Sony Indonesia Umumkan Headphone Wireless Noise Cancelling WH-1000XM3 dan WF-SP900

Sony Indonesia telah mengumumkan dua produk headphone terbarunya, yaitu WH-1000XM3 dengan harga Rp5.999.000 dan WF-SP900 dengan harga Rp3.999.000. Dua produk ini menyasar target yang berbeda, lantas fitur apa saja yang ditawarkan?

Sony WH-1000XM3 

sony-indonesia-umumkan-headphone-wireless-noise-cancelling-wh-1000xm3-dan-wf-sp900

Premium noise cancelling headphone WH-1000XM3 ini sudah dilengkapi HD Noise Cancelling Processor QN1. Prosesor baru ini terdiri dari tiga komponen, yaitu digital noise cancelling itu sendiri, sudah mendukung 32 bit Audio Signal Processing, dan DAC + Amplifier. Singkatnya, berkat prosesor QN1 ini WH-1000XM3 menawarkan peningkatan performa noise cancelling dan kualitas suara lebih baik dibandingkan WH-1000XM2.

Selain itu, WH-1000XM3 mengusung fitur baru yang disebut adaptive sound control yang terdiri dari tiga mode. Misalnya saat kita lagi menunggu dan tidak banyak bergerak, noise canceling akan dinonaktifkan dan ambient sound-nya akan fokus ke voice sehingga kita tetap bisa mendengarkan pengumuman.

Sedangkan, saat kita sedang berjalan – mode akan otomatis berubah ke musik dan ambient sound. Jadi, noise cancelling tetap off, tetapi ambient sound-nya normal.

Lalu yang terakhir pada saat travelling, saat diperjalanan menggunakan bus, kereta, ataupun pesawat. Mode akan berubah, noise canceling akan aktif dan ambient sound-nya off. Jadi, kita bisa benar-benar terhanyut mendengarkan lagu sambil menatap dunia luar lewat jendela.

Mungkin Anda bertanya-tanya, bagaimana cara kerja dari adaptive sound control? Jawabannya adalah dengan mendeteksi smartphone, agar fitur tersebut dapat bekerja – pengguna WH-1000XM3 harus menginstal aplikasi Headphones Connect.

sony-indonesia-umumkan-headphone-wireless-noise-cancelling-wh-1000xm3-dan-wf-sp900

Fitur keren lainnya pada WH-1000XM3 ialah mode quick attention yang memungkinkan kita untuk mendengar apa yang terjadi di sekeliling
tanpa harus melepas headphone. Cukup letakkan tangan kanan pada housing headphone sebelah kanan untuk mengurangi volume musik secara instan.

Fitur voice assistant juga sebenarnya tidak kalah menarik, kita bisa memberi perintah suara untuk bertanya atau menjalankan aplikasi tertentu dengan bantuan Google Asisstant atau Siri. Caranya dengan menekan agak lama tombol noise cancelling.

Dibanding seri sebelumnya, body WH-1000XM3 sedikit lebih tipis dan ringan, beratnya 225 gram. Dengan earcup yang lebih lebar sehingga telinga tercover penuh dan bantalan headband yang lebih tebal sehingga lebih nyaman dipakai dalam durasi lama. Menurut saya, ukurannya lebih pas di telinga – tidak terlalu besar dan kecil.

Headphone ini telah dilengkapi kontrol touch panel di sebelah kanan. Tap sekali untuk play/pause musik, double tap untuk mengangkat panggilan telepon.

Kemudian usap ke atas atau bawah untuk menyesuaikan volume, usap ke kanan atau kiri untuk mengganti lagu. Tutup housing headphone untuk mengaktifkan activate quick attention dan tekan lama tombol noise cancelling untuk mengaktifkan voice assistant.

Untuk daya tahan baterainya, headphone ini mampu bertahan 30 jam sekali charge. Ada juga fitur quick charger, di mana men-charge 10 menit kita bisa mendengarkan lagu selama 5 jam.

Sony WF-SP900

Beralih ke WF-SP900, earbud wireless yang dirancang untuk menemani Anda berolahraga. Meski bentuknya mungil, perangkat ini terbilang tangguh – karena telah disertifikasi IPX5.8 dan IPX6 untuk tahan air dan debu. Anda bisa menggunakan WF-SP900 sambil berenang dalam kolam renang atau di laut hingga kedalaman 2 meter.

Untuk daya tahan baterainya, truly wireless sports headphones ini dijanjikan dapat digunakan selama 3 jam saat terhubung dengan smartphone. Serta, 6 jam bila memutar musik yang tersimpan di memori internal yang punya kapasitas 4GB.

Headphone WF-SP900 tersedia di Indonesia dimulai pada pertengahan bulan November dengan harga Rp3.999.000. Sementara, headphone WH-1000XM3 tersedia untuk pre-order di Indonesia mulai tanggal 26 November hingga 4 Desember 2018 dengan harga IDR 5.999.000.

OnePlus Perkenalkan Earphone Nirkabel Pertamanya, Bullets Wireless

Hadir atau tidaknya earphone dalam bundel penjualan smartphone memang bergantung dari keputusan sang produsen. Di Galaxy S9 misalnya, Samsung ingin agar produk high-end itu menyajikan satu pengalaman penggunaan lengkap dan menyertainya bersama earphone AKG. Tapi mungkin Anda tidak menemukan earphone di produk flagship brand lain.

Sebelum melangsungkan peluncuran OnePlus 6 di kota London kemarin, perusahaan smartphone asal Shenzhen ini terlebih dulu mengungkap satu kejutan. Di sana, OnePlus memperkenalkan earphone nirkabel pertamanya yang mereka namai Bullets Wireless. Sejak 2015, OnePlus sebetulnya telah mulai memasarkan earphone Icons. Meski demikian, produk ini masih memanfaatkan sambungan kabel.

OnePlus Bullets Wireless 2

Disingkapnya Bullets Wireless menandai sadarnya OnePlus terhadap perubahan karakteristik di kalangan pengguna smartphone. Saat ini ada banyak orang tak lagi menggunakan earphone berkabel untuk menikmati musik dari perangkat bergerak, dan OnePlus tampaknya berniat untuk mengikuti tren tersebut. Meski demikian, produsen belum mengambi langkah ‘ekstrem’ seperti yang sudah dilakukan Google dan Apple dengan menghilangkan port audio.

OnePlus Bullets Wireless 4

Bullets Wireless merupakan headphone dengan desain in-ear. Walaupun penampilannya cukup tradisional, tubuh earphone ini dibentuk dari bongkahan aluminium. Area sisinya sengaja dibuat rata, dan di sana, produsen mencantumkan magnet agar dua bagian housing dapat menempel. Saat earphone tidak digunakan, Anda bisa tetap mengenakannya di leher layaknya kalung.

OnePlus Bullets Wireless 1

Jika Anda memasangkan Bullets Wireless ke handset OnePlus 5, 5T atau 6; menempelkan kedua bagian tersebut secara otomatis akan mem-pause musik. Lalu saat mereka dilepas, musik akan kembali diputar. Via update, OnePlus berencana untuk memperluas fungsi ini sehingga earphone dapat menjawab panggilan telepon begitu dua housing itu dipisahkan.

OnePlus Bullets Wireless 3

Seperti in-earphone lain, Bullet Wireless mempunyai eartip berbahan silikon buat diselipkan di lubang telinga. Di dekatnya, desainer OnePlus turut mencantumkan ‘sirip‘ silikon buat menahan posisi earphone di daun telinga dan menjaganya tetap stabil.

Dalam proses perancangan Bullets Wireless, OnePlus mengusung teknologi bernama ‘energy tube‘ yang kabarnya bisa mengurangi efek gemuruh, serta menstabilkan dan mengisolasi suara lebih efektif supaya output terdengar lebih jernih dan kaya. Selain itu, earphone juga didukung oleh codec AptX agar kualitas penyajian suara via Bluetooth-nya lebih baik, dibekali fast-charing via USB type-C, serta sudah terintegrasi ke Google Assistant. Baterainya sendiri menjanjikan daya tahan hingga delapan jam.

OnePlus rencananya akan mulai memasarkan Bullets Wireless pada akhir bulan Juni nanti via online store mereka. Produk dijajakan seharga US$ 70.

Via VentureBeat & Engadget. Gambar: The Verge.

Rangkaian Produk Audio Wireless Sports dan Lifestyle JBL Baru Serbu Indonesia

Pendaratan JBL Jr di Indonesia kurang lebih tiga minggu lalu sepertinya menjadi momen pemecah keheningan karena Harman International memang sudah cukup lama tidak melangsungkan acara pers di tanah air. Ternyata, pendaratan headset yang didesain khusus untuk anak-anak itu menandai dimulainya agenda peluncuran produk JBL secara lebih masif.

JBL menjelaskan bahwa saat ini, tren audio wireless sedang berada di momentum peningkatan tertinggi. Nilai pasar produk headphone dikabarkan mencapai US$ 17 miliar, dengan kenaikan di segmen nirkabel sebesar 20 persen. Konsumen juga menginginkan produk berdesain sporty dan telah dibekali fitur noise cancellation. Dan di akhir bulan November ini, JBL mencoba memenuhi semua permintaan itu.

JBL 13

Pada tanggal 29 November 2017, Harman International melangsungkan acara peluncuran rangkaian perangkat audio wireless JBL. Produk-produk ini masuk dalam kategori Lifestyle dan Sports; mereka memiliki penampilan stylish dan sporty, serta ditunjang struktur tangguh demi memastikannya siap menemani pengguna beraktivitas setiap hari. Device-device ini terdiri dari keluarga Everest, E Series, Focus, Inspire, Pulse 3, Playlist serta Boombox.

JBL 14

“Para pecinta audio membutuhkan produk berkualitas terbaik yang menunjang aktivitas harian,” kata general manager Lifestyle Audio Division Asia Pacific Harman International, Grace Koh. “Melalui perangkat-perangkat baru ini, kami berusaha meningkatkan standar mutu headphone dan speaker wireless, serta berusaha memberikan pengalaman mendengarkan audio tak tertandingi lewat kenyamanan dan faktor personalisasi.”

JBL 11

 

Everest

Rangkaian Everest terdiri dari headphone noise cancelling V750NXT, model over-ear V710, headset on-ear V310, serta in-earphone V110. Everest menjanjikan ‘penggabungan antara teknologi suara terbaru dan desain ergonomis’. Semua perangkat ini dapat terhubung ke segala perangkat pintar tanpa kabel, mempersilakan kita bergerak bebas sembari menikmati lagu-lagu favorit.

JBL 12

Di antara empat model itu, Everest 750NXT merupakan primadonanya. Huruf ‘NXT’ di namanya mengindikasikan penggunaan fitur NXTGen, yaitu teknologi noise-cancelling aktif yang memungkinkan pengguna mengendalikan sendiri seberapa banyak bunyi-bunyi eksternal yang diizinkan untuk masuk, hanya melalui satu sentuhan pada tombol.

JBL 9

Di sana juga ada TruNote, yakni sistem yang menjaga agar headphone sanggup menyuguhkan bunyi yang jernih dan output paling autentik lewat proses kalibrasi suara berdasarkan rancangan ear cup. Produsen turut memberinya label JBL Pro Audio sebagai jaminan kualitas suara khas JBL. Everest 750NXT tak lupa dibekali baterai berkapasitas besar, sanggup membuai Anda dengan musik selama 15 jam.

 

E Series E65BTNC

Meski tidak jadi anggota keluarga Everest, headset JBL E65BTNC menyimpan banyak kesamaan dengannya. Di sana terdapat fitur noise cancellation aktif, kompatibel ke beragam perangkat pintar, ditopang audio ‘JBL Signature’ mirip seperti yang telah produsen gunakan di  studio-studio rekaman ternama, serta dilengkapi baterai berdaya tahan 15 jam yang dapat diisi penuh hanya dalam dua jam.

JBL 20

 

Focus 700

Focus 700 dirancang buat para atlet, didukung dua fitur utama pada desainnya. Earphone ini mempunyai bahan anti-keringat, kuat menahan cuaca panas serta hujan, dan mengusung desain ergonomis TwistLock supaya tetap nyaman dikenakan serta tak mudah terlepas dari telinga. Dengan fitur-fitur ini, kita bisa fokus berolahraga sambil mendengarkan musik tanpa merasa was-was.

JBL 6

 

Inspire 700

Inspire 700 sendiri disiapkan untuk konsumen yang dituntut buat selalu aktif. Menopang komunikasi tampaknya menjadi tugas utama earphone ini, apalagi menakar dari durasi baterai yang menyentuh 16 jam (di-charge via case). Seperti Focus 700, Inspire 700 juga nyaman dan bisa menempel di telinga tanpa mudah terlepas berkat rancangan TwistLock dan ear tip FlexSoft.

JBL 5

 

Pulse 3

Pulse 3 sengaja diramu untuk menyajikan pengalaman ‘audio visual’ berkat pemanfaatan sistem pencahayaan warna-warni, sempurna buat memeriahkan pesta di halaman rumah ataupun pinggir kolam. Dan Anda tidak perlu cemas speaker Bluetooth ini akan rusak seandainya terkena air hujan atau tercemplung ke kolam renang. Pulse 3 telah ditunjang struktur waterproof dan bisa mengapung.

JBL 1

 

Playlist

Fitur andalan di Playlist adalah dukungan Chromecast sehingga kita bisa mudah menyalurkan audio ke speaker wireless ini kapan saja. Pengelolaan playlist serta pengaturan volume bisa dilakukan langsung dari perangkat bergerak tanpa menonaktifkan fungsi lainnya. Uniknya lagi, pengguna dapat menerima panggilan telepon bahkan saat JBL Playlist tengah menghidangkan musik.

JBL 21

 

Boombox

Mirip seperti Pulse 3, Boombox siap menghidupkan pesta – baik di luar ataupun di dalam ruang – karena dilengkapi konstruksi kedap air serta handle sehingga mudah dibawa-bawa. Sesuai namanya, bass membahana merupakan senjata utama di speaker Bluetooth ini. Kemudian di dalamnya, JBL membubuhkan baterai berkapasitas raksasa, memungkinkan Boombox melantunkan lagu tanpa henti selama 24 jam.

JBL 16

 

Semua produk JBL tersebut kabarnya sudah tersedia di toko retail elektronik serta gerai resmi di seluruh Indonesia.

JBL 7

JBL 10

JBL 8

JBL 18

JBL 19

JBL 4

JBL 3

Mouse Vertikal Delux Siap Dukung Para Pekerja Kantor Hingga Gamer Pro

Tak banyak orang menyadari tapi ada kelemahan pada desain mayoritas mouse yang kita pakai sehari-hari, meskipun Anda mengeluarkan banyak uang untuk membelinya. Selama mouse didesain secara horisontal, maka periferal tersebut sebetulnya membebani pergelangan tangan Anda. Alasannya? Posisi tangan paling rileks sebetulnya ialah ketika Anda bersalaman.

Itu sebabnya mulai banyak produsen dan desainer memanfaatkan arahan desain berbeda. Bukannya menggunakan rancangan standar, beberapa mouse ergonomis kini mengusung tubuh vertikal. Dan kreasi baru startup asal Tiongkok yang dinamai Delux Mouse ini kabarnya tak hanya disiapkan buat mendukung kegiatan kerja, tapi juga menunjang kebutuhan para gamer profesional.

Delux Mouse 1

Delux adalah mouse berdesain unik, wujudnya cukup kontras dengan periferal sejenis. Penampilan mouse menyerupai adonan roti yang dilipat, lalu rangkaian tombol utama dan scroll wheel diposisikan berlawanan dari sisi thumb button. Rancangannya dibuat sedikit miring ke kiri (jika dilihat dari belakang) untuk menumpu telapak tangan kanan Anda. Tubuhnya berwarna hitam, dibingkai garis lampu LED di area pinggir Delux.

Delux Mouse 4

Menurut tim pencipta Delux, gerakan horisontal saat memakai mouse biasa menyebabkan otot jadi terpelintir dan membuat tangan jadi cepat lelah, apalagi ketika Anda menggunakannya untuk ber-gaming secara intens. Desain Delux diklaim memastikan tangan tetap lemas, walau Anda memakainya selama lima jam non-stop. Selanjutnya, faktor kenyamanan Delux disempurnakan dengan penggunaan bahan Fellowes gel di bagian wrist rest.

Delux Mouse 3

Delux mempunyai empat tombol: klik kiri, kanan dan tombol pada scroll wheel; beserta sepasang thumb button di atas dan bawah ceruk tempat Anda memposisikan jempol. Periferal ini berdimensi 148,85X94,82×98,93-milimeter dengan berat 210-gram. Ada dua varian Delux, yaitu wired dan wireless. Perbedaan antar keduanya di sisi penampilan hanya terletak pada kehadiran LED (hanya versi kabel yang dibekali LED RGB).

Di varian berkabel, Delux menyajikan lima level DPI, yaitu 800/1200/1600/2400/400; sedangkan model wireless hanya memiliki tiga level DPI, 800/1600/2400. Keduanya menyuguhkan polling rate 500Hz dan dijanjikan mampu bekerja sempurna di semua tipe komputer. Khusus di model wireless, Delux membutuhkan baterai AA, tapi pemakaian dayanya sangat irit, dapat bertahan hingga delapan bulan.

Produsen saat ini sedang melangsungkan kampanye pengumpulan dana di Indie Gogo. Di situs crowdfunding tersebut, varian wired dan wireless Delux Mouse dijajakan di harga yang terjangkau, masing-masing hanya dibanderol US$ 56 dan US$ 63.

Sony Racik Teknologi Pengisian Daya Nirkabel Antar Perangkat

Teknologi pengisian daya nirkabel (wireless charging) bukanlah hal baru. Di tahun 2012, Nokia sudah membenamkan teknologi ini di seri Lumia yang menggunakan Qi wireless charging. Sejak saat itu, teknologi serupa terus berkembang di tangan pabrikan papan atas seperti Samsung, LG dan Google.

Tapi Sony tampaknya siap membawa teknologi pengisian daya nirkabel ke level baru. Belum lama ini perusahaan teknologi asal Jepang itu kedapatan mengajukan paten teknologi pengisian daya nirkabel dengan konsep baru. Dokumen paten tersebut menjelaskan cara kerja sebuah sistem antena yang memungkinkan perangkat, smartphone misalnya untuk mengirimkan daya dari stasiun pengisian daya nirkabel. Lebih jauh dijelaskan bahwa antena juga bisa mengirimkan tenaga listrik dari alat elektronik ke alat lainnya, misalnya dari satu ponsel ke ponsel lain.

wireless-charging-by-sony-e1489664304346

Saat tertanam dalam sebuah smartphone, teknologi memungkinkan perangkat memindai sebuah lokasi untuk menemukan hotspot pengisian daya. Cara kerjanya mirip dengan pencarian perangkat Bluetooth atau hotspot  tethering. Dan jika perangkat yang cocok dan mendukung ditemukan, seketika proses pengiriman listrik secara nirkabel akan dimulai untuk mengisi daya ponsel yang terhubung.

Yang menarik, paten ini pertama kali diajukan pada tahun 2014, menandakan bahwa Sony sudah lama memikirkan teknologi yang berpotensi mengubah banyak hal ini. Hanya saja, masih terlalu dini untuk mengharapkan kehadiran teknologi mutakhir ini di perangkat Sony keluaran terbaru. Bahkan mungkin juga belum untuk 2 tahun ke depan.

Sumber berita Softpedia dan header ilustrasi Whatafuture.

Tidak Sepintar The Dash, Bragi The Headphone Fokus Pada Fleksibilitas dan Penyajian Musik

Di tahun 2014, developer asal Jerman menawarkan sebuah gagasan menarik di tengah-tengah naik daunnya perangkat wearable. Tim bernama Bragi itu memperkenalkan The Dash, earphone pintar berkemampuan memonitor detak jantung dan kadar oksiken menggunakan teknologi mutakhir. Tapi selain mahal, konsumen ternyata lebih menyukai headphone wireless biasa.

Untuk produk baru mereka, Bragi memutuskan buat menanggalkan fungsi activity tracking dan fokus pada penyajian musik serta faktor fleksibilitas. Mereka memperkenalkan The Headphone, earphone nirkabel berkualitas suara jempolan dipadu kemudahan navigasi musik tanpa mengurangi kewaspadaan Anda terhadap keadaan di sekitar. Ketiadaan fitur pintar juga terbayarkan oleh daya tahan baterai dua kali lebih besar dan harga kurang dari separuh The Dash.

Bragi The Headphone 3

Desain The Headphone memang hampir mirip The Dash. Ia terdiri dari dua earbud ‘FitTip’ ergonomis, dengan tiga pilihan ukuran (S, M, L), dan dapat disimpan dalam case sekaligus unit charger. Device didukung konektivitas Bluetooth 4.0 untuk tersambung ke smartphone, tablet ataupun komputer personal; dan Anda bisa menggota-ganti lagu serta menerima panggilan telepon tanpa perlu mengeluarkan handset.

The Headphone memiliki tiga tombol fisik bersimbol ‘+’, ‘-‘ dan ‘o’, buat mengatur volume serta play/pause. Tombol tersebut juga dapat digunakan untuk navigasi dan mengaktifkan fitur, misalnya dua kali klik pada ‘o’ mengaktifkan fungsi next, tiga kali buat previous. Lalu dengan menekan ‘+’ selama beberapa saat, audio transparency segera menyala.

Bragi The Headphone 1

Ketika earphone lain umumnya mencoba mengisolasi pengguna melalui pemakaian sistem noise-cancelling agar musik tersuguh maksimal, menariknya, audio transparency malah memungkinkan Anda mendengar suara-suara eksternal. Melalui pendekatan tersebut, The Headphone serasi dengan konsep mobilitas earphone wireless: Anda tidak perlu menghentikan musik atau melepas perangkat saat ingin mengetahui keadaan di sekitar atau berbincang-bicang bersama kawan.

Bragi The Headphone 2

Produk memanfaatkan speaker Balanced Armature besutan Knowles Corporation, dengan profile A2DP, codec audio SBC serta AAC, dan ditopang kemampuan noise cencellation pasif; menyajikan frekuensi dari 20 sampai 20.000Hz. Driver mampu menghadirkan ‘kedalaman suara’, walaupun masih belum masuk ke kategori audiophile. Lalu kedua komponen The Headphone turut dilengkapi microphone MEMS yang di-setting secara custom.

Gerbang pre-order The Headphone sudah di buka di situs Bragi, akan berlangsung hingga tanggal 1 November 2016 nanti. Di sana, produk dijual seharga US$ 120.

Sumber: Bragi. Tambahan: Digital Trends.

Energysquare Memungkinkan Kita Charge Beberapa Handset Sekaligus Secara Wireless

Bayangkan saat Anda mempunyai jadwal meeting dengan client. Waktu terus berjalan tapi ternyata kedua smartphone harus segera diisi ulang, dan Anda hanya membawa sebuah charger. Skenario ini mungkin sering kita alami, menunjukkan betapa pentingnya sumber energi bagi para pengguna perangkat bergerak, dan mendorong satu tim kecil dari Perancis untuk memberikan solusi.

Diciptakan oleh para lulusan fakultas teknik serta desainer industri, developer mengadopsi teknik isi ulang nirkabel dan mengimplementasikannya ke rancangan unik produk mereka. Setelah pengembangan selama dua tahun, tim memperkenalkan Energysquare, yaitu wireless charger yang mampu mengisi baterai beberapa smartphone sekaligus – menghemat banyak waktu berharga Anda.

Energysquare 3
Ada dua tipe pad, Square One (bawah) dan Square Two (atas).

Energysquare memanfaatkan teknologi konduksi, bukan induksi ataupun gelombang elektromagnetik. Perangkat terdiri atas dua komponen: stiker yang ditempel ke punggung handset dan tercolok ke port, serta bagian pad ultra-thin. Pengoperasiannya sangat simpel; sambungkan pad ke sumber listrik, dan Anda tinggal menaruh smartphone di atasnya untuk melakukan charging.

Charging pad tersusun atas kotak-kotak konduktif, masing-masing dikendalikan oleh sistem internal. Stiker sendiri memiliki dua titik konduktif, tersambung langsung ke baterai. Ketika handset diletakkan di atas pad, titik konduktif akan menyentuh dua kotak berbeda, dan proses isi ulang dimulai seketika. Jika Anda ingin menggunakan charger standar, cukup cabut connector stiker dari port.

Energysquare 2
Stiker Energysquare.

Menurut developer, pemakaian Energysquare sangat fleksibel, bisa digunakan di rumah maupun kantor. Mereka juga menyiapkan versi Business Pack, yakni Energysquare dengan stiker kustom untuk perusahaan. Berbeda dari teknik induksi, tidak ada energi yang terbuang dalam metode konduksi. Energysquare kompatibel ke semua jenis device, termasuk iOS, Android dan Windows; dan turut disediakan pula casing khusus untuk iPhone 6, 6S, 6+ and 6S+.

Dari penjelasan developer, bagian pad dirancang agar anti-air dan anti-benturan. Sayangnya, Energysquare masih menyajikan kecepatan isi ulang ‘reguler’, kurang berguna bagi Anda yang menggunakan perangat dengan fitur fast charging. Dan karena berbasis stiker, kita perlu melepas casing ketika ingin mengisi ulang smartphone.

Tim Energysquare menyediakan dua jenis pad, Square One dan Square Two (Two dua kali lebih lebar dari One). Energysquare dapat Anda pesan sekarang di situs crowdfunding Kickstarter seharga mulai dari € 60, didistribusi bulan Desember 2016 nanti (versi Early Bird sudah sold out, tiba bulan November).

Plantronics Luncurkan Headset Bluetooth Voyager 5200 dan BackBeat Go 3

Kelahiran Plantronics dirintis oleh dua orang pilot, Courtney Graham dan Keith Larkin, yang menginginkan solusi atas tidak nyamannya headphone penerbang di masa itu. Kerja keras mereka membuahkan hasil membanggakan, Plantronics menjadi standar FAA, dipakai pula oleh Neil Armstrong saat ia mengucapkan, “That’s one small step for a man, one giant leap for mankind.”

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 13
Director of Sales of Marketing SEA Alvin Kiew dalam presentasinya.

Identitas tersebut dikenakan dengan bangga oleh mereka, bisa kita lihat dari namanya: Plantronics ialah gabungan kata plane dan electronics. Lebih dari setengah abad setelah didirikan, Plantronics turut berevolusi. Meski bidang penerbangan masih merupakan spesialisasi mereka, khalayak awam lebih mengenal Plantronics sebagai produsen headset Bluetooth buat profesional serta konsumen umum.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 1
Tiga tipe headset untuk pilot.

Pada tanggal 18 Mei 2016 kemarin, Plantronics mengadakan acara peluncuran dua perangkat baru di Red Dot Design Museum Singapura. Masing-masing produk mempunyai fungsi dan ‘kemahiran’ tersendiri, yaitu BackBeat Go 3 dan Voyager 5200. BackBeat Go 3 diramu buat pecinta musik on-the-go yang aktif, sedangkan Voyager 5200 disiapkan untuk para profesional yang dituntut harus selalu mobile.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 14
Consumer business manager Richard Tan memberikan penjelasan mengenai BackBeat Go 3.

 

Plantronics BackBeat Go 3

Merupakan penerus dari versi kedua, visi Plantronics dibelakang penciptaan BackBeat Go 3 adalah musik seharusnya membebaskan dan bukan mengikat kita. Penyajiannya hampir menyerupai sang pendahulu, tapi Plantronics membubuhkan sejumlah penyempurnaan pada penampilan serta performa suara. Produsen berjanji, Go 3 akan membuka ‘kedalaman tersembunyi’ di lagu favorit Anda, menghidangkan suara sekelas headphone full-size.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 2
Desain BackBeat Go 3 sederhana, namun stylish.
Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 5
Port USB untuk charging tersembunyi di balik logo Plantronics.

Plantronics menjelaskan, mereka sengaja tidak pernah menggandeng selebriti untuk meng-endorse produk, namun tak berarti wujud Go 3 tidak atraktif. Satu set BackBeat Go 3 terdiri dari dua buah ear-piece yang tersambung oleh kabel, terkoneksi ke device utama (smartphone atau tablet) lewat Bluetooth. Agar eartip-nya nyaman dikenakan, produsen terlebih dulu memetakan kontur telinga manusia.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 4
Isi ulang baterai jadi ringkas berkat charging case.

Tak hanya menitikberatkan faktor kenyamanan, desain eartip unik Go 3 juga memastikan suara tersegel dan tidak ada bunyi-bunyian yang bocor dari luar. Menariknya lagi, headset ini sangat cocok untuk para individu aktif. Ia bisa mencengkram mantap telinga, membebaskan Anda buat berolahraga. Melengkapi kapabilitas itu, Plantronics membekali Go 3 dengan nano-coating P2i demi melindunginya dari keringat, gerimis dan kelembapan tinggi.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 6
Charging case mempunyai lampu indikator daya baterai.

Buat kualitas audio, Plantronics bilang mereka tidak mau berkompromi. Speaker dibuat secara custom lalu dipadu codec audio khusus untuk menghadirkan micro-detail, menghasilkan output beresolusi tinggi. Go 3 juga mempunyai inline control di mana Anda dapat mengendalikan volume, men-skip lagu, serta mengakses smartphone. Kita tak perlu mengeluarkan handset ketika ingin berinteraksi dengan Siri dan Cortana, ataupun saat bermaksud menerima panggilan telepon.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 3
Eartip-nya kompatibel ke 90 persen jenis telinga manusia.

Walaupun wujudnya kecil, baterai build-in BackBeat Go 3 menjaganya tetap aktif selama 6,5 jam. Terdapat pula charging case kanvas – berperan sebagai kantong penyimpanan sekaligus power bank, menambahkan durasi 13 jam.

 

Plantronics Voyager 5200

Voyager 5200 dirancang khusus bagi para profesional yang tak hanya diminta bekerja di ruang kantor, tapi juga tempat-tempat publik seperti airport, kedai dan lokasi-lokasi publik lain. Demi memenuhi kebutuhan mereka, Plantronics fokus pada bagian microphone dan mengusung teknologi unik bernama WindSmart. Dengan teknologi ini, Voyager 520 sanggup menyingkirkan bunyi-bunyian mengganggu.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 7
Voyager 5200 tersemat di charging case-nya.

Director of sales and marketing SEA Alvin Kiew menyampaikan, ada banyak hal berpotensi mengganggu komunikasi Anda sehari-hari: suara rintik-rintik air hujan, AC, bahkan tiupan angin yang hampir tidak kita dengar. WindSmart memanfaatkan enam lapis filter untuk menyaring audio-audio tak berguna, sehingga lawan bicara hanya benar-benar mendengar suara Anda.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 10
Voyager 5200 dapat dikenakan di telinga kiri maupun kanan.

Mic aerodimanis Voyager 5200 membiarkan angin lewat tanpa menyebabkan turbulensi, lalu tiap komponen microphone dilindungi ‘wind box‘ . Kemudian terdapat empat mic omni-directional yang disempurnakan algoritma wind-cancelling canggih. Tak cuma angin, Voyager 5200 bahkan mampu meredam bisingnya suara pabrik.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 11
Ringan dan ergonomis, Voyager 5200 tetap nyaman dikenakan berjam-jam.

Faktor kenyamanannya juga tidak dilupakan. Voyager 5200 didesain agar bisa tersemat kuat tanpa membuat telinga Anda pegal, kompatibel ke 90 persen jenis telinga manusia. Ia dilengkapi pula dengan sensor pintar, misalnya menyalurkan panggilan ke headset secara otomatis sewaktu Anda mengenakannya, serta me-reject saat Anda melepas Voyager 5200. Anda dapat menjawab/menolak telepon via voice control, serta dipersilakan berinteraksi bersama Siri serta asisten pribadi personal lain.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 12
Voyager 5200 dan charge case-nya.

Voyager 5200 dapat tetap bekerja optimal di jarak maksimal 30 meter dari handset dengan talk-time mencapai tujuh jam.

Device bisa dipasangkan ke aksesori charging case. Selain buat tempat penyimpanan, casing ini menambahkan tenaga ekstra selama 14 jam. Dan Seperti Backbeat Go 3, ia turut dilapisi nano-coating, memproteksi headset tersebut dari percikan air.

Plantronics Voyager 5200 & BackBeat Go 3 8
Selain menyimpan, charge case secara otomatis mengisi baterai Voyager 5200.

Harga dan ketersediaan secara global

  • BackBeat Go 3 plus charge case – US$ 130 (Mei 2016)
  • Voyager 5200 – mulai US$ 120 (Juli 2016)
  • Voyager 5200 charge case – US$ 40

Bisa Menyelamatkan Pendengaran, Headphone Aegis Didesain oleh Remaja 16 Tahun

Kemampuan pendengaran manusia akan berkurang seiring bertambahnya usia. Dan tak banyak orang sadar, ia menempati urutan ketiga masalah kesehatan fisik terbesar setelah arthritis serta jantung. Sayangnya kondisi tersebut datang lebih dini karena tren hiburan populer di kalangan konsumen: menikmati musik secara personal baik dengan headphone ataupun earphone.
Continue reading Bisa Menyelamatkan Pendengaran, Headphone Aegis Didesain oleh Remaja 16 Tahun

Termometer Pintar Kinsa Bisa Kenali Gejala Penyakit

Ada sebuah tren positif membuntuti merebaknya device wearable: berkat kemudahan akses data biometrik tubuh, khalayak terdorong untuk hidup lebih sehat. Perkembangan selanjutnya ialah permintaan device spesialis medis yang dapat membantu konsumen menjaga kesehatan keluarga. Dan hal tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi satu developer asal New York. Continue reading Termometer Pintar Kinsa Bisa Kenali Gejala Penyakit