Tips Ampuh Membuat Loading Website Anda Makin Cepat

Pernah merasa membuka website tapi loading-nya sangat lama? Atau hal itu terjadi pada website yang Anda kelola? Jika iya, segera lakukan audit pada websitemu. Loading yang lama bisa mempengaruhi SEO dan sudah pasti visitor akan malas membaca artikel atau konten yang ada di dalam website.

Continue reading Tips Ampuh Membuat Loading Website Anda Makin Cepat

Mobile Arena, Arena of Valor, dan Bubarnya EVOS.AOV

Tujuh hari lalu (23 Oktober 2020) satu berita mengejutkan datang dari skena Arena of Valor Indonesia yaitu berita bubarnya tim EVOS Esports. Kejadian tersebut mengejutkan bagi skena AOV lokal mengingat posisi EVOS Esports sebagai tim paling sukses di skena lokal sampai saat ini.

Kasus seperti ini mungkin mirip seperti kasus Sinatra beberapa bulan lalu ketika ia memutuskan untuk pindah ke VALORANT. Kasus tersebut jadi heboh karena posisi Sinatra yang notabene MVP dan juara Overwatch League bersama San Francisco Shock malah pindah ke skena VALORANT yang kala itu masih belum jelas masa depannya. Kejadian seperti EVOS AOV ataupun Sinatra tentunya memunculkan tanda tanya tersendiri.

Dalam kasus EVOS Esports, hal yang jadi pertanyaan mungkin adalah “ada apa dengan skena AOV sampai-sampai ditinggal oleh tim terbaiknya?” Saya sendiri tidak punya jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam hal EVOS AOV, belakangan Henri Teja selaku mantan pemain ke-6 EVOS AOV terlihat sedang rajin streaming bermain Wild Rift bersama Pokka dan Wirraw yang merupakan pemain EVOS AOV. Namun tentunya saya tidak bisa berspekulasi apapun terkait hal tersebut.

Terlepas dari apa yang terjadi pada tim AOV EVOS Esports, pertanyaan soal keadaan skena AOV lokal Indonesia sendiri sebenarnya menjadi satu topik menarik tersendiri untuk dibahas. Untuk mengetahui keadaan serta bagaimana masa depan “si MOBA Batman”, mari kita sedikit melakukan napak tilas terhadap perkembangan Arena of Valor di Indonesia sampai titik sekarang.

 

Mobile Arena dan Carut Marut Usaha Lokalisasi Arena of Valor

Arena of Valor memang terbilang punya strategi yang “unik” pada awal perkembangannya. Tencent dan TiMi Studios selaku developer dan publisher utama Arena of Valor melibatkan beberapa rekan dalam usahanya melakukan penetrasi di beberapa pasar game Asia. Ada Garena mengurus penerbitan AOV di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Taiwan. Netmarble mengurus penerbitan AOV di Korea Selatan. Terakhir ada DeNA mengurus penerbitan AOV di Jepang.

Arena of Valor dirilis dengan nama Mobile Arena ketika mulai diperkenalkan di Indonesia pada akhir Mei 2017. Nama game Arena of Valor juga berbeda-beda di masing-masing negara ketika pertama kali rilis. Vietnam menggunakan nama Lien Quan Mobile, Thailand mengunakan nama Realm of Valor, Indonesia menggunakan nama Mobile Arena, sementara Korea Selatan menggunakan nama Penta Storm. Tetapi ternyata perbedaan pengurus memunculkan masalah tersendiri bagi AOV, salah satunya adalah masalah distribusi update yang tidak merata.

Ketika diperkenalkan pada Mei 2017, Garena Indonesia selaku publisher resmi atas Mobile Arena melakukan strategi yang mirip seperti ketika mereka mengasuh League of Legends untuk pasar lokal. Strategi tersebut adalah menyediakan server serta berbagai inisiatif lokal Indonesia seperti esports ataupun berbagai acara tingkat grassroot untuk membesarkan komunitas.

Sayangnya strategi tersebut tidak berjalan sepenuhnya mulus dan memunculkan beberapa masalah. Selain soal distribusi update yang tidak merata, masalah lain juga jadi muncul karena penerapan server lokal Indonesia ternyata membuat durasi matchmaking jadi lebih lama.

Setelah dua bulan Mobile Arena beroperasi sejak Mei 2017, Garena Indonesia mengumumkan pergantian nama game jadi Arena of Valor pada bulan Agustus 2017. Pengumuman tersebut memunculkan secercah harapan penyatuan server/konten untuk kawasan Asia Tenggara ataupun global. Sayangnya perubahan nama ternyata tidak mengubah kondisi game Arena of Valor yang ketika itu membuat pemain cukup frustasi. Distribusi update tetap tidak merata dan server game juga tetap dipisah berdasarkan aplikasi game.

Terkait server lokal Indonesia, hal tersebut jadi masalah karena pemain Arena of Valor/Mobile Arena di zaman itu relatif kalah jumlah dibanding pemain Mobile Legends. Salah satu alasan jumlah pemain AOV jadi kalah adalah karena Mobile Legends lebih dulu rilis, tepatnya pada Juli 2016, dan mereka juga sudah punya skena esports yang lumayan besar pada saat Mobile Arena dirilis.

Karena jumlah pemainnya yang relatif lebih sedikit, pemain server lokal Indonesia (Baratayudha) jadi kesulitan mendapatkan match. Pemain casual yang populasinya cenderung lebih banyak mungkin tidak terlalu merasakan masalah matchmaking tersebut. Tetapi masalah durasi matchmaking jadi cukup terasa bagi pemain kompetitif level tinggi mengingat jumlah mereka yang cenderung lebih sedikit.

Masalah durasi matchmaking ternyata juga dirasakan oleh server Valiant yang berisikan Malaysia, Singapura, dan Filipina (Disingkat MSP). Akhirnya pada 11 April 2019 Garena Indonesia mengumumkan penyatuan server Baratayudha (Indonesia) dengan server Valiant (MSP) yang diharapkan bisa menjadi solusi atas durasi serta tingkat kompetisi matchmaking game yang terjadi sebelumnya. Namun masih ada satu masalah lain yang masih menghinggapi yaitu masalah distribusi update.

Sumber: Garena AOV indonesia
Sumber: Garena AOV indonesia

Sejak dulu hingga sekarang, server Thailand, Vietnam, dan Taiwan kerap menjadi patokan karena mereka cenderung lebih dulu menerima update Hero, game, ataupun balancing patch. Sebagai sedikit gambaran bagaimana perbedaan update antar server terjadi di Arena of Valor, Anda mungkin bisa mengintip tabel milik Samurai Gamers yang menjabarkan perbedaan ketersediaan Hero antara server satu dengan yang lain.

Hal ini juga memunculkan masalah yang lagi-lagi lebih dirasakan oleh para pemain kompetitif. Perbedaan patch dan jumlah Hero mengakibatkan pemain lokal Indonesia cenderung kalah saing apabila bertanding di tingkat internasional. Selain ada perbedaan mekanik, variasi Hero yang bisa dimainkan pemain Indonesia juga kalah banyak jika dibandingkan dengan pemain Thailand, Vietnam, dan Taiwan.

Untuk mengafirmasi opini tersebut saya berbincang singkat dengan Agung “RuiChen” Chen yang sudah melatih roster AOV EVOS Esports untuk bertanding di kancah lokal dan internasional sejak sekitar tahun 2018. Ternyata Agung juga berpendapat serupa.

“Perbedaan patch sangat jadi masalah bagi pemain profesional seperti kami. Hal tersebut jadi masalah karena kami harus banyak adaptasi ketika bertanding di tingkat internasional,” ucap Agung.

Sumber: Agung "RuiChen" pelatih divisi AOV dari tim EVOS Esports.
Agung “RuiChen” pelatih divisi AOV dari tim EVOS Esports. Sumber: ESL Indonesia

“Bukan cuma perbedaan patch, perbedaan jumlah Hero juga jadi masalah lain. Contohnya ada pada ASL Season 4 kemarin (tahun 2020) kami enggak bisa pakai Sinestrea pada saat Hero tersebut sudah bisa pakai di pertandingan luar negeri. Lalu memangnya kenapa beda jumlah Hero jadi masalah? Karena kompetisi AOV menggunakan sistem Global Ban Pick yang hanya memperkenankan pemain pick satu Hero pada satu kali kesempatan saja di dalam seri pertandingan best-of-sekian. Pada level kompetisi tertinggi, perbedaan satu Hero bisa jadi begitu krusial dalam persaingan untuk menjadi juara,” Agung menjelaskan lebih lanjut.

Walaupun begitu, inisiatif Garena Indonesia menghadirkan konten lokal sebetulnya patut diacungi jempol. Salah satu yang patut diapresiasi adalah usaha Garena Indonesia menghadirkan Hero Wiro Sableng ke dalam AOV
pada September tahun 2018 lalu. Ketika itu Garena Indonesia bekerja sama dengan Caravan Studio dan Lifelike Pictures untuk menghadirkan karakter tersebut sebagai sarana promosional film Wiro Sableng. Bukan cuma karakternya saja, Voice Line Wiro Sableng di AOV Indonesia juga diisi oleh Vino G. Bastian yang merupakan pemeran dari karakter tersebut di dalam film.

Namun memang kehadiran konten ini kembali memunculkan tanda tanya kembali di kalangan komunitas terkait distribusi update yang tidak merata. Apalagi mengingat Hero tersebut cukup kuat untuk digunakan di dalam kompetisi, komunitas jadi bertanya “Apakah Wiro Sableng akan hadir di server lain dan bisa digunakan di turnamen internasional?” Untungnya Hero tersebut didistribusikan ke server AOV lain secara bertahap. Server Taiwan pun menjadi server kedua yang menerima Hero Wiro Sableng setelah Indonesia.

 

“Main AOV Dapat 7M” dan Kesuksesan EVOS Esports di SEA Games 2019

Arena of Valor mungkin cukup tertatih dari segi penyajian game. Walaupun begitu game tersebut ternyata cukup berhasil sebagai esports jika melihat inisiatif Garena Indonesia untuk skena lokal. Usaha Garena Indonesia menyajikan esports AOV untuk pasar lokal sudah terlihat sejak dari awal perilisan game tersebut. Ketika pertama dirilis dengan nama Mobile Arena, Garena Indonesia mulai menginisiasi skena kompetitif lokal lewat sajian turnamen terbuka bertajuk MO-Cup pada Juni 2017.

Mobile Arena berganti nama menjadi Arena of Valor pada bulan Agustus 2017 dan MO-Cup berganti nama menjadi VO-Cup. Pergantian nama tersebut juga dimanfaatkan untuk menginisiasi skena kompetitif AOV Indonesia jadi lebih besar lagi lewat sajian turnamen nasional perdana bertajuk Battle of Valor pada bulan September 2017. Turnamen tersebut dipromosikan lewat sebuah jargon “Main AOV dapat 7M” yang mungkin masih terngiang di kepala Anda hingga sekarang.

Battle of Valor terbilang jadi awal dari semua sejarah esports AOV hingga kini. Battle of Valor menjadi turnamen nasional perdana yang dimenangkan oleh EVOS Esports. Selain itu Battle of Valor juga menjadi turnamen AOV pertama yang mengutus pemenangnya ke turnamen internasional bertajuk Arena of Valor International Championship.

Pasca Battle of Valor, Garena Indonesia lalu membuat skena kompetitif AOV jadi lebih konsisten lewat sajian Arena of Valor Star League (ASL). Liga ASL sudah berjalan selama 4 musim selama dua tahun ke belakang. Musim pertamanya diselenggarakan Januari 2018 dengan musim terakhirnya selesai pada September 2020 lalu.

Selama perjalanannya, liga ASL mengalami berbagai pasang surut. Walau demikian ada satu cerita yang sama pada turnamen BoV dan 4 kali liga ASL. Kisah tersebut adalah kemenangan EVOS Esports di setiap pertandingan tingkat nasional. Walaupun EVOS Esports memenangkan semua turnamen nasional tapi persaingan antar tim tetap berjalan dengan ketat. EVOS Esports selalu dihalau oleh GGWP.ID di babak Grand Final dua musim awal ASL. Lucunya dua pertandingan Grand Final tersebut menghasilkan skor yang sama yaitu 3-1 dengan kemenangan untuk EVOS Esports di ASL Season 1 dan 2.

Musim ketiga ASL sempat memunculkan sedikit tanda tanya karena ada sedikit perbedaan dari sisi penyelenggaraan. Garena Indonesia mengurus liga ASL secara mandiri pada dua musim awal. Pada musim ketiga, Garena Indonesia memilih bekerja sama dengan ESL Indonesia untuk menyelenggarakan liga ASL sejak dari babak Regular Season.

Dari segi kompetisi, liga ASL Season 3 mungkin bisa dibilang sebagai liga AOV paling kompetitif sepanjang perjalannya. Hal tersebut salah satunya terlihat pada laga Grand Final ASL Season 3 yang mempertemukan Saudara e-Sports (SES) dengan EVOS Esports. Ketika itu SES berhasil mendesak EVOS Esports dengan sangat keras sampai skor menjadi 2-2. Namun sayang SES tidak dapat mempertahankan momentumnya sehingga Game ke-5 diambil EVOS Esports yang sekaligus membuat mereka menjadi juara ASL selama 3 musim berturut-turut.

Liga ASL Season 4 terjadi pada masa-masa pandemi di tahun 2020 ini. Diselenggarakan mulai April 2020, babak Regular Season memunculkan kejutan tersendiri karena ada dua tim yang muncul secara tidak terduga. Pada musim ini DG Esports dan XcN Gaming mencuat sebagai pengisi peringkat 1 dan 2 klasemen babak Regular Season ASL Season 4. EVOS Esports sebagai juara bertahan ASL finis di peringkat 3 babak Regular Season ASL Season 4.

Walaupun demikian EVOS Esports ternyata langsung mendominasi ketika memasuki babak Playoff. Mereka melibas semua lawan-lawannya dengan cukup meyakinkan. Mereka mengalahkan ArchAngel (peringkat 4 Regular Season) dan XcN Gaming (peringkat 2 Regular Season) dengan skor 3-1. Pada babak final, EVOS Esports malah melibas sang pemuncak klasemen babak Regular Season (DG Esports) dengan skor 4-0 dalam seri pertandingan best-of-7.

Sumber: YouTube Channel Garena AOV Indonesia.
Sumber: YouTube Channel Garena AOV Indonesia.

Hal lain yang juga tak bisa dipungkiri adalah tren viewership ASL yang cenderung menurun apabila kita membandingkan jumlah views antar tayangan pertandingan Grand Final ASL. ASL Season 1 menjadi tayangan dengan jumlah views tertinggi dengan total sebanyak 381.822 views. Setelahnya jumlah views naik turun di kisaran angka 200 ribu dan tidak pernah menyentuh angka 300 ribu lagi.

Secara internasional Arena of Valor sebenarnya mendapat pengakuan yang cukup positif. Salah satu pengakuan terbaik atas game tersebut mungkin bisa dibilang terjadi pada tahun 2018 dan 2019. Pada masa itu, esports dipertandingkan pada festival olahraga tingkat Asia untuk pertama kalinya. Arena of Valor terpilih sebagai salah satu cabang pertandingan pada eksibisi esports di Asian Games 2018 dan pertandingan bermedali di SEA Games 2019.

Perolehan Indonesia pada Asian Games 2018 terbilang kurang memuaskan karena timnas kita harus terhenti di awal. Indonesia yang berisikan roster campuran pemain dari beberapa tim menghadapi dua lawan yang berat ketika itu yaitu Taiwan di Upper-Bracket dan Thailand di Lower Bracket.

Sumber: IESPA - Edit: Akbar Priono
Sumber: IESPA – Edit: Akbar Priono

Indonesia tampil lebih menjanjikan pada SEA Games 2019. Timnas Indonesia yang kali ini diwakili oleh pemain-pemain EVOS Esports hampir saja berhasil meraih medali emas di SEA Games 2019. Sayang skuad Thailand berhasil menghentikan Wiraww dan kawan-kawan dengan skor 3-0 di babak perebutan medali Emas. Skuad AOV Indonesia pun akhirnya harus puas pulang hanya dengan membawa medali perak saja di SEA Games 2019.

 

Ada Apa Dengan AOV dan Persaingan Ketat di Masa Depan

Dengan segala inisiatif yang dilakukan oleh Garena Indonesia, Arena of Valor terbilang tidak pernah mengenyam kesuksesan di tingkat tertinggi. Dari segi penyajian game, Anda bisa lihat sendiri bagaimana AOV dihinggapi berbagai keluhan sejak awal perilisan. Tren viewership liga ASL yang menurun juga bukan pertanda baik bagi masa depan esports AOV. Apalagi kalau misalnya mau dibandingkan, jumlah views ASL yang hanya 200 ribuan terpaut cukup jauh dari jumlah views liga MPL (MLBB) yang mencapai angka 2 jutaan.

Prestasi EVOS Esports yang cukup baik di tingkat internasional mungkin bisa menjadi sedikit titik cerah bagi para penikmat esports AOV. Tapi akhirnya Anda bisa lihat sendiri, EVOS Esports sebagai tim paling sukses di skena AOV lokal pun memutuskan untuk meninggalkan skena esports AOV.

Jadi sebenarnya ada apa dengan AOV? Laporan dari Reuters yang ditulis Pei Li dan Brenda Goh pada bulan Mei 2019 lalu mungkin bisa menjadi sedikit gambaran terhadap apa yang terjadi pada AOV beberapa tahun belakangan. Laporan tersebut lebih menyoroti perkembangan AOV di Eropa dan Amerika Serikat. Dikatakan dalam laporan tersebut bahwa Tencent sudah “lepas tangan” terhadap perkembangan AOV di Eropa dan Amerika Serikat.

“Saat ini kami cuma bisa pasrah membiarkan AOV hidup atau mati sendiri di dua pasar tersebut (Eropa dan Amerika Serikat),” ucap sumber internal yang tidak bisa disebut namanya kepada Reuters. Sumber tersebut lalu menambahkan bahwa AOV hanya memiliki 100.000 pengguna aktif harian di Eropa dan 150.000 di Amerika Serikat pada tahun tersebut.

Lebih lanjut, sumber internal Reuters mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena ada kesalahan strategi marketing dari pihak Tencent. Setidaknya ada 3 kesalahan strategi marketing yang disebut dalam laporan tersebut. Pertama adalah penyajian superhero DC Comics (Superman, Batman, dsb) yang justru membuat AOV jadi terasa terlalu “unik”. Kedua adalah integrasi AOV dengan platform Facebook yang justru terasa asing bagi gamers barat karena mereka jarang menggunakan platform media sosial tersebut. Ketiga adalah ketegangan antara Riot Games dengan Tencent karena penggunaan pemain bintang League of Legends (Xpeke dan YellowStar) sebagai sarana marketing Arena of Valor.

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa ketegangan antara Riot Games dan Tencent terjadi karena pihak Riot merasa Honor of Kings (versi lokal Tiongkok dari Arena of Valor) terlalu menjiplak League of Legends. Pada awalnya Riot tidak mempermasalahkan ketika Tencent sukses dengan Honor of Kings di pasar lokal Tiongkok dan berhasil mendapatkan 55 juta pengguna aktif harian.

Namun Riot akhirnya bertindak tegas ketika Tencent berusaha memasarkan Arena of Valor sebagai versi internasional dari Honor of Kings di pasar Eropa. Merasa brand mereka terancam, Riot Games memprotes pihak eksekutif Tencent yang membuahkan pelarangan usaha marketing AOV di Eropa selama 2 bulan. Pasca kejadian tersebut Riot mendapat hak untuk melakukan review terhadap semua rencana marketing, desain poster, bahkan mendapat hak untuk melarang Tencent apabila mereka ingin menggunakan selebriti gamers tertentu sebagai sarana marketing.

Laporan tersebut lalu ditutup dengan kabar bahwa hubungan antara Tencent dengan Riot sudah kembali membaik pasca kejadian tersebut. Narasumber dari Reuters juga mengatakan bahwa mereka (Riot dan Tencent) sedang mengerjakan versi mobile dari League of Legends pada laporan yang terbit tahun 2019 tersebut.

Kini League of Legends Mobile atau Wild Rift telah dirilis ke publik untuk pasar Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand. Jika kita menyambungkan dari apa yang dibahas dalam laporan Reuters dengan kejadian saat ini, sepertinya bukan tidak mungkin bahwa Arena of Valor akan digantikan oleh Wild Rift di masa depan demi menyatukan Riot dan Tencent ke dalam satu pijakan yang sama di ranah MOBA untuk mobile.

Terlebih nasib Arena of Valor juga sudah menjadi semakin tidak pasti di beberapa daerah. Selain Eropa dan Amerika yang tadi disebutkan, India juga jadi negara penerbitan AOV yang nahas nasibnya. Pasca pemblokiran yang dilakukan oleh pemerintah India di bulan September 2020, Tencent akhirnya memutuskan untuk menutup server AOV India pada tanggal 24 September 2020 lalu.

Bagaimana dengan Indonesia?

Kehadiran Wild Rift kemungkinan besar akan menjadi tantangan tersendiri bagi AOV untuk bisa terus bertahan hidup. Pada sisi lain, Garena Indonesia sepertinya terlihat sedang sibuk dengan Free Fire, game besutan mereka sendiri yang dikabarkan telah mencatat rekor 100 juta pengguna aktif harian di kuartal kedua 2020. Secara esports, Free Fire Master League juga menunjukkan angka viewership yang manis dengan total 9 juta views pada musim keduanya.

Akankah 2020 menjadi akhir cerita Arena of Valor/Honor of Kings setelah Wild Rift resmi meluncur ke pasaran?

Hal tersebut juga menjadi tanda tanya besar lain mengingat posisi Tencent dan Riot Games yang merupakan satu “keluarga”. Pada akhirnya, hanya Tencent, Riot, dan waktu yang tahu jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan kita terhadap nasib Arena of Valor/Honor of Kings/Wild Rift di masa depan.

Laptop untuk Pekerja Kreatif Diperkenalkan Dell: XPS 15 9500 dan XPS 17 9700

Walaupun dalam masa pandemi seperti saat ini, sepertinya tidak mengurungkan niat Dell untuk meluncurkan produk terbaru mereka. Hal tersebut dibuktikan dengan sebuah acara yang dihelat pada tanggal 28 Oktober 2020. Dell meluncurkan dua buah laptop terbaru mereka, yaitu Dell XPS 15 9500 dan Dell XPS 17 9700 di Indonesia. Acara ini sendiri disiarkan secara langsung melalui platform Zoom.

“Portofolio XPS baru selalu menjadi lini yang paling ditunggu kehadirannya. Semua orang selalu ingin tahu apa saja inovasi terbaru yang kami hadirkan bagi pelanggan kami,” kata Tjipto Suparto, Consumer Country Director, Dell Technologies, Indonesia. “Setiap detil dari laptop XPS 15 dan 17 ini dipertimbangkan dengan seksama, dan hasilnya laptop yang mulus, fungsional, dan sangat stylish.”

Dell XPS 17 [3]

Dell XPS 17 9700 diklaim sebagai laptop dengan layar berdimensi 17 inci terkecil di dunia. Pihak Dell mengatakan bahwa XPS 17 lahir karena keinginan konsumen untuk memiliki laptop dengan dimensi besar dan kinerja yang lebih tinggi, namun tetap memiliki dimensi yang tipis serta portabel. Layarnya memiliki bingkai bernama Infinity Edge yang tipis sehingga dimensinya 34% lebih kecil dibandingkan laptop sejenis.

Dell XPS 17 9700 menggunakan prosesor Intel Core i7 10750H dan GPU NVIDIA GeForce RTX 1650 Ti. Laptop setebal 19,5mm ini bisa memiliki daya hingga 130W, sehingga daya tahan baterainya lebih dari 7 jam pada resolusi UHD+. Baterainya sendiri berkapasitas 97WHr. Dell juga mengembangkan pendinginan tersendiri sehingga panas yang ada didalam case bisa cepat dikeluarkan melalui kisi-kisinya.

Dell XPS 15 9500 baru ini memiliki layar yang lebih lebar dari generasi sebelumnya. Menggunakan layar Infinity Edge, XPS 15 menggunakan rasio 16:10 dan memiliki layar 5% lebih besar dari sebelumnya. XPS 15 juga menggunakan prosesor Intel Core i7 10750H dengan GPU NVIDIA GeForce GTX 1650 Ti.

Dell XPS 15 [2]

Baterai yang ditanamkan pada XPS 15 memiliki kapasitas 86 WHr. Dengan baterai sebesar itu, XPS 15 mampu memainkan video dengan resolusi 4K sampai dengan 10 jam. Pendingin yang digunakan memiliki dua buah kipas dan heat pipe yang diklaim 8% lebih tipis. Ventilasi pembuangan udara panasnya juga dibuat cukup unik, yaitu dibalik engsel dan di bawah laptopnya.

Dell XPS 15 9500 dijual dengan harga mulai dari Rp. 42.999.000 tergantung dengan spesifikasi yang dipilih. Untuk Dell XPS 17 9700 dijual dengan harga mulai dari Rp. 47.999.000. Semuanya sudah menggunakan Windows 10 serta mendapatkan MS Office Home Student 2019.

Upgradable kah?

Saat ini, kendala dari sebuah laptop yang tipis adalah sulitnya melakukan upgrade. Padahal, memperbesar RAM serta penyimpanan seperti SSD selalu dibutuhkan dari waktu ke waktu. Lalu apakah kedua laptop terbaru dari Dell ini bisa ditambahkan RAM dan penyimpanannya?

Dell XPS - Pembicara

Bapak William Hartoyo selaku Product Marketing Manager Dell Indonesia mengatakan bahwa kedua laptop ini bisa di-upgrade. Terdapat dua buah slot RAM didalamnya yang bisa dipasang RAM dengan kapasitas hingga 64 GB. SSD yang ada juga bisa ditambahkan kapasitasnya dengan mudah pada laptop yang satu ini.

Dengan kemudahan upgrade seperti ini, membuat Dell XPS terlihat lebih menarik dari pesaingnya yang belum tentu bisa ditingkatkan lagi kapasitasnya.

AMD Ungkap GPU Radeon RX 6000 Series, Siap Bersaing Melawan Nvidia di Segmen High-end

2020 resmi menjadi tahun pembuktian bagi AMD. Belum lama ini, lewat Ryzen 5000 Series, AMD membuktikan bahwa prosesor bikinan mereka bisa mempunyai performa gaming yang lebih kencang daripada Intel. Sekarang, AMD ingin membuktikan bahwa mereka juga bisa bersaing melawan Nvidia di segmen kartu grafis high-end.

Sebelumnya, mari kita mengingat kembali penawaran terbaru yang Nvidia umumkan di bulan September kemarin. Kala itu, Nvidia memperkenalkan tiga kartu grafis yang dibangun di atas arsitektur Ampere: RTX 3070, RTX 3080, dan RTX 3090. Di posisi paling rendah dengan banderol $499, RTX 3070 diklaim punya performa yang sama, atau bahkan melampaui RTX 2080 Ti yang dihargai $1.200, dan klaim itu sudah dibuktikan oleh banyak reviewer baru-baru ini.

AMD di sisi lain tidak punya GPU yang sanggup menyaingi RTX 2080 Ti. GPU terkuat mereka sebelum ini, Radeon VII, hanya mampu bersaing melawan RTX 2080 biasa, dan kartu tersebut pun sudah di-discontinue sejak lama. Yang masih dijual sampai sekarang adalah Radeon RX 5700 XT, tapi kartu tersebut hanya menduduki level yang sama seperti RTX 2070.

Kondisinya berubah drastis pasca peluncuran Radeon RX 6000 Series pada tanggal 28 Oktober kemarin. Dengan memaksimalkan arsitektur barunya, RDNA 2, AMD tak hanya berniat menggulingkan RTX 2080 Ti, tapi juga RTX 3090 sekaligus. Kedengarannya mungkin kelewat ambisius, tapi itulah kesan yang saya dapat setelah menyimak presentasi AMD.

Sama seperti Nvidia, AMD turut menyingkap tiga kartu grafis baru: RX 6800, RX 6800 XT, dan RX 6900 XT. Berikut spesifikasi lengkap ketiganya:

AMD Radeon RX 6800

AMD Radeon RX 6800 XT

AMD Radeon RX 6900 XT

Compute Unit

60

72

80

Base Clock

1.815 MHz

2.015 MHz

2.015 MHz

Boost Clock

2.105 MHz

2.250 MHz

2.250 MHz

VRAM

16 GB GDDR6

16 GB GDDR6

16 GB GDDR6

Memory Bus Width

256-bit

256-bit

256-bit

Infinity Cache

128 MB

128 MB

128 MB

Total Board Power

250 W

300 W

300 W

Jadwal Rilis

18 November 2020

18 November 2020

8 Desember 2020

Harga

$579

$649 $999

Melihat tabel di atas, Anda mungkin langsung bertanya-tanya mengenai Infinity Cache. AMD menggambarkan teknologi ini berfungsi layaknya L3 cache di prosesor, dan pada praktiknya mampu menggenjot performa selagi menekan konsumsi daya. AMD mengilustrasikan bahwa kombinasi memory bus 256-bit plus Infinity Cache pada RX 6000 Series mampu menghasilkan bandwith dua kali lebih besar daripada memory bus 384-bit, tapi di saat yang sama konsumsi dayanya tercatat cuma 90%.

Kalau bicara benchmark, AMD mengklaim RX 6800 menawarkan performa rata-rata 18 persen lebih baik daripada RTX 2080 Ti, dan ini menempatkannya di level yang hampir sama seperti RTX 3070 meski harganya terpaut $80. Lalu untuk RX 6800 XT, AMD cukup berbangga kinerjanya mampu menyaingi RTX 3080 selagi mengonsumsi daya yang lebih rendah.

Terakhir, ada RX 6900 XT yang siap berkompetisi secara langsung melawan RTX 3090. Dalam beberapa permainan, RX 6900 XT bahkan mencatatkan selisih frame rate yang cukup banyak dibanding RTX 3090. Semua itu lagi-lagi dengan efisiensi energi yang lebih baik dan harga jual yang jauh lebih terjangkau.

Juga sangat menarik adalah teknologi yang AMD juluki dengan istilah Smart Access Memory. Idenya adalah, kita bisa mendapatkan performa yang lebih baik lagi jika menandemkan GPU RX 6000 Series dengan prosesor Ryzen 5000 Series dan motherboard B550 atau X570. Berdasarkan pengujian internal AMD, peningkatan performanya berkisar antara 5 – 11 persen di beberapa game.

Dari kacamata sederhana, teknologi ini memungkinkan prosesor Ryzen 5000 Series untuk mendapat akses penuh atas memory yang dimiliki GPU RX 6000 Series demi semakin meminimalkan bottleneck. Tanpa Smart Access Memory, prosesor cuma bisa mengakses 256 MB dari total VRAM yang tersedia.

Terakhir, AMD tidak lupa memastikan kalau RX 6000 Series mendukung teknologi ray tracing sepenuhnya dengan merujuk pada API DirectX 12 Ultimate. AMD juga sempat menyinggung sedikit soal Super Resolution, yang sepintas terdengar seperti ekuivalen dari teknologi DLSS besutan Nvidia. Sayang AMD belum mau berbicara lebih jauh soal ini.

Kalau melihat jadwal peluncurannya, November 2020 bakal menjadi salah satu tahun paling menarik di sepanjang sejarah gaming, terlepas dari pengaruh besar pandemi COVID-19. Selain kedatangan dua console next-gen sekaligus, kita juga bakal disambut oleh sederet komponen PC baru dari berbagai kubu.

Sumber: AMD dan AnandTech.

Industri Agritech di Indonesia yang Terus Bertumbuh

Salah satu yang cukup membanggakan dalam perkembangan ekonomi digital Indonesia adalah terciptanya solusi atas berbagai masalah di berbagai sektor, sekaligus memunculkan peluang baru yang ternyata bisa berdampak bagi banyak orang. Ojek online, merchant pesan antar makanan, dan transformasi warung ke arah digital adalah beberapa di antaranya.

Yang belum terdengar luas gaungnya adalah bagaimana pertumbuhan industri agritech di Indonesia. Ceritanya belum banyak sampai ke permukaan. Sebenarnya beberapa nama sudah memfokuskan diri di sektor ini, TaniHub, SayurBox, KedaiSayur, iGrow, Crowde, Etanee, EdenFarm, Freshbox, dan nama-nama lainnya adalah sederet startup yang mencoba mentransformasikan industri agritech di Indonesia dengan solusinya masing-masing.

Selama beberapa tahun terakhir mereka mencoba menvalidasi ide sekaligus mengedukasi pasar bahwa ada solusi teknologi yang bisa memecahkan permasalahan konvensional yang ada, seperti pinjaman petani, harga yang murah, hingga distribusi hasil panennya.

Di tahun 2020, sejak memasuki masa pandemi beberapa nama di sektor ini mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Terutama mereka yang fokus pada layanan pengiriman hasil panen langsung ke pelanggan. Potensi ini juga yang membuat KedaiSayur pivot dan fokus pada layanan pesan antar bahan makanan. Sayurbox, Etanee, EdenFarm, dan Freshbox juga kompak menyebutkan ada pertumbuhan pelanggan ritel di masa pandemi.

Sementara itu, dari sisi layanan pemodalan, Crowde membagikan cerita kepada DailySocial di awal masa pandemi bisnis operasional mereka ikut terdampak. Kondisi tersebut disebabkan karena banyaknya PO dengan bisnis horeka yang terpaksa dibatalkan denga alasan force majeure juga disebabkan adanya travel restriction dari satu daerah ke daerah lain.

Banyak pihak yang terkejut dengan berbagai kebijakan baru dan rencana yang abu-abu, contohnya seperti banyak pemodal yang belum berani melakukan pemodalan kembali setelah repayment atau kebijakan baru untuk membatasi jenis usaha yang dimodali.

“Penyesuaian dari sistem juga kami lakukan agar permodalan tetap mempunyai mitigasi risiko yang relevan selama pandemi ini berjalan, seperti opsi asuransi kredit dalam permodalan, diversifikasi offtaker untuk penyerapan hasil panen, hingga opsi pembelian hasil panen dalam tonase. Untuk mempermudah sistem pendampingan penyaluran modal, kami juga lebih banyak bekerja sama dengan putra daerah sebagai farmers consultant dan field agent,” terang Head of Impact Investment Crowde Afifa Urfani.

Performa Crowde di masa pandemi terbilang cukup menjanjikan. Di periode Maret hingga Agustus mereka mengklaim terus menyalurkan dana hingga mencapai lebih dari Rp60 Miliar. Angka ini lebih banyak jika dibandingkan kondisi normal, mengingat puncak masa tanam berada di bulan September hingga Oktober tiap tahunnya. Dana tersebut tersalurkan untuk lebih dari 18.000 petani dan lebih dari 300 usaha kecil dan mikro yang berada di sektor pertanian.

“Selama pandemi pula, kami terus bekerja sama dengan >10 pemodal institusi yang tak gentar menyalurkan modal walau dalam kondisi pandemi dengan ketidakpastian nasib kredit. Shout out kepada 2 di antaranya, yaitu Bank BJB dan Bank Mandiri, yang justru terus terbuka terhadap banyak penyesuaian dalam permodalan pertanian,” terang Afifa.

Rantai pasokan dan pinjaman modal petani

Jika melihat lebih jauh tentang masalah yang sedang diselesaikan startup teknologi di bidang agritech, akan mengerucut pada dua hal rantai pasokan atau distribusi dan juga pinjaman modal petani. Untuk rantai pasokan, startup-startup ini biasanya akan terjun langsung ke daerah untuk menemui petani atau kelompok tani dan menjalin kerja sama untuk menampung hasil panen mereka.

Kemudian hasil panen akan ditampung di semacam sentra pengolahan untuk disortir dan dikemas sebelum akhirnya diteruskan ke pelanggan. Dengan rantai distribusi yang pendek seperti ini kualitas sayur dan buah akan lebih terjaga, harga akan tetap bersaing, dan pelanggan akan mendapatkan pengalaman berbelanja yang menarik.

Sementara untuk pinjaman pemodalan pertanian, garis besar prosesnya adalah petani membuka proyek di platform yang disediakan, lengkap dengan informasi tanaman yang akan mereka tanam dengan jumlah keuntungan yang ditawarkan. Selanjutnya pemilik modal akan memilih proyek dan mendanainya.

Dari dua permasalahan mendasar tersebut, ada satu hal yang membuatnya bisa berdampak positif kepada petani. Semuanya berlomba-lomba untuk membuat petani panen dengan maksimal dan berkualitas. Tujuannya untuk menghasilkan kualitas terbaik bagi layanan mereka masing-masing. Buah atau sayuran berkualitas dengan jumlah yang melimpah, atau hasil yang baik untuk mereka yang menanamkan modal. Sinergi ini yang diharapkan mampu menggangkat petani ke level yang lebih baik, lebih terukur, dan lebih terdokumentasi.

Agritech di negara lainnya

Tiongkok sebagai negara dengan adopsi teknologi yang kencang dalam satu dekade belakangan sudah menjadikan transformasi di sektor agritech sebagai prioritas nasional. Mereka meluncurkan rencana pengembangan dan digitalisasi sektor pertanian mulai dari tahun 2019 hingga 2025. Teknologi mutakhir seperti robot AI untuk otomatisasi dan pemantauan berbasis sensor, blockchain, rantai pasokan, hingga jaringan 5G diharapkan bisa menciptakan solusi di sektor pertanian. Dari sebuah laporan yang terbitkan Maret silam, investasi di e-Grocery Tiongkok tumbuh 25% dari tahun 2018. Menyentuh angka $2,1 miliar.

Sementara di India, rantai pasokan atau supply chain juga menjadi tantangan tersendiri untuk industri agritech. Menghubungkan langsung para petani dengan para pelanggan tampaknya menjadi pekerjaan rumah penting agritech di banyak negara.

Sebuah laporan, bertajuk Agritech – toward transforming Indian Agriculture yang dikeluarkan EY pada Agustus silam, menyebutkan potensi supply chain untuk pasar India mencapai $12 miliar, sedangkan untuk financial service mencapai $4.1 miliar. Dua sektor ini menyediakan ruang untuk pemain startup untuk tumbuh sekaligus memberikan sumbangsih kepada pertanian nasional.

Potensi selanjutnya

Indonesia adalah negara agraria di mana setiap tahunnya ada saja kabar mengenai petani yang gagal panen atau petani yang harga hasil panennya anjlok. Jika berbicara mengenai potensi, jelas pemberdayaan kelompok tani untuk mengurangi risiko-risiko tersebut adalah satu yang terpenting.

Selanjutnya, di tahap yang lebih matang teknologi sensor khas IoT, prediksi berdasarkan data khas big data dan machine learning bisa membawa petani masuk ke level selanjutnya. Menentukan masa tanam dan varian apa yang paling menguntungkan untuk mengurangi risiko gagal panen efektivitas masa tanam.

Indonesia sedang menuju ke arah sana. Investasi yang didapatkan perusahaan di sektor agritech diharapkan mampu menghadirkan solusi demi masa depan petani Indonesia yang lebih baik.

Pemain Real Madrid Buat Tim CS:GO, Genshin Impact Dapatkan US$245 Juta dari Mobile

Dalam seminggu terakhir, muncul beberapa kabar menarik terkait ekosistem esports dan industri game, seperti pesepak bola profesional Casemiro yang memutuskan untuk membuat organisasi esports. Selain itu, hanya dalam waktu sebulan, pemasukan Genshin Impact dari para pemain mobile telah mencapai US$245 juta.

Pemain Real Madrid Buat Tim CS:GO

Pemain sepak bola Real Madrid, Carlos Henrique Casimiro alias Casemiro, ikut terjun ke dunia esports dengan mendirikan organisasi esports yang dinamai CaseEsports. Casemiro bukanlah pesepak bola pertama yang tertarik untuk masuk ke industri esports. Pada Februari 2020, Gareth Bale juga membuat organisasi esports sendiri, yaitu Ellevens.

Tim pertama CaseEsports adalah tim CS:GO. | Sumber: Steam
Tim pertama CaseEsports adalah tim CS:GO. | Sumber: Steam

Tim pertama CaseEsports adalah tim Counter-Strike: Global Offensive. Mereka telah menandatangani kontrak dengan tim asal Brasil, yang terdiri dari Paulo “land1n” Felipe, Denis “dzt” Fisher, Felipe Delboni, Yan “yepz” Pedretti, dan Vinicius “n1ssim” Pereira. Casemiro berencana untuk memfokuskan CaseEsports di Spanyol. Untuk itu, dia menyiapkan kantor dan gaming house di Madrid. Tim CS:GO CaseEsports diperkirakan akan ikut bertanding di babak kualifikasi DreamHack Open pada Desember 2020.

“Saya membuat CaseEsports karena hobi saya bermain game. Saya harap, mereka akan menjadi tim profesional yang bisa berlaga di turnamen besar,” kata Casemiro, menurut laporan Esports Insider. “Saya sadar, membuat tim baru yang sukses akan membutuhkan waktu dan kerja keras. Saya harap, para pemain dan fans akan bisa menikmati proyek saya ini.”

Dalam Sebulan, Genshin Impact Dapatkan US$245 Juta dari Mobile

Sebulan setelah peluncuran, pemasukan Genshin Impact dari mobile telah mencapai setidaknya US$245 juta. Dengan ini, Genshin Impact menjadi sebagai salah satu mobile game terpopuler saat peluncuran, menurut Sensor Tower. Pemasukan Genshin Impact dari mobile pada bulan pertama sejak peluncuran bahkan mengalahkan Lineage 2: Revolution, Fire Emblem Heroes, dan Fortnite. Meskipun begitu, pemasukan Pokemon Go pada bulan pertama peluncuran masih lebih tinggi, mencapai US$283 juta.

Genshin Impact jadi bukti bahwa developer Tiongkok bisa memenangkan hati gamer global.
Genshin Impact jadi bukti bahwa developer Tiongkok bisa memenangkan hati gamer global.

Satu hal yang harus diingat, US$245 juta hanyalah pemasukan Genshin Impact dari mobile, tak termasuk pemasukan di PC dan PlayStation 4. Selain itu, data pemasukan ini juga tidak menghitung pemasukan Genshin Impact dari ponsel Android di Tiongkok. Secara total, pemain di Tiongkok menyumbangkan US$82 juta pada pemasukan Genshin Impact. Sementara pada bulan pertama, Amerika Serikat memberikan kontribusi sebesar US$45 juta.

“Genshin Impact adalah bukti kesuksesan developer Tiongkok untuk masuk ke pasar negara-negara Barat. Sang developer fokus pada mekanisme gameplay yang populer, sistem progression yang dalam, dan tidak segan mengeluarkan biaya produksi yang besar,” kata analis Niko Partners, Daniel Ahmad pada Sensor Tower, menurut laporan GamesIndustry.

VSPN Dapat Investasi Senilai Hampir US$100 Juta

Versus Programming Network (VSPN), perusahaan penyedia solusi esports asal Tiongkok, mengumumkan bahwa mereka telan mendapatkan pendanaan Seri B dengan nilai hampir mencapai US$100 juta. Ronde pendanaan kali ini dipimpin oleh Tencent Holdings. Beberapa investor lain yang ikut serta antara lain Tiantu Capital, SIG (Susquehanna International Group), dan Kuaishou. Kucuran dana kali ini akan digunakan untuk mengembangkan produk dan ekosistem esports di Tiongkok dan Asia.

“Kami bangga dapat mengumumkan ronde pendanaan terbaru ini,” kata CEO VSPN, Dino Ying, dikutip dari TechCrunch. “Beberapa tahun belakangan, VSPN tumbuh dengan pesat berkat regulasi dari pemerintah Shanghai yang mendukung pengembangan ekosistem esports dan kepercayaan pemerintah Beijing, Chendu, dan Xi’an akan pertumbuhan industri esports. Setelah ronde pendanaan ini, kami akan membangun fasilitas penelitian esports, taman budaya esports, dan kami juga akan melakukan ekspansi global.”

VSPN didirikan pada 2016 di Shanghai. Mereka merupakan salah satu penyelenggara turnamen esports pertama asal Asia. Sejak saat itu, VSPN telah masuk ke berbagai operasi esports lain, termasuk pengadaan tempat turnamen esports offline.

Mengapa VC Berinvestasi di Startup Kecantikan dan Kosmetik Lokal

Kebangkitan industri kecantikan dan perawatan diri (beauty and personal care) di Indonesia ditandai oleh kelahiran banyak brand lokal baru. Pemerintah mencatat terdapat 797 pelaku usaha kosmetik besar dan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia pada 2019, di mana sebanyak 294 terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Jumlah tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 760.

Mengutip Tempo, CEO Social Bella John Marco Rasjid mengaku optimistis pasar industri kecantikan Indonesia bakal tumbuh pesat. Ada sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan ini. Pertama, mengutip laporan Euromonitor, pasar kecantikan dan perawatan diri Indonesia diestimasi mencapai $6,03 miliar pada 2019 dan meningkat menjadi $8,46 miliar di 2022.

Kedua, sebagaimana diungkapkan John, rata-rata total belanja produk kecantikan konsumen Indonesia masih berkisar $20 per kapita. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan Thailand ($56 per kapita) dan Malaysia ($ 75 per kapita). Ketiga, Indonesia memiliki populasi perempuan yang sangat besar. Bappenas memperkirakan jumlah populasi perempuan bakal melonjak menjadi 142 juta jiwa dari populasi di 2010 yang sebesar 118,66 juta jiwa.

Kepada DailySocial, Co-founder dan CEO Base Yaumi Fauziah Sugiharta mengatakan bahwa kebangkitan ini akan menandai fenomena industri startup gelombang ketiga setelah meledaknya vertikal pelopor, yaitu e-commerce, ride-hailing, dan fintech. Tren ini bakal didorong brand-brand lokal yang menggunakan pendekatan Direct-to-Consumer (DTC).

“Ekosistem teknologi di Asia semakin matang dan literasi digital semakin meningkat. Kita juga melihat bahwa sepanjang 2018-2020 tren pasar mulai bergeser. Startup yang naik daun adalah startup consumer centric dan startup B2B yang membantu pelaku bisnis yang berorientasi ke consumer. Di sini, beauty tech diprediksi menjadi bagian dari kebangkitan startup gelombang ketiga,” ungkap Yaumi. 

Perlukah pelaku bisnis skincare dan kosmetik mencari pendanaan dari VC?

Kemunculan e-commerce atau marketplace seperti Sociolla, Tokopedia, dan Shopee turut andil besar terhadap kelahiran brand kecantikan lokal dengan model DTC. Dengan meningkatnya tren belanja online, pelaku bisnis ini sebetulnya diuntungkan karena mereka tidak perlu membangun jalur distribusi, apalagi membangun toko ritel dalam menjangkau konsumen.

Justru para brand lokal ini dapat mengalokasikan dananya untuk keperluan lain, seperti pengembangan R&D, marketing channel, dan teknologiMenariknya, dalam dua tahun terakhir sejumlah brand lokal mulai mencari opsi pendanaan eksternal untuk mendukung dan memperkuat bisnisnya di industri beautytech.

Dalam catatan kami, ada empat startup beauty dan wellness di Indonesia yang berhasil memperoleh pendanaan dari venture capital (VC). Mereka antara lain Base, Nusantics, SYCA, dan Callista. Meski membidik target pasar berbeda, ketiganya sama-sama memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan produk dan mengenali kebutuhan konsumen.

Brand/Startup Category Investor(s) Stage
Base Skincare and wellness Antler
Skystar Capital and East Ventures
Pre-Seed

Seed

Nusantics Biotech East Ventures Seed
SYCA Cosmetics Salt Ventures Pre-Seed
Callista Skincare SKALA Pre-Seed

Sumber: Diolah kembali oleh DailySocial

Yaumi mengungkapkan bahwa pihaknya sempat menerima pendanaan pre-seed dari Antler pada Maret 2019 dan mendapat mentoring selama 6 bulan. Antler dapat dikatakan sebagai initial touchbase Base terhadap VC sebelum akhirnya mengantongi pendanaan Seed dari East Ventures dan Skystar Capital.

“Kami ingin membawa pengalaman terbaik dan kami ingin menantang the current norm. Maka itu, kami butuh infrastruktur untuk bisa build the project ten times better. Saat itu, kami lihat financing kami tidak cukup untuk permodalan. Dari keluarga juga tidak mungkin, apalagi bank. Opsi kami hanya angel investor atau VC,” ujarnya.

Infrastruktur yang dimaksud salah satunya adalah pengembangan teknologi untuk memahami kebutuhan konsumen. Base menyediakan layanan skin profling dengan algoritma AI melalui website. Ini menjelaskan mengapa Base belum tertarik memasarkan produknya lewat marketplace.

Karena ada journey sedemikian rupa dari pre-purchase sampai post-purchase, situasi ini mengharuskan Base untuk bertumpu pada satu platform saja dari sisi algoritma. Tujuannya tak lain untuk menentukan bahan skincare yang tepat untuk konsumen. Ini berlaku bagi pelaku bisnis yang menggunakan model bisnis DTC.

Di samping itu, teknologi sangat membantu produknya agar tetap relevan kepada konsumen dalam sepuluh tahun kemudian. Maka itu, penting baginya untuk selalu melakukan iterasi mengingat generasi Z cenderung digital savvy dan tidak mau didikte dalam membeli produk.

“Di industri ini yang sangat rely pada pengembangan produk, tentu kami perlu meyakini VC bahwa produk sudah diuji ke pasar. Belum lagi testing formula, dengan catatan terus menerus melakukan iterasi. Startup dituntut untuk agile. Apabila menunggu [funding] sampai dapat konsumen dan monetisasi, tentu tidak keburu. Berbeda dengan vertikal lain yang mungkin tidak ada proses manufaktur. Makanya sejak awal kami sudah bootstrapping,” jelasnya.

Sementara itu, brand rintisan lokal Mad for Makeup mengaku belum tertarik untuk mencari pendanaan dari VC. Dua Founder Mad for Makeup, yakni dr. Shirley Oslan dan Tony Tan, mengungkap bahwa modal yang dimiliki saat ini masih cukup dan pihaknya masih fokus dalam mengejar pertumbuhan di 2021.

Dengan pencapaian pertumbuhan bisnis di tahun ini, Shirley mengakui bahwa pihaknya pernah didekati beberapa VC besar. Namun, menurutnya ia lebih memilih melibatkan VC sebagai advisor untuk mempersiapkan skala lebih besar, meskipun dengan zero capital untuk ekuitas.

“Untuk modal tidak ada kriteria khusus selama strategi yang dipakai tepat. Tapi untuk pasar tertentu, kami tentu butuh sumber dan permodalan lebih lanjut. We might consider next year [pendanaan eksternal], itupun kalau kami melihat ada rencana ekspansi ke luar negeri,” tambahnya.

Saat ini, Mad for Makeup mengaku berhasil memperoleh market-fit yang bagus di pasar kecantikan dan kosmetik Indonesia dengan pendekatan DTC dan harga terjangkau. Dengan modal awal sebesar Rp800 ribu, startup dengan jargon rebel beauty ini telah menjual sebanyak 26.000 unit produk di tahun pertamanya berdiri.

Industri kecantikan Indonesia di mata VC

Di luar Indonesia, tren investasi VC pada pelaku bisnis skincare dan kosmetik bukan lagi hal baru. Di Korea Selatan, bisnis ini menjadi sasaran empuk bagi investor. Mereka berhasil menunjukkan inovasi dan konsep uniknya dalam menjangkau generasi muda yang merupakan digital native. Negeri Ginseng ini berhasil menjelma menjadi kiblat industri kecantikan dunia.

Ambil contoh, startup asal Korea Selatan Reziena mengembangkan platform berbasis AI untuk menghasilkan data yang dapat dimanfaatkan dalam menciptakan layanan personalisasi perawatan diri di rumah. Serupa dengan ini, startup asal Singapura Yours juga berupaya menghadirkan personalized skincare kepada konsumennya.

Brand/Startup Category Investor(s) Stage Origin
Yours Skincare Surge, Global Founders Capital, Kindred Ventures, angel investors Seed Singapore
LYCL Inc (Unpa.) Skincare and cosmetics Venture Round Series A South Korea
Typology Skincare and cosmetics Firstminute Capital, Alven, Xavier Niel, Mark Simoncini Seed French
Tula Skincare Landis Capital, Great Oaks Venture Capital, L Catterton Series Unknown United States
True Botanicals Skincare Unilever Ventures, Kaktus Capital, etc Series A United States

Sumber: Dari berbagai referensi / Diolah kembali oleh DailySocial

Dihubungi secara terpisah, Head of Investor Relations & Capital Raising MDI Ventures Kenneth Li mengatakan, ada sejumlah faktor mengapa pelaku startup kecantikan menarik bagi VC. Pertama, brand lokal masa kini menggunakan model DTC untuk membidik segmen digital native.

Kedua, konsumen produk kecantikan cenderung memiliki user stickiness dan repeat purchase yang tinggi. Artinya, bisnis ini dapat mengantongi pertumbuhan bisnis dengan cepat. Tentu bagi VC, masuk ke vertikal ini dapat menjadi sebuah diferensiasi bisnis. Akan tetapi, investasi tetap memerlukan scalibility.

“Apabila investasi di teknologi, scalability-nya bisa jauh lebih cepat. Mereka juga bisa [investasi] di R&D untuk menciptakan superior product. Ambil contoh di Korea Selatan, bisnis ini merupakan salah satu signature mereka. Pada akhirnya, industri kecantikan di sana berkembang dengan pesat berkat investasi dari VC/investor,” ujar Kenneth.

Selain itu, tambahnya, strategi untuk melakukan scale up dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi AI untuk memperoleh user journey dan profiling pengguna. Dari data yang dihasilkan, brand lokal sebetulnya dapat mengembangkan marketing channel yang tepat dan menciptakan produk sesuai kebutuhan konsumen.

Sementara Senior Investment Analyst Kolibra Capital William Auwines menyoroti perspektif lain. Banyak brand kecantikan lokal mengembangkan strategi marketing yang berbeda untuk membangun brand equity-nya. Selain itu, yang cukup menonjol adalah produk kecantikan terbilang memiliki biaya produksi rendah sehingga keputusan untuk membeli produk menjadi lebih mudah dan nature bisnisnya akan selalu membutuhkan constant repurchasing.

Ia menilai kehadiran e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada menjadi game changer bagi industri ini karena mereka mampu mengantongi consumer purchasing journey. Alhasil, tak hanya pelaku industri kecantikan saja yang meningkat, tetapi juga bisnis pendukungnya, seperti sales, marketing, dan logistik untuk segmen SME. Dari paparan ini, industri kecantikan menjadi vertikal yang menarik bagi VC karena berhasil menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan dalam beberapa tahun terakhir.

“Sebagai VC, biasanya kami mengabaikan perusahaan tradisional, seperti fashion dan retail. Bagi kami, ada banyak perusahaan teknologi baru yang tumbuh eksponensial dengan menjaga biaya tetap rendah, menjangkau pasar lewat pemasaran online, dan meningkatkan layanan logistiknya untuk memperoleh keuntungan. Faktor ini membuat valuasinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan tradisional,” paparnya kepada DailySocial.

Founder dan CEO Female Daily Network Hanifa Ambadar menilai para brand lokal ini sebetulnya dapat bertahan tanpa bantuan investasi VC. Model bisnis kecantikan umumnya menyasar langsung end user sehingga mereka bisa langsung berjualan dan mendapatkan modal kembali. Margin dari bisnis juga dinilai cukup besar sehingga mereka bisa menggunakan strategi diskon untuk mendongkrak penjualan.

“Akan tetapi, pastinya mereka tidak bisa scale up secepat brand-brand lain yang punya modal besar. Apalagi, jika mereka mau ekspansi dengan membangun toko ritel. Belum lagi campaign dan product endorsement, strategi itu tentu membutuhkan modal lebih banyak lagi,” kata Hanifa kepada DailySocial.

4 Tips Membuat Video Presentasi yang Menarik untuk Tugas Sekolah

Smartphone makin punya peran di era serba dari rumah, mulai kerja dari rumah hingga belajar. Penggunaan platform belajar online dan conference call juga makin meningkat, diiringi dengan tuntutan pemahaman siswa dan guru terhadap teknologi pendukungnya, seperti tanya jawab kuis, absen online hingga video presentasi.

Continue reading 4 Tips Membuat Video Presentasi yang Menarik untuk Tugas Sekolah

Platform Kampanye Digital “Dukung Calonmu” Ingin Permudah Pemilihan Kontestan Politik

Berawal dari situs kampanye penggalangan dana publik (crowdfunding), saat ini Dukung Calonmu berpindah haluan menjadi platform kampanye digital yang menyeluruh. Meskipun belum meninggalkan fitur crowdfunding yang saat ini dikenal sebagai donasi, Founder & CEO Christian Hutabarat menceritakan visi dan ambisinya kepada kami.

Ia mengatakan, pivot layanannya didasarkan pada hasil pengamatan mendalam terkait kondisi terkini di Indonesia. Platform penggalangan dana belum bisa diterima sepenuhnya oleh kalangan kontestan politik.

“Konsep seperti itu sulit untuk masuk ke budaya politik Indonesia, karena ada beberapa hambatan yang ditemui. Di antaranya dari kontestan politiknya ada kekhawatiran sedikit jumlah donasi yang masuk. Kemudian ada kekhawatiran dengan melakukan penggalangan dana kampanye, ada persepsi negatif bahwa mereka (kontestan politik) tidak memiliki kemampuan secara ekonomi,” kata Christian.

Saat ini memang masih sulit bagi platform digital politik seperti Dukung Calonmu untuk mendisrupsi kebiasaan atau cara-cara yang sebelumnya sudah tertanam cukup lama di kalangan masyarakat Indonesia secara instan. Untuk itu Dukung Calonmu berupaya untuk menghadirkan fitur dan layanan yang relevan bagi pengguna.

“Kontestan politik yang masuk dalam cakupan kami tidak terbatas dari kalangan khusus legislatif saja, namun juga untuk mereka calon ketua RT, ketua BEM, ketua Osis bisa memanfaatkan platform kami. Dimulai dari kisah sukses skala yang kecil, harapannya Dukung Calonmu bisa memperluas cakupan hingga ke skala menengah hingga nasional,” kata Christian.

Dukung Calonmu juga terus melakukan komunikasi secara aktif dengan regulator seperti KPU dan Bawaslu, demi memastikan langkah yang diambil sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Sementara untuk membuka jaringan lebih luas dan memberikan edukasi lebih masif lagi, mereka bekerja sama dengan organisasi hingga komunitas mulai dari skala kecil hingga besar.

“Kami berharap dukungan dari stakeholder bisa membantu Dukung Calonmu lebih dikenal dan pada akhirnya dimanfaatkan sebagai platform kampanye digital yang mendukung kontestan politik dan masyarakat umum,” kata Christian.

Dua fitur unggulan

Karena fungsinya tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari, hingga saat ini Dukung Calonmu tidak tersedia dalam aplikasi. Hanya memanfaatkan situs web.

Salah satu fiturnya dijuluki “Kampanye Digital”, di dalamnya ada beberapa pilihan menarik yang bisa dimanfaatkan. Misalnya untuk membuat situs kampanye, pusat informasi profil calon, hingga pusat interaksi dengan masyarakat.

Ada juga fitur “Online Election”, menyediakan pilihan seperti kemudahan pendataan daftar pemilih, verifikasi pemilih terdaftar dengan jaminan keamanan.

Untuk fitur donasi, Dukung Calonmu menyematkan pilihan tersebut dalam fitur Kampanye Digital. Bagi kontestan yang ingin melancarkan kegiatan donasi, bisa memanfaatkan pilihan tersebut dengan pengelolaan uang ditampung terlebih dahulu oleh pihak Dukung Calonmu, memanfaatkan payment gateway pihak ketiga.

Setelah donasi berhasil dikumpulkan, uang bisa dicairkan melalui akun rekening yang telah diverifikasi. Saat ini Dukung Calonmu sudah memiliki jumlah pengguna yang tersebar lokasinya. Bukan hanya di Indonesia, mereka mengklaim telah memiliki pengguna di Belanda.

“Melalui Dukung Calonmu, masyarakat luas bisa mencari tahu lebih jauh informasi yang relevan tentang calon kontestan politik, membina relasi langsung dan jika berminat bisa memberikan donasi sesuai dengan inisiasi dari kontestan politik tersebut,” kata Christian.

Untuk strategi monetisasi yang diterapkan, Dukung Calonmu menyediakan pilihan berlangganan (subscribe) dalam rentan waktu tertentu dan juga fitur-fitur tertentu yang dapat digunakan. Sementara untuk Online Election adalah paket harga, bergantung jumlah pemilih yang akan menggunakan.

Mengklaim sebagai platform pertama dan satu-satunya yang menghadirkan kampanye politik secara online, ada beberapa rencana dan target dari Dukung Calonmu yang ingin dicapai, di antaranya adalah melakukan penggalangan dana.

“Target Dukung Calonmu tahun depan pastinya adalah bisa berkembang lebih besar lagi, dan juga untuk produk sendiri akan selalu ada perkembangan untuk menyempurnakan produk yang sudah ada hingga memuaskan atau memenuhi segala kebutuhan yang menjadi kesulitan dari para pengguna kita,” kata Christian.

Team Secret Ekspansi ke Filipina, Cloud9 Buat Tim Valorant Khusus Perempuan

Dalam satu minggu terakhir, ada beberapa kabar menarik terkait ekosistem esports. Salah satunya adalah keputusan Cloud9 untuk membuat tim Valorant khusus perempuan. Selain itu, BREN Esports baru saja memenangkan Mobile Legends Professional League Philippines.

Cloud9 Buat Tim Valorant Khusus Perempuan

Cloud9 bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat AT&T untuk membentuk tim Valorant perempuan pertama. Salah satu tujuan mereka adalah untuk membuat industri esports menjadi lebih inklusif. Tim Valorant khusus perempuan ini akan tampil dalam turnamen Valorant resmi pertama dari Riot Games, First Strike.

“Di esports, Anda bermain menggunakan mouse dan keyboard, berbeda dengan olahraga tradisional,” kata Senior Marketing VP, Cloud9, Kristen Salvatore dalam wawancara dengan GamesBeat. “Hal itu berarti, siapa saja bisa ikut serta, tak peduli apa gender mereka, kekuatan fisik mereka, atau latar belakang budaya mereka.”

Berdasarkan Momentum Worldwide, 29% fans esports merupakan perempuan. Namun, menurut WomenInGames.org, 71% responden mereka mengungkap, representasi perempuan di dunia gaming dan esports masih sangat kurang. Salvatore merasa, tren ini harus berubah. Dia juga percaya, mendukung perempuan di ekosistem esports akan menguntungkan mereka di masa depan.

BREN Esports Memenangkan MPL-PH

BREN Esports berhasil memenangkan liga Mobile Legends Professional League Philippines (MPL-PH). Mereka memang tampil sangat mendominasi dalam musim ini. Sepanjang musim, mereka hanya pernah kalah satu kali. Di babak quarterfinal dan semifinal, mereka berhasil mengalahkan musuh mereka dengan skor 3-0. Di babak final, BREN Esports bertemu dengan Omega PH, dapat masuk ke babak final untuk pertama kalinya. Untuk bisa masuk ke babak final, Omega PH harus mengalahkan Blacklist International dan Execration.

Jadwal pertandingan playoff MPL-PH. | Sumber: VP Esports
Jadwal pertandingan playoff MPL-PH. | Sumber: VP Esports

Pada pertandingan pertama, BREN Esports dapat mengalahkan Omega dengan mudah. Mereka dapat mengalahkan Omega dalam waktu kurang dari 12 menit. Namun, pada pertandingan kedua, Omega berhasil membalikkan keadaan dan menang dengan skor 13-2. Pada game ketiga, BREN kembali menang dengan skor 16-3. Mereka juga memenangkan game keempat. Pada pertandingan kelima, Omega berhasil menang, memaksa BREN untuk pertanding ke babak keenam.

Di babak keenam, BREN berhasil menang dari Omega PH 10-4 dan membawa pulang trofi MPL-PH, seperti yang disebutkan oleh VP Esports.

Epic Esports Selenggarakan EPIC League Dota 2

Penyelenggara turnamen Epic Esports Events mengumumkan, turnamen online EPIC League Dota 2 akan dimulai diadakan pada minggu ini. Menggantikan OMEGA League musim kedua, EPIC League akan mempertemukan tim-tim terbaik di kawasan Eropa dan CIS (Commonwealth of Independent States). Babak kualifikasi terbuka dari EPIC League akan diadakan pada 29-30 Oktober 2020 sementara babak kualifikasi tertutup akan diadakan pada 3-11 November 2020. Sayangnya, belum diketahui siapa saja yang akan diundang ke babak kualifikasi tertutup tersebut.

Baik turnamen untuk kawasan Eropa maupun CIS akan terbagi ke dalam dua divisi. Pertandingan divisi pertama dari EPIC League akan diadakan pada 12 November-5 Desember 2020. Sementara babak playoff akan diselenggarakan pada 8-13 Desember 2020. Secara total, turnamen divisi pertama menawarkan hadiah sebesar US$500 ribu. Beberapa tim yang sudah dipastikan akan berlaga di divisi pertama antara lain Virtus.pro, Natus Vincere, Alliance, Team Liquid, Nigma, Vikin.gg, OG, dan Team Secret, lapor The Esports Observer.

Sementara itu, pertandingan divisi kedua akan diadakan pada 11 November-1 Desember 2020. Dan babak playoff dari divisi kedua akan diselenggarakan pada 8-13 Desember 2020. Turnamen divisi kedua ini menawarkan total hadiah yang jauh lebih kecil, hanya US$50 ribu.

Team Secret Sedang Cari Tim di Filipina

Team Secret berencana untuk melakukan ekspansi ke Filipina. Mereka telah membuat grup Facebook resmi untuk menjangkau para fans esports di Filipina. CEO Team Secret, John Yao, telah membuat post di grup tersebut, menanyakan tim apa yang para fans inginkan dari Team Secret. Di Filipina, dua game esports yang populer adalah Mobile Legends dan Tekken 7, lapor Egg Network.

Team Secret akan ekspansi ke Filipina. Sumber: Facebook
Team Secret akan ekspansi ke Filipina. Sumber: Facebook

Team Secret didirikan pada 2014. Ketika itu, mereka dikenal sebagai tim all-stars Dota 2. Pada awalnya, mereka memang dikenal berkat tim Dota 2 mereka. Namun, sekarang mereka juga punya tim yang berlaga di game esports lain, seperti Counter-Strike: Global Offensive, Rainbow Six Siege, Street Fighter V, Tekken 7, dan PUBG Mobile. Walau dikenal sebagai tim asal Eropa, Team Secret juga punya tim PUBG Mobile Malaysia dan Filipina.

Arena of Valor International Championship 2020 Siap Digelar

Tencent dan Garena kembali menggelar Arena of Valor Championship. Turnamen ini akan diselenggarakan pada 19 November-20 Desember 2020. Total hadiah yang ditawarkan mencapai US$500 ribu. Juara pertama membawa pulang US$200 ribu, juara kedua SU$110 ribu, dan juara ketiga US$70 ribu.

Turnamen AIC 2020 akan dimulai dengan group stage, yang menggunakan format double round-robin. Sementara babak playoff akan menggunakan format single elimination. Menurut laporan Indosport, tim asal Vietnam, Team Flash berhasil memenangkan AIC 2019. Sayangnya, tahun ini, mereka tidak bisa ikut serta karena mereka terlibat dalam skandal pada Juli 2020 dan terkena sanksi berupa larangan bermain selama satu tahun.