MDI Ventures Kembali Suntikkan Dana untuk Pengembang “E-commerce Enabler” Anchanto

MDI Ventures kembali terlibat dalam pendanaan startup e-commerce enabler Anchanto bernilai USD12 juta atau setara 178 miliar Rupiah. Sebelumnya CVC Telkom tersebut telah mengumumkan memimpin dan membuka pendanaan seri C startup asal Singapura tersebut di pertengahan 2018 lalu, mengucurkan USD4 juta.

Pendanaan yang baru diberikan ini sebenarnya masih dalam tahapan yang sama, selain MDI juga ada Asendia yang turut terlibat. CEO Asendia Marc Pontet dan CEO MDI Ventures Donald Wihardja akan bergabung ke dalam jajaran manajemen Anchanto.

Sejauh ini Anchanto telah berhasil mengumpulkan dana SGD16,6 juta atau setara 180 miliar Rupiah dalam seri C-nya; sementara putaran pendanaan masih terus digulirkan. Sebelumnya Transcosmos Jepang dan Luxasia juga sempat memberikan pendanaan untuk Anchanto.

Tambahan modal yang didapat akan digunakan perusahaan untuk memperkuat R&D, termasuk di dalamnya meluncurkan produk baru dan membangun platform data. Ekspansi ke pasar baru juga menjadi agenda yang tengah dipersiapkan.

Seperti diketahui, Anchanto menyediakan produk berbasis SaaS yang memudahkan bisnis mengelola operasional e-commerce. Di dalamnya termasuk sistem pengelolaan warehouse dan inventory. Saat ini mereka sudah beroperasi di Singapura, India, Malaysia, Filipina, Australia, Korea Selatan, dan Indonesia.

Dari data internal yang dipaparkan, hingga akhir 2019 perusahaan telah membatu sekitar 12 ribu bisnis, memproses GMV hingga USD2,71 miliar.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa layanan serupa, baik yang dikembangkan startup maupun regional. Beberapa di antaranya Sirclo, Jet Commerce, aCommerce, Perpule, IDMarco, dan lain sebagainya.

Raih profitabilitas

Vaibhav Dabhade selaku CEO dan Founder Anchanto / Anchanto
Vaibhav Dabhade selaku CEO dan Founder Anchanto / Anchanto

Founder & CEO Anchanto Vaibhav Dabhade mengungkapkan, perusahaannya saat ini sudah mencapai titik profit. Pendapatan tersebut dibukukan dari layanan berlangganan dan gross margin yang dinilai tinggi. Perusahaan merasa dapat berjalan cukup efisien, karena tidak membeli inventory atau mengoperasikan toko/gudang.

“Memperoleh profitabilitas di saat-saat sulit seperti sekarang merupakan kinerja yang luar biasa. Saya merasa ini adalah pencapaian yang signifikan karena berhasil mengumpulkan di tengah krisis Covid-19. Kami adalah perusahaan yang efisien,” ujarnya.

Selain itu bergabungnya Asendia selaku perusahaan logistik ‘cross-border’ untuk e-commerce di Eropa juga diharapkan menjadi pintu pembuka ekspansi Anchanto ke pasar Eropa.

“Kami senang Asendia dapat berinvestasi pada visi Anchanto. Layanan Asendia di Singapura telah menggunakan platform Wareo dan SelluSeller milik Anchanto [..] Kami juga melihat investasi Asendia sebagai pintu gerbang kami ke pasar Eropa,” tambah Vaibhav.

Model kerja sama yang akan digalakkan sebenarnya mirip dengan komitmen awal mereka bersama MDI. Pada saat pembukaan pendanaan seri C dikatakan bahwa ada kemungkinan layanan Anchanto diintegrasikan lebih lanjut dengan DELON (Depo Logistik Online), layanan fulfillment logistik yang diusung Telkom dan POS Indonesia. DELON memang berjalan di atas platform manajemen warehouse milik Anchanto.

BRI Ventures Contributes in Modalku’s Series C Funding

BRI Ventures agrees to invest in Modalku’s fintech lending company, Funding Societies. This is to be discussed directly by Modalku Co-Founder & CEO Reynold Wijaya. He mentioned to DailySocial, inviting BRI Ventures is part of the Modalku C series which was posted last April 2020.

“It is expected that we have announced that the Modalku group has raised commitments for the series C funding worth of US$ 40 million (or around 625 billion Rupiah) from the current investors and undisclosed investors. The fund with BRI Ventures contribution is part of our series C,” said Reynold.

This fresh fund will be increased by Modalku to realize the vision of increasing financial inclusion in Southeast Asia, as well as enhancing a positive vision for growth in Indonesia. Especially in the future of this pandemic, asking for this will support the company’s strategy to support SMEs to continue to grow and survive. In addition, Modalku is tocontinue innovation in providing new products.

“The company also has a target to be able to support more SMEs in various sectors and regions. However, our main focus now is to support SMEs whose business is increasing this pandemic. Supporting our main strategy now is better to promote restructuring.”

Pandemic effect

Pandemic made several technology startups do business operational efficiency, some of which even layoff to pivot business models. Meanwhile Reynold stressed, so far Modalku did not do that, including laying off employees. The wave of pandemic that occurred forced Modalku to make various internal and external anticipatory measures.

From the internal side, the company also conducts streamline operations to improve efficiency so that operational processes are simpler. According to Reynold, in these conditions, it is important for companies to stabilize the company’s pace and continue to grow in a healthy manner. Therefore, he was reluctant to call this a layoff.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BRI Ventures Terlibat dalam Pendanaan Seri C Modalku

BRI Ventures terlibat dalam pendanaan induk perusahaan fintech lending Modalku, Funding Societies. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya. Kepada DailySocial ia mengungkapkan, keterlibatan BRI Ventures merupakan bagian dari pendanaan seri C Modalku yang dibukukan April 2020 lalu.

“Sebelumnya kami telah mengumumkan bahwa grup Modalku telah memperoleh komitmen pendanaan seri C sebesar US$40 juta (atau sekitar 625 miliar Rupiah) dari investor-investor terdahulu yang telah bergabung serta investor baru yang belum bisa diumumkan namanya. Pendanaan yang melibatkan BRI Ventures ini merupakan bagian dari pendanaan seri C kami,” kata Reynold.

Dana segar ini akan difokuskan Modalku untuk merealisasikan visi meningkatkan inklusi keuangan di Asia Tenggara, serta menciptakan dampak positif bagi perekonomian di Indonesia. Terutama di masa pandemi ini, pendanaan ini akan mendukung strategi perusahaan untuk mendukung UKM tetap bisa bertumbuh dan bertahan. Selain itu, Modalku untuk terus berinovasi menyediakan produk baru.

“Perusahaan juga memiliki target untuk bisa menjangkau lebih banyak UKM di berbagai sektor dan wilayah. Namun, fokus utama kami saat ini adalah mendukung UKM yang bisnisnya terkena dampak pandemi ini. Sehingga strategi utama kami saat ini adalah bereaksi lebih cepat terhadap perubahan kondisi ekonomi makro melalui restrukturisasi.”

Dampak pandemi

Pandemi membuat beberapa startup teknologi melakukan efisiensi operasional bisnis, beberapa di antaranya bahkan sampai melakukan layoff hingga pivot model bisnis. Sementara itu Reynold menegaskan, sejauh ini Modalku tidak melakukan hal tersebut, termasuk mem-PHK pegawainya. Gelombang pandemi yang terjadi memaksa Modalku membuat berbagai langkah antisipasi internal dan eksternal.

Dari sisi internal, perusahaan juga melakukan streamline operations untuk meningkatkan efisiensi agar proses operasional lebih sederhana. Menurut Reynold, pada kondisi seperti ini, penting bagi perusahaan untuk menstabilkan laju perusahaan dan tetap tumbuh secara sehat. Maka dari itu, ia enggan menyebutnya ini sebagai layoff.

Application Information Will Show Up Here

Fabelio Secures New Funding in Series C First Round, Raising 283 Billion Rupiah (UPDATED)

Fabelio, an e-commerce company focused on marketing furniture, today (17/6) announced US $ 9 million worth of Series C1 funding or equivalent to 127.5 billion Rupiah. Therefore, as calculated with the previous round, they reached US$20 million or equivalent to 283.4 billion Rupiah.

This investment round was led by AppWorks, Endeavor Catalyst, and MDI Ventures, with the participation of previous investors Aavishkaar Capital.

Series C funding will continue, targeted to close by the end of 2020. The company expects participation from investors in Southeast Asia and China.

The funds raised will be focused on accelerating the logistics network and Fabelio’s experience center. This step was taken in line with the company’s mission for domestic expansion in some of the major cities in Java and Bali, the target is until November 2020.

Fabelio’s Co-Founder & CEO Marshall Tegar Utoyo said, after five years of increasing business and instilling the value of the ‘new retail’ strategy, Fabelio is ready to accelerate growth with this funding. “Our main focus is to increase product categories and delivery times. Beyond that, we will expand our business throughout Indonesia.”

Meanwhile, Fabelio’s Co-Founder Christian Sutardi added, “A significant number of this funding will be invested in technology, which includes improving our current technology team of 40 engineers,” Sutardi added.

In Indonesia, Fabelio is not the only one, there are several online platforms that specifically engaged in online furniture service. Two of those are Rupa Rupa and Dekoruma. Ruparupa is affiliated with Kawan Lama Group, which also operates Informa and Ace Hardware retail companies in Indonesia, both of which are closely related to furniture products and home furnishings.

While Dekoruma also market the similar product. In addition to e-commerce that sells goods, they also come as an online platform for interior design service, connecting thousands of designers with prospective customers. The company has obtained pre-series C funding in May 2020.

Targeting profitability by 2022

Christian Sutardi and Marshall Tegar Utoyo
Fabelio’s Co-founders, Christian Sutardi and Marshall Tegar Utoyo / Fabelio

Previously, the company managed to close the Series B funding worth of US$6.5 million in 2018. It results in expanding service coverage in Jabodetabek and Bandung, through 3 offices and 20 experience centers, and employing 430 staff. The company claims, they’ve succeeded in increasing customer growth by 82% with 1000 B2B projects – including full-furnishing of residential furniture, apartments, and offices.

Along with the current trends, Fabelio is quite optimistic to achieve profitability in 2022.

Christian said, in recent years the contribution of online sales in every vertical industry in Indonesia clearly experienced a significant increase, both for electronic products, fashion, food ingredients, and furniture.

“In April 2020 for example, we recorded our highest online sales on 12/12 with a number that exceeded sales with Indonesia’s most popular online shopping day (Harbolnas). The future of e-commerce is now much brighter, and its development will continue to be positive along with the improvements of support in terms of infrastructure and payment system,” he said.

Jessica Liu as AppWorks’ partner who has joined Fabelio’s Board of Directors said, “Their customer-first values ​​shape a better shopping experience and become a business category that drives transformation. We are happy to join Fabelio with its mission to change the future of the furniture industry in Indonesia.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Dapat Dana Baru dalam Babak Pertama Pendanaan Seri C, Fabelio Berhasil Kumpulkan 283 Miliar Rupiah (UPDATED)

Fabelio, e-commerce yang fokus menjual kebutuhan furnitur, hari ini (17/6) mengumumkan perolehan dana baru untuk penutupan pertama pendanaan seri C senilai US$9 juta atau setara 127,5 miliar Rupiah. Sehingga jika ditotal dengan nominal yang didapat sebelumnya, Fabelio telah meraup total pendanaan mencapai US$20 juta atau setara 283,4 miliar Rupiah.

Adapun investor yang memimpin investasi ini adalah AppWorks, Endeavour Catalyst, dan MDI Ventures, dengan keterlibatan investor sebelumnya Aavishkaar Capital.

Pendanaan seri C masih akan berlanjut, ditargetkan akan ditutup pada akhir tahun 2020. Perusahaan mengharapkan partisipasi dari investor di Asia Tenggara dan Tiongkok.

Dana yang didapat akan difokuskan untuk mempercepat jaringan rantai pasokan logistik dan experience center Fabelio. Langkah ini diambil sejalan dengan misi perusahaan lakukan ekspansi domestik di sejumlah kota di Jawa dan Bali, targetnya sampai November 2020.

Co-Founder & CEO Fabelio Marshall Tegar Utoyo mengatakan, setelah lima tahun meningkatkan bisnis dan menanamkan nilai dasar strategi ‘new retail’, Fabelio siap untuk mempercepat pertumbuhan dengan pendanaan ini. “Fokus utama kami adalah meningkatkan kategori produk dan waktu pengiriman. Di luar itu, kami akan memperluas bisnis kami di seluruh Indonesia.”

Sementara itu Co-Founder Fabelio Christian Sutardi menambahkan, “Porsi signifikan dari pendanaan ini akan diinvestasikan ke teknologi, yang meliputi peningkatan tim teknologi kami saat ini yang terdiri dari 40 engineer,” tambah Christian.

Di Indonesia Fabelio tidak sendiri, terdapat beberapa platform online yang secara spesifik menjajakan furnitur secara online. Dua di antaranya RupaRupa dan Dekoruma. Ruparupa sendiri terafiliasi dengan Kawan Lama Group, yang juga mengoperasikan perusahaan ritel Informa dan Ace Hardware di Indonesia, keduanya berhubungan erat dengan produk furnitur dan kebutuhan perlengkapan rumah.

Sementara Dekoruma juga jajakan produk yang sama. Tidak hanya sebagai e-commerce yang menjual barang, mereka turut hadir sebagai platform online untuk kebutuhan desain interior, menghubungkan ribuan desainer dengan calon konsumennya. Perusahaan telah mendapatkan pendanaan pra-seri C pada Mei 2020 kemarin.

Targetkan profitable di tahun 2022

Christian Sutardi dan Marshall Tegar Utoyo
Co-Founder Fabelio Christian Sutardi dan Marshall Tegar Utoyo / Fabelio

Sebelumnya perusahaan berhasil menutup pendanaan seri B senilai US$6,5 juta pada tahun 2018 lalu. Membawa perluasan jangkauan layanan di Jabodetabek dan Bandung, melalui 3 kantor dan 20 experience center yang dimiliki, serta memperkerjakan 430 staf. Perusahaan mengklaim, hingga saat ini mereka telah berhasil meningkatkan pertumbuhan akuisisi pelanggan hingga 82% dengan 1000 proyek B2B yang dikerjakan — termasuk pemenuhan furnitur perumahan, apartemen, hingga perkantoran.

Dengan tren tersebut, Fabelio cukup optimis bisa mencapai profitabilitas di tahun 2022 mendatang.

Christian mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir kontribusi penjualan online di setiap industri vertikal di Indonesia jelas mengalami peningkatan yang signifikan, baik untuk produk elektronik, fesyen, bahan makanan, maupun furnitur.

“Pada April 2020 misalnya, kami mencatatkan penjualan online tertinggi kami dengan angka yang melebihi penjualan ketika hari belanja online terpopuler Indonesia (Harbolnas) pada 12/12. Masa depan e-commerce kini jauh lebih terang, dan perkembangannya akan terus positif seiring dukungan dalam hal peningkatan infrastruktur dan sistem pembayaran,” ujarnya.

Jessica Liu selaku Partner dari AppWorks yang kini bergabung sebagai Dewan Direktur Fabelio berujar, “Nilai customer-first mereka membentuk pengalaman berbelanja yang lebih baik dan menjadi sebuah kategori bisnis yang mendorong transformasi. Kami senang bergabung bersama Fabelio dengan misi mereka untuk mengubah masa depan industri furnitur Indonesia.”

Modalku’s Parent Company to Proceed with Series C Funding Worth Over 625 Billion Rupiah

Modalku’s parent company, Funding Societies, is said to raise series C funding worth of $40 million (over 625 billion Rupiah). It was first published by TechInAsia.

Further details are yet to announce since the process is still ongoing. Modalku’s Co-Founder & CEO, Reynold Wijaya, confirmed the news to DailySocial. “Close soon” he said.

In general, he said the fresh money will be distributed to support all aspects of the company’s strategies, including to empower Indonesia’s SMEs. “We’ll keep monitoring the global economic situation in order for this funding can be optimized.”

The current wave of the Covid-19 pandemic forced Modalku to make various internal and external anticipatory measures. From the external side, the company prepared consideration steps to restructure credit according to the regulator’s recommendations. Reynold claimed his team is currently in discussion with the affected borrowers.

In terms of business, the company has now supported health facilities registered as BPJS Health partners to get early payment from Modalku for the BPJS Health bill until payment is completed. They also provide loan facilities to support the health sector, both suppliers of medical devices and health facilities that require medical devices.

Internally, the company also conducts streamline operations to improve efficiency to simplify the operational process. As Reynold said, in these conditions, it is important for companies to stabilize the company’s pace and continue to grow in a healthy manner. Therefore, he avoids calling the initiative as layoff.

“It is not actually a layoff. In Indonesia, we held streamline operations to be more efficient. Macroeconomic condition due to this pandemic has affected SMEs who happened to be Modalku’s borrowers, hence affected our business operation,” he concluded.

Funding Societies announced Series B funding in 2018 of $25 million. It was led by Softbank Ventures Korea, with participation of  Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, and Line Ventures.

Last year, the company received debt funding with an undisclosed value from Triodos Microfinance Fund and Triodos Fair Share Fund. The company also invested in Paper.id in the Series A stage, along with Golden Gate Ventures.

Modalku’s parent company operates in three countries, Singapore, Malaysia, and Indonesia. Cumulatively, the company has disbursed loans up to Rp14.07 trillion in April 2020. In Indonesia alone, Modalku has channeled Rp3.09 trillion as of March 2020. The total borrowers reached 33,700, consisting of 10,783 institutions and 22,917 individuals.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Induk Modalku Proses Pendanaan Seri C Lebih dari 625 Miliar Rupiah

Induk Modalku, Funding Societies, dikabarkan sedang menggalang pendanaan seri C senilai $40 juta (lebih dari 625 miliar Rupiah). Kabar ini pertama kali diwartakan oleh TechInAsia.

Detail pendanaan belum bisa disebutkan secara rinci karena proses masih berlangsung. Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengonfirmasi kebenaran informasi tersebut kepada DailySocial. “Close soon,” ujarnya.

Secara umum, dia mengatakan dana segar ini akan digunakan untuk mendukung strategi perusahaan dalam berbagai aspek, termasuk mendukung perkembangan usaha kecil dan mikro di Indonesia. “Kami akan terus memantau kondisi ekonomi secara global agar pendanaan ini bisa dimanfaatkan secara maksimal.”

Gelombang pandemi Covid-19 yang terjadi memaksa Modalku membuat berbagai langkah antisipasi internal dan eksternal. Dari sisi eksternal, perusahaan mempersiapkan sejumlah langkah untuk merestrukturisasi kredit sesuai anjuran regulator. Reynold mengaku pihaknya sedang berdiskusi dengan peminjam yang mengajukan permohonan tersebut.

Di samping itu, dari segi bisnis perusahaan kini mendukung fasilitas kesehatan (faskes) yang merupakan mitra BPJS Kesehatan untuk mendapatkan pembayaran lebih awal dari Modalku atas tagihannya ke BPJS Kesehatan sampai adanya penyelesaian pembayaran. Mereka juga menyediakan fasilitas pinjaman untuk mendukung sektor kesehatan, baik penyuplai alat kesehatan dan faskes yang membutuhkan alat kesehatan.

Dari sisi internal, perusahaan juga melakukan streamline operations untuk meningkatkan efisiensi agar proses operasional lebih sederhana. Menurut Reynold, pada kondisi seperti ini, penting bagi perusahaan untuk menstabilkan laju perusahaan dan tetap tumbuh secara sehat. Maka dari itu, ia enggan menyebutnya ini sebagai layoff.

“Sebenarnya bukan layoff. Di Indonesia, kita streamline operations agar lebih efisien. Kondisi ekonomi makro dengan pandemi ini berdampak pada bisnis UMKM yang menjadi peminjam di Modalku, tentunya berdampak terhadap jalannya bisnis kami,” pungkasnya.

Funding Societies mengumumkan pendanaan Seri B pada 2018 sebesar $25 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Softbank Ventures Korea, diikuti oleh Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, dan Line Ventures.

Tahun lalu, perusahaan mendapat pendanaan debt dengan nilai dirahasiakan dari Triodos Microfinance Fund dan Triodos Fair Share Fund. Perusahaan juga berinvestasi untuk Paper.id pada tahap Seri A, bersama Golden Gate Ventures.

Induk Modalku beroperasi di tiga negara, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Secara kumulatif, perusahaan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp14,07 triliun pada April 2020. Di Indonesia saja, Modalku telah menyalurkan Rp3,09 triliun per Maret 2020. Total peminjamnya mencapai 33.700, terdiri dari 10.783 institusi dan 22.917 individu.

Application Information Will Show Up Here

Investree Raises 382 Billion Rupiah Funding of Series C’s First Round

The p2p lending startup, Investree announced the first round of Series C funding worth of $23.5 million (more than 382 billion Rupiah) led by MUIP, subsidiary of Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), and BRI Ventures. Other investors participated are SBI Holdings and 9F Fintech Holding Group, both are the existing investors in Series B round.

In the online pers conference, Investree’s Co-founder & CEO, Adrian Gunadi explained, the fresh money will be channeled to tighten the company’s position as the leading p2p lending for SMEs and to support business in Thailand and the Philippines.

“The funding has closed since March 2020. In terms of close round, we’re still discussing in parallel with other potential investors. Whether there’s an adjustment of the total [funding], it’s still an ongoing process. It’s not because we’re currently well-capitalized,” he said on Wed (4/8).

Adrian also mentioned the funding received in the midst of this pandemic is proving investors’ strong confidence in the company’s strategy and management team. “A solid financial platform and conditions enable companies to tackle the current climate with confidence.”

The MUFG and BRI entrance through each of its ventures to Investree allows the company to deepen the partnership. MUFG is a shareholder of Bank Danamon. Synergy with the two banks, he added, is not new. Previously, Investree had begun to establish since 2016 with Bank Danamon and 2018 with BRI.

MUIP’s President and CEO’s Nobutake Suzuki said that he believes to invest in Investree because the company had good fundamentals in terms of performance, legality, and a mature background in the financial world. In addition, he saw the industry, Investree has a great opportunity to lead the lending market for SMEs.

CEO Nicko Widjaja added on his team’s interest is due to the success in serving underserved business segments, such as the creative industries. For conventional financial institutions, this segment tends to be full of risk. “We believe the collaboration between the BRI group and Investree, established since 2018, can contribute significantly to Indonesian economic growth.”

Investree secured  series B funding with an undisclosed value in mid-2018. At that time, the round was led by SBI Holdings Inc., then followed by MCI, Persada Capital, Endeavor Catalyst, 9F Fintech Holdings Group, and Kejora Ventures.

Investree’s next target

Adrian saw opportunity amidst the ongoing pandemic, the company is to enter the growing industry sector, health and telecommunications. These two sectors are considered to have significant opportunities and can be helped through financing, especially now that the health industry is at the forefront in fighting a pandemic.

In addition, to reduce the rate of bad loans, the company has established a series of risk mitigations, such as using credit insurance, restructuring and rescheduling, which are seen on a case-by-case basis. How the borrowers are performing and how far Covid-19 is impacting their business.

“To date, we are discussing with several borrowers from hospitality and retail. We see case by case what we can do. Whether the impact is short-term, needs to be restructured. We have prepared the template and are ready to submit it to lenders because we are not the financiers. ”

Regarding the company’s expansion into Thailand and the Philippines, it is still in the stage of processing business licenses. If nothing gets in the way, it is estimated no later than the third quarter of this year, license can be issued. “Currently, the licensing process is still according to our plan and there has been no change.”

“We enter these two countries by partnering with locals who know the business and regulation in the area.”

Until the beginning of April 2020, the company recorded a total loan of IDR 5.11 trillion and a disbursed loan value of IDR 3.83 trillion. The average rate of return starts at 16% and TKB90 90%. There are 1297 borrowers consisting of individuals and institutions.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Investree Kantongi Pendanaan Seri C Tahap Pertama 382 Miliar Rupiah

Startup p2p lending Investree mengumumkan pendanaan tahap pertama seri C sebesar $23,5 juta (lebih dari 382 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh MUIP, anak usaha ventura dari Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), dan BRI Ventures. Turut berpartisipasi investor lainnya SBI Holdings dan 9F Fintech Holdings Group, keduanya adalah investor existing yang masuk saat putaran seri B.

Dalam konferensi pers yang digelar secara online, Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi menjelaskan, dana segar akan digunakan untuk memperkuat posisi perusahaan sebagai p2p lending terdepan untuk UKM dan mendukung bisnis perusahaan di Thailand dan Filipina.

“Pendanaan ini sudah close dari pertengahan Maret 2020. Untuk close round, kita masih paralel diskusi dengan potensi investor lainnya. Apakah ada kenaikan dari sisi jumlah [funding], masih dalam proses. Kita tidak buru-buru karena kita well capitalized,” terangnya, Rabu (8/4).

Adrian juga mengutarakan pendanaan yang diterima di tengah pandemi ini, membuktikan kepercayaan kuat investor terhadap strategi dan tim manajemen perusahaan. “Platform dan kondisi finansial yang kokoh memungkinkan perusaahaan untuk mengatasi iklim saat ini secara percaya diri.”

Masuknya MUFG dan BRI lewat masing-masing venturanya ke Investree, memungkinkan perusahaan untuk perdalam kemitraan. MUFG adalah salah satu pemilik saham Bank Danamon. Sinergi dengan kedua bank ini, sambungnya, bukan hal baru. Sebelumnya, Investree sudah mulai menjalin sejak 2016 dengan Bank Danamon dan 2018 dengan BRI.

Presiden dan CEO MUIP Nobutake Suzuki mengatakan, keyakinannya untuk berinvestasi ke Investree karena perusahaan tersebut punya fundamental yang baik dari sisi performa, legalitas, dan latar belakang petingginya yang matang di dunia finansial. Di samping itu, dia melihat secara industri, Investree punya peluang yang besar untuk memimpin pasar lending untuk UKM.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, pihaknya tertarik dengan Investree karena mereka berhasil melayani segmen usaha underserved, seperti industri kreatif. Bagi institusi finansial konvensional, segmen ini cenderung penuh risiko. “Kami percaya kolaborasi antara grup BRI dan Investree yang telah berlangsung sejak 2018 mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.”

Investree mengantongi pendanaan seri B dengan nilai dirahasiakan pada pertengahan 2018. Pada saat itu, putaran dipimpin oleh SBI Holdings Inc, lalu diikuti oleh MCI, Persada Capital, Endeavor Catalyst, 9F Fintech Holdings Group, dan Kejora Ventures.

Rencana Investree berikutnya

Adrian melihat, di tengah pandemi yang masih berlangsung, perusahaan akan masuk sektor industri yang tumbuh hijau yakni kesehatan dan telekomunikasi. Dua sektor ini dinilai punya peluang yang signifikan dan bisa dibantu lewat pembiayaan, apalagi saat ini industri kesehatan menjadi garda terdepan dalam melawan pandemi.

Di samping itu, untuk menekan laju kredit macet, perusahaan sudah menetapkan serangkaian mitigasi risiko, seperti menggunakan asuransi kredit, restrukturisasi dan reschedule yang dilihat kasus per kasus. Bagaimana performa para peminjam tersebut dan seberapa jauh dampak Covid-19 terhadap bisnis mereka.

“Sampai saat ini kita sedang diskusi dengan beberapa borrower dari perhotelan dan ritel. Kita lihat case by case apa yang bisa kita lakukan. Apakah dampaknya jangka pendek, perlu direstrukturisasi. Kita sudah siapkan template-nya dan siap disampaikan ke lender karena kita bukan pemberi pembiayaannya.”

Terkait ekspansi perusahaan ke Thailand dan Filipina, sejauh ini masih dalam tahap pemrosesan izin usaha. Bila tidak ada aral melintang, diperkirakan paling lambat pada kuartal ketiga tahun ini izin bisa dikantongi. “Sejauh ini proses perizinan masih sesuai rencana kita dan belum ada perubahan.”

Adrian juga memastikan perusahaan hanya fokus pada tiga negara sepanjang tahun ini. Thailand dan Filipina sebelumnya dipilih karena keduanya punya masalah yang sama dengan Indonesia, yakni rendahnya penetrasi pinjaman modal usaha untuk UKM.

“Kami masuk ke dua negara ini dengan menggandeng mitra lokal yang tahu bisnis dan regulasi di sana seperti apa.”

Hingga awal April 2020, perusahaan membukukan total pinjaman sebesar Rp5,11 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp3,83 triliun. Rata-rata tingkat pengembalian mulai 16% dan TKB90 90%. Ada 1297 peminjam yang terdiri dari individu dan institusi.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Umumkan Terima Pendanaan Seri C Lebih dari 2 Triliun Rupiah

Startup edtech Ruangguru mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $150 juta (lebih dari Rp2 triliun) dipimpin General Atlantic dan GGV Capital. Investor sebelumnya, EV Growth, UOB Venture Management dan sejumlah investor baru lainnya turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Pendanaan ini diklaim sebagai salah satu terbesar untuk startup edtech di Asia Tenggara. Angka yang dikonfirmasi oleh pihak Ruangguru lebih besar dari yang dirumorkan sebelumnya, sebesar $100 juta.

Dari keterangan resmi disebutkan, pendanaan akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan layanan untuk pasarnya di Indonesia dan Vietnam. Managing Director General Atlantic untuk Indonesia Ashish Saboo akan bergabung dalam jajaran komisaris di Ruangguru.

“Kami berkomitmen untuk mendukung perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, termasuk dalam membantu pemerintah, guru-guru, dan orang tua dalam mengoptimalkan kegiatan belajar yang holistik dan membantu pelajar di Indonesia untuk menjadi lebih kooperatif secara global,” kata Saboo.

Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara berharap kemitraan ini dapat membantu perusahaan untuk mencapai misinya yang ingin membangun perusahaan pendidikan yang berdampak sosial tinggi dan berkelanjutan.

“Kedua perusahaan investasi ini memiliki rekam jejak yang kuat dalam membantu pengusaha lainnya di dunia dalam mengembangkan bisnis di sektor pendidikan dan teknologi,” imbuh Belva.

Produk Ruangguru tidak hanya Ruangbelajar untuk pelajar SD, SMP, dan SMA, juga bimbingan belajar langsung dari aplikasi, jasa penyediaan guru les, materi pelatihan profesi dan keterampilan, dan platform manajemen belajar untuk perusahaan.

Co-Founder & CPO Ruangguru Iman Usman menambahkan, perusahaan berkomitmen untuk terus membangun kurikulum yang komprehensif dan menggunakan teknologi AI untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang mudah dimengerti dan menyenangkan.

“Saat ini, 80% pengguna kami berada di luar Jakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa produk kami diterima secara luas dan terdistribusi secara efektif,” ujar dia.

Diklaim perusahaan memiliki 4 ribu karyawan dan memberikan akses untuk lebih dari 300 ribu guru privat. Adapun untuk jumlah pengguna disebutkan telah lebih dari 15 juta pengguna terdaftar.

General Atlantic dan GGV sebelumnya pernah berinvestasi untuk sejumlah startup edtech di berbagai belahan dunia. General Atlantic adalah salah satu investor dari startup Byju (India), Hotmart dan Arco (Brazil), Open Classrooms (Perancis), dan Little Golden Star (Tiongkok).

Sementara, GGV Capital adalah investor untuk FengBian, HuoHua, ZuoYebang, XiaoBu, LiuLiShuo (Tiongkok), dan Lambda School (Amerika Serikat).

Kiprah General Atlantic di Indonesia dimulai pada Desember 2018 dengan membuka kantor perwakilannya di Jakarta. Ruangguru adalah pendanaan lokal kedua yang diberikan perusahaan setelah MAP Boga Adiperkasa, perusahaan ritel yang mengoperasikan tujuh merek eksklusif di Indonesia.

Perusahaan ini juga tercatat menjadi investor untuk induk Shopee, Sea, dan Zimmerman, brand fesyen global untuk kalangan ekonomi atas.

Application Information Will Show Up Here