Daftar Program Inkubator dan Akselerator Startup Indonesia

Program akselerator dan inkubator memang sangat lekat dengan dunia startup. Kendati keduanya memiliki misi yang sama –yakni memperlancar laju startup—namun terdapat perbedaan antara akselerator dan inkubator. Secara umum perbedaan akselerator dan inkubator ialah pada jangkauannya.

Akselerator mencoba mempercepat atau mengakselerasi laju bisnis startup yang sudah berjalan. Bisanya dengan memberikan investasi, pendampingan ataupun konsultasi. Sedangkan inkubator lebih kepada proses pembinaan pada startup di tahap awal, mulai dari mematangkan model bisnis, konsep produk hingga pangsa pasar. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk sebuah startup prosesnya adalah membentuk tim, mengikuti program inkubator lalu mematangkan bisnis melalui program akselerator.

Di Indonesia, saat ini sudah mulai banyak program inkubator dan akselerator startup. Mulai yang dikelola oleh perusahaan modal ventura, korporasi hingga pemerintah. Berikut daftar program inkubator dan akselerator yang dapat diikuti oleh startup Indonesia. Untuk program inkubator ditandai dengan (i), sedangkan program akselerator ditandai dengan (a).

1000 Startup (i)

Diinisiasi oleh Kominfo dan Kibar, program inkubasi ini terbagi menjadi lima fase, yakni Ignition penanaman pola pikir kewirausahaan, Workshop pembekalan keahlian dasar startup, Hacksprint pembentukan tim untuk membuat prototipe, Bootcamp pembinaan bersama mentor, dan Incubation pembinaan lanjutan hingga siap diluncurkan. Ditargetkan tahun 2020 akan tercetak sebanyak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Diadakan di berbagai kota, kegiatan ini menjadi sebuah jembatan bagi individu yang berminat mengembangkan karier di dunia kewirausahaan digital. Pasalnya jika dirunut dari awal hingga akhir, kegiatan yang ada dalam Gerakan Nasional 1000 Startup ini memang mempersiapkan talenta dari nol, hingga siap untuk menjadi bagian dari ekosistem startup digital di tanah air. Hingga saat ini program 1000 startup masih terus berjalan dan membuka kesempatan kepada semua anak muda di Indonesia.

Alpha Startup (a)

Program ini akselerasi ini merupakan hasil kemitraan strategis antara 1337 (Leet) Ventures, Convergence Ventures, Baidu Indonesia, dan Gobi Partners. Batch pertama program ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2016 lalu. Tidak ada spesifikasi khusus untuk kategori startup yang dapat masuk ke program ini. Alpha Startup juga memberikan fasilitas berupa program bimbingan dan beragam fasilitas, termasuk ruang bekerja, fasilitas pendukung produktivitas dari AWS, dan juga suntikan investasi senilai Rp 325 juta.

Namun sejatinya jika melihat materi yang disampaikan, Alpha Startup ini masuk dalam skala pre-accelerator. Mereka berada di antara startup yang sudah memiliki ide namun sedang tahap validasi. Proses pembinaan di dalamnya membantu startup melakukan validasi, terkait produk dan pangsa pasar. Bahkan salah satu outcome yang dihasilkan dari program ini ialah pematangan MVP (Minimum Viable Product).

Bekraf for Pre-Startup (i)

Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) adalah program yang dirancang khusus untuk mematangkan integrasi ekosistem startup dari hulu sampai ke hilir, yaitu pematangan calon-calon sumber daya manusia yang akan membangun startup di tanah air. Kegiatannya berupa workshop, baik terkait manajemen bisnis maupun teknis pengembangan produk. Program BEKUP lebih cocok ditempatkan pada fase pre-incubation, pasalnya kegiatan ini memfokuskan pada pembinaan individu dari 0, hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Tidak melepas begitu saja startup pemula yang menjadi lulusan di program ini, melainkan BEKUP menghubungkannya dengan kanal inkubasi lanjutan melalui koneksi Bekraf. Termasuk membawa startup pemula yang dilahirkan ke dalam program inkubator dan akselerator lain yang telah bekerja sama dengan Bekraf.

BNV Labs (i)

BNV Labs didirikan oleh Bank Bukopin bekerja sama dengan Kibar. Program tersebut terfokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim terbaik, melancarkan program inkubasi dan memfasilitasi co-working space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi. Fokusnya ialah untuk startup pada sektor finansial (fintech). Beberapa kegiatan pengembangan startup termasuk menghubungkan peserta terhadap ekosistem kewirausahaan digital, membuka akses pasar, dukungan bisnis, pembinaan, juga pengembangan kapasitas pelaku di dalamnya.

Founder Institute (a)

Masuk ke dalam kategori pre-accelerator, program ini sebenarnya bersifat global, namun demikian sudah ada di Indonesia dalam Jakarta Founder Institute (JFI). Founder Institute menyajikan program pelatihan yang berjalan selama empat bulan per batch-nya. Sesuai namanya, program ini melatih founder baru untuk membentuk generasi terbaik di perusahaan. Program ini memfasilitasi sesi mingguan yang diisi dengan mentor berpengalaman di bidangnya untuk membantu para founder mengembangkan dan meluncurkan bisnis mereka.

Di Indonesia, JFI didukung oleh berbagai mitra, mulai dari Indosat Ooredoo, Baidu, Kejora, Mountain Partners, Bakti Barito, dan lainnya. Beberapa kurikulum yang diajarkan termasuk bagaimana memvalidasi visi dan ide, riset dan pengembangan konsumen, penentuan model bisnis, pengembangan produk, branding hingga pendanaan.

Global Entrepreneurship Program Indonesia (i)

Dimulai sejak awal tahun 2011, Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) telah didukung oleh pemimpin bisnis terkemuka di Indonesia. Program ini memiliki visi untuk mengkatalisis strategi kewirausahaan Indonesia dengan bekerja sama dengan program yang ada dan menghubungkan calon pengusaha Indonesia dengan perkembangan global dan prospek investasi.

GEPI juga merupakan bagian dari inisiatif global yang lebih luas yang disebut Global Entrepreneurship Program (GEP), yang tumbuh dari sebuah inisiatif Presiden Obama dan sekarang menjadi program inti di Departemen Luar Negeri AS, untuk mempromosikan kewirausahaan sebagai sebuah pilar utama pembangunan ekonomi di antara negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia beberapa mitra strategis dengan beberapa mitra seperti ANGIN.

GnB Accelerator (a)

Ini merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sekitar Rp666 juta, fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

Dari sisi materi, GNB Accelerator lebih fokus pada market-fit dan penyiapan tim untuk lebih siap dalam pendanaan. Kendati tidak menyasar kategori spesifik, startup health-tech, e-commerce, on-demand, dan fintech menjadi sasaran utama.

Google Launchpad Accelerator (a)

Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup  terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Prosesnya startup yang lolos seleksi akan diterbangkan langsung ke markas Google untuk dibina secara intensif. Selain bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup berpotensi. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Ideabox (a)

Ideabox merupakan program gabungan yang dimotori Indosat Ooredoo, Mountain Partners, dan Kejora yang bertujuan mengangkat potensi startup Indonesia melalui bantuan dana investasi tahap awal dan memberikan penghargaan khusus untuk startup yang bergerak di sektor internet dan telekomunikasi. Ideabox menonjolkan pada empat hal, yakni penguatan market-size, penguatan model bisnis dan operasional, penguatan produk, dan growth. Hingga pada akhirnya mempersiapkan startup untuk pitching pendanaan.

IDX Incubator (i)

IDX Incubator merupakan program inkubasi inisiatif Bursa Efek Indonesia (BEI). Visinya untuk membantu mengembangkan startup digital Indonesia, dari segi bisnis, legal, hingga membantu startup untuk melenggang ke lantai bursa saham atau melakukan IPO. Program inkubator ini terselenggara berkat kerja sama BEI dan Bank Mandiri.

BEI menjanjikan beberapa hal yang bisa didapatkan peserta, mulai fasilitas co-working space, program pengembangan bisnis, akses ke permodalan, dan workshop atau event lainnya yang tentunya bermanfaat bagi pengembangan bisnis startup, lengkap dengan beberapa mentor yang siap membina.

Indigo Creative Nation (i)

Indigo merupakan program pembinaan startup yang diselenggarakan Telkom untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, melalui fasilitas kreatif digital, pendanaan dan akses pasar untuk mempercepat industri kreatif digital Indonesia. Program Indigo merupakan penggabungan program sebelumnya yang sudah ada yakni Indigo Incubator, Indigo Accelerator, dan Indigo Venture. Program ini memberi kesempatan bagi para startup untuk merealisasikan karya kreatif mereka, baik yang masih dalam bentuk ide, produk yang sudah memiliki pengguna, bisnis yang sudah mendatangkan pendapatan, serta bisnis yang membutuhkan akselerasi dan pendanaan lebih lanjut.

Program inkubasi diselenggarakan oleh Telkom Group bersama MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia) ditujukan bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang digital. Startup yang terpilih akan mendapat dukungan inkubasi dari 1 bulan sampai dengan 18 bulan tergantung tahapannya dan mendapatkan berbagai fasilitas seperti, akses pasar melalui kanal pemasaran.

Inkubator Parama (i)

Untuk turut mengambil andil di pengembangan startup digital, Lima Ventura mendirikan program inkubasi bernama Parama Indonesia. Beberapa program unggulan yang ingin disajikan oalah terkait dengan strategi branding dan peningkatan valuasi oleh startup melalui kemitraan bisnis. Aktivitasnya ialah mengadakan kompetisi dan membina startup yang terjaring melalui kegiatan tersebut.

Kolaborasi.co (i)

Dimotori oleh empat orang dari startup berbeda, yakni Yohan Totting, Moon Leoma, Sutansyah  Marahakim, dan Adryan Hafizh, Kolaborasi.co berusaha menjadi sebuah wadah berkumpulnya startup, khususnya di wilayah Bandung, untuk belajar bersama. Tidak hanya untuk pebisnis di dunia online, Kolaborasi.co juga mengakomodasi startup yang bergerak dalam sektor offline. Tidak seperti program lain yang memfokuskan pada fasilitas atau pendanaan, sesuai namanya, konsep kolaborasi lebih ditekankan. Kelompok inkubasi startup ini sudah berdiri sejak tahun 2013.

Mandiri Capital (i)

Sebuah inkubator besutan Bank Mandiri yang memiliki visi untuk mendorong hadirnya startup di bidang teknologi finansial. Dalam prosesnya, program ini bekerja sama dengan Indigo Inkubator dan ActionCoach. Dari kategori fintech pun inkubator ini masih membaginya ke dalam tiga fokus utama, yakni payment, lending dan enterprise solution. Ketiga segmen ini dinilai dapat bersinergi langsung dengan Bank Mandiri Group. Mandiri Capital Indonesia (MCI) berfokus untuk membantu startup dalam empat hal, mulai dari investasi, mentoring, membantu startup dalam memperkuat jaringan, dan program inkubator eksklusif.

Plug and Play (a)

Plug and Play Indonesia (PNP Indonesia) adalah bagian dari PNP Tech Center, yakni sebuah akselerator startup global dengan misi membantu pada suksesi dalam teknologi digital. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, fintech, Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. PNP Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

Skystar Ventures (i)

Skystar Ventures didirikan oleh grup Kompas Gramedia (KG) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Keuntungan yang ditawarkan bagi startup yang terpilih mengikuti program ini adalah seed funding, mentoring yang intensif, fasilitas Skystar Ventures yang terdiri atas tempat kerja, serta paparan dengan jaringan Kompas Gramedia dan para investor.

Program ini menyasar startup segmen e-commerce, pendidikan, mobile, sosial, SaaS, media, dan infrastruktur, meskipun mereka tidak menutup kemungkinan bagi startup yang bergerak di segmen lain untuk mendaftarkan diri. Startup tersebut sebaiknya masih berada di tahap awal (early stage) dan sudah memiliki traksi, konsumen, dan pertumbuhan.

Start Surabaya (i)

Didirikan oleh pemerintah kota Surabaya, program ini berbentuk inkubasi untuk perusahaan startup di bidang teknologi. Misinya untuk memberdayakan anak muda di Surabaya agar meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Program ini menjadi salah satu inkubator tingkat kota pertama di Indonesia. Untuk kegiatannya, pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan Kibar dan beberapa mitra lainnya.

Startup Weekend (i)

Konsep Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan open mic, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Acara ini terbuka bagi siapa saja yang tertarik mengembangkan startup. Mulai dari mahasiswa, pengusaha, programer, desainer dan lainnya. Beberapa mentor yang dihadirkan adalah pelaku startup sukses dan managing partner dari perusahaan venture capital. Nantinya ide yang terpilih menjadi pemenang, karena dalam acara tersebut juga akan didadakan kompetisi, akan mendapatkan sesi privat berdiskusi dengan para mentor.

Visio (i)

Visio adalah program inkubator berbasis di Kota Padang. Dimotori oleh Hendriko Firman dan Ogy Winenriandhika, program ini memiliki visi untuk menumbuhkan ekosistem bisnis digital di kawasan Sumatera Barat. Program ini menginkubasi startup selama 3 bulan, hingga startup matang untuk mempresentasikan karyanya di depan investor.

Angon.id Berikan Jembatan antara Investor dan Peternak

Angon.id memulai debutnya sejak Oktober 2016. Menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech), perusahaan rintisan binaan Indigo ini mencoba memberikan layanan online untuk menghubungkan antara peternak rakyat dengan masyarakat urban. Jika pernah mendengar tentang konsep bisnis startup pertanian iGrow, konsepnya hampir sama, perbedaannya pada objek investasi, yakni peternakan sapi dan domba.

Angon.id memungkinkan masyarakat umum untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Menggunakan layanan aplikasi Angon.id, pengguna cukup menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan untuk disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis Angon.id. Dari penjelasan tim Angon.id, rata-rata investor mendapatkan return of investment (ROI) sekitar 5-10 persen per tiga bulan.

Dipimpin Co-founder & CEO Agif Arianto, saat ini Angon telah mengakomodasi lebih dari 11 ribu hewan ternak yang dikelola Sentra Peternakan Rakyat (SPR) yang dimiliki oleh mitra bisnis dan dimiliki oleh tim Angon.id. SPR tersebut kini tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Semarang, Bogor, Sukoharjo, hingga Sumbawa.

Proses kerja aplikasi Angon.id

Bagi investor yang ingin beternak di Angon.id, setelah mengunduh aplikasi pengguna diwajibkan melakukan upgrade profil menjadi full-services, yakni memastikan semua informasi data diri terisi dengan baik. Kemudian harus mengisi saldo TMoney untuk melakukan transaksi. Secara khusus, saat ini Angon.id juga telah menggandeng layanan fintech milik Telkom (TMoney) untuk mendukung sistem transaksi di aplikasi secara penuh.

Ketika sudah masuk ke dalam aplikasi, pengguna akan ditemani asisten virtual bernama Pak Arto. Asisten virtual tersebut akan memberikan arahan kepada pengguna. Mulai dari memilih jenis hewan yang dipilih, hingga memberikan informasi seputar investasi dan pemrosesan transaksi. Keanggotaan di Angon.id sendiri terdiri dari tiga jenis, yakni Member Angon, Member Peternak dan Member Investor Kandang/Bibit, masing-masing memiliki keterlibatan yang berbeda.

Salah satu sudut tampilan aplikasi Angon.id / Angon.id
Salah satu sudut tampilan aplikasi Angon.id / Angon.id

Ingin capai 50 SPR di tahun 2020

Melalui aplikasinya, Angon.id mengharapkan bahwa adanya investasi ke akar rumput dapat mendorong terjadinya distribusi peredaran uang yang saat ini banyak terpusat di kota. Sehingga masyarakat desa di daerah dapat hidup sejahtera tanpa harus pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, yakni salah satunya dengan menjadi peternak. Cita-cita Angon.id, di tahun 2020 mendatang setidaknya akan ada 50 SPR yang masuk dalam jaringannya, hal ini sejalan dengan misi membantu pemerintah menyiapkan lapangan pekerjaan menghadapi bonus demografi ditahun tersebut.

Untuk menjamin kualitas layanan, mengacu pada standardisasi ISO 9001, Angon.id secara konsisten melakukan sertifikasi kepada para peternak rakyat sebagai bentuk meningkatkan daya saing kualitas yang dapat diterima secara global. Guna mencapai sertifikasi tersebut, salah satu yang diunggulkan dalam Angon.id adalah peternak berpengalaman dan bibit ternak yang sehat.

Secara garis besar apa yang dikelola Angon.id ialah menciptakan peluang kerja sama antara peternak dengan masyarakat sebagai investor. Dengan proses ini, produktivitas peternak diharapkan terus meningkat untuk menjamin kesejahteraan para peternak itu sendiri, dan memberikan keuntungan pula bagi para investor.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Indigo Creative Nation Bawa Startup Lokal Go Global

Program akselerator dan inkubator besutan Telkom, Indigo Creative Nation, mengumumkan jalinan kerja sama dengan MaGIC (Malaysia Global Innovation and Creative Center). MaGIC di Malaysia bekerja selayaknya BEKRAF di Indonesia, hanya saja mereka fokus pada digital ecosystem dan memberikan pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah. Tujuan utama kerja sama tersebut, khususnya bagi Indigo, adalah untuk membawa startup lokal membidik pasar regional untuk menuju pasar internasional.

Kerja sama diresmikan langsung oleh Managing Director Indigo Ery Phunta Hendraswara dan Executive Director Entrepreneurship Developement MaGIC Johnathan Lee akhir bulan lalu di Malaysia. Menurut penuturan Phunta kepada DailySocial, kerja sama ini ditempuh lantaran kedua inkubator tersebut memiliki visi yang sama untuk ekosistem digital. Keduanya memiliki pandangan sama untuk memperluas target startup lokal di lintas negara.

Secara strategis MaGIC dapat menjadi pintu kerja sama yang lebih luas untuk dirangkul Indigo, khususnya untuk capaian di kawasan Asia Tenggara. Kerja sama seperti ini bagi Indigo bukan yang pertama, sebelumnya SVA Technology Alliance juga telah diajak untuk menjadi bagian dari strategi go global program Indigo. SVA sendiri berfokus menghubungkan jaringan startup di Asia Tenggara dengan Silicon Valley di Amerika Serikat.

Komitmen Indigo membawa startup ke pasar internasional

Disadari betul bahwa produk dan layanan digital mampu diterapkan secara atraktif di pasar internasional. Batasan teknis yang ada sangat minim. Di situ Indigo mencoba untuk berperan menjadi jembatan bagi startup lokal untuk melenggang ke kancah dunia. Kerja sama dengan MAGIC ini bisa dikatakan sebagai sebuah mutualisme, Indigo membutuhkan akses ke luar Indonesia, begitu pula sebaliknya.

Spirit global juga terus ditunjukkan dengan berbagai inisiatif, salah satunya membawa startup binaan untuk mengikuti program berskala internasional. Terakhir Indigo membawa tiga startup binaannya untuk belajar dari startup dan pemodal kelas dunia. Terkait dengan kerja sama antar inkubator, Indigo mengatakan pihaknya kini memiliki wild card untuk program Startup Exchange.

Startup Exchange memungkinkan startup dari kedua program untuk saling terlibat (mengikuti) kegiatan akselerasi yang diadakan masing-masing, startup Indonesia dapat mengikuti program akselerasi dari MAGIC Accelerator, pun sebaliknya. Bagi Phunta, cita-cita besar dari program ini adalah pembangunan talenta dan mengangkat digital-preneur Indonesia ke kancah global. Sejalan dengan mimpi Presiden Indonesia membawa Indonesia sebagai negara digital terbesar ASEAN tahun 2020.

Yang spesial di program Indigo Creative Nation tahun 2017

Dari catatan perjalanan program Indigo terkait dengan membawa startup go-global, menurut Phunta ada beberapa hal yang bisa terus diimprovisasi, yakni terkait dengan membentuk gobal vision bagi para founder dan menekankan produk yang berorientasi pada pemecahan masalah yang siap terap di lintas batas. Belum dibocorkan secara mendetil apa saja yang akan menjadi agenda pada program Indigo di tahun 2017, namun yang jelas sesuai visi di awal, bahwa program ini bertekad mencetak startup ber-mindset Silicon Valley dengan jangkauan global.

Harapannya ekosistem digital-preneur di Indonesia mampu menjadi kuat di tengah gempuran dan pertarungan antar layanan di ranah pangsa pasar populer saat ini (seperti on-demand, e-commerce, SaaS dan sebagainya). Terlebih Indonesia juga kini tengah disorot menjadi sasaran target pasar oleh para startup di dunia. Mempersiapkan strategi dari dalam menjadi pilihan untuk memastikan daya saing yang kuat oleh pemain lokal.

Indigo Creative Nation Umumkan 13 Startup Terbaik di Batch Kedua 2016

Program inkubator dan akselerator Indigo Creative Nation yang diprakarsai oleh Telkom kembali mengumumkan 13 startup terpilih dari 300 pendaftar program Indigo Batch II 2016 di Jakarta Digital Valley. Penunjukan startup terbaik ini didasarkan pada tiga kriteria penilaian, yakni market validation, product validation dan customer validation.

Beberapa startup yang masuk ke dalam 13 besar tersebut termasuk Synchro, Chatkoo, Angon, Tessy, Koolva, Habibi Garden, Meetchange, Growpal, Simbah, dan Hooki Arisan. Startup-startup tersebut mengusung berbagai produk yang cukup menarik, contohnya Syncro mengembangkan aplikasi distribusi data. Ada juga Chatkoo yang mencoba mengintegrasikan layanan chatting populer dengan sistem pesanan pelanggan. Di bidang pertanian ada Angon yang menghubungkan antara investor dengan peternak, dan sebagainya.

“Program inkubasi akan berlangsung sekitar enam bulan menggunakan pendekatan metode Lean Startup dan Agile Development. Jadi, kami akan bina mereka agar makin meningkat dari tahapan dasar customer validation menuju product validation, business model validation dan akhirnya market validation,” ujar Arief Musta’in selaku EGM Divisi Digital Service PT Telkom  di sela-sela pengumuman.

Selanjutnya para startup terpilih akan dibimbing oleh tiga jenis mentor, yakni Resident Mentor (mentor inti), Visiting Mentor (mentor tamu), dan Silicon Valley Mentor (mentor langsung dari Silicon Valley). Ini adalah pencapaian yang cukup menggembirakan, setelah berjalan selama selama tujuh tahun sejak 2009. Terdata sebanyak 2056 startup yang pernah mendaftar program tersebut

Sebelumnya pada Batch I di bulan Februari 2016 lalu, program Indigo juga telah merilis daftar startup terbaiknya. Empat di antaranya baru-baru ini baru saja mengumumkan pendanaan, meliputi Trax Center, Minutes Barber, Kartoo, dan Sonar.

Beberapa peserta inkubator lain sudah masuk pasar dan makin eksis melayani pengguna, baik oleh masyarakat luas maupun oleh Telkom Group yang memiliki puluhan anak perusahaan. Dicontohkan startup platform perdagangan elektronik, Jarvis Store, yang kini digunakan Divisi Business Service PT Telkom. Xigent, pembuat tombol panik, diserap oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil dalam Bandung Command Center-nya, dan beberapa lainnya.

“Seluruh startup akan mendapatkan dana inkubasi dalam dua tahap yaitu pendanaan awal dan lanjutan. Dan kami tidak akan halangi startup dapat pendanaan dari investor pihak ketiga selama inkubasi selama terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Indigo,” ujar Managing Director Indigo Creative Nation, Ery Punta.

Nicko Widjaja, CEO MDI Ventures (perusahaan venture capital Telkom), menyatakan bahwa pelaksanaan program inkubasi dan akselerasi startup Indigo seluruhnya dilaksanakan oleh MDI Ventures.

Pasca Perolehan Seed Funding, Minutes Barber Siap Lakukan Transformasi Bisnis

Pengembang aplikasi mobile pengelola booking tukang pangkas rambut Minutes baru-baru ini mendapatkan pendanaan. Tepatnya pendanaan diperoleh dari Prasetia Dwidharma, perusahaan investasi yang dimiliki Presiden Komisaris PT Astra Internasional Budi Setiadharma. Beberapa angel investor turut bergabung dalam seed funding kali ini. Perolehan ini didapat lantaran Minutes menjadi 3 terbaik dalam inkubator startup Indigo Creative Nation.

Menurut pemaparan CEO Minutes Angki Rinaldy, pendanaan ini akan difokuskan untuk pengembangan fitur tambahan guna memperlancar proses bisnis bersama rekanan. Selain itu perekrutan anggota tim juga akan menjadi fokus Minutes beberapa waktu ke depan. Saat ini Minutes memang sedang memfokuskan di satu layanan yakni pangkas rambut, dengan penambahan modal pihaknya kini berencana melakukan ekspansi vertikal ke kategori lain, seperti salon, spa, brow house dan sejenisnya.

Minutes menjadi platform aplikasi yang lebih luas

Layaknya Go-Jek yang memiliki berbagai layanan di dalamnya, Minutes pun tampaknya mengarah ke sana. Beberapa waktu ke depan pihaknya akan segera meluncurkan Minutes 2.0. Di dalam aplikasi ini nantinya akan ada beberapa kategori personal services business yang dapat dipilih. Dari kategori vertikal yang direncanakan saat ini yang akan ditambahkan yakni Minutes Barber, Minutes Salon, Minutes Spa dan lain-lain.

“Dengan launching aplikasi 2.0 ini sekaligus kami akan melakukan re-branding dari Minutes Barber menjadi Minutes,” ujar Angki.

Sebelumnya bersama Minutes Barber, pihaknya menyediakan layanan terpadu yang memudahkan pengguna dalam mendapatkan jadwal booking di tempat pangkas rambut. Beberapa fitur seperti Online Booking, Quick Book, dan Smart Notification dibubuhkan untuk menghubungkan antara rekanan pemangkas rambut dengan pengguna aplikasi.

Optimis dengan perkembangan startup di Indonesia

Saat ini layanan on-demand dan e-commerce terus mencoba untuk mentransformasikan berbagai unsur dalam keseharian. Beragam jenis startup unik seperti Minutes Barber pun turut menjamur. Kendati demikian, Angki mewakili timnya optimis dengan potensi yang masih bisa terus digerus oleh inovator digital untuk merangkul pasar digital di Indonesia.

“Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dan banyaknya masyarakat yang terjun ke bisnis kecil dan menengah menghadirkan banyak gap yang bisa dimanfaatkan oleh para tech-startup di Indonesia,” ujar Angki.

Menurut Angki ketika startup sudah memiliki visi yang benar terkait dengan produk dan model bisnis yang disuguhkan, maka peluang itu nyata adanya. Secara lebih mendetail ia mengatakan, bahwa yang menjadi DNA sebuah layanan startup adalah bagaimana ia mampu menyelesaikan permasalahan umum di masyarakat secara lebih efektif dan efisien.

“Startup dapat memiliki peluang berhasil lebih besar jika produk yang dikembangkannya benar-benar menyelesaikan masalah yang nyata dan mereka bisa cukup jeli untuk mengeksploitasi gap yang ada dan menghadirkan layanan yang belum pernah ada atau terpikirkan sebelumnya,” pungkas Angki.

Application Information Will Show Up Here

Empat Startup Inkubasi Indigo Batch Pertama 2016 Peroleh Pendanaan Awal

Di awal tahun 2016, Indigo, program akselerasi dan inkubasi startup milik Telkom mengumumkan sembilan startup yang berhak mengikuti batch pertama mereka. Dari sembilan startup tersebut, kini empat di antaranya diumumkan telah berhasil mendapatkan pendanaan awal dari sejumlah VC, Angel Investor, dan Private Equity firm sebelum program inkubasi selesai. Mereka adalah Sonar, Minutes, Kartoo, dan Trax.

Pendanaan yang diperoleh empat startup yang mengikuti program inkubasi dari Indigo ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, di kuartal empat 2015, tiga startup hasil inkubasi yang dibina oleh Indigo juga berhasil mendapatkan pendaan awal sebelum program inkubasi selesai. Mereka adalah Goers, Apaja, dan PowerCube. Goers bahkan berhasil mendapatkan pendanaan seri A dalam waktu kurang dari satu tahun.

CEO MDI Venture Nicko Widjaja mengatakan, “Goers mungkin salah satu perusahaan paling sukses yang kami miliki dalam satu tahun belakangan, dan banyak dari batch [satu angkatan dengan Goers] yang mengikuti [kesuksesan yang sama].”

Sejak pertengahan 2015, program inkubasi Indigo telah dikelola oleh MDI Ventures (Telkom’s corporate venture arm) dan melalui kerja sama ini ada banyak perubahan yang terjadi dalam program Indigo. Mulai dari peningkatan kurikulum baru, membangun hubungan dengan mentor dan investor Sillicon Valley, membangun jaringan untuk tindak lanjut ke investor, dan menciptakan sinergi mendalam dengan perusahaan dalam grup Telkom.

Hasilnya, meski bekerja dalam stealth mode selama kurang lebih lima bulan, kesuksean yang sama seperti di tahun sebelumnya kembali terulang. Empat dari sembilan startup yang dibina oleh Indigo dalam batch pertama 2016, diumumkan berhasil membukukan putaran seed funding dari sejumlah Venture Capital (VC), Angel Investor, dan Private Equity firm. Mereka adalah:

Kartoo: Sebuah aplikasi aggregator promosi berbasis lokasi yang dapat mengkategorikan promosi berdasarkan pada hal-hal yang Anda sukai.

Sonar: Platform pemasaran digital yang dirancang untuk membantu perusahaan dalam memperoleh data dari media sosial untuk menemukan pasar & audience yang tepat, hingga melacak KPI kampanye.

Minute: Platform antrian yang bertujuan untuk menghilangkan antrian tradisional yang tidak produktif dan membuat bisnis kehilangan pendapatan.

Trax: Perangkat lunak pelacakan mobil pintar yang berkerja dengan perangkat GPS yang dijual di pasaran saat ini yang juga memungkinkan pengguna untuk dapat secara nirkabel mengganti sistem keamanan yang tertanan langsung dari aplikasi mobile.

Good deals sulit ditemukan hari ini. Para VC dan Angel ‘keluar’ untuk mencari penawaran yang lebih baik di awal, [tetapi] VC dan investor veteran selalu mendapatkan yang lebih baik karena mereka punya jaringan [yang lebih luas]. Inilah sebabnya mengapa [program] inkubator menjadi menarik lagi, baik itu untuk startup ataupun investor,” kata Nicko.

Nicko juga menambahkan bahwa putaran pendanaan ini baik untuk menarik good founder agar mau bergabung di batch berikutnya. Rata-rata follow-on funding juga disebutkan meningkat mencapai enam kali lipat bila dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya empat kali lipat.

Sementara itu Head of Accelerator Program MDI Ventures Joshua Agusta mengungkapkan bahwa para alumni dari batch sebelumnya akan bergabung sebagai mentor untuk berbagi pengetahuan dan juga pengalaman mereka.

Joshua juga menambahkan bahwa pihaknya akan segera mengumumkan peserta yang berhak untuk mengikuti batch kedua program inkubasi dan akselerasi Indigo. Sebagai informasi, pada 12 Oktober 2016, Indigo mengumumkan ada 19 peserta yang berhasil masuk final pitching Creative Nation Batch II 2016.

Indigo Creative Nation merupakan program inkubasi dan akselerasi startup digital Telkom yang dikelola bersama dengan MDI. Startup peserta program ini akan menerima enam bulan dukungan inkubasi dan membuka akses ke pasar, bisnis, dan konsultan teknis.