Cerita Startup Lokal Memperoleh 1000 Pengguna Pertamanya

Aplikasi-aplikasi konsumer yang dibangun startup dan telah dikenal masyarakat pasti sudah melalui berbagai proses panjang sejak pertama kali dirintis. Bagaimana kisah mereka mendapatkan 1000 konsumen pertama menjadi kisah menarik untuk disimak karena strategi mereka bisa saja masih relevan dan dapat direplikasi startup lainnya.

Menurut Lenny Rachitsky, pada dasarnya ada tujuh strategi yang dipakai startup untuk meraup 1000 pengguna pertama. Mereka adalah: 1. Masuk ke ranah online; 2. Masuk ke offline; 3. Mengundang teman sendiri; 4. Menciptakan FOMO; 5. Perbesar basis influencer; 6. Diliput media; dan 7. Bangun komunitas.

Temuan yang paling menarik adalah kebanyakan strategi populer adalah mendatangi langsung lokasi konsumen, entah online, offline, atau melalui teman. Perlu dicatat, strategi untuk mendapat 1000 pengguna akan sangat berbeda dari 10 ribu pengguna berikutnya. Ada perbedaan strategi yang perlu dilakukan.

Artikel itu menyebutkan beragam strategi awal aplikasi yang kini sudah mendunia, seperti Tinder, Uber, Snapchat, Etsy, Pinterest, Dropbox, TikTok, Netflix, Facebook, dan masih banyak lagi.

Kami pun mencoba menanyakan hal serupa  untuk startup lokal tersohor di Indonesia (minimal berstatus centaur) yang produknya sudah dikenal banyak orang.

Bukalapak

Co-Founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid / Bukalapak
Co-Founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid / Bukalapak

Sebagai Co-Founder Bukalapak, Fajrin Rasyid bercerita, untuk mendapatkan 1000 pengguna pertama ia dan tim memilih untuk masuk ke forum-forum online untuk membangun komunitas, yang diawali dengan komunitas pesepeda. Menurutnya, ini penting buat Bukalapak, sebagai marketplace, untuk membangun dua tipe pengguna sekaligus, yakni pelapak dan pembeli.

“Komunitas merupakan salah satu sarana yang memiliki sekaligus kedua tipe tersebut. Hingga sampai saat ini pun, komunitas kami anggap sebagai bagian penting dari Bukalapak. Kini komunitas [yang kami rangkul] sudah tersebar di 142 kota di seluruh Indonesia,”ujarnya.

Dalam beberapa bulan kemudian, sambungnya, Bukalapak berhasil mencapai 1000 pengguna. Komunitas sepeda akhirnya menjadi melekat menjadi bagian tubuh Bukalapak, sejak perusahaan berdiri di 2011.

“Jadi apabila seseorang hobi bersepeda, besar kemungkinannya dia akan familiar dengan Bukalapak karena sebagai pesepeda, biasanya orang seringkali menjual dan membeli part-part sepeda. Bukalapak menjadi tempat “nongkrong” yang memenuhi kebutuhan tersebut.”

Modalku

Modalku

Sebagai startup p2p lending, Modalku juga punya cerita sendiri mengawali perjalanannya mendapat 1000 pengguna pertama. Istilah p2p lending sendiri sebenarnya relatif baru buat orang Indonesia. Modalku menjadi salah satu pelopornya.

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, perusahaan menerapkan strategi komunikasi pemasaran terintegrasi untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap kehadiran Modalku. Cara itu dianggap tepat untuk mengawali perjalanan perusahaan di 2016, di Indonesia belum banyak orang yang tahu dan paham tentang platform p2p lending.

“Cara paling dekat kami sharing ke teman sendiri, kemudian memberikan edukasi kepada masyarakat melalui peliputan media, channel, offline, dan online,” kata Reynold.

Menjadi pembicara di berbagai acara diskusi yang turut dihadiri target Modalku, seperti UMKM dan investor, juga turut dilakoni. Reynold menyebut strategi berbagai channel ini dirasa cukup efektif buat Modalku. Kenaikan jumlah pengguna, menurutnya, sejalan juga dengan inovasi yang dilakukan perusahaan, baik dari segi layanan maupun produk.

“Ketika pengguna sudah percaya solusi yang ditawarkan Modalku dan merasakan manfaatnya, rekomendasi dari pengguna ke lingkungan terdekat mereka akan mempengaruhi peningkatan angka pengguna Modalku.”

Moka

Aplikasi Moka

Startup mesin kasir online yang kini menjadi bagian Grup Gojek juga berbagi kisah terkait strategi awalnya mendapatkan 1000 pengguna pertama. Community Manager Moka Debby Lufiasita bercerita, strategi yang diambil Moka sedikit berbeda, lantaran produknya menyasar pasar B2B, bukan B2C.

Uuntuk masuk ke ranah offline, Moka perlu tap-in ke acara yang bertema pameran bisnis untuk mendapat pengguna dalam jumlah signifikan. Perusahaan juga membuat kegiatan offline dengan format seminar atau workshop untuk pemilik bisnis dari kategori tertentu dengan brand cukup terkenal. Tujuannya agar mereka bisa belajar dari figure pebisnis lainnya.

“Begitu juga dengan online presence, merupakan salah satu hal terpenting untuk memperkenalkan produk yang kita tawarkan ke market. Hal ini juga dilakukan Moka dalam mendapatkan 1000 pengguna pertamanya, dengan digital marketing. Pengaruhnya signifikan dalam memperkenalkan terlebih dahulu tentang Moka, kurang lebih 50% leads calon pengguna dihasilkan dari tim digital marketing.”

Menjalankan strategi secara online dan offline menjadi jalan buat perusahaan mengedukasi calon pengguna, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas solusi dan manfaat yang ditawarkan produknya.

Tanihub

Sebagai salah satu startup agritech terkemuka, saat awal dirintis Tanihub sangat mengandalkan strategi masuk ke ranah offline dan dibantu peliputan media. Co-Founder Tanihub Group dan Business Unit Production Manager TaniSupply Michal Jovan Sugianto mengatakan, kedua strategi ini tepat untuk Tanihub yang fokus bisnisnya B2C.

“Hal ini juga penting untuk kami merambah ke B2C karena di masa-masa awal berdiri, hampir seluruh pelanggan kami adalah segmen B2B. Kiprah kami di offline activity untuk saat itu disebut “pop event” membantu kami untuk menarik banyak user B2C, mengingat produk yang kami jual adalah produk segar,” katanya.

Pelanggan B2C cenderung ingin memeriksa langsung barang-barang fresh, yaitu disentuh/dipegang, cek aroma, dan sebagainya. Dengan aktivitas offline ini, acara dibuat sedemikian rupa agar menarik, misalnya membekali para SPG tentang visi misi perusahaan dan menata display dengan menarik.

Sementara untuk peliputan media, perusahaan sejak awal membangun relasi karena sangat mendongkrak exposure. Grafik publikasi tentang Tanihub sempat melonjak pesat saat disebut Presiden Joko Widodo dalam debat capres di awal 2019. Sejak saat itu, publikasi Tanihub terus meningkat, terutama saat fundraising ataupun ekspansi.

“Peran media bagi kami sangat penting karena exposure di media adalah cara paling efektif untuk menarik konsumen agar mereka tahu/aware dahulu mengenai Tanihub. Sebab, konsumen biasanya tidak akan mau langsung membeli produk jika mereka tidak mengenal apa yang akan dibeli.”

Dari perpaduan strategi offline dan peliputan media, Tanihub mencapai 1000 orang pengguna sebelum Harbolnas 2018. Tanihub kembali fokus ke pasar B2C di akhir tahun 2018 setelah sempat fokus di pasar B2B.

“[..] kami [sempat] shifting ke B2B karena kami melihat B2C tidak scaling up. Sejak saat itu, mayoritas porsi bisnis kami disumbang B2B. Namun, kami memutuskan meluncurkan kembali app B2C pada akhir 2018.”

Relevansi strategi dengan masa kini

Fajrin melanjutkan, tujuh strategi yang dipaparkan Lenny Rachitsky secara umum relevan, meski tidak semuanya bisa dilakukan. Dia menyarankan startup untuk memilih satu atau beberapa yang paling sesuai dengan kondisi startup tersebut. Mereka juga perlu memperhatikan perubahan-perubahan tren yang perlu disesuaikan.

Dia mencontohkan, ketika berbicara media online atau media sosial pada 10 tahun lalu, maka salah satu yang terpikir adalah Multiply. Sekarang yang terpikir adalah Instagram dan TikTok. Penting bagi para founder untuk terus update dengan perkembangan terkini agar konten yang disampaikan dapat menjadi relevan.

Reynold sependapat dengan hal tersebut. Strategi awal mendapat 1000 pengguna pertama pada dasarnya harus kembali disesuaikan dengan model bisnis masing-masing startup baru. Setiap startup memiliki industri usaha dan segmentasi target yang berbeda, sehingga pendekatannya pun berbeda.

“Selama strategi digunakan tepat sasaran dan konsisten, sebuah startup bisa mengakuisisi lebih banyak pengguna. Perlu diingat bahwa semakin ke depan, tentunya perilaku konsumen juga akan berubah, sehingga perlu inovasi dari strategi yang sudah ada,” tuturnya.

Co-Founder Tanihub Group dan VP of Product Tanihub Group William Setiawan menuturkan, strategi selalu tergantung dengan industri yang digeluti oleh startupnya. Sebagai contoh, menciptakan FOMO menurutnya tidak terlalu relevan dengan pasar e-commerce. Startup lain juga membutuhkan bentuk-bentuk strategi gabungan dan tidak dapat bergantung pada salah satu strategi saja.

Khusus untuk Tanihub, strategi masuk ke offline dan peliputan media adalah strategi paling relevan untuk perusahaan dan dipastikan akan terus relevan. “Meskipun offline marketing activity ditiadakan selama pandemi Covid-19 berlangsung, kami meningkatkan exposure di social media melalui bantuan influencer, serta mengadakan program Patriot Tanihub, yaitu mengajak individu menjadi agan pemasaran Tanihub secara freelance,” tutupnya.

#NgobrolinStartup “How Fintech Startup Empower SME with Collaboration”

Startup teknologi bukan hanya perusahaan dengan produk dan layanan untuk dijual. Lebih dari itu, startup hadir memberikan solusi teknologi bagi masyarakat luas, termasuk di antaranya memberdayakan para pelaku usaha kecil dan menengah. Di tengah pandemi yang sedang terjadi saat ini, bagaimana peran startup teknologi dalam menyediakan produk layanan untuk membantu UKM?

Selengkapnya dapat disimak dalam Podcast #NgobrolinStartup “How Fintech Startup Empower SME with Collaborationbersama Iwan Kurniawan, Co-founder & COO Modalku. Tinggal klik aja tombol play di bawah ini.

Episode 77 Part One #Modalku “How Fintech Startup Empower SME with Collaboration”

Episode 77 Part Two #Modalku “How Fintech Startup Empower SME with Collaboration”

Kamu juga dapat menyimak episode #NgobrolinStartup lainnya di halaman ini, ya!

Meneropong Relasi Fintech dan UKM di Masa Pandemi

Teori dan pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa UKM kerap menjadi pelindung perekonomian Indonesia ketika musim paceklik menyergap. Contoh yang sering disertakan adalah krisis moneter pada 1998 dan resesi global pada 2008. Selama dua kejadian besar itu, UKM selalu disebut menjadi kekuatan ekonomi Indonesia yang bertahan ketika sektor lain ambruk.

Namun pandemi Covid-19 memberi pukulan yang berbeda. UKM tak bisa kebal menghadapi risiko-risiko ekonomi yang dibawa oleh wabah ini. Ketersediaan modal adalah salah satu faktor terpenting bagi bisnis UKM. Jika riwayat penjualan, arus kas, dan catatan pinjaman merupakan syarat kelayakan yang lazim berlaku bagi fintech lending sebelum menyalurkan kredit, maka itu semua mungkin tak lagi sepenuhnya berarti.

Co-founder & COO Modalku Iwan Kurniawan menjabarkan bagaimana peran fintech memperkuat eksistensi UKM dan apa saja yang terjadi pada industri ini selama pandemi berlangsung. Simak pandangan Iwan selengkapnya di edisi #SelasaStartup terbaru.

Sistem validasi anyar di masa pandemi

Situasi yang tidak pasti mengharuskan lembaga penyalur kredit termasuk fintech lebih cermat melakukan penilaian. Hal ini tak terkecuali bagi Modalku. Iwan menyebut ada perbedaan mencolok dalam mekanisme penyaluran kredit antara sebelum dan setelah Covid-19 merebak. Menurut Iwan umumnya stabilitas omzet jadi ukuran sebelum mereka memutuskan memberi kredit kepada UKM. Arus kas, aktivitas penjualan, dan riwayat kredit merupakan indikator yang mereka pegang teguh. Namun hal itu bergeser saat ini.

Ketidakpastian selama wabah menambah unsur kehati-hatian dalam melakukan scoring. Namun indikator yang dipakai pun bergeser banyak. Menurut Iwan pihaknya kini lebih mengedepankan prospek suatu bisnis terutama terkait dengan masa depan suatu sektor.

History itu jadi tidak penting, justru kita lebih ke future, apakah kami yakin di indisutri ini, prodok apa yang mereka jual, dan destinasi jualan mereka,” ucap Iwan.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, pandemi Covid-19 memukul banyak bisnis yang tersebar di sejumlah sektor. Manufaktur, perbankan, minyak dan gas, transportasi, serta pariwisata adalah contoh sektor-sektor yang dibuat hampir tak berdaya oleh Covid-19.

“Jadi cara penilaiannya ada pre-Covid-19 yang normal yang mana lebih fokus di cash flow daripada collateral. Tapi dengan adanya Covid-19 harus lebih hati-hati, forward looking dan sesuai dengan kondisi sekarang,” imbuhnya.

Memaksimalkan peluang yang ada

Meski ada banyak sektor yang tumbang sebagai dampak dari Covid-19, ada pula sektor yang terus tumbuh beberapa bulan terakhir. Sektor kesehatan dan e-commerce adalah dua contoh industri yang performanya meningkat. Ini juga terjadi pada Modalku.

Untuk sektor kesehatan, Modalku mengumumkan kerja sama mereka dengan BPJS Kesehatan. Menurut Iwan, kerja sama itu untuk menjembatani lebih banyak akses masyarakat ke layanan tersebut. Sementara di sektor e-commerce, mereka menggandeng dengan nama-nama besar seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada, hingga Zilingo.

Dengan langkah-langkah itu, Iwan mengklaim pihaknya mengalami lonjakan permintaan Modalku. “Ada kenaikan sekitar 10 kali lipat jumlah aplikasi untuk meminjam modal kerja atau personal,” tukas Iwan.

Kendati lonjakan permintaan akan modal naik tajam, Modalku tidak lantas lebih mudah memberi persetujuannya. Iwan mengakui persetujuan untuk permintaan pinjaman itu sangat sedikit yang mereka penuhi karena ada lebih banyak tolok ukur yang dipakai.

Di saat bersamaan, Modalku punya pekerjaan rumah agar kondisi ideal bagi mereka dapat tercapai. Pertama adalah soal edukasi. Edukasi menjadi penting karena menurut Iwan masyarakat kerap salah paham dalam menilai pinjaman modal kerja. Misalnya saja ada anggapan bahwa bunga fintech lebih mahal ketimbang bunga dari bank. Padahal bunga itu menurut Iwan relatif kecil dibandingkan untung yang bisa diperoleh UKM.

Persoalan kedua adalah keterjangkauan akses. UKM di Indonesia umumnya masih banyak yang belum menyentuh transaksi online. Beban yang harus ditanggung fintech untuk menjangkau UKM yang tradisional ini biasanya lebih mahal dan memakan waktu. Namun sedikit keberuntungan bagi mereka, kondisi wabah saat ini mengharuskan banyak usaha tetap berjalan dan artinya akan lebih banyak usaha yang berjalan secara online tanpa perlu mereka dorong.

“Saya lihat selama Covid-19 ini tantangan itu makin terpecahkan. Kita bisa lebih efisien menyentuh atau support mereka [UKM].”

Kondisi ideal setelah pandemi

Modalku saat ini masih salah satu fintech lending terbesar di Indonesia. Total kredit yang sudah mereka salurkan sejauh ini mencapai Rp14 triliun. Belum lama mereka juga mengumumkan penggalangan dana seri C senilai US$40 juta atau sekitar Rp625 miliar.

Dengan segala bentuk adaptasi yang terjadi selama wabah Covid-19 berlangsung, Iwan menuturkan pihaknya sedang bersiap segala bentuk normal baru yang akan terjadi. Ini meliputi menyaring sektor-sektor mana saja yang akan menguat di masa depan dan mencari mitigasi risiko yang paling tepat.

Industri kesehatan, online commerce, serta supply chain tampak akan menjadi sektor yang menjadi fokus Modalku mulai saat ini. Iwan menegaskan Modalku harus bersiap sejak sekarang untuk memenuhi kebutuhan modal UKM di sektor-sektor tersebut. Sementara dari manajemen risiko, mereka melakukan perombakan peran di tubuh perusahaan. Contoh perombakan peran itu adalah memindahkan sejumlah anggota tim sales dan marketing untuk membantu tim manajemen risiko untuk melayani kebutuhan layanan-layanan seperti memperpanjang tenor pinjaman ataupun mempercepat masa pelunasan.

“Kita sudah ada SOP yang jelas dengan UKM ketika di masa depan ada kebutuhan untuk bantu adjustment, kita bisa siap manajemen risikonya,” pungkas Iwan.

[Weekly Updates] Gojek Acquires Moka; Funding Updates From Northstar Group, Modalku, Fore Coffee; and More

Although no official statement yet, it’s reported that Gojek has acquired Moka for around $130 million. Furthermore, Northstar Group has completed first round of its Northstar V fund, Fore Coffee secures additional $1 million investment, and Modalku receives $40 million.

In other news, Bizzy has initiated TokoSmart Agent network to widen its customer base. The company is no longer put its focus on B2B marketplace.

Gojek Wraps Up Acquisition of Moka at 2 Trillion Rupiah Valuation

The acquisition of Moka by Gojek finally comes to an agreement, widely rumoured since Agustus 2019. The company has submitted corporate action to the regulator (KPPU) as of April 9th, 2020.

Bloomberg reported that Moka has been acquired by Gojek at $130 million or around 2 trillion Rupiah.

Northstar Group Secures First Round of Its Fifth Fund, Targeting 12.5 Trillion Rupiah

Northstar Group has just announced the first round of Northstar Equity Partner V Limited Fund (Northstar V). The fifth fund is focused on early-stage to growth-stage startups in Southeast Asia, esp. Indonesia.

The first round has represented one third of Northstar V target at $800 million or equivalent to 12.5 trillion Rupiah. Included into the investor’s list are sovereign wealth funds, insurance companies, institutional investors, family offices, and other high net-worth individuals.

Fore Coffee’s Expansion Plan After Raising 147 Billion Rupiah Funding

After raising a $9.5 million or around 147 billion Rupiah funding, Fore Coffee looks for more opportunity to expand and added more outlets. It has expanded its business to Bandung, Surabaya, and Medan. Fore Coffee claims to have profitable sales with increasing team numbers.

Fore’s Co-Founder, Elisa Suteja, told DailySocial that the company has achieved business growth phase after closing the Series A funding in April 2019 with additional $1 million secured early this year.

Modalku’s Parent Company to Proceed with Series C Funding Worth Over 625 Billion Rupiah

Modalku’s parent company, Funding Societies, raises series C funding worth of $40 million (over 625 billion Rupiah). Modalku’s CEO, Reynold Wijaya, said the fresh money will be distributed to support all aspects of the company’s strategies, including to empower Indonesia’s SMEs.

Internally, the company conducts streamline operations to improve efficiency and simplify the operational process. This process includes a small number of layoffs.

Bizzy Adapts to Consumer’s Behavior, Introducing Tokosmart Agent

Since January 2019, Tokosmart has launched an initiative  to support the digitisation of micro, small and medium enterprises (MSMEs). Tokosmart has acquired 54,600 stores and more than 27,000 distribution companies in Indonesia.

To push Tokosmart’s further effectiveness, Bizzy has developed Tokosmart Agent, a new beta feature that was launched last week. Tokosmart Agent directly targets end-user and community leader segments, like RT or RW leaders in the local area. They can order large quantities of supplies to be distributed to residents in their homes.

“Femtech” dan Pemimpin Perempuan di Mata Mitra Gender

Peranan perempuan, yang awalnya “hanya” menjadi pasar dan pengguna, kini sudah bergeser. Makin banyak perempuan yang berkecimpung di industri teknologi dan menghadirkan platform yang bermanfaat untuk semua. Tercatat, sejak tahun 2014, sekitar 844 pendiri startup perempuan telah mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan bisnis mereka di Asia Tenggara. Beberapa di antaranya bahkan berhasil menghadirkan layanan yang mampu mengubah kebiasaan dan gaya hidup orang banyak.

Meskipun teknologi telah membuka peluang untuk perempuan mendirikan bisnis, tidak bisa dipungkiri masih banyak tantangan yang ditemui. Meskipun demikian, perspektif perempuan telah terbukti sangat berharga dan membantu keberhasilan mereka menapaki karier di industri ini. Hal tersebut menciptakan peluang bagi perempuan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, untuk mengembangkan bisnis yang sebelumnya hanya didominasi kaum adam.

“Indonesia saat ini tengah berada pada kondisi startup booming. Pertumbuhan startup yang didirikan oleh perempuan merupakan hal yang menarik untuk diamati. Teknologi pada prinsipnya adalah cara untuk membuka peluang semua kalangan meningkatkan kehidupan mereka, menjadi berita baik tentunya ketika startup yang didirikan perempuan makin bertambah jumlahnya. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan berada pada posisi yang setara untuk memimpin usaha yang bisa berkembang dan di masa mendatang,” kata Co-Founder StickEarn Archie Carlson.

Masih di edisi hari Kartini, DailySocial mencoba menggali pendapat dan pandangan para pendiri startup laki-laki di Indonesia, sebagai mitra gender, tentang peranan dan eksistensi para pemimpin perempuan di dunia startup teknologi.

Kesetaraan gender

Perkembangan teknologi yang dapat diakses siapapun dan di manapun saat ini mendorong kesetaraan kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan dirinya. Keterbukaan atas informasi menjadi pintu utama bagi perempuan untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan, termasuk mendirikan startup.

“Menurut saya bidang teknologi lebih mengutamakan technical dan leadership skills bisa lebih ‘genderless’ daripada bidang lain. Sehingga banyak perempuan, yang memang memiliki kemampuan secara technical maupun leadership, dapat mendirikan startup dan meyakinkan para investor untuk mengembangkan bisnisnya. Jadi teknologi itu membuka peluang buat semua orang, menghilangkan batas-batas, termasuk batas gender,” kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin.

Kesetaraan gender memang sangat terasa di dunia startup dan teknologi. Kebanyakan kolega dan pimpinan laki-laki melihat potensi dan kemampuan pegawai dan pimpinan perempuan yang tidak kalah dengan mitra gendernya. Proses ini membantu mereka untuk berkembang dan menunjukkan kemampuan untuk berkontribusi kepada perusahaan.

“Menurut saya, daripada melihat dari sisi gender, ada baiknya kita melihat kemampuan dan kelebihan seseorang dari sisi individunya itu sendiri. Baik itu perempuan maupun laki-laki, hasil kerja yang diberikan seimbang hanya saja setiap orang pasti punya caranya masing-masing untuk mencapai hasil tersebut,” kata CEO Giladiskon Fandy Santoso.

Hal senada diungkapkan CEO Modalku Reynold Wijaya yang mengklaim telah mendukung segala kebutuhan pegawainya baik laki-laki maupun perempuan, asal kebutuhan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan sifatnya untuk kepentingan bersama.

“Secara umum saat ini untuk sisi kemampuan baik laki-laki atau perempuan sudah sama, tidak ada lagi perbedaan gender. Justru beberapa kali kelebihan dari perempuan dalam memimpin itu dikarenakan naluri ibu yang sangat membantu di saat tim membutuhkan motivasi lebih,” kata CEO Belimobilgue Johnny Widodo.

Kelebihan talenta perempuan


Salah satu kunci kesuksesan yang hanya dimiliki pegawai perempuan adalah kemampuan mereka melakukan segala pekerjaan secara multitasking.

Kami percaya bahwa perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki. Perempuan juga memiliki technical skills dan leadership yang baik, apalagi jika ditambah naluri perempuan yang mengayomi dan memperhatikan secara detil, sehingga perempuan biasanya juga lebih peka dan memahami kondisi anggota tim,” kata Rachmat.

Perempuan juga dinilai memiliki kemampuan untuk melihat semua hal secara detail dan memiliki keinginan untuk mencoba berbagai hal yang baru dan bersedia untuk bangkit kembali ketika menemui kegagalan. Sifat-sifat positif tersebut yang ternyata menjadi kekuatan bagi perempuan, ketika mendirikan bisnis hingga mengembangkan usaha mereka.

“Saya telah bekerja dengan banyak rekan kerja perempuan yang memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan kemampuan mereka. Mungkin karena mereka lebih netral dan memiliki kemampuan untuk belajar dari kesalahan. Namun saya juga melihat masih banyak di antara mereka yang belum memiliki kepercayaan diri dan keberanian untuk memulai usaha. Jika lebih banyak perempuan memiliki ambisi untuk mengembangkan bisnis, akan lebih besar peluang kesuksesan yang bisa diraih,” kata CEO Titik Pintar Robbert Deusing.

Berbagi pengalaman dan mendapatkan wawasan lebih ternyata tidak hanya dilakukan sesama pendiri startup laki-laki. Kesempatan tersebut juga banyak bisa diperoleh dari para pengusaha perempuan yang sudah mendirikan bisnis dengan kategori beragam.

“Dengan lebih banyaknya perempuan mendirikan bisnis, paling tidak bisa memperkaya ekosistem startup di Indonesia. Saya suka belajar dari sesama pendiri startup. Kami kebetulan berbagi kantor dengan Nalagenetics dan kami selalu belajar dari mereka,” kata Co-Founder Newman’s Anthony Suryaputra.

Ke depannya, untuk  membantu lebih banyak rekan kerja dan pemimpin perempuan bergerak lebih cepat, dibutuhkan dukungan yang lebih peka dan pemahaman yang baik. Tidak lagi cara-cara mendasar berbasis bias yang kerap muncul di suatu sistem. Menjadi penting bagi semua pihak yang terlibat untuk memberikan semua kesempatan secara adil.

“Kami percaya bahwa penting untuk merangkul keberagaman dan menciptakan tempat kerja yang inklusif. Mendukung lebih banyak perempuan masuk ke [industri] teknologi adalah menjadi bagian dari perjalanan kami untuk mempromosikan nilai keanekaragaman, inklusi, dan kesetaraan dalam teknologi,” kata Archie.

Dukungan perusahaan

Banyak cara yang dilakukan startup untuk mendukung perempuan bekerja. Mulai dari fasilitas khusus untuk perempuan hingga kesempatan bagi ibu rumah tangga yang bekerja di perusahaan. Hal tersebut dilihat mampu meningkatkan kepercayaan dan loyalitas yang akan berimbas kepada produktivitas bekerja.

“Di Modalku kami menyediakan fasilitas ruang ibu menyusui untuk para ibu bekerja. Pada hari International Women’s Day bulan Maret kemarin, Modalku memberikan fasilitas manicure untuk para karyawan perempuan sebagai wujud kami menghargai dan mendukung para perempuan bekerja,” kata Reynold.

Dukungan tersebut juga bisa ditunjukkan dengan menciptakan lingkungan kerja yang beragam dan menerapkan kesetaraan gender. Hal tersebut diklaim telah diterapkan manajemen StickEarn.

“Mengingat peran khusus yang dipegang perempuan dalam kehidupan pribadi dan rumah tangga mereka, kami memahami ada kebutuhan tambahan yang dapat disediakan oleh perusahaan. Kami memberikan cuti hamil selama 3 bulan dan juga ruang perawatan di kantor baru kami. Hal ini kami lakukan untuk mendukung pekerjaan, tanpa harus meninggalkan peran mereka sebagai ibu,” kata Archie.

Penerapan diversity and inclusion juga telah dilakukan Belimobilgue. Salah satu contohnya memberikan kemudahan dan akses tertentu untuk pegawai perempuan, seperti monthly day off dan maternity leave.

Kesempatan untuk memiliki jenjang karier, self development, sampai kesetaraan mengungkapkan pendapat juga diterapkan di Bukalapak. Walaupun kadang masih ada stigma bahwa laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama, perusahaan menanamkan cara berpikir bahwa perempuan juga memiliki potensi yang sama.

“Kami memberikan ruang khusus bagi para perempuan untuk dapat sharing dengan seluruh Bukalapak Squad dalam berbagai kesempatan. Salah satunya adalah melalui program Bedah Buku special event Kartini di mana salah satu female leader di Bukalapak bercerita mengenai buku yang dia baca dan berbagi key takeaways yang didapatkan dari buku itu kepada Bukalapak Squad. Sebisa mungkin kami selalu melibatkan karyawan perempuan di ruang publik maupun acara yang dilakukan oleh Bukalapak, sehingga mereka bisa lebih mengekspresikan diri melalui perspektif perempuan dan karyawan lain bisa saling belajar dari perspektif tersebut,” kata Rachmat.

Modalku’s Parent Company to Proceed with Series C Funding Worth Over 625 Billion Rupiah

Modalku’s parent company, Funding Societies, is said to raise series C funding worth of $40 million (over 625 billion Rupiah). It was first published by TechInAsia.

Further details are yet to announce since the process is still ongoing. Modalku’s Co-Founder & CEO, Reynold Wijaya, confirmed the news to DailySocial. “Close soon” he said.

In general, he said the fresh money will be distributed to support all aspects of the company’s strategies, including to empower Indonesia’s SMEs. “We’ll keep monitoring the global economic situation in order for this funding can be optimized.”

The current wave of the Covid-19 pandemic forced Modalku to make various internal and external anticipatory measures. From the external side, the company prepared consideration steps to restructure credit according to the regulator’s recommendations. Reynold claimed his team is currently in discussion with the affected borrowers.

In terms of business, the company has now supported health facilities registered as BPJS Health partners to get early payment from Modalku for the BPJS Health bill until payment is completed. They also provide loan facilities to support the health sector, both suppliers of medical devices and health facilities that require medical devices.

Internally, the company also conducts streamline operations to improve efficiency to simplify the operational process. As Reynold said, in these conditions, it is important for companies to stabilize the company’s pace and continue to grow in a healthy manner. Therefore, he avoids calling the initiative as layoff.

“It is not actually a layoff. In Indonesia, we held streamline operations to be more efficient. Macroeconomic condition due to this pandemic has affected SMEs who happened to be Modalku’s borrowers, hence affected our business operation,” he concluded.

Funding Societies announced Series B funding in 2018 of $25 million. It was led by Softbank Ventures Korea, with participation of  Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, and Line Ventures.

Last year, the company received debt funding with an undisclosed value from Triodos Microfinance Fund and Triodos Fair Share Fund. The company also invested in Paper.id in the Series A stage, along with Golden Gate Ventures.

Modalku’s parent company operates in three countries, Singapore, Malaysia, and Indonesia. Cumulatively, the company has disbursed loans up to Rp14.07 trillion in April 2020. In Indonesia alone, Modalku has channeled Rp3.09 trillion as of March 2020. The total borrowers reached 33,700, consisting of 10,783 institutions and 22,917 individuals.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Induk Modalku Proses Pendanaan Seri C Lebih dari 625 Miliar Rupiah

Induk Modalku, Funding Societies, dikabarkan sedang menggalang pendanaan seri C senilai $40 juta (lebih dari 625 miliar Rupiah). Kabar ini pertama kali diwartakan oleh TechInAsia.

Detail pendanaan belum bisa disebutkan secara rinci karena proses masih berlangsung. Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengonfirmasi kebenaran informasi tersebut kepada DailySocial. “Close soon,” ujarnya.

Secara umum, dia mengatakan dana segar ini akan digunakan untuk mendukung strategi perusahaan dalam berbagai aspek, termasuk mendukung perkembangan usaha kecil dan mikro di Indonesia. “Kami akan terus memantau kondisi ekonomi secara global agar pendanaan ini bisa dimanfaatkan secara maksimal.”

Gelombang pandemi Covid-19 yang terjadi memaksa Modalku membuat berbagai langkah antisipasi internal dan eksternal. Dari sisi eksternal, perusahaan mempersiapkan sejumlah langkah untuk merestrukturisasi kredit sesuai anjuran regulator. Reynold mengaku pihaknya sedang berdiskusi dengan peminjam yang mengajukan permohonan tersebut.

Di samping itu, dari segi bisnis perusahaan kini mendukung fasilitas kesehatan (faskes) yang merupakan mitra BPJS Kesehatan untuk mendapatkan pembayaran lebih awal dari Modalku atas tagihannya ke BPJS Kesehatan sampai adanya penyelesaian pembayaran. Mereka juga menyediakan fasilitas pinjaman untuk mendukung sektor kesehatan, baik penyuplai alat kesehatan dan faskes yang membutuhkan alat kesehatan.

Dari sisi internal, perusahaan juga melakukan streamline operations untuk meningkatkan efisiensi agar proses operasional lebih sederhana. Menurut Reynold, pada kondisi seperti ini, penting bagi perusahaan untuk menstabilkan laju perusahaan dan tetap tumbuh secara sehat. Maka dari itu, ia enggan menyebutnya ini sebagai layoff.

“Sebenarnya bukan layoff. Di Indonesia, kita streamline operations agar lebih efisien. Kondisi ekonomi makro dengan pandemi ini berdampak pada bisnis UMKM yang menjadi peminjam di Modalku, tentunya berdampak terhadap jalannya bisnis kami,” pungkasnya.

Funding Societies mengumumkan pendanaan Seri B pada 2018 sebesar $25 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Softbank Ventures Korea, diikuti oleh Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, dan Line Ventures.

Tahun lalu, perusahaan mendapat pendanaan debt dengan nilai dirahasiakan dari Triodos Microfinance Fund dan Triodos Fair Share Fund. Perusahaan juga berinvestasi untuk Paper.id pada tahap Seri A, bersama Golden Gate Ventures.

Induk Modalku beroperasi di tiga negara, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Secara kumulatif, perusahaan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp14,07 triliun pada April 2020. Di Indonesia saja, Modalku telah menyalurkan Rp3,09 triliun per Maret 2020. Total peminjamnya mencapai 33.700, terdiri dari 10.783 institusi dan 22.917 individu.

Application Information Will Show Up Here

Langkah Antisipasi P2P Lending terhadap Kredit Macet

Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) sudah nampak memukul berat segala lapisan perekenomian. Dampaknya tak tanggung-tanggung. Ratusan ribu pekerja dikabarkan sudah dirumahkan oleh kantor masing-masing. Krisis ekonomi sudah berlangsung dan diperkirakan masih terjadi hingga beberapa bulan ke depan.

Dalam situasi seperti saat ini salah satu institusi yang menjadi sorotan adalah peer to peer (P2P) lending. Sebagai lembaga penyalur kredit di samping perbankan, layanan P2P lending bisa jadi andalan masyarakat terutama pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk mengakses modal di situasi sulit seperti ini. Namun dalam kondisi ini juga, risiko yang mereka hadapi meningkat. Ancaman kredit macet bisa terjadi jika langkah antisipasi tak diambil dari jauh hari.

Kami berbicara dengan sejumlah fintech P2P lending menyikapi situasi ini. Investree, Modalku, dan Koinworks turut bicara mengenai ini.

Antisipasi para pemain

Keterangan pertama datang dari Modalku. Secara tertulis, Modalku mengaku sudah memantau potensi dampak Covid-19 sejak Januari lalu. Setidaknya ada tiga langkah yang mereka tempuh sebagai antisipasi yakni seleksi yang lebih ketat kepada calon peminjam dan bereaksi lebih cepat terhadap perubahan kondisi ekonomi makro.

Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, sejumlah industri seperti pangan, perjalanan, perdagangan lintas negara, dan industri jasa yang intens memakai tenaga kerja asing yang terkena dampak di Asia Tenggara adalah contoh implementasi langkah mitigasi poin pertama mereka. Reynold menyebut industri-industri itu akan mendapat disorot lebih dalam penilaian pengajuan pinjaman. Untuk poin kedua, Modalku berusaha membuat penyesuaian batas jumlah dan tenor sesuai jenis UMKM yang diselesaikan kasus per kasus. Terakhir, Modalku akan menggenjot kerja sama dengan e-commerce mengingat segmen mikro sekarang kian banyak beralih ke e-commerce.

“Secara berkala, kami akan terus mengelola langkah- langkah tersebut dengan hati – hati dan mengembangkan kemampuan manajemen risiko sesuai dengan situasi ekonomi global saat ini. Modalku juga akan terus berkoordinasi dengan OJK sebagai regulator & AFPI sebagai asosiasi sehingga langkah-langkah yang kami ambil sesuai dengan regulasi dari OJK,” jelas Reynold.

Nada lebih optimis datang dari Investree. CEO Adrian Gunadi menjelaskan bahwa ada peluang untuk keluar dari krisis dengan keuntungan baru. Salah satunya adalah munculnya sejumlah sektor yang dianggap punya masa depan cerah di tengah situasi sulit saat ini yakni seperti telekomunikasi dan kesehatan.

Namun langkah antisipasi juga mereka buat. Investree memantau ketat proses pengajuan kredit baru, mengikat kerja sama dengan asuransi kredit, hingga membuka opsi restrukturisasi kepada peminjam.

“Kita akomodir kalau ada bororower yang mengajukan restruktur[isasi]. Sampai saat ini kita sedang diskusi dengan beberapa borrower di beberapa sektor hotel, ritel, dan kita lihat case by case apa saja yang bisa kita lakukan apakah ini jangka pendek, atau restruktur,” ungkap Adrian.

Sementara itu Koinworks mengklaim sejauh ini proses pengembalian pinjaman masih berjalan normal dengan non-performing loan (NPL) sekitar 1%. Tak berbeda jauh dengan pelaku lain, VP Marketing Koinworks, Frecy Ferry Daswaty menjelaskan pihaknya memperbanyak jalur kerja sama tak hanya dengan e-commerce tapi juga gerbang pembayaran, piranti lunak akuntansi, hingga logistik.

Koinworks juga menegaskan mengikuti ketentuan OJK terbaru yang memperlunak kewajiban peminjam dalam mengembalikan utangnya. Peraturan OJK Nomor 11 Tahun 2020 itu sebelumnya menetapkan sektor pariwisata, transportasi, perhotelan, pemrosesan, pertanian, dan pertambangan berhak memperoleh restrukturisasi keuangan akibat dampak wabah.

“KoinWorks memberikan solusi restrukturisasi cicilan yaitu menghitung kembali kemampuan atau kapasitas peminjam pada saat ini sehingga nilai angsuran akan disesuaikan. Perhitungan baru ini akan membantu debitur untuk mendapatkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan angsuran tetapi pada saat yang sama kreditor masih akan mendapatkan bunga,” ujar Frecy.

Risiko yang tersisa

Peneliti Yusuf Rendy Manilet dari Center of Reform on Economics (CORE) menyebut langkah pemerintah dan p2p lending dalam menyikapi situasi krisis sudah tepat sejauh ini. Meskipun demikian, Yusuf menegaskan masih ada bayang-bayang risiko yang dapat menimpa pemain p2p lending jika tak cepat ditangkal.

Risiko itu menurut Yusuf bakal berpengaruh kepada pihak pemberi pinjaman. Karakter modal di p2p lending yang lebih banyak berasal dari individu dianggap membuat mereka lebih rentan. Jika relaksasi cicilan tak berjalan tepat, potensi NPL akan meningkat lebih tinggi.

“Perlu ada semacam kewajiban menunjukkan untuk meng-underline bahwa mereka memiliki aset yang memadai. Memang dilematis dalam p2p individual lenders tidak punya bantalan,” imbuh Yusuf.

Yusuf pun berharap pemain p2p lending dapat menurunkan besaran suku bunga mereka. Pasalnya jadi pengetahuan bersama p2p lending memberlakukan bunga yang lebih tinggi dari perbankan. Penurunan daya ekonomi hampir segala lini masyarakat bagi Yusuf cukup menjadi alasan untuk hal itu.

The Impact of Covid-19 Pandemic for Startup Business in Indonesia

The government appeal to working from home and recommend physical distancing related to the Covid-19, especially in Jakarta area, has an impact on three centaur startup in Indonesia, Blibli.com, Modalku, and TaniHub Group.

TaniHub Group’s CEO, Ivan Arie Sustiawan said the agriculture e-commerce service is getting customers’ increase up to 20,000. The rise has impacted 15%-20% of transaction orders.

Not only vegetables, fruits, and harvested goods, the high demand also applies to herbs and other ingredients to improve body immune.

In anticipating the increase, he said, TaniHub has applied some new terms regarding food sofety to protect the safety and health of employees, partners, and customers without affecting the service quality. The food safety initiative actually exists since the beginning of TaniHub Group.

Capex evaluation plan

On the other hand, due to the unstable situation, TaniHub will re-evaluate all the ongoing capex [capital expenditures] in 2020. He said the initiative is for TaniHub can focus more on the investment with a direct impact on product availability for the public.

“Therefore, we allocated capex to add up on items availability, infrastructure, and some more delivery fleets,” he told DailySocial.

The same phenomenon occurs at Blibli.com. The marketplace which was established in 2010 experienced a surge in transactions for certain products such as hand sanitizers, health products, and fresh food. In fact, after the government announced a call to work from home, its services experienced a significant jump in transactions in utilities, cooking oil, milk and baby food products.

“Since the first COVID-19 case occurred in China, Blibli has anticipated by compiling several business scenarios with consideration if this case goes to Indonesia,” Blibli.com CEO Kusumo Martanto told DailySocial.

One of the business scenarios includes determining the focus of the business and allocation of funds for business development in 2020. As he said, the call to conduct social distancing is considered to have an effect on how companies allocate marketing spend.

When it was intended for company activities under normal circumstances, this allocation will later be used according to the needs of the latest conditions in Indonesia.

“To date, Blibli has not revised our business targets for 2020,” he said.

Currently, he continued, Blibli is focused on adjusting operational services with the current situation. Some of the strategies are shipping without contact (contactless shipping) where Blibli Express Service (BES) couriers are required to use masks and gloves when sending goods. This procedure is applied to all Blibli logistics partners.

Moreover, they also maintain product availability by applying order limitation procedures at merchant partners. In order to comply with the government’s appeal, this strategy applied to avoid irresponsible parties to hoard goods.

The impact on loan distribution

Also, the WFH and social distancing issue have affected the P2P lending Modalku. The company said some borrowers submit for rescheduled payment. It was due to Modalku’s segment that targets SMEs which had a major impact on the current situation.

“However, we will discuss further to the borrowers for solution related to the sustainability of SMEs businesses,” Modalku’s Co-Founder and CEO, Reynold Wijaya told DailySocial.

The centaur startup is in the middle of the mitigation process, one is to adjust loan services both limit and tenor. Therefore, the more comprehensive selection on the existing potential borrowers.

The team also guarantee the “responsible lending” principal by making assessment towards borrower’s financial ability to pay off their debt.

“In terms of target revision, we’re still on internal discussing since we’re currently focused on supporting SMEs which business has been affected by Covid-19 issue,” he added.

Per March 2020, Modalku has channeled around 1,750,506 loans worth of Rp13.49 trillion. The bad credit (default) is around 1.31 percent.

Back to the equilibrium state

As Mark Ventura Liman Rahardja said as the VP of Investor Relations & Strategy of BRI Ventures, this situation will trigger imbalances between sectors. Some sectors will be affected by the spread of COVID-19, otherwise other sectors will gain profits.

According to his hypothesis, social distancing will automatically change the way people shop. Especially since the government urged people to work from home, public space has no longer crowded. The government also began to close some tourist areas.

“In this case, e-commerce services and online healthcare will rise. On the other hand, it’ll be very hard for OTA players due to travel bans. Fortunately, instead of having only one vertical, some players have other business verticals to put on compensation. Hopefully, one or two quarters, the situation will return to the equilibrium state,” he told DailySocial back then.

Previously, the giant VC company Sequoia Capital had warned that the spread of COVID-19 would have a turbulent effect on business and investment climate in the startup industry. Sequoia even referred to Covid-19 as “The Black Swan in 2020”.

Sequoia warned the entire startup ecosystem and its derivatives to rethink a number of aspects of its business throughout this year. Some of these important aspects are capital management and expenditure, fundraising, sales predictions, talent acquisition, increased productivity, and marketing strategies.

“Even though your business may not directly be affected by this pandemic, you need to anticipate for consumers’ changing spending habits,” Sequoia said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Imbas Pandemi Covid-19 Bagi Sejumlah Startup di Indonesia

Imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah dan menerapkan social distancing terkait penyebaran Covid-19, terutama di Jakarta, rupanya memberikan pengaruh bagi tiga startup centaur Indonesia, yakni Blibli.com, Modalku, dan TaniHub Group.

Disampaikan CEO TaniHub Group Ivan Arie Sustiawan, layanan e-commerce hasil pertanian ini mengalami peningkatan pengguna sehingga kini jumlahnya mencapai lebih dari 20.000. Kenaikan turut mendongkrak transaksi pemesanan sekitar 15-20 persen.

Tak hanya penjualan buah, sayur, dan hasil tani, permintaan tinggi juga terjadi pada produk tanaman herbal dan produk lain yang bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Dalam mengantisipasi lonjakan permintaan ini, ujarnya, TaniHub menerapkan beberapa kebijakan baru terkait food sofety untuk melindungi keselamatan dan kesehatan karyawan, mitra, dan pelanggan tanpa mengurangi tingkat pelayanan. Prosedur food sofety ini sendiri sebetulnya sudah dijalankan sejak awal TaniHub Group berdiri.

Evaluasi rencana capex

Di sisi lain, karena ketidakpastian situasi sekarang, TaniHub mengevaluasi kembali seluruh rencana penggunaan modal (capex – capital expenditures) yang sedang maupun yang belum berjalan di 2020. Menurutnya, langkah ini diambil agar TaniHub bisa lebih fokus pada investasi yang memberikan dampak langsung terhadap ketersediaan produk kepada masyarakat.

“Jadi, kami mengalokasikan capex untuk menambah kapasitas persediaan barang, infrastuktur, serta menambah armada pengantaran kami,” tambahnya kepada DailySocial.

Fenomena sama terjadi pada Blibli.com. Markeplace yang berdiri di 2010 ini mengalami lonjakan transaksi untuk produk tertentu seperti hand sanitizer, produk kesehatan, dan makanan segar. Malahan, pasca pemerintah mengumumkan imbauan bekerja dari rumah, layanannya mengalami lonjakan transaksi yang signifikan pada produk utilities, minyak goreng, susu, dan makanan bayi.

“Sejak kasus COVID-19 pertama terjadi di Tiongkok, Blibli telah melakukan antisipasi dengan menyusun beberapa skenario bisnis dengan pertimbangan jika kasus ini masuk ke Indonesia,” ujar CEO Blibli.com Kusumo Martanto kepada DailySocial.

Salah satu skenario bisnis yang dimaksud mencakup penentuan fokus bisnis dan alokasi dana untuk pengembangan bisnis di 2020. Menurutnya, imbauan untuk melakukan social distancing dinilai bakal berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan mengalokasikan marketing spending.

Jika awalnya diperuntukkan pada kegiatan perusahaan dengan situasi normal, alokasi ini nantinya akan digunakan sesuai kebutuhan kondisi terkini di Indonesia.

“Sejauh ini, Blibli tidak melakukan revisi target bisnis kami untuk tahun 2020,” ungkapnya.

Untuk saat ini, lanjutnya, Blibli fokus untuk menyesuaikan layanan operasional sesuai dengan kondisi saat ini. Beberapa strateginya adalah melakukan pengiriman tanpa kontak (contactless shipping) di mana kurir Blibli Express Service (BES) diwajibkan menggunakan masker dan sarung tangan pada saat mengirim barang. Prosedur ini diterapkan ke seluruh mitra logistik Blibli.

Kemudian, pihaknya juga berupaya untuk menjaga ketersediaan produk dengan melakukan prosedur pembatasan stok pada mitra merchant. Sesuai imbauan pemerintah, strategi ini dilakukan untuk menghindari para pihak tidak bertanggungjawab untuk menimbun barang.

Mulai berimbas ke penyaluran pinjaman

Di sisi lain, kebijakan WFH dan social distancing berimbas terhadap bisnis P2P lending milik Modalku. Menurut perusahaan, sejumlah peminjam mulai mengajukan rescheduling pembayaran utang. Imbas ini karena Modalku bermain di segmen UMKM yang cukup terpukul situasi sekarang.

“Namun, kami akan berdiskusi dengan para peminjam untuk menemukan solusi terkait untuk mendukung keberlangsungan perkembangan bisnis UMKM,” ungkap Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya dalam pernyataannya kepada DailySocial.

Startup centaur ini tengah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi, seperti melakukan penyesuaian dalam pemberian pinjaman, baik limit dan tenor pinjaman. Kemudian, melakukan seleksi lebih komprehensif terhadap calon peminjam maupun peminjam existing.

Pihaknya juga menjamin untuk tetap menerapkan prinsip “responsible lending”  dengan melakukan penilaian terhadap kemampuan finansial peminjam dalam melunasi pinjamannya.

“Soal revisi target, kami masih lakukan diskusi di internal mengingat saat ini kami masih fokus untuk mendukung UMKM yang bisnisnya terdampak oleh Covid-19,” tambahnya.

Per Maret 2020, Modalku telah menyalurkan sebanyak 1.750.506 jumlah pinjaman yang senilai Rp13,49 triliun. Tingkat gagal bayar (default) Modalku berkisar di angka 1,31 persen.

Kembali ke titik ekuilibrium

Menurut VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures Markus Liman Rahardja, situasi seperti ini bakal memicu terjadinya ketidakseimbangan antar sektor. Beberapa sektor akan terdampak penyebaran COVID-19, sebaliknya sektor lain bakal mendulang keuntungan.

Menurut hipotesisnya, social distancing otomatis akan mengubah cara orang berbelanja. Apalagi sejak pemerintah mengimbau masyarakat untuk bekerja dari rumah, ruang publik mulai sepi. Pemerintah juga mulai menutup kawasan wisata di sejumlah daerah.

“Dalam hal ini, layanan e-commerce dan online healthcare bakal naik. Di sisi lain, pemain OTA akan hit hard karena travel ban. Untungnya, beberapa player tidak main di satu vertikal, jadi vertikal bisnis lain bisa compensate. Hopefully, one or two quarter situasinya bakal kembali ke titik ekuilibrium,” jelasnya kepada DailySocial beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, perusahaan VC raksasa Sequoia Capital telah memperingatkan bahwa penyebaran COVID-19 bakal memberikan efek turbulensi terhadap bisnis dan iklim investasi di industri startup dunia. Sequoia bahkan menyebut Covid-19 sebagai “The Black Swan di 2020”.

Sequoia memperingatkan seluruh ekosistem startup dan turunannya untuk memikirkan ulang sejumlah aspek bisnisnya di sepanjang tahun ini. Beberapa aspek penting ini adalah pengelolaan dan pengeluaran modal, penggalangan dana, prediksi penjualan, penambahan karyawan, peningkatan produktivitas, hingga strategi marketing.

“Meskipun mungkin bisnis Anda belum akan terdampak langsung dari kasus ini, Anda perlu mengantisipasi bahwa konsumen bisa saja mengubah spending habit mereka,” menurut Sequoia.