TokoCash Kini Jadi OVO, Tokopedia Tidak Buru Lisensi Uang Elektronik Sendiri

Melalui pemberitahuan email ke pelanggannya, Tokopedia meresmikan penggantian layanan e-wallet miliknya TokoCash dengan layanan OVO milik anak usaha Lippo Group. Inisiatif ini menyusul rilis sebelumnya bahwa OVO dan Tokopedia telah menandatangani kerja sama strategis untuk menambahkan opsi pembayaran.

Sekarang layanan OVO sudah otomatis terintegrasi dengan Tokopedia. Jika pengguna sebelumnya memiliki saldo TokoCash, juga otomatis akan masuk ke akun OVO – terdaftar tanpa harus registrasi secara manual.

Di Tokopedia, pengguna juga dapat mengisi (top up) saldo e-money OVO antara 50 ribu hingga 5 juta. Sebagai informasi, regulasi mengatur batasan maksimal nilai yang disimpan di uang elektronik maksimal 10 juta Rupiah, dengan transaksi per bulan maksimal 20 juta Rupiah.

Berbagai layanan pembayaran di Tokopedia kini dapat dibayar langsung dengan saldo OVO yang dimiliki. Beberapa layanan harus tetap diakses melalui aplikasi Tokopedia, karena opsinya sebagian belum dimiliki di aplikasi OVO.

Tidak lagi memburu lisensi sendiri

Sekitar Oktober 2017, layanan dompet digital milik Tokopedia dihentikan operasionalnya oleh Bank Indonesia (BI). Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) 20/2018 tentang uang elektronik tersurat jelas dalam pasal 4 bahwa setiap penyelenggara (baik bank atau non-bank) yang mengoperasikan uang elektronik dengan jumlah dana float 1 miliar Rupiah atau lebih harus memperoleh izin dari BI.

Sementara OVO melalui PT Visionet Internasional sudah mendapatkan lisensi sejak Agustus 2017.

Dalam sebuah kesempatan di Bali, DailySocial bertanya ke Direktur Eksekutif Bank Indonesia Onny Widjanarko, mengapa lisensi uang elektronik Tokopedia tidak kunjung dirilis. Secara singkat ia menjawab ada komponen regulasi yang belum berhasil dilengkapi pihak pemohon. Onny juga memastikan bahwa tidak ada proses yang dipersulit, karena semuanya sudah tertuang dalam PBI secara jelas.

Pasal 5 yang tertera dalam PBI tersebut mengelompokkan penyelenggara berdasarkan jenis jasa pembayaran yang diberikan. Dalam hal ini Tokopedia jelas bisa masuk dalam kelompok penyelenggara front end, lebih spesifiknya sebagai penyelenggara dompet elektronik. Artinya dari sisi sistem, tidak ada isu.

Selanjutnya dalam Pasal 7, dituliskan penyelenggara non-bank harus memiliki mayoritas direksi yang berdomisili di Indonesia. Tampaknya ini juga bukan hal yang sulit dilakukan oleh Tokopedia.

Kemudian di pasal 9, menerangkan tentang modal disetor paling sedikit adalah 3 miliar Rupiah. Jelas tidak ada isu, karena Tokopedia adalah salah satu unicorn Indonesia dengan kepemilikan modal investasi >$1 miliar.

Bagian ini dilanjutkan dalam pasal 10 yang menyaratkan soal komposisi kepemilikan saham. Untuk mendapatkan lisensi uang elektronik, perusahaan harus memiliki paling sedikit 51% saham yang dimiliki oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia. Kepemilikan yang dinilai oleh BI termasuk kepemilikan langsung dan/atau kepemilikan secara tidak langsung, dinilai subyektif oleh otoritas BI. Perusahaan yang telah mendapatkan lisensi juga diwajibkan untuk memelihara pemenuhan komposisi kepemilikan tersebut.

Tampaknya soal kepemilikan saham tersebut yang menjadi perkara fundamental di Tokopedia. Setidaknya saat ini ada 8 investor yang membawa Tokopedia hingga putaran pendanaan Seri F. Beberapa nama investornya ialah East Ventures, CyberAgent Ventures, Beenos Partners, Softbank Ventures Korea, SoftBank Telecom Corp, Sequoia Capital India, dan Alibaba Group.

Tokopedia Alibaba
William Tanuwajaya saat mengumumkan perolehan babak baru pendanaan senilai 1,1 miliar Dolar yang dipimpin Alibaba / DailySocial

Pendanaan seri F yang didapatkan Agustus 2017 lalu bernilai 1,1 miliar Dolar dipimpin oleh Alibaba. Pendanaan tahap tersebut menyumbangkan jumlah valuasi yang cukup dominan, kendati disebutkan Alibaba menjadi pemilik saham minoritas.

Ada kemungkinan bahwa secara mayoritas (>50%) kepemilikan saham Tokopedia dimiliki oleh pihak asing.

Persyaratan PBI yang tertuang ke pasal selanjutnya cukup normatif, seperti aspek kelayakan, tata cara pengajuan, sertifikasi sistem, pelaporan, pengawasan hingga sanksi.

Kemitraan strategis OVO-Tokopedia juga diregulasi

Sesuai pasal 16 ayat (b) disampaikan bahwa kerja sama dengan pihak lain untuk penyelenggaraan uang elektronik wajib memperoleh persetujuan BI. Detailnya dilanjutkan dalam pasal berikutnya. Persetujuan meliputi pengembangan produk dan aktivitas, termasuk terkait dengan fitur, jenis, layanan atau fasilitas yang telah berjalan.

Hal-hal yang disyaratkan cenderung lebih kepada aspek penyelenggaraan, seperti kesiapan operasional, keamanan dan keandalan sistem, manajemen risiko, dan perlindungan konsumen. Aspek lain juga mengatur legalitas, kompetensi, kinerja, dan keamanan antara kedua platform yang bekerja sama.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Jadi Startup Paling Banyak Beriklan di Q3 2018

PT Sigi Kaca Pariwara (Adstensity), platform monitoring iklan televisi, mencatat belanja iklan TV yang dilakukan perusahaan e-commerce mengalami peningkatan cukup signifikan di Q3 2018. Kenaikannya mencapai 174% dibanding belanja iklan di periode yang sama tahun sebelumnya. Di Q3 2017 nilainya adalah Rp457,62 miliar, sementara Q3 tahun ini mencapai Rp1,25 triliun. Bukalapak jadi startup e-commerce yang paling getol beriklan.

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan spending industri retail yang mengalami penurunan. Yang semula ada di angka Rp105,23 miliar pada Q3 2017 menjadi Rp77,74 miliar di Q3 2018. Pertumbuhan iklan di televisi bagi bisnis e-commerce menandakan media ini memberikan dampak paling signifikan untuk meningkatkan audience dan pertumbuhan bisnis.

Top 10 brand retail-online marketplace belanja iklan terbanyak kuartal III tahun 2018 seluruhnya diduduki oleh brand-brand dari online marketplace,” terang Direktur Sigi Kaca Pariwara A. Sapto Anggoro.

Untuk Q3 2018 ini, Bukalapak menjadi yang teratas dengan total belanja Rp302,79 miliar atau naik 271% dari tahun sebelumnya. Selain Bukalapak, tiga layanan e-commerce (dan travel) lain bertahan di sepuluh besar pengiklan televisi sejak tahun lalu. Mereka adalah Shopee, Mister Aladin, dan Tokopedia.

Bukalapak mendominasi iklan selama Asian Games 2018 yang disiarkan di SCTV dan Indosiar pada periode 18 Agustus – 2 September 2018. Seperti kita ketahui EMTEK, pemilik SCTV dan Indosiar, adalah salah satu stakeholder terbesar Bukalapak.

Sejak tahun 2014 tren bisnis e-commerce untuk beriklan di televisi mulai berkembang.

Jika mengamati iklan di televisi beberapa bulan terakhir, tak hanya layanan e-commerce yang gemar beriklan di layar kaca. Layanan travel seperti Tokopedia dan layanan teknologi pendidikan seperti Ruangguru juga memanfaatkan media ini untuk menjangkau audience-nya

15 Brand Non-Endemic asal Indonesia yang Sudah Terjun ke Esports dan Game

Jika beberapa waktu yang lalu kami telah membuat daftar brand-brand terbesar dunia yang sudah terjun ke esports, seperti janji kami, sekarang kita akan melirik ke para pemain industri asal Indonesia yang sudah mulai main mata ataupun sudah basah kuyup nyemplung ke industri game dan esports.

Tanpa basa-basi lagi, mari kita langsung bahas satu per satu.

1. Telkomsel

Dokumentasi: Telkomsel
Dokumentasi: Telkomsel

Saya kira Telkomsel wajib ditaruh di urutan pertama karena mungkin investasi mereka yang paling besar di ekosistem esports dan industri game Indonesia dibandingkan yang lainnya di daftar ini – setidaknya saat artikel ini ditulis (akhir Oktober 2018).

Mereka yang berangkat dari industri telekomunikasi mungkin memang boleh dibilang bersinggungan dengan industri game dan esports yang butuh jaringan internet. Namun Telkomsel setidaknya terlihat lebih gencar dari yang lain untuk penetrasi ke pasar gaming.

Mereka punya divisi gaming sendiri yang diberi nama Dunia Games, yang punya bentuk media online dan event. Telkomsel juga sudah menggelar ajang kompetitif esports yang cukup mewah sejak IGC (Indonesia Games Championship) 2017 – yang jadi ajang esports tahunan mereka.

Belum cukup sampai di situ, Telkomsel malah juga merilis game Shell Fire yang berarti mereka juga melebar menjadi publisher game. Terakhir, mereka bahkan mengumumkan akan membuat liga mereka sendiri untuk 2 game, Mobile Legends: Bang Bang dan Free Fire.

Oh iya, Telkomsel juga sudah jadi sponsor salah satu tim esports Indonesia, Elite 8.

2. Indomie – Indomaret (Salim Group)

ESL Indonesia
Sumber: ESL

Akhir September 2018 kemarin, Salim Group memberikan kejutan saat mereka menggandeng ESL untuk garap industri esports di Indonesia. Pasalnya, ESL bisa dibilang sebagai salah satu perusahaan paling berpengaruh terhadap perkembangan ekosistem esports dunia. Sedangkan Salim Group sendiri juga salah satu perusahaan konglomerasi terbesar yang ada di Indonesia.

Anak-anak perusahaan Salim Group juga telah mengikuti jejak orang tuanya dengan terjun ke esports. 2 perusahaan yang sudah mampir adalah Indomie (Indofood) dan Indomaret.

Indomaret merupakan salah satu sponsor yang mendukung gelaran SEACA di bulan Oktober 2018 ini. Di dalam rangkaian SEACA sendiri, ada juga kompetisi yang bertajuk UIC (Unipin & Indomaret Championship).

Sedangkan Indomie (Indofood) juga sudah memutuskan untuk terjun ke esports. Lucunya, mereka justru memutuskan untuk jadi sponsor di Australia untuk gelaran AEL University Cup 2018. Harusnya, Indomie juga nantinya jadi sponsor untuk turnamen esports kelas mahasiswa di Indonesia karena Indomie adalah makanan pokok para mahasiswa kita.

3. GO-JEK

IGX 2018. Sumber: Kincir
IGX 2018. Sumber: Kincir

Meski memang tidak setua Telkomsel, GoJek merupakan salah satu startup kelas unicorn asal Indonesia yang perkembangnya begitu pesat dan langsung mendisrupsi industri transportasi dalam negeri.

GoJek memberikan kejutan saat mereka menjadi sponsor salah satu organisasi esports lokal, EVOS Esports, penghujung tahun 2016.

Selain itu, salah satu divisi GoJek, GoLive, juga mensponsori salah satu hajatan esports tanah air yang bertajuk Indonesia Game Xperience (IGX) bersama Metrodata. Mereka juga bekerja sama dengan Codashop untuk membuat GoPay Arena yang merupakan sebuah payment gateway untuk Mobile Legends: Bang Bangv (MLBB).

4. Tokopedia

Garuda Cup 2018
Garuda Cup 2018. Sumber: DailySocial

Satu lagi startup asal Indonesia yang sudah cukup besar investasinya di industri game dan esports. Tokopedia sudah beberapa kali menjadi sponsor utama untuk hajatan esports yang berkala nasional.

Jika saya tidak salah ingat, gelaran nasional pertama yang mereka buat adalah Tokopedia Garuda Cup yang digelar pada bulan Mei 2018 yang mempertandingkan MLBB dan PUBG.

Hebatnya lagi, mereka juga jadi sponsor salah satu turnamen yang berbentuk liga, yaitu IESPL – Tokopedia Battle of Friday yang mempertandingkan 4 game selama 22 minggu.

Tokopedia juga sudah menjadi sponsor beberapa tim esports besar nasional seperti EVOS Esports dan Rex Regum Qeon (RRQ).

5. KompasTV

Mungkin memang benar bahwa salah satu faktor terbesar kebangkitan esports Indonesia adalah berkat jumlah masif pemain MLBB namun saya kira KompasTV juga punya andil yang cukup besar dalam memancing media dan pemain industri mainstream lainnya untuk melirik ke esports.

Pertama, mereka membuat gempar komunitas gaming dan esports saat memutuskan untuk menayangkan final kompetisi MLBB se-Asia Tenggara, Mobile Legends: Bang Bang South East Asia Cup (MSC) 2018. Setelah itu, mereka pun tertarik untuk kembali menayangkan gelaran esports dan ajang terbesar Dota 2 di dunia pun (TI8) yang dipilih.

Peran KompasTV ini sebenarnya menarik karena Kompas adalah merek kedua tertua dari semua brand yang ada di sini (setelah BCA). Mereka juga berawal dari industri tua juga, media cetak. Karena itulah, jika brand tua ini saja tertarik untuk terjun ke esports, seharusnya mereka bisa membuat pemain lain yang lebih muda untuk ikut-ikutan.

6. XL Axiata

Sumber: TEAMnxl>
Sumber: TEAMnxl>

XL Axiata menjadi 1 lagi dari 3 pemain di industri telekomunikasi yang ada di daftar ini. Mereka sudah jadi sponsor organisasi esports Indonesia yang paling tua dan masih eksis sampai artikel ini ditulis, TEAMnxl>.

Tak hanya itu, bersama Garena, mereka memasukkan turnamen Arena of Valor (AoV) ke dalam rangkaian XL Axiata Digifest yang diklaim sebagai festival musik dan game pertama di Indonesia.

Mereka juga rutin kerja sama dengan Garena untuk memberikan berbagai bonus top-up untuk AoV.

7. BCA

Sumber: Unipin Esports
Sumber: Unipin Esports

Inilah brand tertua yang ada di sini karena BCA didirikan tahun 1957. Industrinya pun tua karena dari perbankan. Sayangnya, memang investasi dan penetrasi mereka ke esports mungkin masih bisa dibilang kurang agresif (mengingat sebesar apa BCA itu di Indonesia).

Pada SEACA 2018 kemarin, mereka mengadakan promo bersama Unipin untuk para pengguna yang top up menggunakan Sakuku. Jujur saja, saya pribadi penasaran akan sebesar apa jika BCA benar-benar terjun dan investasi besar-besaran ke esports. Kira-kira kapan ya?

8. Smartfren

Sumber: Esports ID
Sumber: Esports ID

Smartfren merupakan pemain ketiga dari industri telko yang sudah melek esports. Mereka pernah menjadi sponsor acara esports yang berbeda bersama salah satu EO esports Indonesia, World of Gaming (WOG), yang bertajuk WOG Goes to Campus.

Acara ini sedikit berbeda dengan kebanyakan acara esports lainnya karena bukan gelaran kompetitif, melainkan bersifat edukatif yang bergerak dari satu kampus ke kampus lainnya.

9. Kratingdaeng

IEC Kratingdaeng 2018. Sumber: Advance Guard
IEC Kratingdaeng 2018. Sumber: Advance Guard

Kratingdaeng adalah pemain pertama dari industri makanan dan minuman (F&B) yang menjadi sponsor utama gelaran kompetitif. Acara tersebut bernama Kratingdaeng Indonesia Esports Championship (IEC) yang digelar dari bulan Juli sampai September 2018.

Belum lama ini, Kratingdaeng juga mengumumkan bahwa mereka telah menjadi sponsor resmi untuk salah satu organisasi esports terbesar, RRQ. 

10. Biznet

Sumber: Rex Regum Qeon
Sumber: Rex Regum Qeon

Masih seputar RRQ, Biznet yang memang punya kedekatan dengan organisasi besar tadi menjadi salah satu sponsor pertama mereka.

Biznet sendiri merupakan penyedia jaringan internet yang cukup dikenal baik untuk perkantoran di kota-kota besar. Bahkan hampir semua perusahaan-perusahaan terbesar (baik nasional ataupun internasional) di Jakarta menggunakan provider ini.

Mungkin juga karena hal itulah (karena sudah cukup dikenal di kalangan perkantoran), Biznet juga ingin merangkul pasar gaming yang memang berhubungan erat dengan penyedia jaringan internet.

11. Traveloka

Satu lagi startup unicorn asal Indonesia yang terjun ke esports. Meski memang tak segalak GoJek penetrasinya, Traveloka juga jadi salah satu sponsor tim esports yang sama dengan GoJek: EVOS Esports.

12. Good Day

Sumber: Elite8
Sumber: Elite8

Satu lagi pemain dari industri F&B yang ada di daftar kali ini. Good Day terjun ke esports dengan menjadi salah satu sponsor untuk organisasi Elite 8 (sama dengan Telkomsel).

Elite 8 sendiri juga cukup menarik karena organisasi yang dipimpin oleh CEO muda, Heinrich Ramli, ini berhasil menggandeng sponsor-sponsor besar meski usianya yang relatif baru.

Sedangkan Good Day juga sudah beberapa kali turut mendukung gelaran esports seperti Point Blank National Championship (PBNC).

13. Torabika

Sumber: RevivalTV
Sumber: RevivalTV

Torabika juga sudah melek ke esports saat mereka menjadi sponsor untuk gelaran PINC 2018 (PUBG Mobile Indonesia National Championship).

PINC 2018 merupakan gelaran esports pertama untuk PUBG Mobile yang kualifikasinya digelar tatap muka alias “offline” di 12 kota yang berbeda. Sedangkan babak Grand Finalnya baru saja rampung diselenggarakan di Britama Arena (Mahaka Square), 21 Oktober 2018 kemarin.

14. Tiket.com

Buat yang belum tahu, Indonesia pernah satu kali (setidaknya sampai artikel ini ditulis) jadi tuan rumah ajang Minor Dota 2, yaitu GESC: Indonesia Minor yang digelar tanggal 15-16 Maret 2018.

Tiket.com adalah salah satu sponsor gelaran tersebut. Tiket.com sendiri adalah sebuah perusahaan yang head-to-head dengan Traveloka yang menyediakan tiket transportasi dan akomodasi.

15. Fruit Tea

Sumber; Garena
Sumber; Garena

Inilah brand terakhir yang ada di daftar ini. Namun Fruit Tea mungkin belum bisa dibilang sudah terjun ke esports secara langsung. Mereka baru berkolaborasi dengan Garena untuk AoV.

Meski demikian, kolaborasi promosi antara Garena dan AoV cukup menarik karena ada bonus in-game item di AoV yang bisa didapatkan saat membeli Fruit Tea di Indomaret ataupun Alfamart / Alfamidi.

Itu tadi 15 brand asal Indonesia yang sudah melirik ataupun terjun langsung jadi bagian dari ekosistem esports. Apakah daftar ini nanti akan bertambah besar di penghujung tahun 2019? Ada brand-brand yang terlewatkan di sini?

OVO Resmi Jadi Opsi Pembayaran Tokopedia

Setelah sebelumnya diberitakan soal rencana implementasi teknologi OVO di layanan pembayaran Tokopedia, hari ini (31/10) keduanya mengumumkan secara resmi kerja sama strategis. Kerja sama yang diumumkan hari ini mengabarkan bahwa kini pengguna Tokopedia bisa memilih OVO sebagai opsi pembayaran dalam transaksi mereka.

Dari rilis yang kami terima belum disampaikan secara eksplisit mengenai rencana pemanfaatan teknologi OVO untuk mendukung sistem e-wallet Tokopedia. Kami sudah mencoba mengonfirmasi ke pihak OVO terkait ini, tapi belum mendapatkan jawaban.

Bagi OVO, kemitraan ini sebagai upaya untuk mematangkan strategi “tiga cabang” mereka, yakni melayani ritel offline (di gerai mall, warung dll melalui metode QR payment), online-to-offline (seperti kemitraan dengan Grab), dan e-commerce. Visinya untuk menegaskan OVO sebagai platform pembayaran terbuka dengan jangkauan transaksi yang luas.

“Setelah memantapkan diri sebagai platform pembayaran seluler nomor satu berdasarkan volume transaksi, kemitraan dengan Tokopedia akan lebih mempercepat pertumbuhan kami. Kami berharap adanya lonjakan pengguna baru dan transaksi tambahan dari e-commerce untuk mendorong kepemimpinan pasar secara menyeluruh,” sambut CEO OVO, Jason Thompson.

Dari statistik yang disampaikan, saat ini ada sekitar 60 juta pengguna aktif bulanan di platform OVO. Sementara di Tokopedia sudah mencapai 80 juta pengguna. Diharapkan keduanya dapat saling memperbesar pasar dari basis data pengguna yang ada.

“Kami sangat antusias bekerja sama dengan OVO dengan menawarkan kepada pengguna kami opsi pembayaran baru. Bersama OVO, kami tidak hanya memberikan pengalaman belanja lebih nyaman, tapi kami juga menampilkan opsi pembayaran yang memiliki kegunaan luas secara online dan offline serta membantu meningkatkan inklusi keuangan. Ini membawa kita satu langkah lebih dekat ke misi kita mendemokrasikan perdagangan melalui teknologi,” ujar COO Tokopedia, Melissa Siska Juminto.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bekraf Creates an Accelerator Program called “BE-X”

Bekraf announced BE-X accelerator program focused on founder creation and the team that is ready for technopreneurship. In running the initiation, Bekraf partners with Telkom Indigo.

According to the research quoted by Bekraf, the creative economy identified at least 13 issues. Some basic issues are 37.4% on research and development, and 31.56% on education. Bekraf is to answer both issues through this program, for the better digital startup ecosystem in the future.

“In preparing startups to be ready globally, not only infrastructure and knowledge are needed but also an X-factor like extra, excellent, and collaboration. It’s the factor we try to create,” Ricky J Persik, Bekraf’s Deputy Chairman, said on Friday (19/10).

The X factor is necessary for founders and its team to be extra in terms of mental to deal with competition, excellent in ideas, and capable of having collaboration with teams, therefore, create not only a sustainable business but also the large one.

Also attending the BE-X launching, Aswin Tanu Utomo, Tokopedia’s VP Engineering. He said joining the accelerator program is an opportunity for startup founders. There is added value, such as investor network, technical capabilities assistance in accelerating business.

“There are many values for founders by following an accelerator program. It’s what happened to Tokopedia when they first received investment from East Ventures, investor network plays an important role when William and Leon built the company,” he explained.

Registration and submission start today (19/10) until the end of this year. The training to begin early next year.

BE-X accelerator program

BE-X is considered as Bekraf’s advanced program of Bekup which focus is pre-incubation of individual training from zero to a team ready for initial incubation.

Jeffry Irawan, Indigo Creative Nation’s Head of Acceleration, said BE-X received only seed-level startups. It means, they’re already included in one of the seed stages, either in customer validation, product validation, business model validation, or market acceleration.

“Due to startup’s different condition on registration, we need to sort them out. Most of the startups are stuck on customer validation, therefore, these four steps act like funnels to create a natural elimination,” he said.

BE-X program will be performed in three stages, recruitment, acceleration program, and demo day. In the first stage, Bekraf will select startups from online submission, proposal curation, assessment process, and pitching.

In the acceleration stage, selected participants will get training and development related to marketing, channeling product, and marketing activities from experts. In the last stage, the trained participants will demonstrate in front of VCs and related stakeholders.

Later, the qualified participants will get an opportunity to attend capacity building and access to incubators, investors, and government networks.

“Therefore, Bekraf doesn’t provide funding for winners but access to meet investors from VCs and many others,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tokopedia to Partner with OVO for New Payment Scheme

Tokopedia soon to have a new payment platform. After Tokocash being suspended by Bank Indonesia in October 2017 due to license issue, Tokopedia will use Lippo Group OVO’s mobile payment service as its default electronic money replacing Tokocash.

Tech In Asia Indonesia has first announced the OVO sneak peek in Tokopedia website. Tokocash, due to some issues, still incapable to obtain a license from the regulator.

Based on DailySocial’s observation, the sneak peek is very bold especially on the payment form, by including OVO’s information along with TokoSwipe which has not been officially introduced.

TokoSwipe is an online installment method that allows consumers, without credit cards, to use the pay-later scheme or installment. It is similar to BukaCicilan of Bukalapak.

The sneak peek includes information about Tokocash to be replaced and the balance can be transferred to OVO.

According to trusted source, OVO’s utilization as Tokopedia payment method will soon to be implemented, pending to development and testing process.

OVO claims to be installed in more than 60 million smartphones and acquire 350,000 merchants in 212 cities. Currently OVO has become Grab’s main payment platform.

OVO’s arrival as Tokopedia payment method will make a strong support amidst competition with Go-Pay and Tcash to be the leading digital payment. According to iPrice, Tokopedia has now become the most popular e-commerce in Indonesia based on visitor traffic.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bekraf Buat Program Akselerator “BE-X”

Bekraf mengumumkan program akselerator BE-X yang fokus pada pembentukan founder dan tim yang siap berteknopreneur. Dalam menjalankan inisiasi ini, Bekraf menggandeng Telkom Indigo sebagai mitranya.

Dari hasil riset yang dikutip Bekraf, sektor ekonomi kreatif setidaknya menghadapi 13 kendala yang berhasil teridentifikasi. Beberapa kendala mendasar yang harus dihadapi yaitu 37,4% kendala pada riset dan pengembangan dan 31,56% kendala edukasi. Kedua kendala ini juga coba dijawab oleh Bekraf lewat program ini, demi ekosistem startup digital yang lebih baik di masa depan.

“Untuk mempersiapkan startup yang siap bersaing secara global, tidak hanya infrastruktur dan pengetahuan mengenai apa saja yang dibutuhan, tetapi butuh faktor X yakni extra, excellent, dan collaboration. Faktor inilah yang coba kami bangun,” ucap Wakil Kepala Bekraf Ricky J Pesik, Jumat (19/10).

Perlunya faktor X ini dibutuhkan agar founder beserta timnya memiliki mental yang ekstra dalam menghadapi persaingan, excellent dalam ide dan mampu berkolaborasi dalam tim sehingga bisnis yang dijalankan tidak hanya bisa berkelanjutan tapi juga berkembang semakin besar.

Dalam peresmian BE-X turut hadir pula VP Engineering Tokopedia Aswin Tanu Utomo. Dia mengatakan bahwa mengikuti program akselerator merupakan kesempatan yang perlu diikuti oleh para founder startup. Ada nilai tambah yang bisa dimanfaatkan, mulai dari jaringan investor, kemampuan teknis yang sangat terbantu dalam mengakselerasi bisnis.

“Ada banyak value yang bisa diterima founder saat mengikuti suatu program akselerator. Itu yang dirasakan Tokopedia saat pertama kali menerima investasi dari East Ventures, saat William dan Leon bangun perusahaan terbantu sekali dengan jaringan yang dimiliki investor,” terang Aswin.

Pendaftaran dan pengiriman proposal dimulai pada hari ini (19/10) sampai akhir tahun ini. Pelatihan akan dimulai setelahnya sekitar awal tahun depan.

Program akselerator BE-X

BE-X bisa dikatakan program lanjutan Bekraf dari Bekup yang fokus pada pre-incubation karena fokus pada pembinaan individu dari nol hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Head of Acceleration Indigo Creative Nation Jeffry Irmawan menambahkan, BE-X menerima startup yang sudah berada di tahapan seed. Artinya mereka sudah masuk salah satu dari tahap seed, entah itu masih di tahap customer validation, product validation, business model validation, atau market acceleration.

“Karena kan kondisi startup pas daftar itu berbeda-beda, jadi kami perlu pilah-pilah lagi mereka. Kebanyakan yang biasa terjadi di industri itu startup masih stuck di tahap customer validation, jadi empat tahap ini seperti corong sehingga banyak startup yang berguguran secara alami,” kata Jeffry.

Program BE-X akan dilaksanakan dalam tiga tahap, rekrutmen, pelaksanaan akselerasi, dan demo day. Di tahap pertama, Bekraf akan menyeleksi startup dari pengajuan proposal secara online, kurasi proposal, proses penilaian, dan pitching.

Pada tahap akselerasi, peserta yang lolos seleksi akan mendapat pelatihan dan pengembangan terkait marketing, channeling product, serta marketing activities dari mentor handal. Di tahap akhir, peserta yang sudah dapat pembekalan akan melakukan demonstrasi di hadapan para VC dan stakeholder terkait.

Nantinya peserta yang lolos akan mendapat kesempatan untuk menghadiri capacity building dan memperoleh akses ke inkubator, investor, dan government network.

“Jadi Bekraf tidak memberikan sejumlah funding untuk para pemenang, tapi kami akan beri akses untuk bertemu ke investor dari VC dan lainnya,” pungkas Ricky.

Setelah TokoSwipe, Tokopedia Segera Gandeng OVO untuk Skema Pembayaran Baru

Tokopedia segera memiliki platform pembayaran baru. Setelah Tokocash dibekukan penggunaannya oleh Bank Indonesia di bulan Oktober 2017 karena urusan perizinan, Tokopedia bakal memanfaatkan layanan mobile payment milik Lippo Group OVO sebagai platform uang elektronik default-nya menggantikan Tokocash.

Tech In Asia Indonesia pertama kali menginformasikan informasi kode-kode OVO di situs Tokopedia. Tokocash sendiri, karena alasan-alasan tertentu, sampai sekarang belum memperoleh perizinan dari pihak regulator.

Berdasarkan penelusuran DailySocial, jika diinspeksi kode-kode tersebut sangat ketara, terutama di bagian pembayaran, mencantumkan informasi OVO berbarengan dengan TokoSwipe yang juga belum resmi diperkenalkan.

TokoSwipe adalah metode pembayaran cicilan secara online yang memungkinkan konsumen, yang tidak memiliki kartu kredit, untuk memanfaatkan skema pembayaran kemudian atau cicilan. Skema tersebut serupa dengan BukaCicilan yang dikembangkan Bukalapak.

Di kode tersebut juga disebutkan bahwa Tokocash akan digantikan oleh OVO dan saldo di Tokocash bisa ditransfer ke OVO.

Menurut informasi dari sumber terpercaya, penerapan OVO sebagai metode pembayaran di Tokopedia akan dilakukan dalam waktu dekat, menunggu proses pengembangan dan pengujian selesai dilakukan.

OVO mengklaim kini telah tersedia di lebih dari 60 juta ponsel dan menggaet 350.000 gerai merchant di 212 kota. Secara online OVO telah menjadi platform pembayaran utama di Grab.

Masuknya OVO sebagai metode pembayaran Tokopedia akan menjadi faktor pendukung kuat di tengah kompetisinya dengan Go-Pay dan Tcash sebagai platform pembayaran digital unggulan. Menurut data yang dikumpulkan iPrice, Tokopedia kini menjadi layanan e-commerce terpopuler di Indonesia berdasarkan traffic kunjungan situs versi SimilarWeb.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Mengungkap Layanan E-Commerce Terpopuler di Indonesia

Melati sering berbelanja secara online. Untuk keperluan pribadi, terutama membeli aksesoris smartphone, grocery, dan lainnya ia mempercayai layanan asal Tiongkok, JD.id. Alasannya cukup sederhana, ia percaya dengan tagline #Dijaminori, yaitu hanya menjual produk original. Soal harga atau cepatnya pengiriman ternyata bukan menjadi pilihan pertama.

Di sisi lain, bagi Adel, bebas ongkos kirim justru menjadi pemicu utama. Tak heran jika ia memilih Shopee Indonesia sebagai layanan e-commerce favorit.

Semua alasan tersebut mengerucut pada bagaimana layanan e-commerce menangkap kebutuhan dan keinginan konsumen. Tidak lagi tergoda dengan diskon atau promo, konsumen lebih mencari kepuasan personal, karena dimudahkan untuk membeli produk yang diinginkan.

Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee melesat

iPrice Group, pengusung layanan metasearch engine yang beroperasi di Asia Tenggara, baru-baru ini menghadirkan The Map of E-commerce Indonesia yang mengupas peta layanan e-commerce berdasarkan average quarterly traffic, mobile application ranking, social media followers dan jumlah pegawai. Hasil data terkini berdasarkan data Q2 2018.

Hal menarik yang menjadi highlight adalah melajunya Tokopedia dan Bukalapak sebagai layanan e-commerce dengan traffic tertinggi, di atas Lazada yang selama ini merajai pasar Asia Tenggara. Memang metrik yang digunakan hanya menghitung traffic di browser (desktop dan mobile) dan tidak menghitung penggunaan aplikasi, tetapi data ini menunjukkan pergeseran tentang bagaimana konsumen Indonesia memilih layanan e-commerce favoritnya.

Statistik kunjungan dan ranking aplikasi mobile untuk e-commerce Indonesia
Statistik kunjungan dan ranking aplikasi mobile untuk e-commerce Indonesia

Kepada DailySocial, Head of Corporate Communications Tokopedia Priscilla Anais mengungkapkan, Tokopedia dikunjungi lebih dari 73 juta masyarakat (unique visit) Indonesia per bulannya (situs dan aplikasi), dengan total kunjungan dalam sebulan mencapai 332 juta (total visit), pada bulan Mei 2018.

Hal menarik yang menjadikan Tokopedia mengalami lonjakan pengunjung di kuartal kedua 2018 adalah festival belanja online Ramadhan Ekstra. Program ini menghadirkan ratusan produk eksklusif, flash sale, dan potongan harga yang sangat menarik untuk berbagai kebutuhan Ramadhan.

Disebutkan penggunaan layanan Tokopedia 80% berbasiskan mobile, sejalan dengan perilaku konsumen Indonesia yang mobile first dan harga smartphone yang semakin terjangkau.

Sementara Chief Strategy Officer Bukalapak Teddy Oetomo, kepada DailySocial, mengungkapkan, pihak Bukalapak tidak dapat membenarkan atau menyalahkan hasil perhitungan iPrice tersebut.

Teddy merinci, berdasarkan data yang dimiliki Bukalapak, traffic di Q2 2018 naik hampir 3 kali lipat dibandingkan Q2 2017, sementara jumlah active user meningkat hingga 2 kali lipat. Sepanjang Q2 2018, Bukalapak mencatat jumlah pengguna terbanyak menggunakan platform Android, disusul mobile web dan desktop.

Informasi enam layanan e-commerce terbesar di Indonesia
Informasi enam layanan e-commerce terbesar di Indonesia

Hal yang tak kalah menarik adalah berjayanya Shopee sebagai layanan yang menduduki posisi pertama di ranah aplikasi mobile, baik untuk Android maupun iOS. Angka ini cukup mengejutkan, mengingat Shopee baru tiga tahun hadir bersaing di Indonesia.

Country Brand Manager Shopee Indonesia Rezki Yanuar kepada DailySocial mengatakan, sesuai data yang dikumpulkan iPrice, Shopee selama ini fokus kepada inovasi aplikasi mobile. Menurut data yang dikumpulkan Shopee, saat ini Shopee telah diunduh lebih dari 61 juta kali dengan rata-rata tiap bulannya mencapai 110 juta kunjungan. Lebih dari 95% pengguna Shopee melakukan transaksi melalui smartphone.

Survei ke masyarakat

Untuk mendukung data ini, DailySocial melakukan survei, bekerja sama dengan JakPat, untuk mengetahui layanan e-commerce favorit versi responden. Survei dilakukan terhadap 2026 responden di seluruh Indonesia.

Berdasarkan survei ini, Shopee ternyata menjadi layanan e-commerce yang paling sering digunakan oleh responden (34%). Posisi berikutnya berturut-turut diikuti Tokopedia (28%), Bukalapak (17,5%) dan Lazada (14%). Blibli menduduki posisi juru kunci dalam hal popularitas di masyarakat.

Berdasarkan survei DailySocial dan JakPat, Shopee kini jadi layanan e-commerce terpopuler
Berdasarkan survei DailySocial dan JakPat, Shopee kini jadi layanan e-commerce terpopuler

 

Lebih lanjut, hasil survei ini mengungkapkan bahwa sebuah layanan e-commerce dianggap favorit dengan alasan harga yang lebih terjangkau (31%), promo diskon (26%), variasi pilihan produk (19%), dan pengiriman gratis (15%).

Urusan harga masih jadi faktor penting yang mendorong preferensi layanan e-commerce
Urusan harga masih jadi faktor penting yang mendorong preferensi layanan e-commerce

Potensi masa depan

Studi McKinsey pada tahun 2016 memprediksi bahwa di tahun 2025 dampak ekonomi digital bagi Indonesia bisa meningkatkan GDP hingga $35 miliar dan menambah 3,7 juta lapangan pekerjaan baru.

Menurut Ketua Umum idEA Ignatius Untung, ke depannya persaingan antara layanan e-commerce akan semakin sengit. Dibutuhkan dana yang besar agar bisnis bisa berjalan. Mereka yang tidak memiliki strategi akan terancam merger, diakuisisi atau terpaksa gulung tikar. E-commerce yang masih berusaha mencari dan membangun pembeli yang loyal dengan memberikan harga murah, akan mengalami kesulitan.

Dari enam besar pemain industri ini, tiga layanan e-commerce di Indonesia memiliki investor yang terafiliasi dengan Alibaba, yaitu Lazada (akuisisi penuh), Tokopedia, dan Bukalapak (melalui Ant Financial). Sementara dua layanan lainnya terafiliasi dengan Tencent, yaitu Shopee dan JD.id. Hanya Blibli yang murni dimiliki konglomerasi lokal melalui GDP Venture.

“Karena pada akhirnya produk yang dijual sama, hari ini brand A bisa lebih murah, tapi hari lain bisa gantian. Untuk itu kemungkinan pemain akan mulai fokus ke area yg lebih unik. Tidak cuma sekedar asal lebih murah, karena semua juga bisa murah dengan promo,” kata Untung.

Tokopedia Setups “TokoSwipe”, Virtual Credit Card Service

Tokopedia adds up to its fintech products by setting up the latest technology of virtual credit card called “TokoSwipe”. This service is yet to be accessed by users and will be available only on smartphones.

In our observation, users can use TokoSwipe to make Tokopedia transaction and pay off the bills by the end of the month. In presenting this service, Tokopedia collaborates with lending partners which already registered and supervised by OJK. However, the identity is not revealed yet.

Tokopedia avoid comments on the product yet to launch.

Further explained, TokoSwipe application can be made through Tokopedia app, but currently limited for users in Jabodetabek.

Users only have to fill in the form, including private information, ID, and agreement to the terms and conditions. The data will be verified in 1×24 office hours. The limit for credit and rejection are fully partner’s rights.

Once approved, users can choose TokoSwipe as a payment method for each transaction with minimum IDR 10k. It’s not available for installment, mutual fund, and gold products.

Users are given the freedom to choose the credit amount, start from 10% of the total bill. Later, users will get a notification after paying the bill, the rest can be paid next month.

There will be an administration fee for users. It’s 1,5% of the total transaction when fully paid. The other option when the tenor is 3 month (1,6%), 6 month (1,75%), and 12 month (2%).

If it’s past the due date, there will be additional fine according to the partner.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here