Bagaimana Cara PlayStation 4 Pro, Console Seharga US$ 400, Sajikan Game di Resolusi 4K?

Tema 4K gaming lahir karena keinginan sebagian kecil gamer untuk menikmati permainan di resolusi super-tinggi, dan kini ia berubah menjadi standar hiburan next-gen. 4K juga merupakan salah satu faktor pemicu refresh hardware di era console generasi kedelapan. Tapi mendekati pelepasan PlayStation 4 Pro, informasi yang diungkap Sony mengenainya masih terbilang minim.

Beragam demo game, dari mulai Days Gone sampai Horizon: Zero Dawn, yang Sony pamerkan di PlayStation Meeting memberikan alasan kuat mengapa fans tampak bersemangat menyongsong kehadiran PS4 Pro. Faktor andalan lain ialah harganya. Jarak antara ‘New’ PlayStation 4 dan Pro cukup dekat, versi high-end tersebut dibanderol US$ 400, setara dengan harga PlayStation 4 di awal perilisannya. Tapi bagaimana sebetulnya cara console US$ 400 itu menangani 4K gaming?

Tim Digital Foundry Eurogamer memberikan penjabaran lengkap di artikel mereka. Terlepas dari janji Sony (dan tentu saja Microsoft lewat Project Scorpio) soal kapabilitas sistem menyentuh resolusi 4K, mereka belum menyampaikan apakah hardware sanggup menyajikan 60 frame rate per detik atau tidak. PS4 Pro dan rivalnya dibatasi oleh satu hal serupa, yaitu sedikitnya pilihan CPU berteknologi x86.

Menurut analisis Digital Foundry, seluruh konten 4K yang diperlihatkan di PlayStation Meeting merupakan hasil dari upgrade resolusi 1080p dan tidak berjalan di native 4K. Pendekatan Sony buat PS4 Pro adalah memperlakukan ultra-high-definition sebagai ‘kanvas’ buat gameplay di resolusi lebih tinggi, bukannya memproses pixel tiap saat ala proses standar. Caranya ialah meng-ekstrapolasi struktur 2×2-pixel menjadi 4×4-pixel menggunakan hardware build-in di GPU PS4 Pro.

Teknik ini biasa dikenal dengan istilah upscaling, dan kualitasnya tergantung dari permainannya. Tapi dengan bermain di televisi ruang keluarga, Digital Foundry cukup yakin 4K upscale terlihat mirip resolusi native UHD. Dan kabar gembiranya lagi, developer tidak perlu mengeluarkan modal lebih banyak. Tentu saja upscale menyisakan satu pertanyaan: seberapa efektif hardware anyar tersebut mengerjakan tugasnya? Dan hal ini jadi tantangan besar buat Sony.

Digital Foundry hampir tidak menemukan masalah dalam Horizon dan Days Gone, namun melihat sedikit artefak pada Call of Duty: Infinite Warfare, serta keterbatasaan PS4 Pro saat menjalankan Infamous First Light dan demo Uncharted 4. Mungkin Anda juga sudah melihat komparasi Rise of the Tomb Raider di PS4 Pro dan PC, di mana kurangnya memori menyebabkan console tidak bisa menyuguhkan tekstur super-tinggi.

Terlepas dari kekurangannya itu, PS4 Pro tetap merupakan medium 4K gaming menarik, apalagi ia dijajakan di harga sangat atraktif. Saat ini telah tersedia banyak pilihan layar 23- sampai 27-inci di pasar, dan dengan ukuran yang lebih kecil, artefak jadi lebih sulit terlihat.

PS4 Pro rencananya akan dirilis pada tanggal 10 November 2016.

Hackster Live Pertama di Indonesia Digelar di Bandung

Sulit untuk tidak mengatakan bahwa pengembangan dan industri Internet of Things (IoT) di Indonesia terus bergeliat. Bukti terbaru adalah adanya acara di Indonesia, sebuah acara global yang diinisiasikan oleh Hackster.io untuk mendukung gerakan positif terhadap penguasaan hardware dan software termasuk melakukan edukasi untuk para makers atau pengembang hardware dan komunitasnya. Acara ini sendiri telah berlangsung Sabtu pekan lalu bertempat di DILo Bandung, Bale Motekar Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat.

Dalam acara yang mengikutsertakan 70 orang pengembang hardware yang sudah lama berkecimpung di dunia IoT Indonesia diisi oleh pemateri-pemateri yang memang sudah akrab dengan pengembangan hardware dan industri IoT tanah air Mereka adalah Andri Yadi, penggagas DycodeEdu sekaligus duta Hackster.io, Yugie Nugraha dari Microsoft Indonesia, Rendara Toro dari Intel Innovator dan Fadhil dari Gravicode. Pembicara-pembicara yang hadir memberikan materi yang tidak lepas dari pembahasan IoT, seperti halnya membahas mengenai ESP8266-based development boards, Azure for IoT, Intel Edison dan .NETGadgeteer.

“Selain untuk menumbuhkan minat para makers Indonesia untuk berkarya di bidang IoT, acara ini juga merupakan rangkaian acara resmi dari Hackster Live untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dari Indonesia,” tutur Andri Yadi.

Selain itu Andri juga menjelaskan bahwa acara Hackster Live ini sebenarnya bisa diadakan oleh semua pihak, selama acara tersebut terdaftar di Hackter.io.

“Siapa saja bisa mengadakan acara ini, hanya saja status terdaftar atau tidaknya di Hakster.io ini yang harus diperjelas. Saya melihat DycodeEdu mampu mendukung pergerakan IoT ini, kenapa tidak untuk mengikutsertakan DycodeEdu dalam acara Hackster Live ini,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama Andri Yadi sebagai perwakilan komunitas maker dan stakeholder lainnya meluncurkan Makestro, sebuah tempat yang diperuntukkan bagi semua pihak untuk turut berpartisipasi dalam pergerakan maker ini. Secara konsep Makestro memberikan kesempatan semua orang yang bergabung untuk dapat berbagi, belajar, dan menjual karya-karya IoT buatan mereka untuk mendapatkan exposure, baik dari komunitas maupun stakeholder.

Seperti pernah kami beritakan sebelumnya salah satu permasalahan pengembangan hardware di Indonesia selain membutuhkan modal dan perangkat untuk mulai berkreasi kemungkinan mendapatkan harga yang layak juga menjadi permasalahan. Dihadirkannya acara Hackster Live dan Makestro ini sendiri seolah menjadi jawaban bagi para pengembang hardware di Indonesia.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Hackster Live 2016

Kabar Gembira Untuk Gamer, Titanfall 2 Bersahabat Dengan PC Tua Anda

Tak seperti game pertamanya dulu, sungguh disayangkan program open beta Titanfall 2 hanya dilangsungkan di console. Respawn beralasan, beta sebetulnya ditujukan untuk mengetahui kekuatan dan kapasitas server. Meski hal tersebut tidak jadi masalah, pemain di PC kehilangan kesempatan untuk menjajal apakah sistem mereka sanggup menangani game atau tidak.

Karena keputusan developer itu, para gamer PC harus menggunakan metode tradisional buat mengetahui kesiapan PC mereka menghadapi Titanfall 2. Akhir minggu lalu, Respawn mengumumkan daftar kebutuhan hardware yang diperlukan agar permainan dapat berjalan. Menariknya lagi, tim pencipta Titanfall juga menyediakan list khusus bagi kalangan antusias yang ingin menikmati game di 4K dengan setting visual tertinggi. Berikut ini rinciannya:

Minimal:

  • Sistem operasi Win 7/8/8.1/10 64-bit
  • Prosesor Intel Core i3-3600t atau setara
  • Kartu grafis Nvidia Geforce GTX 660 2GB, AMD Radeon HD 7850 2GB, DirectX 11
  • Memori RAM 8GB
  • Hard disk 45GB
  • Koneksi internet 512Kbps atau lebih cepat

Rekomendasi:

  • Sistem operasi Win 7/8/8.1/10 64-bit
  • Prosesor Intel Core i5-6600 atau setara
  • Kartu grafis NVIDIA Geforce GTX 1060 6GB, AMD Radeon RX 480 8GB, DirectX 11
  • Memori RAM 16GB
  • Hard disk 45GB
  • Koneksi internet 512Kbps atau lebih cepat

Supaya bisa berjalan di resolusi ultra-HD dengan 60 frame rate di setup maksimal:

  • Sistem operasi Win 7/8/8.1/10 64-bit
  • Prosesor Intel Core i7-6700k atau setara
  • Kartu grafis NVIDIA Geforce GTX 1080 8GB, DirectX 11
  • Memori RAM 16GB
  • Hard disk 45GB
  • Koneksi internet 512Kbps atau lebih cepat

Ada sedikit twist unik yang Respawn ungkap. Dahulu, spesifikasi minimal adalah standar paling rendah supaya permainan bisa berjalan, dan seringkali jauh dari kata ideal. Titanfall 2 sedikit berbeda karena meski PC berada di batasan minimal sekalipun, Anda tetap dapat memperoleh 60 frame rate per detik di setting resolusi 1600×900.

“Kami sangat percaya jika sistem sesuai dengan kriteria yang telah diberikan, Anda akan memperoleh gameplay serta visual yang optimal,” tutur developer. “Jadi jangan cemas dan buru-buru menurunkan setting ke low agar memperoleh lebih banyak frame rate – karena tim artis kami sudah pasti ingin Anda melihat hasil kerja keras mereka. Hal ini juga berarti, PC di bawah tingkat minimal secara teori masih dapat mengoperasikan Titanfall 2, walaupun tidak ideal.”

Respawn tidak lupa melengkapi permainan dengan teknologi grafis anyar (mengimplementasikan renderer PBR demi menghidangkan objek serealistis mungkin) serta bermacam-macam opsi visual dan audio. Detail teknisnya bisa Anda simak langsung di blog Titanfall.

Dan jangan lewatkan trailer gameplay terbaru Titanfall 2, saksikan di sini:

Titanfall 2 akan meluncur di PC, Xbox One dan PlayStation 4 pada tanggal 28 Oktober 2016.

Tiga Model Bisnis yang Sering Digunakan oleh Startup Hardware

Di Indonesia hiruk-pikuk perihal startup hampir selalu didominasi oleh layanan berbentuk perangkat lunak. Sangat jarang melihat nama-nama startup yang bergerak di bidang hardware dibicarakan di masyarakat dalam kesehariannya. Bukan tidak ada, startup hardware hanya belum banyak dikenal karena memang mengambil segmentasi niche, yang tidak begitu umum. Selain perihal sumber daya, model bisnis mereka juga sedikit berbeda dengan model bisnis startup kebanyakan.

Nama-nama mentereng di ranah startup hardware asal Indonesia seperi Cubeacon,  e-fishery dan PowerCube misalnya. Masing-masing memiliki model bisnis yang berbeda. Ada yang menjual hardware dengan bonus layanan, atau sebaliknya, menjual layanan berbonus penggunaan hardware. Ini tergantung pendekatan yang dilakukan masing-masing. Founder Bolt Venture Capital Ben Einstein dalam laman resminya membagikan tiga bentuk model bisnis yang biasa diterapkan untuk startup hardware. Sesuatu yang bisa dipertimbangkan bagi Anda yang sedang membangun startup hardware.

Model bisnis pertama yang biasa digunakan adalah hardware as a services. Model bisnis ini disebutkan sebagai model bisnis yang paling sering digunakan oleh startup yang menawarkan produk hardware. Di model bisnis ini startup mendapatkan keuntungan dari penjualan atau penyewaan perangkat yang bisa digunakan dengan membayar biaya berlangganan. Bisa berdasarkan waktu, tahunan atau bulanan, atau berdasarkan penggunaan data. Sederhananya model bisnis ini tidak menjual hardware secara langsung, tetapi menjual layanan yang mendukungnya untuk menutup biaya hardware.

Model bisnis selanjutnya yang bisa digunakan adalah hardware-enabled services. Model bisnis ini hampir serupa dengan model bisnis hardware as a services. Hanya saja model bisnis ini menggunakan produk layanan freemium. Pengguna dibebankan biaya untuk mendapatkan hardware mereka. Selanjutnya mereka akan mendapatkan layanan pendukung terbatas, seperti kapasitas penyimpanan dan fitur. Untuk mendapatkan layanan full service atau menambah kapasitas mereka kembali dibebankan biaya berlangganan. Harus penuh perhitungan dalam menentukan harga, karena semua tergantung pengalaman pengguna.

Model bisnis ketiga adalah consumable. Model bisnis ini yang paling ringkas. Menjual hardware langsung tanpa embel-embel layanan yang mengikatnya. Seperti yang dilakukan Amazon dengan Kindle-nya. Hanya saja untuk menerapkan model bisnis seperti ini perlu perhitungan dan pertimbangan yang matang. Seperti pengalaman pengguna dan kemungkinan penjualan berulang.

Menguak Rahasia di Balik Performa MSI Aegis

Diungkap pada bulan April silam, Aegis boleh dikatakan menjadi salah satu produk primadona MSI di Computex Taipei 2016. Penampilan Aegis sangat distingtif dibanding PC barebone sejenis ciptaan produsen, dan di booth MSI selama pameran, saya melihat perangkat tersebut dipakai buat menangani HTC Vive. Jadi sebenarnya, seberapa kuat performa Aegis?

MSI Aegis Computex 2016 6
HTC Vive, ditenagai MSI Aegis X.

Aegis didesain sebagai dekstop PC gamer profesional dengan memaksimalkan keseimbangan antara ruang hardware dan kinerja. Penampilannya yang terinspirasi dari pedang katana cukup ringkas dibawa-bawa di event LAN party, dan terlihat keren saat ditaruh di atas meja di ruang gaming Anda (berkat kehadiran Mystic Light). Untuk sekarang, ada dua tipe Aegis: varian standar serta Aegis X. Varian terakhir itu sengaja disiapkan buat mentenagai headset VR.

MSI Aegis Computex 2016 3
MSI Aegis X di booth MSI di Computex 2016.

Sebelum membahas jeroan, kita harus tahu dulu bagaimana MSI merancang case-nya. Produsen dari Taiwan itu memastikan bahwa tak ada kompromi terhadap performa terlepas dari wujud Aegis yang kecil. Ia mengusung form mini-ITX, tetapi tetap dapat dipasangkan kartu grafis Nvidia GeForce high-end. Seperti Nightblade X, MSI menyediakan handle untuk memudahkan kita mengangkatnya.

MSI Aegis Computex 2016 5
Sisi samping MSI Aegis.

Fitur-fitur baru tak lupa produsen mampatkan di dalam. Aegis mengusung PCI-E Gen3, memanfaatkan teknologi SSD M.2, di mana waktu load game dijanjikan lima kali lebih cepat dibanding SSD SATA3. Ia menyimpan posesor Intel generasi ke-6 (i7-6700 atau i5-6400 dan motherboard B150 di Aegis, dan i7-6700K atau i5-6400K dan motherboard Z170 di Aegis X), serta tentu saja dukungan modul memori DDR4 2133MHz sampai 32GB. Untuk motherboard-nya, Aegis dibekali tipe Military Class 4, buat menjamin kestabilan sistem serta efisiensi penggunaan listrik.

MSI Aegis Computex 2016 4
MSI Aegis dengan GTX 1080 Armor 8G.

Resiko PC bervolume kecil adalah temperatur yang tinggi karena jarak komponen lebih berdekatan. Sebagai solusinya, MSI memanfaatkan sistem pendingin Silent Storm Cooling 2, menggunakan ruang-ruang terpisah yang menangani suhu panas di hardware berbeda (contohnya PSU, CPU, serta GPU) dalam Aegis.

MSI Aegis Computex 2016 1
Anda bisa melihat sendiri fitur dan spesifikasi Aegis X.

Aegis X bisa kompatibel ke lebih banyak varian kartu grafis dibanding tipe standar, dari mulai GeForce GTX 960 sampai GTX 980Ti. Berdasarkan bincang-bincang bersama staf MSI, kemungkinan besar ia mendukung GTX 1080 meskipun saat itu produsen belum mengonfirmasi tipe spesifiknya. Rancangan Aegis dan Aegis X hampir serupa, hanya dibedakan oleh kehadiran port HDMI di area bawah.

MSI Aegis Computex 2016 7
MSI Aegis dan Nightblade MI yang sudah dimodifikasi.

Tak seperti Vortex, MSI berupaya mengemas kedua Aegis ini agar lebih bersahabat bagi kantong konsumen. Aegis dan Aegis X masing-masing dijajakan mulai harga US$ 400 dan dibanderol US$ 500. Tapi berdasarkan press release, harga tersebut belum termasuk komponen kartu grafis.

[Computex 2016] Mengulik Hardware-Hardware Canggih Pendukung Gaming dan VR dari MSI

2016 menandai momen ulang tahun MSI yang ke-30 terhitung dari sejak mereka mengenalkan motherboard overclocking pertama di dunia. Demi memperlihatkan keseriusan terhadap pengembangan industri gaming, produsen asal Taiwan itu memutuskan mengubah arahan branding: kini dengan bangga menyematkan logo G Gaming Series di samping tulisan MSI.

Computex MSI hardware 1
GTX 1080 Gaming X 8G dipasangkan ke X99A Gaming Pro Carbon.

Berbicara dengan regional marketing manager Green Lin, perubahan itu turut memengaruhi tim internal MSI. Kini semua departemen bekerja lebih erat demi mendukung misi baru mereka. Dengan begitu, tiap divisi dapat saling mudah membantu. Upaya tersebut juga disertai program-program kolaborasi bersama Intel, SteelSeries, Cherry, Nvidia dan tim eSport di seluruh dunia.

Computex MSI hardware 8
Keluarga kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1080 persembahan MSI.

VR menjadi salah satu sorotan utama di Computex kali ini, dan MSI boleh dikatakan sukses meninggalkan kesan pada siapapun yang berkunjung ke booth mereka. Tentu saja, hal tersebut dapat tercapai berkat dukungan hardware-hardware high-end.

Computex MSI hardware 4
Impian para gamer: sistem bertenaga X99A Gaming Pro Carbon dn GeForce GTX 1080 Gaming X 8G.

Anda mungkin sudah tahu, Nvidia belum lama mengungkap GeForce generasi baru – bekerja lebih efisien dengan performa jauh lebih tinggi; dan sebagai partnernya, MSI menyiapkan tidak kurang dari empat tipe GTX 1080:

GTX 1080 Gaming X 8G

Computex MSI hardware 12
GTX 1080 Gaming X 8G

Mengusung Twin Frozr VI yang sudah MSI patenkan, sistem pendingin ini menghasilkan 22 persen tekanan udara lebih besar untuk menyingkirkan panas tanpa menyebabkannya terdengar bising. GPU sanggup menyuguhkan VR gaming serta menyikat permainan-permainan blockbuster terbaru. Oh, penampilannya juga dapat diserasikan ke PC kebanggaan Anda, kita dipersilakan mengustomisasi LED RGB-nya – ada pilihan 16,8 juta warna.

GTX 1080 Sea Hawk

Computex MSI hardware 14
GTX 1080 Sea Hawk

Merupakan kelanjutan dari kerjasama MSI dan Corsair. MSI menyediakan GPU, lalu Corsair memasok liquid cooler Hydro Series (H55). Dengan begitu produsen dapat leluasa meningkatkan clock speed-nya, memungkinkan mereka meramu kartu grafis GTX 1080 yang paling gesit, paling dingin dan paling hening.

GTX 1080 Armor 8G/8G OC

Computex MSI hardware 15
GTX 1080 Armor 8G OC

Terinspirasi dari wujud perisai dan dibalut desain hitam-putih, GTX 1080 seri Armor disiapkan khusus bagi para gamer dan modder PC yang menginginkan rancangan unik dan berbeda. GPU ini memanfaatkan teknologi kipas TORX, juga hadir di kartu grafis ber-Twin Frozr V. Fan secara otomatis akan berhenti begitu sistem tidak bekerja berat, contohnya ketika Anda sedang browsing internet atau saat menikmati game-game ringan.

GTX 1080 Aero 8G/8G OC

Computex MSI hardware 16
GTX 1080 Aero 8G OC

Wujudnya hampir menyerupai Sea Hawk tapi tanpa liquid cooling. Kartu grafis Aero menggunakan komponen tersertifikasi MIL-ST-810G (atau Military Class 4) yang berarti tetap beroperasi normal di bawah kondisi ektrem semisal gaming non-stop sampai overclocking di waktu lama. GPU ini dibekali solid cap, dan MSI berjanji GTX 1080 Aero bisa bekerja hingga 10 tahun.

Motherboard

Computex MSI hardware 6
X99A Gaming Pro Carbon.

Komponen lain yang menjadi kebanggaan MSI ialah motherboard. Di kelas gaming, X99A Gaming Pro Carbon merupakan primadona, dengan desain ala mobil sport (bisa kita lihat dari penggunaan skin serat karbon) plus Mystic Light – pencahayaan LED RGB 16,8 juta warna ditambah delapan pola. Di sana juga tersedia ekstensi Mystic Light, memungkinkan kita meneruskan efek cahaya ke casing sampai ruangan gaming. Di waktu ke depan, MSI berencana merilis aplikasi mobile ‘Gaming’, sehingga kita bisa mengatur LED dari smartphone.

Computex MSI hardware 11
970A Gaming Pro Carbon.

Jika buat Anda Gaming Pro Carbon terlalu menarik perhatian, Anda bisa memilih X99A XPower Gaming Titanium (pemenang penghargaan Computex Best Choice Award). Sesuai namanya, printed circuit board diperkuat oleh titanium dan MSI membekalinya dengan komponen-komponen Military Class 5. Motherboad ini menawarkan kapabilitas OC yang istimewa, ‘fast storage‘ U.2 32Gb/s, port USB 3.1 Gen 2, serta slot Nvidia SLI 4-way dan AMD CrossFire.

Computex MSI hardware 9
MSI Aegis dengan GTX 1080 Armor 8G di dalam.

Dengan desain memori tradisional, umumnya sinyal terdistorsi oleh gelombang elektromagnetik dari komponen lain, menyebabkan performa sistem jadi lebih rendah dan kurang stabil. Di X99A Gaming Pro Carbon serta  X99A XPower Gaming Titanium, MSI menerapkan teknologi DDR4 Boost dan Steel Armor – dimaksudkan buat mengisolasi sirkuit dan mengoptimalkan sinyal demi menyuguhkan performa memori maksimal.

Computex MSI hardware 10
X99A Gaming Pro Carbon.

Ingin buru-buru meng-upgrade sistem Anda? Meskipun tidak mengungkapnya secara spesifik, penuturan tim MSI mengindikasikan bahwa hardware-hardware di atas akan segera masuk ke Indonesia tidak lama lagi.

Computex MSI hardware 13
Anda dibebaskan mengonfigurasi LED X99A Gaming Pro Carbon.
Computex MSI hardware 7
Booth MSI di Computex 2016 sajikan VR gaming sampai retro-gaming.
Computex MSI hardware 17
Seorang pengunjung asik menikmati Audioshield di Vive yang ditenagai MSI Aegis.

Microsoft Akan Umumkan Hardware dan Controller Xbox One Baru di E3 2016?

Siapa sangka kompetisi dua console maker raksasa kembali menajam? Jika kabar tentang PlayStation ‘Neo‘ terbukti benar, artinya Sony mencoba mempersiapkan hardware yang lebih mumpuni buat melengkapi PSVR. Microsoft juga dilaporkan sedang menggodok console baru, namun selain itu, mereka mempunyai amunisi lain: strategi mengombinasi PC dan Xbox.

Beberapa minggu menjelang Electronic Entertainment Expo 2016, informasi kembali terdengar dari kubu Xbox. Via blog Thurrott, blogger bernama Brad Sams mengungkapkan bahwa Microsoft berencana mengumumkan hardware Xbox One teranyar saat pameran video game terbesar di dunia itu berlangsung, berdasarkan bocoran dari tim internal. Produk tersebut meliputi controller, dan ada kemungkinan, console baru.

Unit controller ini katanya mempunyai desain mirip gamepad yang tersedia sekarang, dengan warna berbeda – boleh jadi putih. Xbox One Controller putih sendiri bukanlah berita baru, konsumen bisa memilikinya via bundel Xbox One Special Edition Quantum Break. Namun siapa tahu, gamepad putih disajikan dalam paket standar Xbox One. Sams bilang, langkah itu bisa membantu Microsoft meningkatkan penjualan.

Tapi topik paling menarik dari info ini adalah mengenai ‘hardware lain’. Sams menyampaikan, Microsoft tengah mengambil ancang-ancang untuk memberi kejutan, meskipun narasumber belum mau berbagi detailnya. Pastinya, ia lebih signifikan dari sekedar penyingkapan periferal. Pertanyaannya kini: apakah produk tersebut adalah Xbox One Elite Bundle (bisa dipesan seharga US$ 450) atau device yang benar-benar baru?

Sebagai tambahan, Microsoft diketahui sedang mengeksplorasi metode interaksi mutakhir antara PC dan Xbox One untuk memperluas kapabilitas yang telah ada (game streaming). Mereka ingin menjadikan Windows 10 di PC desktop dan Xbox One ‘sebagai kombinasi mematikan’.

Sams menuturkan, “Microsoft berupaya memperkaya ekosistem, demi menciptakan pengalaman unik dalam permainan yang juga tersedia di platform lain.”

Menarik bukan? Tunggu dulu, kabar soal Xbox One belum berakhir, kali ini kembali datang dari NeoGAF. Pengguna bernama ekim menggunggah sebuah foto catatan produksi, bertuliskan karakter China. Setelah diterjemahkan, muncul kalimat ‘Xbox One Second Generation’. Catatan itu juga menyebutkan bahwa proyeknya sudah dimulai tahun 2014, dengan angka produksi sebanyak 1,2 juta unit per bulan.

Xbox One 1
Foto dari catatan produksi yang bocor.

Tentu saja ada peluang besar laporan tersebut merupakan rekayasa, tapi tampaknya serasi dengan informasi pengajuan di FCC serta Anatel…

 

Siap Bersaing di Ranah Virtual Reality, Asus Umumkan Program Beyond VR Ready

Menyusul pelepasan dua headset high-end di era kelahiran virtual reality, produsen berlomba-lomba menyiapkan perangkat yang sanggup menopangnya. Daftar kebutuhan hardware telah tersedia, dan bermunculanlah sejumlah sertifikasi ‘VR ready’. Asus sendiri mengamankan nama mereka di ranah itu dengan menjadi salah satu penyedia Oculus Ready PC.

Tapi persaingan dari rival senegaranya memang cukup sengit. MSI lebih dulu meluncurkan notebook gaming dan workstation VR ready pertama di dunia, lalu disusul oleh Acer lewat Predator 17 X. Kali ini, Asus mencoba menyamai kedudukan dengan memprakarsai program baru. Saat kompetitor menetapkan virtual reality sebagai sebuah standar, produsen Taiwan itu mengumumkan Beyond VR Ready.

Asus menjelasan bahwa Beyond VR Ready adalah sebuah tanda kesanggupan dan rasa percaya diri mereka buat menyediakan perangkat-perangkat pendukung virtual reality. Untuk mencapai keinginannya, Asus berkolaborasi bersama perusahaan-perusahaan ternama di industri, sehingga produk seperti motherboard dan kartu grafis bekerja optimal dengan headset serta aksesori VR.

Asus Beyond VR Ready 0
Badge Beyond VR Ready.

Kehadiran Badge Beyond VR Ready mempermudah konsumen buat mengetahui hardware apa saja yang kompatibel ke Oculus Rift dan HTC Vive. Dengan mengusung lencana itu, Asus berjanji hardware-hardware tersebut sanggup menyuguhkan pengalaman virtual reality maksimal. Komponennya diuji demi memastikan semua beroperasi secara mulus begitu game atau aplikasi diluncurkan. Lalu selanjutnya, Asus berencana untuk memperbanyak varian produk.

“VR Ready memberi tahu kita spesifikasi dasar yang diperlukan buat memperoleh pengalaman VR memuaskan. Walaupun bagi konsumen hal tersebut mudah dipahami, mengonfirmasi kompatibilitas komponen merupakan pekerjaan sulit,” jelas Asus di website. “Program Asus Beyond VR Ready memastikan hardware telah dites dan menjamin semuanya tersambung.”

Beyond VR Ready meliputi dua tipe produk, terdapat 30 motherboard dan 17 GPU. Namun saya belum dapat memastikan apakah Asus turut memasukkan notebook Republic of Gamers serta PC desktop G11CD dan ROG G20CB yang mendapatkan titel Oculus Ready PC.

Sayangnya, deskripsi Asus mengenai apa yang dimaksud dengan ‘Beyond VR ready’ masih belum jelas. Pertanyaan saya adalah, kira-kira apa yang akan menjadi fokus utama Asus? Apakah produsen lebih menitikberatkan kemampuan produk mereka untuk menangani virtual reality, atau condong pada upaya kerjasama demi mengembangkan ekosistem VR?

Info lebih lengkap Beyond VR Ready bisa Anda peroleh di situs resmi.

Sumber: Asus.

Sanggupkah PC Anda Tangani HTC Vive? Cek Dengan SteamVR Performance Test dari Valve

Tak lama setelah menyingkap informasi mengenai harga, HTC dan Valve segera mengumumkan daftar komponen PC yang dibutuhkan buat menjalankan head-mounted display Vive. Seperti dugaan banyak orang, level hardware tidak jauh berbeda dari Rift. Namun jika masih kurang yakin, Valve sudah menyiapkan tool khusus supaya Anda bisa mengujinya sendiri.

Sebagai pengembang sisi perangkat lunak HTC Vive, Valve menyediakan SteamVR Performance Test, sebuah program yang diracik untuk mengevaluasi kesanggupan susunan hardware sistem Anda dalam menangani headset VR tersebut. Performance Test mengambil latar belakang jagat permainan Portal, potongan dari skenario Aperture Robot Repair VR, berjalan selama dua menit.

SteamVR Performance Test 02

Setelah mengumpulkan data dan mengolahnya, tool bertugas mengkalkulasi apakah PC Anda sanggup menjalankan konten virtual reality atau tidak. Standar Valve adalah 90 frame rate per detik serta kemampuan konten menjaga kualitas visual di tingkatan yang optimal. Seandainya sistem belum ‘VR ready‘, SteamVR Performance Test dapat memudahkan kita menemukan kelemahannya – apakah terkait CPU, kartu grafis, atau keduanya.

Hasil dari tes terdiri dari tiga tingkatan: not ready, capable dan ready. SteamVR Performance Test juga menghitung tingkat ‘fidelity‘ dan frame rate (serta fps CPU-bound atau yang terpantau di bawah 90fps). Zona berwarna merah mengindikasikan PC tidak bisa menopang Vive, sedangkan kuning menandakan ‘pas-pasan’, dan beberapa fitur tidak ditampilkan demi menjaga frame rate tetap tinggi. Beberapa GPU high-end lawas masuk di sini, contohnya GeForce GTX 680.

SteamVR Performance Test 03

Perlu diingat, skor performa bisa berbeda-beda saat Anda menjalankan tes di satu sistem. Hal ini dapat dipengaruhi faktor aplikasi, atau diakibatkan oleh GPU atau CPU yang di-overclock. Rock Paper Shotgun menyampaikan, SteamVR Performance Test belum mampu mengerti laptop berkartu grafis lebih dari satu. Jadi Anda harus setting GPU utama terlebih dahulu, karena jika tidak, software hanya membaca Intel HD Graphics saja.

Seperti ini konten dari SteamVR Performance Test:

Untuk simpelnya, Anda cukup berpatokan pada list spesifikasi yang telah dipublikasi HTC:

  • Prosesor Intel i5-4590 / AMD FX 8350
  • Kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970 / AMD Radeon R9 290
  • RAM 4GB
  • Output HDMI 1.4 atau DisplayPort 1.2
  • USB 1x USB 2.0
  • Sistem operasi Windows 7 SP1 atau yang terbaru

SteamVR Performance Test bisa diunduh gratis dari Steam.

Via Eurogamer.

[Review] Xenom All-New Hercules HC15S, Jawara Notebook Gaming Lokal

Xenom mewakilkan Indonesia di tengah kencangnya serbuan brand gaming notebook asal Taiwan di pasar lokal. Mereka mencoba mencuri hati konsumen dengan dua aspek yang sulit ditandingi kompetitor luar negeri: keleluasaan kustomisasi hardware, dan tentu saja harga yang masuk akal. Xenom menyediakan lima kategori produk, dan Hercules merupakan tipe paling high-end.

Kemampuan All-New Hercules alias HC15S telah dipamerkan sendiri oleh GM Xenom Rolly Edward di momen pengungkapannya. Di sana, varian baru Hercules dengan mudah menyikat Assassin’s Creed Unity di setting grafis paling tinggi. Anda perlu tahu, Unity ialah contoh game yang tidak dioptimalkan untuk PC. Karena performa Hercules tak jauh dari PC desktop biasa, Xenom tak ragu menyebutnya sebagai ‘desktop PC masa depan‘.

Kurang lebih 10 bulan dari momen itu, akhirnya saya diberikan kesempatan buat menjajalnya secara personal. Dari hasil uji coba selama beberapa minggu, ia memang bukanlah device sempurna – ada kekurangan di sana-sini. Tetapi saya tidak ragu mengatakan bahwa Hercules merupakan produk ideal, dinilai dari konsep dan alasan utama ia dirancang.

Dan di ulasan ini, saya akan menjabarkan alasan mengapa HC15S sanggup menyaingi brand-brand global terkenal.

Design & build quality

Kesederhanaan adalah daya tarik dari Xenom All-New Hercules, dan penampilannya jauh berbeda dari varian Hercules terdahulu. Tidak ada LED menyala di balik panel, hanya ada satu lightbar di sisi bawah-depan. Layer karet matte lembut melapisi lid dan area di sekitar keyboard. Bingkai display dan chassis plastik tampak serasi dengan setup ini, kemudian logo metalik Xenom diletakkan di belakang layar dan bawah display.

Review Xenom HC15S 44

Review Xenom HC15S 42

Dilihat dari belakang, dua heat sink dengan grille horisontal di kanan dan kiri menyerupai bagian supercar. Dan seandainya notebook gaming diibaratkan sebagai kendaraan perang, maka HC15S ialah pesawat siluman.

Review Xenom HC15S 45

Lampu LED juga mengisi backlight keyboard. Tidak ada tombol shortcut kapasitif atau bahkan macro fisik. Tombol power bisa langsung Anda temukan di atas, menyala hijau ketika HC15S aktif. Xenom menjaga produknya tetap simpel, namun saya sangat mengapresiasi penempatan layar sehingga ia tidak membuat Anda bungkuk. Desain ini membuat posisi panel sedikit lebih tinggi.

Review Xenom HC15S 35

Meski ada jarak cukup besar antara layar dan body, engsel mencengkeram dengan mantap. Gap tersebut dimanfaatkan Xenom untuk menempatkan set speaker Onkyo. Karena posisisnya bukan di belakang ataupun di bawah, audio jadi lebih terdengar lebih efektif.

Review Xenom HC15S 30

Penggunaan material logam pada laptop memang dapat memberikan kesan premium, namun build quality HC15S yang dari plastik tak boleh diremehkan. Tubuh All-New Hercules sangat kokoh, tidak ada bagian ‘lunak’ yang mudah menekuk. Saat saya tekan belakang display, LCD tidak terdistorsi. Karena mengedepankan konsep customizable, Anda cuma perlu membuka panel untuk mengakses hardware. Baterai 82Wh-nya juga removable.

Review Xenom HC15S 43

Review Xenom HC15S 41

Notebook 35 persen lebih tipis dibanding model terdahulu, dan berkat tubuh plastik, bobotnya lebih bersahabat dibanding kategori desktop replacement. Menurut saya, HC15S merupakan satu dari sedikit laptop gaming 15-inci ideal dalam penyuguhan faktor mobilitas, walaupun mungkin Anda akan sedikit keberatan jika harus membawanya tiap hari. All-New Hercules mempunyai dimensi 386x262x35,7mm dengan berat 3,4-kilogram sudah termasuk baterai.

Display

Jendala Anda dalam menikmati konten digital adalah sebuah layar IPS LED TrueDisplay 15,6-inci 1920×1080-pixel. Permukaan matte di sana mampu membungkam pantulan sinar yang tidak diinginkan, dan IPS memastikan viewing angle-nya luas – tetap jelas dilihat dari hampir semua sudut. Ia tajam, cerah, kaya warna, dan level saturasinya di atas rata-rata notebook gaming.

Review Xenom HC15S 36

Sedikit mengutak-atik display settings, saya menemukan bahwa Anda bisa memanfaatkan Dynamic Super Resolution di HC15S. Fitur tersebut me-render game di resolusi lebih tinggi (2715×1527), kemudian mengecilkannya kembali supaya sesuai dengan monitor. Alhasil, kita mendapatkan grafis berkualitas 4K di panel full-HD.

Review Xenom HC15S 27

Sayangnya ada masalah di display. Ketika layar menyala dalam keadaan gelap (misalnya saat peralihan sebelum loading screen), distribusi warna terlihat tidak merata. Warna lebih terang di zona-zona pinggir.

Review Xenom HC15S 32

Keyboard, touchpad & palm rest

Hercules menyajikan keyboard lengkap, tanpa ada pengecilan ukuran pada numpad. Meskipun Xenom tidak menggandeng tim spesialis periferal gaming, papan ketik ini terbilang fleksibel. Mengejutkannya, keyboard anti-ghosting itu terasa nyaman baik waktu digunakan buat bermain ataupun mengetik. Sebetulnya jarak antar tuts sangat berdekatan, tapi karena rongga gap sulit dijamah jari, peletakan tuts (huruf, angka dan kursor) 0,9×0,9mm-nya cocok di tangan saya.

Review Xenom HC15S 38

Review Xenom HC15S 25

Sisi kiri touchpad 6,2×10,65cm sejajar dengan sisi kiri tombol spasi. Posisinya memang timpang sebelah, menyisakan ruang palm rest yang lapang di area tangan kanan. Touchpad-nya multi-gesture dipadu fungsi scrolling. Teksur halusnya menjaga gerakan kursor mouse akurat, lalu kedua tombol juga empuk.

Review Xenom HC15S 37

Tatakan telapak tangan terasa lembut dan sedikit hangat (akan kita bahas lebih detail di gaming experience). Tapi saya sedikit cemas minyak dan keringat akan menggerus permukaan karet doff-nya.

Review Xenom HC15S 26

Connectivity

Dengan membeli All-New Hercules, Anda harus bersedia merangkul sistem distribusi digital. Notebook tidak mempunyai optical disk drive, kompensasinya adalah segi konektivitas yang luas: terdapat dua port USB 3.0, sebuah port USB 3.1 Thunderbolt 3.0, 6-in-1 card reader, eSATA dan LAN di kiri; headphone jack, microphone jack, line-in jack, S/PDIF output jack dan satu lagi USB 3.0 di kanan; serta satu port HDMI 1.4a dan sepasang DisplayPort 1.2.

Gaming experience

Selama pemakaian, All-New Hercules jarang sekali mengecewakan. Xenom sengaja meminimalisir overlay software sehingga tidak mengganggu gamer – sebuah janji anti-bloatware dari produsen. Sisi negatifnya, tanpa petunjuk tertulis, saya hampir tidak sadar kita bisa membuka app Flexikey via kombinasi tombol ‘Fn’ dan ‘/’.

Di sana Anda bisa mengkustomisasi macro, mengaktifkan fitur Statisitcs (merekam frekuensi tekanan pada tombol, serta mengatur warna dan pola cahaya backlight (breath, cycle, flash, tempo, dance, dan lain-lain) dan lightbar. Setup bisa disimpan terpisah di profile berbeda.

Review Xenom HC15S 24

Kendala-kendala ‘standar’ notebook gaming turut muncul di HC15S. Sewaktu digunakan di waktu lama di ruang terbuka tanpa AC, temperatur akan naik. Berdasarkan pemantauan saya, panas berpusat di wilayah keyboard ke atas, merambat ke palm rest. Namun temperatur tidak melewati batasan-batasan yang mengkhawatirkan.

Seperti laptop gaming lain, unit baterai (8-cell smart Lithium-Ion 82Wh) hanyalah komponen ‘wajib’. Anda direkomendasikan buat selalu menyambungkan HC15S ke sumber listrik agar permainan berjalan maksimal.

Review Xenom HC15S 28

Kehadiran sepasang speaker Onkyo 2-watt plus Sound Blaster X-Fi 5 ialah kejutan menyenangkan. Karena diarahkan ke wajah pengguna, output terdengar jelas dan lantang. Kekurangannya bisa ditebak: terletak pada bass yang kurang menendang. Jika Anda sangat kompetitif dan selalu ingin mendengar suara langkah lawan di game multiplayer, menggunakan headphone gaming tambahan sangat disarankan.

Review Xenom HC15S 34

Review Xenom HC15S 39

Oh satu lagi, saat bermain game, touchpad harus dimatikan. Seringkali gerakan tangan kiri teregistrasi sebagai input. Awalnya saya memaklumkan hal ini, hingga suatu ketika di Fallout 4 secara tidak sengaja saya menembakkan nuklir portable tepat di bawah kaki sendiri.

Hardware

Inilah spesifikasi dan susunan hardware berdasarkan Speccy dan PC Mark 8:

Review Xenom HC15S 03

Review Xenom HC15S 08

Gaming performance

Sebelum menganalisis video game, ada baiknya Anda melihat hasil benchmark All-New Hercules. Saya memakai software 3D Mark 8, Unigine Valley 1.0 dan Heaven 4.0.

Di bawah adalah setting yang saya gunakan dan hasil terbaik di Valley:

Review Xenom HC15S 04

Review Xenom HC15S 05

Dan ini nilai di Heaven:

Review Xenom HC15S 06

Review Xenom HC15S 07

Terakhir ialah skor di 3D Mark 8:

Review Xenom HC15S 09

Hasil di atas menunjukkan angka istimewa, tapi apa artinya teori tanpa praktek? Buat tes gaming, saya memanfaatkan empat permainan: Dragon’s Dogma Dark Arisen, The Witness, Rainbow Six: Siege dan Fallout 4, dibantu Fraps. Pembahasan saya mulai dari judul yang paling ‘ringan’ terlebih dahulu.

HC15S sama sekali tidak kesulitan menyikat Dragon’s Dogma Dark Arisen. Slider grafis saya tempatkan semuanya di sebelah kanan, kemudian saya tambahkan file modifikasi ENB Series supaya visualnya tampil lebih baik lagi. Walau demikian, frame rate tidak pernah bergeming dari 60. Semua efek tersuguh seperti yang diinginkan developer-nya, lalu perputaran siang dan malam tidak memengaruhi performa. Nikmati screenshot-nya di bawah:

Review Xenom HC15S 10

Review Xenom HC15S 11

Review Xenom HC15S 13

Review Xenom HC15S 12

Sejujurnya, Dragon’s Dogma merupakan game port berusia tiga tahun. Bagaimana kesanggupan All-New Hercules menghadapi paling baru? Saya beralih ke The Witness, dan game hanya ada tiga pilihan kualitas grafis. Lagi-lagi, di tingkat paling tinggi, The Witness selalu tersaji di 60 frame rate per detik.

Review Xenom HC15S 14

Review Xenom HC15S 15

Review Xenom HC15S 16

Rainbow Six Siege adalah wakil dari genre shooter kompetitif blockbuster, dan saya gunakan setting grafis default di resolusi 1080p. Baik di singleplayer ataupun multiplayer, Xenom HC15S mengangani Siege semulus sutra, di 60 fps – di luar ekspektasi saya sebelumnya.

Sedikit catatan: ada kendala ketika saya memasang resolusi 2715×1527 di Windows, menyebabkan cursor mouse tidak sinkron di dalam permainan. Mengembalikan resolusi ke full-HD menyelesaikan problem ini.

Review Xenom HC15S 17

Review Xenom HC15S 18

Review Xenom HC15S 19

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan peminjaman unit review HC15S, dan memakainya untuk menikmati Fallout 4 selama beberapa belas jam. Di tingkatan ultra 1080p (anti-aliasing TAA, anisotropic filtering 16-samples, depth of field bokeh, ambient occlusion SSAO, dan godrays high), angka 60 selalu muncul di pinggir layar, menunjukkan frame rate yang saya dapatkan. Ia baru bergeser ke 59 ketika kamera digerakkan, lalu kembali ke 60.

Review Xenom HC15S 20

Review Xenom HC15S 21

Review Xenom HC15S 22

Review Xenom HC15S 23

Satu hal yang sangat terasa di permainan open-world ini: loading screen berjalan singkat, jauh meninggalkan ROG G752VT.

Verdict

HC15S memang bukanlah notebook gaming paling cantik, paling canggih, ataupun menyodorkan inovasi baru; namun ia berhasil merepresentasikan visi Xenom, yaitu menawarkan produk paling ideal bagi gamer PC ‘nomaden’. Produsen menyingkirkan gimmick, dan fokus pada faktor terpenting dan tujuan utama laptop diciptakan: gaming.

Dari perspektif performa versus harga, ia merupakan salah satu notebook 15-inci terbaik. Uang yang Anda keluarkan benar-benar hanya dialokasikan ke hobi tersebut, dan pengguna tidak juga digerecoki oleh software-software tambahan. Dan jika kita tanya pada diri sendiri, pernak-pernik semisal warna-warni lampu LED sebenarnya tidak akan membuat kita bermain lebih baik.

Meski saya berkata demikian, tidak semata-mata All-New Hercules HC15S ialah produk yang murah. Xenom membanderolnya di kisaran Rp 40 jutaan, tergantung dari hardware pilihan Anda.

Review Xenom HC15S 33