MTARGET Dapatkan Pendanaan Awal dari Prasetia Dwidharma

Platform SaaS untuk automasi pemasaran MTARGET dapatkan pendanaan awal dari Prasetia Dwidharma dengan nominal yang tidak sebutkan. Menurut pemaparan Yopie Suryadi (Founder & CEO) kepada DailySocial, pendanaan ini akan dialokasikan untuk membangun tim dan memperluas penetrasi di segmen B2B.

Seiring perkembangan produk dan ekspansi yang dilakukan, MTARGET merasa perlu untuk memperkuat tim revenue dan growth. Sepanjang tahun 2018, perusahaan mencatatkan pertumbuhan bulanan mencapai 22%, dengan total pengguna mencapai 2100. Hingga saat ini telah meningkat menjadi 3000 pengguna lebih.

Berawal dari platform email marketing automation dengan nama MailTarget, kini MTARGET telah bertransformasi menjadi marketing cloud solution. Visi mereka untuk membantu interaksi bisnis dan brand menjadi lebih dekat dan personal untuk para penggunanya, melalui data dan alat yang tepat.

Tahun lalu MTARGET juga sudah mulai debut di Malaysia. Untuk memasarkan produk, tim bisnis pun sudah dibangun di sana. Sasarannya sama, membantu UKM dan startup untuk mengembangkan strategi pemasaran melalui saluran digital.

Saat ini MTARGET miliki beberapa fitur unggulan, meliputi platform email marketing, email automation, interactive form, landing page, dan socmed management.

Already Secured Seed Funding, Wahyoo to Acquire 13 Thousand Warteg

A startup with digitization and modernization solution for warung (small shop/restaurant) “Wahyoo” announced to secure seed funding. The amount is classified, led by Agaeti Ventures and Kinesys Group. It is also supported by Chapter1 Ventures, SMDV, East Ventures, and Rentracks.

In using the fresh money, Peter Shearer’s startup which was founded in June 2017 is to achieve 13 thousand warung partners by the end of 2019. Previously, they’ve reached 7000 warung tegal (small restaurant) to support and being transformed.

“The fresh funding is to be used for product development and talent acquisition, for Wahyoo can provide better service to all warteg partners and to expand coverage. Currently, our partners still limited to Jakarta. We expect soon to reach all over Jabodetabek,” he said.

Wahyoo‘s main objective is to promote cost efficiency and warteg business development in Indonesia through the technology platform. Some of the examples are the supply chain to help to create a new business model, and Wahyoo Academy workshop program to improve consumer service quality.

Empowerment concept through warung has been developed by some other startups with different approaches. Kudo, for example, transforming warung to become the payment channel for all needs. In addition, Mitra Bukalapak to accommodate goods from warung. Another portfolio of East Ventures, Warung Pintar also presents some warung-based innovations.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Wahyoo Amankan Pendanaan Awal, Berambisi Rangkul 13 Ribu Warteg

Startup dengan solusi digitalisasi dan modernisasi warung “Wahyoo” mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal (seed funding). Nominal tidak disebutkan, pendanaan dipimpin oleh Agaeti Ventures dan Kinesys Group. Selain itu turut didukung Chapter1 Ventures, SMDV, East Ventures dan Rentracks.

Dengan dukungan pendanaan, startup yang didirikan oleh Peter Shearer pada Juni 2017 tersebut ingin capai target 13 ribu unit warung mitra hingga akhir tahun 2019. Sebelumnya mereka telah meraih tonggak capaian 7000 warung tegal (warteg) yang berhasil dibina dan ditransformasi.

“Pendanaan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk serta tim kami, agar Wahyoo bisa menghadirkan pelayanan yang lebih baik kepada para mitra warteg kami serta meningkatkan jangkauan kami ke wilayah yang lebih luas lagi. Saat ini mitra kami masih berpusat di Jakarta. Ke depannya, kami berharap untuk menjangkau wilayah Jabodetabek,” sambut Peter.

Visi utama Wahyoo adalah memberdayakan cost efficiency dan pengembangan keuntungan pengusaha warteg di Indonesia melalui platform teknologi. Beberapa contoh penerapannya adalah dengan pengadaan supply chain, membantu menciptakan model bisnis baru, dan penerapan program lokakarya Wahyoo Academy untuk meningkatkan kualitas pelayanan konsumen.

Konsep pemberdayaan melalui saluran warung telah dilakukan beberapa startup dengan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya Kudo yang mentransformasi warung untuk menjadi kanal pembayaran berbagai kebutuhan. Atau program Mitra Bukalapak yang mengakomodasi barang dagangan warung. Portofolio lain East Ventures, yakni Warung Pintar, juga menghadirkan inovasi berbasis warung.

Otomo Receives Another Seed Funding and Rebranding

Automo luxury vehicle rental platform just had rebranding into Otomo and received seed funding, starting from last year, worth $145,000 (over 2 billion Rupiah) from Prestige Corp Indonesia, a Singapore-based vehicle and travel company, and an angel investor who stays undisclosed.

Previously, Otomo has secured 1 billion Rupiah from Startup SG and grant from Enterprise Singapore worth of 300 million Rupiah. The startup intends to raise follow on round for additional funding to the end of this year.

To DailySocial, Otomo’s founder, Charles Lin said, the company plans to launch a mobile app which currently on development. After rebranding, the focus is to accelerate marketing, improving brand awareness, and to acquire more users.

“We have done the registration process for PT Automo Teknologi Indonesia. The rebranding is part of our preparation to make Otomo as the company’s global identity,” he said.

Extend the coverage

Otomo is now available in some first-tier cities in Indonesia, including Jakarta, Surabaya, and Medan. Using the fresh fund, the company is to extend the service coverage and adds up talents to accelerate business.

In order to provide better services, Otomo begins to introduce long-term rental. They also set new vehicle options, not only cars but also minibus and other big buses for corporate consumers.

“The other services we’ve offered including activity service and tour package related to the automotive industry, such as Pulau Komodo experience using a yacht or boat, or the guide in Bali using cars,” Lin added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kembali Peroleh Pendanaan Tahap Awal, Otomo “Rebranding”

Platform penyewaan kendaraan mewah Automo baru saja melakukan rebranding menjadi Otomo dan telah mendapatkan tambahan dana tahap awal, yang dimulai sejak tahun lalu, senilai $145,000 (lebih dari 2 miliar Rupiah) dari Prestige Corp Indonesia, sebuah perusahaan kendaraan dan perjalan yang berbasis di Singapura, dan seorang angel investor yang enggan disebutkan namanya.

Sebelumnya Otomo telah memperoleh dana senilai 1 miliar Rupiah dari Startup SG dan grant dari Enterprise Singapore senilai 300 juta Rupiah. Startup ini berharap bisa melakukan penggalangan dana lanjutan demi tambahan kapital hingga akhir tahun.

Kepada DailySocial, Founder Otomo Charles Lin menyebutkan, perusahaan berencana meluncurkan aplikasi mobile yang saat ini masih dalam tahap pengembangan. Fokus usai rebranding adalah melancarkan kegiatan pemasaran, meningkatkan brand awareness, sekaligus merangkul lebih banyak mitra.

“Kami juga telah menyelesaikan proses pendaftaran PT Automo Teknologi Indonesia. Proses rebranding kami adalah merupakan persiapan yang nantinya akan menjadikan Otomo sebagai identitas perusahaan secara global,” kata Charles.

Memperluas wilayah layanan

Saat ini Otomo sudah hadir di sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Surabaya, dan Medan. Dengan perolehan pendanaan baru ini, perusahaan berniat memperluas wilayah layanan dan menambah anggota tim untuk mempercepat bisnis.

Untuk memberikan layanan lebih yang baik, Otomo mulai memperkenalkan penyewaan kendaraan dengan jangka waktu lebih lama. Perusahaan juga mulai menambah pilihan kendaraan, tidak hanya mobil, tapi juga minibus dan bus besar yang bisa dimanfaatkan konsumen korporasi.

“Layanan lainnya yang kami coba hadirkan adalah kegiatan aktivitas dan pilihan tur yang berhubungan dengan otomotif, seperti paket Pulau Komodo dengan memanfaatkan yacht atau kapal, atau pemandu wisata ke Bali menggunakan mobil,” kata Charles.

Startup Pengembang Platform Konten Pemasaran “Feedloop” Dapatkan Pendanaan Awal dari East Ventures

Startup SaaS di bidang pemasaran Feedloop hari ini (19/6) mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal (seed funding) dari East Ventures dan beberapa angel investor. Terkait nominal yang diterima tidak diinfokan lebih lanjut. Modal tambahan tersebut akan difokuskan untuk membangun pengalaman konten yang interaktif dan mutakhir, sehingga dapat membantu para perusahaan dalam inisiatif “brand activation”.

Layanan Feedloop menyediakan perangkat untuk para staf pemasaran dalam membuat kampanye pemasaran interaktif, berbentuk survei, kuis, dan cerita yang dapat dibagikan di media sosial atau ditempel di aplikasi dan website.

“Konsumen masa kini menginginkan dialog dua arah dengan brand. Sekadar menampilkan iklan dan mempromosikan produk atau brand tidak lagi efektif. Brand harus berinvestasi dalam membangun konten yang memicu dialog dan memberikan nilai tambah kepada konsumen,” ujar Co-founder & CEO Feedloop Ahmad Rizqi Meydiarso, sebelumnya merupakan Co-founder Kata.ai.

“Feedloop bisa mempercepat sebuah kampanye kreatif hingga diterima masyarakat, sembari mengurangi biaya bila dibandingkan dengan kampanye yang dibuat oleh vendor,” tambah Co-founder & CTO Feedloop Ronaldi Kurniawan. “Karena itu, kami menghilangkan kesulitan para staf pemasaran, dan memungkinkan mereka untuk fokus pada hal yang lebih penting, yaitu proses kreatif. Kami juga memungkinkan mereka untuk terus memperbaiki diri lewat masukan-masukan pengguna yang berasal dari sistem analisis kami.”

Feedloop
Contoh hasil konten survei racikan Feedloop untuk Liga1

Menurut PwC, pertumbuhan pengeluaran digital media di Indonesia merupakan salah satu yang paling cepat di dunia. PQ Media memperkirakan bahwa pengeluaran iklan di tanah air bisa mencapai US$12 miliar. Kendati pengeluaran yang besar, tantangan terbesar pemasar adalah merancang pengalaman pelanggan yang berkesan secara menyeluruh untuk meningkatkan brand engagement, sehingga menghasilkan ROI yang lebih tinggi.

“Kami percaya lebih dari 150 juta konsumen Indonesia sudah terhubung secara online. Dengan demikian, personalisasi akan menjadi strategi utama yang lebih efektif bagi brand dan perusahaan untuk menjangkau pelanggan mereka. Tim Feedloop memiliki pola pikir yang tepat, mereka membawa pendekatan berbasis produk untuk membantu perusahaan berinovasi dalam memberikan pengalaman merek yang terpersonalisasi dalam berbagai situasi,” sambut Partner East Ventures Melisa Irene.

Kedai Sayur Terima Pendanaan Senilai 18,7 Miliar Rupiah, Dipimpin oleh East Ventures

Kedai Sayur pengembang platform teknologi untuk memberdayakan tukang sayur keliling hari ini (27/5) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal sebesar $1,3 juta atau setara 18,7 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh East Ventures. Modal tambahan ini akan difokuskan untuk mempercepat perekrutan pedagang sayur sebagai mitra, sehingga layanan dapat mencakup wilayah yang lebih luas.

“Pedagang sayur keliling kemungkinan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Menariknya mereka masih bertahan hingga sekarang di lingkungan modern ini, bersanding dengan supermarket dan toko kelontong lainnya yang bertumbuh cepat. Meski demikian pedagang keliling merupakan cara ternyaman bagi konsumennya untuk mendapatkan kebutuhan harian,” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Willson juga menambahkan bahwa keputusannya untuk berinvestasi di Kedai Sayur didasarkan pada dua hipotesis. Pertama adalah inklusi teknologi untuk pedagang. Dan yang kedua untuk meningkatkan rantai pasokan di Indonesia. Melalui pendekatan teknologi, East Ventures yakin dapat mengakselerasi dua tujuan besar tersebut.

Kedai Sayur didirikan pada tahun 2018 oleh Adrian Hernanto, Ahmad Supriyadi dan Rizki Novian. Misinya adalah untuk memberikan pedagang sayur produk dagangan berkualitas dengan harga terbaik di pasaran. Salah satunya dengan mengefisiensikan proses distribusi bahan sayuran tersebut dari petani ke pedagang.

Caranya Kedai Sayur bekerja sama dengan petani untuk pemilihan produk segar dan distribusi. Tukang sayur yang bergabung sebagai mitra dapat mengakses produk tersebut melalui aplikasi. Selanjutnya produk yang dipesan dapat diambil di Mitra Sayur pada titik drop-off terdekat. Mitra Sayur juga menawarkan kendaraan distribusi baru yang disebut “Si Komo”, pembiayaan dapat dibantu dengan pengajuan ke Kedai Sayur.

“Melalui jaringan kami yang luas dan penggunaan teknologi, kami percaya dapat memberdayakan pasar produk segar dan membuktikan bahwa penduduk ekonomi tingkat mana pun, termasuk tukang sayur, dapat merasakan manfaat dari inklusi teknologi. Kami percaya bahwa misi kami mampu meningkatkan kehidupan para tukang sayur dan membebaskan mereka dari jam kerja yang tidak teratur dan berbagai kesempatan mendapatkan penghasilan tambahan,” ujar Co-Founder & CEO Kedai Sayur Adrian Hernanto.

Saat ini Kedai Sayur sudah memiliki sekitar 2 ribu mitra yang bergabung di area Jakarta. Perusahaan mengklaim pertumbuhan mitra tiap bulan mencapai 60 persen. Adapun produk yang diakomodasi Kedai Sayur meliputi sayuran, lauk-pauk, bumbu, hingga buah-buahan.

Application Information Will Show Up Here

AI Data Labeling Startup Datasaur Announces Seed Round from GDP Ventures

Datasaur, a startup for data labeling, has announced their seed round from GDP Venture. The development of this new service was due to the rise of AI. Behind every AI algorithm are thousands of human-labeled training examples. Organizing and labeling such data today is tedious, time-consuming and expensive.

Datasaur develops smart tools to make labeling more productive and efficient. It emphasizes a policy of privacy and data safety – previously, labeling was often outsourced and data could end up in the wrong hands. Based on the announcement by Datasaur’s Founder & CEO, Ivan Lee, the system will use AI-based models and Natural Language Processing (NLP) to proactively suggest labels and save time.

Project management tools are included for organizing data and assuring accuracy. Labels that do not match previous labels or do not make sense contextually will be submitted to another labeler for verification. In the first phase, Datasaur is focused on text-based data. It has plans to expand to audio in the near future.

“We have secured a seed round of funding. Since announcing last week, several investors have reached out and we are keeping the round open for a select few we think would make for good strategic partners,” the Datasaur team said to DailySocial.

Ivan Lee is the CEO and Founder of Datasaur.ai. He graduated with a Computer Science B.S. from Stanford University in 2009. He took a leave of absence from pursuing his Computer Science Master’s degree to co-found Loki Studios with three other Stanford students. After raising institutional funding and building a profitable game, Loki was acquired by Yahoo in 2013.

Ivan went on to participate in Yahoo’s inaugural Associate Product Manager program. He spent two years as a Product Manager defining and re-building mobile search using artificial intelligence. Ivan went on to serve as VP of Product at GoButler, working to define a new genre of virtual personal assistant. He most recently spent two years working on AI Products at Apple.

He currently lives in Silicon Valley. Aside from thinking about technology and its application to products, he enjoys playing Ultimately Frisbee on warm California days.

“Datasaur is co-located in California and Indonesia. We believe Indonesia’s rich tech ecosystem and abundance of data provide excellent opportunities for us to help out growing startups and established companies working on AI. We are very grateful to be partnering with GDP, a well-connected and respected firm. We see ourselves as a global company from the very start, and are happy to democratize access to AI worldwide,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Pengembang Platform Pelabelan Data AI “Datasaur” Dapatkan Pendanaan Awal dari GDP Venture

Startup pengembang platform data labeling Datasaur menerima pendanaan awal (seed round) dari GDP Venture. Pengembangan layanan ini dilatarbelakangi tren kecerdasan buatan (AI) yang terus meningkat. Di balik setiap algoritma AI ada ribuan pelatihan (mesin) yang umumnya berbasis “human-labeled training”. Mengelola dan memberi label data seperti itu adalah pekerjaan yang sangat membosankan, memakan waktu, dan mahal.

Datasaur mengembangkan alat cerdas untuk membantu pemberi label data bekerja secara lebih produktif dan efisien. Termasuk meningkatkan privasi dan keamanan data – sering kali pekerjaan pelabelan data dilakukan secara outsource. Berdasarkan ulasan yang ditulis Founder & CEO Datasaur Ivan Lee, sistem kerjanya menggunakan pemodelan berbasis AI dan didukung Natural Language Processing (NLP), yang secara proaktif menyarankan label.

Label data yang tidak selaras dengan perilaku pemberian tag sebelumnya atau secara kontekstual tidak pada tempatnya akan disorot untuk diverifikasi. Pengelola proyek dapat mengatur setiap data akan diberi label berapa kali, untuk menjamin tingkat akurasi. Di fase awalnya, layanan Datasaur masih berfokus pada masukan data berbasis teks. Ke depan akan memperluas cakupan pada masukan audio juga.

“Kami telah mendapatkan seed round dari GDP Venture. Sejak diumumkan minggu lalu, beberapa investor telah menghubungi kami, dan kami juga masih membuka partisipasi untuk babak pendanaan ini bagi beberapa orang terpilih, yang kami anggap akan menjadi mitra strategis,” ujar tim Datasaur saat dihubungi DailySocial.

Ivan merupakan lulusan ilmu komputer (B.S.) dari Stanford University. Ia memutuskan untuk mengambil cuti studi masternya untuk mendirikan Loki Studio bersama tiga rekan lulusan Standford lainnya. Di tahun 2013, Loki diakuisisi oleh Yahoo. Pasca akuisisi tersebut, Ivan ditunjuk sebagai Associate Product Manager perdana Yahoo.

Di Yahoo salah satu tanggung jawabnya ialah menyempurnakan platform mobile search dengan AI. Selanjutnya Ivan bekerja sebagai VP of Product di GoButler mengembangkan layanan virtual personal asistant. Sempat bekerja juga dua tahun sebagai AI Product di Apple. Saat ini Ivan tinggal di Silicon Valley untuk mengeksplorasi banyak hal mengenai produk aplikasi dan teknologi.

“Bisnis Datasaur berlokasi di California dan Indonesia. Kami percaya ekosistem teknologi di Indonesia dan berlimpahnya data memberikan peluang bagi kami untuk menumbuhkan startup dan perusahaan yang mengembangkan AI. Kami sangat bersyukur bisa bermitra dengan GDP. Kami memandang diri kami sebagai perusahaan global sejak awal muncul dan dengan senang hati akan mendemokratisasikan akses ke AI di seluruh dunia,” lanjutnya.

Selain Jasa Nebeng, Aplikasi Noompang Fasilitasi Pengiriman Makanan Antarkota

Berawal dari layanan nebeng untuk mahasiswa yang melakukan perjalanan Jakarta-Bandung, Noompang berusaha lebih mendalami potensi bisnisnya. Saat ini mereka menjalankan layanan car-pooling dan food delivery antarkota yang memungkinkan pengguna mengoptimalkan kursi dan bagasi kosong.

“Kami resmi beroperasi bulan Juni 2018. Saat ini kami melayani area Jabodetabek, Bandung, dan Jatinagor dengan lebih dari 10 ribu pengguna terdaftar. Untuk food delivery kami juga sudah aktif di daerah tersebut,” jelas CMO Noompang Afra Sausan.

Konsep tumpangan yang diusung Noompang serupa dengan Ompreng, Tebengan, bahkan GrabHitch.

Noompang didirikan Mirsa Sadikin, Dafi Adinegoro, dan Valdi Rachman. Ketiganya bersama tim didukung oleh pendanaan tahap awal dari salah satu akselerator startup di Indonesia. Ide awalnya mereka berusaha menawarkan layanan yang berpeluang mengubah kursi dan bagasi kosong menjadi sesuatu yang menguntungkan.

“Selama Noompang beroperasi, kami menerima feedback positif dari pengguna. Banyak permintaan dari pengguna untuk memperluas pasar kami agar mereka mendapatkan teman yang searah lebih besar lagi. Mereka juga memiliki kebutuhan untuk mengurangi biaya transportasi sehari-hari mereka. Layanan Noompang Intercity Food Delivery juga diharapkan dapat membantu pengemudi kami dalam mengurangi biaya transportasi melalui bagasi kosong mereka yang diisi dengan makanan dari luar kota,” imbuh Afra.

Menjaga kepercayaan pengguna

Untuk saat ini Noompang memiliki beberapa fitur yang bisa dimanfaatkan pengguna, seperti “Group Chat” untuk berkomunikasi antara pengemudi dan penumpang, fitur “Rutin” untuk mengetahui jadwal rutin perjalanan, fitur “Verifikasi Indentitas” untuk menjaga dan meningkatkan keamanan (verifikasi menggunakan identitas diri seperti SIM dan KTP) dan fitur “Rate and Review” untuk memberikan komentar dan penilaian untuk perjalanan yang mereka tempuh.

Noompang paham betul layanannya bisa tumbuh dan berkembang berkat kepercayaan dari pengguna yang harus dijaga. Usaha yang ditempuh antara lain, setiap pengemudi dan penumpang diwajibkan untuk mengunggah data diri masing-masing untuk diverifikasi oleh tim Noompang.

Untuk memastikan pengemudi dan penumpang aman sampai tujuan, mereka dimungkinkan untuk melakukan background checking masing-masing hingga ulasan profil dari pengguna lain.

“Membangun kepercayaan pengguna saat ini adalah prioritas kami. Kami banyak melakukan inisiatif, berupa fitur yang ada di dalam aplikasi sampai di luar aplikasi, seperti memberikan edukasi megnenai penggunaan Noompang yang baik dan benar kepada pengemudi dan penumpang,” jelas Afra.

Untuk tahun ini Noompang akan fokus pada area yang sudah dilayani sambil terus berusaha untuk menyediakan rute baru dan produk baru. Salah satunya adalah menyempurnakan produk food delivery dengan harapan menghilangkan batasan untuk mencicipi kuliner nusantara.

Application Information Will Show Up Here