After the Positive Trend, Shopee Managed to Outrun Tokopedia’s Active Users in Indonesia

Shopee’s wild growth in the local and regional e-commerce competition map is still ongoing. One of the indicators displayed at the iPrice report for the Q3 2019 that shows Shopee’s monthly active user (MAU) has outrun Tokopedia’s number.

The map of Southeast Asia’s e-commerce of Q3 2019 published by iPrice with App Annie and SimilarWeb examines the latest trend of the e-commerce industry in six Southeast Asia’s countries, namely Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapore, and the Philippines.

The report highlighted some main issues. First, Shopee and Lazada still compete for the #1 platform in Southeast Asia. Next, local players are still top of mind in Indonesia. Then, Shopee’s big energy has resulted in taking Tokopedia’s throne in Indonesia in terms of the monthly active user (MAU).

Shopee vs Tokopedia

An epic battle of Shopee and Tokopedia as the number one e-commerce platform in Indonesia is clearly visible in the recent periods. However, Shopee managed this time to outrun Tokopedia’s monthly active users for a mobile app. This is a first for Shopee because Tokopedia has won the matrix in the last two quarters.

The report revealed some programs, such as cashback, free delivery, brand ambassador, and special date discount for the last three months has proven Shopee’s market acquisition strategy works well.

Tokopedia, not only outrun by Shopee but also Lazada comes first for the most downloaded application. However, Tokopedia still listed on top of the most accessed app on mobile web or desktop.

Powerful in regional

Shopee’s positive trend in Indonesia runs identically in the regional market. The only thing blocking Shopee is its closest rival, Lazada.

The iPrice report stated Shopee as the leading platform in two countries, Indonesia and Vietnam, while Lazada is stronger in four other countries. Even so, iPrice found out Shopee’s regional MAU number is bigger than Lazada. This is not surprising since Indonesia and Vietnam are projected as the biggest e-commerce market in Southeast Asia.

Local player stays the sweetheart

Shopee’s fast move might be unstoppable as number one in Indonesia, but local consumers still prefer local e-commerce.

Based on the website traffic, iPrice noted 61% of Indonesia’s e-commerce market is still for local players, with the leading platforms, such as Tokopedia and Bukalapak.

Specifically to Bukalapak, the disappearance of its application in Google Play some times ago is merely has an impact. The iPrice report found Bukalapak is still in the third position in the MAU category and the most accessed application.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tren Positif Shopee Berlanjut, Kini Salip Jumlah Pengguna Aktif Tokopedia di Indonesia

Tren perkasa Shopee dalam peta persaingan e-commerce di ranah lokal maupun regional masih berlangsung. Salah satu indikatornya tampak dari laporan iPrice periode Q3 2019 yang menunjukkan jumlah pengguna aktif bulanan Shopee berhasil menyalip Tokopedia.

Peta e-commerce Asia Tenggara Q3 2019 yang dirilis iPrice bersama App Annie dan SimilarWeb mengulas kondisi terkini industri e-commerce di enam negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

Laporan ini menggarisbawahi sejumlah temuan utama. Pertama adalah Shopee dan Lazada masih berkompetisi untuk menjadi nomor wahid di Asia Tenggara. Berikutnya pemain lokal masih menjadi raja di Indonesia. Terakhir adalah keperkasaan Shopee yang berhasil menyingkirkan Tokopedia di Indonesia dalam hal pengunjung aktif bulanan terbanyak.

Shopee vs Tokopedia

Persaingan keras antara Shopee dan Tokopedia sebagai platform e-commerce nomor satu di Indonesia terus terlihat dalam beberapa periode terakhir. Bedanya, kali ini Shopee berhasil melampaui pencapaian jumlah pengguna aktif bulanan Tokopedia untuk aplikasi mobile. Ini adalah yang kali pertama bagi Shopee, karena di dua kuartal sebelumnya metrik ini selalu “dimenangkan” Tokopedia.

Laporan tersebut menyebut program cashback, gratis ongkos kirim, pemilihan brand ambassador, dan diskon tanggal unik selama periode tiga bulan ke belakang membuktikan strategi Shopee mengakuisisi pasar mereka berjalan baik.

Selain ditikung Shopee, Tokopedia juga disalip Lazada di metrik aplikasi yang paling banyak diunduh. Meski begitu, Tokopedia masih tercatat sebagai yang nomor satu ketika diakses melalui mobile web atau desktop.

Digdaya di regional

Tren positif Shopee di Indonesia juga berjalan identik di pasar regional. Satu-satunya yang menyaingi laju Shopee di kawasan adalah rival terdekatnya, Lazada.

Laporan iPrice mencatat Shopee unggul di dua negara yakni Indonesia dan Vietnam, sedangkan Lazada lebih kuat di empat negara lainnya. Kendati begitu, iPrice mendapati pengguna aktif bulanan Shopee secara regional masih lebih besar dari Lazada. Hal ini tak mengherankan karena Indonesia dan Vietnam diproyeksikan sebagai pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara.

Pemain lokal masih favorit

Laju Shopee memang hampir tak terbendung sebagai yang nomor satu di Indonesia, namun platform e-commerce lokal masih jadi pilihan utama konsumen dalam negeri.

Berdasarkan trafik situs web, iPrice mencatat 61 persen pasar e-commerce Indonesia masih dipegang oleh pemain lokal, dengan pemain utama seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Khusus untuk Bukalapak, hilangnya aplikasi mereka di Google Play beberapa waktu lalu disebut tak berpengaruh banyak. Laporan iPrice mendapati Bukalapak masih menempati peringkat ketiga untuk pengguna aktif terbanyak dan peringkat ketiga untuk situs web paling sering dikunjungi.

Soon to IPO, Tokopedia Is Said to Start a New Funding Round Worth of 21 Trillion Rupiah

Tokopedia is said to start new funding round (fundraising), the value reached up to $1.5 billion or equivalent to 21.1 trillion Rupiah. According to the source reported by Bloomberg, one of the investors is said to be a US-based internet company – also one of Tokopedia’s investors in the previous round – and to participate with $1 billion.

In the series G round closed by the end of 2018, the company has secured $1 billion funding, increasing its valuation to $7 billion. Aside from Softbank and Alibaba, other investors are not to be mentioned.

William Tanuwijaya has mentioned the plan to go-public on some occasions. Although the time is yet to be precise, the internals have been talking about the pre-IPO initiative in a short period of time. The company is to make sure the balance sheet stays in the positive state.

It is likely that additional funds collected will be focused on increasing company traction, before finally having “green” finance and an IPO. Finally Tokopedia announced that their GMV had exceeded 222 trillion Rupiah throughout 2019. On various occasions, William emphasized, instead of regional expansion they wanted to optimize local penetration in Indonesia, including to reach rural areas.

Tokopedia President Patrick Cao also explained, there are currently more than 60 million SMEs in Indonesia and Tokopedia only contributed around 6.6 million, equivalent to creating 857 thousand new jobs. They also have around 350 thousand partners and will continue to add to this number amid increasing daily transactions.

Cao also highlighted that although the IPO plan is getting closer, they are to prioritize local listing first – unlike Alibaba’s IPO debut in New York.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sebelum IPO, Tokopedia Dikabarkan Tengah Galang Pendanaan Baru 21 Triliun Rupiah

Tokopedia dikabarkan tengah mengumpulkan pendanaan putaran baru (fundraising), nilai yang ditargetkan mencapai $1,5 miliar atau setara 21,1 triliun Rupiah. Menurut sumber yang dilansir Bloomberg, salah satu investor yang akan terlibat adalah perusahaan internet asal Amerika Serikat –juga merupakan investor Tokopedia dalam putaran sebelumnya—ditaksirkan akan berpartisipasi memberikan $1 miliar.

Di pendanaan seri G yang ditutup pada akhir tahun 2018 lalu, perusahaan telah mengumpulkan dana $1 miliar, meningkatkan valuasi ke angka $7 miliar. Selain Softbank dan Alibaba, nama-nama investor lain yang terlibat tidak disebutkan.

Dalam sebuah kesempatan, William Tanuwijaya sudah mulai menyinggung rencana go-public. Kendati waktunya belum pasti, namun di internal sudah membicarakan inisiatif pre-IPO dalam waktu yang tidak lama lagi. Perusahaan terus mengupayakan agar kondisi neraca keuangan perusahaan juga dalam keadaan positif.

Besar kemungkinan dana tambahan yang tengah dikumpulkan akan difokuskan untuk meningkatkan traksi perusahaan, sebelum akhirnya miliki keuangan yang “hijau” dan IPO. Terakhir Tokopedia mengumumkan bahwa GMV mereka telah tembus di angka 222 triliun Rupiah sepanjang tahun 2019. Dalam berbagai kesempatan William menegaskan, alih-alih ekspansi regional mereka ingin mengoptimalkan penetrasi di Indonesia, termasuk menjangkau pelosok pedesaan.

Presiden Tokopedia Patrick Cao turut menerangkan, saat ini terdapat lebih dari 60 juta UKM di Indonesia dan Tokopedia baru berkontribusi pada sekitar 6,6 juta, setara dengan menciptakan 857 ribu lapangan pekerjaan baru. Mereka juga telah miliki sekitar 350 ribu mitra dan terus akan menambah jumlah tersebut di tengah transaksi harian yang terus meningkat.

Cao juga menegaskan, kalaupun rencana IPO sudah dekat, mereka akan lebih mengutamakan listing di lokal terlebih dulu — tidak seperti debut IPO Alibaba di New York.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Partners with GoApotik, to Provide Health Products and Online Prescription Feature

Tokopedia today (11/21) announced a strategic partnership with a health tech product, GoApotik. Users are now capable to get drugs and health products from GoApotik through Tokopedia app and website.

“We’ve seen significant demand from users to drugs and the health products on Tokopedia. Based on the internal data, the total transaction of health products is increasing by over 200% from July to September 2019,” Tokopedia’s Business AVP, Jessica Stephanie Jap said.

The service integration comes with an online prescription feature. Users can simply download the prescription through the Chat Bersama Apoteker feature. Furthermore, the pharmacy partners will help with the drugs accordingly and deliver it using Tokopedia’s logistics partners to the buyers.

Head of GoApotik, Mohamad Salahuddin said GoApotik is to present a legal and verified pharmacy. It includes encouraging pharmacists to provide patients with further information related to the prescription.

In addition, Tokopedia also partnered up with Indonesia’s National Agency of Drug and Food Control (BPOM) to control the distribution, delivery, promotion, and marketing ads for food and drugs in its platform.

“The agency keeps monitoring the business players to increase product competition and provide access towards safe, nutritious and high-quality drugs to all Indonesians,” Head of BPOM, Penny K. Lukito said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Gandeng GoApotik, Sajikan Produk Kesehatan dan Fitur Penebusan Resep Dokter secara Online

Tokopedia hari ini (21/11) mengumumkan kemitraan strategis dengan startup di bidang kesehatan GoApotik. Kini pengguna bisa mendapatkan produk obat-obatan dan perlengkapan kesehatan dari jaringan GoApotik melalui situs dan aplikasi Tokopedia.

“Kami melihat adanya kebutuhan signifikan dari masyarakat terhadap obat-obatan serta perlengkapan kesehatan di Tokopedia. Menurut data internal, jumlah transaksi pada kategori Kesehatan mengalami kenaikan lebih dari 200 persen dari bulan Juli hingga September 2019,” ujar AVP of Business Tokopedia Jessica Stephanie Jap.

Integrasi layanan tersebut juga dilengkapi fitur penebusan resep dokter secara online. Pengguna dapat mengunggah resep melalui fitur Chat Bersama Apoteker. Resep yang diterima akan diperiksa keabsahannya oleh apotek mitra dari GoApotik. Setelah itu, apotek mitra akan membantu menyiapkan obat sesuai resep dan melakukan pengantaran obat bersama mitra logistik Tokopedia ke alamat pembeli.

Head of GoApotik Mohamad Salahuddin menjelaskan GoApotik berperan untuk menghadirkan apotek yang legal dan terverifikasi. Termasuk mendorong peran apoteker untuk dapat melayani tanya jawab pasien mengenai obat-obatan yang dibeli.

Selain itu, Tokopedia juga telah bekerja sama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran, pengiriman, promosi, serta iklan penjualan obat dan makanan di platformnya.

“Badan POM terus melakukan pendampingan kepada pelaku usaha demi meningkatkan daya saing produk sekaligus menyediakan akses terhadap obat yang aman, berkhasiat dan bermutu bagi seluruh masyarakat Indonesia,” ungkap Kepala BPOM. Penny K. Lukito.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Google Indonesia Luncurkan “Bangkit”, Program Pendidikan Pemrograman Gratis di Tingkat Lanjut

Bertujuan untuk menambah lebih banyak talenta digital yang memiliki kemampuan pemrograman tingkat lanjut, Google Indonesia meluncurkan program “Bangkit”.  Inisiatif tersebut dapat dinikmati gratis oleh masyarakat Indonesia yang ingin menambah kompetensi di bidang pemrograman dan machine learning.

Kepada DailySocial, Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengungkapkan, program pilot ini diluncurkan berdasarkan masukan dari pemerintah dan pihak terkait lainnya yang menginginkan partisipasi lebih dari perusahaan untuk mencetak talenta digital yang berkualitas.

“Khusus untuk program Bangkit, kita menargetkan mereka yang telah memiliki kemampuan pemrograman, coding, hingga matematika. Semua pelatihan akan dilakukan dalam Bahasa Inggris, didukung dengan materi pelajaran hingga mentor berkualitas.”

Bagi mereka yang tertarik untuk mengikuti program Bagkit, bisa mendaftarkan melalui platform Grow with Google. Setelah melalui proses perekrutan dan interview, peserta yang berhasil lolos akan mengikuti program selama 6 bulan secara gratis.

Untuk fase pertama, program Bangkit baru diadakan di kota seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar. Menggandeng startup unicorn Indonesia seperti Tokopedia, Traveloka, dan Gojek. Targetnya merekrut 300 peserta.

“Alasan kami untuk fokus kepada machine learning karena Google sudah banyak menerapkan teknologi tersebut dan saat ini sudah banyak startup yang mulai menerapkan teknologi yang tergolong sudah sangat advance ini. Selain technical skill kami juga akan memberikan pelatihan soft skill seperti leadership hingga critical thinking untuk para peserta,” kata Randy.

Memanfaatkan momentum

Disinggung apakah program ini diluncurkan bersamaan dengan dilantiknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Randy menegaskan program ini sebelumnya sudah menjadi rencana Google Indonesia. Memanfaatkan kemitraan dengan unicorns hingga pihak universitas, diharapkan bisa memberikan kontribusi.

Sebelumnya Google Indonesia juga telah memberikan pelatihan kepada pemilik bisnis UKM seperti Gapura Digital dan Women Will untuk perempuan. Google Indonesia mengklaim hingga saat ini telah melatih sekitar 1,6 juta orang di Indonesia.

Untuk memastikan program ini berjalan secara lancar dan tepat sasaran, nantinya Google juga akan menghadirkan mentor ternama dari Google sendiri. Mentor profesional dari Google Asia Pasifik siap membantu peserta program Bangkit.

“Pada akhirnya untuk peserta yang nantinya telah selesai mengikuti program Bangkit, bisa bekerja di perusahaan teknologi hingga startup di Indonesia. Mereka juga bisa membangun startup sendiri memanfaatkan pelajaran yang didapatkan dari program. Jika sesuai dengan kriteria tidak menutup kemungkinan mereka juga bisa bergabung dengan Google Indonesia,” kata Head of Education Programs Google Asia Pacific William Florance.

Disinggung apakah talenta Indonesia sudah siap dan memiliki kemampuan yang baik untuk meningkatkan skill set mereka, William menegaskan sudah banyak para programmer yang bekerja di perusahaan teknologi hingga startup unicorn Indonesia yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Melalui program Bangkit diharapkan jumlah tersebut bisa bertambah.

Mengedepankan Pasar Lokal: Presiden Tokopedia Patrick Cao Berbicara tentang Rencana IPO dan Strategi Bisnis

Platform e-commerce terbesar di Indonesia, Tokopedia, memasuki dekade keduanya. Di ulang tahun ke-10, perusahaan menyatakan ambisinya untuk menjadi “super ecosystem” untuk konsumer dan bisnis lokal. Berdasarkan riset terbaru oleh LPEM FEB UI, Tokopedia diproyeksi akan berkontribusi sebanyak $12 miliar pada ekonomi Indonesia tahun ini, dari sisi nilai transaksi, lapangan kerja, serta meningkatnya pemasukan penjual di seluruh pelosok.

Perusahaan membuat gempar dengan pernyataan CEO dan Co-foundernya, William Tanuwijaya, tentang rencana mereka untuk IPO dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini diterima dengan baik oleh publik serta para analis, melihat rekam jejak positif perusahaan dalam dunia ekonomi digital Indonesia. Hal ini diharapkan bisa mengajak perusahaan lain untuk mengikuti jejaknya.

KrASIA belum lama ini berbincang dengan Presiden Tokopedia, Patrick Cao untuk berdiskusi mengenai strategi bisnis perusahaan dan detail persiapan IPO.

KrASIA (Kr): William mengungkapkan di depan publik bahwa Tokopedia akan lebih fokus “go local” daripada berlomba-lomba dengan pemain lain untuk ke pasar internasional. Bisakah Anda menjelaskan sedikit tentang hal ini?

Patrick Cao (PC): Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Sekarang, terdapat lebih dari 60 juta UKM di negara ini, dan kami berkontribusi untuk memberdayakan sekitar 6,6 juta bulan lalu. Selain membantu UKM yang sudah ada, kami juga menyalurkan gelombang baru UKM melalui platform ini. Menurut riset terbaru LPEM FEB UI, Tokopedia telah menciptakan 857.000 lapangan pekerjaan baru, mulai dari penjual aktif dari Aceh hingga Papua, sama dengan 10,3% dari total lapangan pekerjaan baru di Indonesia pada tahun 2018.

Saat ini kami memiliki 350.000 partner toko yang juga disebut Mitra. Kami mengembangkan teknologi dan platform untuk menyediakan layanan tambahan untuk mereka. Misalnya, kami membantu pengadaan lebih cepat melalui fitur grosir, dan menyediakan modal kerja untuk mempermudah mereka menambah inventaris. Kami membuat desain Mitra Tokopedia sederhana agar lebih mudah dicerna. Setelah satu tahun, aplikasi ini telah diunduh lebih dari dua juta pengguna Android.

Aplikasi Mitra Tokopedia / Tokopedia
Aplikasi Mitra Tokopedia / Tokopedia

Kr: Apakah perusahaan bekerja sama dengan pemerintah setempat terkait hal itu?

PC: Ya, kami sadar bahwa konsumer di desa kecil punya kebutuhan dan preferensi yang berbeda dengan konsumer yang berada di Jakarta, jadi kami melakukan personalisasi layanan untuk mereka. Bagi UKM, kami menyiapkan Tokopedia Center di setiap berbagai area dan desa terpencil. Sebuah pusat belajar dan pengalaman digital dimana UKM bisa belajar bagaimana berperan sebagai merchant, bagaimana mengelola aplikasi, membuat transaksi online-to-offline (O2O), menggunakan pembayaran serta layanan finansial digital, dan lainnya. Baru-baru ini, kami telah bekerja sama dengan pemerintah Jawa Barat untuk memperluas akses pemberdayaan ke area terpencil melalui beragam inisiatif, salah satunya adalah membuka Tokopedia Center di sebuah desa bernama Sukanagara. Kami sudah merencanakan untuk membangun dalam jumlah besar selama dua tahun ke depan.

Kr: Benarkah ada rencana ekspor produk dari merchant Tokopedia?

PC: Yang pertama dan utama, intensi kami adalah untuk membangun teknologi terbaik demi memberdayakan industri logistik dan pengadaan di Indonesia, serta memperbanyak partner. Karena itu kami memiliki data, trafik dan teknologi. Ketika sudah berhasil menjangkau seluruh Indonesia serta menghadirkan pengalaman setara di setiap sudut area, tidak menutup kemungkinan kami akan memperluas sisi logistik dan pengadaan untuk membantu mereka melakukan ekspor. Selain itu, kami juga akan lebih fokus untuk membangun pengalaman terbaik di Indonesia terlebih dahulu, itu saja sudah sebuah hal yang besar. Saat kami bisa mencapai tahap itu, ekspor bisa jadi pertimbangan.

Kr: Dengan lebih dari 90 juta pengguna aktif serta vertikal yang bervariasi, Tokopedia saat ini berada di tahap mana?

PC: Jujur, saya melihat: kami baru saja memulai. Jika Anda berpikir tentang metrik penetrasi, baik itu e-commerce, pembayaran digital, atau logistik dan pengadaan yang didukung teknologi di Indonesia, saya pikir kami, juga para pemain lain telah membangun bisnis yang luar biasa. Namun, jika Anda melihat posisi kami diantara pemain lain di Cina atau AS, jalan kami masih panjang. Kami masih jauh di belakang mereka. Jumlah transaksi kami terlihat besar menurut riset terkini, juga diproyeksikan dapat berkontribusi 1,5% dari total PDB negara. Namun, dibandingkan dengan total kontribusi perdagangan, jumlah ini masih rendah. Jadi, masih ada begitu banyak peluang dalam vertikal inti dan ruang besar untuk tumbuh.

Kr: Berita tentang rencana Tokopedia untuk IPO telah menyebar di media beberapa bulan terakhir. Bisakah anda bercerita sedikit mengenai persiapan sejauh ini?

PC: Saya melihat hal ini sebagai pertumbuhan yang positif, karena itu berarti kami telah melampaui skala tertentu. Dari sisi persiapan, jujur, persiapan kami sangat lama. Sejak pertama kali saya bergabung sebagai CFO tiga tahun lalu, kami secara konsisten memastikan bahwa tata kelola perusahaan kami berada pada standar tertinggi di Indonesia, dan sesuai dengan standar praktik internasional. Saya pikir sangat penting bagi kami untuk listing di pasar Indonesia mengingat fokus yang terpusat pada lokal. Namun, dual listing menjadi sama penting untuk mengamankan akses ke likuiditas yang lebih besar. Di luar tata kerja infrastruktur, William dan saya berbicara tentang kondisi pasar saat ini, apakah ini saat yang tepat dengan mempertimbangkan volatilitas pasar, kondisi makro, dan sentimen, karena semua hal itu penting.

Di tahap akhir, dan mungkin yang paling penting adalah memahami kesehatan bisnis kita. Saya pikir kami telah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan layanan yang memiliki nilai tambah bagi pedagang dan pelanggan kami, hal itu tercermin dalam tingkat klik yang mendorong pendapatan. Pada waktu bersamaan, kami sudah melakukan optimasi biaya untuk waktu yang cukup lama.

Saya yakin Anda mulai melihat pendekatan pasar yang lebih rasional dari pihak kami. Anda tidak akan melihat kami melakukan festival belanja besar seperti promo 11.11 atau 12.12 seperti pemain lain, karena menurut saya menjalankan promosi dua hari sebenarnya bukanlah hal yang sehat. Fokus inti kami adalah semua tentang inovasi produk untuk meningkatkan pengalaman pelanggan karena itulah cara Anda membangun bisnis yang berkelanjutan. Pada tahap ini, masuk akal bagi kami untuk mulai memikirkan IPO sebagai bukti validasi dari segala yang kami bangun dalam sepuluh tahun terakhir.

Kr: Apakah pernah terfikir untuk listing di pasar New York seperti Alibaba, yang juga adalah cerita sukses sebuah debut IPO?

PC: Perbedaan terbesar antara kami dan mereka adalah bahwa kami lebih mengutamakan listing lokal terlebih dahulu. Apakah kita memilih AS untuk target internasional, itu tergantung pada waktu listing dan kondisi pasar saat itu. Debut IPO sangat rumit tetapi saya beserta anggota tim telah mengantar sejumlah perusahaan go public di ventura sebelumnya. Jadi kita bisa belajar dari pengalaman, dan tentu saja, pengalaman pemegang saham — seperti Alibaba, Softbank, dan Sequoia, yang memiliki portofolio perusahaan yang telah sukses go public — juga akan membantu kita mengetahui waktu dan tempat yang tepat. Kami sangat menanti sampai di titik itu.

Patrick Cao, presiden Tokopedia / Tokopedia
Patrick Cao, presiden Tokopedia / Tokopedia

Kr: Apa yang menjadi fokus bisnis Tokopedia di tahun depan dan seterusnya?

PC: Mari kita mulai dengan misi untuk mendemokratisasi teknologi perdagangan di Indonesia. Definisi perdagangan pada dasarnya sama, tetapi itu semua berevolusi. Pertama, untuk perdagangan barang fisik, kami jadi yang terbesar di negara ini. Kedua, kami membantu bisnis dan merek di dalam platform untuk bertumbuh dengan pesat. Yang ketiga adalah mengenai barang digital. Kami baru-baru ini mengumumkan kemitraan dengan pemerintah dalam meluncurkan fitur pembayaran untuk lebih dari 900 jenis layanan administrasi negara, termasuk pajak. Penting bagi kami untuk menjawab setiap kebutuhan orang Indonesia dan kami akan terus meningkatkan kualitas produk serta menjadikannya lebih seamless.

Terakhir, adalah untuk terus meningkatkan layanan lokal, itulah sebabnya saya merasa akuisisi Bridestory menjadi sangat penting di tahun ini. Pada dasarnya, kami membawa tim terbaik untuk membantu memperkuat layanan yang berfokus pada wanita seperti pernikahan, serta untuk ibu dan bayi. Saya merasa kami semakin meluas ke ranah rumah dan furnitur serta kebutuhan utama lainnya di masa depan.

Terlepas dari area perdagangan, hal lain yang akan terus kami lakukan adalah meningkatkan IaaS (layanan infrastruktur) yang menciptakan pengalaman yang lebih baik dalam menggunakan layanan commerce dimana logistik dan pengadaan membantu pedagang lebih cepat scale-up. Kami juga akan terus fokus pada pengembangan layanan keuangan dan pembayaran. Populasi yang terjangkau produk perbankan masih rendah, jadi kami ingin membuka potensi itu untuk mendukung ekosistem yang lebih besar, baik pedagang, pelanggan, atau mitra toko. Hal-hal tersebut akan terus menjadi fokus kami di tahun 2020 dan seterusnya.

Kr: Berbicara mengenai akuisisi, sudah menjadi hal yang lumrah ketika perusahaan teknologi besar mengakuisisi startup yang lebih kecil, kami merasa Bridestory bukan akan jadi akuisisi yang terakhir, apakah ada rencana ke depan yang bisa dibagikan?

PC: Bridestory adalah akuisisi penuh pertama kami. Hal ini tidak sering terjadi, karena biasanya, kami melakukan kemitraan dan mendukung pengusaha dengan memanfaatkan modal, data, dan teknologi. Bridestory, bagaimanapun, adalah pengecualian karena menurut kami integrasi penuh akan lebih baik untuk kedua perusahaan. Kami selalu mencari celah untuk memanfaatkan sumber daya demi mendukung perusahaan teknologi lainnya, tetapi mengenai akuisisi selanjutnya, itu semua tergantung dari keinginan keluarga besar [pemangku kepentingan], dan bagaimana hal itu akan menguntungkan kedua belah pihak, terutama dari perspektif strategis. Namun untuk saat ini, beluma ada yang bisa kami ungkapkan.

Kr: Selain fokus pada pengembangan inti bisnis, apa faktor lain yang berkontribusi dalam kesukesesan Tokopedia?

PC: Saya pikir fokus pada pasar Indonesia adalah suatu keuntungan. Kami tidak terganggu bahkan ketika pemain lain ekspansi secara regional atau global, karena kami menyadari bahwa ini bukanlah keahlian kami. Selama sepuluh tahun terakhir, kami telah berkompetisi dengan pemain lokal dan internasional, tetapi penetrasi dan pemahaman mendalam kami tentang pasar lokal sudah sangat menguntungkan sehingga belum ada rencana untuk ekspansi ke luar negeri.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

DStour #78: Berkunjung ke Kantor Baru Tokopedia

Mengakomodasi pertumbuhan jumlah karyawan yang pesat, Tokopedia memindahkan kantor pusat mereka di gedung baru yang bernama Tokopedia Tower.

Dilengkapi ruangan meeting, napping room, hingga play room, kantor ini  menampung sekitar 5000 lebih “nakama” (sebutan untuk pegawai Tokopedia) untuk bekerja dan bermain.

Dipandu VP of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak, berikut liputan DStour selengkapnya.

Tokopedia’s GMV in 2019 Projected to Reach 222 Trillion Rupiah

Tokopedia’s prediction on the GMV (Gross Merchandise Value) this year exceeds Rp222 Trillion or equivalent to 1.5% of Indonesia’s GDP. Last year, Tokopedia’s GMV is at Rp73 trillion (0.5% of GDP). This is bigger than FEB UI’s Economic and Community Inquiry Department (LPEM FIB UI) prediction at Rp170 trillion.

Tokopedia’s Co-Founder & CEO, William Tanuwijaya said, it’ll be fascinating once the projection comes true, the Indonesian economy could be centralized on Tokopedia’s platform. Without producing any goods, the company can make a significant impact through millions of people doing business on its platform.

He also mentioned Tokopedia’s long-term target to contribute up to 5% to the GDP in the next 10 years.

“Entering the second decade, we still have lots of homework due to the beginning of an equal digital economy. In order to increase GDP’s contribution from 1.5% to 5%, we need to evolve by supporting farmers, also fisherman to have equal technology infrastructure,” he said on Thursday (10/10).

Tokopedia, to achieve the target, should change its business focus through penetration to the lowest layer of the population. It is for every part of this country can have equal technology infrastructure from Tokopedia to enhance their business.

There’s a hundred million Indonesian population live in the countryside and have no privilege over internet access to learn and develop a business. They tend to get a higher price for products from the city due to tough distribution.

“In the village, the challenge is low-quality infrastructure, this could be an opportunity on how we encourage them to stay and build a business instead of migrating to the city.”

The statement confirms Tokopedia’s intention not to go global. He said Makassar is more important than Manila, Sukanagara more important than Singapura, the company is to get more relevant and valuable to Indonesia.

Therefore, the company is open to collaboration with various business and industry, either governmental or non-governmental. An initiative was started with West Java Government by launching Desa Digital Powered by Tokopedia.

For a starting point, Desa Digital is to be distributed to 5 thousand villages in West Java as an education space to learn all about the digital industry. In terms of photo-taking, email marketing, etc.

Tanuwijaya guaranteed the distribution to 5 thousand villages is to be achieved in 12 months. West Java will be the first location for trial before Desa Digital goes to other provinces.

“We’ll receive feedback so that when we arrive at other areas, the investment won’t be too much. Any mistake we’ve made in West Java shouldn’t be repeated.”

Another innovation based on the will to build the rural area is a smart warehouse named TokoCabang. It has been launched gradually in Jakarta, Bandung, and Surabaya. “We tried to break the business development risk that often missed with TokoCabang. Thus, business owners don’t have to expand physically, enough with our warehouse.”

Tokopedia, with West Java government, is now connected to public service digitization. An example is Tax for Vehicle (PKB) payment through Tokopedia E-Samsat.

He also mentioned, tax revenue has been increased since the service launched in July 2019, the number even bigger than in 2018. “The result shows Tokopedia as the biggest contributor to tax revenue in West Java.”

Overall, the government has 900 different taxes. When it’s all been digitized, the bookkeeping should be easier for the government. Soon, people can renew their passport through Tokopedia.

Research with LPEM FIB UI

William reveals Tokopedia's target and achievement / Tokopedia
William reveals Tokopedia’s target and achievement / Tokopedia

On the same occasion, LPEM FIB UI also reveals its research titled “Dampak Tokopedia terhadap Perekonomian Indonesia.” There are three methods used, Inter Regional Output (economic relation), Location Quotient (detecting products with most benefit based on region), and survey to 12,683 respondents, consist of 2,677 merchants and 10,006 consumers.

A survey conducted this year using Tokopedia’s internal data last year. “We’ve found various results from the method. The survey was designed in 2019, distribution was made to merchants and consumers according to their systems,” Vice Director of LPEM FIB UI, Kiki Verico said.

There are several findings, such as 6.4 million registered merchants start and develop business through Tokopedia. Last year, the number is at 5 million. 86.55% of merchants are new players and 94% are the ultra micro category (sales with turnover below Rp100 million per year).

About 46,3% were workers and 38.6% of sellers in Tokopedia are producing their own products. They’re using local material (77,4%).

In terms of economic empowerment, Tokopedia is capable to increase sales up to 22%. In fact, some regions outside Java have significant growth. Gorontalo for example, reach up to 55.09%, Jambi at 41.88%, Sumut at 36.67%, Kaltim at 35.71%, and Lampung at 34.27%.

Transactions also occur across the country. Almost 90% of the transaction occurred in Eastern Indonesia come from the West (56%), and East (33%). Meanwhile, transactions in the Middle Region come from West (54%) and East (11%). It shows, sellers in East Indonesia can now reach buyers to the tip of western Indonesia, vice versa.

Another finding shows Tokopedia has given many options for SMEs in the region to buy cheaper materials. Most of them are outside Java, such as Bengkulu (54,5%), Sulawesi Tenggara (53,85%), Gorontalo (46,15%), NTB (46,15%), and Maluku (45,45%).

Noted in this research, 857 thousand new occupations, 309 thousand of those are putting Tokopedia as the main source of income. The number is to increase to 1.13 million occupations this year.

Regarding the economic contribution of Tokopedia to the GDP, there’s a slight difference in the calculation. LPEM FEB UI said the estimation number of Tokopedia’s GMV last year is at Rp170 trillion. Meanwhile, Tokopedia has claimed its contribution (from the GMV) last year is at Rp73 trillion and this year to exceed Rp222 trillion.

“Rp222 trillion is the number from Tokopedia. As calculated by filtering, the number is around Rp170 trillion. Filtering is the real number that represents domestic demand.”

Last year, there are more than 90 million active users per month in Tokopedia’s platform. The employees are now at 5 thousand people in total.

Tokopedia’s closest competitor, Bukalapak, has previously announced the estimated GMV this year exceeding $5 billion (over 70 trillion Rupiah) with more than 2 million transactions per day. The number increased from last year at $3.2 billion (around 48 trillion Rupiah), said Bukalapak’s Founder & President, M. Fajrin Rasyid.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here