Modalku Kini Sediakan Aplikasi Mobile untuk Investor

Layanan peer-to-peer lending Modalku mengumumkan ketersediaan aplikasi mobile yang bisa memudahkan investor mengalokasikan dananya. Aplikasi mobile ini sudah tersedia untuk platform iOS dan Android dan merupakan aplikasi kedua Modalku yang tersedia untuk publik. Sebelumnya Modalku memiliki aplikasi Modalku Dana Usaha yang ditujukan untuk kebutuhan peminjam.

Modalku mengklaim telah menyalurkan dana 215 miliar Rupiah ke 400 pinjaman UKM di Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Dalam bentuk Funding Societies, layanan p2p lending ini juga tersedia di Malaysia dan Singapura dan secara total telah menyalurkan dana sebesar lebih dari 500 miliar Rupiah.

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya menyebutkan saat ini risiko default melalui platform-nya di Indonesia hanya sekitar 0,1%, jauh lebih rendah ketimbang di Singapura yang mencapai 2%. Modalku sendiri resmi terdaftar di OJK per bulan Juni lalu.

Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi menyebutkan saat ini ada 165 layanan p2p lending yang sudah mendaftarkan diri ke OJK dan di Indonesia sendiri diharapkan ada 800 layanan agar bisa memenuhi tujuan inklusi finansial di seluruh pelosok Indonesia.

“Ketersediaan aplikasi mobile Modalku bagi pemberi pinjaman akan memperluas akses masyarakat untuk memberikan pinjaman atau peer-to-peer lending ke Pelaku Usaha Berkebutuhan Khusus (PUBERKU), antara lain seperti pelaku UKM di Indonesia,” ujar Hendrikus.

Tidak ada target khusus yang dicanangkan Modalku terkait ketersediaan aplikasi ini, meskipin demikian OJK disebutkan berharap dalam jangka waktu setahun sebuah layanan p2p lending bisa menyalurkan dana hingga 1 triliun Rupiah.

Untuk aplikasi mobile-nya sendiri, Reynold mengatakan ada beberapa fitur yang menjadi unggulan yang diharapkan bisa meningkatkan pengalaman pengguna. Selain faktor keamanan, seperti penggunaan sistem enkripsi dan akses login menggunakan sidik jari, pihaknya memberikan fitur “Pendanaan Otomatis” yang memungkinkan peminjam mendanai pinjaman UKM berdasarkan preferensi yang sudah ditentukan. Begitu ada pinjaman yang memenuhi kriteria, aplikasi bisa langsung memasukkan dana tanpa harus secara manual mengalokasikan dana tersebut.

“Modalku menawarkan win-win relationship bagi para pelanggan kami, baik UKM di Indonesia maupun pencari alternatif investasi. P2P lending, bila didukung dengan diversifikasi merupakan instrumen alternatif investasi yang menguntungkan. Melalui platform kami, pemberi pinjaman dapat mendanai UKM dengan jumlah Rp 1 juta per pinjaman. Mereka akan mendapatkan return menarik setiap bulan dengan risiko yang relatif terkontrol sebagai pengembalian. Aplikasi terbaru kami memudahkan dan memperbesar akses ke P2P lending bagi pencari alternatif investasi di Indonesia,” tutup Reynold.

Application Information Will Show Up Here

Induk Usaha Modalku Realisasikan Penyaluran Pinjaman Hingga Rp500 Miliar Pada Juni 2017

Funding Societies, induk usaha Modalku, mengungkapkan telah merealisasikan penyaluran pinjaman secara kolektif sekitar Rp500 miliar hingga Juni 2017 untuk 650 pinjaman UKM di Asia Tenggara.

Funding Socities beroperasi di tiga negara yakni Singapura, Indonesia (dengan nama Modalku), dan Malaysia. Dari total penyaluran pinjaman, kontribusi dari Singapura diperkirakan sebesar Rp280 miliar, Indonesia sekitar Rp207 miliar, dan sisanya Rp10 miliar dari Malaysia.

Pencapaian tersebut membuat perusahaan optimis untuk meningkatkan kinerjanya sampai akhir tahun ini dengan mendorong Indonesia sebagai kontributor bisnis utamanya lewat anak usahanya Modalku.

Salah satu cara untuk mencapai target yakni lewat ekspansi bisnis ke beberapa kota lainnya di Indonesia. Saat ini, Modalku baru beroperasi di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan kajian untuk ekspansi ke dua sampai tiga kota baru. Dia memastikan, kota yang bakal disasar nantinya harus dapat scaling dengan baik, agar berpengaruh pada dampak yang dihasilkan.

“Mungkin [tambah] beberapa kota dulu, yang penting bisa scale dengan baik. Sehingga kalau masuk ke kota baru bisa langsung kasih impact. Indonesia akan jadi fokus yang sangat besar [bagi Funding Societies], dari segi volumenya saja sudah hampir mengejar Singapura,” terang Reynold, Senin (10/7).

Reynold enggan membeberkan target penyaluran pinjaman yang ingin dikontribusikan Modalku untuk Funding Societies sampai akhir tahun ini. Ia mengungkapkan bila mengacu dari kinerja Modalku diklaim sudah tumbuh tiga kali lipat dalam enam bulan terakhir di tahun ini. Mengasumsikan pencapaian yang sama, diharapkan bakal tumbuh lebih besar lagi.

Masuk dalam daftar Fintech 250

Modalku tercatat dalam daftar Fintech 250 dari 23 negara yang diselenggarakan oleh CB Insights. Dalam daftar tersebut berisi perusahaan terbaik kelas dunia dengan terobosan inovasi di bidang fintech, beberapa nama di antaranya adalah Stripe, Ant Financial Services, Funding Circle, Dianrong, dan lain-lain.

Di dalam daftar tersebut, seluruh perusahaan telah memperoleh pendanaan investasi sebesar Rp187 triliun pada tahun lalu. Inovasi yang ditawarkan mulai dari bidang asuransi, pinjam meminjam, pembayaran, sumber daya manusia, real estate, dan lainnya.

“Dunia layanan keuangan akan mengalami lebih banyak perubahan dalam 10 tahun ke depan. Transformasi ini dipicu oleh sekelompok perusahaan startup non konvensional yang cerdas. Fintech 250 berisi perusahaan fintech terbaik di dunia, mereka mengadopsi teknologi terkini dan model bisnis baru ke industri keuangan. Inovasi mereka akan membawa perubahan permanen terhadap cara masyarakat menangani keuangan dan menjalankan bisnis,” terang CEO CB Insights Anand Sanwal.

Application Information Will Show Up Here

Lengkapi Transparansi Analisis Kredit, KoinWorks Gandeng Pefindo

Startup fintech P2P lending KoinWorks umumkan peresmian kerja sama dengan perusahaan pemberi rating PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk keperluan analisis kredit perusahaan yang transparan guna meningkatkan tingkat kepercayaan pemberi pinjaman (investor).

Langkah ini disebut sebagai komitmen perusahaan untuk memberikan layanan terbaik bagi investor. Melalui publikasi rating kinerja perusahaan yang transparan, investor dapat selalu mengevaluasi pilihan investasi mereka tanpa perlu khawatir pada status perusahaan.

“Setelah resmi terdaftar di OJK, kerja sama dengan Pefindo menjadi penting bagi kami karena menurut jadwal dari Pefindo pada bulan Juli 2017, kami sebagai fintech pertama yang memiliki akses ke biro kredit,” terang Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, (5/7).

[Baca juga: DStour #22: “Rumah Kedua” Karyawan KoinWorks]

Diharapkan rasa aman investor terhadap KoinWorks dapat meningkat, terutama saat bertransaksi melalui layanan yang diberikan. Pasalnya, investor kini dapat mengakses riwayat kredit calon peminjam, pola pembayaran kredit, dan keberadaan institusi lain sebagai sumber dana.

Pihak KoinWorks juga dapat menggali beragam informasi data pribadi calon peminjam, untuk digunakan sebagai pengecekan latar belakang profil mereka. Seluruh pengetahuan tersebut, tentunya akan sangat membantu penilaian kelayakan calon peminjam di KoinWorks.

Dari sisi peminjam, KoinWorks dapat menerapkan prinsip transparansi yang sama. Apabila peminjam tidak disiplin melunasi kewajiban mereka, akan ada risiko pelaporan transaksi tidak lancar ke Pefindo. Mekanisme tersebut diharapkan menciptakan efek jera, sebab akan mempengaruhi transaksi keuangan para peminjam di masa depannya, misalnya saat pengajuan kredit pembayaran rumah (KPR).

“Contoh paling mudah adalah membandingkan orang yang pernah mengambil kredit, dengan orang yang tidak pernah punya kredit. Kita pasti lebih nyaman dengan orang yang terbiasa memiliki kredit dan status cicilan yang lancar dalam periode tertentu,” tambah COO KoinWorks Bernard Arifin.

Sejak pertama kali diresmikan pada awal 2016, kini KoinWorks telah memiliki lebih dari 11 ribu investor.

Perusahaan Investasi Jepang Itochu Corp Suntikkan US$50 Juta untuk Platform P2P Lending Danamas

Perusahaan investasi berbasis Jepang Itochu Corp siap mengumumkan investasi terbarunya untuk platform p2p lending Danamas (PT Pasar Dana Pinjaman/PDP) sebesar US$50 juta (atau senilai Rp666,4 miliar). Transaksi diperkirakan selesai sekitar Agustus mendatang, Itochu akan menguasai 30% kepemilikan saham Danamas.

“Selain memberikan suntikan dana, Itochu juga akan mendukung bisnis Danamas dengan transfer pengetahuan, sumber daya manusia, serta dukungan lainnya untuk membangun sistem teknologi informasi dan call center yang dibutuhkan perusahaan,” seperti dikutip dari Nikkei Asian Review.

Sebagai informasi, Danamas merupakan salah satu anak usaha dari konglomerasi Grup Sinar Mas di bawah bendera Sinar Mas Financial Services (PT Sinar Mas Multiartha Tbk/SMMA). SMMA menguasai seluruh kepemilikan saham Danamas. Danamas juga telah terdaftar di Kominfo dan OJK.

Sebelumnya, Danamas telah berdiri sejak 2000 dengan nama PT Komunindo Arga Digital kemudian berganti nama menjadi PT Pasar Dana Pinjaman.

Berdasarkan kinerja Danamas terkini, perusahaan telah merealisasikan pinjaman sebesar Rp165,22 miliar dengan di antaranya Rp145,97 miliar merupakan pinjaman luas. Adapun jumlah peminjam lunas sebanyak 24.227 aplikasi dan perusahaan telah menghimpun 1.296 pemodal terdaftar.

Model bisnis Danamas sama seperti platform p2p lending lainnya di Indonesia. Perusahaan memberikan pinjaman modal kerja mulai dari Rp1 juta dengan jangka waktu mulai dari 1 minggu sampai 1 tahun. Untuk pemberi pinjaman, investasi dimulai dari Rp500 ribu dengan imbal hasil yang ditawarkan hingga 30% per tahunnya.

Saat ini, seluruh proses bisnis Danamas baru bisa diakses lewat situs resminya. Dengan adanya suntikan dana ini, pihak Danamas menargetkan dapat meluncurkan aplikasi versi penuh pada tahun depan dan mengoperasikan seluruh proses bisnisnya secara penuh baik untuk pemberi pinjaman dan peminjam lewat aplikasi.

Sebelumnya, meski tidak memberikan suntikan dana, SMMA telah meresmikan kerja sama antara Bank Sinarmas dan platform p2p lending Modalku sebagai bank kustodian yang mengelola rekening penampungan selama proses peminjaman berlangsung.

PinjamDoku Hubungkan Merchant dengan Layanan P2P Lending

Selama ini Doku dikenal sebagai layanan e-wallet yang berfungsi memudahkan para pengguna berbelanja online tanpa perlu memiliki kartu kredit atau rekening bank. Para pengguna akan dibuatkan semacam akun virtual untuk mengakomodir proses transaksi. Seiring dengan perkembangan cashless society dan industri teknologi finansial, Doku mulai mengenalkan PinjamDoku. Sebuah layanan teknologi finansial yang memfasilitasi masyarakat untuk terhubung dengan layanan peer-to-peer lending. Untuk saat ini, layanan ini terbatas dinikmati oleh merchant yang bekerja sama dengan Doku.

Di bulan Juni ini, Doku melakukan soft launching untuk layanan PinjamDoku ini. Tercatat saat ini sudah ada beberapa penyedia layanan p2p lending yang bekerja sama dengan Doku, mereka adalah Koinworks, Investree, dan Taralite. Kehadiran PinjamDoku di tahap awal ini disiapkan untuk membantu pemilik merchant mendapatkan suntikan dana atau modal melalui layanan peer to peer lending yang tersedia.

“Selain memperluas penciptaan pasar, yang terbaru DOKU juga memberikan fasilitas peer to peer lending kepada para merchant, konsumen pengguna e-Wallet DOKU dan bahkan staff DOKU, melalui program #PinjamDOKU. Program hasil kerja sama dengan Koinworks (dll) ini bertujuan memudahkan merchant, konsumen dan staff DOKU dalam mendapatkan pinjaman modal untuk pendanaan bisnis maupun untuk kebutuhan pribadi,” ujar Chief Marketing Officer DOKU Himelda Renuat.

Lebih lanjut Himelda menjelaskan layanan PinjamDoku ini sudah disiapkan sebelumnya. Sudah ada beberapa kontrak yang disepakati dengan mitra layanan peer to peer landing. Saat ini menu Pinjam Doku dapat ditemukan di Back Office Doku di masing-masing merchant. Para merchant tinggal memilih menu terbut dan memilih mitra peer to peer lending yang dikehendaki kemudian melakukan request. Mitra peer to peer lending Doku selanjutnya akan melakukan verifikasi, jika valid maka pinjaman akan segera dikeluarkan.

Layanan PinjamDoku ini akan menandai perjalanan selanjutnya Doku dalam industri pembayaran digital di Indonesia. Di saat pasar semakin matang, masyarakat semakin berpengalaman inovasi dan terobosan seperti ini yang diperlukan untuk terus berada dalam jalur persaingan.

“Fitur ini baru saja kami luncurkan awal Juni (soft launch). Ke depannya bukan hanya merchant, tapi pengguna e-wallet dan bahkan staf DOKU dapat menikmati fasilitas ini, tentunya sejalan dengan semakin banyak partner peer to peer lending yang bergabung. Kami berharap fasilitas ini dapat meningkatkan manfaat dan kualitas layanan DOKU bagi setiap merchant,” pungkas Himelda.

Capai 10 Ribu Investor, Layanan P2P Lending Koinworks Mantapkan Fitur “Multi Auto Purchase”

Startup penyedia layanan Peer-to-Peer Lending (P2P Lending) Koinworks dalam rilis terbarunya mengklaim telah memiliki 10 ribu investor untuk layanannya. Mengimbangi jumlah peminat investasi yang besar tersebut, Koinworks menghadirkan pembaruan fitur Multi Auto Purchase. Fitur Auto Purchase memungkinkan investor untuk mengalokasikan dana investasinya ke berbagai pinjaman yang tersedia sesuai dengan kriteria pilihannya secara otomatis.

Sebenarnya fitur tersebut sudah ada sejak tahun 2016 lalu bernama Auto Puchase. Dengan adanya pembaharuan yang dibubuhkan, fitur Multi Auto Purchase hadir dengan sistem yang lebih inovatif. Investor bisa mengelola dan mengembangkan portofolio investasinya secara otomatis setelah mengatur berbagai parameter yang meliputi grade peminjam, nominal investasi, hingga tenor pinjaman. Ini juga memungkinkan manajemen portofolio investasi secara otomatis.

“Fitur Multi Auto Purchase ini diharapkan dapat mempermudah para investor KoinWorks dalam menginvestasikan uang mereka. Kami sadar bahwa kepercayaan KoinWorks sangat meningkat sekali. Dari situ, kita meningkatkan kualitas fitur Auto Purchase yang sudah ada dan terus mengembangkannya, sehingga setiap investor akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berinvestasi, tidak ‘siapa cepat dia dapat’ lagi,” ujar COO KoinWorks Bernard Arifin.

Fitur Multi Auto Purchase dari Koinworks
Fitur Multi Auto Purchase dari Koinworks

Tidak hanya bertumbuh dari sisi jumlah investor, menurut pemaparan Bernard, sampai saat ini Koinworks memiliki lebih dari 300 peminjam. Total dana yang disalurkan hingga bulan Mei 2017 sudah mencapai angka 30 miliar rupiah.

Selain Multi Auto Purchase yang sudah dijelaskan sebelumnya, Koinworks juga membubuhkan teknologi canggih untuk berbagai kebutuhan operasi. Salah satunya penerapan teknologi machine learning. Teknologi ini diterapkan untuk mempercepat proses verifikasi fraud terhadap aplikasi pinjaman dan investor. Dengan sistem tersebut, KoinWorks merasa sangat terbantu dalam mengelola berbagai data points dan mempelajari pattern-nya.

Di bawah naungan PT Lunaria Annua Teknologi, Koinworks juga menjadi salah satu startup P2P Lending pionir yang telah resmi terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selama satu tahun beroperasi, KoinWorks cukup aktif berkomunikasi dengan OJK dalam menanggapi pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan keuangan khususnya di bidang pinjam-meminjam uang.

“Sebelumnya, KoinWorks dan pihak OJK pun aktif berdiskusi bahkan sebelum diterbitkannya Peraturan OJK Nomor 77/01-2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pada Desember 2016 silam,” ujar Bernard.

Bernard melanjutkan, “Kami resmi terdaftar di dalam administrasi Direktorat Kelembagaan dan Produk IKNB OJK melalui surat yang dikirimkan kepada kantor kami pada tanggal 27 April 2017 dengan nomor registrasi yang tertera di S-1862/NB.111/2017. Implikasinya kami harus mengirimkan audit dan laporan kepada OJK setiap kuartal.”

KoinWorks sendiri menyediakan layanan finansial berupa pinjaman dan investasi. Salah satu kelebihan yang ditawarkan seluruh proses pendaftaran, pengajuan, hingga aktivitasnya bisa dilakukan sepenuhnya secara online. Pebisnis UKM, misalnya, dapat mengajukan pinjaman modal usaha hingga Rp 500 juta dengan tenor paling lama 24 bulan.

Simak juga sesi DStour #22 mengunjungi kantor Koinworks: “Rumah Kedua” Karyawan KoinWorks.

Investree Segera Ekspansi ke Vietnam dan Luncurkan Pembiayaan Syariah

Pasca mendapatkan surat tanda resmi terdaftar dari OJK, perusahaan peer-to-peer lending Investree mengumumkan akan segera ekspansi ke Vietnam pada tahun depan dengan mendirikan anak usaha patungan bersama mitra lokal yang berasal dari negara tersebut.

Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan dari segi regulasi, dia mengaku tidak terganjal oleh aturan resiprokal sebagaimana umumnya terjadi ketika suatu perbankan ingin membuka cabang di luar negeri. Dalam kondisi tersebut, regulator dari kedua negara harus melakukan suatu kesepakatan bersama untuk membuka pintu sebelum perbankan dari masing-masing negara ekspansi regional secara resmi.

“Dari sisi kami, tidak terkena regulasi karena yang muncul bukan nama Investree melainkan nama lokal. Lagipula resiprokal itu lebih ke arah untuk perbankan, sementara fintech itu borderless,” terangnya, Kamis (15/6).

Adapun identitas mitra yang akan digandeng perusahaan, masih dirahasiakan identitasnya. Adrian hanya menyebut, mitra tersebut berasal dari perusahaan keuangan yang paham dengan kondisi pasar di sana. Saat ini, pembentukan anak usaha tersebut masih dalam proses, ditargetkan akan diresmikan pada tahun depan.

“Jadi nantinya kami sebagai penyedia platform, sementara mitra lokal akan jadi pemainnya karena mereka yang mengerti pasar. Ini seru, kami akan dapat gambaran banyak tentang Vietnam, dapat datanya juga.”

Luncurkan pembiayaan syariah

Selain mengumumkan rencana ekspansi regional perdananya, Investree juga akan meluncurkan pembiayaan berbasis syariah. Rencananya unit ini akan mulai beroperasi pada akhir Juli 2017 mendatang.

Investree Syariah akan dapat diakses dalam situs utama Investree. Saat ini perusahaan sedang memproses izin sertifikasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN).

Adrian mengatakan rencana peluncuran unit bisnis ini dilakukan karena adanya permintaan dari sisi pendana (lender) maupun peminjam (borrower). Menurutnya, sudah ada komitmen dari tiga UKM untuk menjadi peminjam yang bersedia menjadi pilot project saat peluncuran nantinya. Adapun lokasinya, satu UKM berasal dari Surabaya dan dua lainnya dari Jakarta.

Sementara dari sisi pendana, perusahaan telah mendapat komitmen dari berbagai pihak. Salah satunya dari luar negeri, satu mewakili individu dari Singapura dan satu dari institusi perusahaan asuransi yang berlokasi di Jepang.

Dua pendana yang berasal dari luar negeri ini, terang Adrian, diperbolehkan dalam POJK No.77. Di sana disebut, perusahaan penyedia dapat menarik pendana dari luar negeri untuk dukung pengembangan industri fintech p2p syariah.

“Sekarang masih proses izin sertifikasinya ke DSN. Ini sesuai arahan dari OJK saat kami temui, mereka bilang karena ini belum diatur regulator sebaiknya langsung proses ke DSN saja.”

Nantinya akad (perjanjian) yang akan digunakan dalam Investree Syariah memakai akad wakalah bil ujrah, dengan skema pembagian komisi atau lebih dikenal ujrah. Dalam akad tersebut ada perjanjian transfer wewenang atau pemberi kuasa kepada pihak lain melakukan suatu pekerjaan tertentu untuk kepentingan pihak pertama.

Dengan peluncuran unit bisnis ini, Adrian berharap dapat meningkatkan potensi layanan keuangan syariah di Indonesia yang selama ini masih terbelakang dibandingkan bisnis konvensional.

Pemain keuangan syariah masih terkendala dalam empat empat yakni pricing mahal, layanan yang konvensional jauh dari unsur inovasi, kantor cabang terbatas, dan sumber daya manusia yang terbatas.

“Empat tantangan ini yang masih menyebabkan bisnis keuangan syariah di Indonesia masih terbelakang. Dengan fintech, kami akan tes respons pasar dengan memberikan berbagai kesamaan dari segi produk, pricing, akses, strukturnya juga sama dengan konvensional. Kami buat tidak berbeda karena sumber dananya sama,” pungkas Adrian.

Sejak setahun berdiri, Investree telah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp214 miliar untuk 626 UKM. Jumlah pinjaman yang telah cair sebanyak Rp160 miliar, kemudian pinjaman yang sudah lunas sebanyak Rp121 miliar.

Untuk rata-rata imbal hasil yang diterima pendana sebesar 17,4%. Sedangkan rata-rata waktu terdanai sejak aplikasi diajukan adalah tiga hari. Adapun untuk kredit macet diklaim tidak ada atau 0%.

Perusahaan menargetkan sampai akhir tahun ini dapat menyalurkan pinjaman sebesar Rp400 miliar. Tak hanya itu, perusahaan juga berambisi ekspansi ke beberapa kota di Pulau Jawa. Kota pertama yang segera disambangi adalah Semarang.

Untuk dukung target, Investree siap menambah dua produk baru yakni seller financing yang menyasar UKM e-commerce dan merchant cash advance, sebuah produk pre-invoice loan yang diperuntukkan untuk korporasi.

Modalku Tambah Layanan “Merchant Cash Advance” untuk UKM dan Merchant Online

Platform peer to peer lending (P2P lending) Modalku menambah layanan baru Merchant Cash Advance (MCA) untuk UKM yang underbanked dan merchant online di Indonesia yang belum dilayani institusi keuangan untuk mendapatkan akses pinjaman yang berkualitas.

Dalam meluncurkan layanan ini, Modalku bekerja sama dengan layanan payment gateway untuk menyediakan pinjaman MCA tanpa agunan jangka pendek yang fleksibel. Bila pinjaman reguler dibayarkan kembali lewat pokok dan bunga fixed per bulan, maka setiap bulan pihak payment gateway akan menampung sebagian pendapatan peminjam dan menyalurkannya ke Modalku. Proses repayment jadi lebih mudah bagi peminjam.

Bagi pemberi pinjaman, layanan MCA juga diklaim menguntungkan karena model bisnisnya yang rendah risiko. Hal inilah yang diklaim menjadi selling point dari MCA. Sebagai produk pinjaman maupun alternatif investasi, MCA telah dianggap sukses di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

“Modalku bangga jadi platform fintech pertama di Indonesia yang menyediakan MCA,” ucap Co-Founder dan COO Modalku Iwan Kurniawan dalam keterangan resmi, Kamis (8/6).

Produk MCA Modalku menawarkan pinjaman maksimal sebesar Rp2 miliar sebagai modal kerja untuk mengembangkan usaha dan sudah dapat didanai pemberi pinjaman Modalku sebagai alternatif investasi.

Berdasarkan data terakhir, Modalku telah menyalurkan pinjaman usaha senilai lebih dari Rp178 miliar untuk 320 UKM.

Lima perusahaan dapat surat tanda bukti terdaftar dari OJK

Dalam pengumumannya, Modalku (PT Mitrausaha Indonesia Group) juga mengumumkan pihaknya telah mendapat surat tanda bukti terdaftar dari OJK. Tak hanya Modalku, OJK juga memberikan surat tanda bukti lainnya untuk empat perusahaan p2p lending. Yakni, PT SimpleFi Teknologi Indonesia (SimpleFi), PT Investree Radhika Jaya (Investree), PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), dan PT Pendanaan Teknologi Nusa (Pendanaan).

OJK mulai gencar memberikan surat tanda bukti terdaftar untuk para pemain p2p lending mengingat tenggat waktu tahap pertama bakal berakhir pada 29 Juni 2017 mendatang. OJK sendiri memberikan tenggat waktu sampai akhir tahun ini untuk segera memenuhi ketentuan tersebut.

OJK sebelumnya menyebutkansecara total ada 28 perusahaan p2p lending yang mengajukan pengajuan izin tersebut.

Platform P2P Lending Crowdo Bermitra dengan BFI Finance, Layani Pinjaman Berbasis Agunan

Platform peer to peer lending asal Singapura Crowdo resmikan kemitraan dengan perusahaan pembiayaan PT BFI Finance guna meningkatkan akses terhadap pembiayaan UKM.

Dengan menganut konsep referensi, calon debitur dapat mengajukan pinjaman di platform Crowdo dengan menjaminkan BPKB kendaraannya, baik itu motor atau mobil, serta aset tetap seperti rumah. Pinjaman terbuka untuk keperluan bisnis juga pribadi. Selanjutnya, pihak Crowdo akan menyerahkan ke BFI untuk tinjauan lebih lanjut.

“Ini adalah kesemptan yang luar biasa bagi kami untuk memperluas jangkauan Crowdo ke seluruh Indonesia. [..] kemitraan dengan BFI, akan mempercepat pemberian solusi bagi pelanggan. [..] Kami berkomitmen untuk mengatasi hambatan dalam mengakses layanan keuangan dan mendorong bisnis [..],” kata General Manager Crowdo Indonesia Cally Alexandra dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (26/5).

Business Strategy Department BFI Mahendra Kesumah menambahkan kemitraan antara kedua perusahaan merupakan strategi BFI dalam rangka memperluas kegiatan usaha perusahaan pembiayaan. Seperti yang tercantum dalam POJK Nomor 29, perusahaan pembiayaan tidak hanya dapat memberikan pembiayaan kendaraan saja, tapi sudah diperluas ke investasi, modal kerja, dan multiguna.

“BFI melihat Crowdo sebagai salah satu p2p lending dengan visi yang sama seperti kami. Kami juga pertimbangkan pengalaman Crowdo, mereka tidak hanya mengerti pasar di Indonesia, tapi juga di Malaysia dan Singapura,” ucap Mahendra.

Ke depannya, Crowdo berkomitmen untuk terus memperluas kemitraan dengan perusahaan lainnya demi kemudahan akses pinjaman untuk UKM di Indonesia.

Sebelumnya, Crowdo juga meresmikan kemitraan dengan MatahariMall untuk program “Super Loan”. Dari program tersebut, penjual di MatahariMall berkesempatan untuk mengambil pinjaman antara Rp50 juta sampai Rp200 juta dengan bunga 1%-3% per bulannya.

OJK Beri Kelonggaran Pendaftaran Layanan P2P Lending Sampai Akhir Tahun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan kelonggaran proses pendaftaran kepada pemain p2p lending sampai akhir tahun ini, dari awal batas waktu yang ditentukan sampai 29 Juni 2017.

Padahal bila mengacu dari isi POJK Nomor 77 disebutkan bahwa tenggat waktu yang diberikan untuk mengantongi surat tanda bukti terdaftar adalah enam bulan sejak aturan diberlakukan atau 29 Juni 2017. Setelah itu, mereka diharuskan menaikkan modal disetor menjadi Rp2,5 miliar untuk mengajukan perizinan maksimal satu tahun setelah perusahaan terdaftar di OJK.

“Menimbang-nimbang dari bisnis fintech p2p lending yang kebanyakan adalah perusahaan startup, yang notabenenya memiliki tingkat gagal yang tinggi. Maka dari itu kami beri relaksasi proses pendaftaran sampai akhir tahun ini,” terang Direktur Pengawasan Lembaga Pembiayaan OJK Tuahta Aloysius Saragih, Selasa (23/5).

Aloysius menerangkan relaksasi itu akan diberlakukan untuk seluruh perusahaan fintech p2p lending yang saat ini tengah mengajukan proses pendaftaran. Apabila dalam kurun waktu akhir tahun ini, masih ada perusahaan yang belum memperoleh surat tanda bukti terdaftar regulator akan memeriksa kembali perusahaan tersebut.

Sumber OJK
Sumber OJK

“Bila nanti waktunya [pendaftaran] sudah habis, namun masih ada perusahaan yang belum dapat surat tanda bukti, kami akan periksa mereka dan mengeceknya kembali.”

Sekadar informasi, dari 28 perusahaan yang mengajukan proses pendaftaran, baru ada tiga perusahaan yang sudah mengantongi surat tanda bukti terdaftar. Yakni PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas), PT Danakita Data Prima, dan PT Lunaria Annua Teknologi (KoinWorks).

Jangan dipersulit

Di samping itu, Asosiasi fintech Indonesia (AFTECH Indonesia) meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk tidak mempersulit proses pendaftaran p2p lending yang dinilai terlalu teknis.

Direktur Kebijakan Publik AFTECH Indonesia Ajisatria Sulaeiman mengatakan pihaknya menyayangkan persyaratan yang harus dipenuhi OJK terlalu teknis karena harus melampirkan berbagai bukti.

Dia mencontohkan, salah satu ketentuan yang harus dipenuhi adalah bukti modal disetor sebesar Rp1 miliar. Pelaku harus melampirkan bukti tanda transfer, meski sebenarnya bisa dicek dalam rekening koran.

“Karena harus melampirkan berbagai surat bukti, membuat banyak perusahaan jadi tersendat dalam mengajukan proses pendaftaran. Padahal kami merasa persyaratan seperti itu sangat teknis dan tidak substansial. Kami meminta regulator untuk tidak persulit,” pungkas Aji.