BukuKas Dapat Pendanaan Seri A 142 Miliar Rupiah Dipimpin Sequoia Capital India

BukuKas, startup pengembang aplikasi pencatatan finansial untuk UMKM hari ini (12/1) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $10 juta atau setara 142 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Sequoia Capital India dengan partisipasi investor sebelumnya, yakni Saison Capital, January Capital, Founderbank Capital, Cambium Grove, Endeavor Catalyst, dan Amrish Rau.

Sejak didirikan pada tahun 2019, BukuKas telah berhasil mengumpulkan dana $22 juta atau setara 313 miliar Rupiah dari investor — termasuk melalui putaran seed dan pre-series A. Modal tambahan akan difokuskan untuk mempercepat akuisisi merchant, dan memperkuat tim teknis/produk di kantor Jakarta dan Bangalore.

Per November 2020, BukuKas telah memiliki 3,5 juta pengguna aplikasi dengan 1,8 juta pengguna bulanan aktif. Namun demikian, BukuKas tidak bermain sendiri di pangsa pasar ini. Kompetitor terdekatnya adalah BukuWarung, dengan model bisnis yang mirip dengan jutaan pengguna. Selain itu ada beberapa startup lokal yang juga luncurkan aplikasi catatan keuangan UMKM, di antaranya Credibook, Moodah, Teman Bisnis, Akuntansiku, dll.

“Kami melihat putaran pendanaan ini sebagai kepercayaan yang kuat pada peluang pasar yang besar, serta kemampuan tim dan eksekusi sejauh ini. Meskipun kami telah berkembang pesat tahun ini, kami baru saja memulai. Putaran ini merupakan langkah penting bagi kami untuk terus bekerja menuju misi untuk memberdayakan 60 juta pedagang kecil dan pengecer di Indonesia agar mereka beralih ke digital,” kata Co-Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon.

Dalam wawancara sebelumnya dengan DailySocial, ia menyampaikan bahwa bisnisnya diposisikan sebagai perusahaan perangkat lunak digitalisasi UMKM yang akan berkembang menjadi pemain fintech. “Para pedagang telah menyadari bahwa go-digital sangat penting bagi bisnis mereka. Pedagang menghemat waktu 2-4 jam sehari, 20% biaya, dan meminimalisir kesalahan perhitungan manual. Kami juga memungkinkan pedagang untuk memulihkan kasbon 3x lebih cepat karena prosesnya otomatis.”

Kemudian terkait model bisnis ia juga menjelaskan, “Saat ini kami memiliki eksperimen awal yang menarik tentang monetisasi, tapi masih terlalu dini. Itu bisa dilakukan dengan banyak cara, beberapa yang sudah jelas seperti SaaS, solusi finansial, dan ada beberapa yang menarik lainnya tapi belum bisa kami bagian saat ini.”

Dalam rilisnya, BukuKas juga mengumumkan akuisisinya terhadap aplikasi Catatan Keuangan Harian. Aksi perusahaan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak bulan September 2020 lalu; dengan harapan bisa memperkuat kepemimpinan mereka di segmen terkait.

Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon
Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon

“Meskipun fitur aplikasi dapat ditiru seiring perkembangan, mempertahankan tingkat kesederhanaan yang ekstrem dalam produk sambil menambahkan nilai substansial akan menjadi sebuah tantangan. Pada akhirnya perusahaan yang mampu mewujudkan hal ini dalam skala besar yang akan memimpin,” kata Krishnan.

Dengan karakteristik unik, pasar Indonesia memang perlu sentuhan khusus. Hal tersebut yang juga dipercayai tim BukuKas, direpresentasikan dalam penyesuaian fitur. Misalnya, untuk dapat menjangkau pengguna di kota-kota kecil, mereka menghadirkan fitur mode offline dengan sinkronisasi otomatis ketika pengguna berhasil terkoneksi ke jaringan internet.

Lebih lanjut Co-Founder & COO BukuKas Lorenzo Peracchione menyampaikan, dalam waktu dekat akan ada beberapa fitur baru termasuk integrasi pembayaran digital. “Pedagang akan dapat mengumpulkan uang dari pelanggan mereka menggunakan berbagai opsi pembayaran dengan cara yang mudah. Pembayaran akan secara otomatis ditambahkan di aplikasi BukuKas, yang selanjutnya mengotomatiskan proses pembukuan dan mengurangi proses yang kurang nyaman bagi pengguna kami.”

BukuKas juga baru saja mengeluarkan modul manajemen inventaris yang inovatif dalam aplikasinya. Fitur ini memungkinkan pedagang kecil melacak pergerakan stok mereka tanpa menimbulkan kerangka kerja rumit yang menjadi ciri solusi manajemen inventaris saat ini.

Application Information Will Show Up Here

Ula Receives 148 Billion Rupiah Seed Funding, Offering Supply Chain Platform and Capital Support

Ula, a startup working on supply-chain solutions for small shops and SMEs, today (10/6) announced seed funding worth of US $10.5 million or equivalent to 148 billion Rupiah. The investment round was led by Sequoia India and Lightspeed India, with the participation of SMDV, Quona Capital, Saison Capital, and Alter Global. Several angel investors also participated, including Patrick Walujo, Willy Arifin, Sujeet Kumar, Vaibhav Gupta, Amod Malviya, Rohan Monga, and Rahul Mehta.

The new platform was launched in January 2020 and has a head office in Jakarta. The business concept relies on e-commerce-based applications consists of a wide selection of wholesale merchandise with high demand by stall owners or other SMEs, specifically related to daily needs (FMCG). A unique thing about this service unique is that it allows users to use the pay later feature in the application. This flexible payment is considered to solve capital problems that often blocked small stalls to grow.

Currently Ula is still testing the beta version of its product in the East Java region. Moreover, it is targeted to immediately cover all potential users in Java and expand the product categories to electronics and fashion. The founders were quite optimistic, especially during the Covid-19 pandemic, online fulfillment services continued to increase.

Despite its business focus in Indonesia, Ula’s development team is not only in Jakarta, but also in India and Singapore. Ula was founded by four founders with working experience in global companies including Derry Sakti, Riky Tenggara, Nipun Mehra, and Alan Wong.

Together support the SME industry

In Indonesia, there are some startups trying their luck in similar business verticals. One of which is Klikdaily, their services also make it easier for shop owners to get supply chain. In May 2020, they announced series A funding led by Global Founders Capital. In addition, there also TokoPandai, Limakilo, Kudo, and so on.

Some other technology platforms have started supply chain models in various forms. For example, what Moka’s point of sales developer did with Moka Fresh products. Integrating the fulfillment of small businesses’ basic commodities through one door. In addition, a partnership program initiated by e-commerce giants, such as Mitra Bukalapak, Tokopedia, to Shopee – which also targets fulfillment segment in traditional stalls.

The market potential is quite large, according to Ula’s data, traditional retailers contribute almost 80% of the overall market share value in developing countries like Indonesia. The business model also empowers millions of people in various parts of the region; in terms of business, they are considered to be the most understanding of consumers’ characteristics around them, thus ensuring its products always on target.

However, there are problems that usually blocked business people to grow big, mostly related to working capital and lack of human resources, therefore, business development becomes stagnant. Ula is trying to solve both issues through a one-stop-fulfillment platform, along with credit services based on data analysis with intelligent systems.

“For us, the scale of Ula’s success is measured by how much customers can improve their business and lives. Our vision is to revolutionize the SME trade with technology, help improve their efficiency, and provide tools (technology) to facilitate business,” Riky Tenggara said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Ula Dapatkan Dana Awal 148 Miliar Rupiah, Tawarkan Platform “Supply Chain” Dilengkapi Bantuan Modal

Ula, startup yang menggarap solusi supply-chain untuk warung dan UKM, hari ini (10/6) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai US$10,5 juta atau setara 148 miliar Rupiah. Putaran investasi dipimpin Sequoia India dan Lightspeed India, dengan keterlibatan SMDV, Quona Capital, Saison Capital, dan Alter Global. Beberapa angel investor juga turut berpartisipasi, meliputi Patrick Walujo, Willy Arifin, Sujeet Kumar, Vaibhav Gupta, Amod Malviya, Rohan Monga, dan Rahul Mehta.

Platform ini baru diluncurkan pada Januari 2020 dan memiliki kantor pusat di Jakarta. Konsep bisnisnya mengandalkan aplikasi berbasis e-commerce yang berisi berbagai pilihan barang dagangan grosir yang biasa diburu oleh pemilik warung atau pelaku UKM lainnya, khususnya terkait kebutuhan sehari-hari (FMCG). Satu hal yang membuat layanan ini unik, memungkinkan penggunanya untuk memanfaatkan fitur paylater yang tertanam di aplikasi. Pembayaran yang fleksibel ini dinilai dapat menyelesaikan masalah permodalan yang kerap dihadapi warung kecil untuk bertumbuh.

Saat ini Ula masih menguji versi awal produknya dalam private beta di wilayah Jawa Timur. Setelah itu ditargetkan segera merangkul seluruh calon pengguna di Jawa dan memperluas kategori produk ke elektronik dan fesyen. Para founder cukup optimis, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19, layanan pemenuhan kebutuhan secara online terus meningkat.

Kendati fokus bisnisnya di Indonesia, tim pengembang Ula tidak hanya berbasis di sini, namun juga ada yang di India dan Singapura. Ula didirikan oleh empat orang founders yang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan global meliputi Derry Sakti, Riky Tenggara, Nipun Mehra, dan Alan Wong.

Ramai-ramai sokong bisnis UKM

Di Indonesia sejatinya sudah ada beberapa startup yang coba peruntungan di vertikal bisnis serupa. Sebut saja Klikdaily, layanan mereka turut mudahkan pemilik warung dapatkan stok produk. Pada Mei 2020 lalu baru bukukan pendanaan seri A yang dipimpin Global Founders Capital. Selain itu masih ada TokoPandai, Limakilo, Kudo dan sebagainya.

Beberapa platform teknologi lain juga telah memulai model supply chain dengan berbagai bentuk. Misalnya yang dilakukan pengembang point of sales Moka dengan produk Moka Fresh. Mengintegrasikan sistem pemenuhan bahan pokok pengusaha kecil lewat satu pintu. Atau program kemitraan yang diinisiasi raksasa e-commerce, seperti Mitra Bukalapak, Tokopedia, hingga Shopee — yang juga menyasar pemenuhan kebutuhan di warung-warung tradisional.

Potensi pasarnya memang besar, menurut data yang disampaikan Ula, di negara berkembang seperti Indonesia ritel tradisional hampir berkontribusi 80% dari nilai pangsa pasar keseluruhan. Model bisnisnya turut memberdayakan jutaan orang di berbagai pelosok wilayah; dari sisi bisnis pun mereka dianggap yang paling mengerti tentang karakteristik konsumen di sekitarnya, sehingga memastikan produk yang selalu tepat sasaran.

Namun ada permasalahan yang mengganjal para pelaku bisnis tadi untuk bertumbuh besar, paling umum terkait modal kerja yang kurang optimal dan SDM yang kurang cakap, sehingga perkembangan bisnis jadi stagnan. Dua hal ini yang coba diselesaikan Ula melalui platform pemenuhan kebutuhan di satu pintu, dilengkapi layanan kredit yang didasarkan pada analisis data dengan sistem cerdas.

“Bagi kami, ukuran kesuksesan Ula diukur dengan seberapa besar para pelanggan dapat meningkatkan bisnis dan kehidupannya. Visi kami adalah merevolusi perdagangan UKM dengan teknologi, membantu meningkatkan efisiensi mereka, dan menghadirkan alat (teknologi) yang memperlancar bisnis,” ujar Riky Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Helicap Fintech Secures Over 155 Billion Rupiah Funding from Saison Capital

The Singapore-based fintech Helicap announced Series A funding worth of $10 million (over Rp155 billion) led by Saison Capital, an investment ar of Japan-based consumer finance Credit Saison. The fund is available as equity issuance and managed fund placement of Asset Under Management (AUM) in the form of Redeemable Preference Shares.

Participated also the previous investor, East Venture, and the new ones, Access Capital, Lamivoie multi-family asset management, and other High Networth Individuals.

In total, Helicap has raised nearly $18 million in funding. The latest funding is said to be used to spur business expansion, improve credit scoring technology, and expand private debt investment products to overcome market turmoil due to the Covid-19 pandemic.

Helicap’s Co-Founder and CEO David Z. Wang explained that the Series A round was based on the company’s performance that exceeded expectations for the past year, including obtaining a Registered Fund Management Company (RFMC) business license from the MAS authority (Monetary Authority of Singapore) for children Helicap investment management.

Moreover, through the acquisition of Arcor Capital securities companies, the company now has a capital market business license (Capital Markets Services) for the sale and purchase of capital market products. Arcor Capital was acquired last year at an unspecified value.

“We are very proud of Credit Saison’s participation in the line of top investors and we will soon announce a number of strategic initiatives with Saison Capital next month,” Wang said in an official statement on Tuesday (28/4).

Yet to registered in OJK

When obtaining funds in 2018, Helicap plans to expand to Indonesia. In 2020, as Helicap obtaining various licenses in Singapore, the company is yet to obtained permits from OJK or registered as an association member.

This should be Helicap’s next focus. The company announced Ilham Akbar Habibie as Special Advisor. Ilham is the President Commissioner of Bank Muamalat and Co-Founder of Ilthabi Rekatama, a private investment company. His presence is expected to help Helicap sharpen its business in Indonesia, as one of the company’s main markets.

“I’m excited to work together and become an advisor to fintech companies like Helicap. […] Data-based companies such as Helicap will play an important role in the alternative lending market,” Ilham mentioned.

Helicap calls itself the Capital as a Services platform covering B2B2C service. They do not provide loans directly, but channel loans from organizations that have become partners by providing guarantees from the data analysis conducted.

The company holds access to credit data collected by various financial organizations. The data proceed in such ways that provide insight for investment allocation. It is considered to be a “helicopter view” or a comprehensive understanding of the business to be invested.

Helicap focuses on credit analytic technology and strict scoring models in examining millions of lending data points from various issuing platforms, allowing Helicap’s subsidiaries to provide risk-adjusted returns to investors.

“Southeast Asia is the most growing economic region, driven by SMEs. In fact, that growth also results in a fragmented loan ecosystem, unable to serve capital loans for business as a whole,” Wang revealed.

The company is based in Singapore with a wide area coverage in Southeast Asia, Hong Kong, and Australia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Fintech “Helicap” Raih Pendanaan Lebih dari 155 Miliar Rupiah dari Saison Capital

Startup fintech asal Singapura Helicap mengumumkan pendanaan segar Seri A senilai $10 juta (lebih dari Rp155 miliar) dipimpin Saison Capital, ventura yang merupakan anak usaha pembiayaan konsumen Credit Saison dari Jepang. Pendanaan ini berbentuk penyertaan emisi ekuitas dan penempatan dana kelolaan Asset Under Management (AUM) dalam bentuk Redeemable Preference Shares.

Turut berpartisipasi investor sebelumnya, East Ventures, investor baru Access Capital, pengelola aset multi-family Lamivoie, dan orang-perorangan dengan kekayaan bersih tinggi (HNWI / High Networth Individuals) lainnya.

Secara total, Helicap telah mengumpulkan pendanaan hampir $18 juta. Disebutkan pendanaan teranyar akan digunakan untuk memacu perluasan usaha, meningkatkan teknologi skoring kredit, dan ekspansi produk investasi surat utang pribadi (private debt) untuk mengatasi kekalutan pasar karena pandemi Covid-19.

Co-Founder dan CEO Helicap David Z. Wang menerangkan putaran Seri A ini dilatarbelakangi kinerja perusahaan yang melebihi ekspektasi selama satu tahun belakangan, termasuk mendapat izin usaha Registered Fund Management Company (RFMC) dari otoritas MAS (Monetary Authority of Singapore) untuk anak-anak manajemen investasi Helicap.

Kemudian lewat akuisisi pterhadap erusahaan sekuritas Arcor Capital, perusahaan kini mereka mengantongi izin usaha pasar modal (Capital Markets Services) untuk jasa jual beli produk pasar modal. Arcor Capital diakuisisi tahun lalu dengan nilai tidak disebutkan.

“Kami sangat bangga dengan keikutsertaan Credit Saison di lini investor papan atas dan kami segera mengumumkan sejumlah inisiatif strategis dengan Saison Capital bulan mendatang,” ucap Wang dalam keterangan resmi, Selasa (28/4).

 

Belum terdaftar di OJK

Saat memperoleh dana tahun 2018, Helicap berencana melakukan ekspansi ke Indonesia. Di tahun 2020, meski Helicap sudah mengantongi beragam izin di Singapura, perusahaan belum mengantongi izin dari OJK ataupun terdaftar sebagai anggota asosiasi.

Hal ini seharusnya menjadi fokus Helicap berikutnya. Perusahaan mengumumkan pengangkatan Ilham Akbar Habibie sebagai Special Advisor. Ilham merupakan Komisaris Utama Bank Muamalat dan Co-Founder Ilthabi Rekatama, perusahaan investasi swasta. Kehadirannya diharapkan membantu Helicap mempertajam bisnisnya di Indonesia, sebagai salah satu pasar utama perusahaan.

“Saya bersemangat untuk bekerja sama dan menjadi penasihat perusahaan fintech seperti Helicap. [..] Perusahaan berbasis data seperti Helicap akan memainkan peran penting di pasar pinjaman alternatif,” terang Ilham.

Helicap menyebut dirinya sebagai platform Capital as a Services dengan cakupan B2B2C. Mereka tidak memberikan pinjaman secara langsung, tetapi menyalurkan pinjaman dari organisasi yang telah menjadi mitra dengan memberikan jaminan dari analisis data yang dilakukan.

Perusahaan menampung akses data kredit yang dikumpulkan berbagai organisasi keuangan. Data tersebut diolah sedemikian rupa sehingga memberikan wawasan untuk memberikan alokasi investasi. Wawasan tersebut dinilai menjadi “helicopter view” atau pemahaman menyeluruh terkait bisnis yang akan diinvestasi.

Helicap fokus pada teknologi analitik kredit dan azas ponten (scoring model) yang ketat dalam mencermati jutaan titik data peminjaman dari berbagai platform penerbit, sehingga memungkinkan anak-anak usaha Helicap memberikan imbal hasil sesuaian (risk-adjusted returns) kepada investor.

“Asia Tenggara menjadi kawasan ekonomi yang paling bertumbuh, didorong oleh UKM. Namun pertumbuhan tersebut juga menghasilkan ekosistem pinjaman yang terfragmentasi, belum dapat melayani pinjaman modal untuk bisnis secara keseluruhan,” tutup Wang.

Perusahaan berbasis di Singapura dengan cakupan wilayah tersebar di Asia Tenggara, Hong Kong, dan Australia.

KoinWorks Receives 316 Billion Rupiah Funding from European Financial Institution and Venture Capital

A fintech lending, KoinWorks, today (2/13) just announced new funding in two terms, equity and loan. The amount reaches US$20 million or around 316 billion Rupiah. Regarding investors, Quona Capital, EV Growth, and Saison Capital with participation of some others are involved in the equity. In terms of the loan, the company only reveals the two financial institutions that come from Europe.

This round has added up to the company’s capital after previously announced series B and B2 funding on November 2019 worth of SG$18.5 million (around 190 billion Rupiah) from Saison Capital. EV Growth and Quona Capital had first pour US$16.5 million (around 170 billion Rupiah). The flowing cash from investors has tightened its vision to be a “Super Financial App” in Indonesia.

“We are proud to announce funding from various sources amidst the challenging business situations. KoinWorks also stands along with some of the large financial institutions and hundreds of thousands retail investors to support digital SMEs during the Covid-19 outbreak,” KoinWorks’ Executive Chairman & Co-founder, Willy Arifin said.

In addition, KoinWorks also plans to use the fresh money for financial loans through the fintech lending platform. The new credit feature is provided by an international institution, namely Triodos Bank, global banking from the Netherlands.

In December 2019, the team has announced a new row of institutional lenders from abroad. Previously, there were only local financial institutions, including Sampoerna and Bank CIMB Niaga.

Investors are pouring money for Indonesian startups

The pandemic occurs in Indonesia and around the world has created difficulty for various life aspects, including the economy. Some startups had no other option than to downsizing business – including layoffs. While some others seem to be on-track in growth.

In addition to KoinWorks, several startups who have recently announced funding include Kargo Technologies (logistics), Investree (financial), WebTrace (logistics), BukuWarung (SaaS), and others.

DSResearch’s report has noted that during the first quarter of 2020, funding trends remained relatively normal. At least 20 funding transactions were announced to the public during the period. It includes Gojek’s Series F funding that reaches 21 trillion Rupiah.

Koinworks’s founder agreed, trusts from investors during these difficult times – especially from the outside – show a good indication for the digital ecosystem in Indonesia. At the same time providing slick business validation, bringing startups to sustainable growth.

“Investment from Triodos, especially during the current turbulence, shows extraordinary confidence in our ability as the best loan provider in the Indonesian fintech industry. We are pleased to have a leading international institution joining our ranks of investors while continuing to move forward,” KoinWorks CEO & Co-Founder, Benedicto Haryono said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KoinWorks Dapat Pendanaan 316 Miliar Rupiah dari Institusi Finansial Eropa dan Pemodal Ventura

Startup fintech lending Koinworks hari ini (13/2) mengumumkan perolehan pendanaan baru dalam dua skema, yakni pinjaman dan ekuitasi. Nilainya mencapai US$20 juta atau setara 316 miliar Rupiah. Terkait investor, Quona Capital, EV Growth, dan Saison Capital dan beberapa lainnya terlibat di sisi ekuitas. Sementara untuk pemberi pinjaman, perusahaan hanya memberikan informasi bahwa berasal dari dua institusi finansial asal Eropa.

Pendanaan ini menambah pundi-pundi modal perusahaan setelah sebelumnya pada November 2019 mereka mengumumkan seri B dan B2 senilai SG$18,5 juta (setara 190 miliar Rupiah) dari Saison Capital. EV Growth dan Quona Capital terlebih dulu menggelontorkan dana US16,5 juta (sekitar 170 miliar Rupiah). Mulusnya dana dari investor akan semakin mengokohkan visinya menjadi “Super Financial App” di Indonesia.

“Kami dengan bangga mengumumkan penerimaan pendanaan dari berbagai sumber di tengah situasi bisnis yang menantang. KoinWorks juga tetap berdiri beriringan dengan berbagai institusi keuangan besar dan ratusan ribu pendana retail untuk mendukung UKM digital selama Covid-19 mewabah,” Executive Chairman & Co-Founder KoinWorks Willy Arifin.

Selain itu, KoinWorks juga mengumumkan penerimaan pendanaan yang akan dimanfaatkan untuk pembiayaan pinjaman melalui platform fintech lending. Fasilitas kredit baru tersebut salah satunya diberikan oleh sebuah institusi internasional, yaitu Triodos Bank, perbankan global asal Belanda.

Pada Desember 2019 lalu pihaknya memang sudah mengumumkan bahwa segera menambah deretan lender institusi dari luar negeri. Sebelumnya baru ada institusi finansial lokal, termasuk Sampoerna dan Bank CIMB Niaga.

Dana investor mengalir untuk startup Indonesia

Serangan pandemi di Indonesia dan dunia memang terbukti menyulitkan berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali perekonomian. Sebagai dampak, beberapa startup memilih melakukan perampingan – termasuk dengan melakukan layoff. Sementara beberapa lain terlihat terus on-track dalam pertumbuhan.

Selain KoinWorks, beberapa startup yang baru-baru ini mengumumkan pendanaan termasuk Kargo Technologies (logistik), Investree (finansial), WebTrace (logistik), BukuWarung (SaaS), dan lain-lain.

Catatan DSResearch bahkan mengemukakan bahwa sepanjang kuartal pertama 2020, tren pendanaan masih relatif normal. Sekurangnya ada 20 transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik di periode tersebut. Termasuk pendanaan Seri F yang kembali didapat Gojek mencapai 21 triliun Rupiah.

Senada dengan yang diyakini founder Koinworks, masih adanya kepercayaan dari investor di masa sulit seperti saat ini – terlebih dari luar—menjadi indikasi baik bagi ekosistem digital di Indonesia. Sekaligus memberikan validasi bisnis yang apik, membawa startup menuju pertumbuhan berkelanjutan.

“Investasi dari Triodos, terutama saat masa bergejolak seperti sekarang, menunjukkan kepercayaan diri yang luar biasa atas kemampuan kami sebagai penyedia pinjaman terbaik di kelas fintech Indonesia. Kami dengan senang memiliki institusi internasional terkemuka yang bergabung bersama jajaran investor kami seraya terus bergerak maju,” ujar CEO & Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Bags 190 Billion Rupiah Funding from Credit Saison

The p2p lending, KoinWorks, announces Series B and Series B2 funding worth of SG$18.5 million (around 190 billion Rupiah) from Credit Saison through its new CVC named Saison Capital.

KoinWorks’ CEO and Co-Founder, Benedicto Haryono said in the official release that the fresh money is to be focused on the financial product development to help digital SMEs or social commerce to access funds for the business requirements.

“65% of Indonesian GDP comes from SMEs and 92% SMEs are using social media to run their business. [..] Ironically, there are few social commerce still having difficulty to access funds for business development due to the incomplete document [..],” he said.

KoinWorks’ Executive Chairman and Co-Founder, Willy Arifin added, the company has made a commitment to focus on Indonesian government by providing easy financial access to the digital SMEs as the growing ecosystem and the biggest contributor to Indonesian GDP.

In fact, the Series B funding has started since June 2019. The company already secured $16.5 million (around 170 billion Rupiah) led by EV Growth and Quona Capital. Previously in Series A, Quona Capital had first contributed in Series A+ with undisclosed value. KoinWorks has MCI to start the Series A round at Rp230 billion.

Saison Capital Debut in Indonesia

Saison Capital is a special CVC created by Credit Saison to run the international investment. They’ve prepared up to $55 million (around 770 billion Rupiah) to invest in fintech startups in India and Southeast Asia focused on the unbanked and underbanked.

KoinWorks is the first portfolio from Indonesia in this fund.

Saison Capital is to invest in six to eight startups every year with ticket size for Series A around $1 million (over 14 billion Rupiah).

All the portfolios will be part of Credit Saison ecosystem and to have access to all partners of technology and financial players.

Some of Credit Saison’s portfolios in Indonesia, such as Grab and ShopBack. They’re also the Limited Partners for CyberAgent Ventures, East Ventures, Strive (rebrand from Gree Ventures), and Beenext.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Terima Pendanaan 190 Miliar Rupiah dari Credit Saison

Pemain p2p lending KoinWorks mengumumkan perolehan tambahan pendanaan Seri B dan Seri B2 senilai SG$18,5 juta (setara 190 miliar Rupiah) dari Credit Saison lewat CVC khusus dinamai Saison Capital.

Dalam keterangan resmi, CEO dan Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono mengatakan pendanaan terbaru akan difokuskan untuk mengembangkan produk finansial agar dapat membantu UKM digital maupun social commerce dalam mengakses pembiayaan untuk kebutuhan perkembangan bisnisnya.

“Sebesar 65% PDB Indonesia disumbang dari para pelaku UKM dan sebesar 92% UKM di Indonesia telah memanfaatkan jaringan sosial dalam menjalankan bisnisnya. [..] Ironinya, masih banyak pelaku social commerce terkendala saat mendapatkan akses pembiayaan untuk pengembangan bisnis karena kurangnya kelengkapan dokumen [..],” terangnya.

Executive Chairman dan Co-Founder KoinWorks Willy Arifin menambahkan, perusahaan berkomitmen untuk mendukung fokus pemerintah Indonesia dengan memberikan kemudahan layanan keuangan terhadap UKM digital yang terus berkembang dan menjadi kontributor PDB terbesar di Indonesia.

Sebenarnya, putaran pendanaan Seri B sudah dimulai pada Juni 2019. Perusahaan mengantongi dana senilai $16,5 juta (sekitar 170 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh EV Growth dan Quona Capital. Sebelumnya pada putaran Seri A, Quona Capital telah berpartipasi dalam pendanaan Seri A+ dengan nilai dirahasiakan. MCI mengawali putaran pendanaan Seri A di KoinWorks senilai Rp230 miliar.

Debut Saison Capital di Indonesia

Saison Capital adalah CVC khusus yang dibangun Credit Saison untuk pendanaan internasionalnya. Alokasi dana yang disiapkan mencapai $55 juta (sekitar 770 miliar Rupiah) untuk investasi ke startup fintech di Asia Tenggara dan India yang fokus pada nasabah unbanked dan underbanked.

KoinWorks menjadi portofolio pertamanya dari Indonesia untuk fund ini.

Saison Capital akan berinvestasi antara enam hingga delapan startup tiap tahunnya dengan ticket size pendanaan Seri A maksimal $1 juta (lebih dari 14 miliar Rupiah).

Seluruh portofolionya akan menjadi bagian dari ekosistem Credit Saison dan bakal memiliki akses ke mitra seluruh pemain keuangan dan teknologi.

Beberapa portofolio Credit Saison yang sudah beroperasi di Indonesia adalah Grab dan ShopBack. Mereka juga menjadi LP di CyberAgent Ventures, East Ventures, Strive (rebrand dari Gree Ventures), dan Beenext.

Application Information Will Show Up Here