Keyakinan Induk Kredit Pintar Tawarkan Ragam Produk Keuangan Digital di Indonesia

Atome Financials, startup lending dari Singapura, resmi masuk ke Indonesia. Sebagai perusahaan holding, pihaknya akan mengakselerasi ragam produk keuangan untuk menyasar konsumen underbanked dan underserved. Indonesia menjadi ekspansi berikutnya Atome setelah membuka kantor di Tiongkok, India, Filipina dan Vietnam.

Sebelum hadir dengan brand sendiri, sebenarnya Atome sudah menginjakkan kakinya di Indonesia sejak 2017 melalui Kredit Pintar, startup lending yang khusus pada pinjaman cepat.

Kepada DailySocial, CEO Atome Indonesia Wawan Salum menjelaskan, sebagai perusahaan induk ada keleluasaan untuk mengakselerasi ragam produk, tidak hanya bertumpu pada satu produk saja. Saat ini perusahaan tengah menggodok brand baru yang melayani kartu kredit digital atau paylater bernama APayLater.

“Belum ada yang bisa kita share. Sekarang kami masih melihat di pasar seperti apa agar dapat gambaran bagaimana posisi brand kita. Konsep APayLater sudah dirilis di Singapura, mau dilihat bagian mana yang perlu diubah,” terangnya.

Wawan juga menegaskan kehadiran Atome tidak mendorong peleburan bisnis dengan Kredit Pintar. APayLater dan Kredit Pintar akan fokus pada bisnis yang berbeda, sehingga tidak saling berkompetisi satu sama lain. CEO Kredit Pintar Wisely Wijaya masih menjabat di posisi yang sama.

“Kredit Pintar fokus ke penyaluran pinjaman untuk underbanked dan underserved dengan AI dan credit scoring, sementara APayLater produknya untuk semua orang.”

Kredit Pintar diklaim memiliki 10 juta unduhan dan dinobatkan sebagai salah satu aplikasi fintech dengan rating tinggi di Google Play. Total akumulasi pinjaman yang telah disalurkan sejak 2017 sebesar Rp10 triliun untuk 2 juta peminjam.

Peluang pasar lending seperti yang disasar memang sangat besar. Dengan demografi unbankable usia dewasa yang mencapai 92 juta jiwa, produk fintech masa depan yang cukup cerah. Tak ayal per tahun 2019 sudah ada 144 fintech lending serupa Kredit Pintar yang terdaftar di OJK. Hingga tahun 2019 jumlah pinjaman yang didistribusikan juga telah capai 60,4 triliun Rupiah, fasilitasi sekitar 14,3 juta pengguna.

Sementara untuk paylater, layanan ini memang tengah dalam pertumbuhan di Indonesia. Beberapa bisnis saling bekerja sama, mengintegrasikan platform pinjaman dengan layanan consumer. Berikut beberapa produk yang beredar di Indonesia:

Produk APayLater

Perusahaan lebih dahulu meluncurkan aplikasi APayLater di Singapura. Konsepnya tidak jauh dengan layanan paylater lainnya di Indonesia. Limit kredit yang diterima dapat dipakai untuk berbelanja di merchant dengan metode pemindai QR.

Konsumen diharuskan membayar pertama sepertiga dari harga total dengan kartu debit atau kredit yang sudah disinkronkan. Pembayaran berikutnya akan ditagih setiap 30 hari kemudian dan tenor maksimal adalah tiga bulan. Secara otomatis sistem akan deduct saldo dari sumber dana setiap tagihan muncul.

Apabila ada kredit macet, APayLater akan membekukan akun dan ditambah dengan biaya admin sebesar SG$20. Jika dalam tujuh hari tidak dibayar, ada tambahan biaya SG$10. Di sana, pemerintah menetapkan batas maksimum biaya admin yang dikenakan adalah SG$60 per transaksi.

Wawan menyebut pilot project dari APayLater akan hadir di Indonesia setidaknya dalam kuartal kedua tahun ini, sebelum merilis versi penuhnya. Menurutnya iterasi sangat dibutuhkan startup untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

“Banyak hal yang mau kita lihat, tapi kita ingin selalu memastikan consumer journey-nya harus bagus. Makanya kami pilih pilot dulu selama beberapa waktu, sambil terus monitor dan diskusi internal.”

Dia melihat meski di industri berbagai pemain sudah merilis produk paylater-nya, masih ada ceruk bisnis yang besar di segmen ini. Asalkan perusahaan paham dengan kondisi pasar, letak peluang ada di mana, dan bagaimana memosisikan produknya pasti akan bisa bersaing dengan pasar.

“Saat Kredit Pintar mulai di 2017 dan perkembangannya hingga sekarang sangat pesat, meski pada saat itu pemainnya tidak hanya dia saja di industri. Jadi ini bukan masalah pemain lama dan baru, asalkan kita paham dengan industri dan proses pengembangannya, pasti bisa bersaing.”

Rencana Atome di bawah kepemimpinan Wawan Salum

Di bawah kepemimpinan Wawan, ia akan fokus pada pengembangan klien dan partner untuk Atome dari bank, fintech, e-commerce, ride sharing, termasuk akuisisi taleta, ekspansi pasar dan pengembangan produk.

Wawan Salum menambah jajaran bankir senior yang terjun ke startup. Sebelumnya dia adalah bankir di DBS Indonesia sebagai Head of Consumer Banking Group dan enam tahun di HSBC dengan berbagai jabatan. Perjalanannya sebagai bankir dimulai dari Citibank selama tujuh tahun dan posisi lainnya di General Motors dan ABN Amro Bank N.V.

Ia terjun ke startup karena menurut pandangannya perkembangan digital, khususnya fintech pada beberapa tahun ke depan, akan masuk ke posisi mature, menyusul perbankan. Kondisi tersebut ditandai dengan pertumbuhan tahunan yang tidak lagi eksponensial dan kue bisnis yang sudah ramai-ramai digarap yang lambat laun ukurannya mengecil.

“Saya tidak mau ketinggalan kereta. Bank sudah mature karena growth opportunity-nya sudah enggak bisa 100% lagi. Beda dengan fintech dengan kondisi sekarang [growth-nya eksponensial], tapi prediksi saya growth-nya tidak akan sekencang tahun-tahun sebelumnya karena segera masuk posisi mature.”

Dengan pengalamannya yang kuat di finansial, ia akan mengombinasikan framework dan struktur yang kuat di bank tanpa menghilangkan unsur agility yang melekat di tubuh startup. “Ketika semua di-combine, ini akan membuat startup jadi sangat powerful. Agility itu harus tetap dijaga karena pasar dan teknologi cepat berubah,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

“PayLater” Perusahaan Teknologi Dongkrak Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Kartu kredit merupakan produk keuangan premium, namun punya eksklusivitas yang tinggi. Baru mau mengajukan saja, prosesnya sangat selektif dan memakan waktu. Hal ini wajar karena bank harus prudent dalam menjalankan fungsinya sebagai intermediary.

Regulasi perbankan yang ketat menjadi alasan utama mengapa perkembangan kartu kredit di sini stagnan. Statistik dari Bank Indonesia per November 2019 memaparkan, jumlah kartu kredit yang beredar sebanyak 17,38 juta unit, naik tipis 0,65% secara year on year. Pertumbuhan volume transaksi hanya naik 4,19%, sedangkan secara nilai naik 5,32%.

Kenaikan ini tidak sedrastis dibandingkan transaksi uang elektronik. Jumlah uang elektronik sebanyak 278 juta unit kartu, naik 66,47% secara year to date. Volume transaksinya tercatat mencapai 356,4 juta unit (naik 21,93%), dengan nilai Rp127 triliun (naik 170,21%).

Ketimpangan ini membuat produk kartu kredit digital, atau kini lebih tren disebut PayLater, menjadi sesuatu yang sangat hit selama dua tahun terakhir.

Semua beramai-ramai masuk ke segmen ini, menggaet fintech lending untuk menawarkan kemudahan pengajuan yang singkat dan jargon andalan bunga 0% untuk 30 hari pinjaman semakin sering dipakai.

Traveloka dan perjalanan produk PayLater

Beberapa bulan sebelum GoPay dan Ovo merilis PayLater, Traveloka mencuri start memperkenalkan istilah ini. Premisnya sederhana: ingin mempersingkat durasi konsumen saat memutuskan rencana pembelian tiket perjalanan beserta akomodasinya, tanpa khawatir dengan ketersediaan dana. Solusi yang sebenarnya bisa dijawab oleh kartu kredit.

Dalam konferensi pers (15/1), President Traveloka Group Operations Henry Hendrawan menjelaskan sebelum merilis PayLater, 90% pengguna melakukan pembelian last minute alias kurang dari dua hari sebelum keberangkatan. Dampaknya harga yang harus mereka bayarkan jauh lebih mahal, tidak bisa memilih kursi, dan tidak mendapat akomodasi yang diinginkan.

MoU antara Traveloka dan BRI / Traveloka
MoU antara Traveloka dan BRI / Traveloka

“Saat Lebaran, kita melihat booking biasanya terjadi saat mereka sudah dapat THR. Jadi kita lihat dengan PayLater bisa menjadi alternatif untuk financial planning, merencanakan semua rencana libur dan booking dari jauh-jauh hari karena harganya pasti jauh lebih terjangkau,” ucapnya.

Menurutnya, sejak PayLater diluncurkan medio 2018, penggunaan terbesar PayLater untuk pembayaran tiket perjalanan dan akomodasi hotel. Berikutnya, untuk pembayaran tiket atraksi dan hiburan. Henry tidak bersedia merinci lebih lanjut besaran transaksi terkait hal ini.

Nominal dana yang bisa diperoleh pengguna maksimal saat pertama kali dirilis berkisar Rp2 juta sampai Rp10 juta. Kini limitnya ditingkatkan hingga Rp50 juta dengan tenor sampai 12 bulan. Bunganya dimulai dari 2,14%-4,78% flat per bulan. Hampir seluruh layanan di Traveloka bisa memakai PayLater untuk opsi pembayarannya.

Mitra pertama fintech lending yang digaet Traveloka untuk menyediakan dana pinjaman adalah Danamas. Di situsnya dijelaskan ada tambahan mitra, yakni Caturnusa Sejahtera Finance, yang bertindak sebagai pemberi pinjaman (lender) di Danamas. Bisa diasumsikan dana PayLater yang diberikan ke pengguna Traveloka bersumber dari situ.

Caturnusa yang berlisensi sebagai perusahaan p2p lending juga terafiliasi dengan Danamas, alias masuk ke dalam naungan Sinar Mas Group.

Tepat pada Rabu (15/1), Traveloka menambah mitra lending. Kali ini adalah BNI. Bersama BNI perusahaan berambisi menyalurkan dana pinjaman hingga Rp6 triliun sepanjang tahun ini untuk satu juta pengguna Traveloka.

“Harapannya, [pinjaman PayLater] itu bisa disalurkan kepada sejuta pengguna PayLater pada tahun ini,” ujar Henry.

Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo menjelaskan. melalui kerja sama ini, Traveloka PayLater terhubung dengan produk KTA milik BNI, yakni BNI Fleksi. Otomatis setiap pengguna PayLater akan menjadi nasabah BNI.

“Melalui kerja sama ini diharapkan terjadi peningkatan ekspansi kredit konsumer BNI sekaligus memberikan kemudahan kepada masyarakat luas, termasuk pengguna Traveloka PayLater yang pada akhirnya berpotensi menjadi nasabah BNI,” katanya.

Kembali ke asal sebagai kartu kredit fisik

Sepak terjang BNI dalam menggaet Traveloka menjadi contoh menarik bagaimana perbankan memanfaatkan perusahaan teknologi sebagai “kendaraan” untuk meningkatkan bisnisnya. Anggoro menerangkan keputusan BNI masuk sebagai pemberi pinjaman di Traveloka karena dia melihat adanya kesamaan target konsumen.

Strategi ini juga dilatarbelakangi keinginan perseroan memacu kinerja kredit konsumer di BNI karena Traveloka PayLater ini juga terhubung dengan BNI Fleksi. Ini adalah produk KTA untuk kebutuhan konsumsi bagi pegawai aktif yang punya penghasilan tetap dan gajinya di-payroll oleh BNI.

Pengguna Traveloka yang lolos verifikasi untuk pinjaman PayLater ini, menurut pengakuan Henry, mayoritas belum pernah memiliki kartu kredit. Proses KYC dalam setiap pengajuan aplikasi tergolong simpel. Traveloka membaca kebiasaan transaksi pengguna yang terekam di sistem.

“Lebih sering pakai Traveloka, maka kita akan lebih mudah mengerti pengguna dan mungkin kita akan lebih comfortable kasih limit-nya karena kita tahu siapa penggunanya.”

Anggoro mengungkapkan, sebelum kolaborasi ini dimulai, tentunya pihak BNI melakukan penilaian risiko kredit di dalam sistem Traveloka. Bagaimana mereka KYC, menentukan skoring kredit, dan lain-lain. “Kami sudah pastikan sesuai standar [perbankan].”

“Ini [hasil penilaian] memperlihatkan performa kami secara teknis dalam KYC,” tambah Henry.

Historis transaksi nasabah yang terkumpul di Traveloka, menjadi bank data yang sangat berharga untuk membangun sistem kredit skoring sendiri. Seluruh upaya Traveloka untuk membangun pembiayaan yang berkualitas akhirnya terbayar sudah ketika bank sekelas BNI masuk.

Sebelum BNI masuk, BRI juga menandatangani MoU dengan Traveloka untuk menyediakan PayLater Card. Fasilitas ini ditawarkan untuk pengguna terpilih Traveloka. Kebetulan, DailySocial termasuk salah satunya.

Cobranding kartu PayLater antara Traveloka bersama BRI / DailySocial
Cobranding kartu PayLater antara Traveloka bersama BRI / DailySocial

Kartu PayLater tidak jauh berbeda dengan kartu kredit yang diterbitkan bank pada umumnya. Fasilitas yang bisa dinikmati pengguna adalah bebas biaya tahunan selamanya, pengguna akan menerima notifikasi dari Traveloka setiap ada transaksi dengan kartu kredit untuk mempermudah pemantauan.

Seperti kartu kredit kebanyakan, limit dapat digunakan untuk transaksi online dan offline di luar ekosistem Traveloka, termasuk belanja di luar negeri terutama yang sudah terhubung dengan Visa. Bunga yang diberikan adalah 2,25% per bulan dan tagihan dapat dibayar melalui aplikasi Traveloka.

Ada kenaikan limit kredit yang diterima pengguna ketika meng-upgrade ke kartu fisik. Besarannya tergantung penilaian profil risiko.

Manfaat kemitraan Traveloka antara BRI dan BNI memberi nilai tambah bahwa secara sistem, kualitas perusahaan teknologi dalam penilaian risiko sudah sesuai standar perbankan. Bank pun tidak perlu khawatir.

Di tengah ketatnya regulasi di perbankan, perusahaan teknologi bisa menjadi “kendaraan” mengatasi stagnannya pertumbuhan kartu kredit. Akan ada saatnya penetrasi kartu kredit meningkat dengan cara yang prudent.

Tren cobranding kartu kredit di luar negeri

Apa yang dilakukan Traveloka dengan BRI bukan barang baru bila melihat benchmark di luar negeri. Di Singapura, Grab bersama MasterCard membuat GrabPay Card. Di India, ada Amazon dan perusahaan OTA MakeMyTrip yang menggaet ICICI Bank. Lebih jauh, di Amerika Serikat ada Uber bersama Visa dan Apple bersama Goldman Sachs.

Tren ini diprediksi akan terus berlanjut. Sempat beredar kabar Visa dan Gojek sedang berkongsi untuk merilis PayLater.

Patut dipahami, di Indonesia kebiasaan menggunakan kartu kredit belum terbentuk. Kondisi yang sama juga terjadi di Tiongkok. Di sana kartu kredit kurang peminat, karena ada Alipay dan WeChat Pay yang lebih ramah buat mereka.

Hal ini  berbeda dengan Amerika Serikat dan Singapura. Penetrasi kartu kredit di sana sudah signifikan, sehingga strategi perusahaan teknologi untuk membuat kartu kredit jadi lebih masuk akal.

Menurut laporan PwC, strategi cobranding kartu kredit merupakan strategi win win, baik buat perusahaan dan issuer (bank penerbit). Dari sisi issuer, mereka akan mendapat akses ke basis pelanggan tersegmen, kenaikan rata-rata transaksi, menurunkan tingkat akun dorman, dan meningkatkan “stickiness” dengan konsumen.

Untuk mitra, mereka mendapatkan visibilitas brand yang lebih baik, kontribusi top dan bottom line lewat pendapatan bersama, dan meningkatkan loyalitas konsumen. Sementara untuk pemegang kartu, mereka mendapat penawaran khusus semacam diskon atau voucher, benefit film gratis, perjalanan, menginap, dan manfaat tambahan untuk asuransi, akses lounge, dan lain sebagainya.

Application Information Will Show Up Here

BRI Introduces “Ceria”, An Application for Virtual Credit Card Services

BRI has launched BRI Ceria, a paylater service or virtual credit card targeting underbanked debtors. The application is now available to download in the Android version.

It’s further detailed in the release that BRI Ceria is to provide loans start from Rp500 thousand up to Rp20 million with a tenor of 1-12 months. The interest rate is 1.42% per month or 17.04% per year. If it’s already past the due date, customers may incur a late payment fee for 3% of the total bill or up to Rp150 thousand.

This feature is limited only for BRI customers. It’s a strategy to make credit scoring and prevent fraud.

Another requirement is for the customers should at least 21-50 years old, with minimum income of Rp3 million, and have Taxpayer Identification Number (NPWP).

BRI claimed, once the data submitted, the verification process will only take 30 minutes. Once approved, the credit limit is available to shop at online merchants. This concept is similar to the ones issued by Kredivo and Akulaku.

In the initial stage, BRI Ceria has available to use for payment on Tokopedia, purchase flight tickets on the Panorama JTB site, and the electronic products e-commerce Dinomarket.

Quoted from Kontan, BRI’s Director of Digital, IT, and Operational, Indra Utoyo explained. Ceria is BRI’s paylater with a limit of up to Rp20 million targeting ultra micro customers.

“The new product Ceria is to be launched soon, BRI’s paylater up to Rp20 million limit for ultra micro,” he said.

Prior to this, BRI through its subsidiary, BRI Agro, has launched a similar application named Pinang.

The development of BRIBOX

Next year, the company will continue the digital initiation through BRIBOX, it’s a modernization of work unit network infrastructure throughout Indonesia, modernization of cloud-based data centers, and implementation of core banking modernization.

The initiation is to absorb the largest allocation for IT-related capital expenditure. Indra also revealed the bank has prepared Rp4.2 trillion for next year’s budget, increased by 13.5% from this year’s budget.

“The main effect of modernization is to be eager to face the growth and innovation of digital services that are flexible, scalable, secure, and reliable.”

The digital transaction has now dominated the entire transaction at BRI. About 80% [of the transactions] come from non-branches. Moreover, the company plans to shift the employees’ role in branch offices as customers’ advisors and counselors.

“Closing branch offices is a normal consequence, but its role will later be rethought. Teller’s current role is now being repurposed because there will be a lot of self-service and assisted service in the future,” Indra said.

Application Information Will Show Up Here

BRI Buat “Ceria”, Aplikasi Khusus Layani Kartu Kredit Virtual

BRI merilis aplikasi BRI Ceria, layanan paylater atau kartu kredit virtual untuk menyasar debitur yang underbanked. Aplikasi sudah dapat diunduh, namun baru tersedia versi Android.

Dalam penjelasannya, BRI Ceria memberikan pinjaman mulai dari Rp500 ribu sampai Rp20 juta dan tenor 1-12 bulan. Bunga per bulannya 1,42% atau 17,04% dalam setahun. Bila terlambat membayar, nasabah akan dikenakan tambahan 3% dari jumlah tagihan atau maksimal Rp150 ribu.

Fasilitas tersebut hanya diberikan untuk nasabah BRI. Hal ini sebagai strategi BRI dalam melakukan credit scoring dan mencegah wanprestasi.

Prosedur lainnya yang harus dipenuhi nasabah adalah berusia 21-50 tahun, minimal penghasilan Rp3 juta, dan memiliki NPWP.

Pihak BRI mengklaim bila seluruh data sudah diserahkan, proses verifikasi hanya memakan waktu 30 menit. Bila disetujui, limit kredit dapat digunakan untuk berbelanja di merchant online. Konsep ini sama dengan produk sejenis yang dikeluarkan Kredivo dan Akulaku.

Untuk tahap awal, BRI Ceria sudah dapat digunakan berbelanja di Tokopedia, pembelian tiket penerbangan di situs Panorama JTB, dan e-commerce produk elektronik Dinomarket.

Dikutip dari Kontan, Direktur Digital, TI, dan Operasi BRI Indra Utoyo menjelaskan, Ceria adalah paylater dari BRI dengan limit pinjaman maksimal Rp20 juta untuk nasabah ultra mikro.

“Produk baru Ceria sebentar lagi keluar, paylater-nya BRI yang Rp20 juta ke bawah untuk ultra mikro,” katanya.

Sebelumnya, strategi bisnis serupa juga telah dilakukan BRI melalui anak usahanya, BRI Agro, dengan aplikasi Pinang.

Pengembangan BRIBOX

Tahun depan perseroan akan melanjutkan inisiasi digital melalui BRIBOX, yakni modernisasi infrastruktur jaringan unit kerja seluruh Indonesia, modernisasi data center berbasis cloud, dan implementasi modernisasi core banking.

Inisiasi tersebut akan menyerap anggaran terbesar untuk belanja modal BRI terkait TI. Indra menjelaskan, tahun depan bank menyiapkan anggaran Rp4,2 triliun, naik 13,5% dibandingkan anggaran tahun ini.

“Efek modernisasi utamanya kesiapan menghadapi pertumbuhan dan inovasi layanan digital yang fleksibel, terukur, secured serta reliable.”

Transaksi digital kini mendominasi keseluruhan total transaksi di BRI. Sekitar 80% datang dari non-branch. Alhasil perseroan berencana untuk mengalihkan peran pegawai di cabang menjadi pendamping dan penyuluh nasabah.

“Pengurangan branch adalah konsekuensi yang normal, namun perannya pun nanti akan dipikirkan ulang. Peran teller yang sekarang di-repurpose karena ke depan akan banyak self service dan assisted,” pungkas Indra.

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Segera Rilis Fitur PayLater, Gandeng Beberapa Pemain Fintech

LinkAja turut masuk ke ranah kartu kredit digital dengan merilis fitur PayLater bersama Kredivo sebagai mitra perdana. Perusahaan akan menggaet pemain lainnya sebagai mitra agar pengguna punya lebih banyak pilihan dalam bertransaksi.

CEO LinkAja Danu Wicaksana saaat ini belum bersedia untuk mengonfirmasi lebih lanjut terkait mitra lain selain Kredivo. Menurutnya, saat ini mereka masih dalam proses integrasi sistem yang masih memakan waktu. “Ditunggu ya update-nya lagi. Butuh waktu integrasi,” ujarnya kepada DailySocial, Selasa (3/12).

Pertimbangan untuk menggaet lebih dari satu pemain agar konsumen semakin diuntungkan karena punya banyak pilihan provider. “LinkAja ingin memberikan berbagai pilihan terbaik untuk penggunanya.”

Danu mengatakan peresmian kerja sama antar kedua perusahaan akan dilakukan bulan ini. Kredivo sudah menjadi opsi pembayaran di aplikasi LinkAja, namun belum bisa digunakan.

Selain Kredivo, LinkAja bakal memungkinkan opsi menambah saldo secara langsung dari kartu debit bank pelat merah, yaitu BTN, BNI, Bank Mandiri, dan BRI.

Dikonfirmasi secara terpisah, Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan belum bisa memberi info detail seperti apa pengalaman yang ditawarkan Kredivo di dalam aplikasi LinkAja.

Sebelumnya dia menuturkan selain merilis produk paylater, perusahaan meningkatkan pengalaman konsumen baru dengan permudah akuisisi pengguna baru tanpa mengunduh aplikasi buat registrasinya. Caranya dengan mendaftar langsung dari aplikasi merchant, misalnya dari situs e-commerce yang sudah bekerja sama.

“Nanti di aplikasi e-commerce-nya bisa langsung daftar Kredivo, proses approval-nya di kita secara real time,” tuturnya.

Dengan penguatan sistem back-end, diklaim proses registrasi di Kredivo hanya membutuhkan waktu satu menit. Pengguna cukup menggunggah KTP dan menghubungkan salah satu akun e-commerce ke Kredivo untuk proses analisis kreditnya.

Hasil Fintech Report 2019

Riset DailySocial menunjukkan fitur pembayaran dengan mencicil tanpa kartu atau paylater yang paling banyak digunakan sepanjang tahun ini adalah milik OVO Paylater. Sebanyak 51,9% responden dari 347 orang menyatakan memakai layanan tersebut. Produk populer berikutnya adalah GoPay PayLater dan Shopee PayLater.

Di sektor multifinance, khususnya yang beroperasi secara digital, Kredivo menjadi satu dari dua platform terpopuler untuk pengenalan dan penggunaan.

Gambaran hasil riset ini memperlihatkan bahwa PayLater menjadi salah satu tren yang menarik perhatian milenial. Wajar jika banyak pemain melirik pengembangan fitur ini karena kemudahan proses untuk mendapatkan limit kredit.

Application Information Will Show Up Here

Shopee Jadi Marketplace Berikutnya yang Miliki Produk PayLater

Shopee memperkenalkan fitur pembayaran kartu kredit digital teranyar yang dinamai Shopee PayLater. Fitur ini sudah digulirkan sejak Maret 2019, namun masih dalam tahap beta dan belum diperkenalkan secara resmi. Pihak Shopee belum bersedia memberikan tanggapannya ketika dihubungi oleh DailySocial.

Shopee menyediakan fitur PayLater ini dengan menggandeng pemain p2p lending bernama PT Lentera Dana Nusantara (LDN). Perusahaan ini sudah beroperasi sejak 2018 dan pada awal tahun ini resmi mengantongi surat tanda terdaftar dari OJK.

Belum diketahui apakah ada keterlibatan kepemilikan di LDN oleh Shopee atau sekadar kerja sama eksklusif. Di situs, LDN menyebutkan Shopee PayLater adalah produk p2p lending yang dikelolanya.

Sama seperti fitur PayLater di situs marketplace lainnya. Shopee PayLater dapat digunakan untuk seluruh pembayaran di dalam platform Shopee, kecuali kategori Voucher dan Produk Digital.

Untuk mengaktifkan fitur ini, pengguna bisa mengakses menu tab Saya > Shopee PayLater di aplikasi, kemudian mengunggah foto diri beserta KTP. Dalam hitungan menit hasil verifikasi akan keluar.

Bila diterima, limit pinjaman pertama yang diberikan adalah Rp750 ribu yang dapat dibayar H-30 tanpa bunga atau mencicil selama 2-3 bulan dengan biaya 2,95%.

Rincian tagihan akan muncul tiap tanggal 25 dan pembayaran paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya. Bila terlambat akan dikenakan denda 5% per bulan dari total tagihan.

Di situs LDN dipaparkan statistik Shopee PayLater. Total akumulasi pinjaman yang telah disalurkan ke Shopee PayLater sebesar Rp88,3 miliar. Peminjamnya mencapai 102.971 orang, dengan 81.423 orang adalah peminjam aktif.

LDN juga membuka kesempatan konsumen menjadi pemberi pinjaman (lender). Seluruh prosesnya dilakukan melalui situsnya. Setelah lolos verifikasi, lender dapat memilih peminjam Shopee yang sesuai dengan profil risiko yang diinginkan. Lender dapat menyetor dana melalui Virtual Account.

Tren memiliki produk sendiri dengan embel-embel PayLater kini dilirik para pemain e-commerce. Selain Shopee, telah lebih dulu ada Tokopedia dengan Ovo menyediakan Ovo PayLater, Traveloka PayLater menggaet Danamas, dan Bukalapak merilis BayarNanti bekerja sama dengan Julo.

Kehadiran fitur PayLater makin memperkuat persaingan antar pemain dalam menggaet kebutuhan pengguna yang kini ingin serba instan dan mudah.

Application Information Will Show Up Here

Kredit Pintar Ekspansi ke Filipina dengan Merek Dagang Atome

Startup fintech lending Kredit Pintar rambah pasar Filipina dengan merek dagang (brand) Atome untuk mereplikasi solusi atas isu yang sama dengan kondisi di Indonesia.

Kepada DailySocial, CEO Kredit Pintar Wisely Wijaya belum bersedia memberikan komentarnya terkait ini. Kendati, mengutip dari Kontan, Wisely sempat sesumbar soal ekspansinya ini.

Menurutnya, Filipina memiliki karakteristik yang sama dengan Indonesia, baik dari sisi inklusi keuangan hingga risiko yang dihadapi. Alhasil, melihat dari situsnya, produk yang ditawarkan tidak jauh berbeda, memberikan payday loan dan paylater.

Nominal pinjaman untuk payday loan yang diberikan antara PHP1.000-PHP10.000 (setara Rp270 ribu-Rp2,7 juta). Pilihan tenor yang disediakan 90-120 hari dengan bunga mulai dari 0,14%-0,8% per harinya.

Seluruh prosedurnya dilakukan secara online, melalui aplikasi. Persyaratan untuk calon nasabah adalah pekerja tetap dengan rentang usia 18-55 tahun, memiliki identitas resmi, menggunakan smartphone Android, dan memiliki rekening bank atau GCash (pemain e-wallet terbesar di Filipina).

Mengutip dari situs resminya, Atome adalah brand dari Neuroncredit Financing Company Inc., didirikan pada akhir 2018 di Filipina. Dia adalah anak usaha dari Neuroncredit Pte. Ltd. yang beroperasi di Singapura sejak 2015.

Seluruh perusahaan di bawah Neuroncredit, termasuk Kredit Pintar, menggunakan teknologi yang dibangun oleh perusahaan fintech asal Tiongkok Advance.ai untuk mempercepat pemrosesan pinjaman yang lebih cepat dan lebih baik.

Awalnya, Neuroncredit memakai brand Kredit Pintar PH saat masuk ke Filipina. Namun pada awal 2019 diubah menjadi Atome, brand yang sama dipakai Neuroncredit untuk operasionalnya di Singapura.

Atome Filipina terintegrasi dengan biro kredit milik pemerintah Filipina, Credit Information Corporation (CIC) dan masuk ke dalam asosiasi fintech di sana.

Mengutip dari platform global marketplace loan Mintos, tidak hanya Filipina, Kredit Pintar juga mengincar pasar Vietnam dan India untuk diversifikasi produk dan geografis yang jauh lebih besar.

Beberapa jajaran investor dari Kredit Pintar diantaranya GSR Ventures, Vision Plus Capital, Provident Capital, dan Northstar Group.

Bisnis Kredit Pintar di Indonesia

Saat ini perusahaan mulai menggarap pinjaman produktif, selain pinjaman konsumtif, dengan perpanjang tenor dari awal perilisan 2 bulan menjadi 12 bulan. “Kami ingin pengguna kami upgrade layanan keuangan yang lebih baik, dari sisi bunga, plafon, dan dari sisi tenor pinjaman,” terang Wisely, pekan lalu (7/11).

Dia mengakui, produk dengan tenor panjang cenderung berisiko lebih tinggi, tapi dia yakin perusahaan dapat terus menekan risikonya. Pasalnya, dengan total peminjam di Kredit Pintar berjumlah 1,8 juta orang, menjadi bank data untuk memilah profil risiko dari rendah sampai tertinggi.

Dari situ perusahaan bisa menerapkan risk based pricing sehingga risikonya bisa minimalisir. “Kami hanya memberikan pinjaman ke risiko yang terendah.”

Pinjaman produktif saat ini porsinya 20% terhadap total portofolio di Kredit Pintar. Perusahaan akan terus mendorong kontribusi dari bisnis ini, namun dengan catatan seleksi yang ketat.

“Yang mengajukan ke kami lebih banyak, tetapi setelah melalui proses underwriting dan analisis risiko, kami hanya menerima sebagian. Kebanyakan yang kami tolak adalah percobaan fraud.”

Diklaim total pinjaman yang sudah disalurkan Kredit Pintar dari Januari hingga November 2019 mencapai Rp7 triliun. Perusahaan meyakini dapat mencapai target Rp10 triliun pada akhir tahun 2019.

Application Information Will Show Up Here

BRI dan Traveloka Luncurkan Produk Kartu Kredit “PayLater Card”

Kemarin (26/9) Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Traveloka mengumumkan kerja sama strategis untuk peluncuran kartu kredit PayLater Card. Produk kolaborasi tersebut akan menawarkan solusi inovatif untuk meningkatkan akses terhadap produk finansial, termasuk proses aplikasi dan verifikasi yang hanya memerlukan waktu maksimal 1 hari – diakses melalui aplikasi Traveloka. Seremoni penandatanganan kerja sama diadakan di Singapura, turut hadir CFO Visa Asia Pasifik Andrew Tan.

Persetujuan atas pendaftaran dilakukan melalui proses penilaian kredit yang efisien, dikembangkan bersama tim BRI dan Traveloka. Menggunakan kartu tersebut, pengguna dapat membeli seluruh produk dan layanan Traveloka. Selain itu, pengguna juga dapat menggunakan PayLater Card untuk bertransaksi di merchant online dan offline di lebih dari 53 juta lokasi merchants di seluruh dunia yang menerima pembayaran dengan Visa.

“Kehadiran PayLater Card menawarkan skema baru pembayaran dan pengalaman unik kepada para pengguna semakin melengkapi layanan perbankan kami. Kerja sama cobranding ini juga sejalan dengan strategi pemasaran kartu kredit kami untuk meningkatkan customer base dan penetrasi pasar di segmen milenial. PayLater Card menandai era baru bisnis kartu kredit di Indonesia,” ujar Direktur Konsumer Bank BRI Handayani.

“Kami optimis dengan kerja sama ini kami mampu mencapai target 5 juta pengguna PayLater Card di tahun 2025, mengingat potensi pasar yang besar serta tingginya pertumbuhan penggunaan teknologi digital di Indonesia,” ujar President Group of Operations Traveloka Henry Hendrawan.

Application Information Will Show Up Here

Cara Order Go-Food Sekarang, Bayarnya Belakangan di Akhir Bulan

Go-Jek beberapa waktu yang lalu resmi meluncurkan fitur baru bernama PayLater, fitur yang akan makin memanjakan konsumen di mana konsumen bisa memesan layanan di Go-Jek dan membayarnya kemudian di akhir bulan.

Kabar baiknya, saya yang tinggal jauh dari kota besar hari ini akhirnya merasakan fitur PayLater di Go-Jek dan langsung mencobanya.

Secara umum, cara pesan Go Ride ataupun Go-Food menggunakan pembayaran PayLater tak ada bedanya dengan jenis pembayaran lainnya. Pembedanya hanya di proses pembayaran, di mana Anda harus memindahkan pembayaran default yang tadinya menggunakan cash ataupun Go-Pay ke PayLater.

  • Jalankan Go-Jek, kemudian pilih layanan yang ingin dipesan, baik Go-Ride ataupun Go-Food. Dalam kasus trial ini, saya memilih Go-Food.
  • Kemudian pilih makanan yang ingin dipesan. Langkah ini sama seperti biasa, tak ada yang baru.

Cara Order Go-Jek dan Go-Food Menggunakan Fitur PayLater (1)

  • Bedanya, ketika di tahapan selanjutnya, yakni di tahapan pembayaran, tap opsi pembayaran di panel yang saya tandai di bawah ini.

Cara Order Go-Jek dan Go-Food Menggunakan Fitur PayLater (2)

  • Maka akan muncul tiga opsi pembayaran salah satunya PayLater, tap opsi tersebut.

Cara Order Go-Jek dan Go-Food Menggunakan Fitur PayLater (3)

  • Selanjutnya silahkan order seperti biasa, semua prosedurnya sama seperti memesan layanan Go-Jek dengan pembayaran konvensional lainnya. Semua driver Go-Jek sudah semestinya tak akan keberatan dengan metode pembayaran ini.

Mengelola Tagihan PayLater di Go-Jek

Untuk memudahkan pengelolaan tagihan dan lain-lain, Go-Jek sudah menyediakan ruang khusus yang bisa dijumpai di deretan menu Go-Pay.

  • Tap tombol More, kemudian muncul opsi lain salah satunya adalah PayLater.

Cara Order Go-Jek dan Go-Food Menggunakan Fitur PayLater (4)

  • Di halaman ini terlihat semua transaksi Anda yang menggunakan PayLater, termasuk informasi saldo yang bisa dipakai dan semua transaksi sebelumnya.

Cara Order Go-Jek dan Go-Food Menggunakan Fitur PayLater (5)

  • Untuk melakukan pembayaran, Anda tinggal klik tombol Make Repayment dan sistem akan menampilkan panel pembayaran melalui Go-Pay.
  • Lalu untuk melihat semua tagihan yang sudah dibayarkan, klik tombol di kanan atas tepat di sebelah tombol bantun.
  • Nanti semua tagihan yang sudah terbayarkan bakal tampil di sini.

Cara Order Go-Jek dan Go-Food Menggunakan Fitur PayLater (6)

Fitur bayar di belakang ala PayLater ini memang sedang marak dipraktikkan oleh sejumlah startup. Ovo, Traveloka dan Tokopedia juga sudah mulai agresif menjajakan fitur serupa. Tentu yang semakin diuntungkan adalah konsumen, terutama mereka yang tidak mempunyai kartu kredit.

Pengembangan Produk Akan Jadi Fokus Traveloka di Tahun 2019

Traveloka mengungkapkan bakal fokus ke pengembangan produk yang sudah diluncurkan pada tahun ini sebagai bagian dari rencana perusahaan tahun depan. Secara total ada tiga produk baru diperkenalkan yakni Bus, Kuliner, dan Sewa Mobil; ditambah fitur seperti PayLater, Status Penerbangan, dan Train Seat Alert.

VP of Marketing Traveloka Kurnia Rosyada menjelaskan, perusahaan belum memutuskan apakah akan mengeluarkan lini produk baru, melainkan lebih terfokus pada pengembangan fitur produk yang sudah diluncurkan. Langkah ini dilakukan demi meningkatkan penetrasi bisnis yang lebih mendalam di pasar.

“Tahun depan kami akan lebih meningkatkan fitur dari tiap produk yang sudah diluncurkan agar posisi di pasar semakin dalam. Masih ada banyak pekerjaan rumah kami di sini,” katanya, Selasa (18/12).

Kurnia mengklaim meski ada beberapa produk yang baru diluncurkan tahun ini, disebutkan mayoritas sudah memiliki top of mind yang cukup kuat di kalangan pengguna. Ia mencontohkan pada layanan PayLater, disebutkan memiliki ulasan positif karena mampu mengatasi keluhan pengguna yang tidak memiliki kartu kredit.

Proses pengajuan PayLater dinilai juga mudah, verifikasi selesai dalam 60 menit, minimal pengajuan cicilan bisa dimulai dari Rp50 ribu saja.

“Banyak sentimen positif yang kami dapat dari PayLater karena mudah dan pengguna jadi terbantu. Masih ada ruang pertumbuhan yang besar untuk kontribusinya [terhadap bisnis], kita akan terus berinovasi supaya makin mudah.”

Dari peluncuran produk baru, sambungnya, secara kontribusi bisnis kini lebih tersebar tidak hanya di penjualan tiket pesawat saja. Produk akomodasi dan atraksi diklaim memiliki traksi yang cukup baik, meski Kurnia enggan menyebut angka detail.

“Padahal awalnya tiket pesawat paling mendominasi di seluruh transaksi kami. Jadi sekarang kami sudah lebih dikenal aplikasi untuk travel dan lifestyle.”

Menanggapi kabar akuisisi Traveloka terhadap tiga perusahaan OTA, termasuk Pegipegi, Kurnia enggan berkomentar lebih lanjut.

Inovasi Traveloka sepanjang 2018

Produk Bus dirilis pertama kali pada Maret 2018, saat ini telah bekerja sama dengan 85 mitra bus dan shuttle yang melayani lebih dari 4.500 rute antar kota di Indonesia. Kurnia targetkan dapat menambah hingga 150 mitra sampai tahun depan.

Kemudian Kuliner (Traveloka Eats) yang dirilis pada Mei 2018 menghadirkan rekomendasi tempat makan terkurasi, saat ini sudah tersedia di 7 kota dan merangkum lebih dari 700 brand restoran ternama. Terdapat voucher makan dengan penawaran khusus untuk para pengguna.

Pada bulan yang sama juga dirilis produk Sewa Mobil untuk melengkapi pilihan transportasi. Layanan ini telah tersedia di 11 kota besar dan bekerja sama dengan lebih dari 100 penyedia terpercaya.

Selain PayLater, fitur pelengkap yang dihadirkan Traveloka sepanjang 2018 di antaranya adalah Status Penerbangan untuk menginformasikan pengguna status penerbangan secara real time. Selain itu, ada juga fitur Train Seat Alert untuk menginformasikan apabila ada penumpang yang membatalkan kereta sehingga dapat segera dipesan langsung oleh pengguna.

Namun fitur ini baru bisa dimanfaatkan untuk perjalanan yang terencana dari jauh-jauh hari. Mengingat ketentuan di Kereta Api Indonesia yang baru membolehkan pembatalan dilakukan H-1 sebelum keberangkatan.

Pada tahun ini, Traveloka juga merombak tampilan UI dan UX dalam aplikasi untuk menyesuaikan dengan kebiasaan orang Indonesia. Aplikasi kini lebih mengedepankan unsur visual dan cerita karena dari hasil studi internal ternyata orang-orang mencari inspirasi untuk destinasi wisata dari platform online atau media sosial.

Hasil lainnya, selama liburan jenis kegiatan yang paling populer adalah mengunjungi wisata kuliner, taman hiburan, tempat bersejarah, wisata alam, dan shopping. Mayoritas pengguna memesan akomodasi 2-3 minggu sebelum waktu keberangkatan, dengan mempertimbangkan lokasi serta hotel yang instagrammable.

“Kami melihat bahwa tahun depan kegiatan berlibur masih akan terus menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. [..] Oleh karena itu, kami akan terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan relevan kepada pengguna kami untuk meningkatkan pengalaman liburan yang lebih baik,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here