Go-Jek Resmikan Go-Viet di Vietnam dan GET di Thailand

Go-Jek mengumumkan peresmian operasionalnya di Vietnam (Go-Viet) dan Thailand (GET) dengan badan hukum lokal untuk gelombang pertama ekspansi internasionalnya di negara-negara Asia Tenggara. Kedua perusahaan tersebut dikelola tim manajemen sekaligus pendiri lokal, didukung dengan pengetahuan, keahlian, teknologi, dan investasi dari Go-Jek.

Go-Viet akan memasuki tahap beta testing di bulan Juli mendatang, melibatkan sejumlah pengemudi dan konsumen, sebelum diluncurkan secara penuh dalam beberapa bulan mendatang. GET akan menyusul kemudian, lantaran proses konsultasi yang masih berjalan berbagai pemangku kepentingan setempat, termasuk pemerintah, mitra pengemudi, dan konsumen.

Kedua perusahaan tersebut pada tahap awal akan menghadirkan layanan ride hailing dan logistik, yang kemudian akan diiikuti oleh layanan pesan antar makanan dan pembayaran elektronik. Nnegara berikutnya yang akan disasar Go-Jek adalah Singapura dan Filipina.

CEO dan Founder Go-Jek Nadiem Makarim menuturkan perusahaan memiliki strategi mengombinasikan teknologi kelas dunia yang telah dikembangkan Go-Jek dengan keahlian, pengalaman, serta pengetahuan pasar yang mendalam yang dimiliki tim lokal untuk menciptakan bisnis yang benar-benar memahami kebutuhan konsumen.

“Kami percaya masing-masing tim lokal memiliki pengetahuan dan keahlian untuk memastikan kesuksean bisnis di Vietnam dan Thailand. Mereka memang menggunakan merk yang berbeda, namun tetap beroperasi sejalan dengan nilai-nilai yang telah berhasil menjadikan Go-Jek pemimpin pasar di Indonesia,” kata Nadiem dalam keterangan resminya.

CEO dan Co-Founder Go-Viet Nguyen Vu Duc menambahkan, “Dukungan Go-Jek sangat ideal bagi kami, tidak hanya karena tidak hanya teknologi dan kepiawannya di bisnis ini, tetapi juga karena kita memiliki prinsip yang sama, yaitu hasrat untuk membawa dampak positif bagi masyarakat melalui peningkatan taraf hidup dan penghasilan, serta menumbuhkembangkan bisnis skala UKM.”

CEO dan Co-Founder GET Pinya Nittayakasetwat menimpali, “Go-Jek berhasil menjadi perusahaan unicorn pertama yang tumbuh di Indonesia karena mereka mampu menggunakan teknologi sebagai solusi untuk tantangan tersulit di negaranya. Tim GET terinspirasi oleh cara perusahaan memutarbalikkan masalah sehari-hari menjadi peluang bisnis sekaligus meningkatkan kualitas hidup jutaan orang.”

Ekspansi internasional ini dilakukan dengan perencanaan berbulan-bulan setelah ronde penggalangan investasi Go-Jek terakhir dari Astra International, Warburg Pincus, KKR, Meituan, Tencent, Google, Temasek dan lainnya. Dari investasi yang didapatkan, dana sebesar US$500 juta (sekitar Rp7,1 triliun) dialokasikan untuk ekspansi internasional sejalan dengan strategi perusahaan melebarkan sayapnya di Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Sejumlah Rencana Pasca Investasi dari Toyota

Tahun 2018 menjadi masa yang cukup penting bagi Grab. Setelah mengakuisisi Uber, Grab menjelma menjadi salah satu kekuatan besar di Asia Tenggara dengan beberapa investasi yang diterima. Terakhir mereka mendapatkan suntikan dana dari Toyota, nilainya setara 14 triliun Rupiah.

Kami menghubungi Grab untuk mendapatkan informasi mengenai rencana Grab pasca investasi, khususnya untuk pasar Indonesia. Juru bicara Grab menyebutkan investasi dari Toyota secara khusus akan dimanfaatkan untuk mengembangkan dan memperluas jangkauan layanan O2O (Online-to-Offline) seperti GrabFood dan GrabPay di Asia Tenggara.

Sejauh ini GrabFood berhasil menjangkau enam negara di Asia Tenggara, meliputi Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Thailand dan Indonesia. Hal ini membuat Grab menjadi perusahaan transportasi on-demand yang juga memiliki layanan pesan antar makanan terluas di Asia Tenggara.

“Kami ingin membentuk ekosistem mobile yang lebih terbuka dan dana ini akan kami gunakan untuk menghadirkan ragam inovasi layanan demi pengalaman terbaik bagi seluruh pengguna aplikasi kami,” ujar juru bicara Grab.

Toyota dan kerja sama stragis dengan Grab

Toyota dan Grab tahun lalu sudah menjalin kerja sama strategis dalam hal pengembangan layanan terhubung untuk armada rental Grab dengan menggunakan data yang dikumpulkan oleh sistem translog dari Toyota. Kini dengan perluasan kerja sama ini keduanya berusaha untuk meningkatkan adopsi solusi mobilitas baru di seluruh Asia Tenggara dan meluncurkan layanan yang memanfaatkan data Toyota Mobility Service Platform (MSFP).

Layanan yang dimaksud meliputi layanan asuransi berbasis pengguna, layanan pembiayaan kendaraan, dan perawatan berkala yang dapat diprediksi. Diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan keselamatan berkendara dan menekan biaya perawatan.

“Kerja sama dengan Toyota ini memberikan banyak keuntungan bagi mitra pengemudi, baik dalam bentuk premi asuransi yang lebih terjangkau berkat skema berdasarkan penggunaan, atau pengiriman data penggunaan kendaraan dalam jangka panjang untuk membantu mengurangi biaya pemeliharaan kendaraan. Saat ini kami belum memiliki program khusus untuk Indonesia,” terang juru bicara Grab.

Grab dan misi menjadi aplikasi yang lebih lengkap

Bisnis transportasi on-demand saat ini sudah berkembang cukup pesat. Banyak kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang bisa diakomodasi. Grab pun menangkap hal itu, selain sudah menyediakan layanan pembayaran melalui GrabPay dan pesan antar melalui GrabFood, pihak Grab juga telah menyiapkan layanan lainnya. Salah satu bocorannya adalah penggunaan teknologi Internet of Things, nantinya pengguna dapat menikmati ekosistem aplikasi Grab secara lengkap.

Untuk pasar Indonesia Juru Bicara Grab menjelaskan:

“Target Grab adalah menjadi platform layanan satu pintu terpadu yang menjawab segala kebutuhan mobilitas dan menciptakan jaringan transportasi yang lebih efisien bersama para rekanannya guna mengurangi kemacetan lalu lintas di kota-kota mega di Asia Tenggara termasuk Indonesia, menjadikan mobilitas semakin mudah diakses untuk semua kalangan masyarakat. ”

Pihak Grab juga menekankan bahwa fokus mereka saat ini adalah untuk membentuk ekosistem mobile yang lebih terbuka dan menghadirkan ragam inovasi layanan demi pengalaman terbaik bagi seluruh penggunanya.

Application Information Will Show Up Here

GO-DAILY, GO-FIX, dan GO-LAUNDRY Melengkapi Layanan GO-LIFE

Setelah hadir dengan layanan GO-MASSAGE, GO-CLEAN, GO-AUTO dan GO-GLAM, aplikasi GO-LIFE dari GO-JEK Indonesia kembali meluncurkan tiga fitur terbaru untuk pengguna. Tiga fitur terbaru tersebut adalah GO-DAILY, GO-FIX dan GO-LAUNDRY. Kepada DailySocial, VP Marketing GO-LIFE Yuanita Agata mengungkapkan, hadirnya tiga layanan terbaru dari GO-LIFE sengaja diluncurkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pengguna.

Tidak berbeda dengan layanan jasa on-demand serupa, GO-LAUNDRY menawarkan layanan laundry professional on-demand dengan jasa antar jemput gratis tanpa minimum pemesanan. Sementara itu untuk GO-DAILY fokus kepada layanan jasa pemesanan & pengantaran berbagai kebutuhan harian seperti air minum, gas, dan beras. Sementara yang terakhir layanan GO-FIX mencoba untuk hadir dengan pilihan baru bagi warga ibukota yang membutuhkan layanan on-demand perawatan, reparasi, dan bongkar pasang AC yang mudah dan praktis.

Masih tersedia di wilayah terbatas, yaitu kawasan Jakarta Selatan saja, ketiga layanan ini sudah bisa diakses di aplikasi GO-LIFE. Selanjutnya GO-LIFE memiliki rencana untuk memperluas wilayah layanan ke kota lainnya.

Cara kerja mudah

Serupa dengan layanan dari GO-LIFE lainnya, ketiga fitur terbaru tersebut juga menjalin kemitraan dengan penyedia jasa terkait. Menyesuaikan dengan kebutuhan dan lokasi berada, layanan on-demand terbaru dari GO-LIFE sudah bisa dinikmati oleh pengguna.

“Cara kerja layanan ini sama dengan layanan GO-LIFE lainnya dengan dukungan dari mitra-mitra baru dan juga para partner penyedia layanan, ketiga layanan tersebut merupakan layanan on-demand yang bisa dipesan kapan saja dan dimana saja melalui aplikasi GO-LIFE,” kata Yuanita.

Saat ini GO-LIFE mengklaim telah memiliki sekitar 30 ribu pengguna yang sudah mengunduh aplikasi GO-LIFE. Secara keseluruhan GO-LIFE saat ini sudah hadir di 24 kota di Indonesia.

Selain memperluas wilayah layanan, GO-LIFE juga berencana untuk melakukan pengambangan dan inovasi dari layanan tersebut. Untuk memastikan produk bisa berfungsi dengan baik oleh pengguna, proses pengembangan layanan disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan dari pengguna dan juga kesiapan dari produk tersebut.

“Ke depannya kami harap dapat lebih banyak menghadirkan layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat,” kata Yuanita.

Sebelumnya GO-LIFE telah memperbarui tampilan dengan menyematkan fitur GO-POINTS dan GO-PAY dalam aplikasi. Pengguna dapat memesan tanpa harus membayar dengan uang tunai sementara mitra dimudahkan karena tidak perlu menyiapkan uang kembalian.

Application Information Will Show Up Here

Susul GO-JEK, Grab Jalin Kemitraan dengan MRT Jakarta

Grab hari ini (08/6) meresmikan kerja sama dengan MRT Jakarta. Kerja sama tersebut meliputi beberapa hal strategis, pertama terkait dengan pemanfaatan uang elektronik GrabPay (didukung platform OVO) sebagai moda pembayaran tiket. Kedua, terkait dengan konektivitas first mile – last mile bagi pelanggan MRT Jakarta dan Grab. Dan yang ketiga, penyusunan proof of concept bersama untuk mengintegrasikan mobile payment untuk membentuk platform pembayaran yang menyeluruh.

Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, menyampaikan bahwa kolaborasi ini sebagai langkah awal untuk terciptanya sistem transportasi terintegrasi. Pihaknya berharap dengan kerja sama ini akan turut menguatkan peran Grab dalam penyediaan moda transportasi di wilayah Jakarta.

Di lain sisi Suherman selaku Presiden Direktur OVO turut berpartisipasi dalam kerja sama ini. Menurutnya dengan keterlibatan Grab turut mengukuhkan posisi OVO sebagai platform pembayaran. Integrasi dengan layanan transportasi dinilai menjadi use-cases penting bagi aplikasi OVO untuk makin memperluas cakupan pengguna.

Kerja sama serupa sebenarnya juga sudah dilakukan oleh GO-JEK sejak sebulan lalu. Tujuannya sama, melalui platform mobile payment yang dimiliki, GO-JEK ingin memfasilitasi pilihan alternatif pembayaran tiket MRT Jakarta. Selain untuk penjualan tiket, GO-JEK juga menawarkan konsep Non Farebox Business.

Application Information Will Show Up Here

Automo Ingin Fasilitasi Penyewaan Mobil untuk Wisatawan Asing

Masih sulitnya penyewaan mobil pribadi di kawasan wisata menjadi salah satu alasan mengapa Automo diluncurkan. Kepada DailySocial, Country Head Automo Singapore & Indonesia Charles Lin mengungkapkan, berawal dari pengalaman pribadinya saat melakukan wisata ke Bali dan kerap mengalami kesulitan untuk menyewa mobil secara langsung, akhirnya muncul ide untuk meluncurkan Automo.

“Saya melihat pilihan untuk penyewaan mobil masih terbatas di Indonesia, terutama bagi wisatawan asing. Hanya beberapa layanan taksi saja yang tersedia, bahkan [layanan] transportasi online pun masih kesulitan untuk masuk bandara dan tempat-tempat wisata.”

Dengan platform yang dimiliki, Automo bisa menghadirkan mitra supir dengan mobil pilihan, mulai dari yang standar hingga mobil mewah untuk para wisatawan asing dan lokal.

“Harapan kami ke depannya, Automo bukan sekedar transportasi yang mengantarkan dari poin A ke poin B, tapi bisa disewa untuk waktu tertentu oleh semua orang,” kata Charles.

Automo yang baru dua bulan menjalankan bisnis, menyasar pasar Singapura dan Indonesia. Di Indonesia Automo awalnya masih fokus kepada wilayah Jakarta. Selain mengumpulkan tim, Automo juga masih berupaya untuk merekrut mitra/vendor untuk bergabung. Sebagai startup baru, Automo ingin memastikan bahwa pengalaman pengguna nantinya bisa diterima dengan baik.

“Kami juga masih terus menerima masukan dari para vendor dan memahami dengan baik kebiasaan dan peraturan yang berlaku di Indonesia terkait dengan penyewaan mobil,” kata Charles.

Strategi monetisasi

Terkait strategi monetisasi yang dilancarkan, Automo nantinya akan mengambil 10% komisi dari setiap pemesanan yang dilakukan pengguna kepada vendor. Automo juga ingin memastikan, semua proses pemesanan hingga pembayaran bisa dilakukan di dalam aplikasi, sehingga tidak perlu keluar dari platform yang ada.

“Nantinya aplikasi akan menjadi media utama yang dilengkapi dengan berbagai fitur pendukung. Jika sudah berjalan, persentase komisi untuk Automo juga akan kita naikan,” kata Charles.

Selain menarik vendor baru, Automo juga memiliki rencana untuk menawarkan penghasilan tambahan kepada pengemudi transportasi online saat ini di Indonesia, yaitu Go-Jek dan GRAB, untuk bergabung menjadi mitra.

“Harapannya dengan konsep yang kami tawarkan, pengemudi transportasi online yang sudah terdaftar, bisa memanfaatkan mobil pribadi mereka selama satu hari penuh untuk pengguna Automo,” kata Charles.

Target Automo dan rencana penggalangan dana

Saat ini Automo mengklaim telah memiliki investor. Meskipun enggan untuk menyebutkan siapa investor tersebut, namun Charles menegaskan investor berasal dari dunia otomotif dan merupakan konglomerat perusahaan properti, bukan dari venture capital.

“Ke depannya mungkin kami lebih tertarik untuk melakukan penggalangan dana kepada angel investor untuk tahapan selanjutnya, belum ke VC. Rencananya kami ingin mendapatkan modal tambahan sekitar Rp1-2 miliar,” kata Charles.

Di tahun 2018 ini, Automo masih menambah tim dan mencoba untuk membuat teknologi yang relevan untuk mitra juga pengguna. Selain itu, Automo juga memiliki harapan untuk memperluas area layanan di kota-kota besar di Indonesia seperti, Medan, Jogjakarta, Surabaya, Bandung, Bali. Automo juga ingin menambah pilihan layanan, bukan hanya penyewaan mobil saja, tapi juga sepeda motor, kapal yacht, jet, mobil mewah juga kendaraan komersial.

“Yang paling penting adalah, Automo ingin meningkatkan volume bisnis dengan mitra kami, dengan menghadirkan layanan yang mudah terutama bagi wisatawan asing yang datang ke Indonesia,” tutup Charles.

Laporan DailySocial: Survei Transisi Konsumen Uber Pasca Akuisisi

Pada tanggal 26 Maret 2018 lalu, Grab secara resmi mengumumkan akuisisinya terhadap unit bisnis Uber di Asia Tenggara. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Co-Founder & Group CEO Grab Anthony Tan. Inisiatif tersebut diakukan untuk memperkuat visi layanan Grab di Asia Tenggara, untuk menciptakan layanan transportasi hemat biaya.

Kini seluruh layanan Uber telah berhenti beroperasi di Asia Tenggara, tak terkecuali di Indonesia. Lantas memunculkan pertanyaan, bagaimana dengan basis konsumen yang sudah dimiliki Uber? Ke mana mereka bertransisi, mengingat layanan on-demand sudah menjadi kebutuhan banyak orang? Apa yang mereka harapkan dari layanan on-demand baru yang digunakan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform melakukan survei terhadap pengguna Uber dari berbagai kota wilayah operasional Uber di Indonesia.

Dari survei tersebut ada beberapa temuan menarik, di antaranya:

  • Sebanyak 54,53% responden mengaku berpindah ke layanan Grab, sedangkan 44,71% berpindah ke layanan GO-JEK.
  • Biaya yang lebih murah menjadi salah satu pertimbangan utama responden saat beralih ke layanan on-demand
  • Isu yang kerap dialami pengguna saat dulu menggunakan Uber adalah mitra pengemudi yang kadang sulit ditemui.
  • Sebanyak 77,94% responden mengharapkan layanan Uber kembali beroperasi di Indonesia seperti sedia kala.

Selain empat poin di atas, ada beberapa temuan lain yang berhasil dirangkup dalam survei. Termasuk mengetahui layanan apa yang paling mudah ditemui di sekitar tempat tinggal responden, hal apa yang menjemukan dari layanan Uber, hingga faktor yang mempengaruhi mereka dalam memilih sebuah layanan on-demand.

Laporan selengkapnya dapat diunduh gratis melalui tautan berikut ini “Uber Consumer Transition Survey 2018”.

GO-DAILY Jadi Inovasi GO-JEK Selanjutnya

Pertengahan tahun 2018 GO-JEK kembali berinovasi dengan mengenalkan GO-DAILY, layanan baru untuk pesan antar galon air mineral, gas, dan beras. Layanan ini akan masuk dalam kategori GO-LIFE dan semakin memperluas kesempatan GO-JEK ke kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia.

Menurut Public Relation Lead GO-LIFE Althea Sutana, GO-DAILY merupakan layanan on demand yang berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari melihat adanya kebutuhan cukup tinggi untuk pembelian air minum dalam kemasan dan gas elpiji. Kebutuhan tersebut masih memiliki tantangan dalam hal pemesanan dan pengiriman, seperti pemesanan di waktu tertentu dan ketepatan pengiriman, Hadirnya GO-DAILY diharapkan mampu memberikan solusi untuk hal tersebut.

GO-DAILY sudah resmi diluncurkan, tapi untuk tahap awal kehadirannya baru mencakup area Jakarta Selatan dan akan terus dikembangkan hingga bisa mencakup seluruh Jakarta dan kota-kota lainnya.

“Kami terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui kebutuhan pasar dari sisi konsumen dan juga calon-calon mitra, di mana kami mengajak serta mengedukasi para pemilik warung dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) bergabung menjadi mitra GO-DAILY. Selain itu kami memiliki para runner GO-DAILY yang merupakan mitra dedicated yang menjadi penghubung antara pengguna dan penyedia jasa layanan ini. Runner GO-DAILY dilengkapi dengan saddlebag khusus yang diperuntukkan membawa produk-produk yang dipesan,” jelas Althea.

Jika pada layanan GO-JEK tumpuan utamanya adalah mitra driver, untuk layanan GO-DAILY ini tumpuan utama pada runner, mereka yang akan mengantarkan pesanan air minum dalam kemasan dan gas. Pihak GO-JEK terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui kebutuhan pasar sekaligus mengedukasi dan mengajak para pemilik warung dan UKM untuk bergabung dengan GO-DAILY.

“Selain memberikan layanan yang mudah, cepat dan pasti untuk menjawab kebutuhan sehari-hari, GO-DAILY seperti halnya layanan-layanan yang diberikan oleh GO-LIFE turut membawa misi kami dalam memberikan dampak sosial serta kesempatan bagi segala lapisan masyarakat untuk mendapatkan lapangan kerja dan memperoleh penghasilan yang lebih baik. Harapannya lewat GO-DAILY, warung tradisional yang tergolong UMK bisa terbantu mendapatkan saluran penjualan baru sehingga dapat turut bergabung dalam pasar era digital saat ini,” tutup Althea.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Uji Coba Beta Layanan Cloud Gaming Lokal Skyegrid Berjalan Mulus

Alasan mengapa istilah cloud gaming terdengar akrab sekaligus asing di telinga kita adalah terlepas dari makin banyaknya perusahaan hiburan global yang menyajikan layanan ini serta kian andalnya infrastuktur internet, platformgaming on demand‘ masih belum bisa diakses oleh semua konsumen 18 tahun setelah gagasan tersebut mulai lepas landas.

Di tahun 2005, developer game Crysis mencoba melakukan riset sistem game berbasis cloud, tapi mereka harus menunda proses pengembangannya selama dua tahun demi menunggu tersedianya teknologi internet kabel yang lebih reliabel. OnLive yang mempionirkan platform cloud gaming berbasis set-top box sendiri baru meluncurkan layanannya di 2010 setelah mempersiapkannya selama bertahun-tahun. Sayang sekali, OnLive bangkrut di tahun 2015, dan mayoritas asetnya diakusisi oleh Sony buat memperkuat PlayStation Now.

Mudah diaksesnya platform cloud gaming berpotensi merombak industri gaming selamanya. Bayangkan: tanpa perlu membeli hardware khusus, permainan video dapat dinikmati kapan saja, di perangkat apapun – tablet, smartphone, sampai laptop tua. Dengannya, Anda tak perlu lagi mengganti console setiap beberapa tahun, ataupun meng-upgrade hardware PC ketika ingin menikmati game baru.

Namun bahkan di penghujung era console generasi kedelapan ini, cloud gaming belum betul-betul tersedia di Indonesia. Layanan seperti PlayStation Now atau GeForce Now baru dapat dinikmati oleh konsumen di negara tertentu saja.

 

Cloud gaming di Indonesia?

Ketimbang terus menunggu, pada akhirnya semua bergantung pada developer lokal agar konsumen Indonesia bisa mencicipi ‘keajaiban’ cloud gaming. Dan kabar gembiranya, upaya tersebut sudah dilakukan sejak 2016. Dahulu berbisnis di ranah penyediaan laptop gaming, Xenom juga sempat memperkenalkan platform gaming on demand  XenomX. Namun sayang sekali layanan ini tak pernah tiba di tangan konsumen.

Meski nama XenomX telah menghilang, semangat para visioner di sana untuk meramu bisnis hiburan berbasis cloud masih ada. Mantan general manager Xenom, Rolly Edward, mendirikan startup bernama Skyegrid dan fokus mereka adalah menyediakan platform cloud gaming lokal. Persiapannya sudah dilakukan sejak tahun lalu, dan saya sangat beruntung menjadi salah satu orang pertama yang mengetahui eksistensinya dan dipercaya buat memberikan tim developer masukan.

Skyegrid 2

Berbulan-bulan berlalu sejak momen itu tanpa ada kabar dari Skyegrid, hingga akhirnya CEO Rolly Edward mengundang beberapa media untuk melakukan beta testing layanan cloud gaming itu secara tertutup di tanggal 31 Mei silam. Seperti diskusi yang dahulu pernah saya dan tim Skyegrid lakukan, saya masih belum boleh mengekspos detail terkait sesi tes ini. Tapi setelah mengujinya langsung, saya sangat optimis terhadap apa yang Skyegrid coba hadirkan.

 

Skyegrid

Rolly yakin apa yang timnya racik ini bisa mengubah persepktif orang mengenai cara menikmati game. Ingatkah Anda pada dampak munculnya home console bagi industri gaming di 80-an ketika waktu itu orang cuma bisa bermain di arena arcade yang berlokasi restoran dan bar? Meledaknya kepopularitasan console ‘rumah’ menyebabkan industri arcade hampir punah. Cloud gaming punya potensi disruptive yang lebih besar lagi.

Skyegrid 1

Sang CEO menjelaskan bahwa Skyegrid dikembangkan sebagai alternatif dari membeli console atau PC secara tradisional demi menikmati video game karena tak semua orang bersedia mengeluarkan banyak uang buat memiliki produk-produk ini. Bahkan jika sudah memiliki sistem gaming dedicated, sebagian dari kita terlalu sibuk untuk duduk di sofa dan menyalakan console – hanya bisa bermain di waktu senggang berbekal perangkat bergerak.

“Dengan platform gaming baru ini, siapa pun bisa menjadi gamer; dari mana saja, kapan saja, tanpa harus memusingkan rig yang mahal atau tingginya system requirement permainan,” kata Rolly.

Skyegrid 3

Dengan begini, Skyegrid punya peluang menjangkau kalangan pemain non-hardcore, bahkan berkesempatan menggaet khalayak casual buat jadi gamer yang lebih serius. Tanpa menyebutkan detailnya, biaya akses menjadi salah satu perhatian utama developer, dan mereka berkeinginan untuk mematoknya di kisaran yang atraktif dan terjangkau.

Dari keterangan developer, Skyegrid telah melewati tahap alpha yang berlangsung selama satu tahun terhitung sejak awal 2017. Dan belum lama ini, mereka meluncurkan aplikasi beta yang bisa diakses secara terbatas oleh sejumlah media dan beberapa gamer terpilih.

Berdasarkan sesi uji coba minggu lalu, saya melihat kesiapan Skyegrid mendukung beragam judul permainan, baik blockbuster serta indie, single-player ataupun multiplayer, premium maupun free-to-play. Untuk kualitas kontennya, saya cuma bisa bilang: Anda akan terkejut melihat permainan-permainan ‘AAA’ berjalan di setting grafis high 1080p dengan 60 frame rate per detik di ‘perangkat yang tidak semestinya’.

Sejauh ini, Skyegrid belum mengabarkan kapan tepatnya mereka akan resmi meluncurkan platform cloud gaming lokal tersebut. Namun melihat gerak-gerik developer, saya menerka bahwa pelepasannya mungkin akan dilaksanakan tak lama lagi.

Catatan: karena sesi beta testing kemarin berisi info-info sensitif, saya hanya menggunakan foto yang sudah disediakan oleh Skyegrid.

Go-Jek Announces $500 Million Regional Expansion

Today, Go-Jek announces its expansion to four Southeast Asian countries. It’s planning to be available in Vietnam, Singapore, Thailand, and the Philippines within the next few months. The company has prepared $500 million (around 7,1 trillion Rupiah) budget for this expansion.

The plan has been reported since the end of last year, when Ajay Gore, Go-Jek’s CTO, interviewed about the possibility of the Philippines expansion, and it’s getting traction when Uber’s operation in Southeast Asia is acquired by Grab. Uber’s departure from the market is considered as the perfect moment for Go-Jek’s expansion. There’s no further explanation of the targeted segment in those countries but on-demand transportation still the main priority.

In Indonesia, Go-Jek has dominated the on-demand service with various treats, including food and package delivery, house cleaning, and beauty service. In addition, Go-Jek is leading with Go-Pay (payment service) that has begun to escalate outside Go-Jek ecosystem after obtaining QR Code license for cashless payment.

Nadiem Makarim, Co-Founder and CEO of Go-Jek, in the release said, “Consumers are most satisfied and happy when they have more options. Currently, the population of Vietnam, Thailand, Singapore, and the Philippines feel that they don’t have enough options for ride-hailing transportation services. We expect Go-Jek’s expansion to those countries can bring a healthy business competition in need for market growth.”

“Our objective is to collaborate with those countries and their government, so the technology that we bring may have broad impact for all. [..] We [Go-Jek] believe, the best way for international expansion is to partner with talented locals, share our vision, and understand how to serve the best for their nations. The role of Go-Jek is to advise, share operational experience and business development. Therefore, they [partners and locals] can create the positive impact brought by Go-Jek in the best ways possible according to the characters and needs of their country,” he added.

The bottom line is Go-Jek will engage local partners for expansion. According to our sources, a joint venture in Vietnam will be called Go-Viet. A similar step will be performed in other countries. In the bigger picture, there are several Indonesian startups going regional besides Go-Jek. Traveloka is the most significant with operational service (and local teams) almost in all SEA countries.

Andre Soelistyo, Go-Jek’s President, added, “We’ve been considering the international expansion for a long time. We want to make sure to perform the plan at the right moment with our strongest position. In our last investment round, there are many strategic investors joined, national and global. It brings up our confidence and believes that we have enough support to be the inspiring story of startup development, from Indonesia to be a regional phenomenon.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Siapkan Tujuh Triliun Rupiah, Go-Jek Umumkan Rencana Ekspansi ke Empat Negara Asia Tenggara

Go-Jek hari ini mengumumkan kepastian ekspansinya ke empat negara Asia Tenggara. Mereka adalah Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina yang akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang. Perusahaan menyiapkan dana $500 juta (sekitar 7,1 triliun Rupiah) untuk keperluan ekspansi ini.

Rencana ekspansi ini sudah menggaung sejak akhir tahun lalu, ketika CTO Ajay Gore menyebutkan rencana ekspansi ke Filipina, dan semakin kuat pasca akuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara oleh Grab. Hengkangnya Uber dari pasar Asia Tenggara dianggap sebagai momen yang pas bagi Go-Jek untuk memperluas pasar. Tidak dijelaskan sektor apa saja yang bakal disasar oleh Go-Jek di negara-negara tersebut, tetapi layanan transportasi on-demand tetap menjadi ujung tombak.

Di Indonesia Go-Jek telah menjadi raja layanan on-demand dengan berbagai suguhan layanan, termasuk pengantaran makanan, pengantaran paket, jasa pembersihan rumah, dan jasa kecantikan. Selain itu Go-Jek juga menjadi primadona dengan layanan pembayaran Go-Pay yang sudah mulai merambah sektor-sektor di luar ekosistem Go-Jek setelah mendapatkan izin penggunaan QR Code sebagai cara pembayaran.

Co-Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam pernyatannya mengatakan, “Konsumen paling puas dan senang saat mereka punya lebih banyak pilihan. Saat ini, masyarakat di Vietnam, Thailand, Singapura dan Filipina merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup pilihan atas layanan transportasi ride-hailing. Kami berharap dengan hadirnya Go-Jek di negara-negara tersebut, kami bisa menjadi aplikasi gaya hidup utama, pilihan masyarakat. Itu aspirasi kami. Di saat yang sama, kami harap kehadiran kami dapat menciptakan persaingan usaha sehat yang dibutuhkan supaya pasar di masing-masing negara terus bertumbuh.”

“Tujuan kami adalah berkolaborasi dengan negara-negara tersebut dan pemerintahnya, supaya manfaat teknologi kami bisa memberikan dampak luas bagi semua kalangan. [..] Kami di Go-Jek percaya, cara terbaik dalam melakukan ekspansi internasional adalah bermitra dengan tim lokal yang bertalenta, punya visi yang sama dengan kami, serta memahami cara terbaik untuk melayani kebutuhan negara mereka. Peranan Go-Jek adalah sebagai penasihat, berbagi pengalaman kami dalam hal operasional serta pengembangan bisnis. Sehingga, mereka [para mitra dan tim lokal] dapat menciptakan dampak positif yang Go-Jek ciptakan, dengan cara-cara terbaik dan sesuai dengan karakter dan kebutuhan negara mereka,” lanjutnya.

Faktor yang perlu ditekankan di sini adalah Go-Jek akan menggandeng mitra lokal untuk langkah ekspansinya. Menurut sumber kami, di Vietnam joint venture yang dibentuk akan bernama Go-Viet. Langkah serupa tampaknya akan dilancarkan di negara-negara lainnya. Selain Go-Jek sudah ada beberapa startup Indonesia yang going regional. Yang paling signifikan adalah Traveloka yang memiliki layanan operasional (dan tim lokal) di hampir semua negara Asia Tenggara.

President Go-Jek Andre Soelistyo menambahkan, “Kami telah mempertimbangkan rencana ekspansi internasional ini sejak lama. Kami ingin memastikan kami dapat menjalankan rencana tersebut di saat yang tepat dan dalam posisi kami yang kuat.Pada seri penggalangan investasi kami yang terakhir, banyak investor strategis besar global dan nasional yang bergabung. Inilah yang membuat kami percaya diri dan yakin, bahwa kami punya dukungan yang diperlukan untuk menjadi salah satu kisah pertumbuhan yang menginspirasi, dari menjadi fenomena Indonesia ke fenomena regional.”

Application Information Will Show Up Here