Qlue Secures Funding from GDP Venture and MDI Ventures

After the positive achievement last year, and entering the second month in 2019, Qlue manages to secure new funding. The latest round was led by GDP Venture and supported by MDI Ventures.

Qlue said the fresh funding is to be used for talent acquisition in technology and business to develop Artificial Intelligence (AI) and Internet of Things (IoT). They are expected to improve services and smart city solution offered by Qlue.

There is no further details of the total value, however, Telkom’s participation is expected to give a strategic touch of the synergy in Indonesia’s government and state-owned enteprise.

The CEO, Rama Raditya said, “our initial mission is to accelerate the positive movement in the world, and we’re to make synergies with partners in similar mission. Telkom will be helping to strengthen scalability in the government and state-owned enteprise for our solution can give positive impact on digital transformation in Indonesia, according to the government lead to industry 4.0.”

“GDP Venture, on the other hand, has been helping us to build a developed and sustainable business. We’re very pleased and thrilled to join parnership with MDI Venture and Prasetia in our journey for better Indonesia,” he added.

Qlue is in a process to builf the biggest smart city ecosystem in Indonesia by improving smart city solution service for house developer, apartment, police department, toll, shopping center, industry area, and others through computer vision technology, such as face recognition, license plate recognition, street analysis, and people counting.

Regarding this round, MDI Ventures’ CEO, Nicko Widjaja said, “MDI Ventures has vision to build the leading startup generation in Indonesia, this investment is a realization of our attempt to make it happen. We’ve known Qlue since the beginning, and consider them to have disruptive and innovative mindset.”

He also aware of Qlue’s partnership with the government, it goes along with Telkom Indonesia’s main synergy. Moreover, their team decided to support Indonesian local startups with disruptive and game changing mindset like Qlue.

A similar speech comes out from GDP Venture’s CEO, Martin Hartono. He’s aware of Qlue’s smart city solution has the same vision and mission, and considered to be sustainable and capable to adapt with market situation, not only the government but also corporate.

“Qlue’s ability to provide command center and tech and data-based smart city management, is a crucial base towards Indonesia’s better future. We’re proud in supporting Qlue with the same vision and mission, not only for the development of digital tech ecosystem but also a very useful app for Indonesian people,” Hartono said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Qlue Amankan Pendanaan dari GDP Venture dan MDI Ventures

Setelah melewati tahun 2018 dengan capaian positif, memasuki bulan kedua tahun ini Qlue berhasil mengamankan pendanaan terbaru. Putaran pendanaan terbaru kali ini dipimpin oleh GDP Venture dengan partisipasi dari MDI Ventures.

Pihak Qlue menyebutkan bahwa dana segar yang didapatkan akan dimanfaatkan untuk merekrut para ahli di bidang teknologi dan bisnis untuk mengembangkan produk Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Talenta-talenta baru tersebut diharapkan mampu meningkatkan layanan dan solusi smart city yang ditawarkan oleh Qlue.

Tidak ada informasi resmi mengenai jumlah dana yang didapatkan, hanya saja keterlibatan Telkom diharapkan mampu memberikan sisi strategis sinergi di dalam pemerintahan dan BUMN Indonesia.

CEO Rama Raditya mengatakan, “Misi kami sejak awal adalah untuk mengakselerasi perubahan positif di dunia, dan kami ingin bersinergi sebanyak-banyaknya dengan mitra usaha yang memiliki kesamaan misi. Telkom akan banyak membantu kami untuk memperkuat skalabilitas di dalam pemerintahan dna BUMN agar solusi kami bisa memberikan dampak positif bagi transformasi digital di Indonesia sesuai arahan pemerintah menuju industri 4.0.”

“Sedangkan GDP Venture, sudah sejak lama membantu kami dalam membangun bisnis Qlue agar lebih maju dan berkelanjutan. Kami sangat terhormat dan bersyukur dapat menjalin kerja sama dengan MDI Ventures, GDP Venture dan Prasetia dalam perjalanan kami memberikan kemajuan bagi Indonesia,” lanjutnya.

Qlue tengah mengupayakan pembangunan ekosistem smart city terbesar di Indonesia dengan meningkatkan layanan solusi smart city untuk pengembang perumahan, apartemen, kepolisian, jalan tol, pusat perbelanjaan, kawasan industri dan mitra bisnis lainnya melalui inovasi teknologi computer vision seperti face recognition, license plate recognition, street analysis dan people counting.

Menanggapi putaran pendanaan ini, CEO MDI Ventures Nicko Widjaja menyampaikan, “MDI Ventures memiliki visi untuk membangun generasi startup terdepan di Indonesia dan investasi ini merupakan sebuah wujud nyata dari konsistensi kami untuk mendorong visi tersebut. Kami sudah mengenal Qlue sejak awal perusahaan tersebut berdiri, dan kami menilai bahwa Qlue selalu memiliki pola pikir disruptif dan inovatif.”

Nicko juga melihat bahwa Qlue bekerja sama dengan pemerintah, hal tersebut selaras dengan sinergi utama Telkom Indonesia. Selanjutnya pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung startup-startup lokal Indonesia yang memiliki pola pikir disruptif dan game changing seperti Qlue.

Hal senada disampaikan CEO GDP Venture Martin Hartono. Ia melihat Qlue memiliki solusi smart city yang juga memiliki visi dan misi yang sama, karena dinilai mampu terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar, tidak hanya pemerintahan namun juga korporasi.

“Kemampuan Qlue untuk menyediakan command center dan pengelolaan smart city berbasis teknologi dan data merupakan salah satu pilar penting menuju masa depan bangsa Indonesia. Kami bangga dapat turut serta mendukung Qlue yang memiliki visi dan misi bukan saja untuk perkembangan ekosistem digital teknologi Indonesia tetapi juga mengembangkan suatu aplikasi yang sangat bermanfaat untuk bangsa Indonesia,” jelas Martin.

Application Information Will Show Up Here

eFishery Berencana Luncurkan Tiga Produk Baru Tahun Ini

Setelah mengumumkan perolehan dana segar seri A senilai $4 juta (sekitar 58 miliar Rupiah) beberapa waktu yang lalu, eFishery meningkatkan produksi solusi berbasis Internet of Things (IoT), dalam bentuk smart feeder, hingga 300-500 alat per bulannya.

Pendanaan tersebut juga akan digunakan eFishery untuk menambah talenta baru di dalam perusahaan, termasuk engineer, produk, customer relation, marketing, dan sales. Langkah ini untuk mendukung target 2019 yang berharap meluncurkan tiga produk baru untuk petani.

“Masih fokus kepada petani, sekitar kuartal kedua 2019 kami akan meluncurkan produk baru kepada petani,” kata Chief of Product eFishery Krisna Aditya kepada DailySocial.

Tidak disebutkan lebih jauh produk apa saja yang akan dihadirkan pertengahan tahun 2019 mendatang, namun Krisna menegaskan masih ada hubungan dengan smart feeder yang menjadi touch point bagi petani.

eFishery ingin memperkaya aplikasi untuk petani, tidak sekedar sebagai pengatur smart feeder. Diisi dengan informasi yang relevan, diharapkan pengembangan aplikasi ini bisa menjadi “super app” yang bisa menghadirkan pilihan, seperti penyediaan kebutuhan pangan ikan untuk petani, informasi budidaya hingga penjualan ikan dan lainnya.

“Saya tidak bisa menyampaikan seperti apa tiga produk baru tersebut, namun secara garis besar tiga produk itu akan berhubungan dengan smart feeder, farm management, dan marketplace,” kata Krisna.

Menambah kemitraan

Setelah dengan Telkomsel, Pemprov Jawa Barat, dan pabrikan pangan ikan “Kampung Perikanan Digital” di Desa Losarang, Kabupaten Indramayu, tahun ini eFishery ingin menambah jumlah kemitraan dengan pihak yang relevan. Tujuan utamanya mendukung upaya petani meningkatkan produksi mereka memanfaatkan teknologi.

eFishery sendiri mengklaim cukup berhasil mengajak petani ikan untuk melek teknologi, dimulai dari smart feeder dan aplikasi pendukungnya. 

“Yang menarik adalah ketika kita bertemu langsung dengan petani. Banyak di antara mereka yang hanya menggunakan smartphone hanya untuk feeder saja. Ketika mereka mengetahui smartphone bisa digunakan untuk menonton YouTube misalnya, banyak para petani yang belajar lebih dalam soal budidaya ikan,” kata Krisna.

eFishery juga terus secara agresif mengembangkan teknologi. Salah satu contohnya adalah uji coba penggunaan teknologi 5G menggandeng Telkomsel sebagai pilot project untuk petani ikan di Jawa Barat.

Meskipun telah tersebar di seluruh Indonesia, hingga kini Jawa Barat masih menjadi kawasan paling banyak yang memberikan kontribusi kepada perusahaan. Kawasan timur Indonesia, khususnya di luar Sulawesi, masih kesulitan untuk dirangkul oleh eFishery, karena kendala logistik.

Sementara itu untuk kategori hewan yang dipelihara, hingga kini adalah lima jenis yang menjadi favorit, yaitu ikan mas, lele, patin, nila, dan udang.

“Untuk ikan lainnya akan mengikuti perkembangan yang ada. Kita juga mulai menambah kategori ikan bandeng, namun demikian jumlahnya hingga kini masih belum signifikan,” kata Krisna.

Application Information Will Show Up Here

Capaian dan Rencana Bisnis Qlue, Optimalkan Peluang di Sektor Pemerintahan dan Swasta

Qlue mengakhiri tahun 2018 dengan cukup manis. Mereka telah berhasil melakukan banyak implementasi smart/safe city di beberapa wilayah di Indonesia. Capaian positif yang diraih di tahun 2018 ini menjadi salah satu alasan Qlue terus mengupayakan yang terbaik demi capaian yang lebih baik di tahun 2019.

Founder & CEO Qlue Rama Raditya menjelaskan beberapa proyek yang berhasil dikembangkan tahun ini. Mulai dari membantu para pengembang properti (Alam Sutera, Intiland, Sinar Mas, Agung Sedayu dan lainnya) dalam implementasi smart city, membantu implementasi keamanan Asian Games 2018 bersama kepolisian Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Jakarta, hingga membantu BNPB untuk memetakan kerusakan infrastruktur pasca gempa di Lombok dan Palu.

Qlue bersama dengan mitra seperti Lintasarta, Telkomsel, dan Indosat juga membantu sejumlah pemerintah kota untuk mengimplementasikan solusi digital. Kota-kota tersebut antara lain Luwu Utara, Sibolga, Bengkulu, Cilegon, Gorontalo dan Trenggalek.

“Kami saat ini juga membantu Pak Presiden dalam mengetahui isu di Indonesia agar dapat melakukan strategi pembangunan yang lebih efektif. Per hari ini total klien yang kami miliki baik dari sisi pemerintah atau swasta sudah mencapai puluhan dengan skalabilitas yang tinggi per kliennya,” ujar Rama.

Rama lebih jauh menjelaskan bahwa saat ini konsep Qlue masih sama seperti di awal kemunculannya. Berusaha membantu pihak pemerintah dan swasta untuk dapat mengidentifikasi masalah, memberdayakan tim yang ada untuk menindaklanjuti masalah, dan memastikan masalah tidak terulang lagi ke depannya dengan analisa prediksi.

Sumber identifikasi masalahnya berbagai macam, mulai dari pelaporan warga hingga CCTV yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan dan sensor.

Aplikasi Qlue
Salah satu dasbor aplikasi Qlue untuk solusi kota pintar / Qlue

Rencana di tahun 2019

Di tahun 2018 ini dari segi bisnis Qlue mengalami pertumbuhan revenue hingga 5 kali lipat. Peningkatan ini didapatkan berkat key hiring dari segi solusi, komersil, dan operasional yang dilakukan.

“Kami juga memiliki beberapa pencapaian yang akan mendongkrak bisnis Qlue. Salah satunya adalah dengan menjadi bagian dari Endeavor Entrepreneur sehingga akses kami ke seluruh dunia bisa dipupuk dari sekarang. Selain itu kami juga mendapatkan dana hibah dari GSMA untuk melakukan implementasi untuk kota-kota tertentu di Indonesia. Berdasarkan analisa kami, dengan potensi mitra dan klien yang kami miliki Qlue bisa terus berkembang pesat ke depan dan memberikan manfaat bagi Indonesia secara signifikan,” terang Rama.

Menghadapi tahun 2019 Qlue tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada klien dan mitranya sehingga bisa tetap berkembang secara bisnis. Rama percaya bahwa service excellence kepada stakeholders yang dimiliki menjadi kunci dari keberlangsungan bisnis.

“Kami memiliki peluang yang sangat baik di tahun ini jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” tutup Rama.

Application Information Will Show Up Here

Menyimak Strategi Pengembangan Pusat R&D dalam Bisnis Digital

Pusat riset dan pengembangan (R&D) saat ini seakan menjadi kewajiban untuk dimiliki perusahaan teknologi. Umumnya pusat R&D didirikan untuk memastikan pengembangan produk berkelanjutan dan memaksimalkan potensi data bisnis (big data). Perusahaan teknologi kelas atas seperti Grab, Gojek hingga Bukalapak sudah memulai inisiatif R&D.

Alasan spesifiknya pun beragam, mulai dari mengoptimalkan tenaga engineer yang dimiliki, merekrut dan membentuk talenta baru, hingga eksplorasi teknologi baru seperti artificial intelligence, IoT, machine learning dan lainnya.

Pusat R&D di Grab

Miliki visi untuk menjadi “super app“, saat ini Grab tidak hanya miliki pusat R&D di Indonesia, namun juga di India, Vietnam, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan Tiongkok.

Salah satu peruntukan pusat R&D yang dimiliki Grab ialah untuk pengelolaan data. Data yang dikumpulkan dimanfaatkan Grab untuk mencari solusi dan inovasi jangka pendek maupun jangka panjang.

Solusi jangka pendek yang coba dibangun seperti mengoptimalkan jumlah permintaan dengan persediaan pengemudi. Sementara untuk rencana jangka panjang, Grab ingin mengubah sistem transportasi ke arah yang lebih baik, misalnya mengurangi jumlah kendaraan di jalan, menyediakan transportasi lebih aman, dan mengurangi polusi.

Seperti diinformasikan KrAsia, pusat R&D Grab di masing-masing negara mengembangkan produk yang berbeda sesuai kondisi setempat. Di Bangalore India misalnya, tim R&D Grab fokus kepada pengembangan platform finansial dan big data.

Sementara untuk R&D di Beijing fokus kepada GrabFood dan IoT. Di Ho Chi Minh, tim R&D Grab fokus kepada pengembangan sistem manajemen untuk membantu pelaku UKM. Di Malaysia, tim engineer mengembangkan komunikasi secara real time, machine learning dan web product.

Di Amerika Serikat, tim R&D Grab fokus kepada keamanan transportasi pengguna, iklan dan platform data. Di Singapura tim engineer fokus kepada pengalaman untuk mitra pengemudi dan pengguna, pengembangan GrabPay, GrabRewards dan growth hacking. Di Indonesia sendiri pusat R&D Grab yang bertempat di kantor pusat Kudo, fokus kepada merchant, mitra pengemudi Grab, dan GrabFood.

Meski fokus bisnis Grab adalah Asia Tenggara, penempatan pusat R&D di beberapa negara di luar Asia Tenggara dilakukan untuk pemenuhan talenta. Perspektif global ini mendorong misi tim R&D Grab yang berupaya untuk memanfaatkan kekuatan dan bakat di seluruh dunia untuk melayani tujuan intinya.

Peranan pusat R&D

Bisnis digital senantiasa dituntut untuk memberikan layanan prima, dengan terus melahirkan inovasi-inovasi yang memudahkan penggunanya. Pusat R&D dapat berperan banyak di sini, melangkah lebih dulu menjajaki kemungkinan inovasi yang dapat diaplikasikan dalam layanan.

Meskipun belum memberikan konfirmasi secara resmi terkait dengan pusat R&D yang didirikan, namun Gojek juga dikabarkan telah memiliki pusat R&D di Jakarta, India, dan Singapura. Pusat R&D ini dimanfaatkan oleh Gojek untuk mendapatkan engineer kelas dunia, juga memberikan peluang talenta lokal untuk belajar lebih banyak.

Pusat R&D juga mulai dilirik oleh layanan e-commerce seperti Bukalapak. Menyadari bahwa data yang dimiliki bisa berguna untuk pengembangan produk dan memanfaatkan kreativitas tim engineer yang ada, awal Desember 2018 lalu mereka resmikan kantor R&D di Bandung.

Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid mengungkapkan, kantor R&D Bukalapak di Bandung akan mencoba mengembangkan teknologi IoT, big data, dan uji coba produk baru. Saat ini Bukalapak telah memiliki sekitar 650 engineer yang bertugas untuk mengembangkan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan. Masing-masing-masing tim bekerja secara dedicated untuk mengembangkan produk hingga menghadirkan inovasi untuk kepentingan Bukalapak.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Asosiasi IoT Indonesia Segera Diresmikan

Indonesia akhirnya memiliki asosiasi yang mewadahi penggiat Internet of Things (IoT). Asosiasi merupakan transformasi dari Indonesia IoT Forum, kini menjadi Asosiasi IoT Indonesia (ASIoTI). Rencananya ASIoTI akan menyelenggarakan musyawarah nasional (Munas) pertama tanggal 13 Desember mendatang, sekaligus meresmikan struktur organisasi dan rancangan program kerja untuk satu tahun mendatang.

CEO Dycode Andri Yadi yang turut andil dalam lahirnya ASIoTI ini menyebutkan bahwa asosiasi ini merupakan wadah resmi bagi setiap insan yang memiliki visi untuk mengembangkan ekosistem IoT di Indonesia. Tidak hanya praktisi tetapi juga penggiat lain seperti akademisi, regulator, dan pihak lainnya; yang ingin bersama-sama membawa ekosistem IoT Indonesia lebih baik lagi.

Tujuan utama dari pendirian ASIoTI adalah membantu pemerintah dengan memberikan masukan-masukan terkait kebijakan IoT, termasuk membantu memberikan standardisasi dan sertifikasi untuk ekosistem IoT yang ke depan akan semakin banyak dibutuhkan.

“IoT ini kan baru, government juga masih meraba-raba, jadi tidak ada yang lebih tepat kecuali pemerintah ngobrol dengan industri. Nah untuk memudahkan makanya dibentuk sebuah wadah untuk memudahkan,” terang Andri.

Beberapa pihak yang nantinya bergabung di ASIoTI ini antara lain CEO Dycode Andri Yadi, Direktur & Chief Innovation Regulation Office Indosat Ooredoo Arief Musta’in, Direktur Network Telkomsel Bob Apriawan, CEO Prasimax Didi Setiadi, Bussiness Development Polytron Joegianto, Ketua Umum Mastel Kristiono, Managing Director Cisco Indonesia, Founder Indonesia IoT Forum Teguh Prasetya, dan lain-lain.

“Sebagai Project Coordinator untuk kampanye IoT Goes to Market yang diadakan di lima kota oleh Indonesia IoT Forum, saya merasa sudah waktunya forum ini untuk berkembang agar dapat memberikan lebih banyak manfaat,” ungkap perwakilan Indonesia IoT Forum (yang sekarang menjadi ASIoTI) Fita Indah Mulani.

Mengenai rencana asosiasi ke depan Fita menjelaskan beberapa sedang dimatangkan, baru akan diresmikan ketika munas dilangsungkan. Salah satu yang akan dilakukan adalah fokus pengembangan makers, transfer pengetahuan ke kampus dan SMK, dan beberapa program lainnya.

“Ada beberapa lagi godog [rencana ASIoTI], baru diketok palu di munas nanti. Tapi yang pasti kita mau fokus mengembangkan makers dan transfer knowledge ke kampus dan SMK. Terus ada sertifikasi juga. Ada program business matching dan support keluarnya regulasi terkait IoT,” imbuh Fita.

Gandeng 36 Mitra, XL Axiata Bangun Lab IoT X-Camp

Kini para pengembang Internet of Things (IoT) lokal boleh bergembira. Fasilitas laboratorium yang telah menjadi mimpi bagi setiap pelaku di ekosistem ini resmi hadir di Indonesia. Dengan laboratorium ini, Indonesia diharapkan dapat lebih gesit memaksimalkan potensi IoT dalam negeri.

Lab IoT bernama X-Camp merupakan hasil kolaborasi ‘keroyokan’ yang diinisiasi oleh operator seluler XL Axiata dengan 36 pihak lainnya. Setiap pihak punya peran masing-masing, mulai dari penyediaan mesin, properti, hingga pengembangan kurikulum untuk menciptakan sumber daya.

Peluncuran X-Camp turut diresmikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara dan Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartanto di Kantor XL Axiata di Jakarta. X-Camp akan beroperasi secara efektif pada pertengahan November.

“X-Camp dibangun untuk memperluas implementasinya. Lab ini juga menjadi wadah untuk mempertemukan para stakeholder di ekosistem IoT. Ini bisnis masa depan, kalau tidak disiapkan dari sekarang, kita tidak akan siap,” ungkap Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata, Dian Siswarini pada peluncuran Lab IoT X-Camp di Jakarta kemarin.

Ia berharap X-Camp dapat menjadi wadah dalam menghadirkan solusi digital sesuai kebutuhan industri. Ia bahkan menyebut bahwa X-Camp menjadi lab IoT terlengkap yang pernah dihadirkam oleh operator seluler, dan satu-satunya lab IoT yang tergabung di GSMA Lab Alliance di Asia Tenggara.

Sementara itu, Menperin Airlangga mengungkap pihaknya tengah menyiapkan kebijakan dalam mempercepat adopsi IoT. Pasalnya IoT merupakan bagian dari revolusi Industri 4.0.

“Dari sepuluh policy, salah satunya infrastruktur. Tentu peran (operator seluler) XL sangat penting. Perlu diketahui bahwa globalisasi adalah part of trade war. Dengan revolusi Industri 4.0, kita berupaya agar tidak ketinggalan,” jelasnya.

Di kesempatan sama, Menkominfo Rudiantara juga sempat menyentil tentang minimnya sumber daya manusia (SDM) dalam negeri yang punya kemampuan di bidang ini. Hal itu menjadi salah satu tantangan besar dalam menggerakkan adopsi IoT di tanah air.

Maka itu, XL turut menggandeng sejumlah universitas terkemuka untuk membangun sumber daya lokal dari perguruan tinggi. Mereka di antaranya Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Politeknik Negeri Semarang, dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Sisanya menyusul untuk bergabung dalam program X-Camp Lab Alliance.

Pengembangan NB-IoT hingga kolaborasi inovatif

X-Camp menyediakan ragam fasilitas bagi para pengembang atau maker IoT. Perlu diketahui, X-Camp merupakan lab untuk pengembangan teknologi Narrowband (NB-IoT). Adapun, NB-IoT tengah digadang-gadang menjadi teknologi IoT penerus karena dapat berjalan di jaringan seluler 2G, 3G, dan 4G.

Tentu pengembangan NB-IoT sejalan dengan keinginan operator seluler seperti XL, mengingat operator saat ini tengah mengembangkan jaringan seluler generasi kelima (5G) untuk memaksimalkan adopsi NB-IoT lebih tinggi.

Hal ini juga diamini oleh Founder dan CEO DycodeX, Andri Yadi yang ditemui DailySocial di acara peluncuran ini. DycodeX termasuk salah satu mitra kolaborasi XL dalam membangun X-Camp, dan startup yang pertama kali memperkenalkan teknologi IoT lainnya, yakni LoRa.

Andri mengungkap pengembangan NB-IoT kali ini dilakukan dengan berkolaborasi dengan startup Kayuh, startup penyedia sepeda kayu asal Depok,, dalam merancang produk bike-sharing.

Lebih lanjut, X-Camp menghadirkan sejumlah fasilitas di mana para maker atau pengembang dapat melakukan berbagai kegiatan, mulai dari pengembangan ide, pembuatan prototype produk IoT hingga produksi skala kecil. Di sini, mereka juga dapat melakukan pengujian user experience.

“Ada banyak sekali tujuan dari pembangunan X-Camp, yaitu edukasi pasar, inkubasi bisnis, pengembangan bersama, dan pengembangan lab. Dari sini, kita pertemukan startup dengan industri, kita bisa eksplorasi ide IoT, hingga membuat kolaborasi.” demikian ungkap Direktur Teknologi XL Axiata, Yessie D Yosetya.

eFishery Raup Dana Seri A Senilai 58 Miliar Rupiah, Berencana Ekspansi ke Negara Asia Tahun Depan

Startup pemberi pakan ikan otomatis asal Bandung, eFishery, mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $4 juta (sekitar 58 miliar Rupiah). Investasi baru ini akan dimanfaatkan untuk memantapkan rencana ekspansinya ke negara-negara Asia pada 2019.

Pendanaan baru ini didapat dari tujuh investor baru, antara lain Wavemaker, 500 Startups, Unreasonable Capital, Social Capital, Northstar Group, Triputra Group, dan Maloekoe Ventures. Dua investor terdahulu, Aquaspark dan Ideosource juga turut berpartisipasi.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial, Co-Founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah mengungkapkan, rencana strategisnya untuk membuka pasar baru di bisnis hardware untuk kawasan Asia. Ada tiga negara yang diincar, yakni Thailand, Bangladesh, dan Vietnam.

Saat itu, menurut Gibran, ekspansi di tiga negara tersebut baru sebatas pilot project dan belum sepenuhnya komersial. Dengan raihan pendanaan baru, pihaknya akan mengomersialkan bisnis tersebut pada pertengahan 2019.

“Pendanaan ini fully untuk ekspansi bisnis kami saat ini (hardware solution). Kami ingin tingkatkan pasarnya di Indonesia dan mulai open market baru di luar negeri,” ungkapnya ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.

eFishery mengembangkan solusi berbasis Internet of Things (IoT) melalui Smart Feeder, yakni perangkat pemberi pakan ikan otomatis. Salah satu fungsinya adalah memberikan pakan ternak ikan secara terjadwal. Saat ini, Smart Feeder telah digunakan peternak ikan di Jawa Barat dan Lampung.

Pada ekspansi ini, eFishery akan bekerja sama mitra lokal di ketiga negara. “Kita cari pemain besar dan kita sudah dapat partner di sana. Jadi kita tawarkan peluang bisnis dengan large corporation-nya. Misalnya, channel (distribusi) kita, bisa dipakai sebagai channel mereka. Nanti bikin perusahaan patungan (JV),” jelas Gibran.

Sebetulnya, permintaan layanan tak hanya datang dari ketiga negara tersebut. Menurut Gibran, permintaan lain juga datang dari negara-negara Asia lainnya, seperti Sri Lanka, Kamboja, dan Myanmar.

Gibran sendiri menyebut lebih memilih pasar negara besar, seperti India dan negara-negara Amerika Selatan. Di sana peluangnya sangat besar mengingat budidaya ternak udang juga besar.

“Tapi kami mau fokus di tiga negara dulu. Kalau nanti sudah proven di negara-negara tersebut, ini bisa jadi story buat kami untuk push di negara lain dan tumbuh lebih jauh lagi. Semisal, kami mau raise [pendanaan Seri B], itu bisa untuk region expansion dengan model bisnis apapun,” tambah Gibran.

Monetisasi data dengan credit scoring

Selain membuka pasar baru, eFishery juga fokus di pasar dalam negeri untuk memantapkan posisinya di rantai pasokan perikanan. Pihaknya akan mengutilisasi dan memonetisasi data yang diambil dari Smart Feeder untuk engage ke lebih banyak peternak ikan hingga stakeholder terkait di ekosistem perikanan.

Hardware yang kami deploy itu mengambil banyak data berbagai macam. Kami mau leverage dan utilisasi sehingga bisa kasih value ke customer atau klien. Contohnya, kami ingin buat semacam credit scoring yang menghubungkan petani dengan bank,” ucap Gibran.

Selama ini ia melihat banyak perbankan dan asuransi ragu untuk memberikan pinjaman atau produk asuransi kepada peternak ikan dan tambak udang karena risiko besar. Dengan data yang dimiliki, eFishery dapat mengelola dan menganalisis risiko sehingga bank mau memberikan pinjaman.

Menurutnya, hal ini dapat menguntungkan kedua belah pihak. Perbankan mendapatkan pasar pengguna baru dan petani juga mendapat akses pendanaan untuk ekspansi. eFishery melihat ini sebagai value chain baru karena dapat menawarkan Smart Feeder kepada mereka.

“Selain itu, kami bisa utilisasi data ke buyer. Data yang kami punya bisa memprediksi hasil panen dan kapan. Jadi sebelum ikan terjual, kita tawarkan hasil panen ke buyer. Dua-duanya kami sedang lakukan pilot project, tinggal tentukan model bisnisnya dan roll out di area mana dulu,”

Gibran meyakinkan bahwa pihaknya tidak menjual data, melainkan mengambil fee dari setiap transaksi pinjaman yang berhasil dari setiap data yang dihubungkan ke bank.

Terakhir Gibran menambahkan, eFishery akan memperluas pangsanya di pasar domestik dengan membuka kanal distribusi baru di area sentra perikanan di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera hingga akhir tahun ini. Targetnya, eFishery akan ada di 35 area di Indonesia dari tujuh area saat ini.

Mengadopsi Teknologi AI, Machine Learning, dan IoT untuk Bisnis

Tidak bisa dipungkiri teknologi artificial intelligence, IoT, dan machine learning sudah mulai banyak digunakan startup dan perusahaan teknologi secara global. Tidak hanya membantu mempermudah pekerjaan, memangkas waktu, hingga memberikan hasil pekerjaan yang akurat, teknologi-teknologi tersebut juga diprediksi akan menggantikan pekerjaan manusia secara umum dan menghapus pekerjaan yang sebelumnya banyak dilakukan.

Menurut Product Marketing Manager Data & AI Microsoft Indonesia Marsya Juwita Aderizal yang menjadi pembicara dalam sesi #SelasaStartup, kekhawatiran tersebut menjadi tidak relevan dilihat dari banyaknya peluang baru yang bisa dihasilkan dari AI, IoT, dan machine learning. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan bagaimana kreativitas dari individu untuk bisa mengadopsi perubahan tersebut.

“Intinya kita harus berpikir lebih kreatif, dan bagaimana teknologi tersebut bisa membuka lapangan pekerjaan baru untuk Anda dan orang banyak,” kata Marsya.

IoT, machine learning, dan AI

Salah satu keunggulan teknologi IoT adalah dengan hanya menggunakan data bisa memprediksi sebuah proyek. Dalam hal ini yang berkaitan dengan industri otomotif hingga agrikultur. Untuk yang terakhir, yaitu pertanian, sudah mulai banyak ditinggalkan kalangan muda, karena sifatnya yang masih sangat tradisional dan konvensional.

Dengan teknologi IoT, semua pekerjaan tersebut justru bisa lebih menyenangkan sekaligus memberikan hasil yang lebih akurat. Pertanian, perikanan, dan sektor agrikultur lainnya merupakan salah satu sektor yang bisa bertransformasi menjadi lebih baik mengandalkan teknologi IoT.

Sementara itu jika berbicara tentang machine learning, sektor yang paling banyak diuntungkan adalah perbankan dan fintech. Mulai dari melakukan credit scoring hingga risk analytics, semua bisa lebih mudah dilakukan dengan menerapkan machine learning.

Dulu sebelum teknologi ini hadir, proses credit scoring masih dilakukan secara manual. Kini, dengan menerapkan proses scrawling di media sosial hingga eksistensi pengguna secara online, proses tersebut sudah bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Machine learning juga bisa membantu perbankan, instansi keuangan hingga fintech untuk meminimalisir fraud.

Yang terakhir yaitu AI, paling banyak dimanfaatkan startup dan perusahaan teknologi. Salah satu fitur yang menjadi favorit adalah chatbot. Bukan hanya layanan e-commerce saja yang banyak memanfaatkan chatbot, namun juga jasa, keuangan dan lainnya. Teknologi AI juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan permainan VR dan AR, dibantu dengan Natural Language Processing (NLP).

“Pada akhirnya semua teknologi tersebut bisa diterapkan oleh semua industri, tentunya dengan pendekatan dan kebutuhan yang berbeda. Microsoft sendiri sebagai perusahaan yang sudah besar, masih memanfaatkan teknologi-teknologi tersebut untuk menghasilkan performance yang lebih baik, mengurangi biaya dan otomasi,” kata Marsya.

Telkomsel Siapkan Solusi IoT Intank, Permudah Cek Stok Bahan Bakar

Telkomsel menyiapkan solusi industrial berbasis IoT teranyar untuk permudah cek stok bahan bakar dinamai Intank (Intelligent Tank Monitoring System). Solusi ini masih dalam tahap uji coba dalam waktu dekat akan segera dirilis secara komersial.

Secara prinsip, InTank adalah monitoring tool untuk memantau kondisi terkini tangki bahan bakar atau aset likuid lainnya yang sudah terhubung dengan sistem cloud. Seluruh laporan, baik secara per jam, mingguan, atau bulanan dapat diakses lewat dashboard dan aplikasi.

Selama ini, dalam menjaga stok aset likuid perusahaan harus melakukan pengecekan secara manual. Hal ini tentunya memakan ongkos yang besar, belum lagi masih ada potensi kehilangan aset yang tidak terpantau, apalagi bahan bakar memiliki nilai tinggi.

“Dengan demikian, semua perusahaan yang menggunakan bahan bakar dalam proses bisnisnya akan lebih menjaga produktivitas dan efisiensi asetnya jadi lebih terasa,” ucap Advisor IoT New Business Development Telkomsel Eko Seno Prianto kepada DailySocial.

Intank bekerja di atas tiga komponen. Pertama, dari sisi perangkat sensor ada dua yang sudah ditanamkan kartu SIM Telkomsel dan diletakkan di tangki. Satu sensor untuk mengukur level ketinggian bahan bakar dalam tangki penyimpanan.

Satu sensor lainnya untuk mengukur aliran air suplai dan return dari yang keluar dari tangki ke titik penyaluran. Kedua sensor ini saling berkomunikasi dan mengirim hasilnya ke server dengan jaringan Telkomsel.

Kedua, seluruh data yang dihasilkan sensor akan disimpan secara real time ke cloud atau on premise sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan. Terakhir, sistem online dashboard yang disediakan untuk monitoring seluruh data yang bisa diakses secara online dan multi platform.

Tangki yang dapat dipasang sensor pun beragam, dari stationary (dalam) atau bergerak, horizontal, vertikal, timbun, atau above ground dengan spesifikasi ketinggian tangki maksimal 6 meter.

Selain membantu perusahaan melakukan efisiensi, sistem ini dapat memberikan notifikasi secara real time apabila ada kondisi anomali di tangki. Perusahaan pun dapat menghentikan potensi tersebut agar tidak terjadi kerugian yang lebih dalam.

Di samping itu, gambaran mengenai data yang nyata terkait kebutuhan bahan bakar akan terpapar lebih detail sehingga langkah efisiensi akan lebih terasa dampaknya. Disebutkan perusahaan bisa melakukan efisiensi bahan bakar sampai 30% dari solusi Intank untuk biaya operasional.

Eko menyebut solusi ini mulai diinisiasi oleh tim Telkomsel sejak awal tahun ini dan sudah diuji cobakan ke beberapa calon mitra Intank. Namun pada dasarnya perusahaan yang disasar sebagai pengguna adalah perusahaan yang memiliki bisnis proses terkait pengelolaan aset bahan bakar, baik sebagai pembeli, pengguna, maupun distributor.

“Ada tiga calon mitra yang sedang uji coba Intank. Mereka bergerak di industri telekomunikasi, oil and gas (LNG), dan maritim. Sebentar lagi akan official untuk komersialnya.”

Komitmen berikutnya untuk IoT

Telkomsel bisa dikatakan menjadi salah satu perusahaan yang aktif mengeluarkan berbagai inisiatif baru berbasis IoT di Indonesia. Eko menyebut komitmen ini sebenarnya lebih diarahkan untuk solusi yang lebih kepada industri, bukan untuk konsumer.

Strategi ini dilakukan lantaran secara potensial pengguna, untuk industrial IoT lambat laun pasti mengadopsi IoT demi efisiensi. Potensi itu diyakini bakal muncul kurang lebih pada tiga sampai lima tahun mendatang, berdasarkan hasil laporan yang dikutip dari berbagai firma.

Sementara, konsumer IoT memang memiliki pasar tapi segmentasinya cukup niche sehingga dianggap kurang memiliki potensi bisnis buat Telkomsel. Atas keyakinan tersebut, sambung dia, Telkomsel berusaha untuk selalu inovatif dengan menghadirkan solusi IoT yang dibutuhkan industri.

“Mumpung Indonesia pasar [industrial IoT] masih baru jadi momentum buat kita untuk selalu jadi yang pertama [menghadirkan solusi IoT]. Makanya investasi ke IoT mumpung masih awal cukup kencang.”

Kontribusi bisnis IoT terhadap total pendapatan Telkomsel secara keseluruhan yang masih terbatas. Dari laporan keuangan di kuartal I/2018, pendapatan terbesar dari bisnis legacy (suara dan SMS) sebesar Rp11,36 triliun dan digital Rp10,5 triliun. Kontribusi bisnis IoT terhadap bisnis digital disebut kurang dari 10%.

Beberapa produk industrial IoT yang sudah meluncur adalah NB-IoT, Fleet Sight, Control Center. Lainnya adalah Parkirin yang siap diluncurkan kembali. Telkomsel akan bekerja sama dengan pengelola parkir dengan konsep yang berbeda. Produk konsumer IoT yang sudah dihentikan Telkomsel adalah T-Drive dan T-Bike.