SerMorpheus Raih Pendanaan 37 Miliar Rupiah, Jembatani Brand Lokal Masuk ke Ekosistem Web3

SerMorpheus, platform web3 enabler lokal, mengumumkan pendanaan tahap awal senilai $2,5 juta atau lebih dari 37 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Intudo Ventures, diikuti oleh 500 Global, Febe Ventures, AlphaLab Capital, BRI Ventures, dan Caballeros Capital.

Dengan putaran pendanaan ini, SerMorpheus akan fokus pada pengembangan infrastruktur teknologi agar dapat menjembatani kesenjangan antara web3 dan kebutuhan merek/konsumen Indonesia; dan merekrut talenta terbaik di semua fungsi.

Diluncurkan pada Januari 2022, SerMorpheus adalah platform yang fokus menjembatani brand dan peritel ke ekonomi digital baru. Perusahaan mengembangkan NFT dan mengelola utilitas yang memungkinkan mereka terhubung langsung dengan pengguna dan komunitas. Serta menciptakan nilai melalui pengalaman belanja yang dipersonalisasi.

Melalui mekanisme onlinetooffline yang disediakan, pemegang NFT bisa menikmati keuntungan secara nyata melalui acara yang diadakan oleh brand dan peritel. Pengguna bisa mengklaim NFT bermerek tertentu untuk mengikuti berbagai aktivitas offline, seperti konser, permutaran film, dan acara lainnya.

Saat ini perusahaan tengah membangun infrastruktur untuk brand dan kreator konten  yang menghubungkan produk dan layanan web3 dengan pengguna web2, menghilangkan hambatan teknis dan mengurangi gesekan.

Co-Founder SerMorpheus Kenneth Tali mengungkapkan, “Kami membayangkan web3 akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kami di masa depan dan NFT memiliki potensi besar untuk menjangkau audiens yang lebih besar daripada yang dimiliki kripto.”

Ia turut menambahkan bahwa Web3 telah memperoleh daya tarik yang signifikan di Indonesia. “Kami sangat antusias untuk membawa NFT ke pasar massal Indonesia sebagai pintu gerbang ke dunia web3 yang lebih besar.” tegasnya.

“Web3 menjadi wujud iterasi terbaru dari penggunaan internet yang menjanjikan—sebuah dunia di mana pengguna dapat menjadi kreator dan pemilik secara bersamaan. Namun, di antara lima miliar pengguna internet di dunia, hanya sekitar 400 juta orang yang merupakan pengguna kripto, dengan proyeksi miliaran lainnya akan online dalam beberapa tahun ke depan. Karena SerMorpheus melayani Indonesia, apa yang mereka bangun juga merupakan kunci untuk internet yang benar-benar inklusif, di luar Indonesia,” ungkap Managing Partner 500 Global Khailee Ng.

Tentang SerMorpheus

SerMorpheus didirikan oleh Kenneth Tali dan Budi Sukmana. Keduanya sudah cukup aktif di industri blockchain dan aset kripto sejak 2016; serta terlibat sebagai anggota pendiri dan pejabat Jaringan Blockchain Indonesia. Sebelumnya, Kenneth juga pernah mendirikan platform crowdfunding Likuid, yang telah rebranding menjadi ekuid. Saat ini ia menempati posisi komisaris di perusahaan.

Timnya menyadari bahwa ada permintaan cukup besar dari brand dan kreator untuk NFT dan aset digital lainnya, agar bisa terlibat langsung dengan pengguna dan basis penggemar mereka. Selain itu ada kebutuhan akan mitra lokal yang tidak hanya memahami aspek teknis web3, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam terkait preferensi dan kebiasaan konsumen Indonesia.

Salah satu proposisi nilai yang ditawarkan SerMorpheus adalah menghilangkan gesekan onboarding dengan menghubungkan kreator langsung dengan pasar NFT global atas nama mereka sendiri, serta memungkinkan transaksi dilakukan dalam Rupiah (IDR) hanya dengan alamat email dan nomor telepon. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan proses dalam memasuki ekonomi digital baru.

Perusahaan membangun permintaan yang kuat oleh brand untuk terlibat dengan pemirsa Indonesia, SerMorpheus akan mempercepat upaya untuk memasukkan lebih banyak merek ke dalam ekonomi digital baru, termasuk NFT yang menyertai pembelian tiket film, kehadiran acara, dan kampanye aktivasi online-ke-offline lainnya.

SerMorpheus debut dengan proyek penjualan tiket Jazz Goes to Campus (JGTC) bekerja sama dengan Tokocrypto. Dengan tiket berbasis NFT, pengguna bisa menikmati pengalaman yang meneluruh mulai dari sebelum, selama, hingga setelah acara berakhir. Tiket tersebut juga dapat diperdagangkan dengan transparan di pasar sekunder, yang memungkinkan promotor untuk tetap mendapatkan royalti.

Selain itu, beberapa klien yang sudah mempercayai SerMorpheus untuk mengembangkan dan mendistribusikan NFT yang disesuaikan seperti Indonesia Comic Con, klub sepak bola profesional PERSITA Tangerang, festival musik Jogjarockarta, aktris dan penyanyi Indonesia Prilly Latuconsina, serta film yang diproduksi Visinema Pictures Mencuri Raden Saleh.

Rencana ke depan

Saat ini, perusahaan tengah mengembangkan platform untuk kreator, termasuk penciptaan NFT mandiri, yang memungkinkan pengguna untuk mencetak dan mengeluarkan NFT dengan ringkas tanpa memerlukan pengetahuan teknis. SerMorpheus juga berencana menyediakan fitur analisis untuk membantu kreator konten melacak koleksi dan basis pengguna mereka.

Disinggung mengenai proses kurasi, Kenneth menjelaskan dalam wawancara terpisah dengan DailySocial.id bahwa tidak ada kriteria spesifik untuk kreator atau IP yang ingin meluncurkan NFT-nya. Namun, timnya menyaring secara kualitatif dan sangat selektif. “Harus benar-benar serius dan memiliki value,” tegasnya.

Olivier Raussin, Co-founder & Managing Partner Febe Ventures mengungkapkan, “Teknologi blockchain menciptakan cara baru bagi kreator dan brand untuk berinteraksi langsung dengan penggemar dan konsumen mereka, termasuk kasus di dunia nyata seperti menghargai loyalitas pelanggan. SerMorpheus adalah pilihan mitra teknis untuk bisnis Indonesia yang ingin mendorong keterlibatan dalam ekonomi digital baru.”

Di tengah maraknya kiprah NFT di Indonesia, terdapat beberapa platform yang menawarkan layanan serupa. Salah satunya adalah Bolafy yang fokus menawarkan koleksi digital resmi dari kolaborasinya dengan partner di bidang sepak bola lokal. Selain itu juga ada platform marketplace NFT seperti Kolektibel, Artpedia serta Tokomall milik Tokocrypto.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Pimpin Pendanaan Pra-Awal Startup Web3 “Playground”

East Ventures dan Mirana Ventures memimpin pendanaan pra-awal Playground, platform Web3 gaming dan NFT asal Singapura. Putaran ini juga diikuti Arc Capital (private crypto fund yang terafiliasi dengan Pintu), James Z (Founder Jambo), Adam Levinson Murali Abburi, Benjamin Zhu, serta sejumlah eksekutif senior dari perusahaan blockchain ternama.

Managing Partner di East Ventures Koh Wai Kit mengatakan, “Kami mendukung founder terbaik dalam membangun bisnis jangka panjang. Kami harap dapat bermitra dengan tim Playground untuk membangun platform game dan entertainment generasi berikutnya bagi pengguna Web3.”

Playground didirikan untuk mengatasi kesenjangan informasi di era Web3. Pesatnya pertumbuhan proyek entertainment berbasis blockchain sering kali diikuti oleh informasi yang terfragmentasi, seperti subjektif, ketinggalan zaman, atau tidak dapat diandalkan. Hal tersebut dinilai menghalangi adopsi massal Web3, terutama di sektor hiburan.

Terlepas dari pengalamannya di blockchain, Founder & CEO Playground Clinton Teh mengaku mengalami kesulitan dalam melakukan proses penemuan, baik mencari memverifikasi, dan mengumpulkan informasi tentang game Web3 dan NFT dengan konsep kepemilikan digital dan desentralisasi ini. Maka itu, Playground dibangun sebagai one-stop platform yang akan menjembatani kesenjangan informasi bagi semua pengguna Web3 dengan fokus pada pengalaman dan legitimasi.

“Kami meyakini semua pengguna harus dapat merasakan pengalaman seamless dalam mempelajari proyek-proyeknya, dari mulai menerima informasi faktual hingga merasakan langsung game tertentu. Playground diposisikan secara unik untuk mengatasi masalah ini dengan pemahaman mendalam tim terhadap konten Web3 yang beragam dan dinamis. Visi kami adalah menjadi platform terpercaya untuk semua penemuan hiburan Web3,” tambah Clinton.

Playground didukung oleh founding team yang memiliki pengalaman luas di dunia Web2 dan Web3, karier di berbagai perusahaan teknologi terkemuka termasuk Binance, Classpass, dan Tencent, serta melibatkan decentralized autonomous organizations (DAO). Adapun, Clinton Teh sebelumnya memimpin sejumlah inisiatif strategis di Web3 dan NFT.

Nantinya, pengguna dapat menemukan berbagai proyek Web3 yang terpercaya secara interaktif, serta dapat mengikuti pembaruan dan pencapaian untuk proyek baru dan existing. Selain itu, pengguna dapat berinteraksi dan berbagai ide dengan ekosistem dan komunitas  di platform tersebut.

Pasar Web3

Web3 menjadi salah satu tren teknologi yang tengah diminati di Indonesia. Adopsinya terbilang masih dalam tahap awal mengingat sejumlah pemangku kepentingan masih mengeksplorasi use case yang tepat, terutama yang dapat diadopsi secara masif. 

Beberapa yang sudah proven di Indonesia di antaranya adalah kripto, NFT, dan Web3 gaming. Sebagai gambaran, Emergen Research melaporkan nilai pasar Web3 di global sebesar $3,2 miliar di 2021 dan diproyeksi menembus $81,5 miliar di 2030. 

Sebelumnya, venture capitalist Eddi Danusaputro sempat berujar bahwa Web3 punya potensi besar untuk dikembangkan. Hanya saja, use case Web3 belum banyak dan belum dapat menyelesaikan masalah keseharian, misalnya smart contract atau invoice financing dengan Blockchain.

“Sebetulnya, use case seperti smart contract ini sudah ada dikembangkan di Indonesia, tetapi traction-nya belum besar. No disrespect to NFT atau game, ini akan menjadi produk yang nice to have saja, belum untuk sehari-hari. Saya firm believer, saya sangat suka Blockchain, sayangnya use case belum banyak,” ujarnya baru-baru ini.

Dapat Pendanaan Awal, Charged Indonesia Segera Rilis Motor Listrik Perdananya Oktober 2022 Mendatang

Bertujuan menghadirkan platform yang memiliki dampak untuk lingkungan dan membantu masyarakat luas menikmati kendaraan motor listrik, Charged Indonesia baru meluncur awal tahun 2022. Mereka berencana untuk meluncurkan motor listrik perdana bulan Oktober tahun ini.

Charged didukung sebuah kompleks industri zero energy (menggunakan sumber daya energi berkelanjutan) seluas 16.000 meter persegi di Jabodetabek. Nantinya lokasi tersebut akan digunakan untuk pusat penelitian dan pengembangan, experiential center, serta sebagai pusat produksi. Dalam waktu dekat, perusahaan juga memiliki rencana untuk mendirikan showroom dengan konsep ramah lingkungan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Produk awal

Untuk tahap awal Charged Indonesia akan merilis 3 model sepeda motor listrik yang praktis dan terjangkau untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk transportasi pribadi, logistik, armada perusahaan, dan layanan ride-hailing.

Selain itu mereka juga akan menyediakan adaptor untuk pengisian baterai yang bisa digunakan oleh pengguna di rumah. Untuk mengontrol kondisi motor, melalui aplikasi nantinya bisa dilihat perkembangan dari motor tersebut, sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan perawatan motor.

“Kami berkomitmen untuk mendorong perubahan besar menuju penggunaan sepeda motor listrik yang terjangkau, praktis dan juga diminati penggunanya di Indonesia, dan berusaha untuk meningkatkan pengalaman berkendara yang dirasakan oleh jutaan pengendara dan penumpang sepeda motor,” kata Direktur Komersial Charged Indonesia Stephanus Widi.

Tahun ini Charged Indonesia memiliki target untuk memperkenalkan lebih luas lagi motor listrik garapan mereka kepada target pengguna. Dengan mengedepankan konsep ramah kepada lingkungan, mereka berharap motor listrik mereka bisa digunakan oleh lebih banyak lagi masyarakat di Indonesia.

Pendanaan awal

Sebagai langkah awal Charged Indonesia telah mengantongi pendanaan tahapan awal dari DeClout Ventures senilai $4,5 juta (sekitar Rp68 miliar). Menurut CEO DeClout Ventures Lim Swee Yong, kemitraan strategis yang dijalin bersama Charged Indonesia diharapkan dapat mendorong penggunaan sepeda motor berbasis listrik di Asia Tenggara, dimulai dari Indonesia.

“Investasi ini merupakan investasi yang strategis bagi kami karena kami melihat keselarasan dan sinergi yang kuat antara bisnis Charged Indonesia dan perusahaan portofolio yang kami miliki dalam bidang infrastruktur kota cerdas, IoT, dan teknologi bersih.”

Didirikan pada tahun 2016, DeClout Ventures merupakan anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Exeo Global Pte. Ltd., sebagai kantor pusat regional dari Exeo Group, Inc. yang terdaftar di Bursa Efek Tokyo. Perusahaan dimulai sebagai platform dua tingkat yang terdiri dari inkubasi dan fasilitasi penggalangan dana untuk startup dan growth-enterprise.

Pada bulan Februari 2020, DeClout Ventures berinvestasi kepada ICHX Technologies (iSTOX), platform Pasar Modal blockchain yang menawarkan penerbitan, penyelesaian, penyimpanan, dan perdagangan sekunder sekuritas digital.

Pengembangan motor listrik di Indonesia

DailySocial.id mencatat beberapa tahun terakhir, perusahaan teknologi dan energi hingga pemodal ventura ramai-ramai menggarap proyek kendaraan listrik. Hal ini untuk mendukung upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara dengan target produksi 600 ribu mobil listrik dan 2,5 juta sepeda motor listrik pada 2030.

Sejak tahun 2019 pengembangan distribusi motor listrik atau yang dikenal dengan electric vehicle sudah cukup marak kehadirannya di Indonesia. Mulai dari perusahaan teknologi seperti Grab hingga GoTo yang kemudian berinvestasi melalui usaha patungan atau joint venture (JV) bernama Electrum tahun 2021, lalu kemudian melalui anak usaha PT Rekan Anak Bangsa (RAB) melepas aset motor listrik, perlengkapan baterai, dan merek dagang senilai 23,6 miliar Rupiah kepada PT Energi Kreasi Bersama (EKB).

Selain pengembang motor listrik ada juga startup yang telah mendapatkan pendanaan dari venture capital yaitu SWAP Energy perusahaan teknologi yang membangun infrastruktur pertukaran baterai di Indonesia. Tercatat saat ini SWAP telah memiliki lebih dari 400 swap station yang ditempatkan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), dan Bali. Sampai akhir tahun 2022, mereka berencana menempatkan lebih dari 1500 stasiun pengisian baterai di beberapa kota besar di Indonesia.

Ada pula ION Mobility yang merupakan perusahaan pengembang motor elektrik pintar. Pintar di sini karena mereka turut tanamkan perangkat lunak kecerdasan buatan untuk beberapa tugas, seperti penghematan daya dan kemudahan penggunaan. Perusahaan ini berbasis di Singapura, Shenzhen (Tiongkok), dan Jakarta.

ARIA Kembali Peroleh Pendanaan 74 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup agritech ARIA mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $5 juta (lebih dari 74 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures, investor sebelumnya yang berpartisipasi dalam putaran pra-awal pada Maret 2022. Triputra Group dan GK-Plug & Play kembali berpartisipasi dalam putaran ini, bersama dengan investor strategis lainnya, seperti Michael Sampoerna dan Arkana Ventures.

Dana segar ini akan dialokasikan ARIA untuk membantu petani membangun sistem pertanian termekanisasi dengan pemberdayaan drone, menjamin pengembangan produk yang baik dan terarah, dan pengembangan IoT. Sistem ini terus dikembangkan dengan target spesifik para petani demi kemajuan agrikultur di Indonesia.

Co-founder & CEO ARIA William Sjaichudin menyampaikan perolehan dana segar ini merupakan bukti kuat dari keyakinan ARIA untuk mengembangkan sektor pertanian Indonesia dengan pemanfaatan solusi digital. “Kami percaya solusi yang kami hadirkan dapat membuka potensi terbesar dari industri agrikultur di Indonesia, serta menciptakan dampak positif dalam perkembangan Indonesia secara keseluruhan,” ucapnya dalam keterangan resmi, Senin (29/8).

Partner East Ventures Melisa Irene turut menyampaikan keputusan di balik East Ventures untuk melipatgandakan investasinya di ARIA. Menurut dia, pihaknya telah melihat perkembangan yang positif yang dihadirkan ARIA dalam menyediakan solusi digital yang lebih baik untuk para petani.

“Dengan besarnya potensi di bidang agrikultur Indonesia, kami percaya ARIA akan menjadi solusi yang tepat dalam mengintegrasikan solusi digital dan agrikultur untuk memberdayakan lebih banyak petani di Indonesia,” kata Melisa.

Pencapaian ARIA

ARIA Drone / ARIA

Bersamaan dengan pengumuman ini, sambungnya, ARIA turut meluncurkan aplikasi pertamanya, “ARIA TANI”. Aplikasi ini adalah solusi menyeluruh bagi B2C untuk memberikan layanan agrikultur yang terintegrasi. ARIA TANI ditenagai dengan teknologi IoT dan konektivitas untuk meningkatkan produktivitas pada perkebunan skala besar di Indonesia.

“Aplikasi ini menawarkan penggunaan drone sebagai layanan utama dan diintegrasikan dengan layanan produk lainnya, seperti pupuk, agrokimia, serta alat-alat pertanian, untuk memastikan para petani dapat menerima layanannya secara tepat waktu.”

Sebagai catatan, ARIA didirikan pada Oktober 2021 oleh William Sjaichudin, Arden Lim (CPO) dan Yosa Rosario (COO). Mereka menyadari bahwa salah satu permasalahan terbesar dalam sektor agrikultur di Indonesia adalah penurunan jumlah petani yang semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini membuat proses penyiraman serta proses panen sulit dilakukan karena keterbatasan tenaga kerja, yang berakibat pula pada turunnya kualitas tanaman, tingginya risiko gagal panen dan menimbulkan kerugian pada petani.

ARIA juga mengembangkan solusi IoT untuk pelacakan para pekerja (worker tracker). pengembangan ini memiliki fokus meningkatkan visibilitas para petani di perkebunan skala besar, serta mengatasi konektivitas yang buruk di kondisi lapangan yang sulit. Solusi ini dikombinasikan dengan mekanisasi pemupukan lewat drone sprayer untuk meningkatkan efisiensi waktu kerja dan pengunaan bahan baku di perkebunan pada tahapan penyemprotan, pemupukan, dan hingga proses panen.

“Dengan pengembangan inovasi IoT dalam penerapan agrikultur, ARIA memberikan sebuah solusi untuk meningkatkan visibilitas dalam kondisi lapangan yang sulit dengan worker tracker yang dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja, serta dengan drone sprayer yang memberikan layanan pemupukan secara mekanik. Dengan solusi tersebut, para petani memperoleh hasil analisa lahan dan informasi akurat mengenai kebutuhan pupuk di area-area yang telah ditentukan serta meningkatkan efisiensi pemupukan di lapangan,” ungkap Co-Founder dan CPO ARIA Arden Lim.

“Pada tahun 2022, kami berkolaborasi dengan ARIA untuk mendukung Precision Forestry Project di Provinsi Jambi. ARIA dengan cepat beradaptasi dan mencapai lebih dari 95% pencapaian kuantitatif dalam 3 bulan, yang menjadi bukti performa yang memprioritaskan kepuasan konsumen. Kami berharap pencapaian ARIA dapat ditingkatkan lebih jauh melalui kolaborasi yang saat ini berlangsung dan di masa depan,” ujar Koordinator Remote Sensing Sinar Mas Forestry Umar Hadi Sucipto.

Arden menuturkan, perusahaan akan terus mengembangkan jaringan infrastruktur dan secara cepat membentuk titik distribusi pada 17 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuannya adalah untuk menjangkau pasar potensial, memudahkan pembelian armada drone dalam jumlah besar, serta pengembangan aset kunci IoT berupa teknologi pelacakan, sehingga menghadirkan nilai tambah dan dampak bermakna bagi para pelanggan ARIA.

Dalam beberapa bulan penerapan, ARIA telah mendapatkan hak eksklusif untuk penyemprotan dengan drone di Indonesia dari Bayer Agrochemicals. Pencapaian ini membuktikan kualitas serta dedikasi yang konsisten terhadap layanan yang dimanfaatkan serta didukung oleh 17 cabang layanan ARIA di seluruh nusantara. ARIA juga mengamankan kontrak pemetaan hutan dengan APP untuk 300 ribu Hektar QC Weeding, dengan hasil terbaik di kelasnya dan memperkuat keunggulan dengan kualitas gambar dan penerimaan sebesar 97%, sehingga menjadi standar terbaru dalam kualitas pekerjaan.

Application Information Will Show Up Here

Startup Logistik Superkul Kantongi Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Startup logistik Superkul mengumumkan pendanaan awal yang dipimpin oleh East Ventures dengan nominal dirahasiakan. Dengan pendanaan ini, perusahaan akan menambah armada operasional, jumlah tim, dan membangun platform mid-mile untuk melengkapi portofolio layanan kepada konsumen.

Superkul didirikan oleh Cathrine Susilowati Prajitno (CEO), Felix Sutanto (CFO), Chris Wiranata (CTO), dan Eunike Yvonne Hanata (Marketing Manager) pada 2020.

Mereka menawarkan jasa pengiriman logistik berbasis rantai dingin (cold chain) dan pendingin (chiller) untuk last mile. Saat ini, jangkauan pengiriman Superkul baru berada di Jakarta dan Bandung, dan telah melayani sebanyak 231 klien dari sektor F&B, kesehatan, dan farmasi. Terbaru, Superkul telah menjalin kerja sama dengan PT Sekar Bumi Tbk sebagai mitra mobile store.

“Besarnya potensi industri logistik cold chain di Indonesia turut diakselerasi oleh perubahan perilaku pasar akibat pandemi. Kami yakin dapat memanfaatkan kebutuhan dan memberdayakan masyarakat agar tumbuh secara keseluruhan,” ujar Co-founder & CEO Superkul Cathrine Susilowati Prajitno dalam keterangan resminya.

Sementara, Principal East Ventures Devina Halim menambahkan bahwa pasar logistik cold chain telah menjadi industri yang besar di Indonesia. Pihaknya meyakini bahwa integrasi tepat dari operasi dan solusi digital yang disediakan oleh Superkul dapat membantu jutaan pelaku usaha meningkatkan skala bisnis.

“Kami bersemangat menyaksikan semakin banyak pertumbuhan dan dampak yang akan dibawa Superkul ke industri logistik di Indonesia,” tutur Devina.

Target Superkul

Pada paruh pertama 2023, Superkul menargetkan dapat mengoperasikan 100 armada. Pihaknya juga berencana ekspansi ke berbagai kota besar di Indonesia dan membuka layanan pengiriman aggregator middle-mile, serta cross docks.

Bagi Cathrine yang telah membangun bisnis logistik sejak 2005 menilai layanan logistik cold chain untuk last mile terpercaya yang dapat dapat mengakomodasi pengiriman makanan segar dan beku di Indonesia masih sangat kurang.

Hal ini dinilai menghambat bisnis para pemilik usaha dari skala UMKM hingga multinasional. Tak sedikit yang kehilangan pelanggan potensial karena pemilik bisnis lebih memilih solusi kurir instan berbiaya rendah untuk menghindari produk diterima dalam keadaan tidak segar, busuk, atau segar dibandingkan layanan pengiriman berbiaya lebih tinggi.

Untuk menjawab masalah tersebut, Superkul melengkapi armada sepeda motor dengan Superkul Box yang dapat membawa produk pada suhu -22C hingga 10C. Melalui solusi ini, pihaknya berupaya memastikan suhu tetap konstan dengan metode pengiriman pada hari yang sama dan rute terdekat.

Pihaknya mengembangkan teknologi yang dapa menjaga kualitas barang serta meningkatkan keamanan dan kebersihan makanan. Selain itu, Superkul menghilangkan penggunaan kemasan tambahan dan thermo freeze sekali pakai agar pemilik bisnis tidak perlu mengeluarkan biaya pengiriman tambahan.

Pasar cold chain

Berdasarkan laporan Forrester Research, bisnis makanan dan bahan makanan mengalami pertumbuhan signifikan pada 2020 yang dipicu oleh pandemi. Sektor ini menyumbang 11% dari pasar e-commerce global, naik dari 5% pada 2015. Adapun, industri makanan dan bahan makanan diperkirakan tumbuh lebih jauh menjadi 15% pada 2025.

Adapun, Allied Market Research melaporkan nilai pasar industri cold chain di Indonesia tercatat sebesar $ 4,97 miliar pada 2021 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 10,2%. Angka tersebut diproyeksi menembus $12,59 miliar dalam sepuluh tahun mendatang.

Ada beberapa startup di Indonesia yang masuk ke sektor logistik untuk cold chain, seperti Paxel dan Fresh Factory. Paxel bermain pada pengiriman last mile yang kebanyakan berupa produk makanan, bahan pokok, dan kesehatan. Sementara, Fresh Factory masuk melalui manajemen penyimpanan produk dingin dan layanan pengadaan.

Dapat Dukungan Init-6, Algobash Suguhkan Platform Perekrutan Programmer Terkurasi

Di tengah disrupsi teknologi yang semakin berkembang, begitu pula kebutuhan akan talenta digital kian meningkat. Riset McKinsey dan Bank Dunia menunjukkan, untuk menyiapkan diri menghadapi Revolusi Industri 4.0, Indonesia disebut membutuhkan sebanyak 9 juta atau 600 ribu talenta digital setiap tahun selama 2015 hingga 2030.

Hal ini sejalan dengan kehadiran beberapa platform rekrutmen yang fokus menjembatani para perusahaan dengan talenta-talenta digital, salah satunya Algobash. Pada pertengahan tahun 2022 lalu, perusahaan berhasil mengantongi pendanaan yang tidak disebutkan nilainya dari Init-6, modal ventura besutan Co-founder Bukalapak Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono.

Nugroho Herucahyono selaku Partner Init-6 mengungkapkan, “Ada ketidaksesuaian besar antara supply dan demand talenta teknologi di Indonesia. Bertentangan dengan apa yang diyakini orang, ada banyak jumlah talenta teknologi. Masalahnya adalah kesenjangan kualitas antara bakat yang tersedia dan apa yang dibutuhkan. Algobash mencoba memecahkan masalah dengan meningkatkan talenta dan membantu perusahaan memilih kandidat terbaik untuk kebutuhan talenta mereka.”

Algobash sendiri didirikan oleh Elfino Sitompul dan Melinda Wardiman, keduanya percaya bahwa talenta teknologi akan selalu dibutuhkan dan potensinya masih luar biasa besar. Di samping itu, solusi Algobash tidak hanya bisa diaplikasikan di Indonesia saja tetapi juga di pasar global. “Mindset kami adalah sustainability, sehingga solusi yang kami buat adalah sebuah cycle rekrutmen yang menguntungkan semua pihak,” tambah Elfino.

Layanan yang ditawarkan

Perusahaan memiliki dua model bisnis, yaitu B2B yang fokus pada platform SaaS assessment agar perusahaan bisa melakukan penilaian kemampuan teknis yang lebih mendalam. Metodenya tidak terbatas pada coding test, tetapi juga termasuk uji kognitif dan wawancara.

Selain itu juga model B2C untuk para pengguna yang ingin belajar atau upskill kemampuan programming-nya. “Di luar ini, kita juga punya kemampuan untuk monetisasi coding competition melalui sponsorship dan lainnya,” tambah Melinda.

Proposisi nilai yang ditawarkan dalam platform Algobash adalah memastikan proses rekrutmen yang objektif, nonbias, dan masif melalui solusi coding test dan pre-employment assessment. Hal tersebut tidak hanya membantu perusahaan terhindar dari resiko bad hiring, tetapi juga memastikan kesempatan kerja yang setara dan rata untuk seluruh talenta yang ada.

Algobash juga menawarkan course yang bisa membantu kandidat belajar dengan harga yang jauh lebih efisien daripada bootcamp konvensional. Kandidat yang berhasil lulus dengan nilai yang baik dan berkenan dicarikan kerja akan direkomendasikan oleh algoritma Algobash melalui produk talent pool kepada perusahaan. Dengan solusi tersebut, Algobash dapat menyelesaikan masalah dari hulu ke hilir rekrutmen di Indonesia.

“Selain kami membuka kesempatan kerja menjadi lebih terbuka dan adil, kunci dari transformasi digital adalah qualified talents. Untuk itu dibutuhkan sebuah solusi yang lebih scalable dari sekedar solusi tradisional. Semua bisa belajar programming secara interaktif di Algobash dengan lingkungan layaknya saat bekerja nanti” jelas Elfino.

Sebagai platform rekrutmen, Melinda menekankan bahwa Algobash bukanlah head hunter. Timnya memang membantu perusahaan untuk proses rekrutmen yang lebih presisi, namun “Kita tidak memonetisasi proses rekrutmen dari perusahaan,” tegasnya.

Ia turut mencontohkan terminologi “Tinder Swindler” yang sempat ramai dibahas dalam industri rekrutmen. Salah satu fokus mereka adalah untuk mengeliminasi individu yang mengamalkan tindakan tersebut dan memastikan agar kandidat yang terpilih adalah nyata dan memiliki kemampuan yang teruji melalui platform Algobash.

Algobash sudah melakukan ujian terhadap ribuan talenta untuk berbagai macam client di berbagai bidang termasuk bank, fintech, e-commerce dan korporat. Algobash secara aktif mendukung Bluebird, Paragon, KoinWorks, dan lainnya untuk pre-employment test mereka. Selain itu, perusahaan juga secara rutin mengadakan kompetisi coding “Code Run” dan “Kartini Koding Challenge” (khusus wanita). Selain memberikan benefit hadiah, platform juga menawarkan kesempatan bekerja bagi para pemenang dan partisipan.

Terkait pendanaan yang telah didapat, Melinda juga mengungkapkan bahwa perusahaan akan menggunakan dana ini untuk pengembangan platform, konten dan marketing. Tujuannya adalah mendapatkan growth revenue yang bagus. “Kita akan melengkapi seluruh rangkaian proses rekrutmen sehingga perusahaan kelak hanya membutuhkan satu tools yaitu Algobash, bukan yang lain,” tutupnya.

Platform rekrutmen di Indonesia

Menurut riset Microsoft dan LinkedIn, akan ada 98 juta pekerjaan yang membutuhkan talenta dengan skill digital di bidang software development atau pengembangan perangkat lunak pada tahun 2025. Pekerja dengan skill digital di bidang cloud atau komputasi awan juga akan semakin banyak dicari, dengan proyeksi 23 juta pekerjaan pada 2025.

Terkait potensi pasar, isu rekrutmen menjadi salah satu tantangan utama perusahaan di bidang HR. Hal ini tertuang dalam riset PwC di awal tahun yang memaparkan sejumlah tantangan utama perusahaan di bidang HR yang terdiri dari persoalan rekrutmen (39%), modernisasi sistem (36%), employee upskilling (28%), remote atau hybrid working (24%), dan employee benefit (22%).

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa layanan yang menawarkan solusi serupa, salah satunya Deall Sejuta Cita yang belum lama ini mengumumkan partisipasinya dalam program akselerator Y Combinator cohort W22. Selain itu juga ada beberapa pemain lokal yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan lainnya.

Startup Proptech “Kabina” Terima Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Startup proptech dan konstruksi Kabina mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari beberapa angel investor, termasuk pesohor Sandra Dewi. Tidak disebutkan nominal yang diterima dalam putaran ini.

Kabina akan mengalokasikan dana segar untuk pengembangan produk dan ekspansi tim, serta berinvestasi pada peralatan dan solusi yang berkontribusi terhadap operasi yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan di industri.

“Kami bersemangat untuk bekerja sama dengan ekosistem East Ventures yang kuat dan merevolusi industri konstruksi dan properti di Indonesia,” ujar Founder dan CEO Kabina Fred Moeis dalam keterangan resmi, Kamis (18/8).

Partner East Ventures Avina Sugiarto menambahkan, bergabungnya Kabina ke dalam ekosistem East Ventures dipercaya akan semakin memperkuat sektor proptech, dalam rangka mendemokratisasikan industri konstruksi dan properti di Indonesia dengan bahan dan proses yang efisien dan berkelanjutan.

Solusi Kabina

Fred memutuskan untuk mendirikan Kabina pada 2020 lantaran di industri konstruksi dan properti di sini masih dihadapi pada tantangan inefisiensi biaya dan estimasi waktu. Dengan kiprahnya sebagai desainer, ia juga melihat rendahnya kesadaran dan komitmen dalam meminimalkan dampak negatif lingkungan, terutama terkait dengan penggunaan peralatan yang boros energi secara terus menerus.

Ia percaya Kabina dapat menjadi solusi atas permasalahan yang ada. Kabina dapat meminimalisir atau bahkan menghilangkan tantangan melalui integrasi solusi berbasis teknologi dalam proses konstruksi dan pengembangan teknologi. Startup ini berfokus pada penyederhanaan proses konstruksi dengan memanfaatkan modularistas, pra-fabrikasi, dan menggunakan bahan utama kayu yang bersumber dari hutan yang dikelola secara lestari dan tersertifikasi oleh FSC (Forest Stewardship Council).

Kabina menggunakan kayu sebagai bahan utama dalam menciptakan berbagai struktur, produk, dan solusi yang inspiratif dan keberlanjutan. Menggabungkan teknologi serta inovasi dengan bahan alami yang berkelanjutan, berbagai produk Kabina menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dalam berbagai bentuk dan skala.

“Berbagai teknik dan pendekatan penyederhanaan ini berfungsi sebagai solusi inovatif yang membuka peluang untuk menghemat biaya secara signifikan, meminimalkan limbah, konsumsi air, dan energi.”

Fred memastikan kombinasi yang seimbang dari berbagai elemen penting dan kebutuhan pelanggan dalam menghadirkan solusinya. Terkait dengan klaster perumahan, Kabina menciptakan struktur yang multi fungsi sehingga memungkinkan para pelanggan dapat dengan mudah menyesuaikan dan merekonstruksi struktur bangunan berdasarkan kebutuhan yang berbeda.

Ke depannya, Kabina akan meluncurkan penawaran lain yang berkaitan dengan gaya hidup dan kebutuhan para pelanggan, antara lain: Kabina House, Kabina Space, Kabina Suite, Kabina Studio, Kabina Lounge, Kabina Play, dan masih banyak lagi.

Beberapa penawaran menarik antara lain: Kabina Market, platform ritel dengan konsep ruang terbuka (outdoor); setidaknya terdapat 50% area outdoor. Kabina Market akan berlokasi pada area-area strategis untuk menghubungkan para pelanggan dengan berbagai merek/ritel dengan tetap mempertimbangkan preferensi baru pelanggan.

Kabina juga akan mengintegrasikan solusi SaaS-nya, yaitu Kabina Life dalam mendigitalkan dan menyederhanakan manajemen properti dan real estate. Para pengguna dapat mendapatkan informasi terkait manajemen pengunjung serta melakukan pemesanan fasilitas dan pembayaran layanan bulanan dalam satu aplikasi.

Saat ini total tim Kabina berjumlah 16 orang yang sebagian besar berbasis di Indonesia, dan 65% dari tim adalah perempuan.

East Ventures Pimpin Pendanaan Awal Startup D2C Asal Singapura “Evo”

Startup direct-to-consumer (D2C) Evo mengumumkan telah menyelesaikan putaran pendanaan awal senilai $600 ribu (senilai 8,9 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures. Sejumlah angel investor dari petinggi startup, seperti Aaron Tan (Carro), Joel Leong (ShopBack), Mohandass (Spenmo), dan Jonathan Tan (Prism+) turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Putaran ini sekaligus menambah jajaran investor yang telah mendukung Evo sejak berdiri. Mereka adalah Bonjour Holding, SparkLab Ventures, Paragon Capital, Farquhar Ventures, dan super angels yang mencakup pendiri dan tim manajemen dari berbagai startup ternama.

Dana yang terkumpul akan digunakan perusahaan untuk memperluas penawaran produk Evo dan menggandakan anggaran untuk R&D kategori produk baru untuk mengeksplorasi saluran distribusi baru di sektor D2C.

“Kami percaya bahwa Covid-19 telah mempercepat pola pembelian e-commerce global secara drastis. Kami ingin menjadi generasi baru digital native brand yang melayani pelanggan dalam kategori kesehatan dan kebugaran, dengan brand dan konten produk yang lebih baik, serta harga yang lebih terjangkau dengan menghilangkan perantara,” ujar Co-founder dan CEO Evo Roy Ang dalam keterangan resmi, Rabu (3/8).

Evo didirikan pada 2020 oleh Roy Ang (CEO) dan Teoh Ming Hao (COO). Keduanya merupakan bagian dari anggota tim awal Grab Financial Group, yang membangun GrabPay dan produk pembayaran lainnya secara regional. Sebelum bergabung di decacorn tersebut, mereka berdua memegang posisi manajemen di startup media online e27 dan Tech in Asia.

“Kami telah melihat kemahiran dan ketangkasan Evo dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang pada sektor kesehatan dan kecantikan. Kami percaya bahwa pendanaan ini akan membantu Evo untuk memperluas kehadirannya di pasar regional dan menyediakan produk terbaik yang memenuhi kebutuhan pelanggan,” tambah Principal East Ventures Devina Halim

Produk Evo

Evo memosisikan diri sebagai house of brands yang berfokus pada produk kesehatan dan kecantikan. Perusahaan membuat produk suplemen dan perawatan rambut berkualitas tinggi yang dibuat dari pabrik yang sama dengan brand besar global.

Evo memiliki lebih dari delapan produk berbeda, termasuk produk andalannya, BounceBack, sebuah suplemen perawatan hati dan anti gejala hangover. Diklaim produk unggulan ini disukai oleh banyak pekerja dari berbagai pengalaman berkat tingkat kemanjurannya yang tinggi terhadap gejala hangover setelah mabuk.

Selain produk unggulannya, Bounceback, tim Evo juga menawarkan Mantou, produk anti-rambut rontok, dan meluncurkan kategori suplemen lain untuk mengatasi susah tidur, kesehatan rambut, dan kekebalan tubuh melalui brand Stryv.

Beralih dari live commerce software ke D2C, Evo telah mencatat pertumbuhan 700% dalam lima bulan terakhir dan kini beroperasi di 10 pasar secara global. Evo telah mencapai titik impas pada bulan Juni tahun ini, dan bertujuan untuk mencapai 8 digit pendapatan tahunan pada akhir tahun. Selain itu, Evo ingin mengumpulkan tambahan pendanaan sebesar $500 ribu pada kuartal ketiga tahun ini.

Dijelaskan lebih jauh berkat konsep D2C yang diadopsi, konsumen Evo dapat membeli langsung melalui etalase digital native, tanpa harus melewati distributor, grosir, dan pengecer. Dengan proses perdagangan dan persebaran informasi lebih efisien, implikasinya bagi pelanggan akhir adalah kenaikan kualitas produk dan penurunan harga barang secara drastis.

“Kami ingin menjadi katalis untuk perubahan paradigma ini dalam industri kesehatan dan kecantikan,” kata Ang.

Disampaikan pula, perusahaan saat ini beroperasi di 10 pasar dan anggota tim tersebar di Singapura, Indonesia, dan Korea.

Di Indonesia saat ini startup D2C dengan konsep brand aggregator yang sudah hadir di antaranya adalah Una Brands, Hypefast, Tjufoo, OpenLabs, dan USS Networks. Masing-masing juga telah mendapatkan dukungan pendanaan dari VC.

Startup Brand Agregator “Tjufoo” Umumkan Pendanaan Awal dari TNB Aura

Startup brand agregator Tjufoo hari ini (13/7) mengumumkan raihan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan dari TNB Aura, VC asal Singapura. Modal segar ini akan dimanfaatkan Tjufoo mengakselerasi bisnisnya melalui pengembangan direct-to-consumer (D2C) brands di tanah air.

“Tjuffo fokus pada offline brand asli Indonesia, menyediakan modal pertumbuhan utama, dan menyediakan tim yang luar biasa yang dipimpin oleh para co-founder, TJ dan Aldrian Foo, yang membedakan mereka dari yang lain. Kami berharap dapat mendukung digitalisasi gelombang UMKM berikutnya di Indonesia,” ucap Founding Partner TNB Aura Vicknesh R Pillay dalam keterangan resmi.

Sejak berdiri pada awal tahun ini, Tjufoo hadir untuk mendukung kemajuan Indonesia secara menyeluruh dan berkelanjutan, dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, dengan menyediakan akses di dalam ekosistem Tjufoo sesuai kebutuhan brand, meliputi saluran distribusi, riset, platform dana dan analitik, hingga optimalisasi infrastruktur dan rantai pasok. Perusahaan juga bekerja sama dengan pemilik brand untuk memberikan berbagai pilihan exit strategy dan menghasilkan uang dari strategi tersebut.

“Kami juga menghubungkan para brand dengan sosok-sosok ahli dan berpengalaman dari berbagai perusahaan kenamaan di Indonesia yang dapat memberi masukan strategis hingga kesempatan kerja sama untuk tumbuh bersama-sama. Kami pun berkomitmen dalam menciptakan industri yang lebih inklusif dalam mendukung pemberdayaan perempuan di dunia bisnis,” kata Co-founder dan CEO Tjufoo TJ Tham.

Sejauh ini, perusahaan lokal yang sudah dibantu oleh Tjufoo cukup beragam. Mereka adalah ACMIC, Cypruz, Granova, dan Dew It. Keseluruhan brand ini diklaim dapat tumbuh dua kali lipat dalam waktu kurang dari satu tahun, penjualan online naik 4x lipat dalam waktu kurang dari satu kuartal, menambah lebih dari 1.000 sales points baru, dan membuka akses kepada lebih dari 5 juta pengguna baru.

TJ menuturkan, pada tahun ini perusahaan menargetkan akan mengakuisisi lebih banyak brand potensial, baik dari dalam dan luar negeri. Untuk brand D2C dari luar negeri yang ingin ekspansi ke tanah air, Tjufoo akan menjadi mitra yang tidak hanya memberi investasi, namun juga keahlian menyeluruh akan strategi bisnis, mulai dari akuisisi, manajemen sumber daya manusia, sampai brand tersebut meluncur di Indonesia.

Inisiasi dukung pemberdayaan perempuan

Dalam kesempatan yang sama, TJ juga mengumumkan kolaborasi dengan Stellar Women, platform berbasis komunitas dari, oleh, dan untuk perempuan guna mencapai potensi diri secara personal dan profesional. Kolaborasi ini dinamakan AKSI Perempuan (Akselerasi Bisnis Perempuan), program inkubasi bagi bisnis yang dirintis perempuan.

Peserta program akan mengikuti pelatihan selama 3-6 bulan dari para praktisi berpengalaman. Di akhir program, akan dipilih hingga 10 bisnis yang akan mendapatkan pendampingan lebih lanjut dari Tjufoo untuk membawa bisnisnya ke level yang lebih tinggi.

“Kami memahami bahwa perempuan menghadapi banyak hambatan dalam menjalankan bisnis. Selain modal, perempuan juga dihadapkan dengan peran di keluarga, stigma, tekanan sosial, hingga minimnya akses terhadap informasi dan jejaring yang dibutuhkan. [..] Kami harap inisiatif ini dapat menginspirasi banyak perempuan untuk lebih berani dalam memulai bisnis,” tambah Co-founder dan CEO Stellar Women Samira Shihab yang juga menjadi Co-founder dan CEO Tinkerlust.

Startup Fintech EWA “Kini” Dapat Suntikan Dana 64 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup fintech penyedia solusi earned wage access (EWA) Kini mengumumkan perolehan dana tahap awal sebesar $4,3 juta (lebih dari 64 miliar Rupiah) yang dipimpin East Ventures, dengan partisipasi dari investor lainnya, seperti Ten13, OurCrowd, K50 Ventures, dan Goodwater Capital.

Menariknya, ini adalah portofolio kedua bagi East Ventures di vertikal EWA, setelah berinvestasi di wagely pada Maret 2022.

Kini akan memanfaatkan dana baru tersebut untuk membangun rangkaian produk HR-tech, memperluas kemitraan, dan menyediakan teknologi HR untuk memperkuat solusi HR-fintech mereka melalui satu API.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan East Ventures dan semua investor kami. Dukungan mereka akan mempercepat misi kami untuk menciptakan hidup yang lebih baik bagi 99% pekerja di Indonesia, terutama bagi para pekerja yang hidup dari gaji ke gaji,” terang Co-Founder & CEO Kini Jordan Fain dalam keterangan resmi, Kamis (7/7).

Kini didirikan pada 2021 oleh Fain bersama Sidnei Budiman (CTO), veteran fintech di Indonesia. Berkat pengalamannya selama di Uber, Fain menyadari bahwa memperketat siklus pembayaran untuk pengemudi meningkatkan retensi dan akuisisi. Oleh karenanya, ia meyakini Kini dapat berguna dalam memberdayakan bisnis, terutama saat mengelola tenaga kerja kerah biru dalam skala besar.

Di Asia Tenggara sendiri, terutama di Indonesia, terdapat jutaan pekerja kerah biru yang masih underbanked, hidup dari gaji ke gaji, dan memiliki akses terbatas ke kredit, sehingga rentan terhadap pinjaman predator dari pemberi pinjaman.

“Kebutuhan akan inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia semakin penting dari sebelumnya. Kami percaya pada misi Kini untuk merevolusi cara jutaan pekerja mengelola uang mereka untuk mencapai kesehatan finansial yang lebih baik. Kami yakin bahwa tim Kini dapat menjadi mitra yang tepat bagi banyak perusahaan di Indonesia,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

Diklaim, Kini mampu mencetak pertumbuhan volume transaksi bulanan rata-rata sebesar 70% dengan mitra lebih dari 50 perusahaan. Beberapa nama penggunanya adalah Ismaya Group, Asaba, DOKU, dan lainnya; termasuk berbagai perusahaan publik. Perusahaan juga telah terintegrasi dengan berbagai HRIS (Human Resources Information System). Total tim Kini sendiri baru beranggotakan 10 orang.

Model bisnis EWA

Seperti kebanyakan pemain EWA lainnya, Kini menyediakan layanan gaji on-demand (EWA) untuk membantu karyawan dari mitra perusahaan mengatur keuangan mereka. Pencairan gaji lebih cepat ini dapat mereka manfaatkan untuk membayar tagihan, membeli asuransi mikro.

Kini turut menambahkan fitur lainnya yang diperuntukkan untuk HRD perusahaan, termasuk di antaranya pencairan insentif atau tunjangan secara instan, voucher diskon, telekomunikasi, layanan penggajian, integrasi API, integrasi API dengan sistem informasi HR, dan sistem pelacakan waktu karyawan.

Tidak seperti fintech lending yang menerapkan bunga sebagai revenue stream, EWA punya pendekatan berbeda. Untuk layanan pencairan gaji cepat sendiri, mereka menggunakan biaya flat untuk besaran nominal yang telah ditentukan. Misalnya yang dilakukan Kini dengan mengenakan admin fee Rp30 ribu untuk setiap Rp1,2 juta gaji dicairkan.

Di luar itu, sebagai startup yang menyasar segmen B2B, biasanya platform EWA juga memiliki revenue stream lain, misalnya dari fee atas penggunaan platform HR-tech, API, dan pembayaran yang ada di dalamnya (seperti bill payment, QR payment dll).

Pendanaan dari VC untuk startup EWA

Selain Kini, sudah ada sejumlah perusahaan yang tertarik menggarap konsep serupa di Indonesia. Beberapa namanya, ada GajiGesa, wagely, Gigacover, GajiKoin yang diusung KoinWorks, Vinmo, Mekari Flex, Halogaji dari Halofina, GetPaid, dan Gajiku. Mayoritas dari pemain ini sudah didukung dalam bentuk investasi dari VC. Berikut daftarnya:

Startup Tahun berdiri Pendanaan terakhir Investor
GajiGesa 2020 Pra-Seri A ($6,6 juta) MassMutual Ventures, January Capital, Wagestream, OCBC NISP Ventura, Bunda Group, Patrick Walujo, Nipun Mehram, dll
wagely 2020 Pra-Seri A ($8,3 juta) East Ventures (Growth Fund), Central Capital Ventura, Integra partners, ADB, FGC, Trihill Capital, dll.
Gigacover 2020 (masuk ke Indonesia) Tahap awal (2019) Vectr Fintech, Quest Ventures Partners, Alto Partners, dll
GajiKoin 2020 Melalui KoinWorks, Seri C (ekuitas $43 juta dan debt $65  juta) MDI Ventures, Quona Capital, Triodos Investment Management, ACV, EV, dll
Vinmo September 2021
Mekari Flex 2020 Melalui Mekari, tahap lanjutan ($50 juta) Money Forward Inc, East Ventures, Beenect, MCI, Alto Partners, Prastia, dll.
Halogaji Agustus 2021 Tahap awal (2019) MCI, Finch Capita, Plug and Play Asia Pacific, Rekanext
GetPaid September 2021 (masuk ke Indonesia) Tahap awal ($1,15 juta) Grovey Pay dan Nityo Infotech Service
Gajiku Januari 2022 Tahap awal ($1,1 juta) AC Ventures, Agung Ventures, Monk’s Hill Ventures Scouts Program, Sampoerna, dll.