Ovo Dikabarkan Telah Akuisisi Platform P2P Lending Taralite

Ovo, salah satu pemain unggulan di sektor pembayaran digital, dikabarkan telah mengakuisisi Taralite, sebuah layanan peer-to-peer lending. Rencananya akuisisi ini akan membantu Ovo menyediakan berbagai produk pembiayaan bagi pembeli dan merchant dalam ekosistem Ovo.

CEO Taralite Abraham Viktor, seperti dikutip dari KrAsia, tetap menjadi CEO perusahaan. Meskipun demikian, ia juga terlibat di dalam operasional Ovo sebagai Head of Strategy & Innovation Lab.

Taralite sendiri merupakan perusahaan teknologi finansial yang berdiri sejak tahun 2015 silam. Solusi yang ditawarkan Taralite fokus pada pemberian pinjaman modal untuk pedagang online/merchant yang tidak dapat difasilitasi bank.

Taralite terakhir kali mendapatkan pendanaan pada tahun 2017 dari SBI Group senilai Rp 84 miliar rupiah. Taralite juga menjalin kerja sama dengan beberapa platform online seperti Tokopedia, Lazada, Doku, Hacktiv8, dan Jurnal.

Awal tahun ini Ovo dan Taralite bekerja sama menghadirkan metode pembayaran Ovo PayLater untuk platform Tokopedia. Menurut sumber kami, akan lebih banyak lagi produk-produk pembiayaan yang akan dihasilkan dari kedua entitas ini.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Suntik Dana 500 Miliar Rupiah ke Bank Yudha Bakti

Bank Yudha Bakti (BBYB), bank Buku I yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mengumumkan perolehan dana secara bertahap sebesar 500 miliar Rupiah dari platform pembiayaan digital Akulaku. Di tahap awal, Akulaku mengambil alih kepemilikan 8,9% saham yang sebelumnya dipegang pemilik mayoritas Gozko Capital senilai 158 miliar Rupiah. Akulaku juga akan menjadi pembeli siaga bagi proses right issue BBYB Mei mendatang.

Dikutip dari Kontan, Direktur Utama BBYB Denny Novisar Mahmuradi mengatakan, “Akulaku ini perusahaan fintech yang memiliki keahlian di teknologi. Kami akan bersinergi dan dengan dukungan teknologi yang mereka punya, kami akan bisa menambah bisnis baru.”

Transformasi digital BBYB diharapkan mendukung usaha perusahaan untuk naik kelas dari Buku I ke Buku II dengan kepemilikan modal inti antara Rp1 triliun hingga kurang dari Rp5 triliun. Selain dengan Akulaku, BBYB juga menggandeng Telkom Group untuk peningkatan infrastruktur.

Akulaku menurut Startup Report 2018 memiliki valuasi lebih dari $500 juta (lebih dari 7 triliun Rupiah) setelah kabar pendanaan Seri D dari Alibaba awal tahun ini. Dukungannya terhadap entitas perbankan bisa membantu perusahaan menjangkau lebih banyak calon konsumen baru, termasuk potensi mengembangkan produk bersama.

Akulaku sendiri baru saja meluncurkan produk peer-to-peer lending terafiliasi dengan nama Asetku.

Application Information Will Show Up Here

P2P Lending Service KreditPro Officially Launched, Targeting Three Thousand Customers from SMEs

A p2p lending service KreditPro (PT Tri Digi Finance Indonesia), affiliated with Digiasia Bios group, introduces its service by offering a lending product called “Faedah Komunitas”. The product is intended for productive lending with community concept to reduce the risk of bad credit.

KreditPro’s Manager of Business Development, Ana Kartika explained, Faedah Komunitas is a capital lending given to business players for SME’s development by making a community involving at least 5 to 10 people.

Each member can apply for loan starts from Rp1 million to Rp10 million. Also, various option for tenor up to 12 months and moderate interest of 15%-40% per year.

Collateral is not required. Disbursement and payment are collected through bank transfer or PayPro, cashless. All kinds of businesses can apply for loan to KreditPro

The company guarantee for three days, after the verification process, fund will be transferred to the approved customer’s account.
“The community was built due to emotional connection and trust among members. In fact, the trust will motivate them to level up in life.”

Community is KreditPro’s strategy to reduce bad credit. On first layer, the company will go through the financial history, in case of another financial service usage. Next, verify the business risk, whether it’s still running, sustainable, and so on.

“Last, doing a background check based on its surrounding. It is to make sure the loans given are in good quality.”

There is Area Coordinator team to control all communities in each city. Their other job is to create gathering every month, merely to motivate and provide solutions of all the community complaints.

Hence, KreditPro is currently available in 13 cities around West and East Java. Those are Tangerang, Bandung, Majalengka, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Semarang, Yogyakarta, Cilacap, and Banyumas.

Since first launching in October 2018, there’s now 117 groups of Faedah Komunitas created with 900 members consist of SME players and farmers.

KreditPro’s Chief of P2P Lending, Jun Jiao Yeap added, KreditPro is currently not open for individual lenders. He didn’t mention the detail for its opening. Meanwhile, funding source comes from institutional lenders.

KreditPro business plan

Kartika added, the team will keep expanding gradually throughout West and East Java. Until the late 2019, they targeting to be available in 45 cities with customers exceeding 3 thousand.

East Java will be approached by next year. He admitted, although the company is not as aggressive as other players, they want to make sure the loan is in good quality in line with company’s vision.

Faedah Komunitas might not represent the KreditPro services as a whole. There’s still unofficial services, such as bill payment and working capital.

In terms of ecosystem, KreditPro is under Digiasia Bios that focuses on financial services. Its other companies are KasPro, PayPro, BankPro, PoinPro, and RemitPro. All these companies have license and registered either in Bank Indonesia and OJK.

The inter-companies will create an ecosystem that connecting and supporting each other. One example is KasPro, later, there will be Bayar Nanti feature in KasPro app which technology is fully supported by KreditPro.

“The proposition we offered to the market is a whole financial ecosystem. Inter-products in our holding will be completing each other. We won’t burn money like any other players,” KreditPro’s CEO, Adeleheid Helena Bokau said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Layanan P2P Lending KreditPro Resmikan Kehadiran, Targetkan Tiga Ribu Nasabah dari Kalangan UKM

Layanan p2p lending KreditPro (PT Tri Digi Finance Indonesia), yang masih terafiliasi dengan grup Digiasia Bios, meresmikan kehadiran dengan menawarkan produk pinjaman “Faedah Komunitas.” Produk ini diarahkan untuk pinjaman produktif dengan konsep komunitas buat mengurangi risiko kredit macet.

Manager of Business Development KreditPro Ana Kartika menjelaskan Faedah Komunitas adalah pinjaman modal yang diberikan kepada pelaku usaha untuk pengembangan UKM dengan cara membentuk komunitas yang beranggotakan minimal 5 sampai 10 orang.

Setiap orang dalam komunitas dapat mengajukan pinjaman mulai dari Rp1 juta sampai Rp10 juta. Adapun tenor yang ditawarkan maksimal 12 bulan dan bunga moderat antara 15%-40% per tahun.

Mereka pun tidak perlu memberikan jaminan. Pencairan dan pembayaran tidak dilakukan dengan uang tunai, sepenuhnya lewat bank transfer, atau lewat PayPro. Semua jenis usaha bisa mengajukan pinjaman ke KreditPro.

Perusahaan menjamin dalam kurun tiga hari, setelah proses verifikasi selesai, dana akan dikirim ke rekening nasabah apabila disetujui permohonannya.

“Komunitas yang dibangun itu terbentuk karena ada hubungan emosional dan percaya antar tiap anggotanya. Yang mana, trust tersebut dapat memotivasi mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya.”

Komunitas ini merupakan strategi KreditPro dalam mengurangi risiko kredit macet. Dalam lapis pertamanya, perusahaan memeriksa dari histori keuangan apabila pernah memanfaatkan layanan finansial. Kemudian, memeriksa risiko usaha mereka apakah benar usahanya masih berjalan, stabil, dan sebagainya.

“Terakhir, melihat background check berdasarkan lingkungan sekitarnya. Hal ini untuk memastikan pinjaman yang kami berikan itu benar-benar berkualitas.”

Ada tim Area Coordinator yang akan mengawasi setiap komunitas di tiap kota. Tugas mereka yang lain adalah mengajak kumpul setiap bulannya, sekadar memberikan motivasi dan mencarikan solusi dari semua keluhan-keluhan mereka.

Adapun saat ini KreditPro baru melayani 13 kota yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Timur. Kota tersebut diantaranya Tangerang, Bandung, Majalengka, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Semarang, Yogyakarta, Cilacap, dan Banyumas.

Sejak diluncurkan pada Oktober 2018, kini ada 117 kelompok Faedah Komunitas yang telah terbentuk dengan anggota 900 orang yang terdiri dari pelaku UKM dan petani.

Chief of P2P Lending KreditPro Jun Jiao Yeap menambahkan untuk sementara KreditPro belum membuka pendaftaran untuk lender individu. Dia tidak mendetilkan lebih dalam kapan rencana tersebut akan dibuka. Untuk sementara, pemberi dana baru berasal dari kalangan institusi.

Rencana KreditPro

Ana melanjutkan, secara bertahap pihaknya akan terus ekspansi ke seluruh bagian kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Diharapkan sampai akhir tahun ini KreditPro dapat hadir di 45 kota. Jumlah nasabahnya ditargetkan dapat tembus ke angka 3 ribu orang sampai akhir 2019.

Untuk Jawa Timur akan segera disambangi pada tahun depan. Dia mengakui meski gerak perusahaan tidak seagresif pemain lainnya, pihaknya ingin memastikan bahwa pinjaman yang disalurkan itu benar-benar berkualitas sesuai dengan visi perusahaan.

Faedah Komunitas ini sebenarnya belum mewakili layanan KreditPro secara keseluruhan. Masih ada layanan pembiayaan tagihan dan working capital yang belum resmi dirilis.

Secara ekosistem, KreditPro berdiri di bawah induk usaha Digiasia Bios yang fokus ke layanan finansial. Perusahaan lainnya, selain KreditPro adalah KasPro, PayPro, BankPro, PoinPro dan RemitPro. Diklaim seluruh perusahaan ini sudah memiliki izin dan terdaftar baik itu di Bank Indonesia maupun OJK.

Antar perusahaan ini akan membentuk suatu ekosistem yang saling terhubung dan menyokong satu sama lain. Salah satu contohnya adalah KasPro, ke depannya di dalam aplikasi KasPro akan menyediakan fitur Bayar Nanti yang teknologinya didukung penuh KreditPro.

Proposition yang kami tawarkan kepada pasar adalah ekosistem finansial yang menyeluruh. Antar produk yang dihadirkan dalam holding kami akan saling menglengkapi satu sama lain. Kami tidak akan ambil strategi bakar uang seperti pemain lain,” pungkas CEO KreditPro Adeleheid Helena Bokau.

ACC Rilis Aplikasi Integrator Layanan Pembiayaan “Acc One”

Astra Credit Companies (ACC), perusahaan pembiayaan khusus mobil dari Astra, merilis aplikasi Acc One sebagai integrator seluruh layanan pembiayaan digital yang sudah diluncurkan perusahaan. Hal ini sekaligus upaya memperkuat penetrasi bisnis ACC dalam melayani pelanggan yang sudah didominasi generasi milenial.

Peluncuran aplikasi ini juga menandakan berlanjutnya ACC ke dalam fase ketiga terkait transformasi digital. Fase pertama dan kedua lebih diarahkan untuk menunjang kelancaran internal bisnis. Awal fase ketiga dimulai dari kehadiran aplikasi mobile di 2016, namun sifatnya masih per layanan saja.

“Acc One merupakan integrator dari seluruh kapabilitas bisnis dan inisiatif digital ACC yang akan memberikan kemudahan bagi pelanggan dan masyarakat pada umumnya dalam memperoleh layanan pembiayaan,” ucap CEO ACC Siswadi Swy, Jumat (8/2).

Sebelum Acc One hadir, Acc Yes meluncur untuk permudah pengajuan aplikasi kredit secara online. Siswadi menyebut aplikasi ini telah memproses sekitar 12.500 aplikasi dengan nilai pembiayaan Rp1,5 triliun hingga kini. Layanan digital lainnya yakni BidMart (marketplace balai lelang) telah menjual mobil sebanyak 630 unit senilai Rp67,7 miliar.

“Acc One merangkum hampir semua layanan kami dalam satu aplikasi. Kami berkomitmen untuk terus menerus melengkapi fiturnya dan akan dikembangkan sebagai andalan untuk melayani konsumen dengan lebih baik.”

Direktur Komersial, TI, dan Bisnis Digital ACC Handoko Liem menambahkan, perusahaan mengucurkan dana investasi sekitar Rp10 miliar untuk menghadirkan Acc One beserta produk turunannya.

Kendati bakal perkencang ranah online, perusahaan memastikan tidak melakukan pengurangan SDM dan kantor cabang. Justru mereka berencana terus menambah anggota tim lantaran kebutuhan di bagian back end untuk memproses seluruh pengajuan kredit.

Fitur Acc One

Handoko menjelaskan aplikasi ini dilengkapi dengan fitur andalan Cari Mobil, Cari Dana, dan Layanan Pelanggan. Untuk fitur Cari Mobil, pengguna dapat memiliki mobil impian melalui Acc Mart (marketplace penjualan mobil) yang didukung oleh Acc Trade (diler mobil bekas).

Selain itu, pengguna yang ingin memiliki kendaraan secara mengangsur dapat memanfaatkan Acc Rent. Pelanggan bisa memilih paket kredit dan kalkulator kredit yang memudahkan pengguna mendapatkan layanan pembiayaan dari ACC dalam fitur ini.

Fitur berikutnya adalah Cari Dana. Pelanggan bisa memperoleh dana melalui penjualan kendaraan yang dimiliki dengan metode trade-in atau pengajuan pembiayaan multiguna.

Terakhir, fitur Layanan Pelanggan yang dilengkapi chatbot bernama Yuna untuk membantu menginformasikan seluruh produk ACC kepada pelanggan. Dalam fitur ini, pelanggan dapat terinformasi dengan jelas terkait pembayaran angsuran, jadwal pembayaran, dan tracking pengajuan aplikasi juga bisa ditemukan.

Diharapkan kehadiran Acc One ini dapat jadi penyokong teralisasinya target pembiayaan yang sudah dipatok perusahaan. Pada tahun ini ACC berambisi penyaluran pembiayaan tembus Rp27 triliun atau tumbuh 7%-10% dari 2018. Laba diharapkan tumbuh 5% menjadi Rp1,3 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Sets Financial Distribution to Reach 39.2 Trillion Rupiah This Year

Akulaku, a startup engaged in financing sector, is targeting Rp39.2 trillion disbursement in this year, or increased by 300% from last year. There will be city expansion, new feature launching, and the improvement for some old features.

An ambitious target set aiming to repeat the previous success of Rp9.8 trillion with an average of 1.8 million transaction per month. Akulaku claims the achievement was also increased by 300% in 2017.

“2018 is a great year for us. All innovations and development which was done, ongoing, and to-do list are our commitment to support government’s program for financial inclusion,” Akulaku Indonesia’s Director of Corporate Affairs and Public Relations, Anggie Setia Ariningsih, Wed (1/30).

In addition, the company also targeting up to 30 million active users, which previously was only 10 million. Anggie said, Akulaku users are scattered across Java, Medan, Palembang, and Padang.

In demographic, their age ranging from 21 to 45 years old having job as employees and housewives. The most purchased products are gadget and electronics, household appliances, baby & kids, fashion, and virtual service.

Later, Akulaku will available in more than 10 cities, including Sumatera and Kalimantan. They start seeing potential in East Indonesia with over 15 million downloads and 120 thousand merchants.

“The challenge in East area is to know the demographic, habit and many more. It’ll take times for research, but we keep heading there.”

Regarding Series D investment rumor from Ant Financial, Anggie avoids to make any comment. She only mentioned that Akulaku has enough investors for business in this year or the following year.

She added, 98% of risk assessment in Akulaku was made by machine learning with various risk module to implement risk analysis and anti fraud. The system is to avoid and minimize human error, internal fraud, and other failure in the conventional company.

This way, the company claims to capable of reducing bad credit. Akulaku, although didn’t specifically said, claims to have bad credit below 5% based on OJK’s provisions.

“Since the very beginning, we’ve been watching out the front and back side, in case the fraud can be detected earlier. If the due date has over, we’ll keep collecting as per Association and OJK’s regulation.”

In terms of products, Akulaku has four business lines. First, Sell on Akulaku, an in-app marketplace for transaction via official stores or merchants. When users are interested in buying products, it’ll be facilitated by Akulaku credit.

Second, Akulaku Pay for integrated payment system in e-commerce platform partnered with Akulaku. Third, Akulaku Lending for cash loan service to customers (both consumers or merchants) provided by Asetku, Akulaku’s subsidiary.

The latest is Akulaku Offline as a payment facility at offline merchants with barcode scanning.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Targetkan Penyaluran Pembiayaan Tembus 39,2 Triliun Rupiah Tahun Ini

Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, menargetkan penyaluran pinjaman sebesar Rp39,2 triliun pada tahun ini atau naik 300% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini bakal dilakukan dengan ekspansi kota, peluncuran fitur baru, serta penyempurnaan fitur yang sudah ada sebelumnya.

Target yang cukup ambisius ini dipasang lantaran ingin mengulang kesuksesan pada tahun sebelumnya sebesar Rp9,8 triliun dengan rata-rata 1,8 juta transaksi terjadi setiap bulannya. Akulaku mengklaim pencapaian di tahun lalu itu juga naik 300% di tahun 2017.

“Tahun 2018 merupakan tahun yang baik bagi kami. Semua gebrakan dan pengembangan yang telah, sedang, dan akan kami lakukan ini adalah bentuk komitmen dalam mendukung program pemerintah dalam mewujudkan inklusi keuangan,” terang Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih, Rabu (30/1).

Tak hanya itu, perusahaan juga menargetkan jumlah pengguna aktif sampai 30 juta orang, dari sebelumnya 10 juta orang. Pengguna Akulaku, menurut Anggie, tersebar di seluruh Jawa, Medan, Palembang, dan Padang.

Secara demografi, mereka mayoritas berumur antara 21-45 tahun yang berprofesi sebagai karyawan dan ibu rumah tangga. Kategori produk yang paling banyak dibeli pengguna adalah gadget dan elektronik, peralatan rumah tangga, baby & kids, fesyen, dan layanan virtual.

Nantinya Akulaku bakal hadir di lebih dari 10 kota dengan melengkapi kehadiran di Sumatera dan Kalimantan. Perusahaan juga mulai melirik potensi di Indonesia bagian Timur. Aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 15 juta kali dan memiliki 120 ribu merchant.

“Tantangan saat mau ke wilayah Timur itu harus kenal demografi masyarakat di sana, bagaimana kebiasaan dan sebagainya. Riset seperti ini butuh waktu sedikit lebih lama, namun kami terus berupaya untuk terus ke arah timur Indonesia.”

Terkait rumor investasi seri D yang diikuti Ant Financial, Anggie menolak untuk berkomentar lebih jauh. Dia hanya memberi pernyataan bahwa Akulaku memiliki cukup investor untuk dukung bisnisnya pada tahun ini maupun tahun depan.

Anggie menyebut 98% risk assessment di Akulaku dilakukan oleh machine learning dan berbagai risk module untuk melaksanakan risk analysis dan anti fraud. Sistem ini bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir kesalahan manual, internal fraud, dan kesalahan lain yang kerap terjadi di perusahaan konvensional.

Diklaim dengan cara ini perusahaan dapat menekan laju kredit macet. Meski menolak menyebut secara spesifik, Akulaku mengklaim kredit macet tetap berada di bawah 5%, sesuai dengan ketentuan OJK.

“Sedari awal kami sudah jaga dari sisi depan dan belakangnya, sehingga untuk tindakan fraud bisa di deteksi dari awal. Kalaupun benar sampai menunggak kami tetap proses penagihan sesuai apa yang diatur OJK dan asosiasi.”

Secara produk, Akulaku memiliki empat lini usaha. Pertama, Sell on Akulaku, sebuah marketplace di dalam aplikasi yang bisa digunakan untuk transaksi di merchant dan toko resmi. Ketika pengguna tertarik untuk membeli produk tersebut dapat difasilitasi dengan layanan kredit dari Akulaku.

Kedua, Akulaku Pay untuk sistem pembayaran terintegrasi di platform e-commerce yang sudah bermitra dengan Akulaku. Berikutnya, Akulaku Lending untuk layanan pinjaman tunai kepada pengguna (baik konsumen maupun merchant) yang disediakan Asetku, anak perusahaan Akulaku.

Yang terbaru adalah Akulaku Offline sebagai fasilitas pembayaran di merchant offline dengan pemindaian barcode.

Application Information Will Show Up Here

Memahami Kesiapan Investor Masuki Industri Fintech

Fintech merupakan salah satu contoh primadona dibandingkan industri lainnya karena terus bertransformasi. Fintech tidak melulu berbicara soal sistem pembayaran dan lending, tapi ada juga vertikal bisnis lainnya seperti insurtech, remitansi, regtech, blockchain, kripto, data analytics, dan lain sebagainya.

Besarnya peluang di industri fintech perlu dibarengi kesiapan investor, termasuk VC, untuk mempelajari pergerakan trennya. Terlebih investor harus memiliki pola pikir ke depan dibandingkan yang lainnya. Wawancara singkat DailySocial dengan Principal Cento Ventures Mark Suckling memberikan sejumlah pandangannya tentang isu ini.

Cento Ventures adalah VC yang berbasis di Singapura sejak 2011, memfokuskan diri pada investasi seri A untuk berbagai industri di negara berkembang. Di Indonesia beberapa portofolionya adalah Kalibrr, Jirnexu, Migme, Ctrl/Shift, CodaPay, dan 2C2P.

Perkembangan industri fintech

Suckling menjabarkan, seiring matangnya perusahaan teknologi di ASEAN, semakin banyak solusi yang ditawarkan di tiap sektornya, termasuk fintech. Setidaknya ada 1000 perusahaan yang telah membangun teknologi baru untuk mengatasi masalah di industri fintech selama beberapa tahun belakangan.

Dari hasil riset Cento Ventures untuk fintech, vertikal fintech yang bergerak di pembayaran online dan kredit adalah dua sub fintech yang paling awal didirikan. Dua vertikal tersebut telah menarik sebagian besar anggaran tahunan investasi VC, sekitar US$200 juta.

Vertikal berikutnya yang kini mulai bermunculan adalah asuransi dan investasi, diikuti startup fintech dengan fokus B2B untuk bidang keamanan dan analitik data. Menurut laporan EY ASEAN Fintech Census 2018, jumlah perusahaan fintech di regional ASEAN terbanyak ada di Singapura sebanyak 490 perusahaan.

Kemudian disusul Indonesia dengan total 262 perusahaan, Malaysia (196), Thailand (128), Filipina (115), dan Vietnam (77). Sektor pembayaran mendominasi dengan total 269 perusahaan, lalu investasi (189), insurtech (86), consumer finance (83), dan alternative lending (75).

Menurut Suckling, meski Indonesia masih kalah jauh dari segi jumlah perusahaan dengan Singapura, namun apabila dilihat dari pertumbuhannya lebih drastis dibandingkan negara lainnya. Salah satu faktornya bisa dilihat dari kemajuan yang cepat dalam hal inklusi keuangan yang diukur dari meluasnya akses terhadap layanan keuangan digital.

Kendati akses ini tidak menyiratkan penerimaan berbagai jasa keuangan baik digital maupun tidak, namun jadi pertanda bahwa hambatan industri keuangan tradisional terhadap ekonomi digital akhirnya berkurang.

“Ini menjadi keputusan buat pemain fintech untuk merancang produk keuangan digital yang menarik dan relevan bagi orang Indonesia, apakah mereka pengguna baru layanan keuangan digital ataupun tidak,” terangnya.

Peluang baru

Platform digital merupakan tools terbaik untuk berinovasi layanan keuangan. Terlebih, ada nilai tambah yang ditawarkan yakni memberikan cara baru bagi orang untuk bertukar nilai, menawarkan pengalaman yang lebih baik, ada kepercayaan baru, dan menangkap volume data yang besar.

Salah satu contoh terdekat yang bisa dirasakan adalah layanan keuangan yang dihadirkan Gojek dan Grab. Keduanya sudah menawarkan layanan keuangan buat para penggunanya baik dari sistem pembayarannya, pinjaman online, dan asuransi, entah berbentuk kerja sama dengan mitra atau membentuk sendiri.

Di luar itu, sambung Suckling, masih banyak peluang lainnya yang bermunculan untuk melayani sektor industri utama yang belum tersentuh secara langsung oleh internet. Juga menawarkan layanan keuangan yang terkait dengan industri tersebut.

“Contoh lainnya, platform perangkat lunak yang bisa diadopsi secara luas oleh ritel demi menciptakan peluang untuk distribusi lending atau asuransi, mungkin tidak dianggap fintech namun sebagai sisi enabler-nya.”

Kesiapan investor

Semakin terdiversifikasinya aktivitas fintech ini menunjukkan waktu yang tepat untuk menambah modal, selain yang tersedia dari VC yang ada. Investor pun butuh tim yang bertugas untuk memonitor seluruh tren tersebut. Caranya dengan membuat tim khusus untuk tiap sektor niche dengan tahapan nilai investasi yang beragam.

Suckling mencontohkan Start Today Ventures adalah sebuah contoh fund yang sengaja dibuat dan didedikasikan khusus untuk industri fesyen. Dalam fund ini, tim dapat mendalami lebih jauh proses manufaktur dan distribusi industri fesyen digital. Kemudian melakukan investasi untuk seluruh rantai proses di dalamnya.

“Kami percaya bahwa pada waktunya yang tepat pendekatan ini akan terjadi di sektor fintech yang dengan cepat telah berubah jadi industri yang kompleks.”

Dari tiga portofolio perusahaan fintech di Cento, ketiganya disebutkan telah memberikan masukan yang menarik tentang bagaimana setiap aspek yang berbeda di layanan keuangan digital bekerja dan bisa memberikan pembelajaran yang bagus untuk diterapkan kepada startup fintech generasi baru.

Sebuah tim yang berdedikasi dapat berkonsentrasi pada pemahaman peluang yang muncul, serta memberikan founder dukungan yang sangat relevan. Entah itu mengidentifikasi talenta yang tepat, terhubung dengan mitra, atau menarik lebih banyak investasi saat perusahaan mereka tumbuh.

Hasil survei terhadap lebih dari 125 investor di ASEAN menyebut secara rerata ada enam vertikal dari total 14 vertikal fintech yang telah difokuskan dengan membentuk tim khusus. Keenam vertikal tersebut adalah analitik data, blockchain, financing, payment solutions, regtech, dan insurtech.

Hal ini memperlihatkan tumbuhnya vertikal industri fintech perlu didukung pemahaman investor yang mendalam agar tidak selalu terpaku dengan definisi tradisional.

Rencana berikutnya di Indonesia

Tahun 2019 akan menjadi kelanjutan perusahaan untuk terus berinvestasi di ASEAN, seperti yang sudah dilakukan selama delapan tahun terakhir. Suckling enggan menjelaskan sektor apa yang menjadi incaran Cento, namun pihaknya memastikan akan tetap berhati memilih startup, mendukung visi misi founder, dan meniru kesuksesan dari portofolio perusahaan.

“Pendekatan industri demi industri akan kami jalankan dengan hati-hati, memastikan kami mengembangkan keterampilan dan wawasan yang dibutuhkan untuk membuat pemenang di kategori baru, seperti fintech dan sektor lainnya.”

Suckling juga menuturkan saat ini pihaknya sedang dalam proses pengumpulan fund terbaru dari investor yang sudah ada dan mitra strategis baru. Fund tersebut memungkinkan Cento untuk meningkatkan fokus di industri fintech. Saat ini Cento masih aktif mengelola fund dengan total US$60 juta.

Modalku Supports Tokopedia’s Balance Priority Feature

Modalku partners with Tokopedia to support the Balance Priority feature. A feature to smoothen the cashflow by allowing users to withdraw 80% of funds ahead of a transaction. Modalku plays a role as a money lender. The process is made as simple as possible, fast, and no collateral.

The strategic partnership of both is to unite vision in order to support financial inclusion in Indonesia. Tokopedia as a marketplace service provider plays a role to create an opportunity for anyone to build their own business, while Modalku will help to expand access to capital without collateral for those haven’t been served by the existing system.

“In delivering new innovation and feature, Tokopedia always focused on answering user’s problems. The rise of Balance Priority makes it easy for merchants to run their business smoothly without any issue with cash flow. It goes along with our focus to boost financial inclusion for Indonesian people and with our mission to reach digital economic equity,” Samuel Sentana, Tokopedia‘s Head of Financial Technology, said.

Modalku, as the capital provider for Balance Priority feature, expects this feature to create smoother cash flow instead of being an obstruction for the current business.

“Indonesian SMEs provide a great contribution to the country’s economy. However, when the discussion of SMEs started, it can’t be separated from business people and online merchants. Even though their business isn’t large individually, but they are part of the sectors resulting in rapid growth in Indonesian digital economy. The online merchants also need capital for business. Modalku with Tokopedia expect the Balance Priority can answer the user demand for financial needs,” Reynold Wijaya, Modalku‘s Co-Founder and CEO, explained.

A partnership between Modalku and Tokopedia for the Balance Priority can be considered as a new breakthrough in the marketplace e-commerce segment. Aside from seller benefits in terms of the capital partnership, it also marks the mutual collaboration, and there will be more cross-segment collaboration coming up next year.

“The online merchant needs funding for business development. Modalku, with Tokopedia, expects the Balance Priority can be the answer to their financial needs,” Wijaya said.

Modalku, as a peer-to-peer lending service provider, has successfully distributed more than Rp3.5 trillion for SMEs in Southeast Asia since its establishment. The Rp2 trillion was given to Indonesian SMEs.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Modalku Dukung Fitur Saldo Prioritas Tokopedia

Modalku dan Tokopedia menjalin kerja sama untuk mendukung fitur Saldo Prioritas. Sebuah fitur yang dikembangkan untuk memperlancar arus kas penjual dengan cara memungkinkan pengguna menarik 80% dana lebih dulu dari sebuah transaksi. Modalku mengambil peran sebagai pemberi pinjaman. Proses Saldo Prioritas dibuat sesederhana mungkin, cepat, dan didesain tanpa agunan.

Kerja sama strategis yang dilakukan keduanya merupakan penyatuan visi untuk mendukung inklusi keuangan di Indonesia. Tokopedia sebagai penyedia layanan marketplace berperan membuka peluang bagi siapa pun untuk memiliki bisnis dan merintis usaha sendiri, sedangkan Modalku berperan untuk memperluas akses pinjaman modal usaha tanpa agunan bagi mereka yang selama ini kebutuhan pembiayaannya belum terlayani sistem yang ada.

“Dalam menghadirkan inovasi dan fitur baru, Tokopedia selalu fokus untuk menjawab masalah yang dihadapi pengguna. Keberadaan Saldo Prioritas memudahkan merchant untuk menjalankan bisnis mereka dengan lancar tanpa adanya hambaatan dalam putaran arus kas. Ini sesuai dengan fokus kami untuk mendorong inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia dan juga dengan misi kami untuk mencapai pemerataan ekonomi secara digital,” terang Head of Financial Technology Tokopedia Samuel Sentana.

Sementara itu pihak Modalku yang menjadi mitra penyedia modal di fitur Saldo Prioritas berharap, dengan adanya fitur Saldo Prioritas arus kas merchant menjadi lancar dan tidak menghambat bisnis yang sedang dijalankan.

“UMKM Indonesia menyumbang kontribusi yang luar biasa bagi perekonomian negara. Namun saat diskusi soal UMKM, pembicaraan tidak boleh lepas dari pebisnis dan merchant online. Walaupun secara individu bisnis mereka tidak besar, tetapi mereka adalah bagian dari sektor yang menyebabkan ekonomi digital di Indonesia tumbuh pesat seperti ini. Para merchant online ini juga membutuhkan dana usaha untuk perkembangan bisnis. Tim Modalku bersama dengan Tokopedia berharap bahwa Saldo Prioritas dapat menjadi jawaban bagi kebutuhan pembiayaan mereka,” jelas Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya.

Kerja sama Modalku dan Tokopedia untuk Saldo Prioritas adalah terobosan yang bisa terbilang baru untuk segmen marketplace e-commerce. Selain menguntungkan penjual dalam hal pemodalam kerja sama ini juga menandai kolaborasi yang sama-sama menguntungkan, dan tahun depan bukan tidak mungkin akan lebih banyak lagi kolaborasi lintas segmen yang bisa saling menguntungkan.

“Para merchant online ini juga membutuhkan dana usaha untuk perkembangan bisnis. Tim Modalku bersama dengan Tokopedia berharap bahwa Saldo Prioritas dapat menjadi jawaban bagi kebutuhan pembiayaan mereka,” imbuh Reynold.

Modalku sendiri sebagai penyedia layanan peer-to-peer lending sudah berhasil menyalurkan lebih dari Rp3,5 triliun untuk UKM di Asia Tenggara sejak pertama kali didirikan. Rp2 triliun di antaranya disalurkan untuk UKM Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here