GOTO Memilih Hengkang dari Vietnam, Sementara Sejumlah Startup Lokal Terus Perkuat Kehadiran di Sana

Tepat sepekan yang lalu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (“GoTo”) resmi mengumumkan penutupan operasional di Vietnam, efektif 16 September 2024. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk fokus pada pasar yang memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan jangka panjang.

Vietnam hanya menyumbang kurang dari 0,5% terhadap Gross Transaction Value (GTV) grup dan 2% dari GTV layanan on-demand. Karena itu, penutupan ini dinilai tidak akan berdampak material pada operasional atau kondisi keuangan perusahaan. GoTo memastikan proses penutupan akan mengikuti peraturan lokal, dan tetap berkomitmen pada target EBITDA impas di tahun 2024.

Kendati decacorn lokal ini menyerah di pasar Vietnam, saat ini masih ada sejumlah startup lokal yang memiliki basis di sana, berikut di antaranya:

Ruangguru

Ruangguru memulai ekspansi ke Vietnam dengan nama Kien Guru pada 2019. Vietnam menjadi negara pertama tujuan ekspansi Ruangguru karena dinilai memiliki masalah yang sama seperti yang dihadapi Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya di bidang pendidikan.

Kegiatan bisnis di Vietnam makin diperkuat setelah pada Mei 2023 mereka mengumumkan akuisisi atas Mclass, sebuah platform live teaching asal Vietnam. Hal ini disebut sebagai langkah strategis perusahaan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapabilitasnya di wilayah tersebut.

Green Rebel

Startup produsen pangan nabati Green Rebel Foods resmi meluncurkan produknya di Vietnam, yang juga sekaligus menandakan aksi ekspansi terbarunya di regional.

Disebutkan dalam debut awalnya Green Rebel telah berkolaborasi dengan tujuh mitra di Ho Chi Minh City dan Hanoi untuk memasarkan produknya, antara lain Annam Group, eMart, Genshai, Laang Saigo, L’s Place, MM Mega Market Vietnam, dan Organic Convenience Stores.

PasarPolis

Setelah bukukan pendanaan seri A pada tahun 2018, satu tahun setelahnya startup insurtech PasarPolis menggalakkan ekspansi regional dengan memasuki pasar Vietnam. Salah satu strateginya dengan menggalang kerja sama strategis dengan mitra lokal, di antaranya Atadi, Sendo dan Go-Viet (Gojek adalah salah satu investor PasarPolis). Mereka juga menunjuk Country Manager untuk memimpin bisnis di sana.

“Dengan menghubungkan PasarPolis dengan platform yang dimiliki mitra, kami dapat menawarkan berbagai produk asuransi dari banyak perusahaan kepada konsumen mereka. Verifikasi dokumen yang dilakukan secara digital menawarkan proses klaim yang cepat untuk konsumen, prosesnya dapat diselesaikan dalam tiga menit,” ujar Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing dalam keterangan resminya kala itu.

Modalku (Funding Societies)

Setelah hadir di 4 negara di Asia Tenggara, Modalku mulai masuk pasar Vietnam sejak tahun 2022. Dengan ekspansi ini,  Modalku melayani UMKM di berbagai sektor, seperti pendidikan, ritel, teknologi, dan FMCG, dengan menawarkan produk pembiayaan perdagangan, pembiayaan inventaris, pembiayaan piutang dan utang di Ho Chi Minh, Hanoi, dan sekitarnya.

Sejak pandemi Covid-19, akses terhadap permodalan menghambat pertumbuhan UMKM di Vietnam. Berdasarkan data Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam, UMKM mengambil porsi sebanyak 98% dari total bisnis di 2020. Namun, hanya 54% UMKM terdaftar yang aktif beroperasi di 2019. Padahal, UMKM telah memberikan lapangan pekerjaan terhadap 5,6 juta orang dan menyumbang lebih dari $241 miliar atau 40% dari PDB di Vietnam.

NusaTrip

Platform OTA NusaTrip mengumumkan pembukaan kantor regional di Ho Chi Minh City, Vietnam pada Maret 2023 lalu. Kantor regional ini akan berfokus untuk menciptakan berbagai inisiatif strategi penjualan dan bekerja sama dengan ekosistem pariwisata di negara tersebut.

Setelah pandemi Covid-19 menunjukkan pemulihan, Vietnam kembali membuka pintu untuk para wisatawan internasional pada Maret 2022. Semenjak itu, industri pariwisata domestik Vietnam mengalami pertumbuhan yang kuat dan berhasil mendatangkan lebih dari empat juta wisatawan mancanegara.

Ekspansi ini lalu dikuatkan dengan akuisisi NusaTrip terhadap startup akomodasi perjalanan B2B bernama VLeisure. Diharapkan solusi VLeisure yang melayani hotel ukuran kecil hingga menengah dapat memperluas cakupan layanan dan jangkauan NusaTrip di sana.

Fuse

Startup insurtech Fuse mulai hadir di Vietnam pada tahun 2021 dengan fokus awal menjual produk asuransi mikro. Terkait dengan pertumbuhan bisnisnya di negara lain seperti Vietnam, tercatat bahwa saat ini Fuse telah menerbitkan lebih dari 5 juta polis di negeri naga biru tersebut per akhir 2022.

Di sana Fuse menawarkan produk asuransi mikro melalui kanal e-commerce dengan harga yang terjangkau bagi semua kalangan. Lantas baru- baru ini, Fuse mereplikasi model Business to Agent/Broker to Customer–yang terbukti sukses dikembangkan di pasar Indonesia–ke negara Vietnam.

Menurut data laporan e-Conomy SEA 2022 yang dipublikasikan oleh Google, Temasek dan Bain & Company. Pertumbuhan ekonomi digital Vietnam diproyeksikan akan cemerlang pada tahun 2025. Vietnam diprediksi mencapai GMV sebesar $ 23 miliar di akhir tahun 2022 dan  US$ 49 miliar di tahun 2025.

Industri asuransi umum di Vietnam juga diprediksi akan tumbuh 2 karena didukung oleh pemulihan ekonomi yang kuat, peningkatan frekuensi bencana alam, dan pertumbuhan asuransi wajib.

Kredivo

Kredivo Group secara resmi mengumumkan perluasan ke Vietnam pada Agustus 2021. Produk diluncurkan secara bertahap, dimulai dengan pembayaran tagihan dan pinjaman pribadi, dilanjutkan dengan paylater pada Q4 2021.

Perluasan layanan ini dilakukan melalui joint venture dengan Phoenix Holding, perusahaan investasi (family office) setempat. “Kredivo Vietnam Joint Stock Company”, nama entitas barunya, juga bermitra dengan VietCredit Joint Stock Company, perusahaan pembiayaan di Vietnam untuk mengoperasikan bisnis paylater.

Northstar, East Ventures Suntik Startup Edtech Vietnam “PREP”

Startup edtech asal Vietnam, PREP, memperoleh pendanaan dari Northstar Group, melalui Northstar Ventures. Putaran ini diikuti oleh investor sebelumnya, East Ventures, mengutip dari regulatory fillings melalui Alternative.PE.

“Kami dengan bangga mengumumkan investasi terbaru kami oleh Northstar Ventures I pada startup edtech Vietnam, PREP!,” tulis perwakilan Northstar melalui akun LinkedIn.

Disampaikan lebih lanjut, pihak Northstar tertarik untuk mendanai PREP karena terdapat potensi yang menjanjikan di bidang edtech. Sepanjang 2022 kemarin, terdapat lebih dari 350 ribu pelajar dari Asia Tenggara belajar di luar negeri. Sekitar 132 ribu pelajar di antaranya merupakan pelajar dari Vietnam.

Northstar melihat tren yang berkembang ini menyadarkan akan pentingnya sertifikasi bahasa bagi pelajar Vietnam yang menempuh pendidikan internasional. “Kami yakin PREP berada dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan permintaan ini!”, tutup tulisan tersebut.

Berdasarkan Alternative.PE, putaran ini tak hanya dipimpin oleh Northstar Ventures, juga terdapat investor sebelumnya, Cercano Management. East Ventures dikabarkan menyuntik tambahan dana sebesar $500 ribu untuk Prep.

Baik Cercano dan East Ventures merupakan investor sebelumnya di PREP pada April 2023. Pada saat itu, nominal investasi yang dikucurkan sebesar $1 miliar.

PREP didirikan pada 2020 oleh Thu Pham (CEO) dan Tran Hoai Nam (CTO). Startup ini menawarkan berbagai solusi kursus online dan latihan ujian simulasi yang berfokus pada bahasa terstandardisasi, seperti IELTS, TOEIC, dan ujian kelulusan tingkat SMA. PREP menghadirkan konten interaktif yang mendorong keterlibatan dan partisipasi aktif antar siswa.

Dari sisi teknologi, PREP menstimulasikan situasi ujian nyata yang imersif dan interaktif, serta dapat dipersonalisasi dan disesuaikan dengan gaya belajar, kecepatan, dan preferensi siswa.

Berdasarkan data dari PREP, layanan persiapan ujian terstandardisasi dengan kualitas tinggi selalu menjadi permintaan di Vietnam. Pasar pembelajaran bahasa di Vietnam disebut memiliki potensi yang luar biasa, dengan perkiraan ukuran pasar sebesar $2,1 miliar, di mana $1,6 miliar untuk pasar bahasa Inggris dan sisanya untuk bahasa lainnya.

Sebagai catatan, PREP bukan satu-satunya portofolio East Ventures di Vietnam. Sebelumnya sudah ada beberapa nama, di antaranya Medigo, Vietcetera, CirCO, Sendo, dan Kim An Group.

Ekosistem di Vietnam kian menarik

Lebih tertariknya Apple untuk berinvestasi lebih banyak di Vietnam ketimbang Indonesia kian menarik untuk dibahas. Mengutip dari Kompas.id, Vietnam memiliki 10 alasan sebagai tujuan investasi asing, yakni lokasinya yang strategis, pertumbuhan ekonomi tinggi, pemerintahan stabil, keberadaan para pekerja muda, kemudahan berbisnis, keberadaan zona industri khusus, iklim investasi yang menarik, pertumbuhan konsumen, jaringan ekonomi dunia lewat penekenan free trade area (FTA) dengan banyak negara dan kawasan, serta integrasi aturan lokal dengan peraturan dunia.

Sebelumnya, pemerintah Vietnam melakukan program reformasi ekonomi, dinamai “doi moi”, artinya keterbukaan dan reformasi. Doi moi membuka peran swasta besar-besaran, termasuk insentif bisnis. Kemudian, mendalami aspek pendidikan untuk membuka agar negara tidak hanya menyediakan pekerja muda berupah murah, tetapi juga produktif.

Strategi ini membuahkan hasil yang positif karena Vietnam mampu menjadi negara perakit barang elektronik dan teknologi informasi dengan upah yang relatif murah.

Kelebihan lainnya, sambung laporan tersebut, Vietnam punya peraturan yang sinkron dari pusat hingga daerah dan secara geografis dekat dengan Tiongkok. Walau demikian, negara ini berada di garda terdepan tentang efek dari sikap geopolitik dunia, yang sewaktu-waktu bisa berubah dan semena-mena, tapi juga bisa berubah ramah. Mereka netral terhadap Amerika Serikat dan Tiongkok.

Startup Produsen Protein Nabati Green Rebel Ekspansi ke Vietnam

Startup produsen pangan nabati Green Rebel Foods resmi meluncurkan produknya di Vietnam, yang juga sekaligus menandakan aksi ekspansi terbarunya di regional.

Masuknya Green Rebel ke Vietnam diketahui lewat unggahan yang dibagikan di platform LinkedIn pada Senin (18/9). “A big thank you to all who joined us for the incredible launch in Vietnam!” demikian tulis Green Rebel.

Disebutkan juga Green Rebel telah berkolaborasi dengan tujuh mitra di Ho Chi Minh City dan Hanoi untuk memasarkan produknya, antara lain Annam Group, eMart, Genshai, Laang Saigo, L’s Place, MM Mega Market Vietnam, dan Organic Convenience Stores.

Sebelumnya Green Rebel telah masuk ke Singapura dan Malaysia pada 2022, diikuti Filipina dan Korea Selatan di paruh pertama 2023. Perusahaan baru-baru ini juga berkolaborasi dengan AirAsia untuk kerja sama menu in-flight di Malaysia, Indonesia, dan Filipina.

Dari pemberitaan sebelumnya, Green Rebel mendapat pendanaan pra-seri A senilai $7 juta (sekitar Rp100 miliar) untuk mendukung ekspansinya. Selain negara-negara yang telah disebutkan, Green Rebel juga membidik pasar Australia.

Sebagai informasi, Green Rebel didirikan oleh Helga Angelina Tjahjadi dan Max Mandias yang juga pemilik restoran organik Burgreens. Meluncur sejak 2020, Green Rebel menawarkan alternatif daging nabati utuh untuk konsumen Asia Tenggara yang mencari pola makan fleksibel yang lebih sehat. Saat ini, produk Green Rebel tersedia di lebih dari 1000 toko dan restoran/kafe di Indonesia.

Mengutip informasi dari situs resminya, Green Rebel memproduksi daging dengan menggunakan lebih sedikit sumber daya alam dan menghasilkan lebih sedikit gas emisi CO2 dibandingkan produk hewani.

Pihaknya menyebut telah memberikan dampak positif selama 2 tahun terakhir beroperasi, termasuk menghasilkan 5,4 ton emisi CO2, menghemat 10 ribu ton biji gandum, menyelamatkan 1,5 juta km² hutan, bermitra dengan 2.200 petani, hingga membuka 206 lapangan pekerjaan baru.

Selain Green Rebel, startup dengan misi serupa adalah Outrageous Future Foods (OFF) Foods, yang memproduksi protein alternatif tanpa mematikan daging dari hewan asli dan mengorbankan rasa. Tahun lalu, OFF Foods dilaporkan memperoleh pendanaan tambahan $1,5 juta dari Jungle Ventures.

Laporan BIS Research mengungkap bahwa nilai industri makanan nabati (plant-based) diproyeksi menyentuh $480 miliar di global pada 2024. Sementara, industri protein nabati diperkirakan tumbuh di Indonesia dengan CAGR 27,5% pada 2021-2027 menurut laporan Research and Markets.

Ruangguru Akuisisi Platform Edtech Asal Vietnam “Mclass”

Startup edtech Ruangguru mengumumkan akuisisi atas Mclass, sebuah platform live teaching asal Vietnam. Hal ini disebut sebagai langkah strategis perusahaan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapabilitasnya di wilayah tersebut.

Ruangguru telah lebih dulu memulai ekspansi ke Vietnam dengan nama Kien Guru pada 2019. Vietnam menjadi negara pertama tujuan ekspansi Ruangguru karena dinilai memiliki masalah yang sama seperti yang dihadapi Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya di bidang pendidikan.

Co-Founder dan CEO Ruangguru Belva Devara meyakini reputasi dan keahlian Mclass dalam pembelajaran daring dapat semakin memperluas penawaran, meningkatkan bisnis, serta melengkapi solusi pembelajaran Ruangguru di Vietnam dan Asia Tenggara.

Ruangguru juga memperkuat posisinya sebagai salah satu pemimpin pasar di sektor edtech yang berkembang di Vietnam. “Visi kami adalah menjadi perusahaan teknologi pendidikan terdepan di Asia Tenggara dan kami yakin bahwa akuisisi ini merupakan langkah lanjutan untuk mencapai tujuan tersebut,” ungkap Belva.

Didirikan oleh Nguyen Van Khai dan Nguyen Minh Thang pada 2019, Mclass bekerja sama dengan guru-guru terbaik di negara tersebut untuk menawarkan sesi live teaching pada mata pelajaran matematika, sains, sastra, serta persiapan perguruan tinggi seperti IELTS. Dalam waktu kurang lebih empat tahun, Mclass disebut telah menjadi platform pembelajaran daring ternama di Vietnam.

Pendekatan inovatif Mclass mengundang respons positif dan daya tarik yang kuat pada siswa maupun orang tua. Hal ini ditunjukkan oleh sekitar 10 juta pengikut di media sosial para guru, sesi live teaching yang berhasil meraih 85 ribu peserta pelajar, dan total 1 juta replay untuk satu sesi pembelajaran di 2022.

Solusi pembelajaran daring K-12 dari Kien Guru telah digunakan oleh lebih dari 2,5 juta siswa di Vietnam selama empat tahun terakhir, termasuk solusi video belajar (pre-recorded), live teaching, dan fitur khusus untuk membantu siswa mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah.

Akuisisi ini tidak hanya memperluas solusi pembelajaran bagi siswa, tetapi
juga akan memberikan kesempatan yang baik bagi guru Mclass untuk memperluas jangkauan mereka dan memberi dampak kepada lebih banyak siswa di Vietnam dan sekitarnya.

Pasar edtech di Vietnam

Pada tahun 2019, Vietnam masuk dalam sepuluh besar pasar pendidikan online dengan pertumbuhan tercepat secara global dan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 44,3%. Saat ini, terdapat lebih dari 200 bisnis edtech di Vietnam dengan dua juta pengguna secara nasional. Pemerintah Vietnam memperkirakan ukuran pasar ini tidak kurang dari $2 miliar.

Dilansir dari media lokal Vietnam, pendapatan pasar e-learning Vietnam diperkirakan mencapai sekitar $3 miliar di 2023 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sekitar 20,2% selama 2019-2023 menurut laporan Ken Research.

Sementara, laporan terbaru Do Ventures, edtech adalah bidang terbanyak diinvestasikan ketiga di Vietnam dalam delapan tahun terakhir di sektor teknologi. Total investasi VC ke sektor edtech di Vietnam adalah $103 juta, diikuti pembayaran ($462 juta), dan ritel ($416 juta). Namun, bidang edtech dan transformasi digital pendidikan di Vietnam dinilai masih dalam tahap awal.

Salah satu modal ventura paling aktif dari Indonesia dan juga salah satu investor pertama di Ruangguru, East Ventures, belum lama ini juga mengucurkan investasi pada platform pembelajaran online berfokus bahasa asal Vietnam, Prep. Ini adalah startup Vietnam kedua yang tahun ini mendapatkan dukungan pendanaan dari East Ventures

Dalam sebuah wawancara bersama DailySocial.id, Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, sebagai negara dengan populasi terbesar kedua di regional, pertumbuhan ekonomi digital di sana cukup kencang. Selain itu, Vietnam dikenal sebagai salah satu pemasok talenta teknis untuk ekosistem digital global; yang berarti memenuhi variabel untuk pengembangan tim lokal yang kuat.

Application Information Will Show Up Here

NusaTrip Akuisisi Startup OTA Asal Vietnam VLeisure

NusaTrip mengumumkan akuisisi startup akomodasi perjalanan B2B bernama VLeisure dengan nominal dirahasiakan. Diharapkan solusi VLeisure yang melayani hotel ukuran kecil hingga menengah dapat memperluas cakupan layanan dan jangkauan NusaTrip di luar Indonesia, sekaligus dalam rangka memanfaatkan momentum pertumbuhan industri perjalanan di Asia Tenggara yang mulai bangkit secara signifikan setelah pandemi.

VLeisure merupakan akuisisi internasional perdana NusaTrip setelah bulan lalu buka kantor regional yang ketiga di Vietnam.

Founder Society Pass yang juga menjabat sebagai CEO NusaTrip Dennis Nguyen menjelaskan, VLeisure sangat menyatu dan sejalan dengan strategi NusaTrip. Ada penggabungan teknologi B2B penerbangan NusaTrip yang kuat dan luasnya operasional B2C dengan inventaris manajemen hotel VLeisure yang ekstensif.

“Sebagai orang Vietnam, saya sangat bangga untuk terus mendanai dan mendukung sektor startup Vietnam melalui akuisisi VLeisure ini. Saya percaya bahwa pengusaha Vietnam akan terus menjadi contoh bagi negara Asia Tenggara lainnya, contoh yang mudah adalah Phan Le,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (14/4).

Founder dan Managing Director VLeisure Phan Le menambahkan, dirinya merasa terhormat bisa bergabung dengan ekosistem SoPa dan NusaTrip. Melalui pertumbuhan pesat pada 2021-2022, perusahaan dapat mengakses dukungan dari induk, baik itu infrastruktur modal, teknologi, pemasaran, dan layanan pelanggan, memungkinkan VLeisure untuk melayani lebih baik.

“Perencanaan perjalanan VLeisure, kemampuan pemesanan, keahlian teknologi hotel dapat melengkapi layanan perjalanan NusaTrip yang ada untuk memberikan pengalaman pengguna yang lebih personal,” terang Phan.

Pasca-akuisisi ini Phan didapuk sebagai Managing Director NusaTrip Vietnam. Pengalaman dan pengetahuan yang signifikan di sektor perjalanan Vietnam diharapkan dapat menciptakan layanan perjalanan yang menarik, memenuhi permintaan wisatawan Vietnam.

VLeisure

VLeisure itu sendiri sudah berdiri sejak 2011 di Ho Chi Minh City, menjual akomodasi hotel, maskapai penerbangan, dan agen perjalanan. Startup ini memberdayakan OTA di Vietnam, regional, dan internasional dengan mendistribusikan produk perjalanan mereka. Diklaim inventaris di VLeisure mencapai lebih dari 650 ribu hotel yang terdaftar.

Memanfaatkan kapitalisasi SoPa dan teknologi NusaTrip, VLeisure akan memasarkan produk SaaS (Software as a Service) manajemen hotelnya ke berbagai akomodasi berukuran kecil hingga menengah, berawal dari Vietnam dan kemudian ke seluruh Asia Tenggara. Selain itu, NusaTrip kini memiliki jangkauan operasional untuk memperluas bisnis baik secara B2C dan B2B dengan signifikan di Vietnam.

Menurut Web In Travel, jumlah reservasi perjalanan yang diprediksi pada 2025 akan bertumbuh hingga 94% dari 2019. Administrasi Pariwisata Nasional Vietnam, memperkirakan bahwa sektor pariwisata akan mendatangkan sekitar 110 juta wisatawan pada 2023, senilai $27 miliar, mencakup 5,7% dari proyeksi PDB (Produk Domestik Bruto) 2023 Vietnam sejumlah $469 miliar.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Berikan Pendanaan ke Prep, Startup Edtech Asal Vietnam

Platform pembelajaran online berfokus bahasa asal Vietnam, Prep, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $1 juta atau lebih dari Rp14,9 miliar dipimpin oleh East Ventures dan Cercano Management. Sebelumnya, Touchstone Partners juga telah mengucurkan investasi dengan angka serupa, membuat total pendanaan Prep menjadi $2 juta atau hampir Rp30 miliar.

Perolehan dana segar ini diharapkan bisa memperkuat balance sheet perusahaan dan mempercepat pengembangan produk serta berbagai kegiatan bisnis dalam meningkatkan adopsi pasar. Prep sendiri menawarkan berbagai solusi kursus online dan latihan ujian simulasi berfokus pada bahasa terstandardisasi, seperti IELTS, TOEIC, serta ujian kelulusan tingkat SMA.

Prep menawarkan konten interaktif yang mendorong keterlibatan dan partisipasi aktif antar siswa. Dari sisi teknologi, platform ini mensimulasikan situasi ujian nyata yang imersif dan interaktif, serta dapat dipersonalisasi dan disesuaikan dengan gaya belajar, kecepatan dan preferensi siswa.

Didirikan pada 2020 oleh Tu Pham (Founder & CEO), dan Tran Hoai Nam (Co-Founder & CTO), Prep memiliki misi untuk memperluas akses bagi persiapan ujian yang berkualitas.

Selain kurangnya interaksi dan personalisasi pada platform online, sebagian besar pelajar mengalami hambatan geografis untuk mengakses pendidikan offline. Hal ini terjadi karena kebanyakan guru berpengalaman masih terpusat di kota tier 1, sehingga siswa di kota tier 2&3 memiliki keterbatasan akses terhadap pembelajaran berkualitas.

Berdasarkan data dari Prep, layanan persiapan ujian terstandardisasi dengan kualitas tinggi selalu menjadi permintaan di Vietnam. Pasar pembelajaran bahasa di Vietnam disebut memiliki potensi yang luar biasa, dengan perkiraan ukuran pasar sebesar $2,1 miliar, di mana $1,6 miliar untuk pasar bahasa Inggris dan sisanya untuk bahasa lainnya.

Prep sendiri lahir dari peluang pasar yang luas sebagai evolusi digital dari IPP Education, rangkaian pusat pembelajaran bahasa offline yang didirikan oleh Tu pada tahun 2014. Sejak diluncurkan, Prep telah berkembang pesat dan menarik lebih dari 100.000 pengguna di seluruh provinsi dan kota di Vietnam, serta berbagai pasar regional lainnya.

Pada 2023, Prep menargetkan untuk memperluas basis penggunanya menjadi setengah juta, serta menghadirkan berbagai penawaran persiapan ujian bahasa terstandardisasi lainnya, seperti Jepang (JLPT), Mandarin (HSK), dan Korea (TOPIK). Investasi ini memperkuat keyakinan Prep dalam mengubah masa depan melalui persiapan ujian, serta memberdayakan siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan.

Investasi East Ventures di Vietnam

Ini adalah startup Vietnam kedua yang tahun ini mendapatkan dukungan pendanaan dari East Ventures. Sebelumnya firma modal ventura yang dipimpin Willson Cuaca ini juga telah berinvestasi ke startup telehealth Medigo. Adapun sejak 2021 East Ventures juga sudah memiliki empat portofolio lainnya, meliputi Vietcetera, CirCO, Sendo, dan Kim An Group.

Dalam sebuah wawancara bersama DailySocial.id, Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, sebagai negara dengan populasi terbesar kedua di regional, pertumbuhan ekonomi digital di sana cukup kencang. Selain itu, Vietnam dikenal sebagai salah satu pemasok talenta teknis untuk ekosistem digital global; yang berarti memenuhi variabel untuk pengembangan tim lokal yang kuat.

Lebih lanjut Irene mengatakan, “Dibandingkan dengan Indonesia, kedua wilayah tersebut memiliki jumlah penduduk muda yang besar dan memiliki pola yang sama. Vietnam memiliki populasi lebih dari 97 juta dengan penetrasi internet 70,3% pada Januari 2021. Sementara itu, pada periode yang sama, Indonesia memiliki populasi lebih dari 274 juta dan penetrasi internet mencapai 73,7%.”

“Kedua negara tersebut juga memiliki komposisi penduduk yang sama dalam hal kelompok umur, anak muda menempati lebih dari setengah porsi penduduk negara tersebut; Vietnam sekitar 55%, sedangkan Indonesia sekitar 70%.”

Investasi di sektor edtech

Pada 2022, edtech menjadi salah satu sektor yang cukup terguncang. Setidaknya tiga startup ternama di sektor ini mengumumkan efisiensi pegawai atau layoff, termasuk Zenius, Pahamify dan Ruangguru. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk kondisi sosial dan ekonomi yang semakin dinamis pasca-pandemi.

Meskipun begitu, investasi untuk sektor ini masih tetap mengalir. Beberapa startup baru seperti MySkill, LingoTalk dan Algobash berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal dari sejumlah investor.

Pendanaan sektor Edtech tahun 2022:

Startup Putaran Nilai (dalam Rupiah) Investor
CoLearn Seri A 244 miliar TNB Aura, KTBN
Venture, PT
Binus Investama
Indonesia, AC
Ventures, Leo
Capital, January
Capital, Alpha
Wave Incubation,
Surge
KitaLulus Seed Tidak dipublikasi Go Ventures, Angel Investor
Zenius Venture Tidak dipublikasi MDI Ventures
Cakap Venture Tidak dipublikasi Indonesia Impact Fund
Binar Academy Pra Seri A 51 miliar iGlobe Partners,
Teja Ventres, Cellar
Capital Partners,
Spaze Ventures,
YCAB Ventures,
Angel Investor
MySkill Seed Tidak dipublikasi East Ventures
Dibimbing Seed Tidak dipublikasi Init-6
LingoTalk Seed Tidak dipublikasi Iterative Capital, Eduspaze
Algobash Seed Tidak dipublikasi Init-6
Kinobi Pra Seed 8,1 miliar PT Binus Investama
Indonesia,
Backstroke
Consulting, Angel
Investor

Sepanjang pandemi, metode hybrid menunjukkan persepsi positif bagi guru dan siswa. Pada akhir tahun 2022, Center for Digital Society dan Google for Education menyusun penelitian, The Future of Indonesia’s Hybrid Education in the Post-Covid-19 Pandemic Era. Survei tersebut menunjukkan persepsi positif terhadap masa depan adopsi edtech dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Indonesia.

Sebanyak 56% responden guru merasa pembelajaran jarak jauh memfasilitasi kebutuhan mereka dalam mengajar, dan 27% guru berpendapat bahwa model hybrid akan membantu mereka. Sedangkan dari sisi siswa, menggabungkan model PJJ dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dapat membantu siswa belajar lebih efektif.

Berdasarkan laporan Google, terdapat empat vertikal industri yang dikategorikan sebagai nascent atau masih prematur, termasuk edtech. Pengelompokan ini diikuti oleh hasil survei aktivitas transaksi jangka panjang, seperti yang ditunjukkan dalam grafik di bawah. Istilah nascent sendiri mengacu pada situasi yang muncul atau berpotensi berkembang.

East Ventures Pimpin Pendanaan Seri A Medigo, Startup Telehealth Vietnam

East Ventures memimpin pendanaan seri A ke Medigo, startup telehealth asal Vietnam, dengan total nilai sebesar $2 juta (sekitar 30,7 miliar Rupiah). Pavilion Capital dan Touchstone Partners turut berpartisipasi pada putaran pendanaan ini.

Managing Partner East Ventures Koh Wai Kit mengatakan, “teknologi digital dapat meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan layanan kesehatan berkualitas. Kami senang dengan misi Medigo untuk merevolusi apotek dan layanan kesehatan di Vietnam. Kami menyambut Medigo ke dalam ekosistem East Ventures dan berharap bisa terus berkolaborasi untuk mendorong inovasi layanan kesehatan.”

Co-Founder & CEO Medigo Ha Le menyebutkan akan memperkuat dan mengembangkan ekosistem layanan kesehatan di Vietnam dengan pendanaan ini. Ini mencakup layanan konsultasi dokter jarak jauh, pengiriman obat secara instan, dan layanan pengujian di rumah (home testing).

“East Ventures merupakan perusahaan modal ventura terkemuka di Asia Tenggara dan dunia dengan total 250 portofolio. Investasi ini menjadi bukti kepercayaan kuat terhadap visi, model bisnis, dan arah tujuan Medigo. Kami bersemangat untuk dapat terus bekerja sama dengan mereka dalam meningkatkan bisnis kami.” tuturnya dalam keterangan resmi.

Didirikan di 2019, Medigo menawarkan layanan pembuatan resep dan pengiriman obat secara on-demand ke apotek berlisensi terdekat. Medigo menawarkan layanan kesehatan yang cepat dan hemat biaya bagi masyarakat. Saat ini, layanan tersebut sudah memiliki 500 ribu pengguna aktif dan 1.000 mitra farmasi di seluruh Vietnam.

Platform Medigo mengklaim dapat mengirimkan obat dalam waktu 20 menit. Sementara, layanan home testing kesehatan yang ditawarkan antara lain tes darah, tes urine (urinalisis), dan tes kehamilan.

Medigo memiliki visi untuk mengembangkan ekosistem layanan kesehatan yang kuat di Vietnam dengan meningkatkan operasional, mengoptimalkan pengalaman pengguna, dan menjembatani akses ke masyarakat dengan aman, cepat, dan efisien.

Selain Medigo, East Ventures sebelumnya juga berpartisipasi ke pendanaan seri A startup healthtech Vietnam, Med247. Platform ini menawarkan layanan kesehatan dari poliklinik hingga telemedis berbasis aplikasi.

Lanskap kesehatan Vietnam

Mengutip paparan American Chamber of Commerce (AmCham) Vietnam, industri kesehatan di sana dihadapkan pada sejumlah tantangan, seperti kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai. Saat ini, fasilitas kesehatan Vietnam didominasi 86% oleh rumah sakit umum yang di mana kurang didukung peralatan medis yang memadai dan sudah terlalu padat pasien.

Rumah sakit (RS) di Hanoi dan Ho Chi Minh mengakomodasi 60% dari total pasien di negara ini. Namun, peralatan medis di sebagian besar RS umum sudah usang sehingga kurang memungkinkan untuk melakukan operasi dan perawatan intensif.

Selain itu, RS umum di Vietnam bergantung pada anggaran negara untuk memperbarui fasilitas dan peralatan medis. Meski anggaran di bidang kesehatan sudah ditingkatan, nilainya dinilai masih terlalu kecil. Saat ini, biaya pengeluaran kesehatan per kapita di Vietnam tercatat tumbuh 9,2% per tahun dan diprediksi mencapai $262 di 2025.

Di Indonesia, terdapat startup healthtech dengan nama serupa “Medigo” yang awalnya memiliki misi mendigitalisasi ekosistem kesehatan di Indonesia dari pasien, petugas medis, klinik, RS, hingga laboratorium. Namun, dalam perjalanannya, pihaknya menilai digitalisasi rumah sakit sulit diakselerasi.

Medigo akhirnya pivot menjadi penyedia rantai suplai klinik (clinic chain) dan berganti nama menjadi Klinik Pintar. Pivot ini dilakukan karena dianggap lebih banyak menyentuh segmen grassroots. Hal ini karena jumlah klinik lebih banyak dibandingkan RS. Berdasarkan data Statistik Indonesia, terdapat 8.905 klinik dan 2.617 rumah sakit per 2021.

NusaTrip Buka Kantor di Vietnam untuk Lanjutkan Ekspansi Regional

Startup OTA NusaTrip hari ini (8/3) mengumumkan pembukaan kantor regional di Ho Chi Minh City, Vietnam, yang juga kota ketiga di luar Jakarta, setelah membuka kantor di Singapura dan Manila. Kantor regional ini akan berfokus untuk menciptakan berbagai inisiatif strategi penjualan dan bekerja sama dengan ekosistem pariwisata di negara tersebut.

Setelah pandemi Covid-19 menunjukkan pemulihan, Vietnam kembali membuka pintu untuk para wisatawan internasional pada Maret 2022. Semenjak itu, industri pariwisata domestik Vietnam mengalami pertumbuhan yang kuat dan berhasil mendatangkan lebih dari empat juta wisatawan mancanegara.

Berdasarkan data ASEANFocus, Vietnam menargetkan kedatangan sebanyak 16 juta wisatawan mancanegara dan 80 juta wisatawan domestik, serta pendapatan sebesar $34 miliar pada 2024-2026. Selain itu, Otoritas Penerbangan Sipil Vietnam (CAAV) juga berharap industri pariwisata dapat pulih seutuhnya di Desember 2023, naik tiga kali lipat secara volume perjalanan dari 2022 dengan perkiraan 34 juta wisatawan Vietnam yang akan bepergian ke luar negeri dengan pesawat.

Dalam keterangan resmi, CEO NusaTrip Johanes Chang menyampaikan, pembukaan kantor di Vietnam adalah bentuk komitmennya dalam menghadirkan pengalaman perjalanan terbaik kepada lebih banyak pelanggan di wilayah yang memiliki salah satu pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.

“NusaTrip akan berusaha meningkatkan pelayanan dan terus berinovasi guna memenuhi perubahan perilaku pelanggan. Selain itu, dengan pertimbangan kekuatan potensi pasar, NusaTrip juga berencana membuka kantor di wilayah Asia Tenggara lainnya untuk memberikan layanan personal dan menjadi one-stop booking experience bagi seluruh pelanggan kami,” kata Joe, sapaan akrab Johanes.

Society Pass Vietnam Country Manager Ngo Thi Cham menambahkan, “[..] Bersamaan dengan momentum tren ‘revenge travel‘ yang sangat berharga, kami siap memenuhi permintaan tinggi dari konsumen, terutama bagi yang ingin mengunjungi lebih dari 3.000 pulau indah di Vietnam. Asia Tenggara merupakan mesin pertumbuhan penting bagi NusaTrip. Seiring dengan pulihnya industri pariwisata, kami juga optimistis terhadap potensi pasar di Vietnam.”

Perkembangan SoPa

Society Pass mengakuisisi NusaTrip pada Agustus 2022. Kesepakatan tersebut mengawali langkah SoPa masuk ke pasar Indonesia, sejalan dengan strategi bisnisnya dalam menyatukan dan mengembangkan ekosistem perusahaan berbasis digital di seluruh pasar Vietnam, Filipina, Singapura, dan Thailand.

SoPa sendiri sudah memiliki kantor di banyak lokasi, seperti Los Angeles, Bangkok, Ho Chi Minh, Jakarta, Manila, dan Singapura. Sebagai perusahaan induk berbasis akuisisi, SoPa mengoperasikan enam vertikal bisnis berkaitan dengan loyalitas, media digital, perjalanan, telekomunikasi, gaya hidup, dan F&B.

Salah satu inovasi yang tengah disiapkan adalah poin loyalitas atau Poin Society. Nantinya, pengguna SoPa bisa mendapat dan menukarkan Poin Society mereka, dan menerima promosi yang dipersonalisasi sesuai kemampuan data SoPa dan pemahaman tentang perilaku belanja konsumen. Fitur teranyar ini telah masuk pengujian beta dan diperkirakan meluncur secara luas awal tahun ini.

Diklaim SoPa telah mengumpulkan lebih dari 3,3 juta konsumen terdaftar dan lebih dari 205 ribu pedagang dan merek terdaftar. Perusahaan telah menginvestasikan lebih dari dua tahun membangun arsitektur IT eksklusif untuk secara efektif mengukur dan mendukung konsumen, pedagang, dan proses akuisisi.

Sukses Rangkul 80 Ribu Mitra Agen Asuransi di Indonesia, Fuse Replikasi Model Ini di Vietnam

Sebagai platform insurtech yang memberdayakan agen asuransi dengan platform digital, saat ini Fuse mengklaim terus mengalami pertumbuhan bisnis  positif. Meskipun menyadari masih rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia, namun banyak peluang bagi insurtech untuk menggarap sektor ini dengan layanan yang beragam.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Fuse Andy Yeung mengungkapkan, hingga saat ini dan tahun 2023 mendatang, fokus perusahaan terus berupaya  memperkuat posisi sebagai insurtech terbesar di Indonesia.

“Kami terus berupaya memanfaatkan berbagai aspek untuk meningkatkan daya saing digital di tanah air. Beberapa caranya dengan mengoptimalkan sistem digital, proses dan saluran distribusi Fuse, serta membangun kepercayaan pelanggan terhadap ekosistem asuransi.”

Setelah meluncurkan Fuse Pro beberapa waktu lalu, mereka melihat partner/agen/broker masih punya peran penting dalam rantai nilai penjualan asuransi. Di masa mendatang peran tersebut tidak akan didisrupsi oleh teknologi. Melalui Fuse Pro diharapkan bisa membantu dan mendukung para mitra bisa melakukan transaksi asuransi secara online, serta meningkatkan keterampilan digital mereka.

Saat ini Fuse memiliki lebih dari 80 ribu partner/agen/broker terdaftar yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Fuse juga menggenjot strategi kemitraan. Salah satunya bersama Tokopedia untuk pemenuhan kebutuhan asuransi umum bagi pengguna.

Platform insurtech ini didirikan sejak 2017 oleh Andy Yeung dan Ivan Sunandar. Mereka mengklaim sebagai aplikasi pionir yang berfokus pada model keagenan. Hal ini dinilai relevan dengan kondisi di Indonesia, sebanyak 97% dari populasi masih berstatus underinsured dikarenakan kurang percaya dengan sistem perasuransian yang ada saat ini.

Selain Fuse yang mengandalkan layanan keagenan, insurtech lainnya yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah, PasarPolis melalui PasarPolis Mitra dan Qoala dengan Mitra Qoala Plus. Hanya saja, keduanya fokus dari ritel dulu baru ke bisnis, sementara Fuse sebaliknya.

Pertumbuhan positif di Vietnam

Tahun 2021 lalu Fuse telah merampungkan pendanaan seri B. Tidak disampaikan nominal investasi yang didapat. Adapun putaran ini dipimpin oleh GGV Capital dengan keterlibatan investor sebelumnya, termasuk East Ventures Growth, SMDV, Golden Gate Ventures, Heyokha Brothers, Emtek, dan sejumlah investor yang tidak disebut identitasnya.

Fuse berada di posisi yang tepat saat ini untuk memasuki pasar asuransi yang masih underpenetrated atau belum terlayani. Dengan menggunakan platform teknologi Fuse yang unik, yaitu menggabungkan berbagai model distribusi, menyesuaikan dengan berbagai cara-cara konsumen untuk membeli asuransi.

“Kesuksesan di Indonesia akan kami replikasikan ke banyak negara di Asia Tenggara, karena kami berharap kehadiran Fuse bisa membuat semakin banyak orang di Asia Tenggara mendapatkan perlindungan asuransi.”

Terkait dengan pertumbuhan bisnisnya di negara lain seperti Vietnam, tercatat bahwa saat ini Fuse telah menerbitkan lebih dari 5 juta polis di negeri naga biru tersebut sejak resmi hadir tahun lalu.

Di sana Fuse menawarkan produk asuransi mikro melalui kanal e-commerce dengan harga yang terjangkau bagi semua kalangan. Lantas baru- baru ini, Fuse mereplikasi model Business to Agent/Broker to Customer–yang terbukti sukses dikembangkan di pasar Indonesia–ke negara Vietnam.

Menurut data laporan e-Conomy SEA 2022 yang dipublikasikan oleh Google, Temasek dan Bain & Company. Pertumbuhan ekonomi digital Vietnam diproyeksikan akan cemerlang pada tahun 2025. Vietnam diprediksi mencapai GMV sebesar $ 23 miliar di akhir tahun 2022 dan  US$ 49 miliar di tahun 2025.

Industri asuransi umum di Vietnam juga diprediksi akan tumbuh 2 karena didukung oleh pemulihan ekonomi yang kuat, peningkatan frekuensi bencana alam, dan pertumbuhan asuransi wajib.

“Kami sangat meyakini bahwa transformasi asuransi digital dapat membantu lebih banyak orang mendapatkan proteksi asuransi, dan semoga tingkat penetrasi asuransi dapat meningkat secara substansial di tahun-tahun mendatang di Indonesia, Vietnam dan Asia Tenggara,” kata Andy.

Application Information Will Show Up Here

Startup Paylater Vietnam “Fundiin” Dapat Pendanaan Seri A, Berencana Ekspansi ke Indonesia

Platform fintech asal Vietnam “Fundiin“, yang diklaim merupakan penyedia layanan BNPL pertama di negara asalnya, telah menerima pendanaan tahapan seri A senilai $5 juta.

Pendanaan ini dipimpin oleh Trihill Capital dan ThinkZone Ventures. Investor lainnya yang terlibat dalam putaran pendanaan ini di antaranya adalah 1982 Ventures, Genesia Ventures, JAFCO Asia, Zone Startups Ventures, dan Do Thu Ngan, mantan Deputy CEO Sacombank dan mantan CFO & COO JP Morgan Chase Vietnam.

Sebagai platform yang menyediakan pilihan pembayaran paylater, Fundiin telah membantu mitra ritel dan layanan e-commerce meningkatkan penjualan mereka hingga 30%. Fundiin saat ini memiliki 3 sub-produk BNPL tanpa biaya antara lain bayar dalam 3 kali angsuran bulanan, bayar 30 hari, dan pembayaran berulang.

Di Vietnam, Fundiin telah bekerja sama dengan lebih dari 300 mitra, memiliki lebih dari 4000 toko fisik, termasuk brand teratas dan perusahaan ritel terkemuka seperti Mobile World, Dien May Xanh, Unilever, Galaxy Play, Reebok, Paula’s Choice, Pigeon, Vua Nem, Giant International, dan lainnya.

Dana segar tersebut rencananya akan digunakan oleh perusahaan untuk berkembang lebih cepat, berinvestasi dalam pengembangan produk baru, serta merekrut talenta, sebelum berekspansi ke Indonesia yang akan dilakukan pada saat putaran seri B mendatang.

“Fundiin sangat bangga menerima kemitraan dan dukungan dari investor yang kuat, terutama dari ThinkZone Ventures yang merupakan konglomerat terkemuka Vietnam sebagai LP, dan dari Trihill Capital untuk rencana ekspansi di masa depan ke Indonesia,” kata Co-Founder & CEO Fundiin Nguyen Anh Cuong.

Serupa dengan Indonesia, permintaan dari layanan BNPL di Vietnam terus mengalami peningkatan. Tercatat ketika tingkat penetrasi kartu kredit di negara maju berkisar dari 50% hingga lebih dari 70%, di Vietnam angka ini hanya sekitar 5% saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa Vietnam adalah pasar potensial yang tinggi untuk layanan BNPL.

“Vietnam, dan kawasan Asia Tenggara yang lebih luas, sebagian besar kurang ditembus oleh layanan keuangan. Kami percaya bahwa untuk menanggung risiko dengan benar, selain kapasitas teknologi, perlu juga pemahaman tentang budaya dan kearifan lokal. Dan kami melihat pemahaman dan kemampuan underwriting ada di tim Fundiin,” kata VP of Investments at Trihill Capital Valerianus Ian Sulaiman.

Trihill Capital merupakan salah satu venture capital yang aktif berinvestasi untuk startup di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri Trihill Capital juga telah memberikan investasi kepada Fit Hub, Wagely, Eden Farm, Sicepat, Hey Kafe, Ruang Guru, Woy Makaroni dan BukuWarung.

Menyasar pasar Indonesia

Adanya kesamaan demand di Indonesia dengan Vietnam kemudian menjadi salah satu rencana yang akan dilancarkan oleh Fundiin untuk ekspansi ke Indonesia. Tidak disebutkan kapan mereka akan hadir, namun setelah merampungkan pendanaan Seri B dan merekrut talenta lokal, Fundiin akan segera hadir di Indonesia.

Berdasarkan laporan terbaru Kredivo bertajuk “Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia” per Juni 2022, paylater (17%) menjadi metode pembayaran digital yang paling sering digunakan setelah e-wallet (53%) dan transfer bank/virtual account (20%).

Laporan ini juga mencatat pengguna paylater di platform e-commerce meningkat menjadi 38% di 2022 dibandingkan tahun lalu yang sekitar 28%. Adapun survei ini dilakukan pada Maret 2022 pada 3500 responden di seluruh Indonesia.

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai e-commerce dan keuangan digital berperan signifikan dalam mendorong penetrasi layanan digital lebih luas di Indonesia. Apabila tren positif ini terus berlanjut, ia meyakini pemerataan ekonomi dapat terealisasi lebih cepat dengan dukungan ekosistem digital.