BRI dan Traveloka Luncurkan Produk Kartu Kredit “PayLater Card”

Kemarin (26/9) Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Traveloka mengumumkan kerja sama strategis untuk peluncuran kartu kredit PayLater Card. Produk kolaborasi tersebut akan menawarkan solusi inovatif untuk meningkatkan akses terhadap produk finansial, termasuk proses aplikasi dan verifikasi yang hanya memerlukan waktu maksimal 1 hari – diakses melalui aplikasi Traveloka. Seremoni penandatanganan kerja sama diadakan di Singapura, turut hadir CFO Visa Asia Pasifik Andrew Tan.

Persetujuan atas pendaftaran dilakukan melalui proses penilaian kredit yang efisien, dikembangkan bersama tim BRI dan Traveloka. Menggunakan kartu tersebut, pengguna dapat membeli seluruh produk dan layanan Traveloka. Selain itu, pengguna juga dapat menggunakan PayLater Card untuk bertransaksi di merchant online dan offline di lebih dari 53 juta lokasi merchants di seluruh dunia yang menerima pembayaran dengan Visa.

“Kehadiran PayLater Card menawarkan skema baru pembayaran dan pengalaman unik kepada para pengguna semakin melengkapi layanan perbankan kami. Kerja sama cobranding ini juga sejalan dengan strategi pemasaran kartu kredit kami untuk meningkatkan customer base dan penetrasi pasar di segmen milenial. PayLater Card menandai era baru bisnis kartu kredit di Indonesia,” ujar Direktur Konsumer Bank BRI Handayani.

“Kami optimis dengan kerja sama ini kami mampu mencapai target 5 juta pengguna PayLater Card di tahun 2025, mengingat potensi pasar yang besar serta tingginya pertumbuhan penggunaan teknologi digital di Indonesia,” ujar President Group of Operations Traveloka Henry Hendrawan.

Application Information Will Show Up Here

Visa Gets Involved in Gojek’s Series F Funding

Visa today (7/17) announced to take part in Gojek’s series F funding. There’s no further information of the amount, both companies are to collaborate for non-cash payment options in Southeast Asia.

“We’re glad to have this partnership, Visa and Gojek shared the same vision. We (Visa and Gojek) wants to make your daily life easier by facilitating people to pay and be paid,” Visa’s Regional President APAC, Chris Clark.

Visa is to take more chances with Gopay for collaborations, including to expand coverage for unbankable and SMEs. It was also said by Go-Pay’s CEO, Aldi Haryopratomo. He wants to include Visa in adopting the developing payment platform for better reach throughout Southeast Asia.

Earlier in the same month, Siam Commercial Bank is said to participate in Gojek’s funding. The Series F round aims for $3 billion, participated also from JD, Tencent, Google, Astra International, Mitsubishi Corporation, Siam Commercial Bank, and Visa.

High-tension business competition

Another point of view to consider is about those competing in the super app game with the ambition to win the SEA market. Grab has announced a deal with Mastercard for strategic partnership in terms of payment last October. The first step is to launch a virtual credit card targeting Grab’s users in Southeast Asia.

In terms of Thailand’s digital market, Siam Commercial Bank prefers to invest in Gojek, while Kasirkornbank has participated in Grab’s fundraising. It’s getting more relevant when Yamaha Motor invests in Grab and Mitsubishi Motor to Gojek.

Super app has become a magnet that attracts companies to strive for winning the moment of tech consumer’s shifting trend with Gojek and Grab as the “vehicle” in the regional transition.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Visa Umumkan Keterlibatannya dalam Pendanaan Seri F Gojek

Hari ini (17/7) Visa mengumumkan telah terlibat dalam putaran pendanaan seri F yang tengah digalang Gojek. Tidak diinformasikan mengenai nominal yang diberikan, nantinya kedua perusahaan akan bekerja sama menyediakan opsi pembayaran non tunai bagi konsumen di Asia Tenggara.

“Kami sangat senang dengan kemitraan ini, karena Visa dan Gojek dapat berbagi tujuan bersama. Kami (Visa dan Gojek) ingin membuat kehidupan sehari-hari lebih nyaman dengan memudahkan orang untuk membayar dan dibayar,” ujar Regional President APAC Visa Chris Clark.

Nantinya Visa akan lebih banyak menggarap prospek bersama unit usaha Gopay, termasuk memperluas cakupan layanan untuk unbankable dan UKM. Hal tersebut turut disampaikan CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo. Bersama Visa ia ingin membawa platform pembayaran yang dikembangkan agar lebih terjangkau di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Sebelumnya, di bulan yang sama, Siam Commercial Bank juga disebutkan berpartisipasi dalam pendanaan Gojek. Pendanaan putaran Seri F kali ini, yang menargetkan dana hingga $3 miliar, setidaknya telah memperoleh partisipasi dari JD, Tencent, Google, Astra International, Mitsubishi Corporation, Siam Commercial Bank, dan Visa.

Persaingan bisnis yang semakin menarik

Sudut pandang lain yang juga layak disimak ialah mengenai persaingan bisnis para pendukung super app yang berambisi menguasai pasar Asia Tenggara. Sekitar bulan Oktober 2018 lalu, Grab mengumumkan deal bersama Mastercard untuk memulai kerja sama strategis di bidang pembayaran. Realisasi awalnya dengan meluncurkan kartu kredit virtual yang menyasar pengguna Grab di Asia Tenggara.

Khusus pasar digital di Thailand, Siam Commercial Bank memilih berinvestasi ke Gojek, sedangkan Kasikornbank telah berpartisipasi dalam pendanaan Grab. Menjadi makin relevan saat membandingkan investasi Yamaha Motor ke Grab dan Mitsubushi Motor ke Gojek.

Super app seakan-akan telah menjadi magnet tersendiri, menggugah setiap perusahaan untuk berbondong-bondong memenangkan momentum pergeseran tren konsumen teknologi dengan Gojek dan Grab menjadi “lokomotif” transisi tersebut di kawasan regional.

Application Information Will Show Up Here

Razer Akan Integrasikan VISA ke dalam Platform Pembayaran Digital Razer Pay

Razer di kalangan gamer sudah lama dikenal sebagai perusahaan produsen peripheral berkualitas, namun usaha yang diakukan perusahaan di bawah kepemimpinan Min-Liang Tan itu tak terbatas di bidang hardware saja. Mereka juga punya bidang-bidang usaha lain, salah satunya di bidang fintech. Keseriusan di bidang ini telah cukup lama ditunjukkan oleh Razer, dan kini langkah terbaru mereka adalah menjalin kerja sama dengan perusahaan layanan keuangan VISA.

Kerja sama kedua pihak tersebut bertujuan untuk mengembangkan solusi prabayar yang terintegrasi dengan VISA. Saat ini Razer memiliki sebuah aplikasi pembayaran digital bernama Razer Pay yang dapat digunakan untuk menyimpan dan menarik dana, juga melakukan pembayaran di berbagai toko baik online maupun ritel. Integrasi dengan VISA artinya pengguna Razer Pay bisa melakukan pembayaran di merchant yang menerima pembayaran via VISA.

Dengan 60 juta pengguna terdaftar, Razer ingin Razer Pay menjadi solusi pembayaran bagi banyak populasi Asia Tenggara yang saat ini masih belum memiliki rekening bank. Menurut data KPMG tahun 2016, baru 27% dari 600 juta penduduk Asia Tenggara yang sudah memiliki rekening bank, sementara sisanya belum (unbanked). Di beberapa negara seperti Kamboja bahkan angkanya hanya mencapai 5%. Razer Pay bisa menjadi alternatif menarik, apalagi mengingat wilayah Asia Tenggara termasuk wilayah dengan perilaku konsumen mobile-first.

Dalam wawancaranya kepada TechCrunch, Chief Strategy Officer Razer Li Meng Lee berkata bahwa sebelum digital payment menjadi populer seperti sekarang pun sebetulnya sudah banyak yang menggunakannya. Mereka kebanyakan terdiri dari para gamer yang membeli item virtual dengan cara pergi ke mini market lalu membeli voucer. “Karena hal itu, kami telah berhasil membangun lebih dari 1 juta titik layanan di seluruh Asia Tenggara,” ujarnya. Pasar gamer yang kebanyakan terdiri dari kawula muda yang melek teknologi memang terlihat cocok dengan sistem pembayaran digital seperti Razer Pay.

Razer Pay - Merchants
Beberapa merchant yang menerima pembayaran Razer Pay | Sumber: Razer Pay

Razer Pay saat ini telah tersedia di Malaysia sejak 2018, dan Razer baru saja melakukan ekspansi berikutnya ke Singapura. Mereka telah menangani pembayaran untuk beberapa produk besar, termasuk Lazada, Grab, 7-Eleven, dan Starbucks. Tak hanya secara online, Razer Pay juga telah merambah pembayaran offline di titik-titik layanan ritel. Li Meng Lee menyatakan tidak menutup kemungkinan di masa depan Razer Pay akan meluncurkan kartu prabayar fisik.

“Kerja sama dengan Razer adalah kesempatan besar bagi kami untuk menangani cara kerja kami membawa populasi unbanked dan underserved ke dalam sistem finansial,” kata Chris Clark, Regional President for Asia Pacific di VISA, dilansir dari TechCrunch, “Kami akan melakukan beberapa hal bersama Razer di bidang literasi finansial dan perencanaan finansial untuk membawa edukasi tersebut kepada populasi di daerah (Asia Tenggara).”

Fitur VISA di Razer Pay akan diluncurkan untuk wilayah Asia Tenggara dalam beberapa bulan ke depan, disusul oleh implementasinya secara global. Selain pembayaran digital, divisi fintech Razer juga memiliki rencana untuk melebarkan sayap ke layanan microfinance lain, seperti pinjaman atau asuransi.

Sumber: TechCrunch, The Esports Observer

Visa Pamerkan Teknologi Contactless Payment dalam Wujud Kacamata Hitam

Berkat layanan seperti Apple Pay dan Android Pay, konsumen kini dapat melakukan pembayaran menggunakan smartphone atau smartwatch-nya. Channel YouTube ternama Unbox Therapy beberapa bulan lalu sempat mendemonstrasikan bahwa seseorang bisa menghabiskan waktunya seharian di New York tanpa perlu mengeluarkan dompet dan hanya menggunakan Android Pay saja.

Pertanyaannya, apakah smartphone dan smartwatch adalah alat bantu yang paling tepat? Menurut Visa, alternatif lainnya bisa berupa kacamata hitam. Baru-baru ini, mereka mengumumkan rencananya untuk menguji kacamata hitam berteknologi contactless payment ini.

Kalau melihat gambarnya di atas, kacamata ini tampak seperti kacamata hitam biasa. Pada kenyataannya memang demikian, hanya saja di dalam tangkainya telah tertanam chip NFC. Penggunaannya sama persis seperti smartphone atau smartwatch, cukup lepas kacamata lalu dekatkan ke mesin EDC (electronic data capture) dan transaksi pun langsung berhasil.

Visa memilih event Quiksilver dan Roxy Pro Gold Coast 2017 yang diselenggarakan World Surf League sebagai ajang percobaan teknologi ini. Kompetisi surfing sejatinya merupakan pilihan yang tepat, sebab mayoritas pengunjung yang berada di lokasi – yang pastinya di pantai – biasanya enggan membawa dompet.

Lalu ketika mereka hendak membeli sesuatu, entah itu makanan atau merchandise, mereka cukup melepas kacamata dan menggunakannya layaknya sebuah kartu debit. Meski kedengarannya praktis, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana jadinya ketika kacamata itu hilang atau diambil orang?

Visa sendiri bermaksud melakukan pengujian ini untuk meninjau apakah ada demand dari konsumen, serta apakah brand atau bank tertentu mau menjadi sponsor dari kacamata contacless payment ini.

Sumber: The Verge dan CNBC.

Tiket Jalin Kemitraan dengan Anak Usaha Visa CyberSource

CyberSource, perusahaan manajemen pembayaran anak usaha dari Visa Inc., menjalin kerja sama dengan salah satu agen perjalanan online Indonesia (OTA) Tiket. Langkah strategis ini sebelumnya telah dilakukan oleh OTA lainnya yakni Traveloka pada akhir tahun lalu.

Perlu diketahui, CyberSource adalah perusahaan manajemen pembayaran yang menyediakan jasa lengkap untuk menyederhanakan dan mengotomatisasi operasi sistem pembayaran. Di sisi lain, Tiket termasuk salah satu OTA terbesar di Indonesia. Perusahaan ini menyediakan dan memfasilitasi pemesanan tiket online dengan berbagai sistem pembayaran.

Dengan adanya kemitraan ini, seluruh transaksi online yang dilakukan dalam situs maupun aplikasi Tiket diharapkan lebih terjamin keamanannya dari serangan dunia maya. Industri perjalanan online menjadi salah satu industri yang cukup rentan terkena serangan tersebut.

Sejauh ini, dengan berbagai jenis pembayaran yang disediakan, Tiket mengklaim angka penjualan yang bisa diperoleh perusahan meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu.

Chew Ann Wee, Senior Regional Manager CyberSource, mengatakan pada 2019 diperkirakan pasar e-commerce di Indonesia mencapai $16,4 miliar yang dipicu oleh kehadiran OTA. Selain itu, pemesanan kamar hotel lewat jalur OTA diperkirakan meningkat antara 200%-300% menjadi $149 juta di tahun yang sama.

Kemitraan ini diharapkan bisa membantu Tiket untuk memanfaatkan semua peluang yang muncul sekaligus memperluas cakupan wilayah operasionalnya. “Perusahaan juga harus mendapatkan benefit dari kepuasan pelanggan dengan membuktikan proses transaksi yang lancar,” ujar Wee, Selasa (23/8).

Application Information Will Show Up Here

Perjalanan NXL ke Grand Final Extremesland Terancam Gagal Karena Perubahan Aturan Mendadak

Keberhasilan NXL menjuarai kualifikasi Zowie Extremesland Asia CS:GO 2016 memberikan kesempatan bagi jawara eSport lokal ini untuk mewakili Indonesia dalam sesi grand final yang akan dilangsungkan di Shanghai bulan September besok. Sayang sekali, belum lama ini terdengar kabar kurang baik yang mengancam perjalanan NXL menuju laga internasional tersebut.

Lewat sosial media, minggu lalu NXL mengabarkan bahwa dua anggota mereka yakni Albert Gionvanni dan pemain cadangan Steven, kesulitan mendapatkan visa karena permohonan mereka di-cancel. Jika Albert dan Steven tak bisa berangkat, seluruh tim NXL kemungkinan akan gagal tanding di final. Perlu Anda tahu, pembatalan visa berbeda dari penolakan, sebab dengan begitu mereka baru diizinkan terbang di bulan Oktober, saat kompetisi sudah selesai.

Penyebabnya sangat sepele, dan melihat krusialnya event ini bagi NXL, sangat membuat mereka frustasi: visa tertahan karena peraturan baru terkait akan dilaksanakannya pertemuan G20 di Tiongkok bulan September 2016 serta alasan ‘masalah keamanan’. Regulasi tersebut berlaku secara sementara (mulai 10 Agustus sampai G20 rampung), penjabarannya ialah sebagai berikut:

  • Pemohon harus menyertakan paspor lama mereka.
  • Pemohon yang paspornya kosong tidak akan mendapatkan visa.
  • Paspor yang mempunyai visa Arab tidak akan diberi visa Tiongkok.
  • Pemohon yang tidak mempunyai paspor lama tidak akan memperoleh visa.

Peraturan tersebut menjadi kendala bagi dua anggota tim NXL. Albert tidak punya paspor lama karena paspor miliknya sekarang merupakan paspor pertama dan satu-satunya. Sedangkan Steven menggunakan paspor anak-anak dan sama sekali belum mendapatkan visa karena ia memang belum pernah pergi ke luar negeri. Petugas Kedutaan China ‘khawatir’, Steven menyimpan paspor lain.

NXL sudah mencoba memberikan penjelasan pada petugas consulate general, tapi tidak menghasilkan jalan keluar. Probabilitas selanjutnya adalah visa keempat anggota tim akan ditangguhkan dan baru bisa diperoleh di bulan Oktober. Kabar gembiranya, IeSPA mendukung penuh agenda NXL buat berangkat ke final di Shanghai dan telah mengeluarkan surat permohonan pengajuan rekomendasi pada Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga RI.

Tentu saja kita berharap semua masalah ini bisa segera teratasi, memberikan NXL kesempatan untuk bertanding di grand final Extremesland Asia CS:GO 2016.

Ada kabar bahwa perubahan regulasi mendadak karena konferensi G20 juga menyusahkan para pemohon visa beasiswa, dan juga menyebabkan ratusan pabrik di Tiongkok tutup.

Arloji Swatch Bellamy Diciptakan Khusus Buat Pembayaran Elektronik

Di saat produsen jam tangan asal Swiss berlomba-lomba memberikan penawaran smartwatch Android Wear-nya masing-masing, Swatch malah tenang-tenang saja. Kita sebenarnya tidak perlu terlalu heran karena Swatch memang sudah sangat berbeda dari akarnya. Lihat saja desain jam tangannya.

Namun hal itu bukan berarti Swatch benar-benar mengabaikan pasar smartwatch begitu saja. Bulan Februari kemarin, mereka sempat merilis Swatch Touch Zero One yang ditujukan secara khusus buat penggemar voli pantai. Kini mereka kembali memperkenalkan smartwatch dengan ide yang jauh lebih sederhana lagi, yaitu pembayaran elektronik.

Dinamai Swatch Bellamy, smartwatch ini cuma punya satu fungsi, yaitu melangsungkan pembayaran elektronik. Karena fungsinya terbatas pada itu saja, saya pun agak ragu menyebutnya sebagai sebuah smartwatch. Terlepas dari itu, sampai sekarang memang belum ada arloji tradisional yang dibekali fitur serupa.

Seperti yang kita tahu, pembayaran elektronik memerlukan mitra yang berpengalaman di bidangnya. Dalam kasus ini, Swatch memilih untuk bermitra langsung dengan Visa, yang berarti semua pemilik kartu Visa bisa melangsungkan pembayaran dengan menempelkan arlojinya ke mesin khusus. Bellamy bisa digunakan di negara mana saja asalkan mesin yang mendukung tersedia.

NFC sudah pasti menjadi komponen utama Bellamy. Tapi uniknya, ia sama sekali tak dibekali Wi-Fi maupun Bluetooth. Hal ini ternyata berkaitan dengan faktor keamanan; Swatch rupanya tidak mau ada celah berbahaya sedikitpun pada Bellamy yang disebabkan oleh koneksi dengan jaringan cloud.

Swatch juga memastikan bahwa komponen NFC ini sama sekali tak mengonsumsi energi untuk bekerja. Dengan demikian, daya tahan baterai Bellamy pun tidak berbeda dari jam tangan Swatch pada umumnya.

Swatch pertama kali mengumumkan Bellamy di Tiongkok pada bulan Oktober kemarin. Pada saat itu harga yang diumumkan adalah ¥580 atau sekitar Rp 1,25 juta. Swatch Bellamy rencananya juga bakal dipasarkan di AS, Swiss dan Brasil mulai awal tahun depan. Belum ada keterangan apakah ia bakal menyusul ke kawasan lainnya.

Nama Bellamy sendiri dipilih sebagai bentuk apresiasi terhadap seorang novelis bernama Edward Bellamy yang pernah mengisahkan dunia utopia dimana uang tunai telah digantikan oleh kartu kredit/debit. Entah dari mana beliau mendapat idenya, mengingat novel tersebut dirilis di tahun 1888.

Sumber: Swatch dan Wareable.

Visa Sebut Indonesia dengan Tren Pertumbuhan M-Commerce Paling Tinggi di Asia Pasifik

Visa sebut Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan mcommerce paling tinggi / Shutterstock

Visa mengeluarkan laporan mengenai tren penggunaan berjudul “Visa’s 2015 Regional eCommerce Monitor Survey”. Dalam laporan tersebut disimpulkan bahwa budaya berbelanja menggunakan m-commerce (mobile commerce) di Asia Pasifik akan terus tumbuh. Kategori populer untuk pembelanjaan menggunakan m-commerce di kawasan Asia Pasifik didominasi oleh fashion, tagihan bulanan, dan film dengan masing-masing memperoleh 27 persen. Continue reading Visa Sebut Indonesia dengan Tren Pertumbuhan M-Commerce Paling Tinggi di Asia Pasifik

Partnering with BNI, Sribu Aims for 50 Thousand New Clients

Two days ago (30/3), Sribu announced their partnership with BNI, one of biggest banks in Indonesia, upon providing payment facility using BNI credit card with VISA logo on it. The benefit that users may get would be 10% of discount when they do transaction at Sribu. The partnership allowed Sribu to target on having up to 50 thousand new clients. Continue reading Partnering with BNI, Sribu Aims for 50 Thousand New Clients