Tanggapi Rumor Akuisisi, Bareksa Ungkap Sedang Proses Galang Dana Seri B

Hari ini DealStreetAsia mengungkap potensi akuisisi Ovo terhadap Bareksa. Kepemilikan platform investasi berbasis online menjadi suatu langkah logis bagi platform uang elektronik dalam mendorong jumlah pengguna dan meningkatkan dana kelolaan. Meskipun demikian, ketika dikonfirmasi, kedua belah pihak sejauh ini menampik adanya proses tersebut.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengatakan, “Yang sudah disepakati sejauh ini adalah Bareksa-OVO partnership [diumumkan Maret lalu] untuk membuat terobosan baru berikutnya dengan menyinergikan e-money and e-investing di Indonesia.”

“Mengenai investment, Bareksa memang sedang melakukan second fundraising [Seri B] dan sedang berbicara secara intensif dengan beberapa strategic investor potensial. Akan digunakan untuk scale up dan expand Bareksa’s business and penetration,” ujarnya.

Pihak Ovo yang kami konfirmasi juga mengungkapkan pernyataan senada. Meskipun demikian, ada pihak yang menyatakan proses akuisisi tersebut sudah berjalan. Sebelumnya Ovo juga dikabarkan telah mengakuisisi platform pembiayaan Taralite.

Bareksa saat ini telah menjalin kemitraan strategis dengan dua platform marketplace ternama, Bukalapak dan Tokopedia, untuk mendorong kemudahan kepemilikan akun reksa dana bagi masyarakat. Menurut data Asosiasi Pelaku Reksadana dan Investasi Indonesia (APRDI) per Desember 2018, jumlah investor reksa dana yang terdaftar mencapai 995 ribu orang dan diharapkan tahun ini jumlahnya mencapai 1,49 juta orang dengan target dana kelolaan (AUM) mencapai Rp565-580 triliun.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Netzme “Grand Launching” in Pekalongan, Soon to IPO

The social media-based payment app Netzme has just held a grand launching on March 2nd, 2019 in Pekalongan, Central Java. Unlike any other fintech payment, Netzme feature and capability was designed to facilitate SMEs and creative workers in monetization.

Post the launching, some things will be implemented, one is to initiate public offering (IPO). Netzme is planned to enter the stock market in mid-2019. Since March last year, Netzme has listed as fintech organizers in Bank Indonesia.

User’s feature updates

Along with user’s growth (currently said to reach 2 million), Netzme keep making new features. One leading feature is Truquiz, it allows users to make quiz to be followed by Trufans (nickname for the followers on Netzme) by giving Trulikes (the likes given for the posts with cash nominal). The prize collected from users and distributed for them automatically.

The social media approach is still the main service. What makes it different with others is, Trufans can appreciate a post with Trulikes, in addition, content creator also get additional cash from their Trufans. Currently, Netzme comes from various classes, from entrepreneurs, content creator, artist, musician, and common citizens.

While the previous features getting improved, such as cross-account transfer through chatting, cash transfer to bank account, PPOB voucher transaction, cash register, and QR-Code payment feature for Sellers/SMEs. As its mission to provide financial inclusion in rural, Netzme intensified content strategy and community events.

Content strategy is getting realized by launching web series video in YouTube called “Kolaborasa”. While the community events getting intensified through user acquisition, i.e. by building Kampung Digital Netzme or SME’s festival – some are held in West Java.

Why Pekalongan city?

Netzme team and brand ambassador in Funtastic Fest 2019 / Netzme
Netzme team and brand ambassador in Funtastic Fest 2019 / Netzme

Pekalongan is known as Batik City, it’s internationally recognized. The identity goes along with Netzme’s effort as a local creation financial app. In addition, Pekalongan also considered suitable with Netzme target market that focuses on SMEs, particularly beginners in entrepreneurship, those people with no information of conventional financial service, workers, and creative community.

Netzme’s CEO, Vicky G. Saputra said in his speech, “Collaboration in this series of events is expected to help SMEs business development, creative workers, and various community classes, also better financial inclusion around Pekalongan City with the latest technology.”

The main title is “Funtastic Fest Pekalongan 2019”, it was held along to celebrate Pekalongan City 113th Anniversary. Aside from its launching, there’s also Funtastic Run (5K and 10K distance run), artist performances, and local SMEs fest.

“In this Funtastic Fest Pekalongan 2019 moment, Netzme as 100% loca lcreativity-based payment app can reach more people in rural area and become the best fintech app for SMEs and creative workers in Indonesia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Netzme “Grand Launching” di Pekalongan, Segerakan IPO Tahun Ini

Aplikasi pembayaran berbasis media sosial Netzme baru saja melakukan grand launching, tepatnya di tanggal 2 Maret 2019 bertempat di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Berbeda dengan layanan fintech payement yang ada sebelumnya, fitur dan kapabilitas yang dimiliki Netzme sengaja didesain untuk memfasilitasi UKM dan pekerja kreatif dalam melakukan monetisasi.

Pasca peluncuran ini banyak hal yang akan direalisasikan oleh perusahaan, salah satunya melakukan penawaran publik (IPO). Direncanakan Netzme akan melantai di pasar modal pada pertengahan tahun 2019. Sejak Maret tahun lalu, Netzme sudah terdaftar sebagai penyelenggara teknologi finansial di Bank Indonesia.

Pembaruan fitur untuk pengguna

Seiring dengan pertumbuhan jumlah pengguna (saat ini diklaim sudah mencapai 2 juta), Netzme terus melakukan penambahan fitur. Salah satu yang kini menjadi andalan adalah Truquiz, memungkinkan pengguna membuat kuis yang dapat diikuti oleh para Trufans (sebutan untuk “follower” di aplikasi Netzme) dengan memberikan Trulikes (sebutan untuk “like” postingan yang menyertakan nominal uang). Hadiah dihimpun dari pengguna dan didistribusikan untuk pengguna secara otomatis.

Pendekatan media sosial juga masih menjadi layanan utama. Di sini yang membedakan dengan media sosial lainnya, Trufans bisa mengapresiasi sebuah postingan dengan Trulikes, sehingga tidak sekadar mendapatkan like, pembuat konten turut mendapatkan nominal uang yang diberikan para penggemarnya. Saat ini pengguna Netzme datang dari berbagai kalangan, mulai dari pengusaha, pembuat konten, artis, musisi, hingga masyarakat pada umumnya.

Sementara fitur yang ada sebelumnya juga makin diperkuat, seperti transfer antar akun melalui laman chatting, mengirim uang ke rekening bank, jual-beli voucher PPOB, kasir (cash register) hingga fitur pembayaran QR code untuk pedagang/UKM. Miliki misi untuk hadirkan inlkusi keuangan di daerah rural, Netzme galakkan strategi konten dan acara-acara komunitas.

Strategi konten direalisasikan dengan peluncuran video web series di YouTube berjudul “Kolaborasa”. Sementara kegiatan komunitas gecar dilakukan dengan menggandeng pengguna, misalnya dengan mendirikan Kampung Digital Netzme atau festival UKM — beberapa kali telah dilakukan di wilayah Jawa Barat.

Pemilihan Kota Pekalongan

Netzme
Tim dan brand ambassador Netzme dalam acara Funtastic Fest 2019 / Netzme

Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik, sudah diakui secara internasional. Identitas tersebut sejalan dengan semangat Netzme sebagai aplikasi keuangan karya anak bangsa. Selain itu Kota Pekalongan juga dinilai sesuai dengan target pasar Netzme yang memfokuskan pada pelaku UKM, terutama pemula di dunia usaha, masyarakat yang belum terjangkau layanan keuangan konvensional, pekerja dan komunitas kreatif.

Dalam sambutannya CEO Netzme Vicky G. Saputra mengatakan, “Kolaborasi dalam rangkaian acara peluncuran ini diharapkan dapat membantu pengembangan kegiatan usaha UKM, pekerja kreatif dan berbagai kalangan komunitas serta inklusi keuangan yang lebih baik di Kota Pekalongan dan sekitarnya dengan teknologi terkini.”

Rangkaian acara peluncuran tersebut bertajuk “Funtactic Fest Pekalongan 2019”, diadakan bebarengan untuk menyambut Hari Jadi Kota Pekalongan yang ke-113. Selain peluncuran Netzme, ada acara lain seperti Funtastic Run (lari dengan jarak 5K dan 10K), hiburan artis ibukota, hingga festival UKM setempat.

“Dengan momentum Funtastic Fest Pekalongan 2019, diharapkan Netzme sebagai aplikasi pembayaran berbasis kreativitas 100% karya anak bangsa dapat lebih menjangkau masyarakat di seluruh pelosok Indonesia dan menjadi aplikasi teknologi finansial (fintech) terbaik untuk kalangan UMKM dan pekerja kreatif di Indonesia,” ujar Vicky.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Pembayaran OttoCash Mendapat Lisensi E-money Bank Indonesia

Satu lagi layanan dompet digital (e-money) mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia. Kali ini giliran OttoCash, besutan PT Transaksi Artha Gemilang. Konsep yang diusung OttoCash mirip dengan aplikasi e-money yang sudah ada, misalnya Ovo atau Dana. Dari informasi yang tertera di situs BI, lisensi OttoCash efektif dapat mulai digunakan per 11 Februari 2019.

Pembayaran dengan kode QR juga menjadi salah satu fitur andalan untuk model bisnis online-to-offline — bekerja sama dengan pedagang. Sejauh pantauan tim DailySocial, layanan OttoCash penetrasinya sudah mulai terlihat di kota tier 2 dan tier 3, seperti Rembang, Jawa Tengah. Mereka mengaplikasikan layanan pembayaran di beberapa gerai dan mini-market.

Aplikasi OttoCash baru tersedia untuk platform Android. Sementara fitur yang ada di dalamnya termasuk pembelian pulsa/paket data, pembayaran listrik/air/telepon, pembayaran BPJS, tiket perjalanan, dan pembayaran TV kabel.

Untuk saat ini cash-out atau tarik tunai baru dilayani secara manual di kantor OttoCash. Karena fitur transfer ke rekening bank belum tersedia di aplikasi, masih disiapkan. Sementara yang bisa melakukan tarik tunai adalah pengguna OttoCash Plus, yakni yang sudah melakukan verifikasi dengan identitas diri (KTP).

Dengan terdaftarnya OttoPay, secara total saat ini sudah ada 36 pemain e-money yang sudah mendapatkan lisensi dari BI. Latar belakang perusahaannya pun beragam, mulai dari perbankan, perusahaan telekomunikasi, hingga startup yang secara khusus menggarap platform pembayaran. Menariknya lagi, masing-masing pemain juga mencoba menyasar ceruk pasar khusus, dengan model bisnis yang unik juga.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal MetaPos dan Mobey, Produk Fintech dari VisioNet (UPDATED)

PT VisioNet Data Internasional (VDI) memiliki dua layanan fintech yang siap dikembangkan di tahun 2019. Mereka adalah MetaPos dan Mobey. Aplikasi point of sales dan kanal pembayaran berbasis mobile.

MetaPos merupakan solusi point of sales berbasis mobile. Dikembangkan dengan tujuan untuk membantu merchant dalam manajemen opersional bisnis sehari-hari. Selain itu juga didesain agar memudahkan pemilik bisnis untuk memonitor seluruh aktivitas (finansial) secara mudah.

Business Development VisioNet Adrianus Ryan menjelaskan, MetaPos menghadirkan beragam fitur seperti pencatatan transaksi, manajemen inventory, hingga sistem loyalitas dan promosi. Sebagai pembeda dan nilai tambah, Metapos juga menghadirkan fitur split bill dan split payment yang dikombinasikan dengan berbagai macam pembayaran.

Produk fintech lainnya dari VisioNet adalah Mobey, yakni sebuah kanal pembayaran berbasis mobile yang sudah tersertifikasi NSICCS, Visa, Master, dan JCB. Mobey mampu menerima transaksi dengan kartu debit dan kartu kredit.

Mobey sendiri hadir guna memenuhi kebutuhan akan pembayaran non-tunai yang lebih luas. Ditujukan untuk pembayaran di tempat, seperti untuk kebutuhan cash on delivery dalam pengiriman barang belanja online dan lain sebagainya. Dengan kata lain solusi Mobey merupakan solusi on-the-spot payment.

Layanan MetaPos dan Mobey sendiri saat ini sudah terdaftar di Bank Indonesia di kategori ​Sistem Pembayaran per ​5 Desember 2018.

Integrasi MetaPos dan Mobey

Kedua produk tersebut juga didesain untuk dapat saling terintegrasi. Mobey hadir sebagai salah satu pilihan pembayaran di MetaPos. Dengan harapan lebih memudahkan penggunaan.

“Mobey merupakan salah satu channel pembayaran yang tersedia di MetaPos. Dengan adanya Mobey, proses pembayaran dilakukan secara terintegrasi, tanpa harus melakukan input ulang nominal pembayaran. Merchant dapat menerima pembayaran dari berbagai jenis kartu hanya dengan menggunakan satu device saja,” jelas Andrianus.

Saat ini MetaPos dan Mobey sama-sama mencoba untuk terus dikembangkan dan dibawa ke pangsa pasar yang lebih luas. MetaPos sendiri sebenarnya sudah mulai dikenalkan pada tahun 2017. Sementara Mobey baru satu tahun setelahnya.

“Tahun ini akan ada perombakan desain yang cukup signifikan agar semakin mempermudah pengoperasian MetaPos. Tidak lupa kami juga akan merilis versi iOS untuk memenuhi permintaan merchant. Kami punya tujuan besar untuk mengintegrasikan MetaPos dengan inovasi-inovasi digital lain dari VisioNet, seperti City Application dan Mall Application,” tutup Andrianus.

Update :  VisioNet merupakan perusahaan terpisah dengan PT Visionet Internasional (pengembang Ovo) dan berada di bawah naungan PT Visionet Data Internasional.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ovo Bermitra dengan Polres Mojokerto, Bayar SIM dan SKCK Bisa Non-Tunai

Sebagai e-money yang tengah naik daun, Ovo berusaha terus meningkatkan jangkauan layanan. Teranyar mereka baru saja menjalin kerja sama dengan Polres Mojokerto untuk menghadirkan kemudahan pembayaran SIM dan SKCK secara non-tunai.

Namun inisiatif ini bukan yang pertama atau satu-satunya, sebelumnya platform lain seperti Go-Pay juga telah menjalin kemitraan dengan instansi publik untuk menghadirkan layanan serupa. Standardisasi QR code untuk transaksi pembayaran membuat penetrasi layanan e-money lebih terbuka.

Ovo sendiri saat ini mengklaim telah hadir di 303 kota di Indonesia dan terpasang di 115 juta perangkat pengguna. Kerja samanya dengan Polres Mojokerto diharapkan memberikan pilihan yang lebih praktis, aman dan efisien untuk keperluan terkait.

“Kerja sama ini mempertegas komitmen Ovo untuk berperan aktif dalam mendukung terwujudnya ekosistem non-tunai yang inklusif, terutama di Mojokerto. Dengan hadirnya Ovo untuk pembayaran layanan pubik, ada semakin banyak tempat yang menerima Ovo dan pada akhirnya mengajak masyarakat untuk menjadi bagian dari gerakan non-tunai,” jelas Direktur Ovo Johnny Widodo.

Mengutip dari Fintech Report 2018 yang diterbitkan oleh DailySocial, layanan Ovo termasuk e-money yang paling populer di Indonesia. Bersaing ketat dengan Go-Pay, Dana dan Tcash. Selain promo diskon, memang cara yang tepat untuk meningkatkan pengguna layanan e-money ialah dengan memperluas ekosistem pembayarannya itu sendiri.

 

Application Information Will Show Up Here

Digiro.in Rilis API, Mungkinkan Pengembang Buat Layanan Pembayarannya Sendiri

Digiro.in merupakan platform yang memungkinkan siapa saja mengembangkan aplikasi pembayaran. CEO Corechain (pengembang Digiro.in) Adryan Malindra menginfokan layanannya kini telah merilis API yang bisa dimanfaatkan developer.

Mengingat Digiro.in bisa dibilang proyek blockchain yang dikembangkan dengan Pos Indonesia, hal itu pula yang akhirnya membedakannya dengan platform payment gateway yang sudah ada. Setiap kali pengguna mendaftar Digiro.in, maka akan mendapatkan akun giro Pos.

Giro dapat didefinisikan sebagai sebuah “surat perintah” pemindahbukuan sejumlah uang dari rekening seseorang ke rekening orang lain. Proses bisnis tersebut yang akhirnya coba diterapkan melalui sistem blockchain oleh Digiro.in.

“Sebenarnya perbedaan dengan payment gateway adalah tiap akun akan diberikan akun giro Pos. Kalau pemilik akun ke kantor Pos mereka bisa langsung (mengambil uang dengan) menyebutkan akun gironya,” ujar Adryan.

Saat ini API Digiro.in dapat mengakomodasi berbagai macam transaksi, mulai dari pembuatan token, pendaftaran akun, cash in/out, cek saldo, transfer giro ke giro, histori dan lain-lain. API tersebut dapat diintegrasikan dengan berbagai bahasa pemrograman, mulai dari Node.js, Java, Python, PHP hingga Objective-C.

API Digiro.in
Gambaran API Digiro.in untuk pemrograman PHP

Bagaimana sistem blockchain bekerja?

Teknologi blockchain dimanfaatkan untuk pencatatan transaksi. Dalam blockchain, transaksi dari sebuah platform akan dicatat dalam buku besar yang tersimpan dan didistribusikan di seluruh jaringan.

“Nantinya setiap merchant bisa membuat smart contract dengan merchant lainnya. Sehingga tiap pemilik akun (dengan giro) bisa bertransaksi dengan rekanan ainnya. Secara mendasar platform ini programmable, jadi bisa dibangun servis di atasnya,” lanjut Adryan.

Ia turut menyampaikan, Digiro.in saat ini mencoba menargetkan layanan ke pengembang aplikasi. Tujuannya agar mereka dapat leluasa membangun layanan pembayarannya sendiri, tanpa mengikuti aturan payment provider.

Platform Digiro.in saat ini terbagi ke dalam dua kelas, yakni Early Startups dan Enterprise. Pembedanya pada batasan akses dari fitur-fitur yang disediakan.

“Tahun 2019 kami melakukan test market dan harapannya bisa dilanjutkan dengan pengembangan produk sampai seamless. Kami juga menargetkan punya on-board product yang bisa memudahkan integrasi bisnis ke bisnis,” tutup Adryan.

Application Information Will Show Up Here

Moka Launches Payment Aggregator App Moka Pay

Moka enters the payment aggregator service by launching Moka Pay. The feature is designed to accommodate non-cash transaction for SME’s merchants using its POS (Point of Sales) service. On DailySocial observation, the beta version Moka Pay is now available to download in Google Play.

From the information provided, Moka Pay is not only acted as a payment aggregator but also has a simple POS feature to support entrepreneurs in scaling up the business.

There are employee management access, financial report, invoice making, maintaining progress for outlets in other locations, and many more. All transactions will be recorded in cloud and accessible anytime in real time.

Moka Pay
Moka Pay App

In addition, there’s a non-cash feature to accommodate transaction from various sources, such as e-wallet, credit card, and cash. Some fintech players have partnered up with Moka are Akulaku, Ovo, TCash, and Kredivo. Entrepreneurs no longer need to invest for additional tools for this payment option.

Take a closer look, Moka implements freemium business model for Moka Pay app. It means, users can work with all the available services, but there are some features available after the upgrade to Moka POS.

The strategy is considered as Moka’s initiative to acquire new user base without having to subscribe first, as usually applied for Moka POS. In terms of product segment, Moka Pay’s target is not only the micro-segments but also higher scale.

The product was mentioned briefly by Bayu Ramadhan, Moka’s VP of Brand & Marketing in #SelasaStartup session this week. He said, Moka is preparing a product for the micro-segments, it is to be released in the Q1 next year.

Moka POS is said to be used by more than 12 thousand businessmen in 200 locations all over Indonesia. Not only providing POS cashier solution, Moka has other unit includes Moka Capital for the capital loan to all businessmen of lending players. There is also Moka App Marketplace for other solutions for accounting.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Memahami Kesiapan Investor Masuki Industri Fintech

Fintech merupakan salah satu contoh primadona dibandingkan industri lainnya karena terus bertransformasi. Fintech tidak melulu berbicara soal sistem pembayaran dan lending, tapi ada juga vertikal bisnis lainnya seperti insurtech, remitansi, regtech, blockchain, kripto, data analytics, dan lain sebagainya.

Besarnya peluang di industri fintech perlu dibarengi kesiapan investor, termasuk VC, untuk mempelajari pergerakan trennya. Terlebih investor harus memiliki pola pikir ke depan dibandingkan yang lainnya. Wawancara singkat DailySocial dengan Principal Cento Ventures Mark Suckling memberikan sejumlah pandangannya tentang isu ini.

Cento Ventures adalah VC yang berbasis di Singapura sejak 2011, memfokuskan diri pada investasi seri A untuk berbagai industri di negara berkembang. Di Indonesia beberapa portofolionya adalah Kalibrr, Jirnexu, Migme, Ctrl/Shift, CodaPay, dan 2C2P.

Perkembangan industri fintech

Suckling menjabarkan, seiring matangnya perusahaan teknologi di ASEAN, semakin banyak solusi yang ditawarkan di tiap sektornya, termasuk fintech. Setidaknya ada 1000 perusahaan yang telah membangun teknologi baru untuk mengatasi masalah di industri fintech selama beberapa tahun belakangan.

Dari hasil riset Cento Ventures untuk fintech, vertikal fintech yang bergerak di pembayaran online dan kredit adalah dua sub fintech yang paling awal didirikan. Dua vertikal tersebut telah menarik sebagian besar anggaran tahunan investasi VC, sekitar US$200 juta.

Vertikal berikutnya yang kini mulai bermunculan adalah asuransi dan investasi, diikuti startup fintech dengan fokus B2B untuk bidang keamanan dan analitik data. Menurut laporan EY ASEAN Fintech Census 2018, jumlah perusahaan fintech di regional ASEAN terbanyak ada di Singapura sebanyak 490 perusahaan.

Kemudian disusul Indonesia dengan total 262 perusahaan, Malaysia (196), Thailand (128), Filipina (115), dan Vietnam (77). Sektor pembayaran mendominasi dengan total 269 perusahaan, lalu investasi (189), insurtech (86), consumer finance (83), dan alternative lending (75).

Menurut Suckling, meski Indonesia masih kalah jauh dari segi jumlah perusahaan dengan Singapura, namun apabila dilihat dari pertumbuhannya lebih drastis dibandingkan negara lainnya. Salah satu faktornya bisa dilihat dari kemajuan yang cepat dalam hal inklusi keuangan yang diukur dari meluasnya akses terhadap layanan keuangan digital.

Kendati akses ini tidak menyiratkan penerimaan berbagai jasa keuangan baik digital maupun tidak, namun jadi pertanda bahwa hambatan industri keuangan tradisional terhadap ekonomi digital akhirnya berkurang.

“Ini menjadi keputusan buat pemain fintech untuk merancang produk keuangan digital yang menarik dan relevan bagi orang Indonesia, apakah mereka pengguna baru layanan keuangan digital ataupun tidak,” terangnya.

Peluang baru

Platform digital merupakan tools terbaik untuk berinovasi layanan keuangan. Terlebih, ada nilai tambah yang ditawarkan yakni memberikan cara baru bagi orang untuk bertukar nilai, menawarkan pengalaman yang lebih baik, ada kepercayaan baru, dan menangkap volume data yang besar.

Salah satu contoh terdekat yang bisa dirasakan adalah layanan keuangan yang dihadirkan Gojek dan Grab. Keduanya sudah menawarkan layanan keuangan buat para penggunanya baik dari sistem pembayarannya, pinjaman online, dan asuransi, entah berbentuk kerja sama dengan mitra atau membentuk sendiri.

Di luar itu, sambung Suckling, masih banyak peluang lainnya yang bermunculan untuk melayani sektor industri utama yang belum tersentuh secara langsung oleh internet. Juga menawarkan layanan keuangan yang terkait dengan industri tersebut.

“Contoh lainnya, platform perangkat lunak yang bisa diadopsi secara luas oleh ritel demi menciptakan peluang untuk distribusi lending atau asuransi, mungkin tidak dianggap fintech namun sebagai sisi enabler-nya.”

Kesiapan investor

Semakin terdiversifikasinya aktivitas fintech ini menunjukkan waktu yang tepat untuk menambah modal, selain yang tersedia dari VC yang ada. Investor pun butuh tim yang bertugas untuk memonitor seluruh tren tersebut. Caranya dengan membuat tim khusus untuk tiap sektor niche dengan tahapan nilai investasi yang beragam.

Suckling mencontohkan Start Today Ventures adalah sebuah contoh fund yang sengaja dibuat dan didedikasikan khusus untuk industri fesyen. Dalam fund ini, tim dapat mendalami lebih jauh proses manufaktur dan distribusi industri fesyen digital. Kemudian melakukan investasi untuk seluruh rantai proses di dalamnya.

“Kami percaya bahwa pada waktunya yang tepat pendekatan ini akan terjadi di sektor fintech yang dengan cepat telah berubah jadi industri yang kompleks.”

Dari tiga portofolio perusahaan fintech di Cento, ketiganya disebutkan telah memberikan masukan yang menarik tentang bagaimana setiap aspek yang berbeda di layanan keuangan digital bekerja dan bisa memberikan pembelajaran yang bagus untuk diterapkan kepada startup fintech generasi baru.

Sebuah tim yang berdedikasi dapat berkonsentrasi pada pemahaman peluang yang muncul, serta memberikan founder dukungan yang sangat relevan. Entah itu mengidentifikasi talenta yang tepat, terhubung dengan mitra, atau menarik lebih banyak investasi saat perusahaan mereka tumbuh.

Hasil survei terhadap lebih dari 125 investor di ASEAN menyebut secara rerata ada enam vertikal dari total 14 vertikal fintech yang telah difokuskan dengan membentuk tim khusus. Keenam vertikal tersebut adalah analitik data, blockchain, financing, payment solutions, regtech, dan insurtech.

Hal ini memperlihatkan tumbuhnya vertikal industri fintech perlu didukung pemahaman investor yang mendalam agar tidak selalu terpaku dengan definisi tradisional.

Rencana berikutnya di Indonesia

Tahun 2019 akan menjadi kelanjutan perusahaan untuk terus berinvestasi di ASEAN, seperti yang sudah dilakukan selama delapan tahun terakhir. Suckling enggan menjelaskan sektor apa yang menjadi incaran Cento, namun pihaknya memastikan akan tetap berhati memilih startup, mendukung visi misi founder, dan meniru kesuksesan dari portofolio perusahaan.

“Pendekatan industri demi industri akan kami jalankan dengan hati-hati, memastikan kami mengembangkan keterampilan dan wawasan yang dibutuhkan untuk membuat pemenang di kategori baru, seperti fintech dan sektor lainnya.”

Suckling juga menuturkan saat ini pihaknya sedang dalam proses pengumpulan fund terbaru dari investor yang sudah ada dan mitra strategis baru. Fund tersebut memungkinkan Cento untuk meningkatkan fokus di industri fintech. Saat ini Cento masih aktif mengelola fund dengan total US$60 juta.

Moka Rilis Aplikasi Agregator Pembayaran Moka Pay

Moka merambah layanan agregator pembayaran dengan peluncuran Moka Pay. Fitur ini didesain untuk mengakomodasi transaksi non-tunai merchant UKM yang memanfaatkan layanan point of sales (POS) besutannya. Menurut penelusuran DailySocial, aplikasi versi beta Moka Pay sudah hadir dan bisa diunduh di Google Play.

Dari penjelasan yang tertera, Moka Pay tidak hanya sebagai agregator pembayaran, tapi juga memiliki fitur POS sederhana yang dapat digunakan untuk membantu pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya.

Ada akses manajemen karyawan, laporan keuangan, pembuatan invoice, memantau laporan untuk outlet di lokasi lain, dan sebagainya. Semua transaksi akan tercatat dalam cloud dan bisa diakses kapan saja secara real time.

Aplikasi Moka Pay
Aplikasi Moka Pay

Di samping itu, ada fitur pembayaran non-tunai yang mengakomodasi transaksi dari berbagai sumber dana, baik dari e-wallet, kartu kredit, dan tunai. Adapun pemain fintech yang sudah bermitra dengan Moka di antaranya Akulaku, Ovo, TCash, dan Kredivo. Pengusaha tidak perlu berinvestasi tambahan perangkat untuk menerima opsi pembayaran ini.

Bila diperhatikan, Moka menerapkan model bisnis freemium untuk aplikasi Moka Pay. Artinya pengguna bisa menggunakan seluruh layanan yang ada sepuasnya, namun ada beberapa fitur yang baru bisa digunakan apabila upgrade layanan ke Moka POS.

Strategi ini bisa dikatakan menjadi cara Moka mendapatkan basis pengguna baru tanpa harus berlangganan di tahap awal, seperti yang selama ini diterapkan untuk Moka POS. Bahkan dari segmentasi produknya, Moka Pay tidak hanya menyasar segmen bisnis mikro saja, tapi juga yang sudah berskala besar.

Produk ini sebetulnya pernah disinggung secara singkat oleh VP of Brand & Marketing Moka POS Bayu Ramadhan dalam sesi #SelasaStartup pekan ini. Dia hanya mengatakan bahwa Moka tengah menyiapkan suatu produk untuk segmen mikro, yang rencananya bakal rilis pada awal tahun depan.

Disebutkan bahwa Moka POS telah digunakan oleh lebih dari 12 ribu pengusaha yang tersebar di 200 lokasi di seluruh Indonesia. Tidak hanya menyediakan solusi mesin kasir POS, Moka memiliki unit layanan lainnya seperti Moka Capital yang memberikan pinjaman modal kepada para pengusaha dari pemain lending. Ada juga Moka App Marketplace untuk tambahan solusi buat pembukuan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here