[Review] Mi Watch Lite: Smartwatch Murah dengan Fungsi Dasar dan GPS

Seperti yang kita ketahui, Xiaomi tidak hanya menelurkan produk smartphone saja. Sudah banyak produk AIoT yang datang dari Xiaomi dan memang memiliki harga yang terjangkau. Kali ini, Xiaomi pertama kalinya meluncurkan smartwatch di Indonesia. Perangkat tersebut adalah Mi Watch Lite.

Mi Watch Lite

Mi Watch Lite yang datang ke meja pengujian DailySocial memiliki warna hitam. Perangkat wearable ini masih memiliki model kotak. Berbeda dengan seri yang pro, seri yang satu ini hanya memiliki fungsi dasar dari sebuah smartwatch yang ada saat ini. Hal tersebut berarti Mi Watch Lite belum menyediakan fungsi SpO2. Namun apakah nantinya Xiaomi akan menambahkannya melalui OTA, belum ada informasinya.

Jam tangan pintar Mi Watch Lite memiliki spesifikasi sebagai berikut

Layar TFT 1,4 inci 320 x 320 pixel
Baterai 230 mAh
Konektivitas Bluetooth 5.0
Sensor GPS/GLONASS, Detak jantung, Barometer, accelerometer, gyroscope, kompas
Dimensi 41 x 35 x 10.9 mm
Bobot 35 gram, 21 gram tanpa strap

Untungnya, daya tahan baterai yang ditawarkan oleh Xiaomi pada jam tangan pintar ini berbeda dengan smartwatch pada umumnya. Xiaomi menjanjikan Mi Watch Lite untuk dapat dipakai selama 9 hari. Saat ini masih banyak perangkat wearables yang hanya bisa bertahan dua hari saja.

Unboxing: Isinya hanya charger

Yup, paket penjualan dari Mi Watch Lite hanya berisikan sebuah desktop charger saja. Charger ini sendiri memiliki dimensi yang cukup besar, sehingga (seharusnya) bisa dengan mudah ditemukan saat terselip. Berikut bentuk dari pengisi dayanya:

Mi Watch Lite - Charger

Desain

Bentuk kotak saat ini kembali menjadi sebuah tren semenjak Apple mengeluarkan jam tangan pintarnya. Xiaomi sepertinya mengambil kesempatan untuk kembali menghadirkan model kotak ini pada Mi Watch Lite. Bentuknya membuat orang yang menggunakannya seperti bergaya techie.

Tali jam tangan yang terpasang pada Mi Watch Lite sudah menggunakan bahan karet. Bahan ini tentu saja lebih cocok untuk mereka yang gemar berolah raga. Namun, tali jam tangan ini sepertinya memiliki model tersendiri. Hal ini membuat para penggunanya harus langsung membeli melalui Xiaomi sendiri jika ingin menggantinya.

Mi Watch Lite - Tombol Kanan

Menurut data yang ada pada website Xiaomi Indonesia, Mi Watch Lite menggunakan layar dengan jenis TFT. Namun, view angle dari layarnya tidak terbatas seperti kebanyakan layar TFT. Bisa jadi, memang jam tangan pintar yang satu ini menggunakan layar dengan jenis IPS dan memiliki feature sentuh. Layarnya juga tidak memiliki pelindung sehingga sangat disarankan untuk menempelkan lapisan anti gores.

Seluruh badan dari Mi Watch Lite terbuat dari bahan plastik. Namun, Xiaomi membuat perangkat yang satu ini bisa bertahan pada kedalaman air 50 meter berkat sertifikasi 5 ATM yang dimilikinya. Saat saya pegang, Mi Watch Lite juga terasa sangat kokoh dan tidak terasa kopong. Namun, saya belum tahu bagaimana kekuatannya saat terbentur dengan keras saat berolah raga.

Mi Watch Lite - Sensors

Mi Watch Lite hanya memiliki sebuah tombol pada bagian sisi kanannya. Tombol ini berfungsi untuk membuka tutup menu atau app drawer yang dimiliki. Sedangkan pada bagian bawahnya terdapat sensor pemindai detak jantung.

Jam tangan pintar ini juga sudah dilengkapi dengan GPS, gyroscopeaccelerometer, sensor cahaya, dan barometer. Perangkat ini sendiri memiliki 11 mode olah raga yang bisa diukur. Selain itu, Mi Watch Lite juga bisa mengukur tidur dan juga bisa membantu untuk latihan pernapasan.

Mi Watch Lite - Strap Off

Perangkat ini menggunakan aplikasi Xiaomi Wear untuk menyimpan segala data yang diukur dari Mi Watch Lite. Selain itu, aplikasi ini juga akan memeriksa apakah ada firmware baru atau tidak. Anda juga bisa melakukan pengaturan untuk notifikasi yang bisa diterima oleh jam tangan pintar ini pada Xiaomi Wear. Ingat ya, aplikasinya bukan Mi Fit!

Pengalaman Menggunakan: Minimalis

Tepat seminggu sebelum artikel ini diluncurkan, saya membuka paket penjualan dari Mi Watch Lite. Oleh karena ingin mencoba menggunakan semaksimal mungkin, saya langsung melakukan pengisian ulang hingga 100%. Saya juga melakukan instalasi aplikasi Xiaomi Wear saat melakukan pengisian ulang. Hasilnya: aplikasi ini mendeteksi adanya firmware baru…. nice!

Firmware baru memang sangat saya tunggu pada setiap perangkat AIoT. Sebagai konsumen, tentunya saya menginginkan sebuah perangkat yang dibeli tanpa hadirnya bug dan gangguan software lainnya. Selain itu, tidak jarang sebuah firmware menawarkan sebuah fungsi baru. Mungkin saja (semoga) Xiaomi bisa menghadirkan deteksi SpO2 pada perangkat yang satu ini.

Mi Watch Lite - On Hand

Melihat dari charger yang digunakan, sepertinya hanya dibuat khusus untuk Mi Watch Lite saja. Bisa jadi nantinya (atau sebelumnya) ada perangkat yang memiliki dimensi yang sama sehingga bisa digunakan pula untuk mengisi baterai. Untuk sumber dayanya, charger ini menggunakan interface USB, sehingga bisa langsung dihubungkan ke kepala charger smartphone atau slot USB pada laptop.

Oleh karena pada saat membuka paket penjualannya saya mendapatkan baterai sekitar 48%, pengisian ke 100% memakan waktu sekitar 1 jam. Xiaomi sendiri menjanjikan baterai akan penuh dari benar-benar kosong hingga 100% dalam waktu 2 jam saja. Masa hidup dari jam tangan pintar ini dijanjikan 9 hari jika digunakan. Namun nyatanya setelah 7 hari, jam tangan ini masih memiliki baterai sekitar 30%.

Masalah yang saya temukan pada jam tangan pintar ini adalah pada sisi notifikasi. Jam tangan pintar ini sering kali gagal menampilkan notifikasi dan pesan dari Whatsapp dan Telegram. Padahal, semua persyaratan yang dijabarkan oleh Xiaomi Wear sudah dilaksanakan. Notifikasi pesan bisa didapat pada saat jam tangan ini mematikan layarnya.

Panggilan suara melalui seluler akan membuat jam tangan ini bergetar. Namun, panggilan suara melalui Whatsapp dan Telegram tidak pernah bisa saya dapatkan. Hanya pesan bahwa ada missed call dari aplikasi Whatsapp yang saya dapatkan. Hal ini tentu saja menjadi sebuat PR bagi Xiaomi dalam membenahi notifikasinya.

Jam tangan pintar ini memiliki 11 macam jenis olah raga yang bisa dipantau. Semua itu meliputi lari outdoor, treadmill, sepeda outdoor, sepeda indoor, latihan bebas, jalan kaki, trekking, lari lintas alam, renang di kolam, renang di perairan terbuka, dan kriket. Jam tangan ini juga mendukung penyelaman hingga 50 meter, namun ada baiknya tidak digunakan pada air asin.

Mi Watch Lite - On Charger

Jam tangan ini juga memiliki fungsi yang diantaranya adalah pemantauan detak jantung, pemantauan tidur, pernapasan, notifikasi, cuaca, jam, alarm, senter, dan kontrol musik. Tentunya, fitur-fitur ini sudah umum ditemukan pada hampir setiap jam tangan pintar yang sudah beredar di pasaran. Sayangnya, kita tidak menemukan fitur remote shutter kamera, SpO2, dan lain sebagainya.

Kontrol musik yang ada pada jam tangan ini lebih kepada remote saja. Fitur ini bisa digunakan di beberapa aplikasi yang meliputi aplikasi musik serta Spotify yang ada di smartphone yang terhubung. Jadi saat berolah raga dan ingin sambil mendengarkan musik, Anda juga harus membawa smartphone yang terhubung dengan jam tangan pintar ini.

Hadirnya kompas pada smartwatch yang satu inilah yang membuatnya berbeda dari jam tangan dengan harga terjangkau lainnya yang ada di pasaran. Hal ini akan sangat membantu mereka yang berolah raga dan mengetahui jalur mana yang telah dilalui. Semua itu bakal terekam dan disajikan pada aplikasi Xiaomi Wear. Dan jika (amit-amit) kita tersesat di hutan, kompas bisa membantu kita menentukan arah jalan.

Mi Watch Lite - Xiaomi Wear Watch Face

Pada Mi Watch Lite, pengguna juga bisa mengganti watch face sehingga tidak membosankan. Xiaomi juga sudah menyediakan beberapa watch face yang bisa langsung di download melalui aplikasi Xiaomi Wear. Akan tetapi, saat ini kita belum bisa menggunakan watch face buatan sendiri.

Jam tangan pintar ini akan sangat cocok digunakan untuk para wanita. Untuk pria berbadan besar seperti saya, jam tangan ini juga tidak terlalu terlihat kecil di tangan. Bentuknya yang minimalis juga membuat cocok untuk digunakan di segala kegiatan. Jadi, jam tangan ini tidak hanya pas untuk berolah raga saja tetapi juga bagus untuk bergaya.

Verdict

Pada akhirnya, Xiaomi mengeluarkan jam tangan pintar di Indonesia. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Mi Watch Lite karena memiliki harga yang terjangkau. Selain itu, Mi Watch Lite juga menawarkan beberapa fungsi-fungsi yang tentunya tidak ada saat menggunakan jam biasa.

Kinerja dari jam tangan ini memang cukup baik. Walaupun Xiaomi tidak memberikan informasi mengenai SoC dan prosesor yang digunakan, namun jam tangan ini memang cukup responsif saat dioperasikan. Fungsi-fungsinya sendiri juga dengan mudah bisa diakses serta memiliki antar muka yang tidak rumit.

Notifikasi menjadi sebuah turn off dari jam tangan pintar ini. Pada saat layarnya mati, semua notifikasi pesan dari aplikasi pihak ketiga bakal masuk. Sayangnya, notifikasi panggilan suara dan video sepertinya gagal muncul pada jam tangan ini. Padahal, notifikasi saat ini menjadi sebuah fungsi penting karena semua kegiatan termasuk pekerjaan dan hubungan dengan rekan (pacar) harus cepat ditanggapi.

Xiaomi menjual Mi Watch Lite dengan harga Rp. 899.000 saja. Dengan harga tersebut, pengguna sudah mendapatkan sebuah alat bantu olah raga serta bergaya yang memiliki GPS, kompas, serta pemindai detak jantung. Jam tangan ini sangat cocok untuk mereka yang ingin melakukan upgrade dari Mi Band.

Sparks

  • Daya tahan baterai lebih dari seminggu
  • Desain terasa kokoh
  • 5 ATM
  • Antar muka yang cukup responsif
  • Harganya cukup terjangkau
  • Memiliki GPS dan kompas

Slacks

  • Notifikasi panggilan suara dan video pihak ketiga yang gagal masuk
  • Tali jam tangan tidak umum, sehingga harus membeli langsung dari Xiaomi

[Review] Dell Inspiron 14 7400: Laptop Cantik dengan Intel Tiger Lake dan GeForce

Bagi Anda yang belum tahu, Dell memiliki beberapa lini laptop yang ditawarkan untuk para konsumennya. Yang paling premium adalah Dell XPS yang berdesain tipis. Di bawah kelas tersebut merupakan Dell Inspiron yang juga berdesain premium. Laptop dari kelas Inspiron ini yang mampir ke Dailysocial untuk diuji.

Laptop yang dimaksud adalah Dell Inspiron 14 7000 dengan seri 7400 yang sudah menggunakan prosesor Intel Core i generasi ke 11 atau Tiger Lake. Laptop ini juga dipadukan dengan kartu grafis dari NVIDIA yang diluncurkan pada Februari 2020 lalu. Tentunya, Intel Iris Xe yang merupakan grafis terintegrasi juga tidak kalah pentingnya. Layarnya sendiri juga sudah menggunakan resolusi yang tinggi sehingga nyaman untuk dipandang.

Dell Inspiron 14 7000

Dell juga membuat waktu pakai dari laptop ini menjadi lebih panjang. Dengan kapasitas yang tinggi, membuat Dell Inspiron 14 7000 bisa digunakan seharian tanpa harus khawatir mencari colokan listrik. Badannya yang terbuat dari metal juga membuatnya terlihat cantik serta kokoh.

Spesifikasi lengkap dari Dell Inspiron 14 7000 seri 7400 yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 1165G7 (4C8T) 2,8 GHz, Turbo 4,7 GHz
GPU Intel Iris Xe + NVIDIA GeForce MX350
RAM 16 GB LPDDR4 4267 MHz
Storage M.2 NVMe PCI-e 512 GB
Layar IPS Anti Glare 14,5 inci 2560×1600
WiFi 802.11 ax atau WiFi 6
Bobot 1,259 kg
Sistem operasi Windows 10 64 Bit
Dimensi 321,69 x 224,53 x 16,75 mm
Baterai 4 cell 52 Wh

Spesifikasi dari CPU-Z dan GPU-Z bisa dilihat dari gambar berikut ini:

Dapat dilihat bahwa 1165G7 membawa grafis terintegrasi Intel Iris Xe dengan 96 Execution Unit. Unit grafis ini sendiri sebenarnya sudah kencang dan bahkan pada beberapa kasus lebih kencang dari NVIDIA GeForce MX350. Mungkin ada beberapa kasus di mana penggunaan MX350 lebih kencang dibandingkan dengan Iris Xe.

Spesifikasi seperti ini tentu saja cocok untuk digunakan oleh para pebisnis dan juga pembuat konten. Dengan kinerja yang kencang, pelaku bisnis UMKM juga bisa menggunakannya untuk berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan kinerja usahanya. Lalu sekencang apa laptop yang satu ini?

Desain

Sepertinya warna abu-abu atau silver sudah menjadi standar untuk laptop saat ini. Hal tersebut memang cukup menandakan bahwa laptop tersebut menggunakan bahan aluminium sebagai casing-nya. Hal tersebut juga membuat sebuah laptop terasa kokoh. Hal inilah yang saya rasakan saat memegang Dell Inspiron 14 7400 untuk pertama kalinya.

Dell Inspiron 14 7400 - Tampak Depan

Layar yang digunakan pada Dell Inspiron 14 7400 adalah jenis IPS dengan lapisan anti glare. Resolusinya adalah 2580×1600 dengan dimensi 14,5 inci dengan kecerahan 300 nits. Layarnya sendiri sangat nyaman digunakan untuk menonton video dengan resolusi full HD dan tidak akan membuat mata silau akibat pantulan cahaya. Bingkai tipis pada bagian atas, kanan dan kirinya juga membuat laptop yang satu ini menjadi lebih cantik.

Lid-nya sendiri tidak hanya berfungsi sebagai penutup laptop saja. Pada bagian belakangnya saat penutup laptop ini dibuka, penutup ini juga berfungsi sebagai penyangga bagian belakang dari laptop. Hal tersebut membuat bagian belakangnya sedikit terangkat yang bakal membuat kisi-kisi udara bagian bawahnya terbuka. Selain itu, mengangkat bagian belakangnya juga membuat pengetikan menjadi lebih nyaman.

Dell Inspiron 14 7000 - Sisi Kiri

Saat membuka lid-nya, laptop ini secara otomatis akan langsung menyala dari keadaan mati dan bukan sleep. Saat membukanya, laptop ini akan langsung masuk ke dalam Windows 10 tidak lebih dari 5 detik. Dell menamakan fitur ini dengan nama Power On Lid Open yang bisa diaktifkan dan di non aktifkan dari BIOS-nya.

Keyboard yang ada pada laptop ini memang cukup nyaman saat ditekan. Untuk jari saya yang cukup besar, tidak ada masalah saat mengetik artikel yang satu ini. Akan tetapi pada malam hari, LED backlit-nya terasa kurang terang sehingga cukup sulit untuk melihatnya. Apalagi, cahaya dari layar yang cukup terang bisa menghalau seseorang untuk melihat huruf yang ada pada setiap tombol pada keyboard.

Dell Inspiron 14 7000 - Kanan

Touchpad yang terletak di bawah dari keyboard bisa dioperasikan dengan cukup nyaman. Tingkat sensitivitasnya memang cukup tinggi. Namun, Dell sepertinya mendesain touchpad yang satu ini cukup lebar, sehingga sedikit mengganggu pada saat mengetik dengan kecepatan tinggi.

Laptop ini memiliki sebuah kamera pada bagian atasnya. Kamera ini biasa digunakan untuk melakukan panggilan video atau web conference seperti pada masa pandemi seperti ini. Kamera ini memiliki slider untuk menutupnya agar privasi dapat terjaga. Namun sayang, gambar yang dihasilkan kurang tajam dan warna yang dihasilkan juga cukup pudar.

Dell Inspiron 14 7000 - Tipis

Pada bagian kiri ditemukan port USB-C, USB 3.2, HDMI 2.0, dan serta untuk pengisian daya. Pada bagian kanannya ditemukan slot microSD, port audio 3,5 mm, serta USB 3.2. Ventilasi untuk mengeluarkan udaranya terletak di bagian atas keyboard. Sayangnya hal ini membuat bagian bawah dari layar laptop menjadi cukup kotor.

Pengujian

Terus terang, ini adalah pengalaman saya dalam menggunakan prosesor Intel Core i7-1165G7 yang memiliki grafis terintegrasi Intel Iris Xe. Iris Xe yang digunakan pada Core i7-1165G7 ini sendiri memiliki 96 Execution Unit yang membuatnya kencang. Prosesornya sendiri memiliki 4 core dengan 8 threads dengan kecepatan 2,8 GHz yang beroperasi pada TDP 12 watt hingga 28 watt. Tiger Lake sendiri sudah menggunakan litografi 10 nm SuperFin.

Selain GPU terintegrasi Intel Iris Xe, pada laptop ini juga hadir NVIDIA GeForce MX 350. NVIDIA mengklaim bahwa GPU ini mampu mengungguli Intel Iris Plus pada Core i7-1065G7 hingga 2,5 kali lipat. Akan tetapi, hal yang berbeda cukup terasa dengan Intel Iris Xe yang ada pada Core i7-1165G7. Pada beberapa pengujian, ternyata MX350 tidak lebih kencang dari Iris Xe.

Game

Besar kemungkinan bahwa laptop Dell Inspiron 14 7400 ini sehari-hari tidak digunakan untuk bermain game. Walaupun begitu, dengan kemampuan untuk menjalankan game rasanya tidak pas jika saya tidak menguji laptop ini untuk bermain game. Hal tersebut dikarenakan Dell memasangkan GeForce MX 350 pada laptop ini. Selain itu, Intel Iris Xe juga memiliki kinerja yang mampu menjalankan beberapa game kelas atas.

Pada dasarnya, kedua GPU yang ada pada laptop ini mampu menjalankan game pada resolusi 1366×768 dengan baik. Setelah mencoba berkali-kali, ternyata Intel Iris Xe mampu mengungguli MX 350 walau hanya sekitar 2 frame per second saja. Mengingat penggunaan IGP lebih menghemat baterai, saya sangat menyarankan untuk menggunakan Iris Xe jika ingin bermain game.

Berikut adalah dua game yang saya uji serta 3DMark

Produktivitas dengan Sintetis

Untuk membuat sebuah konten, tentu saja sebuah laptop dengan kinerja prosesor dan kartu grafis yang tinggi dibutuhkan. Selain itu, tentu saja laptop juga selalu dipakai untuk kebutuhan hiburan serta pekerjaan. Untuk menguji hal tersebut, saya menggunakan beberapa software benchmark yang dapat mewakili kinerjanya di dunia nyata.

Pengujian laptop ini memang memakan waktu yang cukup lama. Hal tersebut dikarenakan saya cukup kaget dengan kinerja dari Intel Iris Xe. Pada beberapa pengujian sintetis, ternyata kinerjanya melampaui penggunaan GeForce Mx 350. Oleh karena keterbatasan waktu, saya hanya menguji kemampuan rendering 3D dari kartu grafis yang ada menggunakan CineBench R15 saja. Hasilnya cukup membuktikan bahwa kinerja dengan akselerasi GPU MX350 masih lebih baik dari Xe.

Semua pengujian menggunakan mode Optimized pada software Dell Power Manager. Pengujian saya lakukan dengan menggunakan Iris Xe dan MX 350, agar terlihat seberapa baik kinerjanya.

Kinerja keduanya memang terlihat kencang. Hal ini cukup membuktikan bahwa Dell Inspiron 14 7400 cocok untuk digunakan dalam bekerja menggunakan software Office mau pun membuat konten video. Bagi pelaku UMKM pun juga bisa menggunakan laptop ini untuk meningkatkan kinerja usahanya.

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p dengan container file MP4. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop.

Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata bisa bertahan selama 14 jam 16 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video dan bermain game, sepertinya akan lebih cepat habis.

Verdict

Saat ini semakin banyak pilihan bagi para pebisnis, pelaku UMKM, dan pembuat konten untuk membeli sebuah laptop. Apalagi, saat ini sebagian laptop yang ditujukan pada pangsa pasar tersebut memiliki dimensi yang cukup ramping. Salah satu yang bisa dipilih oleh mereka yang masuk dalam kelas ini adalah Dell Inspiron 14 7400.

Laptop ini menggunakan Intel Core i7-1165G7 terbaru yang memiliki kinerja tinggi. Walaupun masih menggunakan proses pabrikasi 10 nm, namun panas yang dihasilkan tidak mengganggu. Saya merasa nyaman pada saat menggunakannya untuk bermain game serta melakukan editing video dengan cepat. Editing foto serta menggunakan Office juga menjadi  nyaman saat menggunakan laptop ini.

Kinerja baterainya yang membuat daya hidup laptop ini menjadi lebih panjang memang membuat saya menjadi lebih aman dan tidak perlu mencari-cari stop kontak untuk mengisi baterai. Laptop ini juga memiliki body yang kuat sehingga tidak perlu khawatir saat terbentur dan bahkan terjatuh. Menggunakan SSD membuatnya lebih aman terhadap guncangan.

Dell menjual laptop Inspiron 14 7400 yang menggunakan prosesor Intel Core i7-1165G7 dan GeForce MX 350 dengan harga Rp. 22.499.000. Harga tersebut tergolong cukup standar mengingat dimensi, desain, kinerja, serta daya tahannya yang sangat baik. Dengan bobot yang ringan pula, membuat penggunanya tidak perlu kesulitan saat membawanya.

Sparks

  • Kinerja kencang dengan Intel Core i7-1165G7
  • Daya tahan baterai yang panjang hingga 14 jam
  • Bobot ringan
  • Casing aluminium yang membuatnya terasa kokoh
  • Power on saat lid dibuka

Slacks

  • Kinerja MX 350 yang tidak sekencang Iris Xe
  • LED Backlit keyboard yang kurang terang
  • Kualitas kamera web kurang bagus

[Review] Huawei Band 4e: Smartband Unik dengan Mode Kaki

Saat ini sudah banyak produsen AIoT yang meluncurkan gelang pintar atau smartband. Tentu saja, smartband selama ini selalu identik dengan olah raga. Namun, smartband yang ada saat ini sepertinya memiliki fitur yang “itu-itu” saja. Mungkin berbeda dengan yang dimiliki Huawei Band 4e.

Gelang pintar yang cukup mungil ini mungkin secara fisik terlihat biasa saja. Bentuknya sama seperti kebanyakan gelang pintar tanpa layar berwarna biasa. Namun ada satu fitur yang mungkin membuat para pegiat olah raga lari dan bola basket tertarik untuk menggunakannya. Huawei Band 4e memiliki fitur yang bernama Foot Mode.

Huawei Band 4e

Huawei Band 4e sendiri merupakan versi monochrome dari Huawei Band 4. Perangkat ini sendiri memiliki 6 sensor yang bisa melacak pergerakan olah raga penggunanya, baik di tangan mau pun di kaki. Oleh karena itu, Huawei Band 4e memiliki mode yang bisa mendeteksi pergerakan olah raga basket. Semua tentu saja bisa disajikan pada aplikasi Huawei Health.

Spesifikasi dari Huawei Band 4e bisa dilihat pada tabel berikut ini

Prosesor ARM Cortex M4
RAM 1 MB
Internal 384 KB
Layar PMOLED 0,5 inci 48×88 pixel
Baterai 77 mAh
Konektivitas Bluetooth 4.2
Dimensi 40.5 x 14.8 x 11.2 mm
Bobot 13 gram, 6 gram tanpa strap

Charger

Huawei selalu memberikan sebuah charger yang mereka desain sendiri. Pada Huawei Band 4e, pengguna harus melepas perangkat dari strap-nya. Setelah itu, perangkat Band 4e dimasukkan ke sebuah charger dengan interface USB.

Huawei Band 4e - Charger

Desain

Huawei Band 4e tampil seperti kebanyakan sebuah smartband pada umumnya. Dengan dimensi yang cukup mungil, tentu saja cocok digunakan oleh pria mau pun wanita. Bahan dari perangkatnya sendiri terbuat dari plastik polikarbonat dan strap-nya terbuat dari bahan karet. Namun, ada pula varian yang menyediakan  recyclabe textile yang berbahan kain.

Layar dari Huawei Band 4e menggunakan tipe PMOLED atau passive Matrix OLED. Dimensi dari layar tersebut adalah 0,5 inci dengan resolusi 48×88 piksel. Walaupun terbuat dari plastik, layarnya sendiri cukup tahan terhadap benturan-benturan ringan. Namun, hindarkan layar tersebut dari debu dan pasir karena pasti akan membuatnya tergores.

Huawei Band 4e - at Pot

Layarnya sendiri tidak memiliki fungsi sentuh. Satu-satunya fungsi sentuh yang ada adalah pada bidang kotak di bagian bawahnya. Untuk berpindah menu, sentuh satu kali saja dan layar akan berpindah ke pilihan berikutnya. Untuk memilih menu setting, tekan dan tahan sekitar dua detik atau sampai indikator yang ada pada layar berganti.

Untuk melihat data apa saja yang sudah diambil oleh Huawei Band 4e, pengguna tentu saja harus terhubung dengan sebuah smartphone. Data-data tersebut bisa dilihat pada aplikasi Huawei Health yang digunakan untuk semua wearables dari Huawei. Aplikasi ini juga bakal meningkatkan versi firmware dari Huawei Band 4e, yang saat diuji menggunakan versi 3.0.0.96.

Pengalaman Menggunakan

Sayang memang, gelang pintar untuk olah raga yang satu ini datang pada saat masa pandemi. Selain itu, dari saat Huawei Band 4e datang hingga artikel ini diturunkan, hujan yang cukup lebat selalu menyirami lingkungan di rumah saya. Jadi, pengujian ini tidak dijalankan dengan olah raga di luar ruangan.

Saya menggunakan gelang pintar ini selama sekitar satu minggu saja. Saat membuka dari paket penjualannya, saya langsung mengisi penuh Huawei Band 4e dengan menggunakan charger mungilnya. Oh ya, karena bentuknya yang kecil, berhati-hati lah saat menyimpannya agar tidak terselip dan hilang.

Huawei Band 4e - On Hand

Gelang pintar ini langsung saya hubungkan ke aplikasi Huawei Health. Saat pertama kali terhubung, Huawei Health langsung mendeteksi adanya firmware baru dan saya langsung melakukan instalasi. Sayang memang, instalasi firmware dari Huawei meman memakan waktu cukup lama. Huawei Band 4e memakan waktu hampir 15 menit dari pertama kali melakukan download hingga booting pertama.

Hal pertama yang saya uji saat menggunakan gelang pintar ini adalah untuk mendeteksi tidur. Ternyata saking ringannya bobot dari perangkat ini, saya tidak terganggu saat tidur. Biasanya, saya tidak bisa menguji dengan sleep mode jika menggunakan sebuah smartwatch. Alhasil, perangkat ini mendeteksi tidur saya nyenyak selama 4 jam 57 menit.

Saat berolah raga, biasanya gelang pintar akan merekam berapa langkah kita sudah berjalan. Huawei Band 4e menawarkan mode foot, di mana perangkat tersebut bisa ditaruh pada sepatu. Dengan alat bawaannya, Huawei Band 4e bisa dijepit di antara tali sepatu olah raga. Dengan begini, gyroscope yang ada pada Huawei Band 4e bisa merekam langkah dengan lebih akurat.

Huawei juga mengatakan bahwa gelang pintar ini juga mampu mendeteksi olah raga basket. Bahkan saat ada pada foot mode, Huawei Band 4e mampu mendeteksi gerakan melompat, durasi, serta ketinggian lompatan. Semua data terekam pada aplikasi di smartphone.

Selain digunakan untuk berolah raga, gelang pintar ini juga bakal menampilkan beberapa notifikasi dalam bentuk icon. Bahkan, gelang pintar ini lolos pengujian notifikasi panggilan suara dan video dari aplikasi pesan teks seperti Whatsapp dan Telegram. Jadi saat berolah raga, sambungan via bluetooth harus tetap terjaga agar semua notifikasi bisa membuat Huawei Band 4e bergetar.

Huawei Band 4e - Foot Mode

Terakhir adalah penggunaan baterai pada Huawei Band 4e. Huawei menjanjikan daya tahan baterai pada gelang pintar ini sampai 14 hari saat digunakan sehari-hari dan hingga 21 hari saat standby. Penggunaan saya sendiri selama seminggu menurunkan baterainya hingga ke tingkat 58%. Jadi, saya yakin baterainya bisa digunakan hingga dua minggu lamanya.

Verdict

Alat bantu dalam berolah raga saat ini memang bermacam-macam bentuknya. Salah satu yang memiliki harga terjangkau adalah menggunakan sebuah smartband. Namun, sebuah smartband harus lah memiliki sebuah keunikan tersendiri dibandingkan dengan merek lainnya. Salah satunya seperti Huawei Band 4e.

Perangkat yang satu ini datang tanpa desain yang “wah”. Namun, fitur yang ditawarkan cukup unik sehingga mampu menarik para pegiat olah raga tertentu, seperti basket dan lari. Dengan menaruh perangkat pada sepatu, membuat data dua olah raga tersebut menjadi lebih akurat. Huawei Band 4e sendiri build quality-nya juga cukup baik sehingga tidak perlu takut rusak karena terbentur.

Huawei menjual Band 4e dengan harga Rp. 349.000. Perangkat ini sendiri dijual langsung pada platform ecommerce dari Huawei. Harga tersebut memang bersaing dengan perangkat lainnya yang memiliki layar berwarna. Namun, semua kembali lagi pada para penggunanya, terutama para pemain basket dan pegiat olah raga lari yang bisa menggunakan fitur khususnya tersebut.

Sparks

  • Daya tahan baterai cukup baik, bisa 14 hari
  • Mode olah raga basket
  • Fitur unik foot mode
  • Kualitas perangkat cukup kokoh
  • 5 ATM
  • Notifikasi panggilan via aplikasi pihak ketiga berjalan dengan baik

Slacks

  • Layar hanya hitam putih
  • Tanpa fungsi layar sentuh

Review ROG Zephyrus G14: Si Laptop Ringkas nan Bertenaga

ROG Zephyrus G14 merupakan salah satu laptop yang sempat menarik cukup banyak perhatian gamers ataupun pecinta teknologi ketika diungkap dalam gelaran Consumer Electronic Show (CES) Januari 2020 lalu. Salah satu daya tarik terbesarnya adalah teknologi “Anime Matrix” yang memungkinkan pengguna mengkustomisasi penampilan back cover laptop sesuka hati. Kebetulan beberapa waktu lalu saya dipinjamkan unit ROG Zephyrus G14 untuk direview lebih lanjut. Selain teknologi Anime Matrix, apa lagi keistimewaan laptop ini? Simak ulasan dari Hybrid.co.id berikut.

 

Melihat ROG Zephyrus G14 Dari Kulit Luar: Build Quality, Anime Matrix, dan Lain Sebagainya

ROG Zephyrus G14 yang datang adalah yang berwarna putih. Dari segi build quality secara keseluruhan, ROG Zephyrus G14 terasa solid dan cukup premium. Sayangnya dengan banderol harga Rp23.999.000, ada satu sisi kekurangan build quality-nya.

Mari bicarakan soal kelebihannya dahulu. Sisi back cover laptop terlihat sangat minimalis, bersih, dan elegan bisa saya bilang sebagai salah satu kelebihan build quality laptop ini. Walau tentu saja back cover warna putih akan mudah kotor, terutama apabila Anda adalah tipe pengguna yang cenderung slebor. Seluruh bagian laptop juga terasa solid ketika digunakan. Tidak ada hinge laptop yang bergoyang saat terkena guncangan. Bagian body laptop juga menggunakan plastik berkualitas yang membuatnya terasa padat ketika dipegang, ditekan, atau diketuk-ketuk.

Review ROG Zephyrus G1400012
Hinge laptop yang menggunakan teknologi ErgoLift.
Review ROG Zephyrus G1400004
I/O Ports di sisi kiri.
Review ROG Zephyrus G1400003
I/O Ports di sisi kanan.

Selain itu kelebihan lain laptop ini menurut saya adalah ukurannya yang cukup ringkas. Zephyrus G14 merupakan laptop dengan layar 14 inci yang ukurannya lebih kecil dibanding kebanyakan laptop gaming yang biasanya berukuran bongsor. Selain ringkas, laptop ini juga cukup ringan. Bobotnya adalah 1.70 kg, lebih ringan dibanding kebanyakan laptop gaming yang biasanya memiliki bobot 2kg lebih dan cenderung lebih berat dibanding dengan laptop tipe ultrabook. Jadi bisa dikatakan bahwa ukuran ROG Zephyrus G14 punya ukuran dan bobot di tengah-tengah antara laptop gaming dengan laptop tipe ultrabook.

Lalu di mana letak kekurangan yang saya sebut di awal tadi? Kekurangannya ada di sisi keyboard. Keyboard laptop ini, menurut saya, kurang sesuai dengan banderol harga laptopnya. Secara keseluruhan, keyboard chiclet yang ada di ROG Zephyrus G14 tidak terasa premium dan tergolong biasa saja.

Memang keyboard sudah tergolong NKRO (N-Key Rollover), yang artinya Anda bisa menekan tombol sebanyak apapun dan tetap masuk sebagai input. Tapi sayangnya feel yang diberikan ketika menekan tuts keyboard terbilang kurang enak, keras, dengan tingkat kedalaman penekanan yang terlalu dalam untuk sebuah keyboard chiclet. Backlit keyboard yang tersedia juga hanya ada warna putih. Tidak ada warna backlit RGB yang biasanya jadi salah satu nilai jual laptop gaming.

Review ROG Zephyrus G1400005
Penampakan keyboard laptop secara keseluruhan.
Review ROG Zephyrus G1400007
Tomboh tambahan untuk volume, mute mic, dan membuka aplikasi ROG.
Review ROG Zephyrus G1400018
Backlit laptop yang hanya memiliki warna putih saja.

Review ROG Zephyrus G1400019

Keyboard laptop tergolong cukup nyaman jika digunakan untuk mengetik. Tetapi pada saat saya menggunakannya untuk bermain game, saya merasa feel keyboard jadi tidak menyenangkan terutama saat memainkan game yang melibatkan input menahan satu tombol.

Contohnya ketika bermain VALORANT. Pergerakan saya kadang tersendat ketika sedang menahan tombol W untuk berjalan maju. Setelah saya tilik, penyebab gerakan saya tersendat adalah karena saya kurang dalam menekan tombol W. Selain itu saya juga merasa aneh dengan bentuk rancangan tombol spasi. Menurut selera saya, bentuk tombol spasi di keyboard tidak menambah estetika, juga tidak praktis karena area yang bisa ditekan sebenarnya tetap berbentuk persegi panjang.

Teknologi Anime Matrix tentu saja merupakan gimmick kosmetik yang berfungsi sebagai fitur tambahan untuk memperindah laptop. Fitur tersebut mungkin bisa dianggap norak bagi beberapa orang. Namun saya rasa Asus menyajikan fitur tersebut secara adil untuk semua orang. Kenapa? Karena fitur tersebut memungkinkan penggunanya memilih penampilan back cover menjadi apapun yang diinginkan sang pengguna.

Review ROG Zephyrus G1400001
Lampu Anime Matrix dalam kondisi lampu ruangan.
Review ROG Zephyrus G1400015
Lampu Anime Matrix pada kondisi cahaya luar ruangan. Karena laptop berwarna putih, lampu Anime Matrix jadi tidak mencolok saat digunakan di luar ruangan.

Apabila Anda penyuka gaya minimalis nan elegan, Anime Matrix bisa dimatikan untuk menunjukkan back cover dari ROG Zephyrus G14 yang pada dasarnya sudah tampan luar biasa. Apabila Anda ingin tampil beda, Anda bisa menampilkan animasi bergerak pada bagian LED Anime Matrix. Kalau Anda ingin tampil beda tapi masih sedikit malu-malu, Anda juga bisa menyertakan gambar statis di sana. Semua kustomisasi tersebut bisa Anda akses melalui aplikasi Armoury Crate.

Terakhir, bagian laptop yang saya rasa juga perlu mendapat sorotan adalah sisi audio. ROG Zephyrus G14 menyematkan dua buah speaker di sisi kiri dan kanan yang menghadap ke atas. Speaker juga sudah ditenagai oleh teknologi Dolby Atmos. Karena hal tersebut, suara yang dihasilkan oleh speaker ROG Zephyrus G14 tergolong di atas rata-rata. Suara yang dihasilkan cenderung memiliki karakteristik warm, dengan suara menggelegar layaknya menggunakan sebuah speaker khusus.

 

Jeroan ROG Zephyrus G14 – Performa, Suhu, dan Kemampuan Baterai

Berikutnya adalah soal performa. ROG Zephyrus G14 yang saya review dibekali jeroan berupa CPU AMD Ryzen 4800HS dan GPU Nvidia Geforce 1650Ti. Performanya menurut saya cukup unik. Walau beberapa percobaan mencatatkan min FPS yang cukup rendah, namun game masih tetap terasa mulus secara visual. Hal unik lainnya ada dari segi suhu. Berdasarkan dari aplikasi monitoring, suhu Zephyrus G14 cukup stabil dan cepat untuk adem kembali. Tapi saya merasa suhu panas yang dikeluarkan cukup terasa di tangan saat sedang menggunakan laptop. Sebelum membahas lebih lanjut, mari lihat dulu spesifikasi teknis ROG Zephyrus G14 GA401.

OS

  • Windows 10 Home – ASUS recommends Windows 10 Pro for business

CPU/GPU

  • AMD Ryzen™ 7 4800HS Processor 2.9 GHz (8M Cache, up to 4.2 GHz)
  • NVIDIA® GeForce® GTX 1650 Ti 4GB GDDR6

Display

  • 14-inch
  • FHD (1920 x 1080) 16:9
  • anti-glare display
  • sRGB: 100%
  • Adobe: 75.35%
  • Pantone Validated
  • Refresh Rate: 120Hz
  • IPS-level

Memori

  • 8GB DDR4 on board
  • Max Capacity: 24GB

Penyimpanan

  • 512GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD

Port I/O

  • 1x 3.5mm Combo Audio Jack
  • 1x HDMI 2.0b
  • 1x USB 3.2 Gen 2 Type-C support display / power delivery
  • 1x USB 3.2 Gen 2 Type-C
  • 2x USB 3.2 Gen 1 Type-A

Audio

  • Built-in array microphone
  • 2x 0.7W tweeter
  • 2x 2.5W speaker with Smart Amp Technology

Jaringan dan Komunikasi

  • Wi-Fi 6(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2;(*BT version may change with OS upgrades.)

Baterai

  • 76WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion
  • Suplai Daya: ø6.0, 180W AC Adapter, Output: 20V DC, 9A, 180W, Input: 100~240V AC, 50/60Hz universal TYPE-C, 65W AC Adapter, Output: 20V DC, 3.25A, 65W, Input: 100~240V AC 50/60Hz universal

Berat

  • 1.70 Kg (3.75 lbs)

Dimensi (L x D x T)

  • 32.4 x 22.0 x 1.99 ~ 1.99 cm (12.76″ x 8.66″ x 0.78″ ~ 0.78″)

Untuk gaming, saya menguji performa ROG Zephyrus G14 dengan dua jenis game seperti biasa. Ada game free to play dan game AAA. Untuk game free to play ada Dota 2 dan VALORANT. Sementara untuk game AAA ada Mafia: Definitve Edition dan World of Warcraft: Shadowlands.

Berhubung Dota 2 dan VALORANT tidak butuh spesifikasi hardware yang terlalu tinggi, maka saya mengharapkan laptop bisa menjalankan kedua game tersebut dengan lancar. Karena hal tersebut, saya juga mematok standar fps yang lebih tinggi. Untuk review ini, saya mematok 120 fps sebagai target mengingat display laptop yang memiliki refresh rate 120Hz.

Sayangnya Zephyrus G14 tidak berhasil mencapai target tersebut, walau catatan fps yang didapatkan terbilang tidak terlalu jauh dari target. Dengan menggunakan pengaturan rata kanan, Dota 2 mencapai rata-rata sebesar 92 fps. Memang tidak mencapai target, tapi saya masih merasa pergerakannya mulus di mata.

VALORANT berhasil mencapai target tersebut. Dengan preset grafis rata kanan, VALORANT mencatatkan rata-rata sebesar 125 fps. Saya cukup puas dengan performa laptop ini saat memainkan game free to play. Game tetap responsif serta punya aspek visual yang baik karena memberi catatan fps yang tinggi di pengaturan rata kanan. Catatan fps lebih lengkap bisa Anda lihat pada grafik di bawah ini.

Review ROG Zephyrus G14 Dota 2 Review ROG Zephyrus G14 VALORANT

Sayangnya ROG Zephyrus G14 mungkin masih belum bisa memuaskan kaum PC Master Race yang hobi bermain game AAA. Saya juga kurang puas dengan performanya saat menjalankan game AAA mengingat harga yang dipatok oleh laptop ini.

ROG Zephyrus G14 hanya bisa mencapai kisaran 40+ fps saja untuk titel AAA yang saya uji. World of Warcraft: Shadowlands mencatatkan fps rata-rata yang lumayan, yaitu 58 fps pada preset pengaturan grafis rata kanan. Namun ROG Zephyrus G14 sempat mencatatkan minimum framerate sebesar 21 fps dalam skenario open world, terutama di area Bastion yang memang cenderung intensif secara grafis.

ROG Zephyrus G14 juga cukup ngos-ngosan saat menjalankan Mafia: Definitive Edition. Pengujian saya lakukan pada adegan awal game yang berupa kejar-kejaran menggunakan mobil taksi. Dari pengujian tersebut, ROG Zephyrus mencatatkan rata-rata 40 fps pada preset pengaturan grafis High (rata kanan). Fps berangsur meningkat menjadi rata-rata 43 fps pada pengaturan Medium, sampai akhirnya menjadi rata-rata 60 fps pas pada pengaturan Mow.

Review ROG Zephyrus G14 Mafia Review ROG Zephyrus G14 Warcraft

Tetapi angka hanyalah angka. Sepanjang saya menguji kemampuan laptop dengan game-game tersebut, saya merasakan pengalaman bermain yang flawless. Walaupun ada catatan penurunan fps yang cukup jauh, game masih berjalan dengan stabil tanpa ada stutter yang benar-benar terasa. Pokoknya animasi game terasa mulus di mata sepanjang saya melakukan pengujian.

Beralih ke performa suhu, ROG Zephyrus punya kemampuan thermal yang cukup unik seperti apa yang saya tulis di awal sub-bagian ini. Catatan angka suhu CPU dan GPU masing-masing stabil di kisaran 90+ dan 70+ derajat celsius. Untuk catatan suhu secara lebih lengkap, Anda bisa melihat grafis di bawah ini yang menunjukkan suhu pada saat menjalankan pengujian pada  game yang saya sebut di atas.

Catatan suhu yang dibukukan memang bukan yang terbaik, tapi setidaknya suhu tidak menyentuh angka 100 derajat celsius. Ditambah lagi panas laptop juga bisa reda dengan cepat seperti yang Anda lihat pada histogram di atas. Dengan suhu seperti demikan, kekurangan dari laptop ini adalah rasa panas yang ternyata terasa sampai ke tangan ketika sedang mengoperasikan laptop. Karena itu bermain game berlama-lama di ROG Zephyrus G14 kadang menimbulkan rasa tidak nyaman.

Rancangan arah pembuangan udara panas laptop yang mungkin jadi biang kerok masalah tersebut. Pembuangan udara panas di belakang laptop terbagi jadi dua bagian, satu bagian mengarah ke atas, satu bagian mengarah ke bawah. Bagian yang mengarah ke atas bisa dikatakan sebagai sumber suhu panas yang membuat area keyboard jadi agak tidak nyaman saat digunakan dalam durasi lama. Selain itu Anda juga harus hati-hati, jangan sampai menyentuh bagian tersebut karena suhunya yang sangat panas.

Arah pembuangan udara panas yang mengarah ke atas. Dekat dengan monitor dan keyboard.
Arah pembuangan udara panas yang mengarah ke atas. Dekat dengan monitor dan keyboard.

Dari segi benchmarking, hasil skor 3DMark terpaut 2 ribu lebih jika dibandingkan dengan MSI Bravo 15 yang memiliki CPU sama, namun menggunakan GPU RX5500M. Apabila Anda penasaran, Anda mungkin bisa lihat sendiri pada tabel urutan kemampuan GPU dalam menjalankan 3DMark. Untuk hasil benchmark lebih lengkap, Anda bisa lihat rangkaian tangkapan gambar di bawah ini.

Terakhir adalah soal performa baterai. Untuk pengujiannya saya memutar video HD 1080p secara looping mulai dari baterai penuh hingga mati. Berdasarkan dari perkiraan sistem Windows 10, baterai laptop akan habis setelah 5 jam 15 menit. Ternyata perkiraan dari sistem Windows tidak jauh beda dengan kondisi sesungguhnya.

Catatan ketahanan baterai laptop ROG Zephyrus G14.
Catatan ketahanan baterai laptop ROG Zephyrus G14.

Pengujian dilakukan mulai pukul 17:35 dan laptop akhirnya mati pada pukul 22:44 (sekitar 5 jam 9 menit). Setelahnya saya memulai menguji kecepatan charging dari laptop. Sistem Windows 10 memperkirakan laptop akan terisi penuh dalam durasi 1 jam 26 menit. Pada kondisi sesungguhnya, saya memulai charging pada pukul 22:55 dan laptop ternyata selesai melakukan charging dari 0-80% (angka charging baterai optimal) pada pukul 00:00 (sekitar 1 jam 5 menit).

 

Kesimpulan

Dengan harga Rp23.999.000, ROG Zephyrus G14 GA401 bisa dibilang kurang worth it kalau kita hanya bicara performa saja. Lihat saja hasil pengujiannya. Performa ROG Zephyrus G14 GA401 sebenarnya juga bisa kita dapatkan pada laptop lainnya yang punya harga lebih murah.

Meski begitu ROG Zephyrus G14 GA401 punya nilai tambah yang cukup solid apabila kita ingin membicarakan laptop tersebut sebagai sebuah produk secara keseluruhan.

Build quality mantap, ukuran ringkas dengan performa bertenaga, performa thermal yang mampu mendinginkan laptop dengan cukup cepat, kualitas speaker yang luar biasa, dan tentunya teknologi Anime Matrix sebagai gimmick gemas menyenangkan menjadi poin-poin tambahan yang bisa Anda dapatkan dari laptop ini.

Jadi saya rasa apabila Anda sedang mencari laptop gaming yang berukuran ringkas dan punya penampilan ciamik, Zephyrus G14 bisa menjadi salah satu pilihannya.

[Review] Realme 7 Pro: Kencang dalam Kinerja dan Pengisian Baterai

Realme saat ini sudah masuk ke dalam lima besar perangkat Android yang paling laku di Indonesia. Anak perusahaan dari BBK yang berasal dari Tiongkok ini juga menjual perangkatnya dengan harga yang cukup terjangkau. Namun kali ini, mereka sepertinya mulai bermain dalam kelas yang lebih tinggi lagi. Hal tersebut terlihat dari perangkat yang mereka luncurkan, realme 7 Pro.

Realme 7 Pro diluncurkan pada tahun yang sama dengan realme 7. Perbedaan antara keduanya, selain dari sisi harga, adalah penggunaan SoC-nya. Jika realme 7 menggunakan Mediatek Helio, maka realme 7 Pro menggunakan SoC Qualcomm Snapdragon 720G. Seperti yang diketahui, Snapdragon 720G sendiri masih merupakan seri 700 dengan dukungan LTE yang paling kencang saat ini.

Realme 7 Pro

Jika pada realme 7 yang dikedepankan adalah layarnya yang mendukung refresh rate 90 Hz, beda dengan versi Pro-nya. Realme 7 Pro mendukung pengisian daya 65 watt dengan nama SuperDart. Hal ini dapat dicapai karena realme 7 Pro menggunakan dua buah baterai dengan kapasitas 2250 mAh sehingga dapat terisi secara bersamaan.

Untuk spesifikasi dari realme 7 Pro adalah sebagai berikut

Realme 7 Pro Realme 7
SoC Qualcomm Snapdragon 720G Mediatek Helio G95
CPU 2×2.3 GHz Kryo 465 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 465 Silver 2×2.05 GHz Cortex-A76 + 6×2.0 GHz Cortex-A55
GPU Adreno 618 Mali-G76 MC4 900MHz
RAM 8 GB  8 GB
Internal 128 GB  128 GB
Layar Super AMOLED 6,4 inci 2400×1080 60Hz Gorilla Glass 3  IPS 6,5 inci 2400×1080 90Hz Gorilla Glass 3
Dimensi 160.9 x 74.3 x 8.7 mm 162.3 x 75.4 x 9.4 mm
Bobot 182 gram 196.5 gram
Baterai 4500 mAh 5000 mAh
Kamera utama / depan 16 MP atau 64 MP,  8 MP UltraWide, 2 MP Macro, 2 MP B/W / 32 MP 16 MP atau 64 MP,  8 MP UltraWide, 2 MP Makro, 2 MP B/W / 16 MP
OS Android 10 dengan Realme UI  Android 10 dengan Realme UI

Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Realme mengatakan bahwa perangkat yang satu ini memiliki pangsa pasar para pelajar. Hal ini dikarenakan selain memiliki kinerja yang mumpuni, baterai yang dimiliki juga tahan lama dan cepat terisi. Kombinasi ini memungkinkan mereka untuk mengikuti proses belajar di kelas online dengan cukup lama dan ketika dibutuhkan. Tentu saja, mereka yang sudah memiliki pekerjaan juga bisa mengambil keuntungan dari feature yang dimiliki realme 7 Pro.

Unboxing

Perlengkapan inilah yang ada pada paket penjualan dari realme 7 Pro

Realme 7 Pro - Unboxing

Desain

Realme 7 Pro memiliki desain yang sangat mirip dengan realme 7. Bagian belakangnya sama-sama menggunakan desain bernama AG Split yang terinspirasi dari kaca. Untuk versi Pro-nya ini, realme mendesainnya dengan motif matte. Akan tetapi, tetap saja bagian belakangnya ini ramah terhadap sidik jari.

Pada bagian depan, desainnya masih sama dengan realme 7 dan 6. Sebuah punch hole ada pada bagian kiri yang merupakan kamera depan dari smartphone ini. Jadi jika Anda menjejerkan bagian depan dari realme 7, 7 Pro, dan 6, saya cukup yakin akan sulit membedakan satu dengan yang lainnya.

Realme 7 Pro - Kiri

Resolusi yang dimiliki oleh realme 7 Pro juga ada pada 2400×1080 dan menggunakan teknologi SuperAMOLED. Sayangnya, layar yang satu ini hanya mendukung refresh rate 60 Hz saja di mana versi non pro-nya bisa digunakan hingga 90 Hz. Layar ini juga masih dilindungi dengan Gorilla Glass 3. Di bawah layarnya sudah tersedia sebuah pembaca sidik jari.

Pada sisi sebelah kiri akan ditemukan tombol volume naik dan turun serta slot nano SIM dengan microSD. Pada sisi kanannya terdapat sebuah tombol power. Untuk bagian bawahnya, ditemukan port audio 3,5 mm, microphoneslot USB-C, dan speaker. Dan di bagian belakang akan ditemukan empat kamera dan sebuah LED flash yang tergabung pada satu kotak di bagian kiri atas.

Realme 7 Pro - Kanan

Sensor sidik jari yang berada di bawah layar dari realme 7 Pro juga dapat mendeteksi dengan cepat. Entah apakah saya belom menggunakannya cukup lama atau bagaimana, tetapi dari 20 kali percobaan tidak satu pun kegagalan yang ditemukan. Hal ini tentu saja membuat penggunaan smartphone realme 7 Pro menjadi lebih nyaman.

NFC juga sudah hadir pada realme 7 Pro dan dengan mudah mendeteksi kartu uang elektronik yang saya miliki. Mengisi ulang uang elektronik melalui beberapa aplikasi juga cukup mudah dilakukan dengan perangkat ini. Jadi, kita tidak lagi harus secara khusus datang ke ATM hanya untuk mengisi ulang kartu uang elektronik.

Realme 7 Pro - Bawah

Mendengarkan musik pada perangkat ini memang akan memiliki pengalaman yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan pada realme 7 Pro sudah memiliki Dolby Atmos. Suara yang ada menjadi lebih detail terdengar serta mempertajam bagian bass dan mid juga. Anda juga bisa membuat profile suara tersendiri pada equalizer-nya.

Realme 7 Pro masih menggunakan antar muka realme UI versi pertama dengan basis sistem operasi Android 10. Pengalamannya sendiri sama seperti perangkat realme lainnya di mana sangat responsif dan mudah digunakan. Realme UI juga menghadirkan app drawer yang terdiri dari kumpulan aplikasi yang terinstal didalam perangkat ini.

Jaringan LTE dan WiFi

Dengan menggunakan Snapdragon 720G, juga berarti bahwa perangkat ini mendukung jaringan 4G LTE. Pada realme 7 pro, band yang didukung sama seperti realme 6 yaitu pada band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Modem yang ada pada Snapdragon 720G adalah X15 memiliki kelas LTE Cat 15 yang mendukung 3 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 800 Mbps.

Untuk urusan WiFi, realme 7 Pro sudah mendukung 802.11ac. Teknologi tersebut saat ini sudah dikenal dengan nama WiFi 5. Dengan standar ini, mengartikan pula bahwa realme 7 Pro sudah bisa menggunakan WiFi pada band 5 GHz yang lebih kencang.

Kamera: Sony IMX 682 yang berkelas

Realme selama ini selalu saja menggunakan sensor buatan Samsung, yaitu ISOCELL. Namun, realme seri 7 kembali membawa sensor Sony yang sudah lama tidak digunakan, yaitu semenjak realme X. Untuk realme 7 Pro menggunakan IMX 682 yang bisa mengambil gambar hingga 64 MP.

Hasil foto yang dihasilkan oleh kamera utamanya memang tidak mengecewakan. Detail yang didapat cukup baik serta memiliki tingkat noise yang cukup rendah. Namun pada beberapa obyek, warna yang ditangkap tidak terlalu akurat. Seperti pada contoh gambar apel dan tomat yang saya ambil di bawah ini.

Hasil foto yang diambil melalui kamera wide juga mirip dengan kamera utamanya. Gambarnya cukup bagus, namun dapat terlihat noise pada bagian gelap. Warnanya juga kurang akurat pada beberapa obyek sehingga tidak sama dengan aslinya.

Kamera Makro yang dimiliki oleh realme 7 Pro hanya 2 MP. Tentunya hal ini akan menghasilkan kualitas yang sama dengan realme 7. Hasilnya memang cukup baik pada kondisi tertentu, namun saya masih lebih menyukai hasil kamera utama dengan cropping yang lebih tajam.

Realme 7 Pro - Hasil Kamera Makro 01

Kamera selfie-nya memang memiliki resolusi yang tinggi, yaitu 32 MP. Namun, hasilnya tidak terlalu tajam. Hal tersebut bisa dilihat pada bagian rambut dan bulu yang tertangkap akan menjadi buram.

Pengujian

Jika berbicara tentang Snapdragon 720G, tentu saja tidak akan terlepas dengan Snapdragon 730G dan 732G. Nyatanya, walaupun berseri di bawah 730G dan 732G, kinerja 720G masih bisa mengungguli keduanya. Hal inilah yang memuat realme 7 Pro menjadi kencang.

Snapdragon 720G sendiri menggunakan dua core kencang Kryo 465 Gold dengan kecepatan 2.3 GHz. Enam inti prosesor lainnya bernama Kryo 465 Silver yang merupakan turunan dari Cortex A55 dengan kecepatan 1,8 GHz dan menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Adreno 618 yang sama digunakan pada Snapdragon 730G.

Untuk bekerja

Sehari-hari, menggunakan Trello dan Slack serta Gmail memang tidak terlepas dari kehidupan pekerjaan saya. Pada saat berkomunikasi dengan rekan dan saudara setiap hari, Whatsapp dan Facebook sudah menjadi aplikasi yang tidak luput dari penggunaan. Browsing pun juga menggunakan Google Chrome yang saat ini masih dikenal dengan haus akan daya dari sebuah smartphone.

Semua saya coba dengan menggunakan realme 7 Pro. Dengan Snapdragon 720G serta RAM 8 GB, saya tidak menemukan adanya lag. Mencoba menggunakan CMS dari Dailysocial sendiri juga bisa berjalan cukup lancar. Sebagai catatan, artikel ini sebagian saya tulis dengan menggunakan Chrome pada realme 7 Pro.

Mengambil video untuk tugas anak saya juga sangat nyaman dengan realme 7 Pro. Apalagi saat transcoding video, kinerjanya cukup baik dan sangat lancar untuk memperkecil kapasitas video yang akan dikirim ke para pengajar. Saya juga mencoba mengedit video untuk tugas dan terasa cukup responsif.

Syntethic Bench

Pada pengujian kali ini, saya akan menghadirkan Snapdragon 730G serta Helio G95T pada realme 7. Hal ini untuk mengetahui seberapa baik kinerja dari Snapdragon 720G yang digunakan pada realme 7 Pro. Berikut adalah hasilnya

Dengan hasil seperti ini, realme 7 Pro cocok digunakan untuk berbagai kegiatan. Tidak hanya pelajar saja yang bisa diuntungkan, namun para pegiat bisnis dan UMKM juga bisa memakainya dalam pekerjaan sehari-hari. Semua aplikasi bisa dijalankan dengan cukup mulus pada SoC Snapdragon 720G.

Uji baterai 4500 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan realme 7 Pro yang memiliki kapasitas sebesar 4500 mAh. Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, realme 7 Pro bisa bertahan hingga 17 jam 55 menit. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.  Pengisian baterainya sendiri akan memakan waktu kurang lebih dua jam.

Dengan menggunakan pengisian baterai 65 watt, realme 7 Pro tentu saja menjadi primadona. SuperDart menjanjikan 34 menit untuk mengisi baterai dari 0 hingga 100%. Namun pengujian saya hanya terpaut 3 menit saja karena waktu yang didapat adalah 37 menit dari 0 hingga 100%. Cepat bukan?

Verdict

Realme sekali lagi mengeluarkan sebuah smartphone yang memiliki fitur lengkap untuk kelas mainstream. Dengan realme 7 Pro yang memiliki berbagai fitur kelas atas membuatnya menjadi perangkat yang lengkap yang bisa digunakan oleh berbagai kalangan. Hal tersebut lah yang membuatnya menjadi menarik.

Realme 7 Pro - Belakang

Kinerja yang disokong oleh Snapdragon 720G memang membuahkan hasil yang kencang. Dengan hasil yang ada, bermain game, melakukan editing, hingga menggunakannya untuk bekerja menjadi lebih nyaman dan gegas. Baterai yang digunakan juga membuatnya menjadi lebih baik karena bertahan lama dan dapat diisi dengan cepat.

Perangkat ini juga memiliki kamera yang menghasilkan gambar yang bagus. Oleh karenanya, pengambilan gambar untuk keperluan hiburan dan juga pekerjaan bisa didapat dengan baik. Namun, ada baiknya untuk menghindari pengambilan gambar dengan kamera makro karena hasilnya tidak tajam.

Realme 7 Pro dijual dengan harga Rp. 4.999.000. Harga ini memang terpaut cukup jauh dengan versi non Pro-nya yang menggunakan Mediatek. Oleh karena itu, konsumen dihadapkan oleh pilihan yang cukup sulit. Bagi yang menginginkan perangkat dengan layar Super AMOLED serta pengisian baterai yang cepat, realme 7 Pro memang cocok untuk dipilih.

Sparks

  • Pengisian baterai yang cepat, hanya 37 menit penuh
  • Daya tahan baterai yang bisa hingga 18 jam
  • Kinerja tinggi dengan Snapdragon 720G
  • Hasil kamera yang bagus
  • Layar Super AMOLED yang memberikan warna lebih baik
  • Responsif
  • Ada NFC

Slacks

  • Layar masih 60 Hz
  • Harga yang diberikan cukup mahal
  • Kinerjanya masih di bawah realme 7

[Review] Xiaomi Mi 10T Pro: Flagship Murah yang Kencang dengan Kamera Menonjol

Pada akhir tahun 2020 yang lalu, Xiaomi sempat meluncurkan dua buah smartphone terbarunya, yaitu Mi 10T dan Mi 10T Pro. Kedua perangkat ini merupakan produk flagship dari Xiaomi dengan kelas di bawah dari Mi 10 yang sudah terlebih dahulu diluncurkan. Dan tidak seperti pendahulunya, Mi 9T Pro yang merupakan rebrand dari Redmi K20 Pro, Mi 10T Pro benar-benar merupakan produk baru yang diciptakan oleh Xiaomi.

Mungkin, Mi 10T Pro merupakan jawaban dari Xiaomi atas pertanyaan: “Xiaomi kok mahal?”. Lini Mi sendiri merupakan versi premium dari Xiaomi dan Redmi merupakan seri value. Xiaomi membuat seri Mi menjadi yang paling mahal dengan menyajikan teknologi-teknologi terbaru. Sedangkan dengan label T, Xiaomi hanya mengambil bagian kamera, desain, dan SoC yang kencang.

Xiaomi Mi 10T Pro

Xiaomi melabel Mi 10T Pro dengan harga Rp. 6.999.000. Dengan harga ini, Xiaomi sendiri menurunkan harga Poco F2 Pro ke rentang yang sama. Kedua perangkat ini memiliki spesifikasi yang mirip. Namun, Mi 10T Pro tidak dilengkapi dengan kamera depan mekanik.

Untuk spesifikasi dari Mi 10T Pro yang saya dapatkan, bisa dilihat pada tabel berikut ini

Xiaomi Mi 10T Pro
SoC Snapdragon 865
CPU 1×2.84 GHz Kryo 585 Prime + 3×2.42 GHz Kryo 585 Gold + 4×1.80 GHz Kryo 585 Silver
GPU Adreno 650
RAM 8 GB
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,67 inci DotDisplay IPS 2340 x 1080 144 Hz Gorilla Glass 5
Dimensi 165.1 x 76.4 x 9.33 mm
Bobot 218 gram
Baterai 5000 mAh
Kamera 108 MP / 27 MP utama, 13 MP Ultrawide, 5 MP Macro, 20 MP Selfie
OS Android 10 MIUI 12

Hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Jika dilihat, dimensi dari Mi 10T Pro lebih besar dibandingkan dengan Mi 10. Bobotnya juga sedikit lebih berat dari versi lebih mahalnya tersebut. Namun yang patut diapresiasi adalah Mi 10T Pro memiliki dua slot nano SIM dibandingkan Mi 10 yang hanya 1 slot saja (secara resmi). Menurut saya, hal tersebut merupakan kekurangan terbesar dari Mi 10 (walau secara tidak resmi bisa dibuka slot keduanya).

Unboxing

Xiaomi Mi 10T Pro - Unbox

Desain

Secara desain keseluruhan, bentuk dari Mi 10T Pro memang berbeda dari para saudaranya. Jika pada keluarga lainnya memiliki lekukan di bagian depan dan belakang, Mi 10T Pro tidak. Namun, Mi 10T Pro juga menggunakan Gorilla Glass 5 pada bagian depan dan belakangnya. Bagian belakangnya pun juga memiliki efek kaca yang juga ramah terhadap sidik jari.

Xiaomi Mi 10T Pro - Back

Jika Mi 10 memiliki layar resolusi 2340 x 1080 dengan teknologi Super AMOLED, Mi 10T Pro menggunakan teknologi IPS. Layar IPS yang digunakan pada Mi 10T Pro sudah mendukung refresh rate hingga 144 Hz yang malah lebih baik dari Mi 10. Hal ini pula yang membuat sidik jari dari Mi 10T Pro tidak ditaruh di bawah layar.

Desain bagian depan dari Mi 10T Pro masih menggunakan desain Dot Display. Hal ini berarti akan ditemukan sebuah lubang pada bagian kiri atas layar yang merupakan sebuah kamera untuk selfie. Desain seperti ini juga tidak memboroskan layar, karena di sekitar lubang kamera tersebut layarnya masih memberikan tampilan dan dapat disentuh. Hal ini tentu berbeda dengan model poni yang bagian di sekitarnya tidak menampilkan gambar.

Xiaomi Mi 10T Pro - Bawah

Desain pada bagian belakangnya juga berbeda dengan perangkat-perangkat Xiaomi lainnya. Ada tiga buah kamera pada bagian belakangnya dengan sebuah flash yang didesain pada sebuah kotak. Kamera 108 MP tentu saja menempati lingkaran yang paling besar. NFC tentu saja juga hadir dan bisa diakses pada bagian belakangnya.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, serta slot nano SIM (dua slot, depan belakang). Dan sama seperti Mi 10, speaker-nya akan tertutup pada saat pengguna sedang bermain sehingga posisinya harus dibalik.

Xiaomi Mi 10T Pro - Kanan dan Atas

Kali ini Mi 10T Pro datang dengan MIUI 12, namun masih menggunakan sistem operasi Android 10. Menggunakan antar muka terbaru ini di atas Snapdragon 865, tentu saja tidak akan terasa adanya lag. Xiaomi pun sudah menjanjikan bahwa Mi 10T Pro bakal bisa ditingkatkan versi sistem operasinya ke Android 11. Jadi, tunggu saja.

Jaringan

Xiaomi Mi 10T Pro menggunakan SoC kencang untuk sebuah perangkat Android, yaitu Snapdragon 865. Penggunaan modem X55 tentu saja membuat kanal LTE yang ada terbuka untuk digunakan. Mi 10T Pro sendiri tidak dikunci jaringan 5G-nya, sehingga bisa digunakan pada negara yang sudah menggelarnya.

Xiaomi Mi 10T Pro - with backcase

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 32, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Tentunya, kanal jaringan ini sudah mendukung semua yang ada di Indonesia. Untuk jaringan 5G, kanal yang didukung adalah 1, 3, 7, 8, 20, 28, 38, 41, 77, dan 78 NSA. Untuk jaringan WiFi, Mi 10T Pro tentunya sudah mendukung standar terbaru WiFi 6 atau 802.11ax.

Kamera: 27 MP yang cukup memukau

Xiaomi akhirnya memutuskan untuk kembali menghadirkan sensor Samsung ISOCELL HMX pada perangkat Mi 10T Pro. Hal ini yang membedakannya dengan Mi 10T (non pro) yang menggunakan Sony IMX 682 dengan resolusi 64 MP. Hal ini membuat Mi 10T Pro menjadi perangkat ketiga yang menggunakan sensor 108 MP tersebut.

Xiaomi Mi 10T Pro - Kamera

Dengan sensor 108 MP, Isocell HMX menggunakan teknologi Tetracell yang memakai empat piksel sebesar 0,8 um menjadi sebuah piksel berukuran 1,6 um. Hal ini tentu saja membuat resolusinya menjadi sekitar 27 MP (108:4). Dengan menggabungkan piksel tersebut, tentu saja akan menghasilkan gambar yang lebih baik.

Resolusi 27 MP masih akan menghasilkan sebuah file gambar yang besar. Satu file JPG yang dihasilkan bisa berukuran hingga 13 MB. Untuk menanggulanginya, Xiaomi sudah menghadirkan format HEIC yang bisa memperkecil file tersebut hingga 80% dengan kualitas yang sama persis. Namun, tidak semua perangkat bisa mengolah file HEIC yang masih tergolong baru ini.

Desain kamera pada Mi 10T Pro memang sedikit mengganggu. Kameranya yang menonjol bakal kerap tergores pada saat ditaruh di meja. Walaupun menggunakan Gorilla Glass 5, saya sangat menyarankan untuk melapisi bagian kamera dengan lapisan anti gores supaya terhindar dari hasil yang buruk saat tergores.

Hasil kamera utama dengan resolusi 27 MP memang cukup baik. Detail yang diambil dapat terlihat dengan baik. Warna yang tertangkap juga terlihat natural dan mirip dengan aslinya. Namun, beberapa kali kameranya menghasilkan noise pada bagian-bagian yang gelap.

Pengambilan gambar zoom, yang ditawarkan pada Mi 10T Pro merupakan pengolahan dengan software. Sayangnya, gambar yang ada merupakan hasil crop dari gambar aslinya dan diperbesar kembali ke sekitar 25 MP. Detail yang tertangkap tentu saja menjadi tidak tajam. Gunakan fitur ini jika benar-benar memerlukannya.

Untuk kamera wide memiliki resolusi 13 MP yang ternyata menghasilkan gambar yang cukup baik. Bahkan, warnanya dapat tertangkap dengan cukup baik dan tidak memudar. Hasilnya bisa diandalkan saat memerlukan pengambilan gambar dengan sudut yang lebih lebar.

Kamera makro yang tersedia pada smartphone ini memiliki resolusi 5 MP. Hasilnya cukup baik dan bisa mengambil beberapa detail dengan cukup baik. Hasilnya terasa sangat berbeda dengan perangkat yang memiliki kamera 2 MP untuk makro.

Kamera selfie dari perangkat ini memiliki resolusi 20 MP. Sama seperti kamera utamanya, teknologi pengambilan gambarnya juga menggunakan teknologi Tetracell. Pada saat kondisi cahaya yang kurang, memang hasilnya kurang memuaskan. Akan tetapi pada saat kondisi cahaya cukup, hasilnya cukup baik.

Untuk Anda yang bergerak di bidang UMKM, kamera pada perangkat yang satu ini tentu bisa membantuk mengambil foto produk yang bagus. Apalagi, detail gambar dari sebuah produk harus disajikan agar terlihat lebih menarik. Sepertinya, tiga kamera yang digunakan oleh Xiaomi pada Mi 10T Pro bisa memenuhi kebutuhan pengambilan gambar produk tersebut.

Pengujian

Menggunakan cip Qualcomm Snapdragon 865 memang membuat Mi 10T Pro sebagai salah satu smartphone kencang di tahun 2020 dan awal 2021. Menggunakan prosesor Kryo 585 Prime dan Gold yang berbasis Cortex A77 membuatnya lebih kencang saat membutuhkan processing power yang tinggi. Sedangkan Kryo 585 Silver yang masih berbasis Cortex A55 akan digunakan saat bernavigasi sehingga lebih hemat daya.

Menguji untuk bermain

Menggunakan Mi 10T Pro untuk bermain memang sangat memuaskan. Satu kekurangan yang saya alami hanyalah speaker-nya yang tertutup sehingga saya harus membalik posisinya. Hal kedua adalah game-game yang didukung oleh perangkat yang satu ini.

Pada saat saya menguji ASUS ROG Phone 3, saya menemukan bahwa game Real Racing 3 bisa berjalan pada 144 Hz / 144 fps. Sayangnya, saat diuji pada Mi 10T Pro, game tersebut hanya mau berjalan di 60 fps saja. Cukup menyebalkan memang. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa tidak ada game yang bisa berjalan di 144 fps.

Xiaomi Mi 10T Pro - UFOTest

Saya menemukan dua game yang bisa berjalan dengan baik di 144 fps, yaitu Lara Croft Go dan VainGlory. Keduanya bisa berjalan dengan baik di frame rate tinggi. Saya juga mencoba PUBG Mobile, COD Mobile, LifeAfter, serta Genshin Impact dan keempatnya hanya bisa berjalan di 60 fps. Sepertinya Xiaomi memang harus bekerja sama dengan para vendor game agar bisa mencapai frame rate yang tinggi.

Saat menggunakan LifeAfter dan Genshin Impact pada setting tertinggi dan frame rate 60 fps, Mi 10T Pro akan mengeluarkan panas yang cukup mengganggu. CPU-Z mencatat angka 47.8 derajat celcius pada perangkat ini. Oleh karena itu, saya cukup menyarankan penggunaan back case bawaan jika ingin bermain lebih nyaman.

Berikut adalah game yang berhasil jalan pada 144 Hz, yaitu VainGlory dan Lara Croft Go. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Untuk bekerja

Pekerjaan saya tidak pernah terlepas dari Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome. Dengan menggunakan Snapdragon 865, tentu saja tidak ditemukan adanya masalah yang berarti. Saya bisa menggunakan aplikasi-aplikasi pendukung pekerjaan dengan baik tanpa lag. Bahkan, bekerja dengan menggunakan CMS yang digunakan oleh DailySocial juga lebih mudah, walaupun saya harus menggunakan bluetooth keyboard untuk mengetik.

Kebutuhan sekolah anak saat School From Home juga membutuhkan transcoding video. Hal tersebut dikarenakan anak TK dan SD saat ini diharuskan membuat tugas berbentuk video yang memiliki durasi panjang namun file yang ada harus berkapasitas kecil. Dengan Snapdragon 865 yang ada pada perangkat ini membuat hasil render video tersebut menjadi cepat.

Benchmarking

Untuk benchmarking, saya menghadirkan cip Snapdragon 865+, 855+, serta 732G. Hal tersebut tentunya untuk mengetahui seberapa kencang Mi 10T Pro dibandingkan dengan rata-rata smartphone yang menggunakan ketiga cip pembanding tersebut.

Hasil di atas sejalan dengan pengujian yang saya lakukan untuk bekerja dan bermain game. Intinya adalah Anda tidak akan merasakan kinerja yang lambat saat menggunakan perangkat Snapdragon 865.

Uji baterai 5000 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan Mi 10T Pro yang memiliki kapasitas sebesar 5000 mAh. Untungnya, perangkat ini menggunakan SoC yang kencang serta layar 144 Hz sehingga waktu pengujiannya terpotong sedikit.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Mi 10T Pro bisa bertahan hingga 16 jam 55 menit pada mode 144 Hz. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.  Pengisian baterainya sendiri akan memakan waktu kurang lebih dua jam.

Verdict

Bukan Xiaomi namanya jika tidak menawarkan perangkatnya dengan harga yang terjangkau. Hal ini akan membuat mereka yang memiliki dana pas-pasan bisa merasakan sebuah perangkat flagship yang lengkap. Hal tersebut dituangkan oleh Xiaomi pada perangkatnya yang bernama Xiaomi Mi 10T Pro.

Dengan Mi 10T Pro, Xiaomi menawarkan sebuah smartphone Android yang memiliki kinerja tinggi. Selain itu, layar 144 Hz yang masih jarang digunakan juga bisa langsung dimiliki. Hal tersebut tentu menambah kenyamanan dalam penggunaannya. Baterai yang dimiliki juga mampu bertahan hingga seharian.

Kamera yang ada pada smartphone ini merupakan salah satu nilai jual dan juga kekurangannya. Hasil kamera yang tersedia memang bagus dan bisa diandalkan, namun desainnya yang cukup menonjol membuatnya bakal tergores jika ditaruh pada meja. Hal tersebut pun tidak bisa ditanggulangi dengan menggunakan back case bawaannya. Jadi, pengguna harus membeli back case yang bisa membuat kameranya sejajar.

Mi 10T Pro dijual dengan harga Rp. 6.999.000 dan hanya memiliki 1 varian saja. Melihat dari feature yang dibawa, kinerja yang dihasilkan, serta kamera yang dimilikinya, membuat harga tersebut menjadi lebih terjangkau. Jika Anda ingin memiliki sebuah smartphone flagship namun hanya punya dana terbatas, Mi 10T Pro bisa menjadi pilihan teratas.

Sparks

  • Kencang dengan Snapdragon 865
  • Hasil kamera bagus
  • Layar 144 Hz
  • Speaker stereo
  • Dukungan 5G
  • Daya tahan baterai baik

Slacks

  • Kamera menonjol, cukup rentan terhadap goresan
  • Belum memiliki rating IP
  • Tanpa port Audio 3.5 mm

Samsung Galaxy A02s, Smartphone Entry Level dengan Pengalaman Khas Samsung

Berbicara tentang smartphone, tidak bisa tidak membicarakan perangkat mid dan low end. Memang berbagai teknologi terbaru bisa kita lihat di flagship atau bahkan concept smartphone, yang adalah baik. Tetapi ketika bicara tentang konsumen, daya beli adalah salah satu problem yang selalu akan muncul ketika memilih perangkat.

Perang besar smartphone bisa jadi ada di segmen mid range dan flagship killer. Banyak brand yang berlomba2 untuk menghadirkan harga terjangkau dengan spek flagship alias tertinggi. Tetapi ada pula yang tetap fokus di entry level dan menghadirkan perangkat Android untuk batu loncatan, perangkat pintar pertama. Samsung, yang dikenal sebagai all around brand dengan menyediakan jajarang perangkat dari berbagai range harga, kembali menyediakan ponsel entry level di seri A, yaitu Samsung Galaxy A20s.

Galaxy A02s

Galaxy A20s sejatinya adalah peningkatan kecil dari A20, huruf ‘s’ seperti seri A yang ada di pasaran adalah peningkatan kecil di banding seri sebelumnya. Galaxy A20s dijual dengan harga di bawah 2 juta rupiah, menjadikan perangkat ini memang diperuntukan bagi entry level user atau mereka yang mungkin butuh ponsel kedua/ketiga sebagai pelengkap.

Meski ini adalah perangkat kelas menengah tapi saya akan memulai pembahasan tentang A20s dari sisi desain. Perangkat ini memiliki layar cukup lebar untuk ukuran smartphone budget, 6.5 inci dengan Infinity U display untuk notch-nya menjadikan perangkat ini cukup lebar untuk menikmati konten, browsing atau akses media sosial.

Tampilan depan yang paling menonjol adalah ukuran layarnya yang luas. Untuk sisi display memang tidak istimewa hanya 720 x 1600 saja. Cukup untuk kegiatan hiburan atau sosial media standar yang tidak memerlukan tampilan wah dalam menikmati konten.

Tampilan belakang plastik, unit yang saya coba berwarna putih. Tampilan belakangnya ada akses sehingga tidak polos. Ada efek gradasi juga yang dibawa akses ini. Menarik, agak mirip beberapa seri A murah Samsung lainnya tetapi cukup.

Galaxy A02s

Galaxy A02s

Yang paling saya ingat dari ponsel ini adalah rasa genggam. Cukup menyenangkan baik bagian belakang atau depan. Bagian pinggir juga terasa cukup rapih. Layar dan body juga tampil enak ketika disentuh, bagian layar hampir rata dengan body belakang sehingga hampir tidak terasa tonjokan ketika menyentuh dari pinggir. Secara keseluruhan, meski ukurannya besar cukup enak untuk memegang perangkat, membolak-baliknya atau menggunakannya untuk keperluan sehari-hari.

Untuk kelengkapan button, semua tampil di bagian kanan (seperti seri S), bagian kiri ada slot kartu, dan bagian bawah ada jack audio, ruang usb type-c untuk mengisi daya dan area speaker.

Dari desain mari kita bahas spesifikasi unggulan dari perangkat ini. Yang pertama adalah prosesornya, menggunakan Snapdragon 450, meski bisa dibilang cukup tua umurnya namun dukungan 4GB RAM dan ROM 64GB cukup membantuku untuk performa. Galaxy A02s dijual dengan beberapa versi, unit yang saya coba 4GB/64GB, ada pula versi lain 3GB/32GB. Keduanya dijual dengan harga yang berbeda. 1.799 juta untuk RAM/ROM lebih kecil dan 1.999 juta untuk RAM/ROM lebih besar harga normal tidak diskon.

Dari sisi kamera perangkat ini menghadirkan 3 kamera yaitu kamera utama 13MP, depth dan macro camera masing-masing 2MP. Meski kamera macro agak kurang berguna di seri flagship tetapi untuk perangkat entry level ini akan jadi tambahan yang cukup membantu. Saya juga sempat mencoba foto mainan dari jarak dekat, dengan suasana ruang dibantu setup lampu sederhana, hasilnya cukup baik.

Galaxy A02s

Di aplikasi kamera juga sudah tersedia fitur Focus Live untuk hasil jepretan yang bisa diatur blur background objek. Fitur yang akan jadi tambahan menarik untuk kelas entry level. Untuk kamera depan ada 5MP, cukup untuk selfie atau video call.

Hasil foto A02s
Hasil foto A02s
Hasil foto Galaxy A02s

Galaxy A02s tidak memiliki fingerprint sensor, jadi untuk keamanan tambahan, selain sandi pola, Anda bisa menggunakan pengenalan wajah untuk membuka smartphone. Hasilnya tidak terlalu cepat jika dibanding ponsel menengah atau atas tetapi cukup bisa berfungsi dengan baik.

Pengalaman penggunaan yang saya lakukan untuk test di perangkat ini adalah untuk akses hiburan dan media sosial. Tidak buat game karena menurut saya ini perangkat entry level yang lebih cocok digunakan untuk kerja ringan dan hiburan standar, dengan arti lain, perangkat yang cukup cocok untuk penggunaan sehari-hari

Slot microSD bisa jadi salah satu kelebihan di perangkat ini untuk jadi pilihan pengguna, karena bisa menggunakan dua SIM (sesuai target market) dan mendukung sampai 1TB jika ingin upgrade dengan microSD card. Baterai yang dibawah perangkat juga cukup besar yaitu 5000mAh dan didukung pula dengan pengisian daya adaptive fast charging.

20210102_103806

Daftar spesifikasi di atas bisa dibilang sudah cukup untuk perangkat entry level. Baterai besar, 3 kamera, pilihan RAM/ROM yang cukup variatif, dukungan slot card 3, body (pengalaman desain) yang cukup, layar lebar, performa cukup. Kombinasi ini digabungkan dengan merek Samsung dan tentu saja harga, Galaxy A02s bisa jadi alternatif perangkat murah di pasaran.

Sparks

  • Desain solid khas Samsung
  • Support slot yang cukup luas
  • Baterai 5000mAh
  • Cukup untuk penggunaan sehari-hari

Slacks

  • Resolusi layar rendah 720 x 1600
  • Prosesor termasuk jadul – Snapdragon 450

[Review] Xiaomi Mi TV Stick: Membuat Semua TV Menjadi Pintar dan Android

Semenjak kepemimpinan Alvin Tse di Indonesia, Xiaomi Indonesia berkembang lebih baik. Tidak hanya produk smartphone saja yang gencar diperkenalkan, tetapi juga produk-produk AIoT yang saat ini mulai dipasarkan kepada konsumen Indonesia. Salah satu produk AIoT yang mereka jual bisa membuat TV biasa menjadi sebuah smart TV. Produk tersebut adalah Mi TV Stick.

Mi TV Stick merupakan sebuah perangkat Android berbentuk persegi panjang yang memiliki interface HDMI. Tinggal menancapkan Mi TV Stick ke port HDMI yang ada pada TV, maka bisa membuat TV menjadi memiliki sistem operasi Android TV. Bahkan, sebuah TV tabung lawas yang memiliki port RCA juga bisa dibuat menjadi smart TV, asalkan memiliki konverter RCA ke HDMI. Semua itu bisa berjalan dengan lancar asalkan ada koneksi internet.

Mi TV Stick

Hal itu berarti Mi TV Stick bisa membuat semua TV menjadi seperti Mi TV 4 yang sedang gencar dijual oleh Xiaomi. Tentunya, hal ini akan membuat konsumen yang memiliki dana pas-pasan bisa melakukan upgrade murah ke smart TV. Bahkan hasilnya bisa lebih baik dari sebuah smart TV, jika konsumen tersebut memiliki TV dengan panel yang lebih baik dari sebuah smart TV yang dijual di pasaran saat ini.

Mi TV Stick memiliki spesifikasi yang kurang lebih sama dengan Mi TV 4. Spesifikasinya adalah sebagai berikut

SoC AMLogic T960X-H
CPU 4 x Cortex A53 1,4 GHz
GPU Mali 450 MP3
RAM 1 GB
Internal 8 GB
Konektor HDMI, WiFi 802.11a/b/g/n/ac, Bluetooth 4.2
Suara Dolby dan DTS Surround Sound
Dimensi 92,4 x 30,2 x 15,2 mm
Bobot 28,5 gram
OS Android 9

Hasil dari CPU-Z dan AIDA64 adalah sebagai berikut

Spesifikasinya memang mirip dengan Mi TV 4 43 inci. Namun, Mi TV Stick mendukung WiFi 5 sehingga transfer data akan menjadi lebih kencang. Satu hal yang hilang dari Mi TV Stick adalah PatchWall yang dibanggakan oleh Xiaomi pada saat peluncurannya. Oleh karena itu, Mi TV Stick hanya memberikan launcher bawaan dari Android TV.

Unboxing

Inilah isi dari paket penjualan Mi TV Stick.

Mi TV Stick - Unboxing

Ada sebuah kabel pemanjang untuk HDMI, kabel microUSB, dan kepala charger.

Desain

Jika ditanya seperti apa bentuk dari Mi TV Stick, jawaban paling tepat adalah seperti sebuah USB Flash Disk berukuran besar. Desainnya benar-benar hanya persegi panjang dengan dua jenis finishing yang berbeda, yaitu glossy di bagian bawah dan matte pada bagian atasnya. Ukurannya pun juga cukup kecil, walaupun tidak semua TV bisa ditancapkan Mi TV Stick.

Mi TV Stick - HDMI

Bagian atas dari Mi TV Stick adalah sebuah konektor HDMI. Konektor ini bisa langsung ditancapkan pada port HDMI di TV. Seperti yang sudah ditulis di atas, tidak semua TV memiliki dimensi yang pas untuk sebuah perangkat HDMI. Oleh karena itu, gunakan saja kabel extender HDMI yang ada pada paket penjualannya.

Pada sisi sebelah kiri terdapat sebuah port microUSB. Port ini hanya khusus digunakan untuk memberikan tenaga untuk Mi TV Stick. Jadi, Mi TV Stick tidak memiliki expandable port atau pun slot microSD dan tidak bisa ditambahkan penyimpanan internalnya. Jadi, ruang kosong sebanyak 5,1 GB adalah satu-satunya tempat untuk menyimpan aplikasi yang dipasang.

Mi TV Stick - USB Port

Mi TV Stick datang dengan sebuah remote controlRemote yang satu ini sangat mirip dengan yang dimiliki oleh Mi TV 4. Perbedaannya hanya pada warna tombol dari Netflix dan Amazon Prime serta tombol menu. Pada remote Mi TV 4, tombol menu digunakan untuk masuk ke dalam launcher Patchwall.

Remote yang ada juga sangat minim dengan tombol. Hanya ada tombol daya, Google Assistant, direksional, OK, menu, backhome, Netflix, Amazon Prime, dan volume naik turun. Pada remote ini juga terdapat sebuah microphone yang melengkapi fungsi Google Assistant. Hal tersebut membuat beberapa perintah TV bisa digunakan dengan suara, seperti mematikan Mi TV Stick atau membuka aplikasi seperti Youtube.

Mi TV Stick - vs Mi TV 4 remote

Mi TV Stick mendukung TV dengan resolusi hingga 1920×1080 saja. Hal ini bisa dimaklumkan karena belum banyaknya penggunaan TV dengan resolusi 4K. Saat ini, kebanyakan TV 43 inci juga hanya mendukung resolusi Full HD saja.

Sistem operasi yang digunakan pada Mi TV Stick adalah Android 9 Pie. Seperti Mi TV 4, sepertinya perangkat ini tidak akan mendapatkan upgrade sistem operasi Android 10. Hal tersebut tentu berkaitan dengan RAM 1 GB yang dimiliki serta 8 GB penyimpanan internalnya.

Pengalaman Menggunakan: TV Bodoh menjadi Pintar

TV LED biasa saat ini tentu saja mudah ditemukan. Beberapa TV LED yang ada saat ini sudah memiliki teknologi panel yang bagus, sehingga banyak orang yang enggan untuk menukar TV mereka dengan smart TV. Oleh karena itu, Mi TV Stick menjadi salah satu problem solver yang sangat baik bagi mereka yang sudah memiliki TV LED. Saya adalah salah satunya.

Pertama kali membuka paket penjualan dari Mi TV Stick, saya cukup ketar-ketir. Hal tersebut dikarenakan posisi port HDMI pada TV LED yang saya miliki cukup sempit. Mi TV Stick tidak akan muat jika langsung ditancapkan ke port HDMI karena dimensinya yang kepanjangan. Untung saja saya melihat adanya kabel extender HDMI pada paket penjualannya.

Mi TV Stick - Plugged at TV

Setelah menancapkan kabel HDMI tersebut, waktunya untuk menyalakan Mi TV Stick. Untung saja, TV LED yang saya miliki punya dua buah port USB 2.0 sehingga saya tidak lagi harus menggunakan kepala charger bawaannya. Mi TV Stick pun langsung menyala dengan menampilkan lampu LED berwarna putih pada bagian depannya.

Booting pertama juga tidak terlalu makan waktu yang cukup lama. Namun, cukup kaget juga melihat tampilan launcher standar Android TV pada Mi TV Stick. Hal tersebut dikarenakan Xiaomi selalu membanggakan launcher Patchwall 3.0 buatan mereka yang diklaim lebih mudah untuk digunakan (walaupun sebenarnya sama saja sih).

Mi TV Stick - Remote

Remote TV yang dimiliki oleh Mi TV Stick juga mirip dengan yang digunakan pada Mi TV 4. Oleh karena sudah pernah melakukan review-nya, tentu saja saya tidak asing lagi dalam menggunakannya. Yang membedakan adalah tombol Patchwall yang ada pada Mi TV 4 diganti dengan tombol menu. Selain itu, tombol Netflix dan Amazon Prime Video pada Mi TV Stick memiliki warna putih.

Mi TV Stick juga akan booting pada resolusi 720p. Hal ini bisa langsung diatur pada 1080p dari menu Device Preferences. Fitur suara juga bisa langsung diatur pada menu yang sama. Jadi sebelum menggunakan Mi TV Stick, ada baiknya untuk melakukan pengaturan terlebih dahulu agar lebih nyaman saat menonton.

Mi TV Stick - Setting

Hal selanjutnya adalah menyambungkan Mi TV Stick dengan internet. Cukup menyenangkan di mana Mi TV Stick bisa mendeteksi jaringan WiFi 5 GHz yang ada di rumah saya. Setau saya, Mi TV 4 43″ saja hanya bisa mendeteksi WiFi 2,4 GHz. Apa untungnya? Koneksi ke sebuah NAS yang digunakan untuk menyimpan video dan terhubung dengan router tentu saja menjadi lebih lancar.

Berbeda dengan Mi TV 4 yang sudah terinstalasikan layanan dan aplikasi yang cukup banyak, Mi TV Stick hanya memiliki Netflix dan Amazon Prime saja untuk aplikasi pihak ketiga. Jadi jika Anda ingin menonton siaran TV Digital, bisa langsung melakukan download dari Google Play, seperti aplikasi Vidio.

Satu hal yang cukup menjengkelkan dari perangkat Android TV bawaan Xiaomi adalah sideloadSideload merupakan istilah pemasangan aplikasi yang tidak dilakukan melalui Google Play dan dari file .APK. Semua aplikasi yang diinstalasikan langsung dengan menggunakan file .APK nantinya tidak akan muncul pada launcher bawaan. Jadi, kita harus mengaksesnya melalui menu App yang cukup membingungkan atau melakukan instalasi launcher tambahan seperti Sideload launcher.

Mi TV Stick - HomeScreen

Bagi kalian yang ingin membeli sebuah alat untuk melakukan mirroring dari smartphone atau tablet ke TV, tentu saja bisa menggunakan Mi TV Stick. Screen mirroring akan dapat dilakukan dengan sangat mudah jika Anda adalah pengguna Xiaomi. Saya mencoba screen mirroring ke Mi TV Stick dengan perangkat Samsung dan realme dan harus menggunakan aplikasi Google Home agar bisa terkoneksi dengan lancar.

Mi TV Stick juga memiliki ruang penyimpanan internal yang tidak terlalu besar. Dengan hanya sisa 5.1 GB saat pertama kali dipasang, membuat ruang penyimpanan data memang tidak terlalu besar. Jika Anda memiliki sebuah NAS, tentu akan lebih baik karena penyimpanan video dan file musik menjadi lebih luas. Namun, jangan berharap untuk bisa banyak memasang game pada Mi TV Stick.

Berbicara mengenai game, tentu saja Mi TV Stick mampu menjalankannya. Hal ini dikarenakan Mi TV Stick memiliki SoC yang sama dengan Mi TV 4, yaitu dengan AMLogic T960H. Saya juga melakukan benchmarking pada Mi TV Stick. Berikut adalah hasilnya

Hasilnya memang lebih rendah dari Mi TV 4. Hal tersebut bisa terjadi karena RAM yang dimiliki oleh Mi TV Stick hanya 1 GB dan cip penyimpanan internalnya juga tidak sekencang Mi TV 4 55″. Namun hasil tersebut masih mampu menjalankan beberapa game yang tersedia pada Google Play.

Oh ya satu lagi, Mi TV Stick akan terasa panas saat dipegang. Saya juga membaca beberapa kasus Mi TV Stick akan terasa lag saat panasnya berlebih pada grup-grup di sosial media. Namun, saya tidak mengalami hal tersebut bahkan pada saat bekerja penuh dengan benchmarking. Semua berjalan sangat lancar tanpa adanya gangguan.

Mi TV Stick sendiri juga memiliki fungsi update OTA yang akan meningkatkan tingkat keamanan dan menghilangkan bug. Namun sayang, sepertinya Mi TV Stick akan mengikuti Mi TV 4 yang tidak akan mendapatkan update sistem operasi ke Android 10. Hal itu mungkin karena SoC yang digunakan tidak mumpuni untuk ditingkatkan ke sistem operasi baru dari Google tersebut.

Verdict

Dengan begitu banyaknya penawaran TV pintar yang memiliki sistem operasi Android, tentu saja akan membuat bingung konsumen. Di satu sisi, mereka tidak tahu TV lama akan ditaruh di mana jika membeli sebuah smart TV baru. Sedangkan di sisi lainnya, fitur-fitur sebuah smart TV sangat menggiurkan. Itulah mengapa Xiaomi menawarkan Mi TV Stick.

Kinerja yang dimiliki oleh Mi TV Stick kurang lebih sama dengan Mi TV 4. Hal tersebut berarti Mi TV Stick tidak akan lambat saat dioperasikan sehari-hari. Semua aplikasi dan game pada Google Play juga bisa dijalankan dengan cukup baik. Sayang memang, panas yang dihasilkan bisa membuat sang pemiliki cukup khawatir akan ketahanannya.

Mi TV Stick - Box

Fitur-fitur yang ditawarkan oleh Mi TV Stick memang sangat menarik. Mulai dari suara Dolby dan DTS-HD, siaran TV melalui internet, Netflix pada layar lebar, Youtube, dan lain sebagainya. Mi TV Stick juga bisa digunakan sebagai pengganti Chromecast yang dijual dengan harga yang tidak terlalu jauh. Dan tentunya hal ini menambah tingkat kenyamanan seseorang dalam mengakses konten hiburan.

Mi TV Stick dijual dengan harga yang tidak memberatkan kantung. Xiaomi hanya membanderol perangkat ini dengan harga Rp. 499.000 saja. Dengan harga tersebut, sebuah TV yang hanya memiliki fungsi dasar bisa menjadi sebuah smart TV seperti perangkat yang memiliki harga 10 kali lipatnya. Mi TV Stick benar-benar membuat TV bodoh menjadi TV pintar.

Sparks

  • Sistem operasi Android
  • Kinerja yang mumpuni
  • Harga terjangkau
  • Remote minimalis namun fungsional
  • Bisa menggantikan sebuah Chromecast
  • Bisa digunakan di hampir setiap TV

Slacks

  • Panas saat digunakan
  • Tanpa Patchwall 3.0
  • Tidak bisa menggunakan perangkat eksternal seperti microSD atau flash disk

Review EaseUS MobiMover, Software Transfer Data iPhone yang Sangat Praktis dan Fleksibel

Sebagai pengguna iPhone sejak 2013, sampai detik ini saya masih benci dengan yang namanya iTunes. Interface-nya membingungkan, mekanismenya agak sulit dipahami, dan secara keseluruhan menurut saya kurang user friendly.

Terlepas dari itu, di PC Windows 10 saya tetap ada iTunes ter-install, sebab saya membutuhkannya untuk backup seluruh isi iPhone – saya sengaja tidak menggunakan iCloud Backup karena masalah storage dan kecepatan upload yang lambat. Di luar kepentingan backup, iTunes sama sekali tidak saya gunakan untuk hal lain.

Untuk memanajemen konten di dalam iPhone, saya lebih memilih solusi pihak ketiga yang sering kali lebih mudah digunakan daripada iTunes. Salah satu alternatif yang berhasil mencuri perhatian saya belum lama ini adalah EaseUS MobiMover. EaseUS sendiri saya tahu sejak lama sebagai pengembang software data recovery dan partition manager yang cukup berpengalaman.

Sebelum saya membahas kelebihan dan kekurangan aplikasi ini, saya akan menjabarkan terlebih dulu fitur-fiturnya secara singkat.

Fitur-fitur EaseUS MobiMover

EaseUS MobiMover

Fitur yang pertama adalah Content Management. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengatur beragam jenis konten pada iPhone. Ada sembilan macam konten yang didukung: audio, gambar, video, podcast, pesan teks, kontak, catatan, e-book, dan aplikasi. Semuanya diakses dari satu tampilan yang intuitif.

Untuk memindahkan pesan teks dari iPhone caranya cukup mudah, Anda tinggal mengkoneksikan iPhone dengan Mac, buka aplikasi EaseUS MobiMover. Pindahkan pesan teks ke Mac, setelah pesan dipindahkan (export) ke perangkat Mac, maka Anda bisa dengan mudah mencetaknya.

Selanjutnya, ada fitur Data Transfer. Fitur ini dibagi menjadi tiga: Phone to PC, PC to Phone, dan Phone to Phone. Fungsinya sebenarnya cukup mirip seperti Content Management, hanya saja di sini prosesnya lebih dipermudah karena Anda bisa langsung memindah banyak data sekaligus tanpa harus memilihnya satu per satu. Seperti fitur hanya dengan 1 klik saja untuk meng-export kontak dari iPhone.

Fitur yang ketiga adalah Backup & Restore. Yang bisa di-backup di sini meliputi kontak, message sekaligus attachment-nya, note sekaligus attachment-nya, voicemail, foto, musik, video, dan voice memo. Anda juga dapat melihat riwayat sesi backup sebelum-sebelumnya dengan mudah.

Masih seputar backup dan restore, MobiMover turut menawarkan fitur backup dan restore khusus untuk WhatsApp. Tentunya ini dapat menjadi alternatif yang lebih praktis bagi yang selama ini kesusahan karena kecepatan upload-nya lambat.

Terakhir, ada fitur Video Downloader yang memungkinkan pengguna untuk mengunduh video dari platform seperti YouTube, Vimeo, atau Instagram, sebelum akhirnya ditransfer ke iPhone.

Harga EaseUS MobiMover

EaseUS MobiMover

Seperti kebanyakan software serupa lainnya, EaseUS MobiMover dapat digunakan secara cuma-cuma, hanya saja ada batasan transfer sebanyak 20 file per harinya. Di versi gratisannya, fitur backup dan restore WhatsApp juga absen.

Untuk menikmati seluruh fiturnya, Anda punya tiga opsi:

  • Membayar $19,95 setiap bulan
  • Membayar $29,95 setiap tahun
  • Membayar $69,95 satu kali di muka untuk mendapatkan akses lifetime

Satu license EaseUS MobiMover dapat digunakan di tiga komputer yang berbeda. Aplikasi ini juga tersedia di macOS, akan tetapi fitur-fiturnya jauh lebih lengkap di versi Windows-nya (yang saya gunakan).

Kelebihan dan kekurangan EaseUS MobiMover

Saat pertama saya buka aplikasinya, saya langsung terpikat oleh tampilannya yang simpel dan mudah sekali dinavigasikan. Semua fiturnya diletakkan di sebelah kiri, dan masing-masing dilengkapi penjelasan singkat terkait fungsi-fungsinya. Interface-nya juga semakin manis berkat opsi Dark Mode.

Yang paling saya suka dari MobiMover adalah betapa mudahnya saya bisa memasukkan foto, lagu, maupun video ke iPhone, demikian pula sebaliknya. Saat mentransfer dari iPhone ke PC, otomatis akan dibuatkan folder dengan informasi tanggal pada namanya sehingga lebih mudah untuk dipantau.

Di menu pengaturannya, terdapat opsi transcode yang dapat diaktifkan ketika mentransfer gambar, audio atau video. Anda bebas memilih apakah file yang hendak di-transfer akan dikonversi terlebih dulu sehingga ukurannya lebih kecil, atau tetap sesuai kualitas dan ukuran aslinya.

Baik menggunakan Content Management maupun Data Transfer, langkah yang dibutuhkan sama-sama simpel dan prosesnya juga berlangsung cepat. Ini akan memangkas waktu cukup signifikan ketika kita memindahkan (transfer) video dari iPhone ke PC.

Satu kekurangan minor yang saya temui adalah, saat mentransfer musik dari PC ke iPhone, metadata track number-nya hilang sehingga urutan lagu dalam suatu album menjadi acak di iPhone. Sebuah kompromi yang sangat bisa saya terima daripada dipusingkan dengan proses sync iTunes.

Kekurangan lainnya adalah, saat hendak mentransfer kategori messages, proses loading isinya berlangsung agak lama, dan ternyata yang dapat dibaca cuma SMS biasa, bukan iMessage. Well, lagi-lagi tidak terlalu masalah mengingat iMessage hanya saya pakai untuk berkomunikasi dengan istri saya, persisnya untuk saling mengirimi foto atau video dalam resolusi asli, yang berarti isinya sudah pasti foto atau video yang telah kami simpan di galeri.

Bicara soal video, fitur Video Downloader milik MobiMover berfungsi sebagaimana mestinya. Video dari YouTube maupun IGTV dapat saya unduh hanya dengan menyalin dan mencantumkan link-nya. Bahkan video dari Facebook pun juga bisa, semuanya dengan resolusi maksimum 720p.

Dari pengalaman saya mencoba, yang tidak bisa adalah mengunduh video yang dipotong-potong menjadi banyak bagian pada sebuah post standar Instagram, seperti misalnya yang diunggah oleh akun Instagram Cyberpunk 2077 berikut ini. MobiMover juga mempunyai built-in video player yang berguna untuk mengecek apakah video yang diunduh sudah tepat atau belum. Sesudahnya, video tinggal ditransfer ke iPhone via fitur Content Management maupun Data Transfer.

Untuk fitur Backup & Restore, saya tidak menjumpai satu pun problem. Prosesnya berlangsung cukup cepat dan tidak terlalu jauh berbeda jika dibandingkan dengan iTunes. Ke depannya, sepertinya EaseUS berniat untuk menambahkan fitur preview agar pengguna dapat melihat seluruh isi dari suatu file backup.

Namun yang paling saya suka adalah fitur backup khusus WhatsApp. Saya bisa melihat mengapa EaseUS sengaja membuat satu fitur ini saja yang berbayar, sebab kenyataannya memang fitur ini sangat-sangat membantu. Seringkali, problem yang saya jumpai saat hendak mem-backup chat WhatsApp adalah kecepatan upload yang terlalu lambat, atau kapasitas penyimpanan iPhone yang kelewat penuh.

Bagi yang kecepatan upload-nya kencang, mungkin proses backup menggunakan MobiMover bakal terasa lebih lama. Terlepas dari itu, menurut saya tidak ada ruginya memiliki satu solusi backup tambahan, terutama bagi yang isi WhatsApp-nya mungkin banyak sekali yang berhubung dengan pekerjaan. Fitur ini pun juga berguna seandainya pengguna membeli iPhone baru, sebab mereka dapat mentransfer seluruh isi WhatsApp dari satu perangkat ke yang lain, menggunakan PC sebagai perantaranya.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, saya suka dengan software ini, dan saya berniat untuk menjadikannya sebagai pengganti iTunes secara keseluruhan. Highlight-nya tentu saja adalah kemudahan mentransfer file multimedia dari dan ke iPhone, serta fitur untuk mem-backup seluruh isi WhatsApp itu tadi.

Semua itu memang tidak gratis, tapi menurut saya harganya masih cukup rasional. Opsi terbaiknya tentu adalah membeli license lifetime, tapi seandainya $70 terkesan terlalu mahal, license tahunan yang dipatok $30 semestinya bisa menjadi alternatif yang tak kalah menarik.

Bagi yang tertarik mencoba, Anda bisa langsung mengunduh EaseUS MobiMover di situsnya. Kalau memang tidak membutuhkan fitur backup WhatsApp, Anda tetap bisa menggunakannya tanpa mengeluarkan uang sedikit pun, dengan catatan Anda tidak mentransfer lebih dari 20 file setiap harinya. Jempol ekstra turut saya acungkan buat versi gratisnya yang sama sekali tidak dibanjiri iklan.

Sebagai tambahan informasi, berikut tautan dari beberapa fitur di EaseUS:
Untuk memindahkan (export) kontak dari iPhone https://www.easeus.com/iphone-data-transfer/3-ways-export-all-contacts-from-iphone.html
Transfer video dari iPhone ke PC https://www.easeus.com/iphone-data-transfer/transfer-videos-from-iphone-to-pc.html
Cara untuk mencetak pesan teks dari iPhone https://www.easeus.com/iphone-data-transfer/three-simple-ways-to-print-out-text-messages-from-iphone.html

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh EaseUS.

[Review] 1MORE Dual Driver ANC Pro: Suara Bagus dengan ANC melalui Bluetooth dan Kabel

Mendengarkan musik sambil berolah raga maupun bekerja mungkin sudah menjadi kebiasaan setiap orang saat ini. Apalagi saat sedang melakukan perjalanan ke kantor cukup membosankan sehingga hiburan seperti musik cukup dibutuhkan. Namun mencari sebuah in-ear monitor (IEM) yang nyaman memang tidak mudah, apalagi memiliki Active Noise Cancelling. Nah, produsen asal Tiongkok yang benama 1More sepertinya memiliki solusinya saat ini.

1More sendiri didirikan oleh tiga orang mantan orang besar di Foxconn. Nama besar Xiaomi disebut sebagai salah satu investor dari 1More. 1More memiliki tujuan untuk mengubah persepsi bahwa produk buatan Tiongkok itu murah dan berkualitas rendah.

1More Dual Driver ANC Pro

Saat ini, saya kedatangan sebuah wireless earphone dengan nama 1More Dual Driver ANC Pro. Wireless earphone ini sendiri menggunakan model neckband dan bisa menggunakan dua buah koneksi, yaitu bluetooth dan kabel serta memiliki earpiece dengan model in ear. IEM ini juga memiliki dua buah speaker pada setiap earpiece yang akan memisahkan antara kanal low dengan mid dan high.

1More Dual Driver ANC Pro memiliki spesifikasi sebagai berikut

Berat 44.6 gram
Impendansi 32 Ω
Versi Bluetooth / Codec 5.0 / SBC, AAC, LDAC
Ukuran Driver ø13.6mm
Rating IPX5
Kapasitas Baterai 160 mAh

Kata Pro pada nama IEM ini menandakan adanya dukungan LDAC dan sertifikasi audio resolusi tinggi. LDAC dari Sony sendiri mampu mentransfer data musik hingga 990 Kbps, sehingga kualitas lagu yang didengar (seharusnya) akan lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan SBC atau AAC. Untuk non Pro sendiri sepertinya tidak dijual di Indonesia oleh EraSpace.

Unboxing

Inilah isi dari paket penjualan 1More Dual Driver ANC Pro

1More Dual Driver ANC Pro - Unbox

Desain

1More Dual Driver ANC Pro menggunakan bahan berjenis karet pada kabelnya dan neckband-nya. Karet yang digunakan juga memiliki finishing yang cukup lembut sehingga membuatnya cukup nyaman saat tersentuh dengan kulit bagian belakang leher yang biasanya sensitif. Karet kalungnya sendiri juga lentur dan lembut serta tahan terhadap kerusakan akibat terkena keringat.

1More Dual Driver ANC Pro - Tombol

Panel kontrol yang ada pada 1More Dual Driver ANC Pro ada pada sisi sebelah kiri. Pada panel tersebut di sisi sebelah dalam terdapat beberapa tombol seperti volume naik dan turun, Play/Pause, dan microphone. Di sisi atasnya bisa ditemukan power dan dua tombol ANC. Pada panel yang sama juga bisa ditemukan port USB-C yang tertutup oleh cover yang terbuat dari plastik polikarbonat.

Pada bagian belakang kedua earpiece terdapat magnet yang dapat menarik cukup kuat. Pada saat kedua earpiece tertempel, akan membuat musik yang sedang dimainkan akan terhenti serta memutuskan hubungan bluetooth-nya. Hal ini tentu saja sangat membantu jika kita tidak ingin repot mematikan musik dengan mengeluarkan smartphone dari kantung.

1More Dual Driver ANC Pro - USB-C

1More juga sudah memiliki aplikasi pendukung. Pada saat pengujian, saya langsung ditawari untuk melakukan update firmware. Hal ini tentu saja membuat penggunaan earphone bluetooth ini menjadi lebih nyaman. Pengguna juga bisa mendapatkan fitur baru atau bug fix langsung dari produsen.

Pengalaman Menggunakan: LDAC Memang Berbeda

Saat membuka paket penjualannya pertama kali, saya cukup terkesan dengan packaging dari 1More. Sangat terlihat sekali bahwa mereka mendesain semuanya dengan premium. Saat mengangkat tempat earphone-nya, 1More juga memberikan tiga pasang earbuds dengan ukuran yang berbeda dan ditempatkan dengan cukup premium.

Saat pertama kali saya melakukan pairing, bluetooth pada smartphone saya langsung mendeteksi dengan baik. Setelah kedua perangkat tersambung, ternyata secara default, keduanya terkoneksi dengan codec LDAC. Biasanya, saya harus menyalakan dari SBC ke AAC terlebih dahulu.

1More Dual Driver ANC Pro - Buds

Sebagai informasi saja, LDAC bisa mentransfer data hingga 990 kbps. Namun untuk mendapatkan bitrate tersebut, pada perangkat Android harus terlebih dahulu ditingkatkan pada mode developer. Jika tidak, biasanya Android akan terpasang pada bitrate 660 kbps. Codec lainnya akan melakukan transfer data sekitar 320 kbps.

Saya pun langsung berinisiatif untuk melakukan burn-in pada earphone ini. Setelah memainkan beberapa file, saya melakukan instalasi aplikasi 1More Music dari Google Play. Ternyata, aplikasi ini memiliki fitur Burn-In otomatis tersendiri sehingga memudahkan penggunanya untuk membuat driver-nya lebih lentur. Tentu saja saya menggunakan fitur ini untuk melakukan burn-in dalam beberapa jam.

1More Dual Driver ANC Pro - Burn In

Saya menggunakan file FLAC untuk menguji 1More Dual Driver ANC Pro. Selain itu, saya juga menggunakan Spotify agar bisa membedakan antara FLAC dan OGG dengan baik dengan menggunakan codec LDAC. Dan ternyata, saya bisa mendengar perbedaannya dengan cukup jelas.

Terus terang, ini adalah perangkat LDAC pertama yang saya uji. Sebelumnya, saya hanya bisa merasakan codec SBC dan AAC pada sebuah wireless headphone/earphone. Setiap lagu yang saya dengarkan pada 1More Dual Driver ANC Pro memberikan detail suara yang sangat baik. Bahkan ada detail suara yang baru saya ketahui pada beberapa lagu yang hampir tiap hari saya dengarkan dengan menggunakan 1More Dual Driver ANC Pro.

1More Dual Driver ANC Pro - in ear

Untuk bassnya sendiri, pada volume yang tidak penuh juga terasa “nendang” dan mendalam. Untuk frekuensi mid, suara vokal dari penyanyi juga terasa lebih tajam dan jelas. Frekuensi tingginya juga terdengar dengan baik dan jelas. Saya juga merasa nyaman saat mendengarkan musik-musik akustik 1More Dual Driver ANC Pro.

Suara saat mendengarkan melalui bluetooth dan kabel USB-C ke audio ternyata cukup berbeda. Suara yang dikeluarkan melalui kabelnya tidak setajam melalui LDAC. Jelek? Tidak! Semua itu tergantung masing-masing orang yang mendengarkannya. Hanya saja, tingkat bass dan treble yang ada sedikit menurun dan akan menghilangkan delay.

1More Dual Driver ANC Pro - USB Audio 3.5mm

Berbicara mengenai delay, tentu tidak terlepas dengan penggunaannya untuk bermain game. Saat menggunakan bluetooth, jeda antara aksi dan suara memang cukup terasa. Hal tersebut memang dapat ditanggulangi dengan menggunakan kabel USB-C ke audio. Detail suara yang ada memang membuatnya menjadi IEM gaming yang sangat baik.

Fungsi tombol yang ada pada 1More Dual Driver ANC Pro cukup responsif saat ditekan. Pengguna nantinya akan kerap tertukar antara tombol untuk volume dan ANC. Perlu diperhatikan bahwa tombol Play/Pause tidak akan bekerja saat 1More Dual Driver ANC Pro terkoneksi melalui kabel. Tombol ini sendiri bisa berfungsi sebagai pemanggil Google Assistant pada perangkat Android.

1More Dual Driver ANC Pro - Settings

Active Noise Cancelling juga menarik pada 1More Dual Driver ANC Pro. Ada tiga mode ANC pada IEM ini, yaitu mild, strong, dan wind. Mode terakhir khusus digunakan pada saat lingkungan sekitar sedang berhembus angin yang cukup kencang dan sedang menggunakan microphone. Dua mode untuk speaker-nya, yaitu mild dan strong, dapat menghalau suara dari luar dengan lumayan baik. Namun, jangan berharap bahwa semua suara tidak akan terdengar sama sekali.

Baterai pada 1More Dual Driver ANC Pro memiliki kapasitas 160 mAh. Pengujian kali ini hanya menggunakan mode bluetooth secara panjang dengan codec LDAC. Saya mendapatkan total penggunaan sekitar kurang dari 8 jam. Angka ini tentu saja cukup baik untuk digunakan dalam satu hari.

Verdict

Pasar AIoT saat ini sedang gencar-gencarnya diperlihatkan oleh para produsen. Hal tersebut tentu saja termasuk dalam perangkat suara seperti wireless headphone. Hal tersebut dikarenakan kita bisa mengendalikan perangkat lain melalui perintah suara sekaligus mendengarkan musik. Hal tersebut termasuk 1More Dual Driver ANC Pro.

1More Dual Driver ANC Pro sendiri merupakan sebuah wireless in ear monitor yang memiliki fungsi lengkap. Mendukung LDAC untuk menghantarkan suara dengan lebih baik dan juga memiliki kemampuan untuk terkoneksi melalui kabel. Dengan menggunakan interface USB-C, membuatnya mudah untuk diisi ulang karena kabelnya sudah umum digunakan saat ini.

Suara yang dihasilkan terdengar sangat baik di telinga saya. Semua frekuensi terdengar dengan baik dan jelas hampir tanpa kekurangan. Saya juga bisa mendapatkan sedikit ketengangan dengan menggunakan Active Noise Cancelling yang ada pada 1More Dual Driver ANC Pro.

1More Dual Driver ANC Pro dijual dengan harga Rp. 1.499.000 dan saat ini sudah tersedia untuk pasar Indonesia. Dengan harga tersebut, Anda akan mendapatkan berbagai fitur yang lengkap, sekali lagi termasuk LDAC, ANC, WNC, dan koneksi kabel serta suara yang bagus. Jadi, harga tersebut masih bisa dibilang terjangkau.

Sparks

  • LDAC dengan suara yang sangat baik di segala sisi
  • Bisa terkoneksi melalui kabel
  • WNC yang membuat microphone tidak berisik
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang
  • IPX5 tahan terhadap air dan keringat

Slacks

  • ANC tidak 100% menghalau suara
  • Tombol cukup membingungkan