Mengenal Atnic dan JALA sebagai Evolusi Blumbangreksa

Atnic baru-baru ini menggema di beberapa kompetisi startup, salah satunya menjuarai Creative Business Cup 2017 Indonesia yang digelar Ciputra Entrepreneurship Center. Namanya terdengar baru, namun sebenarnya debut startup asal Yogyakarta ini tidak lagi baru. Atnic merupakan nama perusahaan pengembang Blumbangreksa, sebuah solusi berbasis IoT untuk sektor budidaya produk perikanan.

Dalam perkembangannya, Blumbangreksa yang menjadi produk inisial Atnic juga sudah berganti dengan brand baru bernama JALA. Produk tersebut tengah dalam proses finalisasi dan uji lapangan di beberapa wilayah. JALA sendiri dikembangkan sebagai asisten untuk bertambak udang. Sistem tersebut membantu petambak udang untuk memantau kualitas air dan mengelola tambak udang melalui aplikasi.

JALA adalah perangkat IoT yang mampu memonitor kualitas air pada tambak udang. Perangkat ini didesain untuk dapat mengatasi masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan memberikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air tambak. JALA dikembangkan untuk membantu petambak udang dan meningkatkan respons petambak dalam menjaga kualitas air dan mengurasi kesalahan penanganan dalam bertambak udang.

“Di Atnic saat ini ada beberapa riset produk hardware tidak hanya dibidang agrikultur dan akuakultur, namun saat ini kita fokus pada tahap finalisasi produk JALA. Kami juga sedang mengembangkan beberapa produk lain untuk tambak udang dan bisnis akuakultur lain, namun saat ini tim terfokus untuk finalisasi produk JALA,” ujar Co-Founder & VP Product Atnic Syauqy Nurul Aziz.

Sistem JALA sendiri terdiri dari tiga bagian, pertama ialah sebuah perangkat yang dilengkapi sensor untuk memahami kadar oksigen terlarut, suhu, pH, salinitas, dan TDS (Total Dissolved Solid). Kemudian hasil pantauan dari sensor tersebut akan diproses dan dikirimkan hasilnya melalui aplikasi web dan SMS. Dibanding mobile app, SMS tampaknya memang lebih efisien untuk petani udang di lapangan. Dalam laporannya, JALA memberikan informasi dan rekomendasi untuk membantu petambak dalam mengambil tindakan yang tepat berdasarkan kondisi kualitas air tambak udang yang telah diukur.

Purwarupa terakhir JALA kini sedang dalam proses uji lapangan dan sudah dipasangkan di 53 kolam di Subang, Brebes, Tegal, Purworejo, dan Sleman. Untuk proses akselerasi, Syauqy juga memaparkan bahwa saat ini Atnic sedang dalam proses pembicaraan dengan beberapa investor dan pemodal ventura untuk investasi dukungan produksi masal JALA tahap pertama. Di lain agenda, Atnic juga sedang dalam masa ramp-up program salah satu accelerator hardware dan IoT di Hong Kong.

“Industri tambak udang di Indonesia saat ini sedang mengalami banyak tantangan. Kualitas air yang tidak terpantau merupakan tantangan terberat petambak udang yang menyebabkan produktivitas menurun tiap tahunnya. Tantangan ini sekaligus menjadi peluang untuk meningkatkan hasil petambak udang dengan JALA,” pungkas Syauqy memaparkan kondisi sektor budidaya yang ada saat ini.

Mengenal Feedr dan Visinya Membantu Bisnis dengan Teknologi E-Commerce Terpadu

Feedr merupakan sebuah perusahaan baru yang coba mengintegrasikan teknologi untuk menghadirkan solusi e-commerce, khususnya dalam hal penguatan sebaran bisnis dan penetrasi. Apa yang dilakukan Feedr cukup menyeluruh, dari hulu ke hilir mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Dari apa yang ditawarkan, salah satu yang menarik adalah kesempatan bagi bisnis membawa produknya ke pasar luar negeri.

Terkait kesempatan go global tersebut, saat ini Feedr mengklaim telah siap menjangkau 9 negara di Asia, dengan integrasi di lebih dari 24 marketplace online di wilayah tersebut. Kendati peluncuran resminya baru akan dilaksanakan pada 28 Oktober mendatang, bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda, saat ini Feedr sudah mulai melayani klien-kliennya.

Pendiriannya didukung oleh empat orang yang sangat berpengalaman dalam dunia bisnis terkait e-commerce dan UMKM di Indonesia. Pertama ada Hadi Kuncoro (CEO), sebelumnya sebagai CEO aCommerce Indonesia dan Operation Director Zalora. Kemudian ada Riyeke Ustadiyanto (CTO), yang juga adalah Founder MarketBiz dan iPaymu. Ada juga Budi Handoko (COO) yang juga menjadi Founder Shipper.id. Terakhir Subiakto Priosoedarsono sebagai komisaris dan telah lama malang melintang di sektor pengembangan UMKM di Indonesia.

“Feedr didirikan oleh empat founder, jika digabung akan menjadikan 100 Years Experiences Founder di dunia profesional dan bisnis. Komposisi ini diyakini akan sangat involve membangun UKM di Indonesia, khususnya untuk go online. Kami bercita-cita membangun legacy bagi bangsa,” ujar Hadi Kuncoro kepada DailySocial.

Konsep layanan Feedr adalah “A to Z Solution” untuk pendirian dan operasional bisnis e-commerce. Terbagi dalam dua tahapan implementasi, yakni demand generation services dan demand fullfilment services. Pada demand generation, layanan yang ditawarkan meliputi konsultasi digital dan branding, pengembangan teknologi (web, aplikasi, sistem pembayaran), pemasaran digital, dan manajemen kanal online-offline. Sedangkan pada demand fullfilment layanan yang disajikan memfasilitasi bisnis untuk berekspansi global, pengelolaan warehousing dan manajemen penyampaian logistik.

Target pemasarannya pun cukup menyeluruh, mulai dari B2C (Business-to-Consumer) hingga B2G (Business-to-Government). Untuk jangkauan akses sendiri, saat ini Feedr mengklaim mampu membawa kliennya menembus pasar beberapa negara, termasuk Indonesia, India, Malaysia, Singapura, Jepang, Thailand, Vietnam, hingga Filipina. Integrasi dengan pemain e-commerce dan online marketplace besar di wilayah tersebut juga digalakkan untuk menghadirkan saluran penjualan produk dari sini.

“Salah satu misi kami adalah menyediakan layanan end-to-end bagi brand, product owner dan retailer sehingga dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri sekaligus membawa produknya ke pasar global. Kami fokus membantu dari sejak membangun produk dan brand, mengembangkan sistem manajemen kualitas untuk kebutuhan legal, pengembangan sistem manufaktur, logistik hingga membuka pasar secara online dan offline melalui sebuah integrasi teknologi,” lanjut Hadi.

Integrasikan teknologi untuk bantu bisnis optimalkan peluang perdagangan digital

Menggambarkan bagaimana sistem Feedr bekerja / Feedr
Menggambarkan bagaimana sistem Feedr bekerja / Feedr

Dalam penerapannya Feedr sebenarnya tidak sendiri, karena ada beberapa platform yang akan diintegrasikan. Feedr sendiri sebagai platform akan berperan sebagai channel management, dibantu plaform Shipper untuk logistik, platform Ananta untuk reseller, platform Chatzbro untuk chatbot yang membantu proses penjualan. Platform iPaymu, Automatgram, dan Wifimu pun juga turut masuk dalam daftar integrasi di dalamnya.

Apa yang ingin disajikan Feedr adalah satu kesatuan sistem untuk membantu bisnis berfokus pada peningkatan transaksi. Sebuah terobosan untuk menyederhanakan proses bisnis dan menghadapi tantangan ekspansi di jalan perdagangan digital ini.

“Salah satu yang paling kuat ada di kanal socio-commerce, baik melalui Facebook atau Instagram. Bahkan kami mengembangkan chatbot yang dapat digunakan langsung untuk transaksi di di sana, tidak perlu melalui marketplace. Di platform reseller sendiri kami memiliki lebih dari 20 ribu jaringan online yang terintegrasi dalam satu platform, pun demikian dengan sistem pembayarannya,” terang Hadi.

Layanan E-Commerce DuniaHalal Resmi Meluncur, Sajikan Produk Bersertifikat Halal MUI

DuniaHalal, layanan e-commerce khusus menjual produk bersertifikat halal MUI, mengumumkan peresmian situsnya ke publik, kemarin (6/9). Dalam kesempatan tersebut, pihak DuniaHalal mengungkapkan target yang cukup ambisius untuk dicapai pada setahun mendatang. Mereka ingin mengejar nilai transaksi sebesar Rp1 triliun dengan memiliki 100 ribu produk.

DuniaHalal adalah situs yang menyediakan berbagai produk bersertifikat halal berdiri sejak awal tahun ini. Produk yang dihadirkan, mulai dari fesyen, makanan, minuman, herbal, elektronik, lukisan, hingga otomotif. Selain itu menyediakan layanan berupa paket perjalanan umrah, wisata halal, dan haji.

Terkait target yang ambisius tersebut, secara terpisah kepada DailySocial, Presiden Direktur DuniaHalal Ndang Sutisna tidak menjelaskan secara spesifik hal-hal apa saja yang akan dilakukan. Yang pasti, dia akan memperbanyak jumlah reseller untuk mendongkrak penjualan, sebagai salah satu strategi besarnya.

Selain itu, dia mengungkapkan pihaknya memiliki patokan yang diambil dari bisnis offline serupa yang dilakukan rekan terdahulunya, dia mampu mencetak transaksi pada tahun pertama senilai Rp10 triliun. Apabila model bisnis tersebut dibelokkan ke online, setidaknya dalam setahun, asumsi kue yang bisa diambil minimal 10% dari total atau senilai Rp1 triliun.

“Itu [bisnis rekan saya] yang menjadi benchmark. Dengan bisnis yang sama namun dengan online, tentunya akan permudah orang-orang untuk bertransaksi. Di samping itu, kami juga perbesar seller. Ada strategi lainnya yang siap kami dan rekan-rekan bisnis lakukan untuk capai target tersebut,” ungkap Ndang.

Diferensiasi bisnis dengan kompetitor

Ndang menjelaskan yang membedakan DuniaHalal dengan pemain sejenis, terletak dari hadirnya beragam produk halal yang disajikan. Berbeda dengan lainnya yang kebanyakan lebih mengedepankan layanan berbau halal. Pihaknya juga mendorong pengusaha UKM untuk bergabung dengan memberikan berbagai edukasi, seperti cara menjual barang, pengemasan, hingga pendampingan saat mengajukan label halal MUI.

“Kalau brand halal itu sudah biasa dan ada banyak, sedangkan produk UKM berlabel halal masih sedikit. Makanya kami mau bina mereka agar produk halalnya semakin variatif.”

Dia juga menekankan dalam DuniaHalal juga menjaga ekosistem halal, tidak hanya dengan mensyarakat pencantuman label halal saja tapi juga di sistem pembayaran. DuniaHalal tidak menyediakan opsi pembayaran dengan metode kartu kredit, mengingat terdapat unsur riba. Untuk mengantisipasinya, dalam waktu dekat DuniaHalal akan menghadirkan fasilitas kredit tanpa bunga.

“Kami masih develelop, mungkin dalam beberapa bulan lagi akan segera hadir.”

Ndang mengaku, saat ini DuniaHalal masih menggunakan dana sendiri untuk operasionalnya. DuniaHalal kini memiliki 30 ribu SKU dengan porsi sekitar 40% diantaranya adalah produk dari mitra UKM.

DuniaHalal sudah dapat diakses melalui situs desktop maupun mobile, dapat diunduh pula versi aplikasinya namun untuk sementara baru tersedia untuk pengguna Android.

Application Information Will Show Up Here

EVA Mungkinkan Siapa Saja Membuat “Chatbot” Secara Instan

Chatbot menjadi salah satu prioritas pengembangan inovasi dalam bisnis digital dewasa ini. Kemampuannya untuk mengotomatisasi beberapa bidang layanan dianggap efektif dalam pelayanan konsumen, karena sejauh ini memang penerapannya masih banyak seputar customer services. Melihat tren tersebut sebuah startup bernama EVA (Electronic Virtual Assistant) meluncur, menawarkan platform online untuk menciptakan chatbot, atau yang disebut dengan Instant Chatbot Creator.

“EVA adalah sebuah platform untuk membuat chatbot yang dapat dijalankan dalam berbagai messaging service. Dengan EVA siapa pun bisa lebih fokus kepada pengembangan konten/respons interaktif tanpa dibebani kesulitan hal-hal teknis,” terang Co-Founder & Advisor EVA Hikmat Rizal.

Misi EVA memungkinkan siapa saja untuk dapat membuat chatbot di beragam platform messaging, saat ini telah mencakup Telegram Messenger, Facebook Messenger, LINE, dan web-based chatbot—tanpa harus memiliki keahlian pemrograman. Terlebih untuk pembuatan mesin pintar ala chatbot dibutuhkan pendalaman kemampuan seputar NLP, AI ataupun Machine Learning. Chatbot keluaran dari EVA mampu melayani beberapa skenario implementasi, mulai dari layanan pelanggan, mengelola komunitas, sistem transaksi, dan lain sebagainya.

Untuk mengenali bahasa yang dikirimkan pengguna, EVA menggunakan teknologi NLP (Natural Language Processing), termasuk untuk mengenali jika ada kesalahan ketik dalam pesan yang dikirimkan hingga tipikal percakapan. Pengguna juga akan mendapati sebuah laman Console admin, untuk mengisikan pengetahuan dasar untuk Chatbot, misalnya tentang bagaimana merespons sapaan, atau pengetahuan lainnya. Hal ini perlu didefinisikan khusus, karena umumnya bahasa yang digunakan akan sangat tergantung dengan segmentasi calon konsumen yang ditargetkan.

“EVA kebanyakan saat dipergunakan untuk layanan pelanggan, yang sudah menggunakan EVA sebagai platform chatbot-nya antara lain Paytren. Sebenarnya untuk chatbot cakupannya sangat luas, misal sebagai agen penjualan, chatbot bisa melayani pertanyaan informasi produk hingga closing produknya. Chatbot juga bisa di implementasikan sebagai konsultan virtual, misalnya untuk konsultasi kesehatan, dan banyak lagi,” imbuh Rizal.

Menyertakan AI Marketplace di dalam platform EVA

Secara kemampuan dasar, EVA dilengkapi dengan AI (Artificial Intelligence) dan KB (Knowledge Base) yang dapat menambah kemampuan dan kepintaran chatbot. AI adalah sebuah program yang dibangun agar EVA memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. KB adalah sebuah bank data informasi yang dimasukkan oleh pemilik EVA. Data yang telah tersimpan, sewaktu-waktu dapat ditanyakan atau diakses oleh pemilik atau pengguna yang berinteraksi dengan chatbot.

Yang paling unik, di EVA terdapat AI Marketplace. Fitur ini memungkinkan para developer untuk membangun AI  yang nantinya bisa dipasarkan untuk dapat digunakan oleh para pemilik EVA. Seperti mobile app marketplace, AI Marketplace adalah tempat bagi para pemilik EVA untuk menambah (upgrade) kemampuan tertentu agar chatbot yang dimilikinya mempunyai kemampuan/ kecerdasan seperti yang diinginkan. Developer dapat menjual AI yang mereka ciptakan dengan Chat Kredit sebagai nilai tukarnya.

Beberapa AI yang sudah terdapat di martketpace misalnya Ai Form kecerdasan untuk membuat formulir melalui chatbot. Ada juga Ai Wikipedia, untuk memberikan kecerdasan pada chatbot dalam mengakses basis data Wikipedia dan lain sebagainya.

Berawal dari iseng membuat chatbot di WhatsApp

Rizal bercerita sebelum mengembangkan EVA, ia bersama teman-temannya iseng membuat sebuah bot yang bisa ditanya dan menjawab, kala itu di platform WhatsApp. Responnya luar biasa dari para pengguna, kemudian terpikir untuk mengembangkan sebuah bot komersial. Awalnya dasar kebutuhannya adalah untuk otomatisasi transaksi secara virtual. Hingga pada akhirnya dibawalah konsep tersebut ke Wira Pradana, angle investor yang kini juga menjadi bagian tim pengembangan EVA.

“Ide Wira untuk segera melahirkan chatbot, diakomodasi oleh tim developer, sehingga terlahir chatbot dengan fungsi khusus seperti Bot Monei untuk pengelola keuangan, Bot Chatpax untuk menyimpan dokumen, Bot Commerce untuk transaksi online,” ujar Rizal.

Wira Pradana saat mempresentasikan EVA dalam final Amvesindo Demo Day 2017 / Amvesindo
Wira Pradana saat mempresentasikan EVA dalam final Amvesindo Demo Day 2017 / Amvesindo

Dalam kesempatan yang sama Wira Pradana turut menyampaikan beberapa hal mengapa bisnis mulai aware dengan sistem berbasis chatbot. Pertama lebih efisien karena pengguna tidak perlu memasang atau mengunduh aplikasi tambahan, cukup menggunakan aplikasi pesan yang biasa digunakan.

Dari sisi pengalaman pengguna juga akan lebih mengena, dengan kecerdasan yang dimiliki, konsumen tersebut akan serasa seperti sedang dilayani oleh petugas (orang). Di sisi pengguna juga lebih menghemat penggunaan paket data, karena sistem/aplikasi bekerja di background, interface ke pengguna cukup melalui chatbot saja.

Sebagai informasi tambahan, beberapa waktu lalu EVA juga menjadi pemenang pertama dalam pagelaran Amvesindo Demo Day 2017.

KlikAdv Sajikan Martketplace untuk Layanan Iklan Billboard

Model iklan yang masih digemari brand atau produk salah satunya billboard. Kendati sudah ada alternatif lain seperti car advertising, namun dengan memamerkan brand dengan ukuran besar dinilai efektif memberikan ketertarikan pengguna untuk mencoba produk tersebut, setidaknya sebagai awareness. Melihat antusias yang masih tinggi, KlikAdv hadir sebagai solusi marketplace jasa iklan billboard.

Menurut Co-Founder dan COO KlikAdv Ruddy Lasut, layanannya kini menjadi sebuah paradigma baru yang dibangun untuk memberikan pengalaman dan kebiasaan baru dalam proses pemasangan billboard di seluruh Indonesia. Salah satu keunggulan layanannya ialah jaringan mitra yang luas, juga diklaim sebagai yang pertama di Indonesia untuk layanan billboard yang memiliki sistem terintegrasi dari halaman antar muka, sampai dengan penawaran yang bisa langsung terkirim ke email para klien.

“Proses pematangan konsep dan sistem aplikasi KlikAdv dibentuk pada tahun 2016 lalu dan hadir dengan semangat besar untuk menjadi situs media pemasangan billboard secara online. KlikAdv hadir untuk memenuhi kebutuhan pencari iklan yang tidak mempunyai waktu banyak untuk mencari, memilih dan melakukan survei lokasi pemasangan. Sebagai layanan satu pintu, KlikAdv menyediakan semua layanan dari pemesanan, penawaran sampai dengan monitoring,” ujar Ruddy.

Sampai saat ini KlikAdv sudah memuat lebih dari 4000 area billboard yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan akan terus meningkat sampai akhir tahun ini. Dengan cakupan titik-titik iklan di area pusat perbelanjaan, ruang publik, area transportasi, hingga wilayah perkantoran.

Untuk memesan layanan, pengguna cukup menentukan wilayah, waktu tayang dan tipe iklan yang dibutuhkan. Sistem akan menemukan beberapa opsi yang sudah ada. Dari menu kota yang ada pada laman muka website, KlikAdv juga sudah merekomendasikan beberapa titik billboard yang bisa dipesan. Informasi seperti ukuran dan foto tata letak ada pada detail setiap wilayah, termasuk tipenya apakah billboard biasa, videotron atau neonbox.

Menjalankan bisnis dengan mitra, sistem bagi hasil yang diterapkan ada dua bentuk. Pertama mitra memberikan harga khusus ke KlikAdv, kemudian KlikAdv akan menjualkannya dengan harga pasar. Yang kedua sebaliknya, mitra memberikan harga pasaran plus diskon untuk diberikan kepada KlikAdv sebagai keuntungan operasional.

Dari sisi monitoring pengguna terhadap iklan yang ingin ditampilkan, sistem KlikAdv memberikan pembaruan secara berkala melalui dasbor. Pelaporan juga akan dikirimkan secara rutin ke email pelanggan, berisi foto dan kondisi real time titik yang terpasang iklan tersebut.

Berawal dari Kegemaran Mengoleksi Poin, Member.id Didirikan

Pada Selasa (15/08) lalu startup penyedia layanan loyalitas Member.id mengumumkan perolehan dana awal dari East Ventures. Kami berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Co-Founder & CEO Member.id Marianne Rumantir untuk mengulas lebih dalam tentang Member.id dan visi yang dimilikinya.

“Sebetulnya saya pada dasarnya mempunyai obsesi dalam mengumpulkan poin, terutama poin airlines, hotel dan poin yang didapat dari transaksi kartu kredit. Gara-gara ini saya jadi jarang bayar pakai cash,” ujar Marianne membuka cerita.

Tepatnya ia menikmati betul manfaatkan dari program loyalitas pelanggan saat tinggal di Amerika Serikat. Menurutnya program semacam itu sudah sangat ‘refined dan benar-benar memudahkan pelanggan, dalam kaitannya dengan proses mendapatkan ataupun mengklaim poin tersebut dalam bentuk reward tertentu.

Marianne sendiri adalah seorang traveller dan pengalamannya dengan poin loyalitas tersebut dirasa sangat memberikan manfaat, terlebih ia mengaku selalu loyal terhadap brand tertentu misal saat memilih hotel. Apa yang ia rasakan –seperti mendapat penginapan gratis dan sebagainya dari poin—sering dituliskan dalam blog travel pribadinya.

“Lalu teman-teman di Indonesia bingung melihat saya bisa liburan enak tapi gratis. Dari situ saya mengembangkan Member.id. Karena saya pikir di Indonesia belum banyak loyalty program yang bisa menawarkan penawaran yang solid yang bisa memudahkan anggotanya untuk stay loyal di brand tertentu,” imbuh Marianne.

Ia pun menyadari betul, bahwa Member.id memulai debutnya saat program loyalitas belum populer di Indonesia dan yang ada selama ini terkesan kurang menarik. Dari situ ia membawa misi untuk mengubah lanskap program loyalitas di Indonesia sehingga menghasilkan “point geek” seperti dirinya.

Secara umum, Member.id menjadi perusahaan teknologi dengan spesialisasi pada implementasi program loyalitas. Mulai dari mempersiapkan desain, membuat kerangka manajemen, analisis data, hingga pemasarannya.

Kustomisasi layanan adalah kunci sukses program loyalitas

Beberapa penyedia layanan loyalitas sudah ada di Indonesia, namun demikian Member.id cukup optimis dengan debutnya yang menawarkan layanan secara end-to-end. Member.id sendiri fokus kepada beberapa sektor industri, yakni transportasi, hotel, gaya hidup, ritel, dan e-commerce. Bagi Marianne sektor tersebut adalah penggerak market dan behavior orang di Indonesia.

“Jadi kami tidak menyediakan standar program loyalitas yang bisa dibeli begitu saja, karena setiap industri dan perusahaan mempunyai kebutuhan dan market yang berbeda-beda. Kami ingin bisa make sure kalau program loyalitas ini benar-benar efektif untuk setiap bisnis dan rewarding, makanya kita menawarkan jasa untuk operasional dan manajemen juga,” jelas Marianne menerangkan strategi bisnisnya.

Member.id juga tengah dalam proses pengembangan platform yang dapat dijadikan sebagai central points bank untuk sektor industri tersebut. Difungsikan untuk memudahkan penikmat reward dalam mengklaim atau mentransfer poin yang didapat. Intinya melalui kanal ini, member akan dimudahkan dalam pengelolaan benefit yang dimiliki.

Di sisi konsumen Indonesia, program loyalitas sebenarnya juga bukan hal yang baru lain. Menurut Marianne di Indonesia kebanyakan orang lebih suka mengumpulkan poin untuk ditukarkan dengan barang atau ditukarkan dengan diskon makan.

“Setiap redemption memang nilainya berbeda-beda, tapi yang saya lihat memang benefit yang ditawarkan ya banyaknya seperti itu, jadi untuk menukar dengan experience-based reward –seperti terbang dengan business class dengan harga yang sangat minim misalnya—masih belum banyak yang melakukan,” ujarnya.

Kondisi tersebut menurutnya membuat orang malah mengejar diskon di tempat yang berbeda-beda, bukannya loyal memakai brand tertentu saja.

Tantangannya pada eksekusi yang baik

Meski bukan hal baru, menerapkan program loyalitas pada sebuah lini industri memiliki tantangan tersendiri. Bagi Member.id, sosialisasi dan mengubah market behavior itu selalu menjadi tantangan apalagi mengenalkan sesuatu yang baru. Tapi menurutnya hal tersebut bisa diubah dengan eksekusi yang benar dan memberikan pengalaman terbaik bagi penggunanya.

Target Member.id adalah mengembangkan kerja sama dan klien di bidang transportasi dan hotel, juga menambah portofolio di sektor gaya hidup –sebagai tambahan kerja samanya yang sedang dijalani bersama Ismaya Group.

Menginjak Usia Setahun, Begini Rencana dan Target Jakmall

Layanan marketplace produk elektronik dan gadget Jakmall, yang merupakan transformasi dari JakartaNotebook, bulan Agustus ini telah memasuki usia satu tahun. Kepada DailySocial, CMO Jakmall Tommy Lim mengungkapkan memasuki usia pertama, layanan yang pada awalnya menargetkan kalangan laki-laki untuk target konsumen, saat ini mulai menawarkan berbagai produk menarik untuk kalangan perempuan.

“Produk-produk di Jakmall pada umumnya lebih condong kepada kategori produk yang identik dengan konsumen pria seperti gadget dan aksesoris gadget. Namun seiring berjalannya waktu kategori-kategori produk untuk perempuan juga mulai disediakan. Secara khusus produk-produk tersebut masuk ke dalam kategori Fesyen dan Kecantikan.”

Memasuki usia 1 tahun, Jakmall telah mengalami peningkatan transaksi dari Agustus 2016 sampai dengan Desember 2016 sebesar 58.6%. Peningkatan dari Januari 2017 sampai dengan Juli 2017 sendiri tercatat sebesar 59.5%. Secara khusus peningkatan pesat terjadi saat acara JGOS (Jakarta Great Online Sale 2017) dilangsungkan.

Jakmall juga terpilih menjadi marketplace yang dipercaya untuk menjadi pilot project implementasi API BCA. Dalam waktu seminggu sejak integrasi, kecepatan transfer bank di Jakmall diklaim meningkat 30 kali lebih cepat.

“Jakmall hadir dengan beragam produk yang unik dan membawa positioning sebagai marketplace yang menyediakan produk-produk dengan harga termurah. Jakmall ikut menjadi lima marketplace pertama yang bekerja sama dengan GO-JEK secara khusus untuk menghadirkan same-day delivery,” kata Tommy.

Target Jakmall menambah jumlah produk dan penjual

Hingga saat ini Jakmall telah bermitra dengan lebih dari 500 penjual dan jumlah ini terus bertambah setiap harinya. Sementara jumlah anggota Jakmall hingga bulan Juli 2017 telah mencapai 1,7 juta akun.

Dalam hal strategi monetisasi yang saat ini dijalankan, Jakmall masih memberikan layanan free trial secara khusus ketika penjual bergabung dan menggunakan layanan yang disediakan.

“Hal ini dikarenakan fokus saat ini adalah agar konsumen kami merasakan value dari produk-produk yang disediakan oleh Jakmall,” kata Tommy.

Selanjutnya fokus Jakmall adalah memenuhi kategori produk A-Z yang belum tersedia. Proses seleksi penjual sendiri dilakukan secara ketat untuk memastikan penjual adalah pemilik produk atau pemilik merek yang mampu memberikan harga termurah kepada konsumen. Sementara untuk angka pertumbuhan penjual bertambah secara bertahap.

“Sesuai dengan visi kami “Connect people through commerce”, target yang ingin dicapai hingga akhir tahun 2017 adalah terus menghadirkan penjual yang berkualitas dan penambahan jumlah SKU produk hingga lebih dari 100 ribu SKU aktif dengan harga termurah,” tutup Tommy.

Plaform Reward dan Loyalitas Member.id Dapatkan Pendanaan Awal dari East Ventures

Penyedia platform reward dan loyalitas konsumen Member.id mengumumkan pendanaan awal dari East Ventures dengan dukungan Ismaya Group. Tidak diinformasikan besaran pendanaan yang didapat. Pendanaan ini akan difokuskan Member.id untuk memaksimalkan pemasaran, sehingga semakin banyak perusahaan di Indonesia yang menghadirkan program loyalitas pengguna melalui platformnya.

Member.id memungkinkan penggunanya untuk mengubah poin ke berbagai macam bentuk penukaran. Platform yang disediakan end-to-end, mulai dari konsultasi perancangan hingga operasional. Ismaya sebagai salah satu investor kini juga menerapkan platform yang dimiliki Member.id dan pihaknya mengaku mendapatkan efektivitas dari sisi pertumbuhan pelanggan.

“Pengeluaran untuk mempertahankan pelanggan adalah 5 hingga 10 kali lebih terjangkau dibandingkan dengan pengeluaran untuk mendapatkan pelanggan baru. Konsumen di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk tunduk kepada diskon daripada setia terhadap suatu brand, karena banyak bisnis ditekan untuk membuat penjualan lebih cepat. Mereka tidak menyadari bahwa hal ini dapat menjadi sebuah persoalan dalam mempertahankan pelanggan dan akan menjadi pengeluaran yang lebih besar dalam jangka panjang,” jelas Co-Founder & CEO Marianne Rumantir.

Dari riset yang dirilis Member.id, 5% peningkatan kesetiaan pelanggan dapat menaikkan keuntungan rata-rata per konsumen sebesar 25% hingga 100%. 55% dari millennial mengaku setia terhadap suatu brand, dibandingkan 39% dari grup berumur 35 ke atas. Dari angka tersebut Member.id melihat adanya kebutuhan brand untuk menanggapi konsumen dengan cara yang lebih efektif.

“Mencari platform loyalty yang holistik susah didapatkan di Indonesia. Setiap merchant berada di dunia mereka sendiri dan konsumen mengalami kesusahan untuk mengingat keuntungan-keuntungan dari setiap program loyalty tersebut. Kami berharap untuk mengubah hal tersebut dan tim Member.id berada di posisi yang tepat untuk ini,” sambut Managing Partner East Venture Willson Cuaca.

Member.id sendiri didirikan oleh Marianne Rumantir, Robert Tedja dan Edy Sulistyo (sebagai informasi Edy merupakan salah satu co-founder dari Loket yang baru-baru ini diakuisisi GO-JEK). Member.id hadir berbarengan dengan tren yang ada di kalangan konsumen Indonesia saat ini, yakni konsumen lebih tertarik kepada penghematan uang daripada mendapatkan penghargaan untuk dapat membangun kesetiaan mereka terhadap sebuah brand. Tetapi untuk mempertahankan konsumen dalam jangka panjang, brand di Indonesia harus mengumpulkan data dari pelanggan, antara lain mengenai tingkah laku target pasar mereka.

Payfazz dan Strategi Keagenan untuk Menyasar “Unbanked Society” di Indonesia

Payfazz merupakan sebuah layanan keuangan berbasis keagenan yang ditujukan untuk unbanked society. Saat ini telah diterbitkan dalam paltform Android, untuk merangkum berbagai jenis layanan yang dapat diakses oleh masyarakat melalui agen. Payfazz berkoordinasi dengan bank untuk membangun jaringan distribusi bank melalui para agen Payfazz yang dapat beroperasi di berbagai tempat. Dengan kata lain, para Agen Payfazz atau disebut sebagai “Agen Keuangan Nusantara” ini akan menjadi representatif bank dan Payfazz secara bersamaan.

Untuk produk yang bisa diakses saat ini berupa pembayaran Pulsa, PPOB (Payment Point Online Bank), Game Voucher, Multifinance, Kredit, dan Transfer Dana. Selain itu, Payfazz sedang mengembangkan kerja sama dengan salah satu bank terbesar di Indonesia untuk  menghadirkan layanan Lakupandai di aplikasi Payfazz. Sedangkan untuk fitur, Payfazz menyediakan sistem pencatatan transaksi, fasilitas top-up saldo, fitur Print Bluetooth untuk mencetak bukti transaksi pelanggan, hingga pinjaman modal usaha bagi agen yang membutuhkannya.

“Ide dasar pengembangan Payfazz datang dari fenomena Indonesia, berdasarkan data Bank Dunia hanya 36% masyarakat Indonesia yang mempunyai rekening bank, dan hanya 4% masyarakat Indonesia yang mengenal dan menggunakan kartu kredit. Terdapat lebih dari 170 juta masyarakat Indonesia yang pengetahuannya mengenai teknologi keuangan sangat minim,” ujar Hendra Kwik, Co-Founder & CEO Payfazz.

Dalam keterangannya, Hendra menambahkan minimnya banked-society disebabkan oleh 3 variabel faktor, yaitu (1) kurangnya literasi finansial di kalangan masyarakat Indonesia, (2) Sektor perbankan yang menganggap sebagian besar masyarakat Indonesia masih tergolong status unbankable, (3) distribusi akses ATM, KC atau KCP Bank yang belum menyeluruh ke seluruh Indonesia.

Payfazz spesifik jangkau unbanked-society / Payfazz
Payfazz spesifik jangkau unbanked-society / Payfazz

Di lain sisi, masyarakat Indonesia mengenal dan sangat akrab dengan teknologi informasi berupa smartphone dan internet. Hasil riset Payfazz menunjukkan bahwa sekitar 132,7 juta masyarakat Indonesia aktif menggunakan internet setiap harinya. Melihat peluang tersebut, Payfazz mencoba mengarahkan fungsi smartphone dan koneksi internet tersebut untuk memfasilitasi transaksi online yang sering dilakukan masyarakat Indonesia dan menjadi kebutuhan rutin mereka seperti pulsa, transaksi PPOB dan transfer uang.

Fase awal diperkuat pendanaan Y Combinator dan MDI Ventures

Untuk operasionalnya, saat ini Payfazz telah menerima dukungan pendanaan dari Y Combinator dan MDI Venture. Y Combinator merupakan inkubator dan venture capital global yang berpusat di Silicon Valley yang turut membesarkan startup yang sudah mendunia seperti Airbnb, Dropbox, Stripe dan Twitch. Sedangkan MDI Venture merupakan venture capital milik Telkom. Payfazz terhubung dengan MDI melalui inkubasi dalam program Indigo Startup Nation.

Dengan proses bisnis yang ada saat ini, Payfazz sangat yakin akan berhasil, melihat beberapa pembuktian dari startup sejenis di berbagai negara berkembang lain seperti M-Pesa di Kenya, paytm di India dan Alipay di Tiongkok. Bisnis model dinilai membawa kebaikan bagi masyarakat luas. Para Agen Keuangan Nusantara dapat menambah penghasilan dan para masyarakat unbanked menjadi teredukasi dan terbantu untuk mengakses layanan keuangan.

“Saat ini Payfazz sudah memiliki puluhan ribu Agen yang berasal dari berbagai latar belakang demografi. Agen Payfazz kebanyakan telah memiliki usaha rumahan seperti toko kelontong dan konter pulsa di pelbagai wilayah di Indonesia. Puluhan ribu Agen Keuangan Nusantara ini melayani ratusan ribu masyarakat unbanked dan memproses jutaan layanan perbankan setiap bulannya,” imbuh Hendra.

Diakui pula saat ini sudah banyak layanan sejenis, mencoba memberdayakan unbanked-society di Indonesia. Dari situ Payfazz mencoba untuk spesifik menyasar masyarakat yang masih awam terhadap layanan bank dan teknologi keuangan. Payfazz menggunakan sistem keagenan dan menitikberatkan pada masyarakat unbanked sebagai end user. Agen Payfazz berperan mengedukasi dan memfasilitasi layanan perbankan bagi para masyarakat unbanked.

Tiga pendiri asal Jambi yang berpengalaman di startup besar

Co-Founder Payfazz: Ricky, Hendra, Jefriyanto / Payfazz
Co-Founder Payfazz: Ricky, Hendra, Jefriyanto / Payfazz

Payfazz didirikan oleh 3 orang yang berasal dari Jambi dan merupakan rekan sejawat sejak kecil. Ketiganya pula memiliki pengalaman bekerja di startup yang telah membuktikan keberhasilannya dan menjadi panutan startup lokal. Pertama ialah Hendra Kwik, lulusan S1 Teknik Kimia ITB, sebelumnya ia bekerja di Kudo. Kemudian Jefriyanto Guang, lulusan S1 Ilmu Komputer Binus, ia sebelumnya bekerja di Tiket.com. Dan yang ketiga ialah Ricky Winata, lulusan S1 Ilmu Komputer Binus, ia sebelumnya pernah bekerja di Traveloka.

Di tahun ini, fokus Payfazz berupaya membenahi fitur-fitur yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Selain itu, Payfazz juga menargetkan untuk memperluas jaringan Agen Keuangan Nusantara demi menjangkau lebih banyak unbanked-society di seluruh Indonesia. Dengan semakin banyak Agen Payfazz, pihaknya berharap semakin banyak unbanked society yang terbantu untuk mengakses layanan perbankan seperti pembayaran, pulsa, PPOB, transfer dana dan kredit/pinjaman dengan mudah.

Hasil bimbingan inkubator Indigo

DailySocial juga menghubungi Ery Punta Hendraswara, Managing Director Indigo Creative Nation, yang juga menjadi mentor Payfazz. Tentang Payfazz, Ery berpendapat, “Gerakan digital untuk kemajuan bangsa tidak dapat ditawar, termasuk melakukan transaksi elektronik. Payfazz menjadi salah satu solusi yang efektif untuk mengakomodasi kebutuhan transaksi elektronik bagi seluruh masyarakat khususnya unbanked society.”

“Selain melayani solusi keagenan yang dapat melayani transaksi elektronik yang efisien bagi seluruh masyarakat, Payfazz dapat mengembangkan solusi keuangan yang lebih luas lagi terutama melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perbankan, operator telekomunikasi, koperasi, bahkan perusahaan-perusahaan untuk mengelola investasi masyarakat, seperti investasi reksadana,” lanjut Ery.

Dalam program inkubatornya, Payfazz mendapatkan bimbingan baik mentoring intensif hingga pendanaan untuk tumbuh lebih besar lagi melalui program akselerasi startup, serta channeling kepada pasar yang relevan melalui kanal-kanal pemasaran di Telkom yang telah berkembang. Channeling ini lah yang kemudian menjadi percepatan bagi Payfazz untuk tumbuh dan memberikan sumbangsih lebih banyak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Masuki Usia Keempat, Ralali Fokus Bantu Kembangkan Bisnis UMKM

Tahun ini, tepatnya 24 Juli silam Ralali genap berusia empat tahun. Ralali yang memiliki konsep bisnis marketplace penyedia kebutuhan bisnis di Indonesia mulai berdiri tahun 2013. Seiring dengan berjalannya waktu Ralali yang mulanya hanya menyediakan barang maintenance, repairs, dan operasional (MRO) kini telah memiliki lebih dari 12 kategori dengan ribuan suppliers. Ralali mengklaim kesuksesan layanannya dengan nilai transaksi yang terus meningkat, mencapai 900% dalam dua tahun terakhir.

Di umurnya yang keempat, perusahaan masih mencoba terus berjalan dengan visinya dalam menjadi jembatan yang memudahkan hubungan penjual dan pembeli di sektor Business-to-Business (B2B). Tahun ini Ralali disebut akan fokus pada pemberian kemudahan bagi para pemilik UMKM dalam menjalankan bisnisnya, hal ini dilakukan dengan mengembangkan tiga pilar bisnis online yakni marketplace, finansial dan logistik.

“Di usia keempat ini Ralali.com tetap berpegang pada komitmen awal, yakni menjadi solusi bisnis di Indonesia. Dengan adanya Ralali.com sebagai B2B marketplace, diharapkan dapat mempermudah masyarakat Indonesia yang ingin memulai atau menjalankan bisnisnya sehingga nantinya ikut mengembangkan perekonomian Indonesia,” ungkap Joseph Aditya, CEO dan Founder Ralali.

Joseph menambahkan yang menjadi tujuan bisnis Ralali adalah membuat Sahabat Ralali (pembeli di Ralali) memiliki akses terhadap dukungan bisnis yang mendukung. Selain ketersediaan barang Ralali juga berkomitmen untuk terus berinovasi dalam hal pembiayaan, pendanaan dan solusi pembayaran. Selain itu Ralali juga akan bekerja sama dengan perusahaan logistik seperti SAP Express untuk lebih memudahkan dan mempercepat pengiriman barang.

Secara terpisah, Public Relations Executive Ralali Marseka Citra kepada DailySocial menceritakan tren permintaan barang-barang kebutuhan bisnis ikut berkembang seiring dengan pertumbuhan markeplace secara umum. Pihak Ralali juga melihat adanya perubahan atau transformasi yang semula pemesanan barang secara konvensional ke bentuk digital. Di sanalah Ralali coba memenuhi kebutuhan dengan mengandalkan efisiensi di sektor, saluran dan pembiayaan.

Ralali disebut telah bekerja sama dengan banyak supplier, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan berbagai macam kategori yang kini disediakan, Ralali bisa menjangkau segmen yang lebih luas. Menurut data internal, jika pada tahun lalu kategori transaksi masih didominasi Machinery and Industrial Parts dengan persentase transaksi mencapai 55% dari total transaksi, kini kategori-kategori seperti Computer & Communication, Food & Beverages, dan Beauty, Sports & Textile terus meningkat.

Selain penambahan kategori, Ralali juga menawarkan fitur RFQ (Request for Quotation). Sebuah fitur yang memungkinkan pembeli di Ralali dapat memasukan permintaan barang apapun yang diinginkan meski belum tahu supplier mana yang bisa memenuhi. Di sisi lain, penjual juga bisa memberikan penawaran untuk permintaan tersebut.

“RFQ ada karena kami melihat kebutuhan bisnis setiap orang berbeda dan penjual pun dapat melakukan penawaran yang sesuai dengan bidangnya. Lewat RFQ kami dapat memenuhi kebutuhan barang-barang yang unik seperti elevator speedometer dan gunting beton. Fitur Hubungi Penjual juga ada apabila Sahabat Ralali sudah tahu di mana supplier yang tepat dan berencana memesan barang custom made,” terang Joseph.

Ralali memang rajin merangkul banyak pengusaha lokal atau UMKM. Perusahaan mengelola portal Tribes.id, sebuah kanal yang sengaja dibangun untuk membantu mengembangkan UMKM di Indonesia.

“Teknologi memengaruhi semua bidang dalam kehidupan dan menjadi kunci perkembangan bisnis saat ini. Ralali.com memiliki pemain-pemain terbaik di bidangnya dalam hal pengembangan teknologi. Dengan dukungan tim yang baik dan mengedepankan teknologi, Ralali optimis untuk dapat menjadi B2B (Business to Business) online marketplace yang terbesar dan terpercaya,” tutup Marsela.

Application Information Will Show Up Here