Meanwhile, in terms of consumer, it is divided into two separate units, between Gojek and GoPlay. From our in-depth observation into the application and public information, following is a map of Gojek’s ecosystem services:

Ekosistem Layanan Gojek

Tokopedia’s ecosystem

Meanwhile, Tokopedia’s core service is an online marketplace, which is a bridge between goods/service owners and end users. Its role in the midst of making innovation is focused on aspects that can provide transaction effectiveness. This is align with the mission of becoming IaaS to facilitate MSMEs to go digital.

Apart from its core services as a marketplace, there are some strong support services, including financial lines, empowerment of SMEs, entertainment, and on-demand services. Some of the services are supported by strategic partners, some of which are by subsidiaries and their investment portfolios. Based on observations on the applications and public information, the following is a map of Tokopedia’s ecosystem services:

Ekosistem Layanan Tokopedia

Potential synergy

Based on the map, if it’s going to happen eventually, Gojek-Tokopedia merger, and become a joint company, there are some potential synergy that could happen.

  1. SME Empowerment

Both services have a significant concentration of MSMEs, gathering business partners. Gojek with restaurant owners, while Tokopedia with merchants. It is different segments, therefore, it is likely to remain a separate entity with a more integrated service model. For example, for the fulfillment of raw materials, GoFood partners can have direct access to shops on Tokopedia.

The unity allows the creation of hyperlocal services – nearby MSMEs serving the closest market share. For example, when Tokopedia Partners (grocery shop owners) can be integrated with Gojek delivery services, they can speed up the fulfillment process for each customer. In other way, to optimize the Gojek driver partners to be more connected with the TokoCabang fulfillment center to speed up the process of delivering goods.

  1. Financial

For the past few years, the two unicorns have a clear mission to become “fintech” as one of their main business models, it’s no doubt each application has a quite rich financial-based service. The thing is that the merger of the two companies will certainly allow Tokopedia users to have a more comprehensive Gopay payment option. On the other hand, they can work on many areas by combining each capability.

For example, integrating Moka-Gopay [Findaya]-Tokopedia, enabling F&B merchants to get fulfillment of basic ingredients on credit to help them improve their cash flow. As it is deeply examined, this scheme will require a lot of support systems such as credit scoring and disbursement infrastructure – which both companies can complement each other.

The big data is quite a treasure that will be very valuable for various business scenarios, including to help financial inclusion. Especially now that Gojek is starting to enter the digital banking – transaction data is a strong fuel for various decisions related to consumers.

  1. Logistics

The logistics challenges are in the first-mile, mid-mile and last-mile areas. The merger of the logistics infrastructure owned by the two companies allows Tokopedia’s IaaS mission to be realized faster. As the company continues to expand its fulfillment center, delivery service has become an essential. With the strategic affiliation of Gojek Logistic, JX, and SiCepat, deeper integration is possible to bring new breakthroughs in the logistics industry.

  1. Core business

Mobility and trade services are the main capabilities of Gojek and Tokopedia. It is indeed projected to keep going, considering the many users involved. The work lies in how to balance each service – especially if it really becomes one brand – therefore it makes consumers feel comfortable, not the other way around, to get more confused due to fragmented service ecosystem.

Conflict possibility

The fact is, the strategic partnerships has an objective to form mutualism. The merger of the two companies also brings the potential for “conflict” between Gojek and Tokopedia’s important partners. Let’s assume  with independently developed service will be easily merged. However, when other players are involved, this consolidation will become a more complicated discourse.

For example, how the investment service will work at Goto – while there are three other startups affiliated in each platform through share ownership. From the service ecosystem mapping, listed some services as the result of partnerships that can create conflict possibility whether the business merger happen:

  Gojek Tokopedia
Pembayaran GoPay Ovo
Pinjaman Findaya Dhanapala
Investasi Pluang Pegadaian, Bareksa
E-commerce JD.id
Online Grocery AlfaMart, LotteMart SayurBox
Logistik JX SiCepat
Kesehatan Halodoc GoApotik

Gojek and Tokopedia are the two Indonesian startups with the largest valuation and user base with the biggest MSME partners. The unity of two companies should help Indonesia achieve its dream of becoming a leader in the digital economy.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Mendalami Potensi Integrasi “Goto”, Hasil Merger Gojek dan Tokopedia

Kabar terbaru hadir dari rencana merger Gojek dan Tokopedia bernilai $18 miliar. Menurut sumber yang dikutip The Information, hasil penggabungan kedua merek akan diberi nama “Goto”. Dikatakan juga kesepakatan tersebut akan selesai paling cepat bulan ini.

Sumber tersebut juga mengutarakan, Kevin Aluwi, Andre Soelistyo, William Tanuwijaya, dan Patrick Cao akan menempati jajaran puncak manajemen perusahaan gabungan.

Sebelumnya, di awal April 2021 lalu, Bloomberg memberitakan, rincian kesepakatan merger sudah diputuskan eksekutif dan komisaris perusahaan dan tengah meminta persetujuan para pemegang saham lainnya. Sebagai informasi, kedua startup memiliki beberapa investor yang sama, yakni Google, Temasek, Seqoia Capital India, dan Alibaba Group.

Rencana berikutnya, dari rumor yang beredar, perusahaan gabungan akan melanjut ke NASDAQ – digadang-gadang menggunakan SPAC dan mencari valuasi hingga $40 miliar.

Ekosistem layanan Gojek

Bermula dari layanan transportasi on-demand, Gojek saat ini memiliki layanan yang cukup komplit memberdayakan ekosistem kemitraan yang dimiliki. Tidak sedikit dari sub-fitur yang disuguhkan merupakan integrasi dengan pihak ketiga, terutama startup hasil akuisisi atau yang masuk dalam jajaran portofolio unit venturanya.

Secara struktur bisnis, Gojek terdiri dari empat lini utama, yang menaungi layanan Gojek, GoPay, GoPlay, dan Go-Ventures. Sementara dari sisi aplikasi [konsumer] baru terbagi menjadi dua unit terpisah, antara Gojek dan GoPlay. Dari hasil pengamatan kami melalui pendalaman aplikasi dan informasi publik yang dihimpun, berikut peta layanan ekosistem Gojek:

Ekosistem Layanan Gojek

Ekosistem layanan Tokopedia

Sementara dasar layanan Tokopedia adalah online marketplace, yakni menjadi jembatan antara pemilik barang/layanan dengan pengguna akhir. Perannya yang berada di tengah membuat inovasi difokuskan pada aspek-aspek yang bisa memberikan efektivitas transaksi. Hal ini senada dengan misi menjadi IaaS memfasilitasi UMKM untuk berdagang secara digital.

Di luar layanan intinya sebagai marketplace, ada beberapa aspek layanan pendukung yang cukup kuat, meliputi lini finansial, pemberdayaan UKM, hiburan, dan layanan on-demand. Beberapa layanan hadir didukung mitra strategis, beberapa di antaranya oleh anak usaha dan portofolio investasinya. Berdasarkan pengamatan terhadap aplikasi dan informasi publik yang dihimpun, berikut peta layanan ekosistem Tokopedia:

Ekosistem Layanan Tokopedia

Potensi kolaborasi

Dari peta layanan tersebut, jika apa yang telah menjadi buah-bibir terkait merger Gojek-Tokopedia selama ini akan terealisasi dan benar-benar menjadi satu unit perusahaan gabungan, ada beberapa aspek yang bisa disinergikan.

  1. Pemberdayaan UMKM

Kedua layanan memiliki konsentrasi yang cukup signifikan terhadap UMKM, menjadikannya sebagai mitra bisnis. Gojek dengan pemilik restoran, sementara Tokopedia dengan penjual dagangan. Segmennya berbeda, sehingga kemungkinan besar akan tetap menjadi entitas terpisah dengan model pelayanan yang lebih terintegrasi. Misalnya, untuk pemenuhan bahan baku mitra GoFood bisa mengakses langsung ke toko-toko yang ada di layanan Tokopedia.

Gabungan tersebut juga memungkinkan terciptanya layanan hyperlocal – UMKM di sekitar melayani pangsa pasar terdekat. Misalnya saat Mitra Tokopedia (pemilik warung kelontong) dapat terintegrasi dengan layanan pengantaran Gojek, sehingga dapat mempercepat proses pemenuhan kepada masing-masing pelanggan. Atau optimasi armada mitra Gojek untuk lebih terhubung dengan pusat pemenuhan TokoCabang untuk mempercepat proses pengiriman barang.

  1. Finansial

Sejak beberapa tahun ke belakang, kedua unicorn memang memiliki misi yang jelas untuk menjadi “fintech” sebagai salah satu model bisnis utamanya, tak ayal layanan berbasis finansial yang ada di masing-masing aplikasi cukup kaya. Yang jelas, penggabungan kedua perusahaan tentu akan memungkinkan pengguna Tokopedia memiliki opsi pembayaran Gopay yang lebih komprehensif. Di sisi lain, ada banyak area yang bisa dikaryakan dengan menggabungkan kekuatan masing-masing.

Misalnya melakukan integrasi antara Moka-Gopay [Findaya]-Tokopedia, memungkinkan merchant F&B mendapatkan pemenuhan bahan dasar secara kredit untuk membantu mereka menyehatkan arus kas. Skema ini jika dikulik lebih dalam akan membutuhkan banyak sistem pendukung seperti skoring kredit dan infrastruktur pencairan – yang mana sudah dapat saling dilengkapi.

Big data yang dihimpun juga menjadi sebuah harta yang akan sangat berharga untuk berbagai skenario bisnis, termasuk untuk membantu inklusi keuangan. Terlebih saat ini Gojek mulai bermain di ranah perbankan digital – data transaksi menjadi bahan bakar penting untuk berbagai keputusan terkait dengan konsumer.

  1. Logistik

Tantangan logistik ada di area first-mile, mid-mile, dan last-mile. Penggabungan infrastruktur logistik yang dimiliki kedua perusahaan memungkinkan misi IaaS yang telah dicetuskan Tokopedia dapat lebih terealisasi dengan cepat. Di saat perusahaan terus memperluas pusat pemenuhan, jasa pengiriman juga menjadi komponen yang wajib dipikirkan. Dengan adanya Gojek Logistic, JX, dan SiCepat yang terafiliasi secara strategis, dimungkinkan terjadinya integrasi yang lebih mendalam untuk menghadirkan terobosan baru dalam dunia logistik.

  1. Bisnis inti masing-masing

Layanan mobilitas dan perdagangan adalah kapabilitas utama yang dimiliki Gojek dan Tokopedia. Tentu ini diproyeksikan besar tidak akan luntur dari masing-masing, mengingat penggunanya sudah sangat banyak. Yang menjadi PR adalah bagaimana menyeimbangkan masing-masing layanan –terlebih jika benar-benar menjadi satu brand—sehingga membuat konsumen tetap nyaman, bukan sebaliknya malah semakin bingung karena ekosistem layanan yang terlalu terfragmentasi.

Potensi “bentrok”

Tidak dimungkiri adanya kemitraan strategis ditujukan untuk membentuk sebuah mutualisme. Penggabungan kedua perusahaan juga membawa potensi “bentrok” antara mitra-mitra penting dari Gojek maupun Tokopedia. Asumsinya, untuk layanan yang dikembangkan sepenuhnya mandiri dapat lebih mudah dilebur. Namun saat melibatkan pemain lain, maka konsolidasi ini akan menjadi diskusi yang lebih alot.

Ambil contoh, bagaimana nantinya layanan investasi di Goto – sementara saat ini ada tiga startup lain yang terafiliasi di masing-masing platform melalui kepemilikan saham. Dari pemetaan ekosistem layanan di atas, dapat didaftar beberapa layanan dari kemitraan yang berpotensi bentrok jika penggabungan bisnis dieksekusi:

  Gojek Tokopedia
Pembayaran GoPay Ovo
Pinjaman Findaya Dhanapala
Investasi Pluang Pegadaian, Bareksa
E-commerce JD.id
Online Grocery AlfaMart, LotteMart SayurBox
Logistik JX SiCepat
Kesehatan Halodoc GoApotik

Gojek dan Tokopedia adalah dua startup Indonesia dengan valuasi terbesar dan basis pengguna dan mitra UMKM paling banyak. Bergabungnya kedua perusahaan seharusnya membantu Indonesia mencapai mimpi menjadi pemimpin ekonomi digital.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

GoMart Matangkan Layanan dan Fitur untuk Akomodasi Belanja Mingguan

GoMart, layanan belanja online di aplikasi Gojek, terus memperkaya layanan dan fitur untuk mendominasi pasar di segmen belanja kebutuhan mingguan. Saat ini, jumlah merchant supermarket dan asisten belanja kian bertambah yang tersebar di 11 kota besar di Indonesia.

Head of Groceries GoMart Tarun Agarwal menuturkan, sejak diluncurkan kembali pada 2019 lalu, GoMart pertama kali hadir dengan merchant perdana Alfa Group untuk membantu memenuhi kebutuhan harian. Kebutuhan terus meningkat, dipicu sejak pandemi, lantaran terjadi pergeseran perilaku masyarakat dalam belanja kebutuhan secara online menjadi lebih reguler.

“Dalam merespons perubahan tersebut, kami secara bertahap berevolusi mengembangkan layanan serta fitur, sehingga masyarakat dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan grocery mingguannya secara online,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, kemarin (16/4).

Dalam perjalanannya sejak pandemi, GoMart terus menambah kehadiran di berbagai lokasi. Per April ini, GoMart sudah tersedia di 11 lokasi, selain Jabodetabek, juga ada di Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali, Medan, Palembang, dan Makassar.

Lokasi tersebut mencerminkan persebaran 31 merchant, baik dari tradisional hingga modern, yang sudah bermitra dengan GoMart. Beberapa namanya adalah LOTTE Mart, Giant, Giant Express, Foodhall, Sayurbox, Perum Bulog, Pasar Jaya, Best Meat, dan lain-lain. Di merchant-merchant tersebut sudah ditempatkan asisten belanja (Emak Jago) untuk memastikan kesegaran dan kualitas terbaik dari bahan makanan.

Agarwal menjelaskan, saat ini Emak Jago yang sudah direkrut berjumlah ratusan. Mayoritas dari mereka berasal dari lingkungan mitra pengemudi yang sudah mengikuti pelatihan sebelum terjun ke lapangan. “Mereka sudah dilatih untuk melayani kebutuhan belanja, mulai dari menerima pesanan hingga memilih bahan segar di supermarket dan hypermarket yang menjadi merchant GoMart.”

Untuk mendukung permintaan di lapangan, sistem GoMart kini telah diperkaya dengan pembaruan stok harian hingga 4 kali secara otomatis di aplikasi pelanggan. Dengan demikian, pelanggan bisa langsung mengetahui saat produk yang ingin dibeli habis atau tidak tersedia di merchant yang dituju.

Fitur pendukung lainnya adalah berkirim pesan dengan Emak Jago untuk permudah proses belanja dan memberikan rekomendasi resep dalam aplikasi (in-app) untuk pengalaman pengguna yang lebih baik.

Seluruh strategi tersebut diharapkan dapat mendongkrak kinerja GoMart pada tahun ini. Dari gambaran pada tahun lalu saja, transaksi GoMart naik antara 7-8 kali lipat pada periode Februari sampai Desember 2020. Kemudian, jumlah barang per unit (SKU item) yang terjual di GoMart naik sebesar 19 kali lipat dan jumlah pengguna bulanan GoMart meningkat hingga 8 kali lipat.

General Manager Online Business LOTTE Mart Tony Suryadi menambahkan, pandemi mengubah kebiasaan belanja konsumen yang bergeser dari offline ke online. Agar lebih adaptif, dalam merespons itu, pihaknya membutuhkan mitra seperti GoMart. “Teknologi yang dihadirkan Gojek melalui GoMart ditambah dengan asisten belanja Emak Jago yang telah terlatih di outlet kami memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang ingin berbelanja di LOTTE Mart secara online,” ujarnya.

Dengan kebiasaan baru konsumen yang terbentuk akibat pandemi, layanan online grocery makin diminati. Dari pemain awal sampai pemain legasi terus perkuat kehadiran bisnisnya. Sepanjang tahun 2021, ada dua startup online grocery yang bukukan pendanaan tahap awal, yakni Segari dan Dropezy. Pemain lama tak mau kalah, Kesupermarket juga kencangkan strategi ditandai rebranding menjadi GetMyStore, untuk maskimalkan potensi penjualan secara online.

Application Information Will Show Up Here

Bank Jago Officially Launched Digital Financial App, to Focus on Life Centricity

After almost a year of transition, PT Bank Jago Tbk (ARTO) officially introduced the Jago app to the public. This platform provides digital financial services that focus on life-centricity with a collaborative ecosystem approach.

“In order to present innovative and collaborative solutions, we work closely with the ecosystem. We expect this application can provide financial access to the wider community and accelerate financial inclusion. There are many segments we still want to reach in Indonesia,” Bank Jago’s President Director, Kharim Indra Gupta Siregar said at the launching of Jago app in Jakarta.

Currently, Jago app only provides several financial services, such as transfers, bill payments, and e-wallet top ups. Going forward, the company will add more services to target the digital savvy and mass market segments in the middle class, both individuals and entrepreneurs.

This is one of the initiatives of its strategic partnership with Gojek, which is a service that allows millions of customers to open Jago Bank accounts directly through the ride-hailing platform. “Regarding [the partnership with Gojek], our team is still working on the integration process,” Kharim added.

Review of Jago app

Bank Jago claims to be a fully tech-based digital bank. Kharim also emphasized that Bank Jago’s technology and innovation were entirely developed by an internal team. Therefore, DailySocial has the opportunity to try out some of the innovative features of the Jago app.

For first impression, the onboarding process to create an account is very fast, e-KYC only take less than 30 seconds via video call. We then tried the “Pockets” feature which allows customers to simply allocate money for different purposes. As seen in the image below, the Pocket feature can be personalized, including name, color, and profile photo.

The bag (Kantong) has two categories, “Savings” and “Spendings”. Users can add saving bags (Kantong Nabung) with various transfer methods, including digital banking (TMRW, Digibank, Jenius), mobile banking (BCA, Mandiri, CIMB, BRI), SMS banking, internet banking (BCA, Mandiri, BNI, CIMB), ATM (BCA, Mandiri, BNI, BRI, Permata, CIMB), and Jago Branch.

However, the thing is that the money stored in Kantong Nabung cannot be transferred to external account thereby reducing the potential for unnecessary expenses. For transfers, users must move money to the Pay Bag (Kangtong Bayar). If it’s changed, users can make transactions and the interest will be charged to 0.5% p.a. While changing to Kantong Nabung will activate an interest of 3.5% p.a.

Simulasi pembuatan Kantong Nabung di aplikasi Bank Jago / DailySocial
Simulation of creating saving account on Bank Jago application / DailySocial

In fact, users can invite other account holders (collaborators) to save together. User can authorize a collaborator to “see” or “use” the money in the bag. There is a daily limit that can be set.

Kharim said, the collaborative financial management feature is not yet owned by banks in Indonesia. This feature was developed by research conducted by the company. He said, there are still many use case in financial service to be explored in the future.

In addition, he said that this feature has gone through a risk management process considering that the use case is still relatively new and has the potential to be called a term savings if it is stored for a long time. “This is one of the challenges for the treasury team at Bank Jago. In this case, we simulate what market this fund will be rotated, therefore, we have made adjustments in providing services,” he said.

Meanwhile, Bank Jago’s Digital Banking Director, Peter van Nieuwenhuizen added that collaborative features are very possible to be implemented into financial services. This is because people in Southeast Asia are familiar with collaboration culture, especially Indonesia, which is known to be active in socializing.

“The new [features] we are developing are new models for banking, therefore, it will take 1-2 years to see how do you do with ‘Pockets’ or how to figure out what works best,” Peter said.

Aplikasi Bank Jago / Bank Jago
Bank Jago app / Bank Jago

Another leading feature by Jago Bank is the payment of invoices with a variable value, post-paid for example. Through this feature, users can automatically make payments or via a reminder to confirm the value of not fixed bills.

Flashback through Bank Jago

Bank Jago officially shifted from Bank Artos in June 2020. This identity change was an effort to transform Bank Jago into a post-acquisition digital bank by a group of investors led by Jerry Ng through PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) and Patrick Waluyo through Wealth Track Technology Limited (WTT).

Gojek Group, through its subsidiary, GoPay (PT Dompet Anak Karya Bangsa), is also a 22% shareholder. Then, in early March, the Singapore government-owned investment institution, the Government of Singapore Investment Corporation Private Limited (GIC), also acquired Bank Jago shares.

In conclusion, Bank Jago’s shareholder consists of PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (29.81%), Wealth Track Technology Limited (11.69%), PT Dompet Karya Anak Bangsa (21.40%), GIC Private Limited (9, 12%), and the public (27.99%).

Previously, senior banker and founder of Bank Jago Jerry Ng said that this collaboration could be a key strategy to accelerate the growth of the digital bank business. He gave an example, digital banks in China and South Korea are oriented towards ecosystem collaboratio, therefore, they can pursue growth through products with a wider spectrum.

This also answers various strategic partnership actions from various verticals by Bank Jago since 2020. This inorganic strategy can accelerate growth. Currently, Gojek is a sole strategic partner. This means that this partnership includes opening a direct account (onboarding) through the Gojek application, without the need for the Jago Bank application.

Ecosystem Vertical Partnership
Gojek Group Ride-hailing Strategic partnership, shareholder
Akulaku Lending Loan channeling scheme (Rp100 billion)
Akseleran Lending Loan channeling scheme (Rp50 billion)
Kredit Pintar Lending unknown
Logisly E-logistic unknown

“We have to create a unique value proposition. What we do is combine the two because we both have advantages. Bank is no longer the center of ecosystem, but part of the ecosystem. If we put ourselves in the right position, we will have a strategic role because whatever consumers do, in the end is payment,” Jerry said.

Other digital banks

The competitive map for digital banks in Indonesia will be even stronger this year. After Bank Neo Commerce and Bank Jago officially introduced application-based digital services, several other banks are anticipating their realization to become digital banks. On our records, there are several names, from Bank Digital BCA, SeaBank, and KB Bukopin.

Bank Agro, which is currently applying for a digital bank license to OJK, has recently appointed Kaspar Situmorang as the President Director through the Annual General Meeting of Shareholders (Annual GMS). Kaspar was previously the Executive Vice President of the Digital Center of Excellence, one of the digital transformation divisions in BRI’s holding company.

BRI’s Director of Digital, Information Technology and Operations Indra Utoyo said to DailySocial last year that BRI Agro has a great opportunity to be converted into a digital bank because it has launched the digital lending platform Pinang (Pinjam Tenang) which is the initial test case to the market.

Meanwhile, SeaBank, which is the new identity of Economic Welfare Bank (BKE), is reportedly exploring the potential to acquire another bank to strengthen its capital structure. That way, SeaBank can get a digital bank license. SeaBank is recorded as a Commercial Bank for Business Activities (BUKU) II with a core capital of IDR 1.3 trillion as of September 2020 and total assets of IDR 3.6 trillion as of December 2020.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bank Jago Resmi Meluncurkan Aplikasi Keuangan Digital, Berfokus pada Sentra Kehidupan

Setelah hampir satu tahun berganti identitas, PT Bank Jago Tbk (ARTO) akhirnya resmi memperkenalkan aplikasi Jago (Jago app) ke publik. Aplikasi ini menyediakan layanan keuangan digital yang berfokus pada kehidupan (life-centricity) dengan pendekatan pada kolaborasi ekosistem.

“Untuk menghadirkan solusi inovatif dan kolaboratif, kami bekerja sama erat dengan ekosistem. Kami harap aplikasi ini dapat memberikan akses finansial ke masyarakat lebih luas dan mempercepat inklusi keuangan. Masih banyak segmen yang ingin kami jangkau di Indonesia,” ujar Presiden Direktur Bank Jago Kharim Indra Gupta Siregar ditemui di acara peluncuran aplikasi Jago di Jakarta.

Saat ini, aplikasi Jago baru menyediakan beberapa layanan keuangan, seperti transfer, pembayaran tagihan, dan top up e-wallet. Ke depannya, perusahaan akan menambah lebih banyak layanan untuk membidik segmen digital savvy dan mass market di kelas menengah, baik individual maupun wirausaha.

Termasuk salah satu inisiatif dari kemitraan strategisnya dengan Gojek, yaitu layanan yang memungkinkan jutaan pelanggan membuka rekening Bank Jago langsung melalui platform ride-hailing tersebut. “Terkait [kemitraan dengan Gojek], tim kami masih menggodok proses integrasinya,” tambah Kharim.

Menjajal aplikasi Jago

Bank Jago mengklaim sebagai bank digital yang sepenuhnya berbasis teknologi (tech-based bank). Kharim juga menegaskan bahwa teknologi dan inovasi Bank Jago juga seluruhnya dikembangkan oleh tim internal. Maka itu, DailySocial berkesempatan untuk menjajal beberapa fitur inovatif dari aplikasi Jago.

Kesan pertama, proses onboarding pembuatan rekening sangat cepat,  pemeriksaan e-KYC hanya berlangsung tak sampai 30 detik via video call. Kami kemudian mencoba fitur “Pockets” atau “Kantong” yang memungkinkan nasabah mengalokasikan uang dengan tujuan berbeda secara sederhana. Sebagaimana terlihat dalam gambar di bawah ini, fitur Kantong dapat dipersonalisasi, baik nama, warna, dan foto profilnya.

Kantong memiliki dua kategori, yaitu “Savings/Nabung” dan “Spendings/Bayar”. Pengguna bisa menambah Kantong Nabung dengan berbagai metode transfer, antara lain digital banking (TMRW, Digibank, Jenius), mobile banking (BCA, Mandiri, CIMB, BRI), SMS banking, internet banking (BCA, Mandiri, BNI, CIMB), ATM (BCA, Mandiri, BNI, BRI, Permata, CIMB), dan Jago Branch.

Namun, perlu dicatat bahwa uang yang disimpan di Kantong Nabung tidak dapat ditransfer ke rekening luar sehingga mengurangi potensi pengeluaran yang tidak perlu. Untuk transfer, pengguna harus memindahkan uang ke Kantong Bayar. Jika diubah ke Kantong Bayar, pengguna dapat bertransaksi dan bunga dikenakan menjadi 0,5% p.a. Sementara mengubah menjadi Kantong Nabung akan mengaktifkan bunga 3,5% p.a.

Simulasi pembuatan Kantong Nabung di aplikasi Bank Jago / DailySocial
Simulasi pembuatan Kantong Nabung di aplikasi Bank Jago / DailySocial

Menariknya, pengguna dapat mengundang pengguna pemilik rekening lain (collaborator) untuk berkolaborasi untuk menabung. Pengguna dapat memberi kuasa collaborator untuk “melihat” atau “memakai” uang di kantong tersebut. Ada limit harian yang bisa ditetapkan.

Menurut Kharim, fitur pengelolaan keuangan secara kolaboratif belum dimiliki bank-bank di Indonesia. Fitur ini pun dikembangkan riset yang dilakukan perusahaan. Menurutnya, masih banyak use case layanan keuangan yang dapat dieksplorasi di masa depan.

Selain itu, ia mengatakan bahwa fitur ini telah melalui proses risk management mengingat use case-nya masih terbilang baru dan berpotensi disebut tabungan berjangka apabila disimpan dalam waktu lama. “Ini salah satu tantangan bagi tim treasury di Bank Jago. Dalam hal ini, kami buat simulasi dana ini diputar ke pasar apa, jadi kami sudah buat penyesuaian dalam memberikan layanan,” ujarnya.

Sementara, Direktur Digital Banking Bank Jago Peter van Nieuwenhuizen menambahkan bahwa fitur-fitur yang bersifat kolaboratif sangat memungkinkan diimplementasi ke dalam layanan keuangan. Pasalnya, masyarakat di Asia Tenggara kental dengan budaya kolaborasi, terlebih Indonesia yang dikenal aktif dalam bersosialisasi.

“[Fitur-fitur] baru yang kami kembangkan merupakan model baru untuk perbankan sehingga butuh 1-2 tahun untuk melihat how do you do with ‘Pockets’ or how to figure out what works best,” ungkap Peter.

Aplikasi Bank Jago / Bank Jago
Aplikasi Bank Jago / Bank Jago

Fitur menarik lain yang diperkenalkan Bank Jago adalah pembayaran tagihan dengan nilai yang tidak tetap, misal pasca-bayar. Lewat fitur ini, pengguna bisa melakukan pembayaran secara otomatis atau melalui reminder untuk mengonfirmasi nilai tagihan yang tidak tetap.

Kilas balik perjalanan Bank Jago

Bank Jago resmi berganti nama dari Bank Artos pada Juni 2020. Pergantian identitas tersebut merupakan upaya transformasi besar-besaran Bank Jago menjadi bank digital pasca-akuisisi oleh grup investor yang dipimpin oleh Jerry Ng lewat PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Patrick Waluyo melalui Wealth Track Technology Limited (WTT).

Gojek Group, melalui anak usahanya GoPay (PT Dompet Anak Karya Bangsa), juga masuk sebagai pemegang saham sebesar 22%. Kemudian, awal Maret lalu, lembaga investasi milik pemerintah Singapura, Government of Singapore Investment Corporation Private Limited (GIC) juga mencaplok saham Bank Jago.

Dengan demikian, komposisi pemegang saham Bank Jago terdiri dari PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (29,81%), Wealth Track Technology Limited (11,69%), PT Dompet Karya Anak Bangsa (21,40%), GIC Private Limited (9,12%), dan publik (27,99%).

Sebelumnya, bankir senior sekaligus pendiri Bank Jago Jerry Ng mengatakan bahwa kolaborasi tersebut dapat menjadi strategi kunci untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis bank digital. Ia mencontohkan, bank digital di Tiongkok dan Korea Selatan berkiblat pada kolaborasi ekosistem sehingga dapat mengejar pertumbuhan melalui produk dengan spektrum yang lebih luas.

Ini turut menjawab berbagai aksi kemitraan strategis dari berbagai vertikal yang dilakukan Bank Jago sejak 2020. Strategi anorganik ini dapat mempercepat pertumbuhan. Saat ini baru Gojek yang menjadi mitra strategis. Artinya, kemitraan ini termasuk membuka rekening (onboarding) di aplikasi Gojek langsung, tanpa perlu di aplikasi Bank Jago.

Ecosystem Vertical Partnership
Gojek Group Ride-hailing Strategic partnership, shareholder
Akulaku Lending Loan channeling scheme (Rp100 billion)
Akseleran Lending Loan channeling scheme (Rp50 billion)
Kredit Pintar Lending unknown
Logisly E-logistic unknown

We have to create unique value proposition. Yang kami lakukan adalah mengombinasikan keduanya karena sama-sama punya keunggulan. Bank is no longer the centre of ecosystem, tetapi bagian dari ekosistem. Jika menempatkan diri dengan tepat, kita akan punya peranan strategis karena apapun yang dilakukan konsumen, ujung-ujungnya adalah pembayaran,” ungkap Jerry.

Bank digital lainnya

Peta persaingan bank digital di Indonesia bakal semakin kuat di tahun ini. Setelah Bank Neo Commerce dan Bank Jago resmi memperkenalkan layanan digital berbasis aplikasi, beberapa bank lain tengah mengantisipasi realisasinya menjadi bank digital. Di catatan kami, masih ada sejumlah nama, mulai dari Bank Digital BCA, SeaBank, dan KB Bukopin.

Bank Agro yang sedang mengajukan izin menjadi bank digital ke OJK, juga baru saja menunjuk Kaspar Situmorang sebagai Direktur Utama melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS Tahunan). Kaspar sebelumnya merupakan Executive Vice President Digital Center of Excellence, salah satu divisi transformasi digital di induk usaha BRI.

Kepada DailySocial tahun lalu, Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi BRI Indra Utoyo mengatakan, BRI Agro berpeluang besar dikonversi menjadi bank digital karena telah meluncurkan platform digital lending Pinang (Pinjam Tenang) yang menjadi test case awal ke pasar.

Sementara itu, SeaBank yang telah berganti identitas dari Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), dikabarkan tengah menjajaki potensi akuisisi bank lain untuk memperkuat struktur modalnya. Dengan begitu, SeaBank bisa mengantongi izin bank digital. SeaBank tercatat masih merupakan Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II dengan modal inti Rp 1,3 triliun per September 2020 dan total aset per Desember 2020 sebesar Rp 3,6 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Banyak Peminat, GoPlay Perkuat Fitur “Live Stream”

GoPlay menambah rangkaian fitur baru untuk perkuat platform live streaming “GoPlay Live” demi menjaring lebih banyak konten kreator lokal bergabung. Sejak diresmikan pada pertengahan tahun lalu, GoPlay Live diklaim mendapat antusiasme tinggi karena memiliki fitur interaktif yang tidak ditawarkan oleh platform sejenis.

CEO GoPlay Edy Sulistyo menjelaskan, dalam perjalanannya GoPlay hadir sebagai rumah bagi para konten kreator tanah air untuk berkreasi dan memasarkan karyanya secara lebih luas. Dukungan tersebut awalnya dihadirkan untuk para sineas perfilman melalui konten GoPlay Original dan kini diperluas ke ranah live show.

“Sejak pandemi kami menemukan banyak orang yang bisa menjadi konten kreator. Sebab, kami belajar bahwa komitmen untuk jadi wadah konten kreator itu tidak selesai di sineas saja, tidak boleh pandang bulu. GoPlay harus bisa ayomi lebih banyak para konten kreator lebih banyak lagi,” kata Edy dalam konferensi pers virtual, Jumat (9/4).

Sejumlah fitur interaktif yang diperkenalkan GoPlay Live, di antaranya Chat, Shout Out, Virtual gift, Polling, dan Live shopping. Fitur-fitur tersebut dapat mendorong para kreator untuk berinovasi menghadirkan topik-topik baru yang lebih seru dan menghibur.

Edy juga menekankan, teknologi di dalam GoPlay Live sudah dikostumisasi sedemikian rupa untuk menekan delay dan dapat menyajikan live stream secara real time. Pasalnya, live stream itu erat kaitannya dengan interaksi langsung antara penonton dengan host sehingga apabila ada delay tentu pengalaman tersebut tidak akan maksimal. Pengalaman tersebut masih menjadi hambatan bagi platform live stream yang hadir saat ini.

“Fitur-fitur interaktif ini dibutuhkan penonton live stream karena zaman sekarang orang tidak ingin hanya sekadar nonton saja. Mereka ingin interaksi langsung dengan host-nya dengan format tontonan yang belum pernah ada sebelumnya.”

Salah satu fitur yang banyak digunakan adalah virtual gift selama live streaming. Fitur ini dapat menjadi salah satu kanal kreator dalam monetisasi, karena penonton dapat memberikan apresiasinya kepada kreator dengan memberikan hadiah berupa saldo yang dipotong langsung dari akun GoPay.

“Kami juga melihat tren pendapatan para kreator konten terus meningkat seiring antusiasme pengguna yang semakin familiar dengan fitur virtual gift ini. Temuan ini sangat membesarkan hati kami karena dukungan para pengguna akan sangat membantu pertumbuhan industri live streaming di Indonesia.”

GoPlay mencatat tayangan live show interaktif berhasil menarik antusiasme pengguna. Jumlah live show meningkat secara signifikan hingga 10 kali lipat sepanjang kuartal I 2021. Pertumbuhan tersebut seiring dengan jumlah kreator konten yang meningkat hingga 100% dibandingkan tahun lalu. Salah satunya, konten GoPlay Live Original bersama JKT48, bernama JKT48 Live Show berhasil menarik penonton hingga lebih dari 4 ribu orang.

Pencapaian dari GoPlay ini tercermin dengan laporan dari App Annie. Jumlah jam yang dihabiskan pada aplikasi mobile video streaming di Indonesia pada kuartal IV 2020 mencapai 8,33 miliar jam. Angka tersebut naik hampir dua kali lipat dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 4,94 miliar jam. Konsumen juga dipercaya akan mengunduh lebih dari satu hingga rata-rata 9,5 aplikasi streaming, seiring dengan minat mereka untuk terus mencari hiburan baru di aplikasi selama berkegiatan di rumah.

Sepanjang tahun ini, GoPlay akan fokus membuat lebih banyak kerja sama dengan kreator lokal untuk membuat konten eksklusifnya di GoPlay Live yang bakal tayang secara rutin. Seperti, live streaming nonton bareng film indie, live music akustik, kelas memasak, review makanan GoFood, talkshow, dan lain-lain.

“Kami juga melakukan pendampingan secara bertahap untuk para kreator. Ada tim kreator yang ditugaskan khusus untuk bantu mereka, lalu ada studio yang bisa dipakai untuk live streaming,” pungkas Edy.

Selain platform live streaming interaktif, GoPlay juga menawarkan layanan video-on-demand berlangganan yang mencakup konten GoPlay Original, GoPlay Exclusive, galeri film independen GoPlay Indie dan galeri konten premium lainnya, serta GoPlay Rental (pay-per-view service).

Application Information Will Show Up Here