Ragam Solusi Digital untuk UMKM

Digitalisasi bisnis UMKM belakangan semakin gencar agar mereka punya daya saing di tengah tantangan ekonomi akibat pandemi. Kue bisnis yang begitu besarnya ini dimanfaatkan startup untuk menyajikan berbagai solusi digital di seluruh aspek, baik itu fintech, supply chain, logistik, e-commerce, pemasaran, dan lain-lain.

Agar mendapat gambaran yang lebih rinci, DailySocial menjabarkan para pemain di tiap segmennya. Berikut rangkumannya:

Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial
Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial

A. Go Digital

1. E-commerce enabler: omnichannel, commerce site builder

Kehadiran suatu brand di platform online, saat ini menjadi suatu kewajiban agar semakin dikenal banyak orang. Para pemain e-commerce enabler ini biasanya menyajikan berbagai solusi sesuai tahapan bisnisnya untuk permudah proses migrasi secara menyeluruh, mulai jasa pembuatan toko online dan sinkronisasi penjualan ke berbagai marketplace dan situs toko online dalam satu dashboard.

Semakin besar skala bisnis suatu usaha, maka semakin kompleks solusi e-commerce yang dibutuhkan. Misalnya, saat ingin menerapkan strategi omnichannel atau butuh sistem rantai pasok untuk bantu proses logistik, dibutuhkan pakar dan solusi yang tepat. Sejumlah pemainnya adalah:

  • Omnichannel:
    – Sirclo
    – Jet Commerce
    – PowerCommerce
    – iSeller
  • Commerce site builder:
    – Sirclo
    – aCommerce
    – ForStok
    – Egogo Hub
    – Intrepid

2. On demand services: online delivery, online order

Jasa on demand ini umumnya didominasi oleh sektor kuliner yang didukung penuh oleh GrabFood dan GoFood. Dengan menggabungkan kekuatan armada pengemudi dan jumlah pemain kuliner, bisnis jasa pengantaran makanan ini semakin menggurita di Indonesia.

Selain menawarkan kemudahan akses dan pengantaran, lebih dari itu ada banyak solusi digital yang dibutuhkan para UMKM, seperti solusi pemasaran, pembayaran, inventaris, pencatatan keuangan, dan lain sebagainya. Solusi-solusi tersebut kami bagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:

  • Online delivery:
    – GoBiz
    – GrabMerchant
  • Online order:
    – DigiResto
    – Mangan.id

3. Online marketplace: B2B, B2C, kemitraan

Kehadiran platform e-commerce begitu terasa dampaknya karena mempermudah UMKM untuk menjangkau banyak pengguna di luar jangkauannya. Dengan kelengkapan ekosistem yang sudah disiapkan para pemain e-commerce, diharapkan semakin banyak UMKM memanfaatkan kesempatan tersebut untuk perlebar bisnis. Berikut para pemainnya:

  • B2B:
    – Ralali
    – Bhinneka
  • B2C:
    – Shopee
    – Tokopedia
    – Bukalapak
  • Kemitraan:
    – Mitra Tokopedia
    – Mitra Bukalapak
    – Mitra Shopee
    – Blibli Mitra
    – GrabKios

4. Social commerce

Di tengah upaya para pemain e-commerce untuk mendorong lebih banyak UMKM masuk ke platform-nya, menariknya UMKM masih tertarik untuk berjualan lewat platform media sosial seperti Instagram dan Facebook. Lantaran aplikasi ini dianggap lebih personal karena bisa langsung berinteraksi dengan konsumen.

Antusiasme UMKM untuk terjun ke media sosial tidak serta merta surut, melainkan sebaliknya. Kue bisnis yang besar ini akhirnya dicoba dimanfaatkan oleh para pemain social commerce dengan menawarkan kemudahan penjualan lewat aplikasi pesan singkat dan media sosial. Para pemainnya juga cukup beragam:

– Woobiz
– Storie
– Chilibeli
– RateS
– Super
– Desty
– Halosis
– Qios by Kata.ai
– GoStore by Gojek
– Kitabeli
– Evermos

B. Finansial

1. Pinjaman: modal kerja, rantai pasok
Agar UMKM dapat terus berkembang, mereka membutuhkan pinjaman modal dari lembaga keuangan konvensional. Akan tetapi, karena bisnis mereka unbankable terjadi kesulitan dalam mengakses pinjaman. Isu tersebut dicoba diselesaikan oleh pemain fintech lending, tidak sekadar memberikan modal kerja, bentuk lainnya yang diberikan adalah pinjaman supply chain. Para pemain tersebut diantaranya:

  • Modal kerja:
    – Amartha
    – Modalku
    – Investree
    – KoinWorks
    – Akseleran
    – Modal Rakyat
    – Danamas, dan lain-lain di segmen produktif
  • Rantai pasok:
    – AwanTunai
    – Crowdo
  • Crowdfunding:
    – Santara
    – Bizhare
    – CrowdDana
    – LandX

2. Pembayaran: uang elektronik, payment gateway, POS

Para pemain pembayaran juga turut menaruh perhatiannya terhadap keberlangsungan UMKM agar mereka dapat terhubung dengan berbagai metode pembayaran, menyesuaikan diri dengan kondisi terkini. Kehadiran aplikasi POS juga dianggap sangat membantu UMKM karena aplikasi serba bisa ini tidak hanya berfungsi mencatat keuangan saja. Tak mau kalah pemain di segmen ini juga ada banyak, nama-namanya adalah:

  • Uang elektronik:
    – LinkAja
    – OVO
    – DANA
    – GoPay
    – ShopeePay
  • Payment gateway:
    – Cashlez
    – Midtrans
    – DOKU
    – Xendit
    – iPaymu
    – Finpay
  • POS:
    – Jubelio
    – Majoo
    – Qasir
    – Kasir Pintar
    – YouTap
    – Moka
    – Cashlez
    – Pawoon
    – iSeller
    – Olsera

3. Perpajakan

Meski status usaha masih UMKM, soal perpajakan tidak boleh dianggap sepele. Ada sejumlah pemain di sektor ini yang berusaha untuk mengajak para pemilik usaha untuk taat sebagai wajib pajak sejak dini. Layanan yang disediakan mulai dari proses bayar, lapor, hingga pengelolaan pajak. Beberapa nama pemainnya adalah:

– KlikPajak (Mekari)
– OnlinePajak
– HiPajak
– Pajak.io

4. API Enabler

Ketika bisnis sudah mulai berkembang pesat, tentu solusi digital yang dibutuhkan juga terus mengikuti kebutuhan. Para pemain API enabler hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut, apalagi yang berbau finansial. Mereka menyediakan solusi integrasi dalam satu API, untuk kebutuhan pembayaran, layanan finansial dan perbankan, dengan demikian bisnis dapat memberi nilai tambah kepada konsumennya. Berikut nama-nama pemainnya:

– Ayoconnect
– Finantier
– Brankas
– Brick

C. Pemasaran: email marketing, influencer marketing

Strategi pemasaran juga perlu diperhatikan UMKM agar mereka tetap dapat mengakuisisi konsumen dengan budget yang ada. Sekadar memasarkan lewat platform media sosial atau pesan singkat saja belum tentu cukup. Oleh karena itu, ada pemain di sektor ini yang khusus membantu UMKM memasarkan produknya. Mereka adalah:

  • Email marketing: MTarget
  • Influencer marketing: Allstar

D. Operasional

1. Akuntansi: mikro-kecil, menengah-besar
Alasan terbesar mengapa UMKM unbankable karena pengelolaan keuangan yang buruk, masih menggunakan pencatatan manual, sehingga sulit untuk melihat bagaimana progres bisnis apakah bertumbuh atau justru mencatatkan rugi. Oleh karenanya, keberadaan software khusus jelas sangat dibutuhkan. Berikut daftar pemain startup yang menghadirkan solusi pengelolaan keuangan:

  • Mikro-Kecil:
    – Credibook
    – BukuKas
    – Moodah
    – BukuWarung
    – Akuntansi UKM
    – Akun.biz
    – Lababook
    – Teman Bisnis
    – Akuntansiku
    – Kasvlo
    – Kasir Pintar
    – Majoo
    – KODI
    – Paper.id
  • Menengah-Besar:
    – Jubelio
    – Jurnal (Mekari)
    – Jojonomics
    – Accurate
    – Zahir

2. Pengelolaan SDM: HRIS, employee benefit, field worker management, productivity & collaboration tools

Saat UMKM semakin berkembang, tantangan yang mereka hadapi juga turut bertambah. Salah satu yang sering disoroti adalah pengelolaan SDM, mulai dari penggajian, absensi, pengajuan cuti, reimburse, dan sebagainya. Dibutuhkan kehadiran sebuah software untuk membantunya agar dapat ditangani dengan cepat dan efisien. Berikut beberapa nama startup yang fokus menyediakan pengelolaan SDM:

  • HRIS:
    – Catapa
    – Talenta (Mekari)
    – Jojonomics
    – KaryaOne
    – Gadjian
    – Gaji.id
    – Benemica
    – Synergo
  • Employee benefit:
    – Payuung
  • Field worker management:
    – JARI
    – Lacak.io
  • Productivity & collaboration tools

E. Pengembangan Bisnis: CRM, ERP, loyalitas, Environment Health Safety (EHS)

Agar perusahaan terus bertahan, maka perlu strategi pengembangan bisnis yang tidak hanya berfokus pada ekspansi produk saja, tapi bagaimana perusahaan bisa menjaga hubungan dengan pelanggan. Itu berkaitan dengan CRM. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah solusi ERP ketika bisnis sudah mulai menggurita.

Solusi ERP tidak hanya dibutuhkan oleh level enterprise saja, tapi level UKM sudah sudah mulai populer karena banyak manfaat yang dirasakan. Seperti, melakukan pembelian bahan baku, hubungan dengan perusahaan lain, hingga mengelola job desc pekerja.

Objektif dari CRM dan ERP saling berkaitan bagi pengembangan bisnis perusahaan, tidak hanya itu ada unsur pendukung lainnya yang diseriusi oleh startup. Berikut nama-nama pemain yang fokus ke layanan pengembangan bisnis:

  • CRM:
    – Jala.ai
    – Qontak
    – Majoo
    – Digiresto
    – Smartlink
    – Jojonomics
  • ERP:
    – Runsystem
    – Esensi Solusi Buana (ESB)
    – Genie
  • Loyalitas:
    – TADA
  • Environment Health Safety (EHS):
    – Nimbly

F. Logistik: Manajemen transportasi, pergudangan, warehouse management system (WMS), 3PL agregator, last mile logistics

Keberadaan logistik begitu esensial dalam bisnis UMKM saat go digital karena berkaitan dengan pelayanan kepada konsumen. Terlebih lagi, isu logistik di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Berbagai pemain logistik yang spesialis di bidangnya masing-masing menawarkan solusi untuk UMKM, mereka adalah:

  • Manajemen transportasi:
    – Mile.app
    – Advotics
    – Waresix
    – Kargo
  • Pergudangan:
    – Shipper
    – Crewdible
    – Pakde
    – LODI
  • Warehouse management system (WMS):
    – Jubelio
    – Genie
    – Mile.app
    – Anchanto
    – Advotics
    – Waresix
    – Pakde
  • 3PL agregator:
    – Shipper
    – Paket.id
  • Supply chain:
    – Ula
  • Last mile logistics:
    – Paxel
    – Ninja Express
    – SiCepat
    – Anteraja
    – JNE
    – TIKI
    – Pos Indonesia
    – Wahana

G. Legal

Semakin berkembangnya bisnis dari level UMKM ke tahap lebih lanjut, tentunya memerlukan persiapan legalitas agar menjadi badan hukum. Namun karena bahasa hukum sulit dicerna oleh orang biasa, maka keberadaan startup di bidang ini untuk memberikan pendampingan begitu dibutuhkan. Nama-nama startup yang bermain di segmen ini adalah:

– Legalku
– Lexar
– Izin.co.id
– HukumOnline

H. Perangkat/IOT

UMKM itu tidak hanya bicara mengenai bisnis yang bergerak di jasa atau perdagangan saja, tapi juga ada perikanan, peternakan, dan lainnya yang membutukan solusi digital untuk bantu pengembangan bisnisnya. Umumnya solusi yang dihadirkan untuk sektor ini berbentuk perangkat pintar bertenaga IOT. Alat tersebut punya banyak tugas, salah satunya adalah memberi pakan otomatis demi kesuksesan panen di masa mendatang. Adapun pemain di sektor ini ada:

– eFishery
– Jala.ai


Foto header: Depositphotos.com

Gojek Logistik Perkuat Dukungan ke UMKM dengan Solusi “Hyperlocal On-Demand”

Pandemi telah mengakibatkan banyak konsumen membatasi mobilitas mereka untuk membeli barang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka semakin beralih ke solusi on-demand yang bisa membantu memenuhi kebutuhan tersebut secara instan. Melihat momentum tersebut, industri logistik terus berupaya menciptakan model bisnis hyperlocal on-demand yang tangkas sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi.

Salah satu pemain yang terus mencoba mengeksplorasi pasar ini adalah lini logistik dari Gojek. Dari data yang disampaikan, unit logistik Gojek mencatat angka pertumbuhan sebesar 25% selama periode 2020. Hal ini salah satunya juga ditopang oleh pertumbuhan UMKM yang pesat dan segmen ritel untuk logistik e-commerce.

Fokus pada hyperlocal on-demand

Gojek memulai inisiatif logistik pada tahun 2015 dengan meluncurkan GoSend Instan dan GoBox untuk pengiriman barang besar. Lalu mulai merambah segmen B2B dengan meluncurkan GoKilat sebagai sistem API terintegrasi untuk rekanan e-commerce. Saat ini, perusahaan semakin menguatkan komitmen dalam mendukung UMKM dalam layanan logistik GoSend Intercity bekerja sama dengan Paxel dan GoSend Portal untuk memudahkan pengguna mengirim barang dalam jumlah besar.

Head of Business Logistics Gojek Steven Halim mengungkapkan, “Fokus kami adalah menyediakan solusi komprehensif untuk kebutuhan pengiriman hyperlocal on-demand, dengan mengedepankan pengiriman first dan last-mile melalui GoSend [..] Langkah ini sejalan dengan semangat kolaborasi GoSend sebagai agregator dan penyambung mata rantai logistik dengan para pemain logistik lainnya untuk bersama-sama membangun industri logistik di tanah air.”

Perkuat kolaborasi

Logistik termasuk salah satu industri yang akan selalu memberikan kontribusi positif bagi Indonesia. Berdasarkan keterangan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), selama pandemi, sektor logistik memang mengalami tantangan dengan pembatasan sosial skala besar. Namun mengutip data BPS, pertumbuhan logistik tahun 2020 terkoreksi 16%, dengan sektor logistik e-commerce yang mengalami pertumbuhan sangat pesat dengan mencetak pertumbuhan mencapai 18,1%.

Pihaknya menyampaikan, kunci pertumbuhan sektor logistik ke depannya adalah memperkuat digitalisasi. Saat ini tantangan untuk digitalisasi industri logistik di Indonesia adalah proses yang masih mengandalkan pencatatan manual, data yang tidak terstandardisasi, dan tidak terhubung. Karenanya, kolaborasi menjadi sangat penting dan para pemain logistik perlu saling bahu-membahu dalam mereformasi struktur dan melakukan integrasi. Langkah tersebut dapat membantu meningkatkan kinerja logistik Indonesia, melalui efisiensi dan otomatisasi.

“Harapan kami, digitalisasi logistik tentu dapat menurunkan ongkos yang selama ini cukup tinggi, sehingga dengan harga yang lebih terjangkau dapat semakin memperluas jangkauan,” ungkap Steve kepada DailySocial.

Sebelumnya, Gojek juga telah mengumumkan kolaborasi dengan Garuda Indonesia untuk platform logistik antarkota dan mendirikan joint venture dengan JD.ID bersama layanan logistik J-Express (JX).

Target ke depan

Dengan banyak orang beralih menjadi pelaku UMKM via online serta pesatnya perkembangan sektor e-commerce, maka hal itu juga meningkatkan kontribusi logistik segmen B2C dan C2C. Semakin berkembang industri e-commerce di suatu negara, akan berdampak juga bagi pertumbuhan bisnis logistik di negara tersebut.

Untuk mendukung laju pertumbuhan e-commerce tanah air, pihaknya turut menyampaikan misi mereka untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi dengan penyedia platform demi mengoptimalkan layanan logistiknya. Hingga saat ini, perusahaan telah menjalin kerjasama dengan Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan JD.ID.

Perusahaan juga menyiapkan ragam inovasi baru untuk mendukung layanan pengiriman yang komprehensif, seperti menambah armada logistik (4w) serta memperluas area jangkauan GoBox dan GoSend Sameday di tahun ini.

Di samping itu, GoSend terus memastikan dan meningkatkan kualitas pengiriman yang lebih nyaman dan aman, para pengguna bisa menikmati layanan 24/7, door-to-door, terlindungi oleh asuransi untuk risiko barang rusak/hilang, dan dilengkapi fitur live tracking untuk mengetahui posisi mitra pengemudi yang membawa paket.

“Secara umum, tentunya inovasi-inovasi yang kami luncurkan selalu terarah pada kebutuhan logistik masyarakat. Kemudahan, kecepatan, dan keamanan yang sering kali menjadi tantangan logistik terus kami kembangkan di seluruh layanan kami,” tutup Steven.

Gambar Header: Depostitphotos.com

Application Information Will Show Up Here

SiCepat Logistics Secures 2.4 Trillion Rupiah Series B Funding

Last-mile logistics player, SiCepat secured a Series B funding worth $170 million or 2.44 trillion Rupiah. The number is claimed to be the largest for the Series B stage in Southeast Asia. Investors in this round including Falcon House Partners, Kejora Capital, DEG (German Development Finance Institute), Asia-based insurer, MDI Ventures, Indies Capital, Pavilion Capital (a subsidiary of Temasek Holdings), Tri Hill, and Daiwa Securities. .

In DailySocial observation, SiCepat Ekspres had proceeded transactions of IDR 3.5 trillion during 2020, an increase of 194% compared to 2019 with a total shipment of 180 million packages throughout Indonesia.

Pandemic drives business growth

Increased business growth during the pandemic is the main reason for investor confidence in SiCepat. Sicepat is considered to be one of the few players providing logistics services for a new age economy providing e-commerce and social commerce transactions.

The fresh funds will be used by the company to tighten its position as a leading end-to-end logistics service provider in Indonesia and explore potential expansion into other markets in Southeast Asia.

“We are even better equipped to support and empower millions of SMEs and local businesses not only to survive but to thrive during these difficult times,” SiCepat’s Founder and CEO, Kim Hai said.

The company also plans to invest in infrastructure. SiCepat currently provides Last-mile, Warehousing & Fulfillment, Commerce-Enabling Services, Online Distribution, and Middle-Mile Logistics.

“The Indonesian e-commerce market will reach $32 billion in 2020 with a projected 5-year CAGR of 21% at $82 billion industry by 2025. We believe that SiCepat is ideally positioned to serve customers of the e-commerce giant,” Kejora Capital’s Founding Partner, Sebastian Togelang said.

In the previous interview with DailySocial, SiCepat will also enter into a new business in the food delivery segment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Logistik SiCepat Rampungkan Pendanaan Seri B 2,4 Triliun Rupiah

Pemain logistik last mile, SiCepat merampungkan penggalangan dana Seri B dengan nilai total $170 juta atau 2,44 triliun Rupiah. Pendanaan ini diklaim merupakan jumlah paling besar untuk tahapan Seri B di Asia Tenggara. Investor yang turut berpartisipasi dalam pendanaan ini adalah Falcon House Partners, Kejora Capital, DEG (Lembaga Keuangan Pembangunan Jerman), Penjamin asuransi berbasis di Asia, MDI Ventures, Indies Capital, Pavilion Capital (anak perusahaan Temasek Holdings), Tri Hill, dan Daiwa Securities.

DailySocial mencatat, sepanjang 2020, SiCepat Ekspres telah membukukan transaksi sebesar Rp3,5 triliun atau naik 194% dibandingkan 2019 dengan total pengiriman sebanyak 180 juta paket ke seluruh Indonesia.

Pandemi dorong pertumbuhan bisnis

Meningkatnya pertumbuhan bisnis selama pandemi menjadi alasan utama kepercayaan investor bagi SiCepat. Sicepat dianggap sebagai salah satu dari sedikit pemain yang menyediakan layanan logistik untuk ekonomi zaman baru yang melayani transaksi e-commerce dan perdagangan sosial.

Dana segar ini akan digunakan perusahaan untuk memperkuat posisi mereka sebagai penyedia layanan logistik end-to-end terkemuka di Indonesia dan berpotensi untuk menjajaki ekspansi ke pasar lain di Asia Tenggara.

“Kami bahkan lebih siap untuk mendukung dan memberdayakan jutaan UKM dan bisnis lokal tidak hanya untuk bertahan, tetapi untuk berkembang selama masa-masa sulit ini. ” kata Founder dan CEO SiCepat Kim Hai.

Perusahaan juga memiliki rencana berinvestasi ke infrastruktur. Saat ini SiCepat telah menyediakan layanan Last-mile, Warehousing & Fulfillment, Commerce-Enabling Services, Distribusi Online dan Middle-Mile Logistics.

“Pasar e-commerce Indonesia mencapai $32 miliar pada tahun 2020 dengan proyeksi CAGR 5 tahun sebesar 21% menjadi industri senilai $82 miliar pada tahun 2025. Kami percaya bahwa SiCepat memiliki posisi yang ideal untuk melayani pelanggan dari raksasa e-commerce,” kata Founding Partner Kejora Capital Sebastian Togelang.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial, SiCepat juga akan masuk ke bisnis baru di segmen food delivery.

 

SiCepat Akselerasi Pertumbuhan Bisnis di 2021, Perkuat Ekosistem di Bisnis “Food Delivery”

Di sepanjang 2020, SiCepat Ekspres membukukan transaksi sebesar Rp3,5 triliun atau naik 194% dibandingkan 2019 dengan total pengiriman sebanyak 180 juta paket ke seluruh Indonesia. Startup logistik ini juga mencatat sebanyak lebih dari 1.655 titik cakupan layanan untuk wilayah Jabodetabek-Bandung.

Pada tahun ini, SiCepat akan mengakselerasi pertumbuhannya hampir dua kali lipat dengan total target pengiriman sebesar 336 juta paket dan rencana ekspansi jangkauan layanan yang lebih luas ke seluruh Indonesia. SiCepat juga akan masuk ke bisnis baru di segmen food delivery.

Rencana ekspansi tersebut tampaknya akan diperkuat oleh pendanaan yang baru diperolehnya. Pada Desember 2020, SiCepat dilaporkan telah menerima pendanaan seri B-II sebesar $50 juta atau sekitar Rp712 miliar dari Praus Company, perusahaan berbasis di Hong Kong.

Berdasarkan data Akuntansi dan Otoritas Regulasi Perusahaan yang dikumpulkan VentureCap Insights, sebagaimana diberitakan oleh Tech In Asia, total valuasi SiCepat mencapai $736 juta atau sebesar Rp10,4 triliun. Disebutkan juga, Praus Company membeli 8,3% saham SiCepat sebagai bagian dari investasi.

Bagaimana SiCepat melihat peluang pertumbuhan logistik di 2021? Berikut ini wawancara DailySocial dengan Chief Marketing Officer (CMO) SiCepat Wiwin Dewi Herawati dan Chief Commercial Officer (CCO) Imam Sedayu.

Peta bisnis di 2021

Sebagai salah satu pemain logistik last mile, SiCepat turut menikmati akselerasi yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Mengacu laporan The 2nd Series Industry Roundtable: Logistics Industry Perspective oleh MarkPlus Inc pada Oktober 2020, frekuensi jasa kurir meningkat pesat selama pandemi yang dipicu oleh sejumlah faktor utama, seperti belanja online, harga, dan waktu pengiriman.

Dengan melihat perkembangan situasi saat ini di Indonesia, Imam Sedayu mengaku optimistis industri logistik akan semakin bagus dari tahun sebelumnya. Hal ini didasari oleh sejumlah faktor, mulai dari perbaikan daya beli masyarakat pasca-pandemi, perubahan perilaku pembelian, dan percepatan digitalisasi.

“Hal-hal tersebut akan menciptakan peluang secara vertikal, yakni berbagai jenis layanan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, seperti groceries, food, dan medicine. Dari sisi horizontal, ada peluang pertumbuhan kebutuhan logistik yang tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa, tetapi di luar Jawa,” paparnya.

Untuk mengantisipasi kebutuhan di atas, ujar Imam, SiCepat akan fokus terhadap sejumlah layanan. Pertama, SiCepat akan mengembangkan same day service dan instant food delivery. Untuk same day service, layanan tersebut sudah bisa digunakan pada customer B2B dan e-commerce lewat integrasi API.

Kedua, SiCepat akan memperkuat basis layanan last mile dengan harga terjangkau, seperti Gokil dan Halu. Gokil merupakan layanan pengiriman barang dengan berat minimum 10 kg. Sementara, Halu adalah layanan pengiriman dengan biaya Rp5.000 dan tersedia di e-commerce.

SiCepat juga akan memperluas titik jaringan drop off agar lebih mudah diakses konsumen di seluruh Indonesia. Beberapa waktu lalu, SiCepat telah menggaet PT Logitek Digital Nusantara untuk memperluas jaringan first mile, mid mile, hingga last mile. Saat ini, SiCepat telah tersedia di 1.600 jaringan Alfamart di Jabodetabek Bandung dan lebih dari 1.000 jaringan Fastpay.

Rencananya, perusahaan akan membuka jaringan [drop off] Alfamart ke seluruh Indonesia pada April ini. Pihaknya menargetkan lebih dari 15.000 jaringan bisa terintegrasi lewat strategi ini.

“Kami terus berinovasi dari sisi teknologi dan working process dengan melakukan banyak automation di segala sektor. Pada pelayanan customer, kami sudah mengembangkan layanan order pick up lewat WhatsApp Business SiCepatKlik dan SiCepat Ekspres Apps,” tutur Imam.

Ekspansi ke food delivery

Upaya SiCepat masuk ke segmen food delivery menjadi salah satu rencana yang cukup diantisipasi di tahun ini. Pasalnya, SiCepat mulai bergerak cepat dengan mengakuisisi 51% saham DigiResto lewat pembelian saham atau penandatanganan conditional share subscription agreement (CSSA) di awal 2021.

Sebelumnya, SiCepat masuk terlebih dahulu ke DigiResto lewat kerja sama solusi logistik dan penyedia layanan pengiriman last mile pada Desember 2020. DigiResto merupakan platform food delivery di bawah naungan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang juga anak usaha PT Digital Maxima Kharisma (DMK).

Wiwin mengakui bahwa akuisisi DigiResto merupakan langkah strategis perusahaan untuk mengembangkan lini bisnis food delivery SiCepat. Terlebih, DigiResto dinilai memenuhi kriteria SiCepat secara teknologi, yakni memiliki aplikasi sendiri dan didukung dengan channel WhatsApp Business.

Selain itu, DigiResto juga sudah terintegrasi dengan tiga ekosistem utama, yaitu multi delivery third party logistics atau 3PL (SiCepat, Gojek, Grab, dan Gowes), multi merchant (segmen restoran dan UKM) dan multi payment (ShopeePay, OVO, Bank Mandiri, dan metode perbankan lainnya).

“Kami harap DigiResto dapat memberikan peluang baru inovasi layanan yang dapat mendekatkan kami kepada konsumen, UKM, dan merchant, khususnya yang bergerak di bidang F&B,” ungkap Wiwin.

Dengan keterlibatan penuh SiCepat terhadap pengembangan DigiResto ke depan, pihaknya dapat memberikan lebih banyak masukan untuk layanan logistik, food merchant, hingga user experience.

SiCepat akan bersaing dengan platform digital lain yang mulai merangsek masuk ke bisnis food delivery sejak beberapa tahun terakhir. Mengutip hasil riset Momentum Works, GMV layanan food delivery mengalami percepatan pertumbuhan selama pandemi.

Laporan ini mencatat GMV layanan pengiriman makanan di enam negara di Asia Tenggara mencapai $11,9 miliar di 2020. Untuk pasar Indonesia saja, angkanya mencapai $3,7 miliar atau setara Rp52 triliun yang didominasi dua pemain besar, yakni Grab dan Gojek dengan porsi masing-masing sebesar 53% dan 47% dari total pangsa pasar.

Peluang kolaborasi dari upaya merger Gojek-Tokopedia

Lebih lanjut, Wiwin juga menyoroti arti dari rencana merger Gojek dan Tokopedia terhadap industri logistik Indonesia. Wiwin mengungkap bahwa aksi konsolidasi ini dapat membuka peluang kolaborasi lebih besar di sektor logistik yang dapat memperkuat ekosistem digital.

Apalagi, Gojek memiliki posisi yang kuat di mata konsumen pada layanan pengiriman instan yang juga sudah terintegrasi di sejumlah marketplace besar, seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee. Gojek juga memperluas cakupannya dengan startup logistik lain, seperti Paxel.

“Gojek punya strong proposition pada instant intracity delivery dan SiCepat pada express delivery. Saya rasa, jika rencana tersebut terwujud, peluang kolaborasi logistik antar 3PL akan semakin besar, khususnya marketplace, baik di first mile, mid mile, dan last mile,” jelas Wiwin.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita memprediksi rencana merger Gojek dan Tokopedia dapat berdampak luar biasa terhadap industri logistik Indonesia. Salah satu yang bakal terdampak signifikan adalah perusahaan logistik konvensional yang belum mau mengubah model bisnis.

Di samping itu, Zaldy juga memperkirakan pertumbuhan bisnis logistik di 2021 akan banyak didongkrak oleh layanan same day delivery. Model bisnis baru juga diprediksi semakin banyak bermunculan karena banyak pasar baru yang belum terbuka, misalnya jasa pengiriman makanan.

Tidak Benar-Benar “Habis”, Perusahaan E-Logistik Swift Dikabarkan Jadi Fokus Baru Pengelola Sorabel

Meskipun Sorabel resmi dinyatakan tutup akhir Juli lalu, grup startup ini tidak benar-benar “habis”. DailySocial memantau tim eks-Sorabel kini mulai beralih ke startup e-logistics Swift Logistics (Swift) yang kabarnya didirikan oleh para pendiri Sorabel. Perusahaan ini sudah beroperasi kurang lebih sejak tahun lalu dan memiliki sejumlah mitra platform e-commerce.

Belum ada konfirmasi resmi dari co-founder Sorabel yang kami hubungi hingga artikel ini dipublikasikan.

Lokasi gudang Swift memanfaatkan gudang Sorabel yang berlokasi di Cawang, Jakarta. Didukung laporan mata Tempo, gudang tersebut sudah ditempati perusahaan sejak awal Juli.

Swift menawarkan jasa logistik, mulai dari fulfillment barang, integrasi pesanan platform marketplace, dan pengiriman hasil kemitraan dengan jasa logistik last-mile. Konsep bisnis ini beririsan dengan sejumlah startup sejenis, seperti Lodi, Waresix, atau Pakde.

Jasa Swift sendiri telah dimanfaatkan Tokopedia, Lemonilo, Lodi, Base, Easy Shopping, dan Biopedia. Sementara mitra last mile-nya hampir mencakup seluruh pemain di industri, seperti JNE, Lion Parcel, Ninja Xpress, Wahana Express, J&T, SAP, dan Tiki.

Bisnis logistik pendukung layanan online tahun ini mendapatkan pertumbuhan bisnis yang sehat seiring dengan pembatasan-pembatasan sosial yang diterapkan selama pandemi.

Aset Sorabel mulai ditawarkan

Menurut salinan surat yang dikirimkan manajemen ke karyawan, sempat disinggung perusahaan (akan) menjual seluruh asetnya untuk membayar utang-utang yang ada, termasuk membayar gaji karyawan.

DealStreetAsia mewartakan Berrybenka termasuk startup yang berada di tahap awal untuk membeli aset Sorabel dan melakukan acquihire terhadap talentanya.

Kami berusaha menghubungi (eks CEO Sorabel) Jeffrey Yuwono dan CEO Berrybenka Jason Lamuda terkait hal ini, namun belum memperoleh tanggapan.

The Hope Remains for Logistics Sector Amidst COVID-19

The corona disease (COVID-19) is entering a new chapter. The World Health Organization (WHO) has announced the global pandemic. Indonesia followed the lead by declaring it a national disaster.

The economy was clearly impacted by this pestilence. The tourism and hospitality business is the most visible example to imagine how devastated after the explosion of the COVID-19 case in the world. This is not much different from the logistics sector which is very close to the impact of the corona virus.

Keep in mind that China is a global production hub in the current economic era. The crippling of most of the Chinese economy has disrupted the supply chain to its trading partners, including Indonesia. The effect spreads regardless of national borders.

Chinese Significance

The Chinese country is an important trading partner for Indonesia. It is visible from the value of trade transactions between the two countries which has reached US$ 72.66 billion in 2018. This figure takes a portion of 20 percent of the total trade that occurs with all partners.

Seen from the nominal it is also known that import transactions from China touched US$ 45.54 billion. Many imported raw materials needed by the domestic industry are imported there.

Chairman of the Indonesian Logistics Association (ALI) Zaidy Ilham Masita said the import tap from China had dropped 30 percent due to the corona pandemic. Shipping goods via sea is very limited, while shipping via air has been banned since last January. Exports have the same fate. Shipments to China are becoming sluggish at this time.

“Our exports to China also experienced a decline, especially perishable exports or fresh goods because China closed imports of fresh food. So for exports and imports the impact was quite severe,” Zaidy told Dailysocial.

The story of logistics players

Crewdible is one of the startups affected by this disaster. Being in the field of warehousing, they admit that their business has stalled. The CEO, Dhana Galindra said the productivity of all of their sellers dropped dramatically since the outbreak.

Logisly suffered a similar fate. The logistics business that bridges the needs of all types of freight trucks is directly affected. The CEO, Roolin Njotosetiadi stressed the sluggish export-import activities caused demand to fall on their platforms. “The container business is the most declined,” he added.

Zaidy Masita, who is also the Paxel‘s COO, said that the situation in the logistics landscape has worsened after several countries adopted a lockdown policy. China, New Zealand, Poland, Denmark, and Italy are examples of countries that have locked themselves in their struggle against the corona virus.

The situation in China is the main focus because they are like the epicenter of the global supply chain. Quoted from the New York Times, the problem in China is not in the inventory. Ports and customs have been called almost normal. The problem lies in the lack of trucks that come to deliver and pick up goods to the port. The government’s decision to impose a quarantine to lock up an area to reduce the spread of the corona virus had to be taken even though this meant to tear down their economy.

Looking for hope

In an uncertain situation for this economy, logistical startups must rack their brains to find solutions to survive. As a relatively new player, Logisly strives to continually add new shippers and transporters. It is required to patch up the quiet demand for trucks that they offer on the platform.

A similar method is taken by Crewdible. The difference is, this online warehouse platform focuses more on certain types of products. “We are more focused on local goods and fresh products now because imported goods are gone on the market,” said Dhana.

Fresh products seems to be excellent in times of crisis like this. Anticipation is higher for activities outside the home causing increased demand for fresh products. Besides Crewdible, this was also experienced by Paxel.

Zaldy said that since the corona virus became a serious threat to the community, shopping centers and food shops that were operating were increasingly limited. Therefore he was not surprised that the demand for food ingredients had risen sharply.

“In terms of Paxel, because we focus on the same day [delivery] between cities in Indonesia, even since the corona virus broke out, our volume has risen to 40%. Food and perishable shipments have risen sharply.”

In addition, Zaldy is quite confident that Paxel’s business model that relies on smart lockers can be a solution for delivering goods in situations like this. “Indeed, there are many disasters in Q1 2020 that we experience and logistics companies must be able to survive and change their business processes by using more technology,” concluded Zaldy.

Possible stagnate

The logistics industry in the country did experience many disasters during the first quarter of this year. After many times their operations were disrupted by flooding during January and February, now the corona virus is their newest block.

ALI, which previously targeted industrial growth at 12-14% with a contribution to gross domestic product (GDP) of Rp993.9 trillion, is predicted to be canceled. According to Zaldy, logistical growth for this year will be stagnant compared to last year’s achievement which was only 7-9%.

To date, no one knows how long the corona outbreak will continue to spread. While researchers are still struggling to find the right formula to fight the virus, the governments of each country are struggling to reduce its spread. As of this writing, Covid-19 has caused 117 cases with 8 patients recovering, and 5 patients dying in Indonesia. Meanwhile, the central government and a number of regions have encouraged residents to limit their activities at home to reduce the transmission of the virus.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Meski Terpukul Akibat COVID-19, Industri Logistik Punya Harapan

Serangan wabah corona disease 2019 (COVID-19) memasuki babak baru. World Health Organization (WHO) sudah mengumumkannya sebagai pandemi global. Indonesia pun melakukan hal serupa dengan mendeklarasikannya sebagai bencana nasional.

Perekonomian jelas terpukul dalam akibat sampar ini. Bisnis pariwisata dan hospitality misalnya adalah contoh paling mudah yang bisa terbayang sehancur apa setelah meledaknya kasus COVID-19 di dunia. Hal ini tak berbeda jauh dengan sektor logistik yang berada sangat dekat terhadap dampak virus corona.

Perlu diingat bahwa Tiongkok merupakan global production hub di era perekonomian saat ini. Lumpuhnya sebagian besar ekonomi Tiongkok menyebabkan rantai pasok ke para mitra dagangnya terganggu, termasuk Indonesia. Efeknya menjalar tanpa mengenal batas negara.

Signifikansi Tiongkok

Negeri Tirai Bambu adalah mitra dagang penting bagi Indonesia. Ini terlihat dari nilai transaksi perdagangan kedua negara yang mencapai US$72,66 miliar pada 2018. Angka ini mengambil porsi 20 persen dari total perdagangan yang terjadi dengan semua mitra.

Dari nominal tersebut juga diketahui bahwa transaksi impor dari Tiongkok menyentuh US$45,54 miliar. Bahan baku impor yang dibutuhkan industri dalam negeri banyak didatangkan dari sana.

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaidy Ilham Masita menyebut keran impor dari Tiongkok sudah turun 30 persen akibat pandemi corona. Pengiriman barang via laut sangat terbatas, sementara pengiriman via udara sudah dilarang sejak Januari lalu. Ekspor pun bernasib serupa. Pengiriman barang ke Tiongkok kian lesu saat ini.

“Ekspor kita ke China juga mengalami penurunan terutama ekspor perishable atau barang segar karena China menutup import makanan segar. Jadi untuk ekspor dan impor dampaknya lumayan parah,” ucap Zaidy kepada Dailysocial.

Cerita pelaku logistik

Crewdible adalah salah satu startup yang terdampak bencana ini. Berada di bidang warehousing, mereka mengaku bisnisnya tersendat. CEO Dhana Galindra menyebut produktivitas semua seller mereka menurun drastis sejak wabah ini merebak.

Logisly mengalami nasib serupa. Bisnis Logisly yang menjembatani kebutuhan segala jenis truk pengiriman barang kena imbaslangsung. CEO Roolin Njotosetiadi menekankan lesunya kegiatan ekspor-impor menyebabkan permintaan di platform mereka turun. “Yang container paling turun,” imbuhnya.

Zaidy Masita yang juga COO Paxel mengemukakan situasi di lanskap logistik makin parah setelah beberapa negara mengambil kebijakan lockdown. Tiongkok, Selandia Baru, Polandia, Denmark, dan Italia adalah contoh beberapa negara yang mengunci diri dalam perjuangannya menghadapi virus corona.

Situasi di Tiongkok jadi sorotan utama karena mereka sudah seperti episentrum rantai pasok global. Dikutip dari New York Times, persoalan di Tiongkok bukan berada di persediaan barangnya. Pelabuhan dan bea cukai pun disebut sudah berjalan hampir normal. Masalahnya terletak di minimnya truk yang datang mengantar dan menjemput barang-barang ke pelabuhan. Keputusan pemerintah memberlakukan karantina hingga mengunci suatu wilayah untuk meredam penyebaran virus corona terpaksa diambil meski ini berarti menggerus perekonomian mereka.

Mencari harapan

Dalam situasi serba tidak pasti untuk perekenomian ini, startup logistik harus memutar otak menemukan solusi agar tetap bertahan. Sebagai pemain yang relatif baru, Logisly mengupayakan terus menambah shipper dan transporter baru. Hal ini perlu untuk menambal sepinya permintaan truk yang mereka tawarkan di platform.

Cara serupa juga ditempuh Crewdible. Bedanya, platform gudang online ini lebih menitikberatkan fokusnya ke jenis produk tertentu saja. “Kita lebih fokus barang lokal dan fresh product sekarang karena barang impor sudah habis di pasaran,” cetus Dhana.

Produk segar tampaknya menjadi primadona di masa krisis seperti ini. Antisipasi yang lebih tinggi untuk beraktivitas di luar rumah menyebabkan permintaan produk segar meningkat. Selain Crewdible, hal ini juga dialami oleh Paxel.

Zaldy bercerita sejak virus corona menjadi ancaman serius bagi masyarakat, pusat perbelanjaan dan toko-toko makanan yang beroperasi kian terbatas. Maka dari itu ia tak heran permintaan bahan-bahan makanan meningkat tajam.

“Untuk Paxel karena kita fokusnya same day [delivery] antarkota di Indonesia, malah sejak virus corona merebak, volume kita naik sampai 40%. Pengiriman makanan dan perishable naik dengan tajam.”

Selain itu, Zaldy cukup percaya diri model bisnis Paxel yang mengandalkan loker pintar seperti mereka dapat jadi solusi pengantaran barang di situasi seperti ini. “Memang banyak musibah di Q1 2020 yang kita alami dan perusahaan logistik harus bisa survive dan mengubah bisnis prosesnya dengan lebih banyak lagi menggunakan tekonologi,” pungkas Zaldy.

Akan stagnan

Industri logistik Tanah Air memang mengalami banyak musibah sepanjang kuartal pertama tahun ini. Setelah berkali-kali operasional mereka terganggu banjir selama Januari dan Februari, kini virus corona jadi ganjalan terbaru mereka.

ALI yang sebelumnya menargetkan pertumbuhan industri di angka 12-14% dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp993,9 triliun diprediksi bakal meleset. Menurut Zaldy pertumbuhan logistik untuk tahun ini akan stagnan dibanding raihan tahun lalu yang hanya 7-9%.

Hingga saat ini belum ada yang tahu berapa lama wabah corona bakal menerjang dunia. Sementara para peneliti masih berjibaku menemukan obat yang tepat untuk melawan virus ini, pemerintah tiap negara tengah berjuang meredam penyebarannya. Sampai tulisan ini dibuat, Covid-19 sudah menyebabkan 117 kasus dengan 8 pasien sembuh, dan 5 pasien meninggal di Indonesia. Sementara itu pemerintah pusat dan sejumlah daerah sudah menganjurkan warga membatasi kegiatannya di rumah guna menekan penularan virus.

Bagaimana Ritase Mendisrupsi Pasar Logistik dan Pengangkutan di Indonesia: Startup Stories

Sektor logistik dan pengangkutan Indonesia tahun ini telah mencuri perhatian, dengan banyaknya startup yang menggalang dana dengan jumlah signifikan, menunjukkan bahwa industri ini digadang-gadang akan menjadi hal besar ke depannya dalam ekonomi digital negara ini.

Salah satu perusahaan pemula yang mendapatkan investasi dalam jumlah besar pada tahun 2019 adalah Ritase, sebuah platform yang menyediakan sistem transportasi digital B2B yang mempertemukan pengirim dengan pengangkut, yang bertujuan untuk menyederhanakan rantai pasok logistik serta menciptakan proses pengiriman darat yang lebih efisien.

Didirikan pada tahun 2018 oleh seorang pengusaha Iman Kusnadi beserta arsitek perangkat lunak David Samuel, perusahaan berhasil mengumpulkan US$3 juta dalam putaran pendanaan awal pada September 2018 dari Insignia Ventures Partners. Dalam waktu kurang dari satu tahun, perusahaan tersebut kembali mengantongi US$1,6 juta dalam putaran selanjutnya pada Februari 2019, dan US$8,5 juta dalam putaran Seri A yang dipimpin oleh Golden Gate Ventures pada bulan Mei.

“Dari segi traksi sudah bagus dan bisnis tumbuh dengan cepat, jadi investor percaya pada potensi perusahaan,” ungkap salah satu pendiri dan CEO, Kusnadi, kepada KrASIA dalam sebuah wa wancara.

Kusnadi memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun bekerja di industri logistik, termasuk dalam posisi manajemen untuk raksasa logistik global seperti DHL dan APL Logistics. Ritase adalah versi rebranding dari perusahaan yang ia dirikan sebelumnya bernama Trucktobee, jelasnya.

Selain menghubungkan perusahaan dengan vendor truk, Ritase juga menjalankan sistem software-as-a-service (SaaS) untuk manajemen transportasi real-time, pemrosesan pesanan digital, optimalisasi rute, dan perencanaan beban, yang digunakan oleh vendor dan pelanggan.

Iman Kusnadi, co-founder dan CEO Ritase. Dokumentasi Ritase
Iman Kusnadi, co-founder dan CEO Ritase. Dokumentasi Ritase

“Misi utama kami adalah untuk mengatasi hambatan terbesar pengangkutan dan logistik: data yang tidak akurat. Truk seringkali beroperasi tanpa referensi data yang jelas, seperti jenis muatan yang dibawa dalam truk, atau lisensi pengemudi yang sesuai atau tidak. Oleh karena itu, kami mencoba mengembangkan infrastruktur digital untuk mengatasi masalah ini, sehingga semua pemangku kepentingan dalam ekosistem logistik dapat mengambil manfaat dari solusi teknologi kami,” ujar Kusnadi.

Ia percaya bahwa disrupsi dalam sektor logistik akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia. “Misalnya, karena solusi kami dapat menurunkan biaya logistik untuk pengirim, hal itu dapat menyebabkan penurunan harga barang dalam jangka panjang. Sementara itu, harga yang lebih rendah pada akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat,” tambahnya.

Menurut Kusnadi, bisnis di bidang teknologi logistik sangat menjanjikan. Ritase telah beroperasi selama kurang lebih satu tahun, dan sampai saat ini telah menunjukkan perkembangan positif.

Saat ini, perusahaan memfasilitasi lebih dari 40.000 pengiriman per bulan, dan telah bekerja dengan merek-merek terkenal internasional seperti Nestlé, Unilever, Japfa, Lotte, dan lainnya.

“Kami hanya memiliki dua klien pengirim pada kuartal pertama 2018, namun sekarang kami telah bekerja sama dengan 74 perusahaan besar, termasuk FMCG global dan merek ritel. Kami juga telah mendaftar 600 perusahaan transportasi kecil dan menengah, dengan lebih dari 11.000 truk individu,” ujarnya.

“Keuntungan dari model B2B ini [bisnis] sangat mudah. Kami bisa mendapatkan margin yang baik dan adil karena kami berurusan langsung dengan pemilik truk tanpa perantara, ”kata Kusnadi, menambahkan bahwa Ritase sudah menguntungkan.

Perusahaan juga telah menandatangani perjanjian dengan Kementerian Perhubungan Indonesia untuk mendigitalkan timbangan berat di seluruh negeri untuk meringankan muatan truk yang terlalu banyak dan dimensi yang berlebih. Mereka juga meluncurkan layanan “smart shelter” di Surabaya awal tahun ini, yang berfungsi sebagai tempat istirahat bagi pengemudi truk. Di persinggahan, pengemudi juga diberikan pelatihan digital singkat, terutama tentang cara memanfaatkan platform Ritase.

Garasi singgah truk di Surabaya. Dokumentasi oleh Ritase.
Garasi singgah truk di Surabaya. Dokumentasi oleh Ritase.

Perusahaan ini mengoperasikan platform pasar online yang disebut Ritase Shop (atau Ritshop), yang diluncurkan pada Mei 2019. Mereka menawarkan akses bagi mitra pengangkutan truk Ritase terhadap onderdil dan truk yang terjangkau. Kusnadi menyatakan bahwa Ritshop telah menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendukung para pengangkut, kebanyakan dari mereka adalah usaha kecil dan menengah (UKM).

“Karena kami bermitra dengan banyak perusahaan angkutan truk, kami tahu bahwa kesulitan mereka untuk membeli armada baru dengan harga kompetitif. Karena itu, kami bekerja sama dengan perusahaan multi-finansial yang memungkinkan pengangkut membayar dengan mencicil. Selain itu, setelah membeli truk, mereka akan secara otomatis berintegrasi dengan sistem manajemen transportasi Ritase, yang diterjemahkan menjadi nilai tambah bagi mereka, “kata Kusnadi.

Pada bulan Oktober, Ritshop meluncurkan dealer truk bekas terbesar di Jabodetabek yang memungkinkan calon pembeli memeriksa kondisi truk secara langsung sebelum mengambil keputusan.

Meskipun sektor ini disebut-sebut menjanjikan, perusahaan yang mengembangkan teknologi logistik baru juga menghadapi banyak tantangan, terutama dalam hal perizinan dan peraturan, menurut Kusnadi.

“Pada awalnya, banyak yang berpikir bahwa kami adalah perusahaan logistik, oleh karena itu kami harus mematuhi peraturan normal untuk transportasi barang, salah satunya adalah bahwa kami harus memiliki armada sendiri. Jadi saya perlu terus menjelaskan bahwa kami adalah perusahaan teknologi yang menawarkan solusi untuk logistik truk,” katanya.

Kusnadi berharap bahwa pemerintah akan mendorong regulasi baru terkait hal ini untuk mempercepat pertumbuhan sektor teknologi logistik.

Melihat masa depan logistik di Indonesia, Kusnadi percaya bahwa akan ada lebih banyak pemain digital mendisrupsi ruang ini yang akan membuat kompetisi lebih menarik. “Semakin banyak, semakin meriah. Ini menunjukkan bahwa pasar sedang tumbuh, dan saya percaya bahwa kompetisi akan meningkatkan inovasi, yang sekiranya baik untuk seluruh ekosistem,” ungkap Kusnadi.

“Saya berharap bahwa Indonesia akan menerapkan seluruh proses logistik pintar dalam waktu dekat, dan kita dapat menyelesaikan tantangan logistik lintas wilayah untuk memfasilitasi perdagangan antar negara dengan lebih nyaman,” lanjutnya.

Ke depannya, Ritase ingin memperkuat kemampuan teknologinya dan menambahkan lebih banyak layanan bagi pelanggannya, untuk menjadi pemimpin pasar di industri truk Indonesia. Perusahaan juga memperluas penawarannya dengan memasukkan pengelolaan limbah berbahaya. Pada tahun depan, Ritase juga berencana untuk menawarkan layanan logistik kontainer antar pulau, serta layanan pembiayaan kepada para mitranya.

Apalagi, Ritase saat ini sedang dalam proses mengumpulkan modal baru. Ini akan selesai “segera,” kata Kusnadi.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial.

Logistik Pintar Menjadi Sektor Ekonomi Digital yang Tengah Bersinar di Indonesia

Walaupun logistik adalah tulang punggung perdagangan nasional dan internasional, sektor ini mengalami banyak sekali tantangan di Indonesia, seperti infrastruktur yang tidak memadai, serta kurangnya jaringan komunikasi dan teknologi informasi yang dapat diandalkan.

Menurut Mordor Intelligence, biaya logistik sangat bervariasi antara 25% dan 30% dari PDB Indonesia, dibandingkan dengan ekonomi berkembang, setara 5%. Hal ini berarti pengiriman barang dari satu kota ke kota lain di Indonesia bisa menjadi mahal dan menantang.

Seiring berkembangnya industri e-commerce, teknologi logistik digadang-gadang menjadi industri yang akan naik mengikuti perluasan ekonomi digital Indonesia. Beberapa tantangan dalam industri ini telah menarik banyak investasi untuk para startup yang akan masuk, kebanyakan menggalang dana dengan jumlah yang besar tahun ini.

Menurut Sebastian Togelang, e-commerce masih dalam masa pertumbuhan di Asia Tenggara dan akan semakin meluas lebih dari lima kali lipat dalam beberapa tahun ke depan. Sementara itu di Indonesia, sebagai pasar serta ekonomi yang paling besar di kawasan ini, sektor logistik menyimpan potensi yang sangat besar.

Sebagai seorang investor, Togelang memiliki banyak kepercayaan dalam industri ini. Awal tahun ini, Barito Teknologi dan Kejora InterVest Growth Fund memimpin investasi US$50 juta untuk mendukung startup logistik SiCepat Ekspres.

Menurutnya, logistik adalah kunci utama ekonomi internet, dengan memainkan peran kunci untuk memastikan pergerakan barang dari pedagang ke konsumen. Selain itu, sampai batas tertentu, hal ini juga melibatkan pembayaran antar pihak. Oleh karena itu, sektor ini memiliki potensi menikmati peningkatan yang cukup besar, berdasarkan perkembangan umum ekonomi dan ekonomi internet. Hal ini sangat menarik minat investor.

“Ketika kita berbicara tentang seluruh spektrum logistik, ukuran pasar Asia Tenggara adalah sekitar US$600 miliar, tergantung pada laporan mana yang Anda baca. Tetapi pendapat saya adala, di belahan dunia manapun, logistik adalah garis keturunan langsung dari ekonomi itu sendiri. Oleh karena itu, saya ingin melihat sektor teknologi logistik memimpin gelombang ekonomi kawasan yang berkembang pesat,” lanjut Togelang.

Togelang percaya bahwa e-commerce masih dalam masa pertumbuhan di Asia Tenggara dan sektor ini akan terus berkembang melebihi lima kali lipat dalam beberapa tahun mendatang. Melihat fakta bahwa Indonesia sebagai pasar dan ekonomi terbesar di kawasan ini, logistik akan memiliki banyak peluang di negara ini.

Faktor ini membuat Togelang dan timnya di Kejora yakin dengan investasi mereka pada SiCepat Ekspres, yang dianggap sebagai salah satu investasi Seri A terbesar di kawasan ini. Selain itu, para pendiri juga memiliki rekam jejak yang terbukti dalam perdagangan dan logistik. Selama ini, SiCepat Ekspres telah menunjukkan perkembangan yang menjanjikan, pendapatannya telah tumbuh lebih dari 15 kali lipat sejak Kejora pertama kali mendanai putaran awal di dua tahun lalu, menurut Togelang.

“Mengingat tingkat pertumbuhan pasar yang kuat, mengembangkan perusahaan logistik bukanlah perkara sulit. Namun, tantangan sebenarnya adalah untuk membuatnya profitable. Kami, sangat menyayangkan, melihat beberapa pemain logistik lainnya masih mendewakan strategi ‘bakar uang’. Karena itu, ketika mempertimbangkan perkembangan pesat dari SiCepat dengan tetap mempertahankan inti bisnis yang kuat, kami merasa percaya diri untuk berinvestasi di perusahaan ini,” ujarnya.

Photo by Marcin Jozwiak on Unsplash
Photo by Marcin Jozwiak on Unsplash

Mengincar Efisiensi

Seluruh proses rantai pasok logistik adalah penggabungan dari berbagai fungsi, seperti transportasi, pergudangan, pengemasan, distribusi, penyimpanan, dan sebagainya. Menurut laporan PwC berjudul Shifting Patterns: Future of The Logistics Industry, kurangnya “budaya digital” dan pelatihan adalah tantangan terbesar bagi perusahaan transportasi dan logistik konvensional.

Hal ini memungkinkan startup teknologi pendatang baru untuk mengisi celah dan menangkap peluang bisnis. Mereka dapat mendigitalisasi kegiatan operasional inti untuk menciptakan sistem logistik yang cerdas.

Beberapa teknologi utama yang digunakan oleh startup logistik termasuk identifikasi frekuensi radio (RFID), GPS, komputasi awan, dan analisis data. Logistik yang cerdas diharapkan bisa meningkatkan proses pengangkutan barang, manajemen inventaris, menemukan dan mengelola gudang, mengisi kembali stok, serta pengalaman ritel secara keseluruhan.

Tiger Fang, salah satu pendiri dan CEO Kargo Technologies, menyadari bahwa ada permintaan dan peluang yang tinggi di sektor ini. Fang adalah mantan eksekutif Uber yang berada dibalik peluncuran operasi perusahaan AS tersebut di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan lamanya untuk membangun startup teknologi logistik pada tahun 2018.

“Saya pikir digitalisasi truk dan logistik bukan tentang “bagaimana”, tetapi “kapan”. Pada saat Uber melakukan merger dengan Grab, kami beroperasi pada skala yang cukup signifikan, terdapat jutaan perjalanan setiap minggu di 40 kota di Indonesia, ”kata Fang kepada KrASIA. “Uber berada di bidang logistik untuk mobilitas populasi, sedangkan Kargo dalam bidang logistik untuk pengiriman barang,” lanjutnya.

Fang mengatakan bahwa sekitar 75% perusahaan truk di Indonesia memiliki kurang dari 20 truk. Oleh karena itu Kargo menawarkan mereka digital gateway untuk mendapatkan pekerjaan lebih cepat, dibayar lebih cepat, dan memperluas bisnis.

“Logistik mencakup hampir seperempat dari PDB Indonesia yang bernilai US$1 triliun, namun tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai serta diliputi berbagai inefisiensi,” kata Fang. Ia menjelaskan bahwa truk yang mengantarkan barang dari pusat-pusat produksi perkotaan seringkali pulang tanpa muatan, untuk mendapatkan pekerjaan sehari-hari pengemudi truk hanya mengandalkan beberapa panggilan telepon dan grup WhatsApp, kontrak masih ditulis tangan, dan pembayaran terkadang dilakukan berbulan-bulan setelah Sopir menyelesaikan pengiriman.

Mengamati kondisi ini, Fang beserta tim Kargo mengembangkan aplikasi driver dan dasbor perusahaan yang menawarkan pelacakan lokasi real-time, pilihan pekerjaan, pembuatan faktur, bukti pengiriman digital, juga pembayaran yang terintegrasi secara mulus dengan semua sistem.

“Sementara itu, di sisi pengirim, mereka dapat melacak aset mereka secara real-time dan memiliki akses ke jaringan truk terbesar sehingga mereka dapat fokus pada bisnis inti mereka. Hal ini akan menumpas segala kekhawatiran tentang bagaimana menemukan truk dan membayar lebih banyak untuk broker, ”lanjutnya.

Kargo Technologies menyederhanakan rantai pasok pengiriman barang dengan layanan mereka, menjadikannya jauh lebih efisien serta menguntungkan kedua belah pihak baik perusahaan pengirim maupun perusahaan angkutan.

Selain pengiriman barang, cabang logistik lain yang saat ini sedang mengalami disrupsi inovasi digital adalah pergudangan. Awal tahun ini, perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, Tokopedia, meluncurkan layanan pengadaan yang disebut TokoCabang, memanfaatkan jaringan gudang pintar yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Melalui TokoCabang, penjual Tokopedia dapat menyimpan produk mereka di jaringan gudang. Perusahaan juga memberikan dukungan mencakup penanganan pesanan masuk, pengemasan, dan penyerahan paket kepada kurir pengiriman.

Pemain lain di industri pergudangan ini adalah startup mikro-pergudangan Crewdible dan pengadaan e-commerce lintas wilayah AllSome. Yang terakhir adalah startup Malaysia yang saat ini sedang bersiap untuk masuk ke Indonesia.

Layanan manajemen gudang ini biasanya ditujukan untuk usaha kecil dan menengah (UKM) yang memiliki bisnis dan inventaris yang meluas tetapi tidak mampu menyewa ruang penyimpanan besar untuk bisnis  mereka sendiri.

“Salah satu misi Crewdible adalah untuk mendukung penjual individu kecil untuk menciptakan bisnis yang mapan. Dengan menangani tugas paling sulit dan biasa dari bisnis e-commerce, Crewdible bertujuan untuk membebaskan waktu penjual sehingga mereka dapat fokus pada pengembangan bisnis, menambahkan lebih banyak produk, dan melakukan lebih banyak pemasaran,” jelas CEO Crewdible Dhana Galindra kepada KrASIA.

Crewdible juga memungkinkan ruang kosong yang tak terhuni dan mengubahnya menjadi bisnis, memberikan manfaat yang sama bagi pedagang e-commerce dan pemilik ruang.

Photo by Ruchindra Gunasekara on Unsplash
Photo by Ruchindra Gunasekara on Unsplash

Bisnis yang menjanjikan

Menemukan model yang tepat dan berkelanjutan adalah tantangan besar bagi semua bisnis, termasuk startup teknologi logistik. Karena industri tidak memiliki pemain dominan, para pemula perlu banyak eksperimen untuk menemukan cara-cara yang tepat dalam menjalankan bisnis. Namun, beberapa pemain industri percaya bahwa bisnis di industri ini sangatlah menjanjikan dan mereka mampu menghasilkan arus kas positif bahkan dalam periode yang relatif singkat.

“Ada banyak cara untuk menghasilkan uang. Kami telah berhasil menguji coba model berlangganan dengan ratusan orang yang mau membayar. Ketika kami mempertemukan pengirim dengan pengangkut, terciptalah tingkat pengambilan yang baik dalam industri, validasi model bisnis, serta beberapa unit ekonomi terkait. Saat ini, kami fokus untuk membangun likuiditas dan jaringan, jadi kami berinvestasi dengan cara ekspansi ke pelanggan korporasi dan secara geografi. Pialang tradisional biasanya mengenakan komisi hingga 20% untuk setiap pengiriman, ”kata Fang.

Ia mengungkapkan, Kargo Technologies telah memenangkan klien tenda dan kontrak dan sekarang jaringan truk terbesar di Indonesia hanya dalam enam bulan operasi. Perusahaan sejak awal telah memiliki unit ekonomi positif dan sudah berada di jalur menuju profitabilitas, Fang menambahkan.

Rooling Njotosetiadi, salah satu pendiri dan CEO startup pengiriman barang yang baru didirikan Logisly, juga memiliki optimisme yang sama. Platform Logisly diluncurkan pada Januari 2019, dan perusahaan telah melihat arus kas positif dalam waktu kurang dari setahun. “Kami menuai margin positif dari transaksi dengan membantu pengirim dan perusahaan angkutan truk menjadi lebih efisien dalam mengirimkan barang,” ungkap Njotosetiadi.

“Sementara sistem mempertemukan pengirim dengan truk yang kosong, kami menawarkan kesepakatan yang lebih baik bagi kedua pelanggan. Sebagai contoh, untuk sebuah truk yang sudah membawa muatan dari Surabaya ke Jakarta, daripada pulang dengan muatan kosong, perusahaan truk berharap untuk memuat sesuatu dalam perjalanan pulang dengan harga yang lebih rendah. Kita bisa mendapat margin dari itu, ”lanjutnya.

Model bisnis ini terlihat tanpa cacat. Meskipun perusahaan terhitung muda, Logisly telah bermitra dengan lebih dari 200 perusahaan angkutan truk dan telah bekerja dengan sekitar 100 pengirim barang dari berbagai sektor.

Crewdible juga menerapkan strategi yang sama. Galindra mengatakan bahwa logistik, terutama pergudangan, tidak memerlukan strategi bakar uang karena mereka menawarkan layanan terfokus untuk pasar yang memiliki segmen khusus.

“Mungkin dalam hal naik kendaraan, pengguna akan memilih platform yang lebih murah karena operator naik kendaraan cenderung menawarkan layanan yang sama: membawa penumpang dari titik A ke titik B. Namun, di pergudangan, kami menawarkan nilai dan layanan seperti jaminan kualitas, keamanan penyimpanan, kecepatan respons, dan banyak lagi. Sebuah bisnis tidak akan keberatan membayar sedikit lebih banyak selama layanan bisa memenuhi kebutuhan mereka, “katanya.

Untuk penjual online, Crewdible mengenakan biaya 3,5% untuk setiap faktur atau maksimum Rp 10.000 (US$0,71). Biaya ini kemudian dibagi — 80% untuk pemilik gudang dan sisanya untuk Crewdible, kata Galindra. Ia menyampaikan bahwa dengan model bisnis yang jelas, Crewdible telah menunjukkan perkembangan positif. Perusahaan belum lama ini membukukan US$1,5 juta dari Global Founders Capital dan bertujuan untuk mencapai profitabilitas 13 bulan dari sekarang.

Kompetisi terbuka lebar

Menurut Mordor Intelligence, sektor logistik Indonesia tidak memiliki tingkat konsentrasi industri yang tinggi. Pemain internasional bertanggung jawab atas sekitar 30% dari ukuran pasar sementara 70% sisanya terdiri dari pemain lokal.

Lapangan masih terbuka lebar untuk startup teknologi logistik karena saat ini tidak ada pemain tunggal yang mendominasi sektor ini.

“Jika kita melihat perkembangan pasar negara-negara lain, logistik bukanlah sektor dimana pemenang-mengambil-semua. Kami berharap akan ada dua hingga lima pemain terkemuka di setiap vertikal. Khusus untuk pengiriman jarak jauh, lima pemain teratas akan terus bersaing untuk mendapatkan posisi terdepan. Namun, kami percaya kompetisi ini lebih mirip lari maraton daripada lari cepat. Oleh karena itu, pemain yang mampu memecahkan unit ekonomi dan profitabilitas sejak hari pertama akan lebih berkelanjutan dalam jangka panjang, ”kata Togelang.

Sebagai pendatang baru di industri ini, Njotosetiadi percaya bahwa logistik dan semua vertikalnya memiliki pasar yang besar di Indonesia. Ada kesempatan untuk setiap pemain dan karena itu, dia tidak terlalu khawatir mengenai kompetisi.

Investasi terus mengalir

KrASIA mencatat bahwa setidaknya delapan startup logistik mendapatkan investasi baru tahun ini. Mengingat industri ini membengkak dengan cepat, bukanlah hal yang mengejutkan jika lebih banyak investor menargetkan pasar logistik tahun depan.

Menurut Bhima Yudhistira, seorang analis ekonomi digital di Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (INDEF), logistik adalah sektor yang akan berkembang dan menarik banyak investasi tahun depan.

“Sektor logistik sangat menarik karena memiliki banyak vertikal dan kami melihat bahwa banyak pemain baru menawarkan inovasi seperti gudang pintar di luar area metro. Para pemain ini juga bekerja sama dengan platform e-commerce, yang membantu mereka tumbuh cepat. Lingkup logistik Indonesia sangat besar, jadi saya pikir kita akan melihat transformasi yang lebih besar dalam bidang ini dalam waktu dekat,” ungkapnya pada KrASIA.

Togelang dari Kejora Ventures mengatakan bahwa teknologi logistik di Asia Tenggara bahkan belum menyentuh permukaan. Kejora berharap bisa melihat jauh lebih banyak kemajuan dalam sektor ini di masa depan serta perusahaan-perusahaan untuk secara aktif membentuk perkembangannya.

Berikut tertera daftar startup logistik Indonesia yang menjadi sorotan dan menerima kucuran dana segar pada 2019:

Kargo Technologies, pendanaan awal senilai US$7,6 juta pada bulan Maret dipimpin oleh Sequoia Capital India

Kargo Technologies adalah startup logistik yang mengintegrasikan pengirim dan penyedia logistik dalam satu pasar tunggal, menyelesaikan ketidakefisienan dan mengurangi biaya.

SiCepat Expres, pendanaan Seri A US$50 juta pada bulan April, dipimpin oleh Barito Teknologi dan Kejora InterVest Growth Fund

SiCepat Expres menawarkan kurir, gudang, serta layanan pengiriman jalur udara dan kargo di seluruh Indonesia, juga melayani puluhan ribu pedagang online. Perusahaan mengklaim telah mengirimkan lebih dari 200.000 paket setiap hari. Saat ini telah memiliki 600 outlet di seluruh negeri dan bertujuan untuk memiliki 200 drop point di Jabodetabek tahun ini.

Triplogic, pendanaan dengan jumlah yang tidak disebutkan dari East Ventures pada bulan Mei

Triplogic menangani pengiriman di 61 kota di seluruh negeri. Dengan menempatkan loker pintar di toko-toko lokal untuk digunakan sebagai titik drop-off, paket dapat dikirim ke tujuan mereka dalam waktu tiga jam. Triplogic mengklaim dapat menangani ribuan pengiriman setiap hari dan bertujuan untuk memiliki lebih dari 15.000 titik drop-off pada akhir 2019.

Waresix, pendanaan Seri A senilai US$14,5 juta pada bulan Juli, dipimpin oleh EV Growth, SMDV, dan Jungle Ventures

Startup ini menghubungkan pengirim dan bisnis dengan gudang dan truk yang tersedia di seluruh Indonesia, memberikan transparansi yang lebih baik, layanan berkualitas, dan peningkatan pendapatan bagi pemilik aset. Waresix saat ini memiliki lebih dari 20.000 truk dan 200 operator gudang di jaringan yang menjangkau seluruh penjuru negeri.

Ritase, pendanaan senilai US$8,5 juta dalam putaran investasi Seri A pada bulan Juli, dipimpin oleh Golden Gate Ventures

Ritase menyediakan sistem transportasi digital B2B yang cocok dengan pengirim dan pengangkut, menyederhanakan rantai pasok logistik untuk menciptakan proses pengiriman darat yang lebih efisien. Startup ini telah menjangkau 500 perusahaan transportasi kecil dan menengah, dengan lebih dari 7.500 truk dan 7.000 pengemudi yang terdaftar.

Logisly, pendanaan dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Convergence Ventures dan Genesia Ventures pada bulan Agustus

Startup ini meningkatkan pemanfaatan truk dan membawa transparansi lebih untuk bisnis truk menggunakan teknologi.

Shipper, pendanaan awal senilai US$5 juta pada bulan September dari Y Combinator, Insignia, dan Lightspeed

Shipper adalah platform agregator logistik. Mereka bekerja dengan banyak mikro-hub dari seluruh penjuru untuk memungkinkan pickup mil pertama dan telah mengoperasikan sepuluh gudang untuk membantu pengadaan e-commerce.

Crewdible, pendanaan pra seri A senilai US$1,5 juta pada bulan Oktober dari Global Founders Capital

Crewdible menghubungkan penjual e-commerce dengan pemilik gudang untuk memenuhi pesanan. Mereka mengubah fasilitas kosong seperti rumah dan kantor menjadi gudang mikro.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial