Gojek Wraps Up Acquisition of Moka at 2 Trillion Rupiah Valuation

The acquisition news of Moka point-of-sales startup by Gojek finally comes to an agreement, after spreading rumors since Agustus 2019. First, the company has submitted corporate action to the regulator, in this case, through KPPU official page as of April 9th, 2020.

Keterangan akuisisi Moka oleh Gojek di laman KPPU
Moka’s acquisition by Gojek in KPPU official page

Second,  Bloomberg also reported from a reliable source that Moka has acquired by Gojek at US$130 million or around 2 trillion Rupiah. The number has increased from the reported ones at US$120 million. The transaction is ongoing since last year and met an agreement just few months ago.

Gojek has taken the strategic step to channel the Series F funding which has been going since October 2018. In mid-March 2020, the company reportedly received additional funds of US$ 1.2 billion or equivalent to 18 trillion Rupiah for the round, completing the acquisition target of US $ 3 billion or equivalent to 42.2 trillion Rupiah.

Moka’s role can be very significant. Based in Jakarta, the company currently established by Grady Laksmono and Haryanto Tanjo since 2014 has reached users in 100 cities in Indonesia. More than 35 thousand restaurants, cafes, and other retail outlets take advantage of its POS mobile application.

Catatan capaian Moka sepanjang tahun 2019 / Moka
Moka’s achievement lists during 2019 / Moka

Moka aware of the tight competition in this vertical and continues to innovate including to launch Moka Fresh platform (purchasing raw materials) and Moka Capital (merchant loan funds) – in his statement Tanjo said that Moka’s vision of becoming a “merchant supper app”, intends to accommodate various retailers’ needs in an integrated manner through a digital platform.

In addition to cash transactions, the Moka cashier system allows business owners to accept payments with digital platforms such as Gopay, Ovo, LinkAja, even Kredivo and Akulaku. While a deeper collaboration scenario between Gojek and Moka has not been delivered.

This is becoming one, out of many Gojek’s acquisitions for Indonesian startups. Previously, the local decacorn also took several startups including Loket, Kartuku, Midtrans, Mapan, and Promogo.

Some acquisitions has succeeded in expanding the Gojek service ecosystem, for example, the consolidation with Loket team that produced the GoTix service. Loket Founder Edy Sulistyo was lined up to lead the entertainment division owned by Gojek.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Resmi Akuisisi Moka, Dikabarkan Nilainya Capai 2 Triliun Rupiah

Kabar akuisisi startup point-of-sales Moka oleh Gojek akhirnya mencapai titik terang, setelah sebelumnya menjadi rumor sejak Agustus 2019 lalu. Pertama, perusahaan telah melaporkan aksi korporasi tersebut ke regulator, dalam hal ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha – kini juga bisa dibaca melalui laman resmi KPPU tertanggal 9 April 2020.

Keterangan akuisisi Moka oleh Gojek di laman KPPU
Keterangan akuisisi Moka oleh Gojek di laman KPPU

Lalu kedua, hari ini (23/4) Bloomberg turut memberitakan, sumber yang dekat dengan kesepakatan itu mengatakan akuisisi Moka telah dirampungkan Gojek senilai US$130 juta atau setara 2 triliun Rupiah. Angka ini sedikit meningkat dari yang sebelumnya banyak beredar US$120 juta. Transaksi telah dirundingkan sejak tahun lalu dan baru mencapai sepakat beberapa bulan lalu.

Langkah strategis ini dilakukan Gojek memanfaatkan perolehan pendanaan seri F yang telah berlangsung sejak Oktober 2018 lalu. Pertengahan Maret 2020 diberitakan, perusahaan mendapatkan tambahan dana US$1,2 miliar atau setara 18 triliun Rupiah untuk putaran tersebut, melengkapi target perolehan US$3 miliar atau setara 42,2 triliun Rupiah.

Peran Moka bisa jadi sangat signifikan. Berbasis di Jakarta, saat ini perusahaan yang didirikan Grady Laksmono dan Haryanto Tanjo sejak tahun 2014 ini telah menjangkau pengguna di 100 kota di Indonesia. Lebih dari 35 ribu restoran, cafe, dan gerai ritel lainnya manfaatkan aplikasi mobile POS yang dimilikinya.

Catatan capaian Moka sepanjang tahun 2019 / Moka
Catatan capaian Moka sepanjang tahun 2019 / Moka

Sadar persaingan di vertikal bisnis ini sangat banyak, Moka terus lakukan inovasi termasuk dengan menghadirkan platform Moka Fresh (pembelian bahan baku) dan Moka Capital (pinjaman dana merchant) – dalam keterangannya Tanjo mengatakan bahwa visi Moka menjadi “merchant supper app”, bermaksud mengakomodasi berbagai kebutuhan peritel secara terpadu melalui platform digital.

Selain mencatatkan transaksi tunai, sistem kasir Moka memungkinkan pemilik bisnis untuk menerima pembayaran dengan platform digital seperti Gopay, Ovo, LinkAja, bahkan Kredivo dan Akulaku. Sementara skenario kolaborasi yang lebih mendalam antara Gojek dan Moka belum disampaikan.

Ini jadi proses akuisisi kesekian yang dilakukan Gojek terhadap startup Indonesia. Sebelumnya decacorn lokal tersebut juga caplok beberapa startup termasuk Loket, Kartuku, Midtrans, Mapan, hingga Promogo.

Beberapa hasil akuisisi berhasil memperluas ekosistem layanan Gojek, misalnya konsolidasi dengan tim Loket yang menghasilkan layanan GoTix. Founder Loket Edy Sulistyo didapuk untuk memimpin divisi hiburan yang dimiliki Gojek.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

TADA, Gojek, dan Moka Inisiasi Platform “Supportlocalbrands”, Bantu Peritel Berjualan Kupon Belanja

Dampak pandemi yang luas ke segala sektor usaha, menyiksa pebisnis untuk putar otak untuk memastikan usahanya tetap berjalan. Tada, platform end-to-end customer retention, dibantu Gojek dan Moka membuat gerakan dukung merek lokal atau Supportlocalbrands, sudah mulai beroperasi sejak awal Apri 2020.

Kolaborasi tersebut berbentuk adanya akses buat masyarakat untuk membeli kupon dari merek lokal dengan harga spesial lewat aplikasi Gojek dan situs web Supportlocalbrands itu sendiri. Beragam kupon yang ditawarkan di antaranya untuk produk makanan dan minuman, fesyen, layanan kecantikan, kesehatan pribadi, gaya hidup, dan hotel.

“Melalui gerakan ini, baik konsumen dan pemilik bisnis sama-sama memperoleh manfaat. Konsumen dapat membeli lebih awal kupon dari ratusan merek lokal. Kupon ini nantinya bisa digunakan saat layanan tersedia atau bisnis buka kembali. Sementara itu, pemilik bisnis dapat mempertahankan usahanya dengan pemasukan dari hasil penjualan kupon ini,” terang Managing Director TADA Antonius Taufan kepada DailySocial, Senin (20/4).

Gojek turut berpartisipasi lantaran solusi yang diinisiasi oleh TADA menjawab permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari. Situs Supportlocalbrands kini tersedia melalui shuffle card di dalam aplikasi Gojek untuk memudahkan lebih banyak pelanggan untuk mengakses kesempatan tersebut.

“Inisiatif ini merupakan salah upaya nyata kami untuk memastikan pengguna Gojek mendapat manfaat potongan harga dari merek lokal favorit mereka, sekaligus membantu bisnis karya anak bangsa untuk tetap bertahan,” imbuh Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita.

Hadirnya TADA dan inisiasinya dalam aplikasi Gojek, menandakan bertambahnya mitra pihak ketiga yang berpartisipasi untuk perkuat posisinya sebagai super app.

Sejak softlaunch pada awal bulan ini, disebutkan situs ini sudah menjaring lebih dari raturan merek lokal untuk berpartisipasi, termasuk mereka yang sudah menjadi merchant di Moka.

Co-Founder & CEO Moka Haryanto Tanjo mengatakan, mereka sudah mengimbau 40 ribu merchant-nya untuk turut berpartisipasi dan mendukung kemudahan dalam penukaran kupon. “Kolaborasi ini salah satu bentuk inisiatif kami untuk membantu pelaku usaha dalam menghadapi masa sulit,” katanya.

Keberadaan dukungan ini, lanjutnya, begitu dibutuhkan pebisnis. Meski tidak memberi data rinci, Taufan menyebut beberapa klien ritelnya memang melaporkan bahwa mereka sudah melakukan pemotongan gaji atau merumahkan karyawan dalam kurun waktu tertentu demi mempertahankan cashflow.

“Untuk angka pastinya, mohon maaf kami tidak bisa sebut, namun yang pasti bagi sektor ritel, hal ini sangat berdampak besar,” ujar Taufan.

Dia juga menyebut dalam membuat gerakan ini ketiga perusahaan tidak memungut biaya atas transaksi yang terjadi hingga 30 Juni 2020. Keseluruhan nilai yang dibayarkan konsumen akan diberikan sepenuhnya kepada para pelaku usaha yang bergabung.

Rencananya, situs ini akan aktif sampai tanggal tersebut dan pembeli bisa membeli hingga waktu tersebut. Seluruh kupon yang dibeli akan memiliki masa berlaku satu tahun, sehingga pembeli punya cukup waktu hingga gerai-gerai kembali di buka untuk menukarnya.

“Untuk ke depannya, jika pelaku usaha masih ingin memakai platform yang sama untuk program yang berbeda, maka dikembalikan sesuai kebijakan pemilik platform masing-masing. Yang pasti, tidak ada keterikatan apapun selama gerakan ini berlangsung.” pungkas Taufan.

Demi memastikan transaksi dapat berjalan lancar, TADA terus mengupayakan agar traffic ke situs semakin optimal.

Moka’s Five Year Journey and Its Ambition to be A Super-App Merchant

The increasing number of point-of-sale (POS) players might not be an issue, because the real enemy is the inefficient cash payment. There’s still a lot of homework for every stakeholder to solve many issues regarding business support, particularly SMEs, providing convenience transactions to all customers.

Moka is one of the players in this sector. It is known, not only as POS service but has claimed to be a super-app merchant, followed by its expansion to other verticals in order to support the ‘merchant’ business.

The super-app merchant is a new term the company aims to promote, as the public familiar with the super app term yet focuses only on the products for end consumers.

“In the first three years, we build up our POS service due to its complexity to handle small to big merchants; from POS, management, CRM, inventory. Afterward, in 2019, we scale up with new products, such as Moka Capital, Moka Pay, Moka Connect, and Moka Fresh,” Moka’s Co-Founder and CEO, Haryanto Tanjo said in an exclusive interview with certain media in the office last time (2/20).

Becoming the super app means the company is to highlight collaboration with partners to create an ecosystem. Almost every product vertical in Moka is a partnership result. Haryanto said, to acquire partners, the business has adopted an open ecosystem for seamless API integration.

Moka Capital is a collaboration with a p2p lending company to facilitate merchants for access to capital for business development. The partners include KoinWorks, Taralite, and Modalku. Since established in late 2018, it is said to distribute more than Rp40 billion for 300 merchants. They offer loans from Rp5 million to Rp2 billion with three months to 18 months tenor.

Furthermore, Moka Fresh as a marketplace to provide supply chains for culinary merchants online. The company partners with players such as Sayurbox, Blibli, Greenfields, Diamond, Unilever, Bogasari and ABC. In total, the product has owned more than 3 thousand SKUs.

“Culinary merchant spent 30%-40% on supply chain. However, as a single outlet, how you suppose to bargain with distributors. We want to support this through Moka Fresh, we aggregate order from our merchants to have the best price from the distributor.”

Next, there is Moka Pay to manage payment options in one simple cashier app. Every popular e-wallet is integrated into Moka Pay, including Akulaku and Kredivo.

MRT Jakarta partners up with Moka Connect

mokapos

The latest announcement for Moka’s product vertical is the partnership with MRT as Moka Connect‘s new merchant. This is a marketplace containing various applications provided by third parties to support merchant businesses of all business scales, including the corporate level.

Examples of applications that already joined are Jurnal and Accurate Online to help bookkeeping, Eatsy to help consumers order food and beverages before arriving at the restaurants. The order will automatically listed in the Moka system, therefore, employees don’t have to re-record orders through the Eatsy application.

Furthermore, Storelogy is a platform that helps merchants create online sites, and GrabJobs is a recruitment platform to find high-risk blue-collar workers due to the high turn-over rate.

“Inside Moka Connect, we invite developers to involve and build applications on the Moka platform. The model is more or less the same as Google Play or App Store consists of many applications available for download. Thus, Moka’s will be seen as highly-recommended by merchants.”

Haryanto continued, “Enterprises have known Moka for the small merchant, it doesn’t seem so nowadays. Enterprises with their own ERP (enterprise resource planning) system, can also use Moka Connect to integrate their POS with Moka.”

Recently, MRT Jakarta announced a collaboration with Moka for this product. Moka Connect will be integrated into the merchant’s POS machine at the MRT station, even though the merchant is using another brand.” MRT can manage transactions from its SMEs, especially MRT and its merchants with its own revenue-sharing system.”

Focusing on growth

Product innovation and service expansion have become crucial things for POS players, in fact, many players in the local arena are also trying to present similar solutions. Besides Moka, there are other startups like Qasir, Cashlez POS, Pawoon, Nuta and the latest Youtap.

Haryanto said the online cashier business is still in its early stage, or yet to mature, that there are many merchants, especially micro, are yet to educate well with the benefits to their business. Business people who have been reached by the digital world are still far behind those offline businesses.

Quoting from the Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises (Kemenkop UKM), in 2017 as many as 3.79 million micro, small and medium enterprises (MSMEs) have utilized the online platform in marketing their products. This number is around 8 percent of the total SMEs in Indonesia, which is 59.2 million.

mokaplan

In terms of consumer, Moka noted that the percentage of transactions using cash still dominated the non-cash around 60%. “How to change the mindset of micro-merchants to get online is the hardest question. This requires collaborative efforts with all stakeholders, instead just Moka.”

Because the market is broad and yet to mature, Moka currently installing a mindset to focus on increasing growth. Although, in a business model, SaaS with b2b target consumers, naturally has a clearer unit of economics as to what the roadmap is to lead to profitability.

Another advantage in SaaS business is its higher gross margin, therefore, the income will stay without subsidies. Even if it does, the gross margin will remain large. The main income from SaaS is generally a subscription either monthly or annually, depending on each strategy.

“The question is whether you want profit now or later, whether you still have a mindset for growth. Revenue and profits we earn will be invested in more growth. However, we believe profitability is important. Because in the end, we have to take that way.”

On the same occasion, Haryanto avoids commenting further on the acquisition rumor of Moka by Gojek. He said the same statement as he responded to the public some time ago. “We do not comment on market speculation,” he said at the time, quoting from KrAsia.

He said the company is targeting 100 thousand merchants to join Moka this year, currently, there are more than 30 thousand merchants. Two-thirds of those are engaged in the culinary business, while the rest are from retail and service businesses.

With diverse business verticals, companies are confident to attract new merchants. Although, the POS business is currently Moka’s core business for it is the connecting bridge to other Moka verticals.

Since established in 2014, Moka currently has more than 800 employees and is entirely local talent.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Perjalanan Lima Tahun Moka dan Ambisinya Menjadi “Merchant Super App”

Gempuran pemain point-of-sales (POS) yang semakin ramai sebenarnya bukan menjadi soal, karena musuh terbesarnya adalah pembayaran tunai yang inefisien. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan semua stakeholder untuk menyelesaikan berbagai isu dalam mendukung bisnis, khususnya UKM, memberikan kenyamanan bagi pelanggannya bertransaksi.

Moka jadi salah satu pemain di sektor tersebut. Kini mereka tidak hanya ingin dikenal penyedia POS saja, namun telah mengukuhkan diri sebagai “merchant super app”, dibarengi ekspansi perusahaan ke vertikal produk lain yang berfungsi mendukung bisnis merchant itu sendiri.

Merchant super app adalah istilah baru yang ingin digencarkan perusahaan, lantaran selama ini publik lebih familiar dengan super app, namun lebih mengarah pada produk yang digunakan oleh konsumen akhir.

“Pada tiga tahun pertama kita perkuat POS karena itu kompleks untuk bisa melayani merchant kecil sampai besar; mulai dari POS, manajemen, CRM, inventory. Lalu di 2019 kita mulai scale up produk baru, seperti Moka Capital, Moka Pay, Moka Connect dan Moka Fresh,” ujar Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo, dalam wawancara terbatas bersama beberapa media di kantornya, kemarin (20/2).

Menjadi super app, artinya perusahaan menekankan pada unsur kolaborasi dengan para mitra untuk membangun ekosistem. Hampir seluruh vertikal produk di Moka adalah hasil kolaborasi. Menurut Haryanto, untuk menarik banyak mitra, makanya bisnisnya mengadopsi konsep ekosistem terbuka agar integrasi API lebih jauh mudah.

Moka Capital adalah hasil kolaborasi dengan perusahaan p2p lending yang memudahkan merchant mendapat akses permodalan untuk pengembangan usaha. Mitranya ada KoinWorks, Taralite dan Modalku. Disebutkan, sejak dirilis pada akhir 2018, telah menyalurkan lebih dari Rp40 miliar untuk 300 merchant. Pinjaman yang ditawarkan mulai dari Rp5 juta sampai Rp2 miliar dan tenor tiga bulan sampai 18 bulan.

Berikutnya, Moka Fresh berupa marketplace untuk bantu merchant kuliner menyuplai pasokan bahan baku secara online. Perusahaan bermitra dengan pemain seperti Sayurbox, Blibli, Greenfields, Diamond, Unilever, Bogasari dan ABC. Secara total, dalam produk ini telah memiliki lebih dari 3 ribu SKU.

Merchant kuliner sekitar 30%-40% cost terbesarnya adalah belanja bahan baku. Kalau mau increase gross margin atau profit, pasti harus reduce cost bahan baku. Tapi kalau merchant yang hanya ada single outlet, bagaimana mau nego harga ke distributor. Itu yang mau kita bantu lewat Moka Fresh, kita aggregate order dari merchant kami untuk dapat harga terbaik dari distributor.”

Selanjutnya, ada Moka Pay untuk mengelola berbagai metode pembayaran dalam satu aplikasi kasir versi sederhana. Seluruh aplikasi e-wallet ternama sudah masuk dalam Moka Pay, ditambah Akulaku dan Kredivo.

MRT Jakarta bergabung sebagai mitra Moka Connect

Pengumuman terbaru untuk vertikal produk Moka adalah bergabungnya MRT sebagai merchant  Moka Connect. Ini adalah marketplace berisi berbagai aplikasi yang disediakan pihak ketiga untuk dukung bisnis merchant dari semua skala bisnis, termasuk level korporasi.

Contoh aplikasi yang sudah bergabung ada Jurnal dan Accurate Online untuk bantu pembukuan, Eatsy untuk bantu konsumen memesan makanan dan minuman sebelum datang ke restoran. Pesanan tersebut akan masuk secara otomatis ke sistem kasir Moka, sehingga karyawan tidak perlu mencatat ulang untuk pesanan yang masuk melalui aplikasi Eatsy.

Lalu, Storelogy adalah platform yang membantu merchant membuat situs online, dan GrabJobs adalah platform perekrutan untuk mencari tenaga kerja blue collar yang riskan karena punya turn-over yang tinggi.

“Di dalam Moka Connect, kita invite para developer untuk masuk ke sana dan bangun aplikasi di atas platform Moka. Modelnya kurang lebih sama dengan Google Play atau App Store yang punya banyak aplikasi yang bisa diunduh. Dengan demikian, usage Moka semakin kuat di mata para merchant.”

Haryanto melanjutkan, “Selama ini enterprise mengenal Moka untuk merchant kecil, tapi sekarang sudah tidak begitu. Enterprise yang sudah punya sistem ERP (enterprise resource planning) sendiri, bisa pakai Moka Connect untuk integrasikan POS mereka dengan Moka.”

Kabar teranyarnya, MRT Jakarta mengumumkan kerja sama dengan Moka untuk produk ini sebagai mitra. Moka Connect akan tersambung ke mesin POS merchant UKM yang berjualan di stasiun MRT, meski merchant tersebut memakai mesin POS merek lain. “MRT bisa manage transaksi dari UKM-nya, terlebih di MRT dan merchant-nya ada sistem revenue sharing sendiri.”

Masih fokus pada pertumbuhan

Inovasi produk dan perluasan layanan memang jadi hal krusial yang harus dilakukan para pemain POS, pasalnya di kancah lokal pun sudah banyak pemain yang coba hadirkan solusi serupa. Selain Moka ada startup lain seperti Qasir, Cashlez POS, Pawoon, Nuta sampai yang terbaru Youtap.

Haryanto memandang, bisnis aplikasi kasir online masih dalam tahap awal alias belum dewasa (mature) karena masih ada banyak merchant, terutama mikro, yang belum teredukasi baik dengan manfaatnya terhadap pengembangan bisnisnya. Persentase pebisnis yang sudah tersentuh dengan dunia digital masih kalah jauh dengan mereka yang masih offline.

Mengutip dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), pada 2017 sebanyak 3,79 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sudah memanfaatkan platform online dalam memasarkan produknya. Jumlah ini berkisar 8 persen dari total pelaku UMKM yang ada di Indonesia, yakni 59,2 juta.

Dari sisi konsumen pun juga demikian, Moka mencatat persentase transaksi yang memakai tunai masih mendominasi sekitar 60% terhadap non tunai. “Bagaimana mengubah pola pikir merchant mikro untuk masuk ke online adalah pertanyaan tersulit. Ini butuh upaya kolaboratif dengan semua stakeholder, tidak hanya Moka saja.”

Lantaran pasar yang masih luas dan belum sampai pada tahap dewasa, Moka masih memasang mindset untuk fokus pada meningkatkan pertumbuhan. Kendati, secara model bisnis, SaaS dengan target konsumen b2b, secara alamiah punya unit economics yang lebih jelas seperti apa roadmap-nya untuk mengarah pada profitabilitas.

Kelebihan lainnya di SaaS adalah punya gross margin yang lebih tinggi, sehingga tanpa memberi subsidi pun tetap memperoleh pendapatan. Sekalipun iya, gross margin yang didapat masih tetap besar. Pemasukan utama dari SaaS umumnya adalah berlangganan entah bulanan atau tahunan, tergantung strategi masing-masing.

“Pertanyaannya mau profit sekarang atau nanti, kalau kita mindset-nya masih growth. Revenue dan profit yang kita dapat di-invest untuk more growth. Tapi kita percaya profitability itu penting karena ujung-ujungnya harus ke arah sana.”

Dalam kesempatan yang sama, Haryanto menolak untuk berkomentar terkait rumor atas akuisisi Moka oleh Gojek. Dia menuturkan, pernyataan yang ia sampaikan ke publik beberapa waktu lalu atas tanggapan tersebut masih sama. “Kami tidak mengomentari spekulasi pasar,” katanya pada saat itu, mengutip dari KrAsia.

Dia menuturkan pada tahun ini perusahaan menargetkan 100 ribu merchant bergabung ke Moka, dari saat ini ada lebih dari 30 ribu merchant. Dua pertiga yang bergabung bergerak di bisnis kuliner, sementara sisanya berasal dari bisnis ritel dan jasa.

Dengan vertikal bisnis yang beragam, perusahaan percaya diri untuk bisa menarik merchant baru. Kendati, bisnis POS masih menjadi backbone dari Moka karena menjadi jembatan penghubung menuju vertikal Moka lainnya.

Sejak beroperasi pada 2014, kini Moka memiliki lebih dari 800 karyawan dan sepenuhnya adalah talenta lokal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Moka Partners with P2P Lending Platform to Distribute Funding for SMEs

Moka’s innovation as a SaaS (Software as a Services) provider for cashiers is not limited to the features in the application. They also present services to help SMEs develop businesses. One of those is Moka Capital, a service that connects SMEs with various types of capital institutions under OJK supervision.

Moka Capital practically began operation since mid-2018. Currently, they have worked with various p2p lending platforms such as Koinworks, Taralite, and Modalku.

The Moka team is said to have distributed capital loans worth more than Rp40 billion to more than 300 business people. They offer various numbers of loans from IDR5 million to IDR2 billion with tenors from 3 to 18 months.

“Systematically, we provide access for Moka merchants to connect with the integrated fintech partners. Through the back-office, merchants can choose partners they see fit to each the requirements that have been attached,” Moka’s VP Brand & Marketing Bayu Ramadhan said.

Moka also claims the submission process through the Moka Capital system is easier than conventional loan products. In addition, funding is offered without collateral.

“Merchants can submit applications without attaching financial reports and transaction lists because all sales data have been integrated with the Moka system for the purposes of credit analysis for partners,” Bayu added.

Moka’s journey to help merchants is not without obstacles and challenges. One of which is to give an understanding that easy access to investors can help businesses to develop.

“Moka will expand collaboration with various financial institutions and the financial services industry in Indonesia, to provide relevant loan products, therefore, more business players can benefit from business development through capital funds obtained through Moka Capital. Currently, Moka is conducting a trial collaboration with various other institutions to provide funding in the form of equity crowdfunding and credit line facilities,” Bayu said.

Moka currently runs several digital ecosystems besides POS, including Moka Pay, Moka Capital, Moka Fresh, and Moka Connect. Moka Pay is a payment aggregator application, while Moka Fresh is a service that connects food suppliers for culinary merchants.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gandeng Platform P2P Lending, Moka Capital Salurkan Permodalan untuk Mitra UKM

Inovasi Moka selaku penyedia SaaS (Software as a Services) untuk kasir tidak berhenti pada fitur yang ada dalam aplikasi. Mereka juga menghadirkan layanan yang mampu membantu UKM mengembangkan bisnis. Salah satunya dengan Moka Capital, yakni layanan yang menghubungkan UKM dengan berbagai macam lembaga permodalan yang berada di bawah pengawasan OJK.

Moka Capital sejatinya mulai dijalankan sejak pertengahan tahun 2018. Hingga saat ini mereka telah bekerja sama dengan berbagai macam platform p2p lending seperti Koinworks, Taralite dan Modalku.

Klaim dari pihak Moka, mereka telah menyalurkan pinjaman modal senilai lebih dari Rp40 miliar ke lebih dari 300 pelaku usaha. Pinjaman yang ditawarkan bekisar antara Rp5 juta hingga Rp2 miliar dengan pilihan tenor mulai dari 3 hingga 18 bulan.

“Secara sistem, kami menyediakan akses bagi merchant Moka untuk langsung terhubung dengan partner fintech kami telah terintegrasi. Melalui back-office, merchant dapat memilih partner yang sesuai dengan masing-masing persyaratan yang telah dilampirkan,” VP Brand & Marketing Moka Bayu Ramadhan.

Pihak Moka juga mengklaim bahwa proses pengajuan melalui sistem Moka Capital lebih mudah dibanding produk pinjaman konvensional. Selain itu pendanaan yang ditawarkan tanpa agunan.

Merchant dapat mengajukan aplikasi tanpa melampirkan laporan keuangan serta daftar transaksi karena semua data penjualan telah terintegrasi dengan sistem Moka untuk keperluan analisis kredit bagi partner,” imbuh Bayu.

Jalan Moka untuk membantu merchant bukan tanpa halangan dan tantangan. Salah satunya adalah memberikan pengertian bahwa mudahnya akses ke pemodal bisa membantu bisnis untuk berkembang.

“Moka akan memperluas kolaborasi dengan berbagai lembaga finansial dan industri jasa keuangan di Indonesia, untuk memberikan produk pinjaman yang relevan agar lebih banyak lagi pelaku usaha dapat merasakan manfaat pengembangan bisnis melalui modal usaha yang didapat melalui Moka Capital. Saat ini, Moka sedang melakukan uji coba kerja sama dengan berbagai lembaga lainnya untuk memberikan pendanaan dalam bentuk ​equity crowdfunding dan ​credit line facility,” imbuh Bayu.

Moka saat ini memiliki beberapa ekosistem digital selain POS, mereka adalah Moka Pay, Moka Capital, Moka Fresh hingga Moka Connect. Moka Pay merupakan aplikasi agregator pembayaran sedangkan Moka Fresh merupakan layanan yang menghubungkan penyuplai bahan makanan untuk merchant kuliner.

Application Information Will Show Up Here

Melalui “Moka Fresh”, Moka Sediakan Akses Bahan Baku untuk Merchant Kuliner

Platform mesin kasir digital (point of sales – POS) Moka merambah produk baru yang menghubungkan penyuplai bahan makanan untuk merchant kuliner yang bergabung, disebut Moka Fresh. Produk teranyar ini melengkapi rangkaian ekosistem digitalisasi bisnis yang dibangun Moka, setelah Moka POS, Moka Pay, Moka Capital, dan Moka Connect.

Dalam situsnya, Moka Fresh adalah solusi kesulitan bahan baku makanan, peralatan dapur, alat kebersihan, hingga peralatan elektronik untuk mitra kuliner. Perusahaan bekerja sama dengan berbagai penyuplai ternama menyediakan bahan dan alat berkualitas tinggi dan harga terbaik. Penyuplai tersebut di antaranya Greenfields, Diamond, Unilever, Bogasari, ABC, dan SayurBox.

Seluruh pemesanan dilakukan secara online dengan mengisi daftar pesanan, berikutnya mengisi alamat pengantaran. Metode pembayaran yang tersedia saat ini adalah invoicing yang dapat dibayar tujuh hari kemudian demi menyesuaikan arus kas bisnis dari merchant tersebut.

Moka Fresh untuk sementara baru bisa diakses melalui Backoffice Moka POS dari browser. Aplikasinya sendiri akan dirilis dalam waktu dekat. Merchant yang baru menikmati produk ini adalah mereka yang memiliki toko di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya; dan sudah berlangganan Moka di atas dua bulan.

VP Brand & Marketing Moka Bayu Ramadhan menjelaskan, inovasi ini mempertegas posisinya sebagai pemimpin pasar untuk POS dengan kelengkapan produk dan layanannya secara end to end buat UKM di Indonesia. Sejak lima tahun berdiri hingga sekarang, Moka telah mengalami banyak perkembangan signifikan.

Penggunanya telah mencapai 30 ribu bisnis tersebar di lebih dari 200 kota dan kabupaten seluruh Indonesia. Pertumbuhan pengguna mencapai 210% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari segi transaksi, tumbuh 126% dan nilai transaksi yang diproses merchant lebih dari Rp20 triliun.

Moka Pay turut mencatatkan kenaikan transaksi non tunai sebesar 12 kali lipat secara year on year. Opsi pembayaran non tunai yang tersedia di Moka adalah GoPay, Ovo, Dana, LinkAja, Akulaku, dan Kredivo. Sementara itu, Moka Capital telah membantu menyalurkan modal sebesar Rp26 miliar untuk para pemilik bisnis.

“Dengan meningkatnya kepercayaan dari para pelaku bisnis dan meluasnya produk dalam ekosistem yang ditawarkan, di 2020 Moka berupaya untuk fokus dalam memperluas penetrasi ke segmen grassrot dan enterprise,” kata Bayu dalam keterangan resmi, Senin (30/12).

Perusahaan, sambungnya juga mendirikan wadah pengembangan edukasi berbasis teknologi disebut A Cup of Moka. Dalam kurun setahun, program ini berhasil mengedukasi lebih dari 2 ribu pelaku usaha secara offline dan sekitar 4 ribu pelaku usaha secara online lewat berbagai rangkaian acara yang digelar. Jumlah partnernya tembus di angka 124 institusi, baik itu dari pemerintah, penyelenggara swasta, akademis, LSM, dan lainnya.

Di samping itu, menyediakan business insight untuk bantu pemilik usaha dalam mengambil keputusan strategis dalam bisnis. Contohnya, sepanjang tahun ini tren penjualan minuman boba meningkat 12 kali, khimar jadi produk ritel paling populer dengan penjualan naik 96%, facial treatment seperti facial, acne care, dan masker wajah menunjukkan transaksi dan pendapatan tertinggi.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Dikabarkan Finalisasi Akuisisi Moka Senilai 1,6 Triliun Rupiah

Bloomberg melaporkan Gojek berada dalam tahap finalisasi untuk menyelesaikan akuisisi terhadap Moka yang bernilai $120 juta (sekitar 1,68 triliun Rupiah). Moka akan menjadi startup SaaS POS kedua yang dimiliki Gojek setelah akuisisi terhadap Nadipos akhir tahun lalu. Nadipos sendiri sudah bertransformasi menjadi Spots bersama Kartuku.

Baik pihak Gojek maupun Moka disebut menolak berkomentar. Tahun ini Gojek telah menembus valuasi $10 miliar dan menjadi startup decacorn pertama di Indonesia dan ingin meningkatkan keunggulannya dengan berekspansi ke kawasan Asia Tenggara. Moka sendiri telah mendapatkan pendanaan dalam 5 putaran dengan total senilai $27,9 juta (hampir 400 miliar Rupiah).

Rumor tentang akuisisi Moka telah berseliweran sejak pertengahan tahun ini. Moka, yang kini merupakan salah satu pemimpin pasar, akan mendorong keunggulan Gojek di pasar UKM, melalui GoBiz, yang menjadi satu dari tiga pilar utama perusahaan. Tak hanya soal pencatatan kasir, Moka yang didirikan oleh Haryanto Tanjo dan Grady Laksmono di tahun 2014 ini juga mengakomodasi berbagai layanan pembayaran, bantuan pembiayaan, dan integrasi dengan platform pencatatan finansial.

Pasar SaaS sendiri sepanjang setahun terakhir mulai mengalami konsolidasi. Yang terbesar adalah bergabungnya beberapa platform SaaS di sektor finansial dan sumber daya manusia melalui Mekari.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

A Singapore Based Startup Eatsy to Arrive in Jakarta, Promoting a Queue Booking App in Restaurants

Eatsy, a Singapore based startup stated itself as a “dining mobile app” announced to arrive soon in Jakarta. The firm was getting seed round from East Venture in January 2019 worth of $550 thousand.

The Eatsy app is to help users in booking queues and food in the restaurant. Therefore, when customers arrived, they don’t have to wait longer to queue for seating and ordering food.

“Using Eatsy, not only saving time but customers can also order their food peacefully. The restaurant, particularly those with small space but high demand, can cut the queue service and manage the order well,” Eatsy‘s Founder & CEO, Shaun Heng said.

To date, their team has reached hundreds of restaurants in Indonesia to join their system. They also have partnered up with Ovo for the payment system.

Meanwhile, to indulge restaurant merchants with the best experience, Eatsy also take Moka (also one of East Venture’s portfolio) for the point of sales service. The collaboration allows all orders to be integrated into a system. Meanwhile, Moka’s merchants will automatically be registered into the Eatsy app, including their menus.

In Singapore, Eatsy currently has partnered up with 400 merchants, the solution is said to increase sales by 1.5 times up.

“We’re glad to deliver Eatsy in Jakarta, furthermore, we aim to expand to the other first-tier cities in Southeast Asia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here