Selama Pandemi, Transaksi Sejumlah Pedagang di Tokopedia Justru Naik

Pandemi menyebabkan beberapa sektor bisnis jatuh, namun kondisi sebaliknya ditunjukkan di sektor retail di mana Riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menemukan bahwa 7 dari 10 pelaku usaha di Tokopedia justru mencatatkan peningkatan volume penjualan dengan median sebesar 133%.

Continue reading Selama Pandemi, Transaksi Sejumlah Pedagang di Tokopedia Justru Naik

Tokopedia Launches Tokomart, “Online Grocery” Service with “Geo-Tagging” Technology

Tokopedia launches Tokomart, a special page using geo-tagging technology to help people buy groceries in the nearest area. Meanwhile, Tokomart is currently available in Jabodetabek and Bandung.

Tokopedia’s Senior Lead Merchant Development, Hartawan Lesmana said that the F&B category has become one of the most popular categories in Tokopedia over the past year with a threefold increase in transactions compared to the pre-pandemic period. Fresh products such as eggs, fish, instant noodles, tea, honey, and local coffee are the most popular among the community.

“Community’s high enthusiasm has inspired us to present Tokomart. We also collaborate with various strategic partners, including business players in Indonesia – from Hypermart, LotteMart, Sayurbox, to a number of local MSMEs from various industries – to provide more than 200 thousand product options on Tokomart,” he explained in an official statement, Wednesday (3/3).

This service is also supported by geo-tagging technology, therefore, business owners can reach the community faster as this technology prioritizes the closest seller from the buyer’s position. Business owners who join Tokomart are those who sell the food & beverage and health & beauty categories.

In the first phase, the latest innovation is available for users in the Greater Jakarta and Bandung areas. “We will continue to add other areas, therefore, this innovation can reach all citizens.”

In order to drive transactions, the company is currently holding promotional programs in the form of cashback, discounts, and free shipping.

Before Tokopedia, the grocery segment had been seriously explored by other e-commerce companies, such as Blibli and JD.id. There are also Gojek and Grab. They are working with FMCG brands, supermarkets, convenience stores, and shop owners to expand their coverage. Even Tokopedia’s closest competitor, Shopee, has launched Shopee Mart.

Blibli, for example, has developed BlibliMart since 2018 to accommodate daily shopping needs, while at the same time anticipating shifting behavior to online. In Blibli, it’s the second most popular category, after electronics in order and GMV. Since last year, Blibli has released the Subscription feature on BlibliMart.

The feature was created based on the Kantar survey “Understanding Life and Trends in Indonesia” in August 2020, it was stated that 80% of respondents became increasingly economical in managing finances due to Covid-19. More in the survey also stated, in meeting their daily needs, more than 60% of respondents are willing to try new shopping methods in order to get the most affordable price.

This market trend is the background for companies to release the Subscription feature, therefore, consumers can save money when shopping for primary needs.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kompetisi “Go Public” Raksasa Teknologi Asia Tenggara

Analis dan laporan media memproyeksikan bahwa 2021 akan menjadi tahun yang bersemangat bagi ekosistem teknologi Asia Tenggara karena raksasa teknologi di kawasan itu sedang giat mengincar penawaran umum perdana (IPO). Gebrakan itu muncul pada tahun 2020, ketika e-commerce unicorn Tokopedia dilaporkan sedang menjajaki opsi untuk listing melalui perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) pada bulan Desember dan menunjuk Morgan Stanley dan Citigroup sebagai penasihatnya.

Tak lama kemudian, tersiar kabar bahwa Traveloka, unicorn lain yang berbasis di Indonesia, sedang mempertimbangkan IPO melalui skema yang sama. Perusahaan harus melewati turbulensi pada tahun lalu, ketika industri perjalanan dan perhotelan terhenti di seluruh dunia. Namun, di bulan Januari, CEO Traveloka, Fery Unardi, mengatakan kepada Bloomberg bahwa bisnis telah pulih dan perusahaan sedang mempertimbangkan jalur yang harus ditempuh, seperti merger SPAC untuk IPO tahun ini. Traveloka dikabarkan telah mengadakan diskusi dengan beberapa perusahaan cek kosong, termasuk perusahaan yang baru dibentuk seperti Bridgetown Holdings, yang didukung oleh Peter Thiel dan Richard Li.

Ada perkembangan yang bahkan lebih mencekam. Setelah berbulan-bulan berspekulasi, diskusi merger Grab dan Gojek — percobaan pertandingan yang dilakukan oleh Masayoshi Son dari SoftBank — gagal pada bulan Januari, dan kedua perusahaan tersebut menempuh jalur yang berbeda. Gojek dilaporkan sedang dalam pembicaraan lanjutan dengan Tokopedia untuk megamerger lain sebelum go public, sementara Grab mungkin meluncurkan IPO-nya sendiri di AS tahun ini.

Investor sering mengharapkan perusahaan portofolio untuk go public dalam jangka waktu tertentu, sehingga mereka dapat menguangkan sahamnya. Jika perusahaan portofolio tidak melakukan ini, mungkin akan dikenakan pembayaran kontraktual yang cukup besar. Misalnya, Grab akan berutang kepada Uber $2 miliar jika perusahaan yang berbasis di Singapura tersebut tidak memiliki saham yang diperdagangkan secara publik pada Maret 2023. Sementara itu, IPO yang berhasil dapat memberikan imbal hasil yang menarik bagi investor awal — dan memberikan preseden yang berarti ketika mereka mengumpulkan uang untuk fund baru. dana. Ini adalah siklus yang melahirkan dana investasi yang lebih besar dan lebih beragam yang dapat memotong cek yang lebih besar untuk para startup.

Keempat perusahaan ini — Grab, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka — mungkin akan memperdagangkan sahamnya di New York, di mana Sea Group dari Forrest Li memimpin jalan bagi perusahaan teknologi yang berkembang pesat di Asia Tenggara. Mereka mendapat pengakuan nama di wilayah asalnya, tetapi apakah mereka dapat meyakinkan investor di AS untuk mempertahankan saham mereka?

Berlomba-lomba IPO

Para pendiri Grab, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka semuanya telah menyatakan niatnya untuk mencapai profitabilitas sejak 2019. Tekanan meningkat tahun lalu karena pandemi — para investor mereka mengharapkan hasil. Go public memberi investor jalan keluar yang alami; Jika semua berjalan sesuai rencana, empat perusahaan teknologi Asia Tenggara akan membuka jalur uang tunai dari AS untuk mengalir ke pundi-pundi para modal ventura.

“Pasar publik telah mencerminkan keinginan yang luar biasa untuk berinvestasi di kancah teknologi Asia Tenggara, dan orang tidak perlu melihat lebih jauh dari Sea Group untuk melihat sejauh mana minat pasar dalam opsi untuk berinvestasi ke perusahaan teknologi di kawasan itu,” ujar Gabriel Li, seorang rekan dari firma hukum Singapura Withers KhattarWong.

Sebagai perusahaan teknologi yang mencakup e-commerce, video game, dan pembayaran, Sea Group adalah anak emas Asia Tenggara untuk pasar publik. Meskipun harga sahamnya datar selama lebih dari dua tahun, pemegang saham meraup 400% keuntungan di kertas di tahun 2020 saja.

Itu menambah kapitalisasi pasar sebesar $6 miliar ke Sea. Ini beberapa kali lebih banyak dari pertumbuhan Indeks Komposit NYSE pada periode yang sama, sebut Gabriel, dan dapat mendorong perusahaan teknologi lain untuk membuka garda depan persaingan baru, kali ini di pasar modal. “Perlombaan untuk tercatat kemungkinan merupakan bagian dari persaingan abadi untuk mendapatkan pangsa pasar. Ini hanyalah salah satu manifestasi terbaru mengingat, sekarang, sebagian besar akan merasa bahwa daftar akan jadi sangat bermanfaat. Dan sebagian besar akan mencoba meniru pengalaman Sea Group,” ujar Gabriel.

Saat ini, hanya ada sedikit pilihan bagi investor yang ingin memasukkan uangnya ke sektor teknologi kawasan. Menjadi salah satu firma pertama yang memperoleh simbol ticker di New York sama saja dengan memanfaatkan kesempatan yang ada. “Kelangkaan opsi kemungkinan akan mengarah pada penilaian yang lebih baik,” kata Gabriel, terutama karena perusahaan Asia Tenggara berada di radar investor Tiongkok dan Amerika sebagai opsi yang layak untuk mendiversifikasi portofolio. “Investor ini tidak hanya mencari peluang pertumbuhan investasi yang lebih tinggi di Asia Tenggara, tetapi juga mencari teknologi dan solusi yang lebih baru sebagai area pertumbuhan yang dapat meningkatkan portofolio yang ada.”

Sementara itu, Masana Takahashi, pendiri firma penasihat akuntansi dan keuangan perusahaan yang berbasis di Singapura, Jidobox, percaya bahwa minat investor pada perusahaan bergantung pada fundamental ekonomi tempat mereka beroperasi.

“Ada dua jenis investor utama — ritel dan institusional. Investor ritel boleh membeli ‘pasar Indonesia’ daripada Gojek atau Tokopedia,” kata Masana. “Mereka tahu Indonesia memiliki populasi yang besar dan ekonomi yang berkembang, yang membuat mereka tertarik untuk membeli saham teknologi Indonesia. Investor institusional membangun portofolio untuk melindungi nilai risiko, sehingga mereka akan memilih perusahaan yang memainkan peran penting dalam perekonomian negara mereka. ”

Takahashi berpendapat bahwa investasi di Indonesia atau perusahaan Asia Tenggara akan menjadi pelengkap bagi sebagian besar investor. “Investor tidak membutuhkan banyak unicorn di Asia Tenggara. Mereka hanya perlu merasakan sebagian dari pertumbuhan ekonomi kawasan. Misalnya, menurut saya orang Amerika tidak akan berinvestasi di Grab sebanyak yang mereka investasikan di Apple, karena mereka tidak familiar dengan perusahaannya.”

Seperti Gabriel Li, Masana setuju bahwa perusahaan yang melakukan IPO pertama di antara keempatnya akan dinilai dengan valuasi yang lebih tinggi.

Mampukah perusahaan teknologi Asia Tenggara mencapai bursa Tiongkok?

Banyak investor institusional menikmati keuntungan luar biasa melalui kesuksesan perusahaan Tiongkok di pasar saham AS. Namun, kebuntuan geopolitik antara AS dan Tiongkok telah meninggalkan tanda tanya atas masa depan perusahaan Tiongkok yang terdaftar di New York. Ketegangan ini bahkan mungkin menghalangi perusahaan baru untuk mendaftar di bursa saham Amerika, menurut GlobalData, sebuah perusahaan analitik. Faktanya, sejumlah perusahaan Tiongkok sedang mempertimbangkan secondary listings yang lebih lokal di Hong Kong.

Itulah mengapa perusahaan-perusahaan dari Asia Tenggara mungkin menarik bagi investor di AS. Wilayah ini diakui sebagai ekonomi terbesar keempat di dunia. Ini adalah rumah bagi populasi muda yang merasa nyaman dengan alat teknologi baru yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Secara keseluruhan, Asia Tenggara memiliki 400 juta orang yang bergerak online, dan jumlah itu akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Ini berarti potensi pertumbuhan yang luar biasa mungkin diambil oleh investor asing, menurut Gabriel. “Masuknya dana ke Asia Tenggara mungkin terus meningkat karena semakin mendapat pengakuan sebagai pasar berkembang.”

Bagaimanapun, fragmentasi pasar di Asia Tenggara dapat menimbulkan tantangan, dan fundamental ekonomi regional tidak sekokoh Tiongkok, sehingga tidak mungkin perusahaan teknologi Asia Tenggara melihat keriuhan yang sama di pasar saham layaknya beberapa perusahaan Tiongkok, ujar Masana. “Tiongkok sudah memiliki sekitar 300 juta masyarakat kelas menengah ke atas, sehingga memiliki daya beli negara maju. Ini perbedaan yang signifikan dari Asia Tenggara,” ujarnya.

Meskipun raksasa teknologi Asia Tenggara mungkin memiliki rencana bisnis jangka panjang yang menjanjikan, harga saham mereka mungkin akan tetap stagnan atau bahkan turun setelah debut mereka, seperti halnya Sea Group.

“Jika keuangan mereka tidak menarik, mereka tidak akan bisa menarik investor. Mayoritas investor di pasar saham AS tidak mengenal Asia Tenggara dan Anda mungkin tidak ingin berinvestasi di aset yang tidak Anda ketahui,” sebut Masana. “Kecuali raksasa teknologi ini dapat membuktikan bahwa mereka akan tumbuh pesat seperti Sea Group, tidak ada yang akan memperhatikan perusahaan yang merugi di negara yang asing dan jauh.”

The US Stock Exchange- Photo by Aditya Vyas on Unsplash
Bursa Efek AS mungkin akan segera menjadi rumah bagi simbol ticker dari lebih banyak raksasa teknologi di Asia Tenggara. Foto oleh Aditya Vyas dari Unsplash

Kapten yang gigih

Salah satu investor besar telah menjadi pendorong konstan dalam perjalanan membawa perusahaan teknologi Asia Tenggara dari swasta ke publik. Masayoshi Son dari SoftBank berusaha mengatur monopoli dengan menggabungkan Grab dan Gojek, dan dia dilaporkan telah memberikan restunya kepada potensi merger Gojek dan Tokopedia.

Mungkin tahun 2020 — dengan pandemi, perjalanan liar di pasar saham, dan pergeseran signifikan dalam cara kita berinteraksi satu sama lain — telah memberi SoftBank dosis chutzpah. Hal itu berubah dari menderita kerugian besar pada awal tahun 2020 menjadi meraup keuntungan kertas yang sangat besar menjelang akhir tahun. Banyak valuasi perusahaan portofolionya yang telah melonjak.

“Banyak kesuksesan SoftBank di kuartal terakhir bermuara pada Visinya — pun intended. Kemampuan Masayoshi Son untuk berinvestasi secara agresif dalam teknologi yang akan mengubah pasar telah terbayar dengan baik, dan saya pikir kenaikan mereka akan terus berlanjut karena lebih banyak perusahaan portofolio SoftBank memutuskan untuk tercatat,” kata Gabriel.

Secara ambisius, SoftBank dilaporkan sedang mempersiapkan setidaknya enam lagi dari perusahaan portofolionya untuk go public tahun ini. Salah satunya adalah Tokopedia. Analis memproyeksikan IPO ini akan memberikan SoftBank lebih banyak putaran kemenangan setelah penawaran DoorDash dan KE Holdings (Beike) tahun lalu. Selain itu, gerakan Son sulit dibaca oleh orang luar.

“SoftBank secara tradisional dan teratur mengejutkan seluruh pasar dan analis dengan gerakan yang sangat kontroversial dan terbukti sukses. Karena itu, kami tau faktanya bahwa menimbun uang tidak ada dalam DNA Softbank dan ini akan menjadi berita yang menarik untuk diikuti,” tambah Gabriel.

Salah satu perusahaan cek kosong Softbank, SVF Investment Corp, mengumpulkan USD525 juta di bulan Januari. Bulan lalu, konglomerat Jepang mengajukan dua SPAC lagi, yang diberi nama SVF Investment Corp 2 dan SVF Investment Corp 3, yang bertujuan untuk mengumpulkan lebih dari USD 632 juta setelah penjatahan berlebih. Target merger mereka berada di sektor yang mendukung teknologi seperti teknologi komunikasi seluler, kecerdasan buatan, robotika, dan teknologi cloud, menurut laporannya. Itu cukup untuk menjelaskan perusahaan teknologi mana pun di planet ini, tetapi akan adil untuk menunjuk ke perusahaan yang telah menerima cek dari Dana Visi SoftBank.

Untuk saat ini, belum jelas kapan Grab, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka akan meraih simbol ticker — atau bahkan yang lebih dulu. Tetapi satu kepastian adalah bahwa go public berarti perusahaan-perusahaan ini akan menghadapi pengawasan dari regulator serta publik, jadi mereka harus menunjukkan nilai mereka dan mempertahankan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan. IPO mereka akan menjadi terobosan besar bagi kancah teknologi Asia Tenggara. Pertanyaannya adalah: Setelah Sea Group, siapa yang akan menjadi peruntungan baru unicorn ini?


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Tokopedia Kembangkan Tokomart, Layanan “Online Grocery” Berteknologi “Geo-Tagging”

Tokopedia mengumumkan Tokomart, halaman khusus yang mengusung teknologi geo-tagging untuk permudah masyarakat membeli kebutuhan sehari-hari dari penjual terdekat. Sementara ini Tokomart baru hadir di Jabodetabek dan Bandung.

Merchant Development Senior Lead Tokopedia Hartawan Lesmana mengungkapkan, sepanjang tahun lalu kategori F&B menjadi salah satu kategori paling populer di Tokopedia dengan peningkatan transaksi hingga tiga kali lipat dibandingkan periode sebelum pandemi. Produk seperti telur, ikan, mi instan, teh, madu, dan kopi lokal menjadi yang paling diburu masyarakat.

“Tingginya antusiasme masyarakat mendorong kami untuk menghadirkan Tokomart. Kami juga berkolaborasi dengan berbagai mitra strategis, dalam hal ini pegiat usaha di Indonesia –mulai dari Hypermart, LotteMart, Sayurbox, hingga sejumlah UMKM lokal dari berbagai industri– untuk menyediakan lebih dari 200 ribu pilihan produk di halaman Tokomart,” terang dia dalam keterangan resmi, Rabu (3/3).

Layanan ini juga didukung dengan teknologi geo-tagging sehingga para pemilik usaha dapat menjangkau masyarakat dengan lebih cepat karena teknologi tersebut memprioritaskan penjual terdekat dari domisili pembeli. Para pemilik usaha yang dapat bergabung di Tokomart adalah mereka yang menjual kategori makanan & minuman dan kesehatan & kecantikan.

Pada fase pertama, inovasi teranyar ini baru bisa dirasakan untuk pengguna yang berada di wilayah Jabodetabek dan Bandung. “Kami akan terus menambahkan wilayah lainnya agar kemudahan ini segera dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.”

Untuk mendongkrak transaksi, saat ini perusahaan mengadakan program promosi berbentuk cashback, diskon, dan gratis ongkir.

Sebelum Tokopedia yang spesifik masuk ke segmen groceries ini, sudah dirambah secara serius oleh perusahaan e-commerce lainnya, seperti Blibli dan JD.id. Terdapat pula, Gojek dan Grab. Mereka bekerja sama dengan brand FMCG, supermarket, convenience store, dan pemilik warung untuk perluas cakupan. Bahkan kompetitor terdekat Tokopedia, Shopee juga sudah merilis Shopee Mart.

Blibli misalnya mengembangkan BlibliMart sejak 2018 untuk mengakomodasi kebutuhan belanja sehari-hari, sekaligus mengantisipasi pergeseran gaya belanja online. Di Blibli, kategori tersebut terkuat kedua, setelah elektronik untuk tingkat pesanan dan GMV. Sejak tahun lalu, Blibli merilis fitur Langganan di BlibliMart.

Fitur itu hadir karena berdasarkan survei Kantar “Understanding Life and Trends in Indonesia” pada Agustus 2020 menyatakan bahwa 80% responden menjadi kian hemat dalam mengatur keuangan akibat Covid-19. Lebih dalam survei tersebut juga menyatakan, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, lebih dari 60% responden bersedia mencoba metode belanja baru demi mendapatkan harga yang paling terjangkau.

Tren pasar ini melatarbelakangi perusahaan untuk merilis Langganan agar konsumen dapat berhemat ketika berbelanja kebutuhan primer.

Application Information Will Show Up Here

Same Day Delivery Gets Hyped, Logistics Competition Went Tight

The growth of the logistics market in Indonesia is predicted to get better in 2021. This has taken into account the current situation in Indonesia as the implementation of social restriction policies in some areas.

Indonesian Logistics Association’s (ALI) Chairman, Zaldy Ilham Masita revealed several predictions and trends in logistics to occur in Indonesia this year. First, he observed that logistics service players had started to adapt during the pandemic. This is visible as the emerging new services and collaboration between startups and large logistics companies, especially to accommodate the needs of instant courier services (on-demand).

“In the fourth quarter of 2020, logistics will get more popular due to increasing public spending. In the first quarter of 2021, it is a bit worrying as the implementation of social restrictions. However, we are optimistic because during the last six months, [logistics players] have been trained to adapt. We predict that the logistics peak [increase] will occur in the third and fourth quarters of 2021 as more people get vaccinated,” he said in recent contact with DailySocial.

According to Ken Research‘s report, Indonesia’s logistics market is estimated to reach $200.3 billion with a CAGR of 7.9% in 2024. This value includes goods transportation, freight forwarding, warehouse, express and parcel (CEP) and cold chain logistics businesses.

Second, he estimates that the increase in the logistics business this year will be boosted by the same day delivery service. With the current situation, he estimates that this trend can spur logistics industry players to evaluate whether the current duration of same day delivery times has met customer expectations and is business competitive.

Zaldy, who is also the President Director of Paxel, even admitted that he would consider the findings. Moreover, Paxel, which is a technology-based logistics delivery service platform startup, started a same-day delivery service with a duration of up to 10 hours.

Service

Ja(bo)detabek rate

Duration

GoSend Rp,.815/km (0-6km), Rp 18,000 (6-15km), Rp1,200/km (>15km) Up to 4hrs since the pick-up
Grab Express Start from Rp15.000 (0-5km) Up to 6hrs (motorcycle) since the pick-up
Paxel Flat s/d 5kg Rp8.000 (dalam kota), Rp15.000 (luar kota) 6-8hrs (within city), 10-12hrs (inter-city)
MrSpeedy Rp8.000 for the first 4km Up to 90 menit

Source: Official website of Gojek, Grab, Paxel, MrSpeedy / Organized by DailySocial

“Currently, Same day delivery within the city is only 2 hours. Over the last few years, customer expectations have increased significantly. [Paxel] is even evaluating whether the same delivery with a duration of 8-10 hours can compete. In addition, there is something more extreme at a lower cost. It means that the industry needs more innovation,” he added.

Same day delivery trend is driven by food delivery

Referring to the report The 2nd Series Industry Roundtable: Logistics Industry Perspective released by MarkPlus Inc in October 2020, the frequency of courier services increased rapidly during the pandemic. This increase was triggered by a number of main factors, including online shopping activities, prices, and delivery times.

Sumber: MarkPlus Inc / Diolah kembali oleh DailySocial
Source: MarkPlus Inc / Organized by DailySocial

In addition, same day delivery services are expected to get rapidly increased after the pandemic (67.2%) compared to regular delivery services (78.7%) even it has a larger portion. The research was done with 122 respondents from the Greater Jakarta area (59.8%) and non-Jabodetabek (40.2%).

Then, respondents have a main expectation for the delivery of services on time (36.7%) and logistics service providers are considered to need to improve pick-up services in the future.

Sumber: MarkPlus Inc / Diolah kembali oleh DailySocial
Source: MarkPlus Inc / Organized by DailySocial

Third, in Zaldy’s observations, the B2B logistics market is getting decrease due to the shifting of shopping behavior from offline to online. The effort is getting stronger as the pandemic and increasing customer expectations are considered increasingly extreme. He estimates that the composition of the logistics business in the B2C segment will increase from 10% to 25% this year.

Fourth, this year is also a proving ground to see which logistics business models are successful and which are not. New business models may emerge because many new markets are yet to open, such as food delivery services,” Zaldy explained.

Several giant startups, such as Gojek (GoFood), Bukalapak (BukaFood), and Shopee (ShopeeFood) are started to tighten its position in the market segment. The large logistics company SiCepat also acquired 51% shares in the DigiResto food delivery platform to boost revenue contribution from the food delivery market in Indonesia.

Quoting Momentum Works’ research, GMV food delivery services experienced accelerated growth during the pandemic. The report noted the GMV of food delivery services in six countries in Southeast Asia reached $11.9 billion in 2020.

In terms of the Indonesian market, the number has reached $3.7 billion or equivalent to Rp52 trillion, dominated by two big players, Grab and Gojek, with a share of 53% and 47% of the total market share, respectively.

Challenges for legacy logistics

Fifth, Zaldy continued, he said that older conventional logistics companies would find it difficult to catch up with future trends. This is because it is not easy for companies to transform or build infrastructure in a short time. The key is in collaboration.

At least, throughout 2020, there will be many collaborations between startups and corporations. For example, Ninja Xpress partners with Grab and Gojek partners with Paxel. The partnership was due to strengthening inter-city freight forwarding services (intercity).

According to Zaldy, the pandemic is an eye-opening experience, therefore, conventional logistics companies are willing to collaborate. “Many conventional legacy companies find it difficult to catch up with business as customer expectations getting higher now. We see some conventional companies, their service may be threatened by the same-day delivery,” Zaldy said.

In fact, he also saw an emerging new trend due to the pandemic, non-logistics companies entering the logistics sector. Blue Bird is one of which that executed this idea.

The company has made maneuvers in logistics since the second quarter of 2020, powered by the fleets. Blue Bird has started to expand its logistics services by partnering with Paxel for large package shipments with a same-day delivery service.

“We are using the existing fleet for cost-efficient. In essence, we want to contribute to logistics services during a pandemic, regarding hygiene in particular, we apply protocols according to our standards,” Blue Bird’s Chief Strategy Officer, Paul Soegianto said to DailySocial.

Zaldy also gave an example of how this will be a challenge to PT Pos Indonesia. He said the infrastructure is no longer possible to catch up with logistics service providers, SiCepat, for example.

“However, [models such as] PT Pos Indonesia can take advantage of infrastructure from other platforms, such as Anteraja. This means that the first and middle miles can collaborate with each other, while the competition is in the last mile,” he added.

Gojek and Tokopedia’s Merger to affect logistics industry

Sixth, he estimates that the plan of Gojek and Tokopedia’s merger can have a big impact on the Indonesian logistics industry. Also, he added, conventional logistics companies will be significantly affected.

“The merger of the two will struck the legacy companies. Why? It’s hard to get legacy companies to change their business models, especially those that already have thousands of courier fleets and hubs. Unless they have good IT systems or technology, this will be difficult. Blue Bird is an example of a legacy company with a ready system. The question is have they done the ‘homework’?” Zaldy said.

In a separate article, DailySocial Founder and CEO Rama Mamuaya said that the merger of the two can have a big impact on consumers and the industry. Rama said, cross-breeding of complementary products would be fantastic for consumers. Moreover, both of those have integrated e-commerce, transportation, and financial infrastructure in one application.

“Today, we have same-day delivery which works most of the time. The integration between Gojek and Tokopedia can produce something even better, Amazon Prime-style instant same-hour delivery, helping push e-commerce transaction and customer satisfaction even more while increasing driver utilization rate making it more economical as a business,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pentingnya Kolaborasi dan Sinergi antara Startup dan Korporasi

Tahun 2020 menjadi tahun yang menarik bagi dunia perbankan dan perusahaan teknologi di Indonesia. Besarnya transaksi keuangan digital hingga meningkatnya traksi jual-beli online, mendorong perbankan seperti CIMB Niaga dan raksasa e-commerce seperti Tokopedia menghadirkan layanan serta pilihan payment secara menyeluruh untuk mengembangkan bisnis mereka.

Untuk memaksimalkan potensi, sinergi antara perbankan dan startup menjadi esensial untuk mendorong adopsi digital dan inklusi keuangan di Indonesia.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial menghadirkan Payment & Fintech Business Head of Tokopedia Vira Widiyasari dan Branchless Banking Business Development Head of CIMB Niaga Lusiana Saleh, membahas pentingnya sinergi dan kolaborasi antara startup dan enterprise untuk pertumbuhan bisnis.

Pandemi dorong adopsi digital perbankan

Menurut Lusiana, pandemi secara langsung telah mengakselerasi transaksi melalui mobile banking saat nasabah melakukan pembayaran di layanan e-commerce, food delivery, dan lainnya. CIMB Niaga mencatat transaksi perbankan secara digital pertumbuhannya sangat luar biasa, hampir dua kali lipat jumlahnya. Selain itu sekitar 96% transaksi dilakukan melalui digital space, hanya 4% saja yang dilayani di cabang bank CIMB Niaga.

“Menurut saya digital adoption terutama setelah Covid-19 tahun 2020 semakin pesat. Jadi untuk platform fintech atau layanan e-commerce yang sebelumnya mengalami pertumbuhan tinggi, tahun 2020 pastinya menjadi lebih meningkat lagi jumlah pertumbuhannya,” kata Lusiana

Ditambahkan olehnya, saat ini yang menjadi fokus dari CIMB Niaga adalah untuk bisa masuk ke digital space dengan memberikan kemudahan kepada nasabah melakukan pembayaran di beberapa layanan e-commerce atau platform yang saat ini menjadi tren secara digital.

“Tercatat di Indonesia pertumbuhan transaksi fintech dalam beberapa tahun terakhir mencapai lebih dari 50%, terutama untuk lending dan payment. Kenapa lending penting karena Indonesia memiliki lanskap yang luas. Saya melihat pertumbuhan digital masih akan terus berkembang dan mobile banking masih mendominasi. Selain itu ke depannya akan semakin banyak tren M&A di antara startup,” kata Lusiana.

Tahun 2020 lalu menjadi wake up call bagi dunia perbankan dan tentunya semua bisnis secara keseluruhan. Untuk itu CIMB Niaga berupaya untuk terus mengadopsi semua perubahan teknologi, dengan tujuan untuk bisa memberikan layanan terbaik kepada nasabah.

Terkait dengan kemitraan, selama ini CIMB Niaga telah membuka semua peluang bagi startup hingga perusahaan teknologi ternama seperti Tokopedia untuk menjalin kolaborasi dengan mereka. Sebagai perbankan, CIMB Niaga memiliki layanan API, yang bisa dimanfaatkan bukan hanya layanan fintech, namun juga UKM dan perusahaan lainnya yang ingin memanfaatkan koneksi API CIMB Niaga.

“Semua proses tersebut terbilang mudah dan fleksibel. Namun kembali lagi sebagai perbankan kami wajib untuk mengikuti semua aturan yang ditetapkan oleh regulator. Meskipun semua proses tersebut bisa di kustomisasi, namun kita akan mengakomodir semua kebutuhan melihat aspek regulasi dan keamanan menyesuaikan OJK sebagai regulator kami,” kata Lusiana.

Tokopedia dan pentingnya memperluas kemitraan

Sementara itu sebagai perusahaan teknologi yang sudah menginjak usia 11 tahun, Tokopedia kerap melakukan transformasi dengan memberikan layanan yang dibutuhkan dan pilihan pembayaran yang beragam. Mulai dari pilihan cicilan yang dihadirkan berkat kerja sama dengan perbankan dan layanan finansial hingga fintech, e-wallet, asuransi dan lainnya, menjadi fokus Tokopedia demi mewujudkan visi mereka yaitu pemerataan ekonomi secara digital.

“Sebagai perusahaan teknologi di Indonesia, Tokopedia ingin menghadirkan berbagai inovasi keuangan digital untuk mendukung pemerataan finansial melalui teknologi,” kata Vira.

Untuk memperbesar ekosistem yang dimiliki, menjadi penting bagi Tokopedia untuk memperluas kolaborasi mereka dengan layanan finansial. Dalam hal ini mitra yang dinilai relevan untuk bergabung bersama Tokopedia, adalah mereka yang memiliki lisensi seperti reksa dana dan memiliki sertifikasi dan diawasi oleh OJK.

“Mitra perbankan juga sangat penting bagi Tokopedia untuk mendorong literasi dan inklusi finansial di Indonesia,” kata Vira.

Ditambahkan oleh Vira, kolaborasi dengan perbankan memungkinkan Tokopedia memberikan pilihan pembayaran penuh hingga cicilan untuk pembeli dan lebih dari 10 juta penjual yang terdaftar. Tokopedia berupaya untuk memiliki misi dan visi yang selaras dengan semua mitra, sesuai dengan DNA dari Tokopedia yaitu fokus kepada pelanggan.

“Kolaborasi yang dilakukan bisa memberikan solusi pain point customer yang dimiliki. Sebelumnya kami melakukan riset dengan harapan bisa membuat solusi positif  mutual dan beneficial, bukan cuma untuk mitra dan Tokopedia tapi juga untuk pelanggan juga,” kata Vira.

Sumber Gambar: Depositphotos.com

OLX Autos Ikut Pasarkan Ekosistem Jual-Beli Mobil Melalui Tokopedia

Situs jual beli mobil online OLX Autos mengumumkan perluasan ekosistem jual-beli mobil melalui kanal marketplace Tokopedia. Strategi ini dilakukan untuk menjawab perilaku belanja konsumen yang kini semakin beragam terlebih sepanjang pandemi.

Mengutip dari laporan McKinsey, sebanyak 92% responden menyatakan telah mencoba perilaku belanja yang baru, dengan 56% di antaranya mencoba berbelanja secara digital. Dari 56% responden ini, 88% dari mereka menjawab tetap ingin berbelanja secara digital bahkan ketika pandemi berakhir. Temuan tersebut menguatkan OLX Autos untuk perlebar kanal pemasaran.

Director Classified & New Business OLX Indonesia Agung Iskandar menyampaikan, setiap pelanggan memiliki kebutuhan serta preferensi yang berbeda, terutama semenjak mereka semakin mengedepankan keamanan dan kenyamanan memesan berbagai layanan hingga bertransaksi hanya dari rumah. Oleh karenanya, kemudahan untuk bertransaksi melalui platform digital telah menjadi kebiasaan.

“Dengan adanya kerja sama ini, kami berharap dapat membantu pelanggan menemukan kemajuan ekosistem mobil bekas melalui alternatif opsi yang dapat pelanggan temukan di Tokopedia,” ucap Agung dalam keterangan resmi, Selasa (16/2).

AVP of Business Tokopedia David Kartono menambahkan, perusahaan mendukung tumbuh kembang industri otomotif dengan memberikan panggung seluas-luasnya bagi para pegiat usaha. “Harapannya sinergi ini juga dapat membantu masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan, termasuk akan produk kendaraan bekas, secara lebih pasti, mudah dan tanpa harus keluar rumah.”

Dalam kerja sama ini, pelanggan dapat menikmati ragam layanan OLX Autos, termasuk layanan Home Inspection. Dalam layanan tersebut, tim mekanik dari OLX Autos akan membantu pelanggan melakukan pengecekan mobil. Sebenarnya Home Inspection tersedia secara offline yang tersebar di berbagai lokasi.

Namun pengguna kini tidak perlu mendatangi toko offline, tim OLX Autos akan datang untuk menginspeksi mobil, menginformasikan hasil inspeksi secara terperinci sembari menerapkan protokol kesehatan. Pengguna dapat memesan layanan ini berdasarkan lokasi dan melakukan pembayaran dengan berbagai metode yang sudah tersedia di Tokopedia.

Selain itu, OLX Autos di Tokopedia juga menawarkan transaksi beli dan tukar tambah mobil dan melihat daftar mobil secara online. Setelah pelanggan merasa cocok dengan mobil yang ingin dibeli, agen dari akun OLX Autos akan mengarahkan pelanggan ke salah satu layanan OLX Autos Jual-Beli-Tukar Tambah dan OLX Authorized Dealer untuk dapat melihat langsung mobil impian.

Permintaan mobil bekas meningkat

Secara nasional, penjualan mobil di Indonesia turun 47,8% secara tahunan per Oktober 2020 imbas pandemi. Meski begitu, permintaan mobil bekas di platform online justru meningkat hingga 600%.

Potensi yang besar ini disadari oleh Tokopedia dengan menggaet Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk mendorong pengusaha otomotif lokal berjualan secara online. Sebelum OLX, Carro sudah melakukan inisiasi tersebut bersama Tokopedia sejak Juli 2020 dan BMW Group Indonesia.

Co-Founder Carro Aditya Lesmana menyebutkan, tren pembelian mobil secara contactless naik 100% per bulannya. Per September 2020, sebanyak tiga dari 10 mobil terjual lewat contactless. Selain jual beli mobil bekas dan baru, Carro menyediakan layanan test drive yang dapat dipesan lewat Tokopedia.

Pesaing lainnya, Carsome juga tancap gas selama pandemi. Perusahaan ini mencatatkan peningkatan penjualan naik 300% sejak awal tahun (ytd) per kuartal III. Sebelumnya kondisi sempat anjlok pada awal pandemi, dan berangsur pulih sejak lima bulan berikutnya.

Carro Starts Selling New Cars, Strengthen Collaboration with Tokopedia

The car trading platform Carro expands its collaboration with Tokopedia. Recently, the collaboration that was formed in 2020 has provided more than 50 payment options for purchasing certified used cars on Tokopedia.

In recent contact with DailySocial, Carro’s Co-founder, Aditya Lesmana said consumers can enjoy more flexible financing options at Tokopedia. Carro is working with a number of finance companies in Indonesia to facilitate the payment options, both cash and credit with various types of down payment (DP) tenors, and the desired insurance.

“Last year was a year full of challenges for us. However, the Covid-19 pandemic has actually triggered the automotive industry to innovate. We are taking strategic steps, one of which is with Tokopedia. This has had a positive impact where the demand for certified used cars has jumped up to 600%,” Aditya said.

In July 2020, Carro expanded access to certified used car purchases by opening Carro Automall through the Tokopedia platform. This collaboration allows more than 100 million active Tokopedia users to view and buy certified used cars on the platform.

For Aditya, the trend of contactless car purchases has increased 100% from month to month. As of September 2020, three out of ten cars were sold, through the contactless process. With the increasing trend of online car purchasing, Carro keeps the door open for collaboration with marketplace platforms in Indonesia.

“Sales of new used cars show a positive trend, especially in the midst of a pandemic. This change has an impact on the automotive sector in Indonesia in line with the increasing online demand for cars,” he said.

Apart from financing options, Carro also announced a new chapter by entering a new car market segment. This step was taken in line with optimism for Indonesia’s economic growth this year.

Quoting data from the Association of Indonesian Automotive Industries (GAIKINDO), Aditya said that domestic sales of new cars are predicted to reach 750 thousand units in 2021. This has taken into account Indonesia’s economic growth potential which is projected to grow by 3% -4%. GAIKINDO also believes that people’s purchasing power for new cars is to improve this year.

“We are optimistic that the automotive industry in Indonesia and Southeast Asia, both the used car and new car market sectors, will recover in 2021. Technological advances, collaboration, and adaptation made by various stakeholders in the automotive industry to develop online businesses will encourage car sales,” he explained.

He considered that the automotive industry continues to develop and transform over time. Transactions through digital platforms certainly make it easier for consumers to find out more detailed product information, prices, payment options, features, and complete car history.

Meanwhile, in a written statement, Tokopedia’s AVP of Business David Kartono said the partnership with Carro is an ongoing effort to encourage all opportunities for the Indonesian people. He expects this collaboration can help promote economic recovery in Indonesia through digital platforms.

Carro is a car buying and selling platform in the Southeast Asia region with transactions of more than $1 billion in 2019. The company offers the convenience of buying cars with online transactions and checking cars offline at Carro Automall located in Bekasi.

Carro claims the Automall is the largest certified used car showroom in Indonesia. In addition, it also offers contactless sales of used cars and trade in new cars from various brands on its platform. In order to improve the offline experience before consumers make transactions, Carro also provides a test drive facility that can be ordered through the Carro and Tokopedia platforms.

This startup was founded in 2015 and used the C2B and B2C business models where consumers can sell used cars through the Carro platform and offer them to consumers. In this vertical, Carro competes with a number of players, such as OLX Autos and Carsome.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Carro Rambah Penjualan Mobil Baru, Perkuat Kolaborasi dengan Tokopedia

Platform jual-beli mobil Carro kembali memperluas kolaborasinya dengan Tokopedia. Kali ini, kolaborasi yang terjalin sejak 2020 ini resmi mengumumkan kehadiran lebih dari 50 opsi pembayaran untuk pembelian mobil bekas bersertifikat di Tokopedia.

Dihubungi oleh DailySocial, Co-founder Carro Aditya Lesmana mengatakan, konsumen kini dapat menikmati opsi pembiayaan yang lebih fleksibel di Tokopedia. Carro bekerja sama dengan sejumlah perusahaan pembiayaan di Indonesia untuk memfasilitasi jenis pembayaran, baik itu tunai maupun kredit dengan pilihan down payment (DP) tenor, dan asuransi yang diinginkan.

“Tahun lalu merupakan tahun penuh tantangan bagi kami. Namun, pandemi Covid-19 justru memicu industri otomotif untuk berinovasi. Kami melakukan langkah strategis, salah satunya dengan Tokopedia. Hal ini memberikan dampak positif di mana permintaan mobil bekas bersertifikat melonjak hingga 600%,” ungkap Aditya.

Pada Juli 2020, Carro memperluas akses pembelian mobil bekas bersertifikasi dengan membuka Carro Automall melalui platform Tokopedia. Kolaborasi ini memungkinkan lebih dari 100 juta pengguna aktif Tokopedia untuk melihat dan membeli mobil bekas bersertifikasi di platform tersebut.

Menurut Aditya, tren pembelian mobil secara contactless mengalami peningkatan 100% dari bulan ke bulan. Per September 2020, sebanyak tiga dari sepuluh mobil terjual, terjadi secara contactless. Dengan meningkatnya tren pembelian mobil secara online, Carro akan terus membuka peluang kolaborasi dengan platform marketplace di Indonesia.

“Penjualan mobil baru bekas menunjukkan tren positif, terlebih di tengah pandemi. Perubahan ini berdampak terhadap sektor otomotif di Indonesia sejalan dengan meningkatnya permintaan mobile secara online,” katanya.

Selain opsi pembiayaan, Carro juga mengumumkan babak barunya dengan memasuki segmen pasar mobil baru. Langkah ini diambil sejalan dengan optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.

Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Aditya menyebut penjualan mobil baru dalam negeri diprediksi mencapai 750 ribu unit di 2021. Prediksi ini telah memperhitungkan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksi tumbuh 3%-4%. GAIKINDO juga meyakini daya beli masyarakat terhadap mobil baru akan membaik tahun ini

“Kami optimistis industri otomotif di Indonesia dan Asia Tenggara, baik sektor pasar mobil bekas dan mobil baru, akan kembali pulih di 2021. Kemajuan teknologi, kolaborasi, dan adaptasi yang dilakukan berbagai stakeholder di industri otomotif untuk mengembangkan bisnis secara online akan mendorong penjualan mobil,” paparnya.

Ia menilai bahwa industri otomotif terus berkembang dan bertransformasi seiring waktu. Transaksi melalui platform digital tentu mempermudah konsumen untuk mengetahui informasi produk lebih rinci, harga, opsi pembayaran, fitur, hingga riwayat lengkap mobil.

Sementara itu dalam keterangan tertulis, AVP of Business Tokopedia David Kartono mengatakan kemitraan dengan Carro adalah upaya berkelanjutan untuk mendorong segala peluang bagi masyarakat Indonesia. Ia berharap kolaborasi ini dapat membantu mendorong pemulihan ekonomi di Indonesia lewat platform digital.

Carro merupakan platform jual-beli mobil di kawasan Asia Tenggara dengan transaksi lebih dari $1 miliar di 2019. Perusahaan menawarkan kemudahan pembelian mobil dengan transaksi online dan pengecekan mobil secara offline di Carro Automall yang berlokasi di Bekasi.

Carro mengklaim Automall ini sebagai showroom mobil bekas bersertifikat terbesar di Indonesia. Selain itu, Carro juga menawarkan penjualan mobil bekas dan trade in mobil baru dari berbagai merek secara contactless di platformnya. Untuk meningkatkan offline experience sebelum konsumen bertransaksi, Carro juga menyediakan fasilitas test drive yang dapat dipesan melalui platform Carro dan Tokopedia.

Startup yang berdiri pada 2015 ini menggunakan model bisnis C2B dan B2C di mana konsumen dapat menjual mobil bekas melalui platform Carro dan menawarkannya kepada konsumen kembali. Pada vertikal ini, Carro bersaing dengan sejumlah pemain, seperti OLX Autos dan Carsome.

Statistik Perkembangan Industri E-commerce Sepanjang 2020

iPrice melaporkan Shopee berhasil mengungguli Tokopedia di berbagai capaian sepanjang 2020, untuk total rata-rata kunjungan sepanjang tahun, kunjungan bulanan, peringkat di AppStore dan PlayStore, dan jumlah pengikut di akun media sosial populer.

Dari total rataan kunjungan di Indonesia saja sepanjang 2020, Shopee mampu menarik angka di atas 90 jutaan kunjungan, sementara Tokopedia di angka 80 jutaan. Melihat dari kunjungan bulanan, tercatat tertinggi pada Q4 2020 dibandingkan kuartal sebelumnya. Dalam tolok ukur ini, Shopee kembali unggul dengan capaian hampir di angka 130 juta kunjungan dan Tokopedia di angka kisaran 114 juta.

Capaian tersebut tak lain berkaitan dengan periode sale atau campaign yang dilakukan kedua perusahaan. Sale akhir tahun 10.10, 11.11, dan 12.12 menjadi peak season bagi perusahaan e-commerce untuk berlomba mengakuisisi pengguna.

Setelah Shopee dan Tokopedia, posisi berikutnya secara berurutan diisi oleh Bukalapak, Lazada, Blibli, Orami, Bhinneka, Ralali, JD.id, Sociolla, Zalora, Matahari, Alfacart, Fabelio, Jakarta Notebook, dan Elevenia.

Terkait performa aplikasi, Shopee secara konsisten menduduki peringkat pertama di platform iOS dan Android. Sejak Q1 2020, Shopee selalu menjadi nomor satu di kedua platform dan tidak bergeser sejak Q4 2019. Data tersebut didapat dari App Annie. Sedangkan Tokopedia bertandang di posisi kedua untuk iOS dan keempat di Android.

Pengikut media sosial terbanyak

Tahun lalu merupakan tahun yang sangat tidak terprediksi. Setahun setelah awal mula global pandemi, perlahan-lahan adaptasi terhadap new normal mulai menunjukkan pergeseran perilaku dalam beraktivitas sehari-hari termasuk dalam berbelanja.

Dengan semakin banyak orang menggunakan media sosial untuk meneliti merek, maka platform ini menjadi salah satu strategi efisien untuk mendongkraknya, sekaligus mengakuisisi pengguna.

iPrice mengutip dari sumber lain, yakni Statista. Di sana disebutkan, Facebook menjadi platform media sosial yang memiliki pengguna terbanyak di dunia. Pada Q4 2020, Lazada memiliki likes terbanyak hingga 30 jutaan, disusul Shopee dengan 19 jutaan likes, dan Sephora dengan capaian yang sama dengan Shopee.

Media sosial berikutnya yang paling banyak digunakan di dunia adalah Twitter. iPrice mencatat Tokopedia berhasil menduduki peringkat pertama dengan total pengikut 700 ribuan, lalu Shopee dengan angka 540 ribuan pengikut, dan Blibli 510 ribuan.

Terakhir adalah Instagram. Shopee menduduki peringkat pertama dengan total pengikut sebanyak 7,1 jutaan, diikuti Lazada dengan total 2,6 jutaan, dan Tokopedia dengan 2,4 jutaan.

Platform e-commerce masih memiliki ruang

Berdasarkan laporan e-Conomy 2020, selama pandemi rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu sekitar 4,7 jam per harinya untuk mengakses internet. Angka tersebut naik 30% jika dibandingkan sebelum pandemi, yang biasanya hanya menghabiskan waktu sekitar 3,6 jam per hari. Kenaikan tersebut lantaran kegiatan rutin yang biasanya dilakukan offline seperti sekolah dan kerja, sekarang berpindah ke online.

Akibatnya lainnya, aktivitas belanja online juga ikut meningkat. Pada 2015, konsumer mayoritas membeli produk elektronik melalui platform e-commerce dengan total share sebanyak 41%.

Dengan adanya penerapan lockdown and pembatasan sosial, kategori food and groceries meningkat hingga 175% pada tahun 2020 dan terus diprediksikan akan mengambil bagian hingga 15% pada tahun 2025 dari total seluruh kategori produk yang dibeli di e-commerce.

Dengan adanya perkembangan GMV hingga 54% sejak 2019, e-commerce memiliki banyak potensi untuk terus mengakuisisi konsumer di Indonesia dan e-commerce diprediksikan akan terus memimpin eConomy di Indonesia.

Oleh karenanya, industri logistik semakin dibutuhkan karena permintaan terhadap ekspedisi pengiriman barang meningkat. Makanya wajar jika pendanaan pada tahun lalu turut diwarnai dari sektor logistik. Sejumlah pendanaan yang diumumkan adalah Waresix, Andalin, Shipper, Kargo, dan Webtrace.

Foto header: Depositphotos.com