CICIL Expands to Close Loop Financing, Developing PayLater Product for Warung Pintar Partners

CICIL fintech lending platform expands its business to close loop financing for MSME productive loans. This is the first partnership for both companies in developing the financing product.

CICIL’s Co-Founder & CEO, Edward Widjonarko said this diversification strategy is part of the company’s innovation in developing its services. Although the company still focusing on education financing since it was first established in 2016.

“This step opens up an opportunity for us to be able to diversify our market segments and services to encourage inclusive and responsible productive financing,” Edward said to DailySocial.

In a series of education financing products, he continued, CICIL has four financing products, tuition fees (CICIL Tuition), college supplies (CICIL Barang), course financing and certification (CICIL Learning), in collaboration with various edtech platform services.

“Besides funding for students, we have also developed financing for institutions (CICIL Institutions), especially for university level, schools, and course institutions to fulfill the required cost of developing digitalization of campus infrastructure.”

Furthermore, to launch a non-financing feature, CICIL Jobs aiming to help students with side jobs that can help them pay off their education installments independently. Furthermore, CICIL Learns to provide a wide selection of course, training, and certification vouchers.

Currently, CICIL has distributed more than 85 thousand education funding for students across 260 universities in 57 cities by maintaining TKB90 at 97.8%. With a combination of all products, he attempts to achieve financing distribution of up to Rp300 billion by the end of 2021.

Bon Pintar (Smart Bill)

Smart Bill / Warung Pintar

Along with Warung Pintar, CICIL developed Bon Pintar, a payment method solution for shop owners to buy goods right away and make payments when they are due (buy now pay later) on the e-commerce platform.

By utilizing transaction history data and application usage, Warung Pintar facilitates its users to increase stock without having to seek additional capital from outside the ecosystem.

The mechanism is fairly simple, it’s through the Warung Pintar application, from submission, verification, to the use of the funds. After passing the verification, the shop owner can immediately restock and pay the bill 14 days later.

The shop’s business is said to be more efficient because the Warung Pintar application is getting more functional to provide all the needs of a warung, from stock fulfillment, product tracking, monitoring stall performance, and access to capital.

Warung Pintar’s Group CEO, Agung Bezharie said, Warung Pintar as a platform aims to view the needs from stall entrepreneurs standpoint, while in this challenging situation, getting additional capital to increase stock or widen stock options is a pain-point for almost all Warung Pintar partners.

“CICIL has the same vision to provide loan products for MSMEs. [..] Within a few weeks of being launched, thousands of shop owners have been helped by Bon Pintar’s services. We continue to bring the spirit of mutual cooperation to continue to grow this service, therefore, it is to rise with the half million shop owners on our platform,” Agung said in an official statement.

He explained, each stall gets a different capital size according to the shopping history data and activities in the Warung Pintar application. After obtaining permission from the shop owner, transaction data will be used as a credit score to be developed along with CICIL. Moreover, Warung Pintar can minimize the risk of late payments.

Warung Pintar is targeting 150 thousand active Juragan (stall owners in Warung Pintar) can use Bon Pintar services. In the future, Warung Pintar will continue to strengthen its strategic partnership to continue providing financial solutions that can broadly reach shop owner.

Edward agreed on this. He expects that Bon Pintar can be the beginning for CICIL to expand its close-loop financing services similar to other companies with intention to develop productive financing services for partners in its ecosystem.

“Especially in collaborating with Warung Pintar, we expect CICIL can continue to collaborate closely with Warung Pintar to provide more comprehensive financing service innovations for stall partners, not limited to Bon Pintar financing,” Edward said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

CICIL Perluas ke Pembiayaan “Close Loop”, Kembangkan Produk PayLater untuk Mitra Warung Pintar

Platform fintech lending CICIL memperluas bisnis ke pembiayaan close loop untuk pinjaman produktif UMKM. Warung Pintar menjadi rekan perdana perusahaan, baik satu sama lain, dalam mengembangkan produk pembiayaan tersebut.

Menurut Co-Founder & CEO CICIL Edward Widjonarko, strategi diversifikasi ini adalah bagian dari inovasi perusahaan dalam mengembangkan layanannya. Meski begitu, pembiayaan pendidikan masih menjadi fokus utama dari perusahaan sejak pertama kali berdiri di 2016.

“Langkah ini juga membuka kesempatan bagi kami untuk dapat mendiversifikasi segmen pasar dan layanan kami untuk mendorong pembiayaan produktif yang inklusif dan bertanggung jawab,” terang Edward kepada DailySocial.

Dalam rangkaian produk pembiayaan pendidikan, lanjutnya, CICIL memiliki empat produk pembiayaan, yakni uang kuliah (CICIL Uang Kuliah), perlengkapan kuliah (CICIL Barang), pembiayaan kursus dan sertifikasi (CICIL Belajar), dengan bekerja sama dengan berbagai layanan platform edtech.

“Di luar pembiayaan bagi mahasiswa, kami juga telah mengembangkan pembiayaan bagi institusi (CICIL Institusi), khususnya untuk pembiayaan bagi universitas, sekolah, dan lembaga kursus dalam memenuhi kebutuhan biaya pengembangan digitalisasi infrastruktur kampus.”

Berikutnya, meluncurkan fitur non-pembiayaan, yakni CICIL Jobs yang bertujuan untuk membantu mahasiswa pengguna CICIL untuk mendapatkan pekerjaan sampingan yang dapat mempermudah pelunasan cicilan pendidikan mereka secara mandiri. Selanjutnya, CICIL Belajar untuk menyediakan berbagai pilihan voucher kursus, pelatihan, dan sertifikasi.

Saat ini CICIL telah menyalurkan lebih dari 85 ribu pembiayaan pendidikan bagi mahasiswa yang tersebar di 260 universitas di 57 kota dengan mempertahankan TKB90 di angka 97,8%. Dengan gabungan dari keseluruhan produk, dia menargetkan sepanjang tahun ini dapat mencapai penyaluran pembiayaan hingga Rp300 miliar di akhir 2021.

Produk Bon Pintar

Bon Pintar / Warung Pintar

Bersama Warung Pintar, CICIL mengembangkan Bon Pintar, solusi metode pembayaran yang memudahkan pemilik warung membeli barang sekarang dan pembayaran dilakukan saat jatuh tempo (buy now pay later) di platform e-commerce.

Dengan memanfaatkan data riwayat transaksi dan penggunaan aplikasi, Warung Pintar memfasilitasi para penggunanya untuk meningkatkan stok tanpa harus mencari tambahan modal dari luar ekosistem aplikasi.

Mekanismenya terbilang simpel cukup melalui aplikasi Warung Pintar, mulai dari pengajuan, verifikasi, hingga penggunaan dananya. Setelah lolos verifikasi, pemilik warung dapat langsung memenuhi kebutuhan stok dan membayar tagihannya 14 hari kemudian.

Operasional bisnis warung diklaim semakin efisien karena aplikasi Warung Pintar semakin fungsional, memiliki semua kebutuhan bisnis warung, mulai dari pemenuhan stok barang, pelacakan produk, memantau kinerja warung, hingga akses ke permodalan.

CEO Warung Pintar Group Agung Bezharie mengatakan, Warung Pintar sebagai platform berusaha melihat kebutuhan dari sudut pandang pengusaha warung, yang di masa penuh tantangan seperti sekarang, mendapatkan tambahan modal untuk meningkatkan stok atau melebarkan pilihan stok merupakan pain-point yang dihadapi hampir seluruh mitra Warung Pintar.

“CICIL memiliki visi yang sama untuk dapat menghadirkan produk pinjaman bagi UMKM. [..] Dalam beberapa minggu diluncurkan, sudah ribuan pemilik warung yang terbantu oleh layanan Bon Pintar. Kami terus membawa semangat gotong royong untuk terus membesarkan layanan ini agar bisa bangkit bersama setengah juta pemilik warung yang ada di platform kami,” ucap Agung dalam keterangan resmi.

Dia menjelaskan, tiap warung mendapatkan kapasitas permodalan yang berbeda sesuai dengan data riwayat belanja dan kegiatan yang dilakukan dalam aplikasi Warung Pintar. Setelah mendapatkan izin dari pemilik warung, data transaksi digunakan sebagai credit scoring yang dibangun bersama dengan CICIL. Berkat hal ini, Warung Pintar dapat meminimalisir resiko keterlambatan pembayaran.

Warung Pintar menargetkan 150 ribu Juragan aktif (sebutan pemilik warung di Warung Pintar) dapat menggunakan layanan Bon Pintar. Ke depannya, Warung Pintar akan terus memperkuat kerjasama strategisnya dengan lebih banyak pihak untuk terus tumbuh menghadirkan solusi finansial yang dapat menjangkau pemilik warung lebih luas lagi.

Hal yang sama diungkapkan Edward. Dia berharap Bon Pintar dapat menjadi permulaan bagi CICIL untuk memperbanyak layanan close loop financing sejenis dengan perusahaan lainnya yang ingin mengembangkan layanan pembiayaan produktif bagi mitra di dalam ekosistemnya.

“Khususnya dalam kerja sama dengan Warung Pintar, kami berharap CICIL dapat terus berkolaborasi secara erat dengan Warung Pintar untuk menghadirkan inovasi layanan pembiayaan yang lebih menyeluruh bagi mitra warung, tak terbatas pada pembiayaan Bon Pintar saja,” tutup Edward.

Warung Pintar Umumkan Kehadiran sebagai “Holding Supply Chain”

Warung Pintar mengumumkan posisinya sebagai grup yang khusus menaungi solusi rantai pasok untuk ekosistem warung, mulai dari pemilik warung, toko kelontong, pengusaha grosir, distributor, hingga brand. Kabar ini diumumkan selang empat bulan setelah aksi akuisisinya terhadap Bizzy.

Saat ini Warung Pintar Group memiliki empat solusi digital yang masing-masing bertugas untuk membantu penguatan rantai pasok warung dari hulu ke hilir.

Pertama, aplikasi Warung Pintar yang ditujukan untuk para pemilik warung dan toko kelontong untuk memenuhi stok warung. Fitur lain yang tersedia adalah fitur Catatan Pintar (pencatatan utang), Komunitas Pintar (program pengembangan bisnis warung), dan Iklan Pintar (pemasukan iklan brand untuk pemasukan tambahan warung).

Kedua, aplikasi Grosir Pintar yang digunakan oleh toko grosir agar dapat terhubung langsung dengan ratusan pemilik warung dalam jarak 5-10 km. Selain itu, tersedia fitur Bisnis Pintar untuk pengadaan inventaris. Sejauh ini perusahaan telah menggandeng lebih dari 600 mitra pengusaha grosir ang masing-masing melayani sekitar 200-300 pemilik warung yang masuk dalam aplikasi tersebut.

Ketiga, Warung Pintar Distribusi yang telah hadir sejak awal perusahaan berdiri. Layanan ketiga ini sekarang semakin solid karena memiliki lebih dari 50 gudang dan depo di seluruh Indonesia. Terdapat sistem manajemen gudang dan solusi inventaris di dalamnya.

Terakhir, Bizzy Connect yang merupakan produk terbaru, menghubungkan brand dan distributor langsung ke pemilik warung. Sistem distribusi digital yang terintegrasi ini didukung dengan aplikasi untuk manajemen salesman hingga sistem pelacakan pengiriman yang efektif. Bagi brand, dilengkapi dasbor untuk memantau distribusi barang secara langsung.

Sumber: Warung Pintar Group

Kini, terdapat lebih dari 500 brand dan distributor yang bergabung, termasuk nama besar seperti Reckitt Benckiser dan Coca Cola. “Pada 2021 ini kami berhasil melengkapi solusi digital untuk channel tradisional, kehadiran Bizzy buat kami semakin kaya solusinya,” ucap CEO Warung Pintar Group Agung Bezharie Hadinegoro dalam konferensi pers virtual, Rabu (7/7).

Solusi dari Warung Pintar Group diklaim mampu mendorong peningkatan efisiensi warung karena pemilik warung dapat efisien hingga 40% baik itu dari sisi harga yang bersaing dan mendapat pendapatan tambahan. Pun, bagi pemilik brand dan distributor kini dapat terhubung langsung dengan warung, tanpa ada lagi pihak penengah. Pemilik warung memiliki lebih banyak sumber produk dengan harga bersaing, hampir 20%-25% lebih murah.

Agung menyadari di tengah pandemi ini warung termasuk sektor yang paling terdampak. Berdasarkan hasil survei internal perusahaan, pada awal pandemi, sebanyak 93% pemilik warung mengalami penurunan penjualan hingga 28%.

Di satu sisi, sebesar 74% (sekitar $267 miliar) bisnis ritel Indonesia terjadi di channel tradisional dan jumlah warung adalah 60% dari angka tersebut. Warung juga menjadi channel distribusi utama dengan kontribusi terhadap PDB sebesar empat kali lebih tinggi dari e-commerce.

Pangkal masalah pada warung adalah sistem distribusinya yang berlapis yang menurunkan efisiensi antara 20%-25%. Informasi yang terfragmentasi dan asimetris menyebabkan alpanya visibilitas data yang menghambat pertumbuhan semua pihak, sayangnya banyak pemain yang berusaha membawa solusi hanya pada satu pihak. Hal tersebut mendisrupsi pasar yang akhirnya meningkatkan terjadi skeptisisme adopsi digital pada ekosistem warung.

“Solusi digital Warung Pintar Group dirancang sebagai kekuatan fundamental yang sangat dibutuhkan untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan di dalam salah satu channel distribusi terbesar di Indonesia,” tambah Agung.

Konferensi pers virtual Warung Pintar Group / DailySocial

Langkah berikutnya

Dengan posisi baru sebagai grup, Agung menjelaskan fokus perusahaan akan kembali ke akar bahwa warung harus lebih kuat dari sebelumnya. Oleh karenanya, perusahaan akan membawa lebih banyak fitur baru yang segera dirilis pada tahun ini. Sayangnya, ia enggan membeberkan lebih lanjut.

Menurutnya, meski ada banyak minimarket hingga supermarket, warung tetap memegang peranan penting. Lantaran tidak hanya menjadi tempat transaksional, tapi sebagai suatu komunitas untuk berkumpul dan mengobrol. Terlebih, di Indonesia ruang untuk tumbuhnya layanan e-commerce masih begitu besar.

“Warung digital itu adalah kendaraan yang bisa membawa menuju pintu gerbang yang bisa menjangkau lebih banyak orang Indonesia masuk ke platform digital.”

Sebagai bagian dari transformasi, kini Warung Pintar tidak lagi menyediakan warung gerobak kuning. Terhitung saat ini Warung Pintar Group tumbuh 100 kali lipat sejak awal pandemi untuk jumlah warung yang dilayani -dari 5 ribu menjadi 500 ribu warung. Artinya, 1 dari 7 warung yang ada di Indonesia berada dalam jaringan Warung Pintar Group.

Adapun pengguna aktifnya mencapai 106 ribu warung yang bertransaksi setiap bulannya. Disebutkan juga perusahaan telah memroses jutaan transaksi pada tahun ini. Agung menargetkan Warung Pintar dapat menggaet hingga 1 juta warung sampai tahun depan.

Terkait pemberitaan soal penggalangan dana, ia menyampaikan bahwa $6 juta tersebut adalah bagian dari aksi akuisisi perusahaan terhadap Bizzy, sehingga bukan putaran khusus. Namun demikian, ia bilang saat ini perusahaan sedang aktif berdiskusi dengan investor soal kemungkinan putaran baru.

“Kita aktif ngobrol dengan investor, yang mana yang bisa memberikan semangat gotong royong, yang bisa kasi tambahan value dan kapabilitas kepada kami agar lebih banyak warung yang terdigitalisasi,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Warung Pintar Reportedly Secures 87 Billion Rupiah Series B Funding

Warung Pintar is reportedly to secure series B1 round. According to our sources, the value reached $6 million or equivalent to 87 billion Rupiah. The investor leading this round is East Ventures, supported by Vertex Ventures. Both are investors from the previous round.

We have contacted relevant representative, however, we have not received a reply until this news is published.

This new investment brings Warung Pintar’s valuation to [est] $169 million. This is following the company’s previous series A round in 2019.

Previously, aside from the two venture capitalists, Warung Pintar also supported by a number of investors including EV Growth, Agaeti Venture (now AC Ventures), LINE Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Triputra Group, Digital Garage, OVO Fund, and angel investors.

In an interview with DailySocial in late May 2021, Warung Pintar’s Co-Founder & CEO, Agung Bezharie said that the company’s mission is to present the most complete solution in the warung business ecosystem. This includes solutions for shop owners, wholesalers, small to large distributors, as well as brand owners.

“We are digitizing and integrating every stakeholder with our supply chain system to create better transparency and efficiency,” he said.

Earlier this year, Warung Pintar also announced its acquisition of Bizzy for $45 million. Although it remains a separate business entity, this acquisition allows Warung Pintar to gain access to new channels in the Bizzy network, including wholesalers, distributors, to brands/manufacturers.

Bizzy is known as a B2B e-commerce that provides complete technology-based procurement services.

This supply chain is also a new evolution of the Warung Pintar business model. Through the Grosir Pintar application, they provide inventory management and logistics services for wholesale owners; makes it easy to connect to the warung channels on the network.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Warung Pintar Dikabarkan Raih Pendanaan Seri B 87 Miliar Rupiah

Warung Pintar dikabarkan telah membukukan pendanaan baru dalam putaran seri B1. Menurut sumber informasi yang kami peroleh, nilainya mencapai $6 juta atau setara 87 miliar Rupiah. Adapun investor yang memimpin putaran ini adalah East Ventures, didukung Vertex Ventures. Keduanya juga merupakan investor lama Warung Pintar.

Kami telah menghubungi pihak terkait, namun sampai berita ini terbit belum mendapatkan balasan.

Investasi baru ini membawa valuasi Warung Pintar di angka [est]  $169 juta. Ini sekaligus melanjutkan perolehan perusahaan pada tahun 2019 lalu dalam putaran seri A.

Sebelumnya, selain dua pemodal ventura tersebut, Warung Pintar turut didukung sejumlah investor termasuk EV Growth, Agaeti Venture (sekarang AC Ventures), LINE Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Triputra Group, Digital Garage, OVO Fund, dan angel investor.

Dalam wawancara bersama DailySocial akhir Mei 2021 lalu, Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie mengatakan bahwa misi perusahaannya adalah menghadirkan solusi yang paling lengkap dalam ekosistem bisnis warung. Ini termasuk solusi untuk pemilik warung, pedagang grosir, distributor kecil hingga besar, dan juga para pemilik brand.

“Kami mendigitalkan dan mengintegrasikan setiap stakeholder dengan sistem supply chain kami sehingga menciptakan transparansi dan efisiensi yang lebih baik,” ujarnya.

Awal tahun ini Warung Pintar juga mengumumkan akuisisinya terhadap Bizzy senilai $45 juta. Kendati tetap menjadi entitas bisnis terpisah, akuisisi ini memungkinkan Warung Pintar mendapatkan akses ke kanal baru di jaringan Bizzy, termasuk pedagang grosir, distributor, hingga brand/manufacturer.

Diketahui sebelumnya Bizzy merupakan e-commerce B2B yang memberikan layanan procurement lengkap berbasis teknologi.

Supply chain ini juga menjadi evolusi baru dari model bisnis Warung Pintar. Lewat aplikasi Grosir Pintar, mereka menyediakan layanan manajemen inventaris dan logistik bagi pemilik grosir; memudahkan terhubung dengan kanal-kanal warung di jaringannya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Misi Warung Pintar Group Perkuat Ekosistem Bisnis Warung

Startup binaan East Ventures, Warung Pintar, kini telah bertransformasi menjadi startup yang mengedepankan konsep new retail dengan memperkuat posisi di pasar e-commerce B2B.

Setelah mengakuisisi Bizzy awal tahun ini dengan nilai mencapai $45 juta atau sekitar Rp633 miliar, masih banyak rencana dan target yang ingin dicapai perusahaan. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie mengungkapkan beberapa poin penting dan rencana perusahaan yang telah bervaluasi centaur (lebih dari $100 juta) ini ke depannya.

Menjawab permasalahan di ekosistem

Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie saat kegiatan / Warung Pintar

Berdiri di tahun 2017, Warung Pintar menawarkan solusi untuk permasalahan yang dihadapi pelaku usaha mikro yang selama ini menjadi fondasi perekonomian Indonesia. Pengembangan produk yang terjadi di dalam Warung Pintar Group saat ini diklaim merupakan hasil pemahaman mendalam.

“Setiap eksperimen, diskusi-diskusi yang terjadi dengan berbagai stakeholder di dalam ekosistem general trade, dan juga berbagai perspektif yang terus bersinggungan dari tim Warung Pintar mempertajam solusi yang kami coba hadirkan untuk terus memberikan nilai lebih di dalam proses distribusi di bisnis warung di Indonesia,” kata Agung.

Untuk dapat menghadirkan solusi, ide sederhana yang menjadi langkah awal Warung Pintar perlu terus berevolusi agar tetap relevan dan dapat menjawab permasalahan setiap pelaku industri di ekosistem.

“Hari ini Warung Pintar Group memiliki solusi paling lengkap untuk setiap stakeholder di dalam ekosistem bisnis warung. Mulai dari solusi untuk pemilik warung, pedagang grosir, distributor kecil hingga besar, dan juga para pemilik brand. Kami mendigitalisasi dan mengintegrasikan setiap stakeholder dengan sistem supply chain kami sehingga menciptakan transparansi dan efisiensi yang lebih baik.”

Dengan mengedepankan teknologi di awal, Warung Pintar mencoba untuk menggarap semua hal yang paling relevan di ekosistem. Langkah tersebut banyak dilakukan para pemain industri yang melihat permasalahan kompleks di berbagai sisi.

Ekspansi area layanan

COO Warung Pintar Harya Putra dan CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro di Banyuwangi

Saat ini makin banyak startup yang menyasar kota-kota di tier 2 dan 3.  Agung memastikan Warung Pintar tidak hanya fokus pada ekspansi di kota-kota tier 1.

Banyuwangi menjadi langkah awal persebaran mereka di luar kota besar dan menjadi blue print dalam menentukan strategi yang tepat sesuai kebutuhan kotanya. Perusahaan dan Pemkab Banyuwangi menerapkan strategi hyperlocal, berupa pemberdayaan UMKM setempat untuk berjualan di Warung Pintar dan menjadikan unit Warung Pintar sebagai pusat informasi pariwisata.

Perusahaan mengklaim telah berhasil memperbanyak active transacting user hingga lebih dari 100.000 warung. Per hari ini Warung Pintar Group telah berada di lebih dari 150 kota dan kabupaten di Indonesia. 52 warehouse milik Warung Pintar Group bekerja sama dengan lebih dari 350 Grosir dan Distributor di Indonesia memungkinkan perusahaan untuk merambah lebih banyak kota dalam waktu yang lebih singkat.

Positioning Warung Pintar Group hari ini adalah solusi terlengkap untuk setiap stakeholder dalam ekosistem bisnis warung di Indonesia,” klaim Agung.

Warung Pintar juga aktif menjalin kerja sama strategis dengan startup dan perusahaan teknologi. Salah satunya adalah dengan pengembang aplikasi pengelola arus kas pengusaha mikro BukuWarung tahun 2020 lalu. Masing-masing startup yang merupakan portofolio East Ventures ingin mengakomodasi kebutuhan khusus para pelaku UMKM di Indonesia, seperti warung-warung kecil.

Tahun 2020 lalu Warung Pintar juga meresmikan kolaborasi dengan Grab dalam rangka mempermudah konsumen Grab berbelanja kebutuhan sehari-hari melalui warung milik Juragan Warung Pintar (sebutan pemilik warung) di dalam opsi GrabMart. Kerja sama ini sudah terjalin sejak akhir Juni 2020. Ditargetkan melalui kerja sama tersebut sampai akhir tahun 2020 setidaknya dapat menambah 400 warung ke dalam GrabMart yang berlokasi di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.

Selama pandemi, Grab telah mendigitalisasi lebih dari 185 ribu UKM dan 32 ribu pedagang tradisional di ratusan kota di Indonesia ke dalam ekosistem digitalnya.

Rencana usai akuisisi Bizzy

Warung Pintar dan Bizzy bersinergi di pasar retailer dan B2B / East Ventures
Warung Pintar dan Bizzy bersinergi di pasar retailer dan B2B / East Ventures

Pasca akuisisi Bizzy, solusi yang ditawarkan perusahaan menjadi semakin lengkap, termasuk untuk pemilik warung, pedagang grosir, distributor, hingga brand atau manufacturer. Akuisisi ini menggabungkan dua perusahaan (yang kebetulan merupakan portofolio East Ventures) yang telah bekerja sama dengan 600 merek dan melayani 230 ribu retailer di 65 kota seluruh Indonesia.

Bizzy tetap menjadi entitas yang akan fokus menjembatani sinergi kedua perusahaan dengan brand dan distributor, serta memungkinkan mereka untuk menjadi ekosistem pengecer digital. Warung Pintar lebih fokus pada upaya digitalisasi para retailer-nya, sedangkan Bizzy fokus dalam melayani para mitra brand dan distributor.

“Sejak awal hingga hari ini visi Warung Pintar tetap sama, yaitu mendigitalisasi channel distribusi terbesar di Indonesia yaitu warung, serta komunitas yang ada di sekitarnya, sehingga mereka siap menjadi masa depan kemajuan ekonomi Indonesia,” tutup Agung.

Application Information Will Show Up Here

Warung Pintar Officially Acquired Bizzy

New retail startup Warung Pintar has officially announced its acquisition of Bizzy, a B2B logistics and supply chain distribution startup. The acquisition value reached $45 million or around Rp633 billion.

Through this acquisition, Warung Pintar is to strengthen its position in the B2B e-commerce market and predicted to grow three times of the B2C market.

“[Acquisition] Bizzy as a whole, not just a particular business unit,” East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca said in a short message to DailySocial.

Previously, Bizzy was a B2B e-commerce platform that has pivoted into the logistics and distribution business. Bizzy Logistics is known as PT Bina Sinar Amity, an integrated logistics, export, and import service provider company. Meanwhile, Bizzy Distribution is legally under PT Sinarmas Distribution Nusantara.

Apart from being affiliated with the Sinarmas group, Bizzy is also a portfolio of East Ventures. Sinarmas, through its venture capital unit, SMDV, is also a part of EV Growth.

Ready for the momentum of B2B e-commerce

Quoting various data sources, the current B2B e-commerce revenue in Indonesia accounts for less than half of the total e-commerce revenue in 2020. As an illustration, B2B e-commerce revenue in India contributes 93% of total e-commerce revenue there and 72% in China.

Warung Pintar’s Co-Founder & CEO, Agung Bezharie said that the two companies are to realize the same mission, transforming traditional retailers, and increasing their efficiency in the supply chain, which is considered fragmented with two different approaches.

Therefore, Agung expects to change the digital-based distribution approach which has mostly been driven by massive promotions and discounts in order to acquire customers.

“Bizzy’s joining the Warung Pintar ecosystem allows the company to guarantee product availability and reasonable prices with its partners,” Agung said in a press release received by DailySocial.

Furthermore, Bizzy’s CEO, Andrew Mawikere added that after the acquisition, Bizzy will remain an entity that will focus on bridging the synergy between the two companies with brands and distributors and enabling them to become a digital retail ecosystem.

This means as the synergy established, Warung Pintar can focus more on digitizing its retailers, while Bizzy focuses on serving brand partners and distributors.

“After Bizzy’s entry as part of Warung Pintar, there will be no other players integrated into our supply chain. That way, we can serve brands and distributors with various added value and data-based strategies on a large scale,” Andrew said.

Was founded in 2017, Warung Pintar offers solutions to micro-entrepreneurs’ problems that have been the foundation of the Indonesian economy with a 70% contribution to total retail transactions in Indonesia. Meanwhile, this acquisition will combine two companies that have collaborated with 600 brands and serve 230 thousand retailers in 65 cities throughout Indonesia.

Willson also sees opportunities for synergy and efficiency that will be created by joining the two companies. “Warung Pintar is an on-demand platform, while Bizzy comes from the supply side. Combined, they can serve consumers, retailers, and brands in the most effective way. This is a real 1 + 1 = 3,” he said in an official statement.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Warung Pintar Umumkan Akuisisinya Terhadap Bizzy

Startup new retail Warung Pintar resmi mengumumkan akuisisinya terhadap Bizzy, startup logistik dan distribusi supply chain B2B. Nilai akuisisi mencapai $45 juta atau sekitar Rp633 miliar.

Melalui akuisisi ini, Warung Pintar ingin memperkuat posisinya di pasar e-commerce B2B dengan pertumbuhan yang diprediksi mencapai tiga kali lipat dari pasar B2C.

“[Akuisisi] Bizzy secara keseluruhan, bukan unit bisnis tertentu saja,” ujar Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Sebelumnya Bizzy adalah platform e-commerce B2B yang telah pivot menjadi bisnis logistik dan distribusi. Bizzy Logistics dikenal sebagai PT Bina Sinar Amity, sebuah perusahaan penyedia jasa logistik, ekspor, dan impor terintegrasi. Sementara Bizzy Distribution secara legal berada di bawah PT Sinarmas Distribusi Nusantara.

Selain terafiliasi grup Sinarmas, Bizzy juga merupakan portofolio dari East Ventures. Sinarmas sendiri melalui unit modal venturanya, SMDV, juga menjadi bagian EV Growth.

Bersiap pada momentum pertumbuhan e-commerce B2B

Mengutip berbagai sumber data, saat ini pendapatan e-commerce B2B di Indonesia menyumbang tak sampai setengah dari total pendapatan e-commerce keseluruhan di 2020. Sebagai gambaran, pendapatan e-commerce B2B di India berkontribusi sebesar 93% terhadap total pendapatan e-commerce di sana dan 72% di Tiongkok.

Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie mengatakan, kedua perusahaan ingin mewujudkan misi yang sama, yakni mentransformasikan peritel tradisional dan meningkatkan efisiensinya terhadap rantai pasokan yang saat ini dinilai masih terpecah-pecah dengan dua sisi pendekatan yang berbeda.

Maka itu, Agung berharap dapat mengubah pendekatan distribusi berbasis digital yang sejak dulu kebanyakan didorong oleh promosi dan diskon besar-besaran demi meraup pelanggan.

“Bergabungnya Bizzy ke dalam ekosistem Warung Pintar memungkinkan perusahaan untuk menjamin ketersediaan produk dan harga yang wajar dengan para mitranya,” ujar Agung dalam keterangan pers yang diterima DailySocial.

Lebih lanjut, CEO Bizzy Andrew Mawikere menambahkan pasca-akuisisi nanti, Bizzy tetap menjadi entitas yang akan fokus dalam menjembatani sinergi kedua perusahaan dengan brand dan distributor, serta memungkinkan mereka untuk menjadi ekosistem pengecer digital.

Artinya, sinergi akan tetap terjalin, Warung Pintar dapat lebih fokus pada upaya digitalisasi para retailer-nya, sedangkan Bizzy fokus dalam melayani para mitra brand dan distributor.

“Setelah masuknya Bizzy sebagai bagian dari Warung Pintar, nantinya tidak akan ada pemain lain terintegrasi ke dalam rantai pasokan kami. Dengan begitu, kami dapat melayani brand dan distributor dengan value added yang belum pernah ada sebelumnya serta strategi berbasis data dalam skala besar,” tutur Andrew.

Berdiri di 2017, Warung Pintar menawarkan solusi masalah dihadapi pelaku usaha mikro yang selama ini menjadi fondasi perekonomian Indonesia dengan kontribusi sebesar 70% terhadap total transaksi ritel di Indonesia. Adapun, akuisisi ini akan menggabungkan dua perusahaan yang telah bekerja sama dengan 600 merek dan melayani 230 ribu retailer di 65 kota seluruh Indonesia.

Willson juga melihat adanya peluang sinergi dan efisiensi yang bakal tercipta dengan bergabungnya kedua perusahaan ini. “Warung Pintar adalah platform dari sisi permintaan, sedangkan Bizzy dari sisi suplai. Jika digabungkan, mereka dapat melayani konsumen, pengecer, dan merek dengan cara yang paling efektif. Ini benar-benar 1+1=3,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Warung Pintar Introduces Application for Wholesalers, Entering the Supply Chain Business

The new retail startup Warung Pintar recently launched its latest innovation. Named “Grosir Pintar”, the application seeks to provide wholesale entrepreneurs access to inventory management and reach a wider market.

Simply put, wholesale owners can immediately offer their merchandise to shop owners which registered with the Warung Pintar application. This new feature is also equipped with logistics services to support the delivery of goods.

“Warung Pintar directly cooperates with wholesale entrepreneurs who stand alone in each region. We do this to maintain the quality of goods and services to keep them optimal and encourage empowerment in the entire shop ecosystem,” Warung Pintar’s Co-Founder & COO Harya Putra said.

He further explained that shop owners have access to a wider variety of goods, including local specialty products, at competitive prices; and can receive orders within hours through the same-day delivery service.

“Delivery of goods, both for wholesalers and shop owners, is performed by the logistics system owned by Warung Pintar. Embracing local residents to join as couriers, is one of our efforts to revive the economy in the region as a whole by providing equal benefits,” Harya added.

The business model applied by Grosir Pintar is commission based. Although he did not explain the details, Harya explained that the calculations were in accordance with the agreement with the wholesalers and adjusted to the established standards.

“Starting from direct findings from wholesalers in the field, in the midst of this pandemic, there are physical limitations that lead to difficulties in reaching shop customers, the fulfillment of goods, and increased logistics costs. That’s why we embraced more than 60 of the best wholesalers in 14 cities,” Harya said.

Starting in Surabaya, until now, Grosir Pintar can be accessed in Jakarta, Bandung, Depok, Kediri, Mojokerto, Jember, and several other cities in Java.

Warung supply chain

Digital players are increasingly working on the supply chain business for warungs. With a unique approach, currently, there are several startups playing in this area. First, with the capital financing approach (invoice financing), startups like AwanTunai make it easier for shop owners to fill their merchandise shelves through productive credit. Connecting micro and small entrepreneurs with distribution partners who provide a variety of needs – including wholesalers.

Through the GoToko application, Decacorn Gojek also tries to offer the same service for stall or grocery store owners to fulfill sales goods and products. They also take advantage of various services in their ecosystem, such as logistics with GoSend, payments via GoPay, and business management through GoBiz.

It’s not the last, Chilibeli, previously known as social commerce, is targeting the C2C segment, in the middle of last year, introduced Chilimart. With a B2B concept, they target micro-entrepreneurs as their target market. In addition, previously there was also the Ula application, which was designed as a marketplace for the fulfillment of merchandise in a warung. Ula is also integrated with AwanTunai’s financing services.

Based on BPS data, 63 million micro-entrepreneurs are mostly engaged in retail or trade. The potential for a large economic unit gives digital players a special spirit to work on this market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Masuk ke Bisnis “Supply Chain”, Warung Pintar Luncurkan Aplikasi untuk Pengusaha Grosir

Startup new retail Warung Pintar belum lama ini meresmikan inovasi terbarunya. Bernama “Grosir Pintar”, aplikasi tersebut berusaha memberikan akses bagi pengusaha grosir untuk melakukan manajemen inventaris dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Sederhananya, pemilik grosir bisa langsung menawarkan barang dagangannya ke pemilik warung yang tergabung di aplikasi Warung Pintar. Fitur baru tersebut turut dilengkapi dengan layanan logistik untuk menunjang pengiriman barang.

“Warung Pintar menggandeng langsung pengusaha-pengusaha grosir yang berdiri sendiri di setiap wilayah. Hal ini kami lakukan untuk menjaga kualitas barang hingga pelayanan agar tetap optimal serta mendorong pemberdayaan di seluruh ekosistem warung,” ujar Co-Founder & COO Warung Pintar Harya Putra.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bagi pemilik warung mereka memperoleh akses untuk memenuhi barang yang lebih variatif, termasuk produk andalan lokal, dengan harga yang kompetitif; serta dapat menerima pesanan dalam hitungan jam melalui layanan same-day delivery.

“Pengiriman barang, baik bagi pengusaha grosir maupun pemilik warung, dilakukan oleh sistem logistik yang dimiliki oleh Warung Pintar. Merangkul warga setempat untuk bergabung sebagai kurir, hal ini merupakan salah satu upaya kami untuk menghidupkan perekonomian di wilayah secara menyeluruh dengan memberikan keuntungan yang sama rata,” imbuh Harya.

Model bisnis yang diterapkan Grosir Pintar adalah bagi hasil (commision based). Kendati tidak menerangkan detail, Harya menjelaskan kalkulasinya sesuai kesepakatan dengan pengusaha grosir dan disesuaikan dengan standarisasi yang telah ditetapkan.

“Berangkat dari temuan langsung dari pengusaha grosir di lapangan, di tengah pandemi ini, terdapat batasan-batasan fisik yang berujung pada kesulitan dalam menjangkau pelanggan warung, pemenuhan barang, serta melonjaknya biaya logistik. Karena itulah, kami merangkul lebih dari 60 grosir terbaik di 14 kota,” kata Harya.

Diawali di Surabaya, hingga saat ini, Grosir Pintar dapat diakses di Jakarta, Bandung, Depok, Kediri, Mojokerto, Jember, dan beberapa kota lainnya di Pulau Jawa.

Supply-chain warung

Bisnis penyedia rantai pasokan (supply chain) untuk warung makin ramai digarap oleh pemain digital. Dengan pendekatan unik, saat ini ada beberapa startup yang main di ranah tersebut. Pertama dengan pendekatan pembiayaan modal (invoice financing), startup seperti AwanTunai memudahkan pemilik warung untuk memenuhi rak dagangannya melalui kredit produktif. Menghubungkan pengusaha mikro-kecil dengan rekanan distribusi yang menyediakan berbagai kebutuhan – termasuk para pengusaha grosir.

Melalui aplikasi GoToko, decacorn Gojek juga mencoba tawarkan layanan yang sama untuk pemilik warung atau toko kelontong untuk memenuhi barang dan produk penjualan. Mereka turut memanfaatkan berbagai layanan di ekosistemnya, seperti logistik dengan GoSend, pembayaran via GoPay, dan pengelolan bisnis lewat GoBiz.

Tak berhenti di situ, Chilibeli yang sebelumnya dikenal sebagai social commerce menyasar segmen C2C, pertengahan tahun lalu kenalkan Chilimart. Berkonsep B2B, mereka menyasar pengusaha mikro sebagai target pasar mereka. Selain itu sebelumnya juga ada aplikasi Ula yang memang didesain sebagai marketplace untuk pemenuhan barang dagangan di warung. Ula juga terintegrasi dengan layanan pembiayaan milik AwanTunai.

Berdasarkan data BPS, 63 juta pengusaha mikro mayoritas bergerak di bidang ritel atau perdagangan. Potensi unit ekonomi yang besar memberikan semangat tersendiri bagi pemain digital untuk menggarap pasar tersebut.

Application Information Will Show Up Here