Lebih Jauh dengan VisionAIre, Platform AI Milik Nodeflux

Perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) Nodeflux memiliki sebuah platform yang diberi nama VisionAIre. Platform ini disebut sebagai “otak” dari seluruh aktivitas implementasi AI yang dikembangkan selama bertahun-tahun, dikombinasikan dengan modul analitik, add-ons, dan pengembangan solusi yang dirancang khusus untuk kebutuhan bergam industri.

Pihak Nodeflux menjelaskan, VisionAIre dirancang untuk bisa memanfaatkan data yang didapat untuk meningkatkan kapabilitas pembelajarannnya secara otonom. Dengan kata lain, semakin sering VisionAIre digunakan, semakin handal pula kinerjanya.

Solusi ini cukup fleksibel dan dapat dikembangkan untuk berbagai sektor, seperti pemerintahan, pemasaran, periklanan, jasa keuangan dan pelayanan konsumen. Untuk sektor pelayanan konsumen, pihak Nodeflux membaginya menjadi dua, yakni Smart City Government dan Business Enterprise.

Untuk Smart City Government, VisionAIre memberikan tiga macam solusi. Pertama, pengawasan dan peningkatan keamanan lalu lintas melalui VisionAIre Traffic Management & Surveillance. Kedua, perlindungan individu, lembaga, dan masyarakat terhadap ancaman kejahatan yang melanggar hukum melalui melalui VisionAIre Public Safety, dan yang ketiga untuk mengoptimalkan manajemen kota melalui penegakan aturan dengan sistem otomasi tersedia solusi yang diberi nama VisionAIre Law Enforcement.

Sementara itu untuk kategori Business Enterprise ada empat solusi yang ditawarkan. Pertama adalah VisionAIre People & Facility Management yang ditujukan untuk otomatisasi proses registrasi saat pengunjung memasuki kawasan, proses absensi bagi karyawan, dan sekaligus sebagai solusi pemantau keamanan karyawan dalam sebuah gedung.

Yang kedua ada VisionAIre Know Your Customer, sebuah solusi yang ditujukan untuk mengimplementasikan AI dalam proses otomasi autentikasi. Solusi ini berusaha menghindari human error sekaligus berusaha untuk meningkatkan proses autentiasi dan mengurasi risiko fraud. Solusi ini ditujukan untuk industri keuangan atau perbankan dengan memanfaatkan teknologi pengenalan wajah.

Selanjutnya ada VisionAIre Store Analytics, didesain untuk memberikan analisa akurat terakit kepuasan dan ketertarikan konsumen. Dan yang terakhir ada VisionAIre Ads Analytics, solusi yang memberikan informasi mengenai efektivitas ads placement dan menambah wawasan terkait profil audiens untuk mempertam akurasi kampanye iklan sesuai target audiens.

Melihat VisionAIre bekerja

Sebagai sebuah platform, VisionAIre bekerja melalui proses optimasi teknologi kecerdasan buatan. Teknologi yang ditawarkan mampu mengubah unstructured data seperti gambar atau video menjadi data yang tersturktur yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk pemberitahuan atau peringatan dini, analisa prediktif dan lainnya guna mendukung keputusan berbasis data secara langsung.

“VisionAIre dibangun mellaui metode deep learning dan computer vision yang diimplementasikan di atas teknologi virtualisasi dan distributed system. Deep learning sendiri merupakan salah satu teknik dari machine learning untuk mengajarkan komputer belajar melalui data berdasarkan jaringan syaraf buatan (Aritificial Neural Network).”

“Dalam machine learning tradisional, komputer belajar dengan menggunakan fitur yang telah sebelumnya dirancang oleh manusia. Sementara dalam deep learning, komputer akan berusaha untuk mempelajari fitur sendiri. Sedangkan computer vision merupakan metode untuk pemahaman interpretasi visual oleh komputer,” jelas Co-founder dan CEO Nodeflux Meidy Fitranto.

Meidy lebih lanjut jauh menyampaikan bahwa platform VisionAIre dikembangkan bertujuan untuk membuktikan bahwa Indonesia unggul dan mampu menjadi bagnsa mandiri dalam bidang teknologi, khususnya di bidang Artificial Intelligence.

Pencapaian Nodeflux untuk mendapat pengakuan dari instansi teknologi berskala global menjadi sebuah manifestasi bagi misi perusahaan untuk terus meningkatkan tingkat kepercayaan diri Indonesia dan kemandirian bangsa dalam meningkatkan teknologi mutakhir, dengan ini, harapannya ekosistem berbasis AI yang tercipta dapat mempercepat adanya disrupsi dari kecanggihan teknologi ini untuk lebih menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia,” imbuhnya.

NIST Welcomes Nodeflux, the One Indonesian Based Tech-Developer for Face Recognition

This September, the National Institution of Standards and Technology (NIST) has welcomed the quality of an algorithm made by an Indonesian based AI tech company, Nodeflux. They put Nodeflux in the 25th position from a total of 90 AI tech companies competing in the Face Recognition Vendor Test (FRVT), with those from China and Russia in the same category.

NIST is a standardize institution and science & technology laboratory under the US Trading Department. It was to create a greater battle in tech development worldwide. One of the programs is FRVT as the fine benchmark of face recognition based on its algorithm.

“NIST benchmark is very helpful for vendors using face recognition to gain an assessment of its technology. Nodeflux, in the 25th place for the Wild 1E-4 dataset category worldwide, is making us very proud for bringing the Indonesian’ tech development to the global competition,” Nodeflux‘ Co-Founder and CEO, Meidy Fitranto said.

The assessment has three categories, Visa, Mugshot, and Wild Dataset by evaluating the identification performance through scenarios, ethnics, gender, and ages. The dataset testing works on some scenarios on field, such as territorial borders, ID access, and city safety.

Face recognition was done with a comparison concept between input and reference images consist of two types, 1:1 (one to one),  comparison of 1 input image with 1 reference image and 1:N (one to many), comparison of 1 input image with various images of all sides.

“In order to get into the Wild 1E-4 dataset category for the 1:1 type, our engineers are passing through the FRTV trial program assessment. In competition with AI giants from China and US is one challenge. We keep running trial to get the most accurate performance, up to this position. Furthermore, there will be improvements for the current technology,” Nodeflux’ Co-Founder and CTO, Faris Rahman.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

NIST Apresiasi Nodeflux, Satu-satunya Pengembang Teknologi Pengenalan Wajah Asal Indonesia

National Institute of Standards and Technology (NIST) bulan September ini mengapresiasi kualitas algoritma pemrograman startup AI asal Indonesia. Startup tersebut adalah Nodeflux, perusahaan teknologi asal Indonesia yang fokus pada pengembangan AI. NIST menempatkan Nodeflux di posisi 25 dari 90 perusahaan teknologi AI yang bersaing dalam penilaian Face Recognition Vendor Test (FRVT), bersaing dengan perusahaan teknologi dari Tiongkok dan Rusia di kategori yang sama.

NIST merupakan lembaga standarisasi dan laboratorium bidang sains dan teknik yang berada di bawah Departemen Perdagangan Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk menciptakan kompetisi unggul dalam pengembangan teknologi di seluruh dunia. Salah satu program yang ada di sana adalah FRVT yang dijadikan tolak ukur kecanggihan teknologi pengenalan wajah berdasarkan algoritma pemrograman yang dipunyai perusahaan teknologi AI.

“Benchmark NIST sangat membantu para vendor yang memanfaatkan teknologi face recognition untuk mendapatkan penilaian dari kualitas teknologi yang dimiliki. Dengan peringkat ke-25 yang diraih Nodefluk untuk kategori Wild 1E-4 dataset di antara vendor dari seluruh dunia, kami sangat bangga terhadap perestasi ini untuk membawa pengembangan teknologi asli Indonesia ke dalam kompetisi global,” terang Co-Founder dan CEO Nodeflux Meidy Fitranto.

Penilaian FRVT memiliki tiga kategori penilaian, yakni Visa, Mugshot, dan Wild Dataset dengan mengevaluasi kinerja identifikasi melalui berbagai skenario, etnik, gender, dan umur. Pengujian dataset tersebut berguna untuk beberapa skenario di lapangan, misalnya untuk pengawasan perbatasan wilayah, akses ID, dan keamanan perkotaan.

Metode face recognition dilakukan dengan konsep pembanding antara wajah input dengan wajah referensi yang terbagi mejadi dua jenis, yakni 1:1 (one to one), perbandingan 1 image input dengan 1 image reference dan 1:N (one to many), perbanding 1 image input dengan beragam image dari tiap sisi.

“Untuk menempati posisi kategori Wild 1E-4 dateset ini untuk jenis 1:1, tim engineering kami berusaha melewati proses penilaian program uji FRTV. Berkompetisi dengan perusahaan raksasa AI di Cina dan US, misalnya memang menjadi tantangan. Kami terus melakukan uji coba berkelanjutan untuk mendapatkan performa akurasi terbaik, hingga menempati posisi ini. Ke depannya, tentu akan ada peningkatan berkelanjutan untuk teknologi yang dirancang,” terang Co-Founder dan CTO Nodeflux Faris Rahman.

Mendorong Regulasi Pengumpulan Data Pribadi untuk Industri AI

Pengumpulan data bagi industri teknologi, khususnya yang berurusan dengan kecerdasan buatan atau AI, merupakan sebuah keharusan. Namun proses pengumpulan data ini dianggap memerlukan batas-batas tertentu agar tak mencederai hak privasi masyarakat.

Tema tersebut menjadi pokok pembahasan dalam Indonesia AI Forum yang dihelat oleh Nodeflux dan Kata.ai, dua perusahaan yang fokus bergerak dalam inovasi AI di Indonesia.

CEO Kata.ai Irzan Raditya meyakini teknologi AI sudah jadi bagian keseharian masyarakat. Ia mencontohkan bagaimana cara kerja Spotify ataupun Gojek, dua aplikasi yang umum dipakai masyarakat, dapat membuat layanan yang sudah dipersonalisasi sesuai kebiasaan tiap pengguna.

Namun banyaknya produk dan inovasi berbasis AI yang dikonsumsi masyarakat luas itu menurut Irzan juga harus diimbangi regulasi yang dapat memandu pelaku industri juga meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai proses pengambilan data tersebut.

“Contohnya memiliki dokumen privacy policy. Jadi pengguna tahu apa saja data mereka yang akan diperlukan dan mereka bisa memilih data apa yang tidak akan masuk ke dalam suatu produk,” ujar Irzan.

Irzan juga menyebut anonimitas untuk data yang bersifat sensitif seperti nama, nomor telepon, dan alamat email, diperlukan dalam pengumpulan data. Kendati demikian, ia berharap regulasi untuk melindungi data pribadi tidak kontraproduktif sehingga malah menyulitkan industri untuk berinovasi.

“Kami percaya regulasi dibutuhkan. Tapi yang juga penting pemerintah bisa membantu pemain lokal berinovasi guna memberikan dampak positif,” imbuhnya.

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan Rancangan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) masih dalam proses legislasi. Mekanisme pengumpulan data sudah diatur dalam beleid tersebut sehingga masyarakat memiliki wewenang lebih atas data pribadinya.

Salah satu turunan konkret dari RUU itu adalah rencana pembentukan badan independen yang khusus memproteksi data pribadi.

“Badan ini ke depannya dapat memberi panduan bagi para pelaku industri dalam mengolah data secara bertanggung jawab,” ucap Semuel.

Jelang berakhirnya masa kerja DPR 2014-2019, RUU PDP ini belum masuk tahap pengesahan di DPR. Namun Semuel menyebut pihaknya terus mengupayakan agar beleid itu rampung sebelum pergantian periode.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah bisa dibahas di DPR,” pungkasnya.

Menekankan Kembali Pentingnya Validasi Ide Buat Startup

Punya ide cemerlang saja bukanlah bekal yang cukup untuk membawa suatu perusahaan startup bisa “lepas landas” dan berkembang. Perlu validasi yang terus menerus, tidak bisa sekali saja saat baru mau merintisnya.

Berangkat dari validasi ide, akan terbentuk cara eksekusi yang tepat sehingga menimbulkan efek “snowball” seperti misalnya dilirik oleh investor, mendapat pengakuan dari para pengguna dan semakin banyak dikenal oleh masyarakat.

Untuk menekankan pentingnya konsep ini, #SelasaStartup menghadirkan CEO & Co-Founder Nodeflux Meidy Fitranto. Meidy banyak berbagi mengenai pengalamannya bagaimana bisa memvalidasi idenya sehingga terbentuklah Nodeflux, startup intelligent video analysis dengan AI.

Tidak validasi ide, penyebab startup gagal

Meidy menjelaskan punya produk bagus, tim dan uang saja yang cukup tidak menjamin suatu startup bisa sukses. Kunci pertama terletak di kemauan founder untuk menekan ego sendiri yang mengasumsikan produk ini canggih dan pasti akan dibeli masyarakat.

Kenyataan sebenarnya, bahwa tidak ada yang peduli dengan produk dikira canggih dan belum ada di pasar manapun. Ini pasti terjadi ketika asumsi berlebihan tanpa disertai validasi ide.

“Saat Nodeflux dirintis, kita juga bermain dengan asumsi yang ternyata tidak fit dengan pasar. Padahal waktu itu kita berpikir produk ini sangat canggih. Akhirnya market fit bolak balik sampai pivot, lalu ketemu celah yang kita pilih ini bisa dioptimalkan dan jadi landasan Nodeflux untuk maju ke depannya,” kata Meidy.

Untuk validasi ide, ada tiga pertanyaan dasar yang harus bisa dijawab oleh founder. Yakni: (1) apakah ada orang yang mau pakai produk kita?; (2) berapa banyak dari mereka yang mau bayar?; (3) dan seberapa banyak orang di luar sana mau beli produk?.

Dalam membuktikan validasi, satu hal yang wajib dilakukan founder adalah pergi ke luar, bertemu orang untuk melihat seberapa terkonfirmasinya ide dengan kebutuhan pasar. Kalau ingin mendapatkan hasil yang instan, bisa menyebarkan kuisioner dengan random sampling bahkan tidak harus mengeluarkan biaya sepeser pun.

Metode lainnya adalah bertemu langsung dengan perwakilan yang memiliki suara cukup penting dan mewakili industri untuk mendapatkan masukan lebih dalam.

Lakukan validasi secara berulang

Meidy juga menekankan bahwa validasi ini bukan berarti harus dilakukan sebelum bertemu investor, ada juga yang kasusnya baru bisa terjadi setelah mendapat kucuran dana. Kejadian tersebut terjadi di Nodeflux, sebab untuk validasi ide ini disadari butuh uang dan tidak bisa dilakukan dengan cara yang instan dan gratis.

Validasi ide juga tidak bisa dilakukan sekali saja, melainkan harus terus menerus. Meidy menjelaskan bahwa ini terjadi karena validasi ide ini bergerak dinamis, menyesuaikan dengan posisi suatu startup.

Bisa jadi pertama kali dilakukan, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran besar dari industrinya. Seiring waktu berjalan dia meyakini akan berkembang karena ide kita terhadap sesuatu akan menjadi value, yang mana akan terus bergerak sehingga butuh validasi terus menerus.

Pola validasi ide ini dimulai dari membangun MVP, peluncuran produk, memperbaiki semua kekurangan, dan selalu mengulangi ketiga hal ini.

Prototyping kita dimulai tahun 2015, lalu mulai bangun kantor di tahun berikutnya. Di situ kita dapat funding, rekrut talenta, dan eksekusi produk. Setahun berikutnya baru yakin untuk hadir ke pasar.”

Eksekusi terpenting, ide ada di nomor kesekian

Konsep ini sebenarnya juga dianut oleh para investor, bahwa mereka cenderung untuk berinvestasi ke founder bukan ke produk mereka, seberapa canggih teknologi yang dipakai. Mentalitas founder mampu untuk adaptif terhadap berbagai kemungkinan di luar lingkungan yang bisa memengaruhi bisnis.

Kemampuan adaptif inilah yang lebih penting dari sekadar ide yang bisa ditemukan oleh siapapun tapi belum tentu bisa sukses saat eksekusi.

“Sebaik apapun ide yang dibahasakan dengan baik ke orang, enggak akan segampang itu kalau mau dicontek dari ide saja sebab harus memahami semua seluk beluknya, jadinya tidak mudah.”

Agar eksekusi berjalan mulus, butuh produk bagus yang hanya bisa dihasilkan oleh talenta yang berkualitas. Oleh karenanya, isu rekrut talenta di tahap awal bisa jadi halangan. Meidy mengaku tidak mudah mendapatkan talenta kualitas bagus saat awal Nodeflux dirintis.

Mengingat konsep Nodeflux yang cukup hi-tech, akhirnya diputuskan untuk mengambil pendekatan dengan gimmick marketing “magical particle” yang disematkan dalam situs disertai kalimat marketing dengan susunan eye-catching. Hasilnya cukup banyak aplikasi yang masuk dari anak-anak lulusan S2.

“Kita baru bisa validasi ide setelah dapat funding. Dari situ elemen yang paling susah adalah rekrut orang. Untuk meyakinkan orang gabung itu susah banget, kebanyakan mereka itu mikirnya lebih baik gabung ke startup yang sudah besar. Padahal produk yang bagus itu harus dihasilkan dari orang-orang yang kualitasnya bagus,” pungkasnya.

Nodeflux Jadi “Official Global Partner” Nvidia dalam Pengembangan Solusi AI

Tahun 2018 menjadi tahun cukup penting bagi perjalanan bisnis Nodeflux. Setelah berhasil membukukan beberapa pendanaan, Nodeflux mengumumkan telah berhasil menjadi bagian dari program NVIDIA-Metropolis Software Partner Program (Nvidia-MSPP).

Capaian Nodeflux ini tidak hanya memungkinkan mereka memanfaatkan teknologi Nvidia untuk pemrosesan komputasi cerdasnya, tetapi juga mengukuhkan posisi mereka sebagai startup AI berkualitas dan disejajarkan dengan penyedia lainnya dari seluruh dunia.

Nvidia-MSPP sendiri merupakan program pemanfaatan kecerdasan buatan dan deep-learning untuk memberikan solusi inovatif dalam inisiatif kota pintar. Nodeflux menjadi startup pertama asal Indonesia dan tergabung bersama dengan 24 startup AI lainnya dari seluruh dunia.

Menurut tim Nodeflux, teknologi komputasi Nvidia penting untuk sistem mereka, mengingat GPU menjadi komponen penting untuk melakukan inferencing atau analytics function bagi delivery pada layanan Intelligent Video Analytics yang dikembangkan.

“Menjadi official global partner Nvidia tentu sangat berarti bagi kami. Tidak banyak perusahaan yang diterima. Hal ini menunjukkan pengakuan terhadap solusi Nodeflux dari perusahaan global yang merupakan hardware leader di industri AI. Saya berharap agar konsumen Indonesia mengetahui sudah ada karya anak bangsa yang berkualitas global yang dapat mereka gunakan,” terang CEO Nodeflux Meidy Fitranto.

Pihak Nodeflux menjelaskan bahwa ada proses cukup panjang sebelum akhirnya bisa bergabung dalam program Nvidia-MSPP ini. Dimulai ketika Nodeflux tergabung dalam Inception Program (program inkubasi startup yang bergerak di bidang deep-learning) pada tahun 2017. Kemudian dilanjutkan dengan implementasi solusi di beberapa kota menggunakan produk Nvidia.

Di tahun 2018 Nodeflux sudah mengembangkan beberapa solusi inovatif seperti face recognition, license plate recognition, people counting, vehicle counting & classification, hingga solusi untuk smart city. Solusi-solusi tersebut sudah diimplementasikan di beberapa kota di Indonesia.

“Nodeflux sudah implementasi di beberapa Polda di Indonesia, di antaranya Jakarta, Palembang, Jawa Barat, Bali, Jawa Timur dan akan menyusul belasan lainnya. Nodeflux melakukan implementasi integrasi pertama kali di Indonesia untuk face search sistem dengan menggunakan data Dukcapil dalam rangka kerja sama kepolisian dengan Dukcapil. Implementasi percobaan dengan beberapa pemerintah kota dalam mendukung penerapan smart city,” terang Marketing Communication Nodeflux Reny Ajeng ketika dihubungi DailySocial.

Dengan capaian yang mengesankan di tahun 2018, Nodeflux tampaknya akan lebih serius dan fokus di tahun 2019. Tidak banyak yang diceritakan Reny, ia hanya menjelaskan bahwa Nodeflux akan melakukan implementasi yang lebih menyeluruh di Indonesia sekaligus terus mengembangkan produk dan riset yang lebih jauh.

Nodeflux Bergabung dengan Portofolio Investasi East Ventures

Bertujuan untuk mempercepat misi meningkatkan bisnis melalui penelitian serta pengembangan produk berbasis computer vision dan deep learning, hari ini (06/5) Nodeflux mengumumkan telah resmi bergabung dalam portofolio investasi East Ventures​. Tidak ada informasi spesifik yang disampaikan mengenai pendanaan yang diberikan. Sebelumnya Nodeflux juga telah mendapatkan pendanaan awal dari pengembang platform smart city Qlue.

East Ventures yang fokus kepada pendanaan tahap awal startup menyambut baik masuknya Nodeflux dalam portofolio mereka. Intelligent video analytics yang dapat diimplementasikan ke berbagai sumber, baik itu CCTV, webcam, telepon, kamera, dan lain sebagainya, ke depannya dinilai memiliki potensi yang besar.

“Populasi Internet Indonesia menghasilkan data yang sangat besar dan membutuhkan otak untuk mengelola informasi dan mengekstrak nilai mereka. Nodeflux berhasil melakukannya. Mereka mengatur dan mengekstrak informasi dari gambar dan video, kemudian melatih mesin untuk dapat menyelesaikan masalah lintas sektor. Kami sangat senang dapat mendukung Meidy dan timnya untuk menjadikan teknologi AI di Indonesia dapat berkembang dan diaplikasikan,” ujar Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca.

Menambah kemitraan dengan pemerintahan dan bisnis

Selanjutnya Nodeflux akan memperdalam teknologi sekaligus menambah kemitraan dengan bisnis hingga pemerintahan. Di antaranya adalah dengan pemerintah dari beberapa kota besar, yang menekankan konsep smart city, seperti Jakarta dan Bandung, untuk membuktikan teknologi mereka pada CCTV di seluruh kota. Selain itu, Nodeflux juga bekerja sama dengan Badan Kepolisian Indonesia untuk meningkatkan sistem operasional kepolisian.

“Sejak awal ketika kami membangun Nodeflux, kami melihat bahwa intelligent video analytics dapat menyelesaikan berbagai masalah di masyarakat. Kami yakin pendekatan ini akan banyak mengubah cara klien dalam memantau, mengukur, dan memahami lingkungan sekitar mereka,” kata CEO Nodeflux Meidy Fitranto..

Nodeflux juga merupakan perusahaan Indonesia pertama yang bergabung dengan program Nvidia Inception Program dari Nvidia, produsen GPU terkemuka di dunia. Nodeflux memiliki keunggulan dengan mempelajari teknologi ini lebih awal, masuk ke pasar terlebih dahulu dan mendapat dukungan besar dari Nvidia dalam mengembangkan teknologi yang mampu memenuhi permintaan terbaru dari klien.

Saat ini Nvidia dan Nodeflux tengah dalam proses untuk meningkatkan kemitraan mereka lebih lanjut agar dapat memberikan fleksibilitas yang lebih banyak dan membantu Nodeflux dalam menjangkau pasar global.

“Kami bukan hanya merupakan pemain pertama dan satu-satunya yang menyediakan solusi intelligent video analytics di Indonesia. Lebih dari pada itu, kami dapat dengan bangga mengatakan bahwa Nodeflux, produk yang kami kembangkan sendiri, mampu bersaing secara hebat dengan perusahaan teknologi asing dari Jepang, Israel, Singapura, Tiongkok, dan lainnya di pasar Indonesia dari segi kemajuan teknologi,” kata Meidy.

 

Qlue Berikan Investasi Tahap Awal kepada Nodeflux

Apa yang terbayang ketika mendengar istilah smart city? Ya, sebuah kemegahan dan kemudahan akses di sektor publik yang didukung oleh kemampuan teknologi. Untuk merealisasikan visi tersebut secara berkesinambungan, belum lama ini pengusung produk berbasis smart city Qlue menjalin kerja sama khusus bersama pengembang piranti cerdas Nodeflux.

Kerja sama strategis ini dimulai dengan seed investment (investasi tahap awal) yang diberikan oleh Qlue kepada Nodeflux. Terkait dengan jumlah investasi yang diberikan tidak diinformasikan, yang pasti proses ini menjadikan Qlue sebagai salah satu pemegang saham startup yang didirikan Meidy Fitranto dan Faris Rahman.

[Baca juga: Nodeflux Kombinasikan Komputasi Pintar untuk Ragam Kebutuhan Analisis]

Kepada DailySocial, Meidy menceritakan terkait dengan kolaborasi yang akan dijalin bersama Qlue. Ia memaparkan, “Banyak sekali untuk kolaborasi yang bisa dikembangkan. Dan memang dalam banyak cases kita jalan beriringan, karena pasar klien dari Qlue secara umum sudah memiliki banyak CCTV yang sudah ter-deployed, jadi bisa kita manfaatkan untuk dijadikan pintar dan akan dikombinasikan dengan dashboard analytics Qlue.”

Sudah mulai memaksimalkan kolaborasi kedua teknologi

Kami juga menghubungi CEO Qlue Rama Raditya untuk menanyakan seputar kolaborasi antar dua startup ini. Pasca investasi ini, yang dilakukan Qlue adalah mengadopsi teknologi yang dimiliki Nodeflux ke dalam sistem smart city miliknya.

Salah satu yang sedang dikerjakan adalah proyek bersama kepolisian. Yang dilakukan adalah banyak hal, yakni melakukan analisis terhadap sesuatu yang terdeteksi oleh kamera CCTV yang dipasang. Mulai untuk menganalisis obyek, kepadatan lalu lintas, pendeteksi wajah dan sebagainya. Harapannya terbangun sebuah sistem yang nantinya akan membantu di banyak hal, seperti menemukan buronan atau pengaturan lalu lintas berdasarkan analisis trafik lalu lintas.

Rama juga menceritakan saat ini sedang bekerja sama dengan salah satu perusahaan ojek online. Fungsinya untuk mendeteksi sebaran driver di suatu wilayah. Yang jelas adanya platform Nodeflux membuat apa yang disajikan Qlue menjadi lebih komprehensif dan lebih terukur.

[Baca juga: Qlue Tak Ingin Sekedar Jadi Layanan Pelaporan Warga]

“Jadi yang kita adopsi adalah sistem analisis big data dan machine learning ke dalam dashboard smart city yang kami miliki. Masih banyak inisiatif berbasis IoT yang bakal kita setup bersama Nodeflux ke depannya, untuk menguatkan platform smart city yang kami miliki,” ujar Rama dalam sebuah kesempatan wawancara.

Saat ini Nodeflux berkantor di tempat yang sama dengan Qlue. Meidy dan Rama sama-sama mengutarakan bahwa dengan menyatunya ruang kerja, keduanya dapat berkolaborasi lebih mendalam untuk mengembangkan solusi kota pintar bersama-sama.

“Awalnya saya lihat website-nya, tertarik dan langsung invest. Karena saya memang suka mereka [Nodeflux], banyak proyek kita saat ini juga dikerjakan oleh mereka, khususnya yang membutuhkan solusi analisis Nodeflux,” pungkas Rama.

Nodeflux Kombinasikan Komputasi Pintar untuk Ragam Kebutuhan Analisis

Implementasi yang pas dari teknologi mampu menghasilkan sebuah pemrosesan baru yang lebih pintar, cepat dan efisien. Salah satunya seperti yang diupayakan oleh Nodeflux, startup teknologi yang mengembangkan produk berbasis distributed-computation platform.

Sederhananya sistem pemrosesan yang dimiliki Nodeflux mampu untuk mengitepretasikan data dari berbagai sumber (teks, audio, video, gambar, dan lain sebagainya) dan memadupadankan dengan operasi komputasi untuk menghasilkan sebuah analisis yang lebih bermanfaat untuk pengguna.

Salah satu yang sudah diimplementasikan adalah pemrosesan gambar dan video dari kanal media perekaman (CCTV, Webcam dan lainnya) untuk membantu bisnis mengetahui tren aktivitas tertentu. Beberapa pemrosesan yang dilakukan di antaranya deteksi orang, menghitung jumlah orang dalam kerumunan, pengenalan wajah, deteksi usia dan jenis kelamin, menghitung jumlah suatu objek, hingga memahami perilaku dalam sebuah kerumunan.

Sampai sini tentu sudah makin mudah diterka beberapa skema implementasi produk Nodeflux dalam kehidupan sehari-hari. Nodeflux didirikan oleh dua Co-Founder lulusan ITB, Meidy Fitranto dan Faris Rahman.

Konsep dasar platform Nodeflux
Konsep dasar platform Nodeflux

Memadukan teknologi komputasi canggih

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Nodeflux Meidy menerangkan bahwa fungsi platform Nodeflux sebenarnya adalah kemampuan komputasi terdistribusi dan juga kemampuan menyebarkan “brain”, komputasi dan kecerdasan buatan secara scalable. Di sini “brain” yang dimaksud dapat digunakan untuk implementasi pada pengolahan seperti Big Data, IoT dan Machine Learning.

“Kalau untuk sekarang kami sedang berfokus mendalami penerapan Artificial Intelligence, Machine Learning dan Deep Learning di area Computer Vision. Jadi Nodeflux men-deploy brain ke CCTV, Webcam, Smartphone dan beberapa perangkat lainnya sehingga mereka mampu melakukan banyak fungsi kecerdasan di luar kemampuan awalnya. Contohnya untuk mendeteksi objek, mengklasifikasikan tipe objek dan sebagainya,” ujar Meidy.

Dua Co-Founder Nodeflux Faris Rahman dan Meidy Fitranto
Dua Co-Founder Nodeflux Faris Rahman dan Meidy Fitranto

Dari perpaduan teknologi tersebut, saat ini Nodeflux telah siap diimplementasikan untuk beberapa sektor bisnis. Untuk ritel memberikan solusi pemantauan persediaan barang, memantau arus pengunjung, menganalisis antrean, hingga menganalisis alur jalan pengunjung. Kemudian di dalam bangunan, Nodeflux dapat membantu pengelolaan parkir, sistem keamanan pintar serta manajemen kedatangan. Selain itu skema implementasi juga sudah disiapkan untuk kota pintar, transportasi, manajemen jalan tol hingga fasilitas keselamatan.

“Kita bisa menggunakan CCTV existing sebagai input source, lalu membuat CCTV yang awalnya standar menjadi pintar, dari biasanya hanya untuk kebutuhan surveillance security, bisa melakukan hal pintar seperti menghitung density kendaraan suatu jalan, identifikasi pelat nomor, mendeteksi PKL Liar, angkutan umum yang mengetem, sampah di kali, ketinggian air, dan sebagainya,” ujar Meidy lebih lanjut.

Studi kasus dan tingkat efektivitas

TransJakarta menjadi salah satu mitra studi kasus yang telah menerapkan Proof of Concept (POC) solusi Nodeflux. Yakni untuk memantau tingkat antrean kepadatan dan dilakukan analisis guna pengambilan keputusan di lapangan dalam operasional. Salah satu yang menarik juga sebuah implementasi untuk mendeteksi angkutan umum yang parkir tidak pada tempatnya, umum disebut ngetem. Ada juga implementasi untuk mengotomatiskan lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan kendaraan di setiap arah. Dan masih banyak lagi.

Salah satu implementasi Nodeflux dalam "Ngetem Detector"
Salah satu implementasi Nodeflux dalam “Ngetem Detector”

Menjelaskan tentang efisiensi dalam penerapannya Meidy menjelaskan, “Contoh studi kasus, Traffic Monitoring, yang sebelumnya dilakukan manual, kini dapat dilakukan secara otomatis dan real time, reduce cost, dan informasi yang disajikan lebih reliable dan lengkap. Kemudian Stock Monitoring, yang sebelumnya harus dilakukan manual, kini dapat dilakukan dengan cara otomasi dan near real time. Mengurangi opex dan opportunity loss.”

Pada dasarnya sudah sangat jelas, masa depan penerapan teknologi memang membuat segalanya menjadi canggih dan terukur. Apa yang dikembangkan Nodeflux bisa dikatakan mencicil inovasi masa depan dari penerapan teknologi dalam dunia nyata, saat semua menjadi serba pintar dan memberikan inisght yang bermanfaat pagi penggunanya.

“Dari sisi inovasi produk, secara solusi, kami ingin bisa memberikan solusi yang signifikan dengan menggunakan pendekatan teknologi. Secara kualitas kami ingin menghasilkan produk teknologi yang mampu compete secara global. Dan dari sisi bisnis kami ingin agar bisa menjadi startup yang solutif dan terdepan dalam komputasi dan AI di Indonesia,” pungkas Meidy menjelaskan visi besarnya bersama Nodeflux.